Anda di halaman 1dari 23

BAB 1

TINJAUAN TEORI

1.1 Pengertian

Isolasi sosial merupakan kondisi kesendirian yang dialami oleh


individu dan diterima sebagai ketentuan orang lain sebagai suatu
keadaan yang negative atau mengancam (Towsent alih
bahasa,Daulima,1998).

Isolasi sosial adalah suatu keadaan dimana individu mengalami


suatu kebutuhan atau mengharupakan untuk melibatakan orang lain,
akan tetapi tidak dapat membuat hubungan tersebut (Carpenito,1995).

Gangguan hubungan sosial adalah suatu kepribadian yang tidak


fleksibel pada tingkah laku yang maladaptive, mengganggu fungsi
seseorang dalam hubungan sosialnya (Depkes,1994).

Menarik diri merupakan suatu keadaan dimana seseorang


menemukan kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan
orang lain. Isolasi sosial merupakan keadaan kesepian yang dialami oleh
seseorang karena orang lain dianggap menyatakan sikap negatif dan
mengancam dirinya (Townsend, M.C, 1998 : 52).

Individu merasa kehilangan teman dan tidak mempunyai


kesempatan untuk membagi pikiran, perasaan dan pengalaman serta
mengalami kesulitan berinteraksi secara spontan dengan orang lain.
Individu yang demikian berusaha untuk mengatasi ansietas yang
berhubungan dengan kesepian, rasa takut, kemarahan, malu, rasa bersalah
dan merasa tidak aman dengan berbagai respon. Respon yang terjadi dapat
berada dalam rentang adaptif sampai maladaptif (Stuart and Sundeen, alih
bahasa Hamid,1998).
1.2 Etiologi

Penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah yaitu perasaan
negative terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai
keinginan yang ditandai dengan adanya perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa
bersalah terhadap diri sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan
martabat, percaya diri kurang dan juga dapat mencederai diri, (Carpenito,L.J,

1998)

1. Faktor predisposisi

Ada berbagai faktor yang menjadi pendukung terjadinya perilaku menarik


diri

a. Faktor perkembangan

Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan dari masa bayi


sampai dewasa tua akan menjadi pencetus seseoarang sehingga
mempunyai masalah respon sosial menarik diri. Sistem keluarga yang
terganggu juga dapat mempengaruhi terjadinya menarik diri.
Organisasi anggota keluarga bekerja sama dengan tenaga profesional
untuk mengembangkan gambaran yang lebih tepat tentang hubungan
antara kelainan jiwa dan stress keluarga. Pendekatan kolaboratif
sewajarnya dapat mengurangi masalah respon sosial menarik diri.

b. Faktor Biologik

Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptive.


Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa.
Kelainan struktur otak, seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan
berat dan volume otak serta perubahan limbik diduga dapat
menyebabkan skizofrenia.
c. Faktor Sosiokultural

Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini


merupakan akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan
terhadap orang lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang
tidak produktif, seperti lansia, orang cacat dan berpenyakit kronik.
Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku, dan system
nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas. Harapan yang
tidak realistis terhadap hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan
dengan gangguan ini (Stuart and Sundeen, 1998).

2. Faktor persipitasi

Ada beberapa faktor persipitasi yang dapat menyebabkan seseorang


menarik diri. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari berbagai stressor
antara lain :

a. Stressor Sosiokultural

Stressor sosial budaya dapat menyebabkan terjadinya gangguan dalam


membina hubungan dengan orang lain, misalnya menurunnya stabilitas
unit keluarga, berpisah dari orang yang berarti dalam kehidupannya,
misalnya karena dirawat di rumah sakit.

b. Stressor psikologik

Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan keterbatasan


kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan
orang terdekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi
kebutuhannya hal ini dapat menimbulkan ansietas tinggi bahkan dapat
menimbulkan seseorang mengalami gangguan hubungan (menarik diri)
(Stuart & Sundeen, 1998)
c. Stressor intelektual

1) Kurangnya pemahaman diri dalam ketidak mampuan


untuk berbagai pikiran dan perasaan yang mengganggu
pengembangan hubungan dengan orang lain.

2) Klien dengan “kegagalan” adalah orang yang kesepian


dan kesulitan dalam menghadapi hidup. Mereka juga akan sulit
berkomunikasi dengan orang lain.

3) Ketidakmampuan seseorang membangun kepercayaan


dengan orang lain akan persepsi yang menyimpang dan akan
berakibat pada gangguan berhubungan dengan orang lai

d. Stressor fisik

1) Kehidupan bayi atau keguguran dapat menyebabkan


seseorang menarik diri dari orang lain

2) Penyakit kronik dapat menyebabkan seseorang minder atau


malu sehingga mengakibatkan menarik diri dari orang lain

(Rawlins, Heacock,1993)

1.3 Rentang respon

Berdasarkan buku keperawatan jiwa dari Stuart (2006)


menyatakan bahwa manusia adalah makhluk sosial, untuk mencapai
kepuasan dalam kehidupan, mereka harus membina hubungan
interpersonal yang positif. Individu juga harus membina saling
tergantung yang merupakan keseimbangan antara ketergantungan dan
kemandirian dalam suatu hubungan
Rentang Respon

Respon adaptif Respon

Maladaptif

Solitut Kesepian
Manipulasi Otonomi Menarik Diri
Impulsif Kebersamaan Ketergantungan
Narkisme Saling ketergantungan

(Eko Prabowo: asuhan keperawatan jiwa:


2014:109).

a). Respon Adaptif

respon adaptif adalah kemampuan individu dalam menyelesaikan


masalah yang dihadapinya.

1). Solitude

Respon yang dibutuhkan untuk menentukan apa yang


telah dilakukan dilingkungan sosialnya dan merupakan suatu cara
mengawasi diri dan menentukan langkah berikutnya.

2). Otonomi

Suatu kemampuan individu untuk menentukan dan


menyampaikan ide-ide pikiran.

3). Kebersamaan

Suatu keadaaan dalam hubungan interpersonal dimana individu


tersebut mampu untuk memberi dan menerima.

4). Saling ketergantungan

Saling ketergantungan antara individu dengan orang


lain dalam hubungan interpersonal.

b). Respon Maladaptif

Respon maladaptive adalah respon yang diberikan individu


ketika dan tidak mampi lagi menyelesaikan masalah yang dihadapi.

1). Menarik Diri

Gangguan yang terjadi apabila seseorang memutuskan untuk tidak


berhubungan dengan orang lain untuk mencari ketenangan sementara
waktu.

2). Manipulasi

Adalah hubungan social yang terdapat pada individu yang


menganggap orang lain sebagai objek dan merorientasi pada diri sendiri
atau pada tujuan, bukan berorientasi pada orang lain. Individu tidak dapat
membina hubungan social secara mendalam.

3). Ketergantungan

Individu gagal mengembangkan rasa percaya diri dan kemampuan


yang dimiliki.

4). Impulsive

Ketidakmampuan merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar


dari pengalaman, tidak dapat diandalkan, mempunyai penilaian yang
buruk dan cenderung memaksakan kehendak.

5). Narkisisme

Harga diri yang rapuh, secara terus menerus berusaha


mendapatkan penghargaan dan pujian, memiliki sikap egosentris,
pencemburu dan marah jika orang lain tidak mendukung.

1.4 Tanda dan Gejala

1. Menyendiri dalam ruangan


2. Tidak berkomunikasi, menarik diri, tidak melakukan kontak mata
3. Sedih , afek datar
4. Perhatian dan tindakan yang tidak sesuai dengan perkembangan usianya
5. Berpikir menurut pikirannya sendiri, tindakan berulang dan tidak bermakna
6. Mengekspresikan penolakan atau kesepian pada orang lain
7. Tidak ada asosiasi antara ide satu dengan lainnya.
8. Menggunakan kata-kata simbolik (neologisme).
9. Menggunakan kata yang tak berarti
10. Kontak mata kurang/tidak mau menatap lawan bicara.
11. Klien cenderung menarik diri dari lingkungan pergaulan, suka melamun, berdiam
diri
1.5 Pohon Masalah

Risiko Gangguan Persepsi


Sensori

halusinasi

Effect

isolasi Sosial : Menaarik Diri

Core Problem

Gangguan Konsep Diri, Harga


Diri Rendah
Causa
1.6 Manifestasi Klinis

Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku


menarik diri atau isolasi sosial yang disebabkan oleh perasaan tidak
berharga yang bisa dialami pasien dengan latar belakang yang penuh
dengan permasalahan, ketegangan, kekecewaan, dan kecemasan.
(Prabowo, 2014: 112)

Perasaan tidak berharga menyebabkan pasien makin sulit dalam


mengembangkan berhubungan dengan orang lain. Akibatnya pasien
menjadi regresi atau mundur, mengalami penurunan dalam aktivitas dan
kurangnya perhatian terhadap penampilan dan kebersihan diri. Pasien
semakin tenggelam dalam perjalinan terhadap penampilan dan tingkah
laku masa lalu serta tingkah laku yang tidak sesuai dengan kenyataan,
sehingga berakibat lanjut halusinasi (Stuart dan Sudden dalam Dalami,
dkk 2009)

1.7 Mekanisme koping

Mekanisme yang digunakan klien sebagai usaha mengatasi


kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam
dirinya. Mekanisme yang sering digunakan pada isolasi sosial adalah
regresi, represi, isolasi. (Damaiyanti, 2012: 84)

a. Regresi adalah mundur ke masa perkembangan yang telah lain.

b. Represi adalah perasaan-perasaan dan pikiran pikiran yang


tidak dapat diterima secara sadar dibendung supaya jangan tiba di
kesadaran.

c. Isolasi adalah mekanisme mental tidak sadar yang mengakibatkan


timbulnya kegagalan defensif dalam menghubungkan perilaku
dengan motivasi atau bertentangan antara sikap dan perilaku.

Mekanisme koping yang muncul yaitu:

1) Perilaku curiga : regresi, represi

2) Perilaku dependen: regresi

3) Perilaku manipulatif: regresi, represi

4) Isolasi/menarik diri: regresi, represi, isolasi

(Prabowo, 2014:113)

1.8 Penatalaksanaan

Menurut dalami, dkk (2009) isolasi sosial termasuk dalamn


kelompok penyakit skizofrenia tak tergolongkan maka jenis
penatalaksanaan medis yang bisa dilakukan adalah:

a. Electro Convulsive Therapy (ECT)

Adalah suatu jenis pengobatan dimana arus listrik


digunakan pada otak dengan menggunakan 2 elektrode yang
ditempatkan dibagian temporal kepala (pelipis kiri dan kanan).
Arus tersebut menimbulkan kejang grand mall yang berlangsung
25-30 detik dengan tujuan terapeutik. Respon bangkitan listriknya
di otak menyebabkan terjadinya perubahan faal dan biokimia
dalam otak.

b. Psikoterapi

Membutuhkan waktu yang cukup lama dan merupakan


bagian penting dalam proses terapeutik , upaya dalam
psikoterapi ini meliputi: memberikan rasa aman dan tenang,
menciptakan lingkungan yang terapeutik, bersifat empati,
menerima pasien apa adanya, memotivasi pasien untuk dapat
mengungkapkan perasaannya secara verbal, bersikap ramah,
sopan, dan jujur kepada pasien.

c. Terapi Okupasi

Adalah suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi


seseorang dalam melaksanakan aktivitas atau tugas yang sengaja
dipilih dengan maksud untuk memperbaiki, memperkuat, dan
meningkatkan harga diri seseorang.

(Prabowo, 2014: 113)

2.2 Tijauan Asuhan Kepereawatan

Diagnosis keperawatan

Isolasi sosial b.d kurangnya rasa percaya kepada orang lain, panik,
regresi ke tahap perkembangan sebelumnya, sukar berinteraksi
dengan orang lain pada masa lampau.

Dibuktkan oleh hal-hal berikut ini


1. Menyendiri dalam ruangan
2. Tidak berkomunikasi, menarik diri, tidak melakukan kontak mata
3. Sedih, afek datar
4. Perhatian dan tindakan yang tidak sesuai dengan perkembangan
usianya
5. Berpikir menurut pikiranya sendiri, tindakan berulang dan tidak
bermakna
6. Mengekspresikan penolakan atau kesepian pada orang lain

Tujuan jangka pendek


Pasien siap masuk dalam terapi aktivitas ditemani oleh seorang
perawat yang dipercayainya dalam 1 minggu
Tujuan jangka panjang
Pasien dapatsecara sukarela meluagkan waktu bersama pasien lain
dan perawat dalam aktivitas kelompok di unit rawat inap.

Kriteria hasil
1. Pasien dapat mendemontrasikan keinginan dan hasrat untuk
bersosialisasi dengan orang lain
2. Pasien dapat mengikuti aktivitas kelompok tanpa disuruh
3. Pasien melakukan pendekatan interaksi satu-satu dengan orang
lain dengan cara yang sesuai/dapat diterima.

Intervensi keperawatan

1. Perlihatkan sikap meneria dengan caa melakukan kontak yang


sering tapi singkat
R: Sikap menerima dari orang lain akan meningkatkan harga diri
pasien dan memfasilitasi rasa percaya kepada orang lain.
2. Perlihatkan penguatan positif pada pasien
R: Pasien merasa menjadi orang yang berguna
3. Temani pasien untuk memperlihatkan dukungan selama aktivitas
kelompok yang mungkin merupakan hal yang menakutkan atau
sukar bagi pasien
R: kehadiran seseorang yang dipercaya akan memberikan rasa
aman bagi pasien
4. Jujur dan menepati semua janji
R: Kejujuran dan rasa saling membutuhkan menimbulkan suatu
hubngan saling percaya
5. Orientasikan pasien pada orang, waktu, tempat sesuai
kebutuhannya
6. Berhati- hati dengan sentuhan
R: pasien yang curiga dapat menerima sentuhan sebagai suatu
yang mengancam.
7. Diskusikan dengan pasien tanda-tanda peningkatan ansietas dan
teknik untuk memutus respon (Latihan relaksasi, berhenti
berpikir).
R: Perilaku menarik diri dan curiga dimanifestasikan selama
terjadi peningkatan ansietas.
8. Berikan pengakuan dan penghargaan tanpa disuruh pasien dapat
berinteraksi dengan orang lain.
R: Penguatan akan meningkatkan harga diri pasien dan
mendorong pengulangan perilaku tersebut.
9. Berikan obat-obat penenang sesuai program pengobatan pasien
R: obat-obat antipsikosis menolong untuk menurunkan gejla
psikosis pada seseorang sehingga memudahkan interaksi dengan
orang lain.

Kerusakan komunikasi verbal b.d ketidakmampuan untuk


percaya kepada orang lain, panik, regresi ke tahap
perkembangan sebelumnya, menarik diri.

Dibuktikan oleh hal-hal berikut ini


1. Tidak ada asosiasi antara ide satu dengan lainnya
2. Menggunakan kata-kata simbolik (neologisme).
3. Menggunakan kata yang tak berarti.
4. Kontak mata kurang/tidak mau menatap lawan bicara

Tujuan jangka pendek

Pasien dapat menunjukkan kemampuan untuk bertahan pada 1


topik menggunakan ketepatan kata, melakukan kontak mata intermiten
selama 5 menit dengan perawat selama 1 minggu
Tujuan jangka panjang

Pasien dapat menunjukkan kemampuan dalam melakukan


komunikasi verbal dengan perawatdan sesama pasien dalam satu
lingkungan sosial dengan cara yang sesuai/ dapat diterima.

Kriteria hasil

1. Pasien dapat berkomunikasi dengan cara yang dapat dimengerti dan


diterima orang lain
2. Pasien nonverbal pasien sesuai dengan verbalnya
3. Pasien dapat mengakui bahwa disorganisasi pikiran dan kelainan
komunikasi verbal terjadi pada saat adanya peningkatan ansietas

Intervensi keperawatan

1. Gunakan teknik validasi dan klarifikasi untuk mengerti pola


komunikasi pasien.
R: Teknik ini menyatakan kepada pasien bagaimana ia dimengerti oleh
orang lain, sedangkan tanggung jawab untuk mengerti ada pada
perawat
2. Pertahankan konsistensi perawat yang bertugas
3. Jelaskan kepada pasien dengan cara yang tidak mengancam
bagaimana perilaku dan pembicaraan diterima dan mungkin juga
dihindari oleh orang lain.
R: Teknik ini untuk meningkatkan hubungan saling percaya antara
perawat dan pasien, serta pasien dengan lingkungannya.
4. Jika pasien tidak mampu atau tidak ingin bicara (Autisme), gunakan
teknik mengatakan secara tidak langsung.
5. Antisipasi dan penuhi kebutuhan pasien sampai pola komunikasi yang
memuaskan kembali
R: Kenyamanan dan keamanan pasien merupakan prioritas
keperawatan
Sindrom kurang perawatan diri b.d menarik diri, regresi

Dibuktikan oleh hal-hal berikut ini

1. Kesukaran mengambil makanan atau ketidakmampuan membawa


makanan dari wadah ke mulut
2. Ketidakmampuan memberikan tubuh atau bagian-bagian tubuh
3. Kurangnya minat dalam memilih pakaian, kelainan kemampuan
dalam berpakaian, dan mempertahankan penampilan yang
memudahkan
4. Tidak hanya kemauan untuk melakukan defekasi atau berkemih tanpa
bantuan

Tujuan jangka pendek

Pasien dapat mengatakan keinginan untuk melakukan kegiatan


hidup sehari-hari dalam satu minggu.

Tujuan jangka panjang

Pasien mampu melakukan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri dan


mendemontrasikan suatu keinginan untuk melakukannya.

Kriteria hasil

1. Pasien makan sendiri tanpa bantuan.


2. Pasien memilih pakaian yang sesuai, berpakaian merawat dirinya
tanpa bantuan.
3. Pasien mempertahankan kebersihan diri secara optimal dengan mandi
setiap hari dan melakukan prosedur defekasi dan berkemih tanpa
bantuan.
Intervensi keperawatan

1. Dukung pasien untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari sesuai


tingkat kemampuan pasien
R: keberhasilan menampilkan kemandirian dalam melakukan aktivitas
akan meningkatkan harga diri
2. Dukung kemandirian pasien, tetapi berikan bantuan saat pasien tidak
dapat melakukan beberapa kegiatan.
R: kenyamanan dan keamanan pasien merupakan prioritas dalam
keperawatan
3. Berikut pengakuan dan penghargaan positif untuk kemampuannya
mandiri
R: penguatan positif akan meningkatkan harga diri dan mendukung
pengulangan perilaku yang diharapkan
4. Perlihatkan secara konkret, bagaimana melakukan kegiatan yang
menurut pasien sulit melakukannya.
R: Penjelasan harus sesuai dengan tingkat pengertian yang nyata.
5. Buat catatan secara rinci tentang makanan dan cairan.
R: Informasi yang penting untuk mendapatkan gambaran nutrisi yang
adekuat.
6. Berikan makanan kudapan dan cairan di antara waktu makan.
R: Pasien mungkin tidak mampu mentoleransi makanan dalam jumlah
besar pada saat makan dan membutuhkan penambahan diluar waktu
makan
7. Jika pasien tidak makan karena curiga dan takut diracuni, berikan
makanan kaleng dan biarkan pasien sendiri yang membukanya, atau
disajikan dalam kekurangan.
R: Pasien dapat melihat setiap orang makan dari hidangan yang sama.
8. Tetapkan jadwal defekasi dan berkemih, bantu pasien ke kamar mandi
sesuai jadwal, sampai pasien mampu melakukan tanpa bantuan orang
lain. Dukung kemandirian pasien, tapi berikan bantuan saat pasien
tidak mampu melakukan beberapa kegiatan
R: Melatih pasien melakuka ADL (Activity Daily Living) agar mampu
melakukan secara mandiir sehingga kebutuhan utama pasien dapat
terpenuhi.
Srategi Penatalaksanaan
Isoalasi Soaial

SP 1 Pasien : membina hubungan saling percaya, membantu pasien


mengenal penyebab isolasi sosial, membantu pasien mengenal manfaat
berhubungan dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain, dan
peragakan komunikasi di bawah ini.!

Orientasi

Selamat pagi, Saya Suster HS. Saya senang dipanggil Suster H.


Saya perawat di ruang Mawar ini” Siapa nama Anda? Senang dipanggil
apa? ,Apa keluhan S hari ini?” Bagaimana kalau kita bercakap-cakap
tentang keluarga dan teman-teman S? Mau di mana kita bercakap-cakap?
Bagaimana kalau di ruang tamu? Mau berapa lama, S? Bagai mana kalau
15 menit?”

Kerja

(Jika pasien baru).

“Siapa saja yang tinggal serumah dengan S? Siapa yang paling


dekat dengan S? Siapa yang jarang bercakap-cakap dengan S? Apa yang
membuat S jarang bercakap cakap dengannya?”

(Jika pasien sudah lama dirawat)

Apa yang S rasakan selama S dirawat disini? S merasa sendirian?


Siapa saja yang S kenal di ruangan ini?” Apa saja kegiatan yang bisa S
lakukan dengan teman yang S kenal?” Apa yang membuat S dalam
berteman atau bercakap-cakap dengan pasien yang lain?” Menurut S, apa
saja manfaatnya kalau kita memiliki teman? Wah benar, ada teman
bercakap-cakap. Apa lagi? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa) .
Nah, banyak juga ruginya tidak punya teman ya? Jadi, apakah S belajar
bergaul dengan orang lain?” Bagus! Bagaimana kalau sekarang kita belajar
berkenalan dengan orang lain?” Begini lho S, untuk berkenalan dengan
orang lain kita sebutkan dulu nama kita, nama panggilan yang kita sukai,
asal kita, dan hobi kita, contohnya : Nama Saya SN, senang dipanggil S.
Asal Saya dari kota X, hobi memasak

“Ayo S dicoba Misalnya saya belum kenal dengan S, Coba


berkenalan dengan saya! Ya, Bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus
sekali!”Setelah S berkenalan dengan orang tersebut S bisa melanjutkan
percakapan tentang hal-hal yang menyenengkan S bicarakan, misalnya
tentang cuaca, tentang hobi, tentang keluarga, pekerjaan, dan sebagainya.”

Terminasi

“Bagaimana perasaan S setelah kita latihan berkenalan?” S tadi


sudah mempraktikkan cara berkenalan dengan baik sekali. Selanjutnya S
dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi selama saya tidak ada
sehingga S lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain. S MAU
mempraktikkan ke orang lain? Bagaimana kalau S mencoba berkenalan
dengan teman saya, perawat N.bagaimana, S mau kan?” Baiklah sampai
jumpa!”

SP 2 Pasien : mengajarkan pasien berinteraksi secara bertahap (berkenalan


dengan orang pertama ( perawat)

Orientasi

‘’ Selamat pagi S Bagaiana perasaan S hari ini?’ Sudah diingat-


diingat lagi pelajaran kita tentang berkenalan? Coba sebutkan lagi sambil
bersalaman dengan suster!” Bagus sekali, S masih ingat. Nah, seperti janji
saya, saya akan mengajak S mencoba berkenalan dengan teman saya,
perawat N. Tidak lama kok, sekitar 10 menit.” Ayo kita temui perawat N
di sana!”
Kerja

(Bersama – sama S, perawat mendekati Perawat N). Selamat pagi


perawat N, S ingin berkenalan dengan N. Baiklah S, S bisa berkenalan
dengan perawat N seperti yang kita praktikkan kemarin.” (Pasien
mendemontrasikan cara berkenalan denagn perawat N: Memberi salam,
menyebutkan nama, menanyakan nama perawat, dan seterusnya.) “ Ada
lagi yang S ingin tanyakan kepada perawat N? Coba tanyakan tentang
keluarga perawat N!” jika tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, S dapat
menyudahi perkenaalan ini. Lalu S, bisa buat janji untuk bertemu lagi
dengan perawat N, misalnya jam 1 siang nanti.” Biklah perawat N,karena
S sudah selesai berkenalan, saya dan S akan kembali ke ruangan S.
Selamat pagi” ( bersama pasien, perawat H meninggalkan perawat N
untuk melakukan terminasi dengan S di tempat lain.)

Terminasi

“ Bagaimana perasaan S setelah berkenalan dengan perawat N?” S


tampak bagus sekali saat berkenalan tadi.” Pertahankan terus apa yang
sudah S lakukan tadi. Jangan lupa untuk menanyakan topik lain supaya
perkenalan berjalan lancar, misalnya menanyakan keluarga,hobi dan
sebagainya. Bagaimana, mau coba dengan perawat lain? Mari kita
masukkan ke dalam jadwal. Mau berapa kali sehari? Bagaimana kalau 2
kali.baik, nanti S coba sendiri. Besok kita latihan lagi ya, mau jam brapa?
Jam 10? Sampai besok!”

SP 3 Pasien : Melatih pasien berinteraksi secara bertahap (berkenalan dengan


orang kedua).

Orientasi

“ Selamat pagi S Bagaimana perasaan S hari ini?” Apakah S


bercakap-bercakap dengan perawat N kemarin siang (jika jawaban pasien,
ya perawat dapat melanjutkan komunikasi berikutnya dengan pasien lain).”
Bagaimana perasaan S setelah bercakap-cakap perawat N kemarin siang?”
Bagus sekali S menjadi senang karena punya teman lagi!” kalau begitu S
ingin punya banyak teman lagi?” Bagaimana kalau sekarang kita
berkenalan lagi dengan teman seruangan S yang lain, yaitu O. Seperti
biasa, kira-kira 10 menit. Mari kita temui dia di ruang makan.”

Kerja

( Bersama –sama S, perawat mendekati pasien lain) “Selamat pagi,


ini ada pasien saya yang ingin berkenalan.” Biklah S, S sekarang bisa
berkenalan dengannya seperti yang telah S lakukan sebelumnya.”(Pasien
mendemontrasikan cara berkenalan : memberi salam, menyebutkan nama,
nama panggilan, asal, hobi dan menanyakab hal yang sam.) “ Ada lagi
yang S ingin tanyakan kepada O? Kalau tidak ada lagi yang ingin
dibicarakan, S bisa sudahi perkenaaln ini. Lalu bisa buat janji bertemu lagi,
misalnya bertemu lagi 4 sore nanti ( S membuat janji untuk bertemu
kembali dengan O).” Baiklah O, karena S sudah selesai berkenalan, saya
dan S akan kembali ke ruangan S. Selamat pagi ( bersama pasien perawat
meninggalkan O untuk melakukan terminasi dengan S di tempat lain).

Terminasi

“ Bagaimana perasaan S setelah berkenalan dengan O?”


Dibandingkan kemari pagi, S tampak lebih baik ketika berkenalan dengan
O. Pertahankan apa yang sudah S lakukan tadi. Jangan lupa untuk bertemu
kembali denagn O jam 4 sore nanti.” Selanjutnya, bagaimana jika kegiatan
berkenalan dan bercakap cakap dengan orang lain kita tambahkan lagi di
jadwal harian. Jadi satu hari S dapat berbincang-bincang dengan orang lain
sebanyak tiga kali, jam 10 pagi, jam 1 siang dan jam 8 malam, S bisa
bertemu dengan N, dan tambah dengan pasien yang baru dikenal.
Selanjutnya S bisa berkenalan dengan orang lain lagi secara bertahap.
Bagaimana S, setuju kan?” Baiklah, besok kita ketemu lagi untuk
membicarakan pengalaman S. Pada jam yang sama dan tempat yang sama
ya.” Sampai besok!”.

Anda mungkin juga menyukai