Anda di halaman 1dari 63

BUKU PRAKTIKUM

BIO 10001

Tim Pemutakhiran :

Drs. Sudjino, M.S.


Dwi Umi Siswanti, S.Si.,M.Sc.
Sari Darmasiwi, S.Si.,M.Biotech.
Lisna Hidayati,S.Si.,M.Biotech.

LABORATORIUM BIOLOGI UMUM


FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014

1
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, berkat rahmat dan hidayah-Nya, pemutakhiran buku


praktikum Biologi Umum akhirnya selesai. Pemutakhiran buku praktikum ini
terwujud atas biaya dari Hibah BOPTN Fakultas Biologi UGM tahun anggaran
2014.
Buku Praktikum Biologi Umum disusun dengan tujuan untuk memandu
kegiatan praktikum Biologi Umum yang diselenggarakan oleh Fakultas Biologi
untuk beberapa fakultas di lingkungan Universitas Gadjah Mada. Buku ini berisi
panduan pelaksanaan praktikum Biologi Umum yang dilengkapi dengan teori
singkat, sehingga diharapkan akan banyak membantu mahasiswa dalam melakukan
praktikum Biologi Umum. Praktikan juga diberikan panduan laboratoriun standar,
pengenalan alat-alat laboratorium standar dan pengenalan bahan praktikum dalam
buku ini.
Pemutakhiran Buku Praktikum Biologi Umum berlangsung dalam waktu
yang terbatas sehingga masih banyak kekurangan.Sehubungan dengan itu, kami
membuka diri untuk kritik dan saran membangun.Kami juga mengucapkan
terimakasih pada tim penyusun
Ketersediaan waktu yang singkat dan keterbatasan kemampuan kami untuk
mempersiapkan buku ini menyebabkan banyak kekurangan yang masih ada di
dalamnya. Berdasarkan semboyan bahwa tiada gading yang tak retak, maka kami
dengan rendah hati akan menerima segala saran, kritik, dan koreksi dari para
pengguna dan pembaca buku ini demi penyempurnaan di masa mendatang.
Akhirnya permohonan kami tujukan kepada seluruh anggota tim yang
terlibat dalam penyusunan buku ini untuk tetap saling menjaga hubungan yang
sangat serasi selama ini. Amiin.

Yogyakarta, Agustus 2014

Tim Pemutakhiran

Tim Penyusun : Drs. Sudjino, M.S.; Prof. Dr. Istriyati, M.S.;Drs. Trijoko,
M.Si.;Drs. Purnomo, M.S.; Dr.Ari Indriyanto, S.U.; Slamet Widiyanto, M.Sc.;
Dr.Kumala Dewi, M.Sc.St.; Prof. Dr.L.Hartanto Nugroho, M.Si.;
Dr.rer.nat.Andhika Puspito Nugroho, M.Si.; Dr.Niken Satuti Nur Handayani,
M.Sc.; Drs. Mohammad Nasir, M.Sc. (Alm)

2
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
Daftar Lampiran
Tata Kerja Praktikum

ACARA I: MIKROSKOP DAN SEL


1.1. Mikroskop dan bagian-bagiannya
1.2. Sel tumbuhan
1.3. Sel hewan/manusia
1.4. Sel prokariotik

ACARA 2: METABOLISME
2.1.Fotosintesis
2.1.1. Pengukuran laju fotosintesis dengan menghitung jumlah gelembung udara
yang
dihasilkan oleh potongan tanaman Hydrilla verticillata
2.1.2.Mengamati simpanan amilum dalam daun
2.2. Respirasi
2.2.1.Mengetahui terjadinya respirasi pada biji yang berkecambah dan mengetahui
hasil respirasi
2.2.2.Menghitung konsumsi oksigen pada hewan percobaan

ACARA 3: GENETIKA
3.1.Imitasi perbandingan genetis
3.2. Kebakaan

ACARA 4: JARINGAN TUMBUHAN


4.1. Jaringan epidermis
4.2. Jaringan penguat dan pengangkut

ACARA 5: ORGAN TUMBUHAN


5.1.Struktur morfologi organ
5.2. Struktur anatomi organ

ACARA 6: JARINGAN HEWAN

ACARA 7: MORFOLOGI, ORGAN DAN SISTEM ORGAN HEWAN


7.1. Mengenal morfologi ikan, katak, kadal, burung dan marmut
7.2. Pengenalan sistem pencernaan dan respirasi ikan
7.3. Organ dan sistem organ tubuh hewan
ACARA 8: PERTUMBUHAN, PERKEMBANGAN DAN REPRODUKSI
8.1.Pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi pada hewan
8.2. Pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi pada tumbuhan

3
8.3. Evolusi
8.3.1. Mempelajari seleksi alam melalui proses predasi
8.3.2.Mengamati macam-macam mutant lalat buah

ACARA 9: KEANEKARAGAMAN HAYATI


9.1. Spesies dan populasi tumbuhan
9.2. Ekologi dan Keanekaragaman Ekosistem

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

4
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal
Gambar 1. Mikroskup dan bagian-bagiannya 7
………………………….
Gambar 2. Koloni Anabaena sp. 11
……………………………………….
Gambar 3. Peralatanuji laju fotosintesis 13
……………………………......
Gambar 4. Bagian-bagian ikan …………. 45
..............................................
Gambar 5. Organ sistem pencernaan 46
ikan.................................................
Gambar 6. Bagian-bagian tumbuhan 51
…………………………………....
Gambar 7. Bagian-bagian bunga sempurna 52
……………………………..

5
DAFTAR TABEL
Ha
Tabel l
Tabel 1. Hasil Percobaan Perorangan Imitasi Persilangan Monohibrid
Dominansi Penuh
……………………………………………… 21
Tabel 2. Hasil Percobaan Kelas Imitasi Persilangan Monohibrid
Dominansi Penuh
……………………………………………… 22
Tabel 3. Hasil Percobaan Perorangan Imitasi Persilangan Monohibrid
Dominansi Tidak Penuh……………………………………….. 22
Tabel 4. Hasil PercobaanKelas Imitasi Persilangan
MoohibridDominansi Tidak
Penuh…………………………...... 22
Tabel 5. Hasil Percobaan Perorangan Imitasi Persilangan Dihibrid
Dominansi Penuh
…………………………………………........ 23
Tabel 6. Hasil PercobaanKelas Imitasi Persilangan Dihibrid Dominansi
Penuh………………………………………………………….. 24
Tabel 7. Hasil Percobaan Perorangan Imitasi Persilangan Dihibrid
Dominansi
…………………………………………………...... 24
Tabel 8. Hasil Percobaan Perorangan Kelas Imitasi Persilangan
Dihibrid Dominansi Tidak Penuh. ……………………………. 24
Tabel 9. Tabel Chi-
Square………………………………………………….............
. 25
Table 10.Golongan Darah Manusia Berdasarkan Jenis Antigen dan
Antibodi
....................................................................................... 27
Tabel 11. Interaksi Alel-alel yang Menentukan Golongan Darah
Manusia………………………………………………………...
. 27
Tabel 12. Tabel Pengamatan Penentuan Golongan Darah
……………… 29
Tabel13. Karakter pada Tumbuhan Gymnospermae dan Angiospermae
…..
............................................................................................... 34

6
Tabel 14. Banyaknya cacah individu spesies hewan dan tumbuhan per
1 m2
……………………………………………………………. 61

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Hal
Lampiran 1. Pengenalan Laboratorium Standar 63
………………………
Lampiran 2. Pengenalan Alat-Alat Laboratorium Standar 64
……………
Lampiran 3. Pengenalan Bahan Praktikum 67
……………………………

7
TATA KERJA PRAKTIKUM

1. Praktikan wajib datang di tempat praktikum selambat-lambatnya 15 menit


sebelum praktikum dimulai.
2. Praktikan yang terlambat harus melapor ke asisten jaga.
3. Praktikan wajib berpakaian sopan, rapi dan dilarang memakai sandal jepit,
selayaknya orang beraktivitas di kantor pelayanan publik.
4. Praktikan diwajibkan memakai jas praktikum selama bekerja di
laboratorium.
5. Praktikan dilarang merokok, makan, dan minum selama praktikum
berlangsung.
6. Praktikan diwajibkan menempati tempat yang telah ditentukan.
7. Praktikan diwajibkan untuk mempelajari materi praktikum yang akan
dilakukan.
8. Praktikan diwajibkan mengikuti tes setiap acara praktikum.
9. Praktikan yang tidak mengikuti acara praktikum tiga kali berturut-turut
tanpa alasan yang dapat dipertanggung-jawabkan, dianggap mengundurkan
diri.
10. Praktikan yang tidak dapat menepati jadual praktikum yang telah
ditetapkan, diberi kesempatan untuk mengikuti inhal (maksimal 2 (dua) kali
inhal).
11. Pendaftaran, pelaksanaan, dan biaya inhal akan diatur tersendiri.
12. Praktikan yang curang, melanggar tata tertib, dan berbuat gaduh akan
dikeluarkan dari tempat praktikum.

8
13. Praktikan yang menyebabkan rusaknya barang, diwajibkan untuk melapor
kepada asisten atau koordinator praktikum dan mengganti barang yang
rusak.
14. Praktikan wajib menjaga kebersihan, ketertiban, kedisiplinan dan kerapian
selama praktikum di lingkungan Fakultas Biologi UGM.
15. Hal-hal yang belum tercantum dalam tata tertib ini, akan diatur tersendiri.

ACARA 1
MIKROSKOP DAN SEL

Tujuan: 1. Mempelajari bagian-bagian mikroskop dan fungsinya


2. Mempelajari bagian-bagian sel tumbuhan
3. Mempelajari bagian-bagian sel hewan
4. Mempelajari bagian-bagian sel prokariotik

1.1. MIKROSKOP DAN BAGIAN-BAGIANNYA


Pengantar:
Mikroskop merupakan alat laboratorium yang digunakan untuk mengamati benda
hidup atau mati yang berukuran mikro atau sediaan mikroskopis. Berdasarkan
sumber pembentuk bayangan, mikroskop dapat dibedakan menjadi dua kelompok
besar yaitu:
1. Mikroskop cahaya
Mikroskop ini menggunakan cahaya (foton) untuk membuat bayangan benda.
Sumber cahaya yang digunakan dapat berupa cahaya matahari atau lampu.
Yang tergolong mikroskop cahaya diantaranya: mikroskop cahaya biasa,
mikroskop fase-kontras, mikroskop polarisasi, mikroskop fluoresensi, dan
mikroskop konvokal.
2. Mikroskop elektron

9
Mikroskop elektron menggunakan pancaran elektron untuk membuat
bayangan benda yang diamati. Ada dua jenis mikroskop elektron yaitu:
Transmission Electron Microscope (TEM), dan Scanning Electron Microscope
(SEM).

Pada praktikum ini hanya akan digunakan mikroskop cahaya. Pada dasarnya
mikroskop cahaya tersusun atas dua bagian, yaitu: (1) bagian mekanik (antara lain:
statif, teropong/tabung, setup dan meja benda), dan (2) bagian optik (antara lain:
lensa dan cermin)

Berikut adalah fungsi bagian-bagian mikroskop:


1. Kaki: berfungsi untuk menyangga seluruh bagian mikroskop,
2. Tangkai: berfungsi untuk menopang teropong,
3. Meja benda: berfungsi untuk tempat meletakkan sediaan yang akan diamati,
4. Sekrup penggerak sediaan: berfungsi untuk menggerakan sediaan,
5. Sekrup penggerak jarak sediaan: berfungsi untuk mengatur jarak sediaan
dengan lensa objektif,
6. Teropong: berfungsi untuk tempat komponen optic,
7. Diafragma: berfungsi untuk mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke
lensa/teropong,
8. Kondensor: berfungsi untuk memusatkan berkas cahaya yang melalui lensa,
9. Filter: berfungsi untuk mengurangi/memilih cahaya,
10. Sumber cahaya: lampu/cahaya matahari,
11. Cermin: berfungsi untuk mengarahkan/mengumpulkan cahaya supaya tepat
masuk ke lensa.

10
Gambar 1. Mikroskop dan bagian-bagiannya

Keterangan:
1. Lensa okuler 7. Tombol pengatur meja benda
2. Tabung mikroskop 8. Penjepit gelas benda
3. Tombol pengatur fokus 9. Gelas benda
4. Revolver 10. Cermin
5. Lensa objektif 11. Kaki mikroskop
6. Meja preparat

Cara menggunakan mikroskop cahaya:


1. Pilih lensa objektif dengan nilai perbesaran paling kecil, kemudian tempatkan
lensa tersebut pada sumbu pengamatan dengan cara memutar revolver hingga
letak lensa segaris dengan arah masuknya cahaya.
2. Buka diafragma secara sempurna dengan menggunakan tuasnya.
3. Nyalakan lampu/aturlah cermin, dan amati melalui lensa okuler sehingga
tampak bidang pandang yang terang.
4. Pasang sediaan dan jepitlah dengan penjepit sediaan sebaik mungkin.
5. Tempatkan sediaan tepat di bawah lensa objektif dan di atas kondensor.

11
6. Aturlah jarak lensa objektif dengan sediaan, sambil diamati melalui lensa
okuler dan meggoyang sediaan. Apabila sudah tampak ada gerakan noda pada
gelas benda, berarti akan tampak pula semua noda yang ada di gelas benda
termasuk sediaan yang akan diamati.
7. Aturlah jarak lensa objektif dengan sediaan/gelas benda, sambil diamati
melalui lensa okuler dan tanpa meggoyang sediaan sampai noda pada gelas
benda tampak jelas.
8. Aturlah posisi sediaan dengan cara menggesernya dan sambil diamati melalui
lensa okuler sehingga diperoleh bagian sediaan yang akan diamati.
9. Untuk lebih memperjelas pengamatan, dapat dilakukan dengan mengatur
kombinasi antara intensitas cahaya yang masuk ke lensa objektif dan jarak
sediaan dengan lensa objektif.

Pertanyaan: 1. Sebutkan macam-macam mikroskop!


2. Sebutkan dua bagian utama mikroskop cahaya!
3. Apa fungsi kondensor pada mikroskop cahaya?

1.2. SEL TUMBUHAN


Pengantar :
Sel tumbuhan dikatakan hidup apabila masih aktif melakukan
metabolisme yang dikoordinasi oleh inti sel. Semua organela sel terletak di dalam
koloid sitoplasma berupa cairan yang terletak di sebelah dalam membran sel. Pada
jenis tumbuhan tertentu, kehidupan sel dapat dilihat dengan adanya aliran
sitoplasma yang akan menggerakkan plastida mengikuti aliran tersebut. Apabila
aliran sitoplasma mengelilingi satu vakuola maka disebut aliran rotasi, sedangkan
apabila mengelilingi lebih dari satu vakuola disebut aliran sirkulasi.

Bahan :
Preparat : Daun Hydrilla verticillata segar (dalam air)
Familia : Hydrocaritaceae

Cara kerja :
Ambil satu helai daun Hydrilla verticillata, letakkan di atas gelas benda kemudian
teteskan air dan tutup dengan gelas penutup. Periksa dengan perbesaran lemah.
Setelah tampak, periksa dengan menggunakan perbesaran kuat. Gambar beberapa
sel dan beri keterangan. Periksa aliran sitoplasma yang tampak pada daun tersebut.

1.3. SEL HEWAN ATAU MANUSIA


Pengantar :

12
Pengamatan sel hidup yang berasal dari hewan atau manusia tidak semudah
sel tumbuhan karena sel hewan sangat jarang memiliki pigmen. Jadi, untuk
mengamati sel hidup dari hewan/manusia diperlukan zat warna yang dapat
memperjelas kenampakan sel tanpa meracuni sel tersebut. Zat warna tersebut
dinamakan zat warna supravital. Contoh dari zat warna supravital adalah Janus
Green B dan Neutral Red. Pada praktikum ini, akan diamati salah satu contoh sel
hewan/manusia dari selaput lendir mulut manusia. Selaput tersebut tersusun dari
lapisan epitel pipih berlapis banyak.

Bahan & Alat :


1. Sel epitel mukosa mulut manusia
2. Skalpel
3. Gelas benda dan
4. Gelas penutup (3 buah)
5. Alkohol 70 %
6. Kapas
7. Mikroskop cahaya
8. Larutan pewarna :
a. Janus Green B 0,05 % dalam garam fisiologis atau air suling
b. Neutral Red 0,05 % dalam garam fisiologis atau air suling
c. Campuran larutan (a) dan (b) perbandingan 1:1

Cara Kerja :
1. Bersihkan ujung skalpel yang tumpul dengan alkohol 70 %.
2. Dengan ujung skalpel tersebut, keruklah selaput lendir mulut pada bagian sebelah
dalam pipi.
3. Teteskan selaput lendir mulut tersebut di atas kaca benda yang bersih, selanjutnya
tetesi dengan larutan pewarna no. (a), kemudian ditutup dengan gelas penutup
(hindari adanya gelembung udara). Amati dengan mikroskop cahaya dengan
perbesaran okuler-obyektif 10 X 10. Apabila sudah jelas diganti dengan
perbesaran 10 X 40, dan amati sel-sel epitel pipih yang tidak saling
bertumpukan.

Hasil Pengamatan :
Gambarlah sel epitel pipih tersebut dengan memperhatikan warna inti, sitoplasma,
dan apabila mungkin amati mitokondria yang biasanya terletak di sekitar inti sel.
1. Ulangi langkah no.1 sampai dengan no. 3 tetapi menggunakan zat warna (b)
dan (c).
2. Gambar dan bandingkan penyerapan bagian-bagian sel tersebut akibat
penggunaan 3 macam zat warna yang berbeda.

13
1.4. SEL PROKARIOTIK
Pengantar :
Sel prokariotik sangat sederhana ditinjau dari ukuran maupun strukturnya
dibandingkan dengan sel eukariotik. Pada sel prokariotik, materi genetik (DNA)
tidak terletak di dalam suatu struktur membran ganda yang menyelubungi nukleus,
sedangkan pada sel eukariotik materi genetik (DNA) tersusun sebagai kromosom
dan berada di dalam nukleus. Organisme prokariotik diantaranya meliputi golongan
bakteri dan ganggang biru. Salah satu contoh sel prokariotik adalah Anabaena sp.
yang merupakan golongan ganggang biru, bersifat fotoautotrof dan membentuk
koloni berupa filamen. Salah satu sel dalam koloni Anabaena sp. dapat membentuk
heterocyst yang berfungsi untuk menambat nitrogen, dengan ciri memiliki dinding
sel lebih tebal dan tidak memiliki apparatus fotosintetik.

Bahan dan alat :


1. Azolla pinnata segar atau akar pakis haji
2. Mikroskop cahaya
3. Gelas benda dan gelas penutup
4. Pensil

Heterocyst

Gambar 2. Koloni Anabaena sp.


Cara kerja :
1. Ambil daun Azolla pinnata atau ujung akar pakis haji dan letakkan pada
gelas benda.
2. Teteskan sedikit air pada preparat dan tutup dengan gelas benda
3. Dengan menggunakan bagian pensil yang tumpul, pencet daun A.
pinnata/akar pakis haji dengan hati-hati. Tutup kembali bekas noda daun A.
pinnata ujung akar pakis haji dengan gelas penutup.

14
4. Amati preparat dengan mikroskop pada perbesaran lemah dan apabila sudah
tampak kemudian amati dengan perbesaran kuat (100 x).
5. Gambar koloni Anabaena sp. yang tampak dan cari bagian heterocyst-nya.

15
ACARA 2
METABOLISME

Tujuan:

1. Mengukur laju fotosintesis dengan menghitung jumlah gelembung udara


yang dibentuk per satuan waktu oleh tanaman air Hydrilla verticillata
2. Melihat hasil fotosintesis dengan mengamati simpanan amilum dalam daun
3. Memahami proses respirasi dan mengetahui salah satu hasil respirasi

2.1. FOTOSINTESIS

Pengantar:
Secara sederhana reaksi kimia fotosintesis dituliskan sebagai berikut:

cahaya
6 CO2 + 6 H2O -----------------> C6H12O6 + 6 O2
klorofil glukosa

Dari reaksi tersebut diatas, fotosintesis pada dasarnya terdiri atas dua reaksi yang
penting, yaitu: (1) Reaksi pengubahan (konversi) energi fisik cahaya matahari
menjadi energi kimia dalam bentuk ATP dan NADPH2, reaksi ini dinamakan reaksi
cahaya / terang, dan (2) Reaksi penyimpanan tenaga kimia tersebut diatas dalam
bentuk ikatan kimia antara atom C yang satu dengan atom C yang lainnya menjadi
glukosa ( C6H12O6 ), yang dinamakan reaksi sintesis.
Di dalam reaksi cahaya, fotosistem II sebagai unit pigmen hijau daun, pada
siang hari menyerap cahaya matahari sehingga mengalami eksitasi dan melepaskan
2 elektron. Untuk menukar 2 elektron yang dilepaskan dari fotosistem II (FS II)
tersebut, terjadi pemecahan molekul air (fotolisis air = reaksi Hill). Di dalam
fotolisis, apabila 2 mol air dipecah maka akan dihasilkan 4 ion H+ , 4 e- , dan 2 atom
O yang akan menjadi molekul O2 . Molekul oksigen ini akan dilepaskan ke
atmosfer. Bila tanamannya terendam di dalam air, maka oksigen tersebut akan
keluar sebagai gelembung-gelembung udara. Dengan pulihnya jumlah elektron
pada fotosistem II, maka transfer elektron di dalam reaksi cahaya dapat berlanjut
sehingga dihasilkan ATP dan NADPH.
ATP dan NADPH yang dihasilkan dari reaksi cahaya akan digunakan untuk
mereduksi CO2 menjadi glukosa. Dalam jumlah besar, glukosa di dalam daun akan
mengalami kondensasi menjadi amilum yang dengan pengecatan J-KJ akan
berwarna biru gelap. Bila sebagian daun tidak terkena cahaya matahari, maka
bagian daun tersebut tidak melakukan fotosintesis, sehingga tidak ada amilum di
dalamnya. Akibatnya bila bagian daun tersebut dicat dengan J-KJ, tidak berwarna
biru gelap.
Faktor luar yang mempengaruhi laju fotosintesis adalah intensitas cahaya
dan kadar CO2. Sampai batas-batas tertentu, kenaikan intensitas cahaya dapat
menaikkan laju reaksi cahaya (dalam praktikum ini, dilakukan dengan menjauhkan
atau mendekatkan lampu, akan menaikkan atau menurunkan jumlah gelembung
udara). Demikian juga kenaikan kadar CO2 di atmosfer, bila stomata terbuka dapat

16
menaikkan difusi CO2 ke dalam daun, yang selanjutnya menaikkan kadar CO2 di
dalam kloroplas, sehingga akan menaikkan laju fotosintesis.

2.1.1. Pengukuran laju fotosintesis dengan menghitung jumlah gelembung


udara yang dihasilkan oleh potongan tanaman Hydrilla verticillata

Alat dan bahan:


1. Tabung reaksi 5. Potongan tanaman Hydrilla verticillata
2. Gelas piala ukuran 200 mL 6. Larutan NaHCO3
3. Corong gelas 7. Air.
4. Pipet tetes

Cara kerja:
1. Isi gelas piala dengan air secukupnya
2. Masukkan potongan Hydrilla verticillata
ke dalam gelas piala
3. Masukkan corong gelas ke dalam gelas
piala dengan posisi terbalik
4. Atur potongan Hydrilla verticillata
sedemikian rupa sehingga ujung
potongan berada di dalam corong dan
menghadap ke atas (lihat gambar)
5. Sinari potongan Hydrilla verticillata
dengan lampu dan tunggu sampai
terbentuk gelembung udara yang keluar
dari ujung potongan
6. Hitung jumlah gelembung per satuan
waktu dan ulangi penghitungan sampai 3
X
7. Jauhkan sumber cahaya dari gelas piala
dan hitung jumlah gelembung per satuan
waktu, ulangi penghitungan sampai 3 X.
Gambar 3. Peralatan uji laju
Apakah jumlah gelembung berkurang?
fotosintesis
kalau berkurang, apa alasannya ?
8. Ulangi langkah no. 7, tetapi dekatkan
sumber cahaya kepada gelas piala, apa
yang terjadi ?
9. Teteskan larutan NaHCO3 ke dalam air
dan tunggu selama 5 menit
10. Kemudian, ulangi penghitungan jumlah
gelembung yang dihasilkan per satuan
waktu. Apakah jumlah gelembung
bertambah ? Bila bertambah,apa
alasannya ?

2.1.2. Mengamati simpanan amilum dalam daun.

17
Alat dan bahan:
1. Daun dari bermacam-macam tanaman 5. Waterbath/kompor listrik 600 W
2. Alkohol 95 % 6. Kertas timah/aluminium foil
3. Larutan J-KJ 7. Gelas piala
4. Cawan petri 8. Penjepit.

Cara Kerja:

1. Sehari sebelum praktikum ini dilaksanakan (sebelum daun terkena cahaya


matahari), sebagian daun ditutup dengan kertas timah dan dijepit dengan
penjepit kertas
2. Setelah daun tersebut dibiarkan terkena cahaya matahari selama beberapa
jam, daun kemudian dipotong dan dimasukkan dalam alkohol panas selama
± 20 menit atau sampai daun berwarna putih.
3. Cuci daun dengan air panas, dan kemudian dimasukkan dalam larutan J-KJ
pada cawan petri selama beberapa menit.
4. Cuci daun dengan air dingin untuk menghilangkan sisa larutan J-KJ yang
berwarna coklat, lalu bentangkan dan amati perbedaan warna antara bagian
yang ditutup dengan kertas timah dengan bagian yang tidak ditutup. Warna
biru gelap menunjukkan adanya simpanan amilum dalam daun.

2.2. RESPIRASI

Pengantar:
Energi untuk proses kehidupan sel pada umumnya diperoleh dari cadangan
energi yang tersimpan di dalam ikatan kimia diantara atom-atom C dari senyawa
organik primer dengan cara memutus ikatan kimia tersebut. Reaksi pemutusan
ikatan kimia ini dinamakan reaksi oksidasi/respirasi, karena energi yang
dilepaskan dibawa oleh elektron. Bila penerima elektron yang terakhir adalah
oksigen maka reaksi oksidasi tersebut dinamakan respirasi aerob, sedangkan bila
penerima elektron yang terakhir bukan oksigen (misalnya asam organik) reaksi
oksidasi tersebut dinamakan respirasi anaerob.
Ada tiga fase dalam respirasi aerob, yaitu glikolisis, daur Krebs, dan sistem
pengangkutan elektron. Di dalam glikolisis (gliko = gula; lisis = pecah), glukosa
dipecah secara enzimatis menjadi 2 mol asam piruvat, dan dihasilkan 2 mol ATP
serta 2 mol NADH. Reaksi glikolisis ini berlangsung di dalam sitoplasma. Masing-
masing asam piruvat mengalami dekarboksilasi dan bereaksi dengan koenzim A
menjadi asetil Co.A, dan masuk ke dalam mitokondria serta masuk ke dalam daur
Krebs atau daur asam tri karboksilat. Hasil dari daur Krebs ini adalah 3 mol CO2, 4
mol NADH, 2 mol FADH2 dan 1 mol ATP untuk tiap mol asam piruvat yang masuk
ke dalam daur NADH dan FADH2 yang terbentuk dioksidasi lebih lanjut dalam
sistem pengangkutan elektron dan menggunakan oksigen sebagai penerima
elektron yang terakhir. Dari ketiga fase tersebut di atas, secara keseluruhan
respirasi aerob menghasilkan 36 mol ATP, 6 mol CO2, dan 6 mol H2O untuk tiap
molekul glukosa yang dioksidasi.
Di dalam respirasi anaerob, asam piruvat yang dihasilkan dari glikolisis
akan mengalami fermentasi di dalam sitoplasma menjadi etil alkohol atau asam

18
laktat. Di dalam fermentasi ini diperlukan 1 mol NADH2 untuk tiap mol asam
piruvat yang difermentasi. Sehingga respirasi anaerob hanya menghasilkan 2 mol
ATP untuk setiap molekul glukosa yang dioksidasi.
Respirasi merupakan proses yang terjadi setelah pernafasan. Dalam
pernafasan terapat dua fase, yaitu : ekspirasi dan inspirasi. Pada waktu ekspirasi,
karbondioksida (CO2) yang dihasilkan dalam metabolisme dikeluarkan dari seluruh
jaringan tubuh melalui alat pernafasan. Sedangkan pada waktu inspirasi, oksigen
(O2) dihirup dari lingkungan melalui saluran pernafasan kemudian diedarkan ke
seluruh jaringan tubuh. Pada vertebrata, pengedar oksigen diperankan oleh darah
dengan cara terikat pada hemoglobin dalam eritrosit. Jumlah oksigen yang
dikonsumsi atau dihirup pada waktu inspirasi ini dapat diukur dengan alat yang
disebut respirometer.
Laju konsumsi oksigen suatu jenis hewan secara tidak langsung
menunjukkan efisiensi metabolisme hewan tersebut karena oksigen yang dihirup
digunakan untuk oksidasi bahan makanan dan selanjutnya dihasilkan energi. Laju
metabolisme suatu hewan dapat ditentukan dengan menghitung jumlah oksigen
yang dibutuhkan per gram berat badan per jam (/g/bb/jam). Laju metabolisme
hewan bervariasi oleh adanya perubahan suhu tubuhnya. Pada hewan-hewan
poikiloterm laju ini ditentukan berdasarkan referensi mengenai suhu tubuhnya yang
selalu berubah sesuai dengan perubahan suhu lingkungan. Pada hewan-hewan
homoitoterm yang memiliki suhu tubuh yang tetap dan tidak dipengaruhi oleh suhu
lingkungan, laju metabolismenya dapat ditentukan tanpa petimbangan keadaan
sekelilingnya.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendemonstrasikan proses
respirasi pada makhluk hidup diantaranya:

1. pengukuran energi yang dilepaskan dalam bentuk panas


2. pengukuran jumlah glukosa yang digunakan
3. pengukuran jumlah oksigen yang diperlukan atau jumlah karbondioksida
yang dilepaskan

Saat berlangsung respirasi, molekul glukosa akan teroksidasi, molekul


oksigen akan digunakan dan karbondioksida akan dilepaskan. Proses ini dapat
diamati dengan bantuan alat pengukur metabolisme (LAB-AIDS metabolism
Chamber). Alat ini terdiri dari:

a. tabung horisontal dengan tabung kapiler


b. absorbent karbondioksida (pellet potasium hidroksida) yang digunakan
untuk menghilangkan setiap molekul karbondioksida yang dihasilkan
sehingga jumlah oksigen yang diserap dapat terlihat dengan adanya
perubahan volume pada chamber.

Di dalam chamber tekanan akan selalu sama dengan tekanan atmosfer dan
perubahan volume oksigen akan hampir sama dengan pergerakan larutan didalam
tabung kapiler. Perbedaan konsumsi oksigen dan produksi karbondioksida dapat
diukur dan dibandingkan apabila absorbent karbondioksida tidak digunakan.
Perlakuan kontrol atau thermobarometer (tanpa menggunakan organisme hidup

19
pada tabung metabolisme) menggambarkan perubahan temperatur udara dan
tekanan atmosfir yang berlangsung saat eksperimen dilakukan.
Dengan alat ini dapat dilakukan pengukuran konsumsi oksigen hewan-
hewan kecil misalnya cicak,bekicot,cacing atau serangga. Selain itu proses respirasi
pada kecambah tanaman juga mudah untuk dipelajari/diamati.

2.2.1. Mengetahui terjadinya respirasi pada biji yang berkecambah dan


mengetahui hasil respirasi

Alat dan bahan:


1. Gelas musium yang ada tutupnya 5. Kawat yang dapat dinyalakan
2. Kecambah kacang hijau 6. Korek api
3. Kapas 7. Air

Cara kerja:
1. Siapkan 2 gelas musium yang bersih
2. Letakkan kapas yang sudah dibasahi dengan air pada dasar gelas musium
3. Masukkan kira-kira 10 gram kecambah kacang hijau di atas kapas basah
pada gelas musium I, sedangkan pada gelas musium II tidak diisi kecambah
kacang hijau dan didiamkan selama 24 jam.
4. Dengan cepat, masukkan kawat yang ujungnya menyala ke dalam masing-
masing gelas musium
5. Hitung berapa lama (menit) nyala api pada ujung kawat masih bertahan di
dalam masing-masing gelas musium? Apakah ada perbedaan dalam
lamanya waktu nyala api yang bertahan di dalam gelas musium I dengan
yang ke II? Jika ada, apa alasannya?

2.2.2.Menghitung konsumsi oksigen pada hewan percobaan

Alat dan bahan


1. Tabung metabolisme (2 buah) 4. Larutan index berwarna
2. Klep penjepit 5. Larutan KOH 0,5 M
3. Pipa kapiler dengan selang 6. Forsep
penghubung 7. Jangkrik

Cara kerja:
1. Masukkan serangga ke dalam tabung berongga dan tutuplah tabung tersebut
dengan penyumbat plastik dengan jarak 2,5 cm dari masing-masing tabung
2. Masukkan tabung berongga atau langkah no.1 kedalam tabung metabolisme
3. Ulangi langkah no.1 dan no.2 tanpa diberi serangga sebagai kontrol
4. Masukkan larutan KOH 0,5 M ke dalam tabung metabolisme tetapi diluar
tabung berongga dengan menggunakan penjepit plastik yang disediakan
5. Masukkan larutan index yang berwarna ke dalam tabung kapiler yang
disediakan kira-kira 0,2 ml, sambungkan pipa kapiler dengan tutup tabung
metabolisme
6. Lakukan langkah no.4 dan no.5 untuk tabung kontrol
7. Letakkan tabung metabolisme secara horisontal dan biarkan beberapa saat
agar tekanan udara mencapai keseimbangan. Catat posisi larutan berwarna

20
pada pipa kapiler sebagai kondisi awal, kemudian catat perubahan yang
terjadi setiap menit selama 5 menit. Jika larutan berwarna bergerak lambat,
pengukuran dapat diperpanjang. Sebaliknya, jika terlalu cepat maka interval
pengamatan dapat diperpendek (misalnya 15 atau 30 detik)
8. Hitung jumlah oksigen yang dikonsumsi dengan rumus sebagai berikut :

Nilai perubahan skala pipa kapiler x 0,01 cc x 60 detik x 60 menit = a cc


O2/jam
Waktu (detik) 1 min. 1 jam

9. Buat grafik dari data yang diperoleh

Catatan:
1. Pengukuran harus dilakukan beberapa kali dengan organisme yang sama dan
dihitung reratanya
2. Dapat dilakukan variasi temperatur misalnya 20˚C dan 30˚C untuk melihat
perbedaan kecepatan respirasi pada temperatur yang berbeda

Pertanyaan:
1. Apakah yang dimaksud dengan respirasi?
2. Faktor-faktor apa sajakah yang dapat mempengaruhi respirasi?
3. Adakah pengaruh spesies, jenis kelamin, berat badan, suhu lingkungan,
obat-obatan, aktivitas dan sebagainya terhadap konsumsi oksigen?

ACARA 3
GENETIKA

21
Tujuan :
1. Mempelajari hukum pewarisan sifat menurut Mendel
2. Memahami dan melakukan test golongan darah sistem ABO dan Rh

3.1. IMITASI PERBANDINGAN GENETIS

Pengantar:
Menurut Hukum Mendel, apabila dominansi tampak sepenuhnya
(complete dominance) maka persilangan monohibrid akan menghasilkan keturunan
dengan perbandingan (ratio) fenotip 3:1. Akan tetapi, apabila dominansi tidak
penuh (incomplete dominance) maka ratio fenotip menjadi 1:2:1.
Pada persilangan dihibrid, apabila dominansi tampak sepenuhnya (complete
dominance) maka persilangan dihibrid akan menghasilkan keturunan dengan
perbandingan (ratio) fenotip 9:3:3:1. Akan tetapi apabila dominansi tidak penuh
(incomplete dominance) maka ratio fenotip menjadi 1:2:1:2:4:2:1:2:1.
Dalam kenyataan, hasil persilangan itu tidak selalu memperlihatkan ratio
tersebut di atas secara tepat, sehingga perlu dilakukan pengujian X2 (Chi-Square
Test) untuk mengetahui apakah penyimpangan yang terjadi itu signifikan ataukah
tidak. Dengan kata lain, apakah hasil yang diperoleh dapat dianggap baik ataukah
tidak.

Tujuan:
1. Mendapatkan gambaran tentang kemungkinan gen-gen yang dibawa oleh
gamet-gamet akan bertemu secara acak (random).
2. Melakukan pengujian dengan Tes X2 (Chi-Square Test) untuk mengetahui
apakah hasil yang diperoleh dapat dianggap baik ataukah tidak.

Bahan:
1. Kancing baju berukuran sama dengan warna yang berbeda (misalnya: warna
merah dan warna putih untuk imitasi persilangan monohibrid; warna merah
dan biru, serta putih dan abu-abu untuk imitasi persilangan dihibrid).
2. Dua buah kantong kain.

Cara Kerja:
Percobaan I Imitasi Persilangan Monohibrid
A. Dominansi Penuh (Complete Dominance)
1. Setiap praktikan menerima dua kantong kain masing-masing berisi 12
kancing, yang terdiri dari 6 kancing warna merah dan 6 kancing warna
putih. Kancing-kancing diumpamakan sebagai gamet-gamet. Kancing
merah adalah gamet dengan gen dominan R, kancing putih adalah gamet
alel resesif r.
2. Ambil satu kancing dari kantong kiri dengan tangan kiri, dan pada waktu
yang bersamaan ambilah satu kancing dari kantong kanan dengan tangan
kanan. Semua dilakukan tanpa melihat isi kantong.
3. Gabungan kancing yang diambil tersebut diumpamakan sebagai zigot,
sehingga ada tiga kemungkinan yang bisa terjadi, yaitu:

22
a. apabila mendapatkan dua kancing merah, berarti zigot mempunyai
genotip RR, dan fenotipnya bunga merah.
b. apabila mendapatkan satu kancing merah dan satu kancing putih, berarti
zigot mempunyai genotip Rr, dan fenotipnya bunga merah.
c. apabila mendapatkan dua kancing putih, berarti zigot mempunyai
genotip rr, dan fenotipnya bunga putih.
4. Setelah dicatat hasilnya, kancing-kancing tersebut dikembalikan ke dalam
kantong asalnya.
5. Ulangi percobaan sampai 10 kali pengambilan.
6. Buatlah tabel dari hasil percobaan dari 10 kali pengambilan, sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil Percobaan Perorangan Imitasi Persilangan Monohibrid Dominansi


Penuh
Pengambilan ke: RR (bunga merah) Rr (bunga rr (bunga putih)
merah)
1
2
3
dst.
Jumlah

7. Setelah selesai dengan 10 kali pengambilan, semua praktikan melaporkan


hasil masing-masing untuk dimasukkan pada tabel data kelas, sebagai
berikut:

Tabel 2. Hasil Percobaan Kelas Imitasi Persilangan Monohibrid Dominansi


Penuh
Kelompok ke: RR (bunga Rr (bunga rr (bunga
merah) merah) putih)
1
2
3
dst.
Jumlah

8. Lakukan Tes X2 terhadap hasil perorangan maupun hasil kelas.

B. Dominansi Tidak Penuh (Incomplete Dominance)


1. Hasil yang diperoleh pada percobaan Imitasi Persilangan Monohibrid
Dominansi Penuh digunakan untuk percobaan Imitasi Persilangan
Monohibrid Dominansi Tidak Penuh, dengan mengingat adanya sifat
intermedier, sehingga apabila mendapatkan satu kancing merah dan satu
kancing putih, berarti zigot mempunyai genotip Rr, maka fenotipnya bunga
merah muda (Tabel 3 & 4).
2. Buatlah tabel untuk hasil perorangan dan hasil kelas, sebagai berikut:

23
Tabel 3. Hasil Percobaan Perorangan Imitasi Persilangan Monohibrid Dominansi
Tidak Penuh
Rr rr
Pengambilan ke: RR (bunga merah)
(bunga merah muda) (bunga putih)
1
2
3
dst.
Jumlah

Tabel 4. Hasil Percobaan Kelas Imitasi Persilangan Monohibrid Dominansi Tidak


Penuh
Rr (bunga merah rr
Kelompok ke: RR (bunga merah)
muda) (bunga putih)
1
2
3
dst.
Jumlah

3. Lakukan Tes X2 terhadap hasil perorangan maupun hasil kelas.

Percobaan II Imitasi Persilangan Dihibrid


A. Dominansi Penuh (Complete Dominance)
1. Setiap praktikan menerima dua kantong kain masing-masing berisi 16
kombinasi kancing, yang terdiri dari:
a. 4 kombinasi kancing warna merah-biru (RB) = bunga merah, buah
bulat
b. 4 kombinasi kancing warna merah-kelabu (Rb) = bunga merah,
buah oval
c. 4 kombinasi kancing warna putih-biru (rB) = bunga putih, buah
bulat
d. 4 kombinasi kancing warna putih-kelabu (rb) = bunga putih, buah
oval
2. Ambil satu kombinasi kancing dari kantong kiri dengan tangan kiri, dan
pada waktu yang bersamaan ambilah satu kombinasi kancing dari kantong
kanan dengan tangan kanan. Semua dilakukan tanpa melihat isi kantong.
Gabungan kombinasi kancing yang diambil tersebut diumpamakan sebagai
zigot persilangan dihibrid (RrBb)
3. Setelah dicatat hasilnya, kombinasi kancing-kancing tersebut dikembalikan
ke dalam kantong asalnya.
4. Ulangi percobaan sampai 16 kali pengambilan.
5. Buatlah tabel dari hasil percobaan dari 16 kali pengambilan, sebagai
berikut:

24
Tabel 5. Hasil Percobaan Perorangan Imitasi Persilangan Dihibrid Dominansi
Penuh
Pengambilan R_B_ R_bb rrB_ rrbb
ke: (bunga merah, buah (bunga merah, (bunga putih, (bunga putih,
bulat) buah oval) buah bulat) buah oval)
1
2
3
dst.
Jumlah

6. Setelah selesai dengan 16 kali pengambilan, semua praktikan melaporkan


hasil masing-masing untuk dimasukkan pada tabel data kelas, sebagai
berikut:

Tabel 6. Hasil Percobaan Kelas Imitasi Persilangan Dihibrid Dominansi Penuh


Kelompok ke R_B_ R_bb rrB_ rrbb
(bunga merah, buah (bunga merah, (bunga putih, buah (bunga putih,
bulat) buah oval) bulat) buah oval)
1
2
3
dst.
Jumlah

7. Lakukan Tes X2 terhadap hasil perorangan maupun hasil kelas.

B.Dominansi Tidak Penuh (Incomplete Dominance)


1. Hasil yang diperoleh pada percobaan Imitasi Persilangan Dihibrid
Dominansi Penuh digunakan untuk percobaan Imitasi Persilangan Dihibrid
Dominansi Tidak Penuh, dengan mengingat adanya sifat intermedier,
seperti terlihat pada Tabel 7 dan 8
2. Buatlah tabel untuk hasil perorangan dan hasil kelas, sebagai berikut:

Tabel 7. Hasil Percobaan Perorangan Imitasi Persilangan Dihibrid Dominansi


Tidak Penuh
RRB RRB RRb RrB RrB Rrbb rrB rrBb Rrb
Pengambila B b b B b mera B putih b
n ke- merah merah mera mera h putih , putih
, bulat , h h

25
merah oval muda muda muda , agak ,
, agak , , , oval bulat bulat oval
bulat bulat agak
bulat
1
2
3
Dst.
Jumlah

Tabel 8. Hasil Percobaan Kelas Imitasi Persilangan Dihibrid Dominansi Tidak


Penuh
RRB RRB RRbb RrB RrBb Rrbb rrBB rrBb Rrb
B b merah B mera mera putih putih b
merah merah , mera h h , , putih
Kelompo
, bulat , agak oval h muda muda bulat agak , oval
k ke:
bulat muda , agak , oval bulat
, bulat
bulat
1
2
3
Dst.
Jumlah

3. Lakukan Tes X2 terhadap hasil perorangan maupun hasil kelas.

Pertanyaan :
1. Tuliskan contoh genotip dari suatu individu pentahibrid.
2. Berapa macam gamet yang akan dibentuk oleh individu yang mempunyai
genotip AaBbCCDdEEffGgHH?
3. Pada suatu tanaman dikenal sifat-sifat resesif seperti daun mahkota bunga
sobek di tengah dan batang pendek (ccdd). Ketika tanaman heterozigot
CcDd diserbuk oleh tanaman ccdd, diperoleh keturunan sebagai berikut:
- kedua sifat normal 97 tanaman
- mahkota sobek, batang normal 68 tanaman
- mahkota normal, batang pendek 75 tanaman
- mahkota sobek batang pendek 80 tanaman
Lakukan Uji X2. Apakah hasil yang diperoleh itu bisa diterima?

Tabel 9. Tabel CHI-SQUARE


Kemungkinan

26
Derajat
Kebebasan 0,99 0,90 0,70 0,50 0,30 0,10 0,05 0,01 0,001
(dk)
1 0,0002 0,016 0,15 0,46 1,07 2,71 3,84 6,64 10,83
2 0,02 0,21 0,71 1,39 2,41 4,61 5,99 9,21 13,82
3 0,12 0,58 1,42 2,37 3,67 6,25 7,82 11,35 16,27
4 0,30 1,06 2,20 3,36 4,88 7,78 9,49 13,28 18,47
5 0,55 1,61 3,00 4,35 6,06 924 11,07 15,09 20,52
6 0,87 2,20 3,83 5,35 7,23 10,65 12,59 16,81 22,46
7 1,24 2,83 4,67 6,35 8,38 12,02 14,07 18,48 24,32
8 1,65 3,45 5,53 7,34 9,52 13,36 15,51 20,09 2,13
9 2,09 4,17 6,39 8,34 10,66 14,68 16,92 21,67 27,88
10 2,56 4,87 7,27 9,34 11,78 15,99 18,31 23,21 29,59

27
3.2.KEBAKAAN

Tujuan:
Mengetahui salah satu sifat yang diturunkan pada manusia, yaitu golongan darah.

Genetika merupakan pengetahuan dasar bagi ilmu pemuliaan tumbuhan


maupun hewan. Dalam genetika juga dibahas berbagai sifat menurun bahkan
berbagai macam penyakit akibat kelainan genetik, sehingga pengetahuan ini juga
perlu dikuasai oleh para dokter. Beberapa istilah yang perlu diketahui dalam ilmu
Genetika antara lain :
a. Galur murni: keturunan yang selalu mempunyai sifat yang sama dengan
induknya.
b. Gen: unit genetik terkecil, terdiri dari rangkaian DNA yang mengkode
pembentukan protein yang akan menentukan sifat fenotif tertentu dari suatu
individu.
c. Dominan: sifat unggul, sifat ini mampu menutupi kenampakan sifat lain yang
lebih lemah pengaruhnya.
d. Resesif: sifat yang lebih lemah, sifat ini akan lebih tampak apabila tidak ada sifat
lain yang lebih kuat.
e. Fenotip (phenotype):sifat yang tampak dari suatu individu, sifat ini dapat diamati
secara langsung (misal: warna rambut, ukuran, bentuk).
f. Genotip (genotype): sifat yang tidak tampak, merupakan komposisi gen suatu
individu
g. Alel: anggota dari sepasang gen yang memiliki pengaruh yang berlawanan,
misalnya pada gen Tt, T menunjukkan gen untuk tanaman tinggi dan t
menunjukkan gen untuk tanaman pendek
h. Homozigot: individu yang genotipnya terdiri dari pasangan allel yang sama,
misalnya TT, rr, AA
i. Heterozigot: individu yang genotipnya terdiri dari pasangan allel yang tidak
sama misalnya Tt, Aa, Rr.
j. Hibrid: hasil perkawinan dua individu yang mempunyai sifat beda. Berdasarkan
jumlah sifat beda tersebut, maka dikenal istilah monohibrid, dihibrid, dan
seterusnya.

Golongan darah merupakan salah satu sifat turunan (herediter) yang


ditentukan oleh alel ganda. Sampai saat ini, banyak sekali sistem penggolongan
darah tetapi yang paling dikenal adalah sistem ABO. Sistem penggolongan ini
didasarkan pada peristiwa aglutinasi (penggumpalan darah) sel darah merah
(eritrosit). Sistem ABO ini dikemukakan oleh Dr. Karl Landsteiner pada tahun
1901. Landsteiner menemukan bahwa eritrosit dari beberapa individu akan
menggumpal apabila dicampur dengan serum darah dari individu lainnya, tetapi
kejadian ini tidak terjadi pada semua orang.
Penelitian selanjutnya menemukan bahwa aglutinasi eritrosit merupakan
hasil reaksi antigen-antibodi. Terdapat dua jenis antigen (aglutinogen) alamiah
yang bisa ditemui di membran eritrosit dan dua antibodi (aglutinin) alamiah yang
terdapat pada serum darah seseorang. Antigen alamiah tersebut adalah antigen A
dan antigen B, sedangkan antibodi alamiah tersebut disebut anti α dan anti .

28
Golongan darah seseorang tergantung jenis antigen dan antibodi yang ada
didarahnya.

Tabel10. Golongan Darah Manusia Berdasarkan Antigen dan Antibodi.


Golongan darah Jenis antigen pada Jenis antibodi pada
(fenotip) eritrosit serum darah
A A 
B B α
AB A dan B Tidak memiliki antibodi
O Tidak memilki α dan 
antigen

Apabila antigen A tercampur dengan anti-A atau anti-B tercampur dengan


anti  dalam darah seseorang, maka akan terjadi penggumpalan darah dan dapat
terjadi kematian. Berdasarkan hal itu, golongan darah sangat penting untuk
diperhatikan terutama dalam tranfusi darah. Sebelum tranfusi hendaknya golongan
darah donor (pemberi) dan golongan darah resipien (penerima) diperiksa dahulu
untuk menghindari terjadinya aglutinasi.
Pada tahun 1925 Bermstein menegaskan bahwa antigen yang terdapat pada
eritrosit ditentukan oleh suatu seri alel ganda. Alel tersebut diberi tanda “I” yang
berasal dari kata Isoaglutinin (protein yang terdapat pada permukaan eritrosit). Allel
alel IA dalam kromosom menentukan pembentukan antigen A, alel I menentukan
pembentukan antigen B, dan apabila tidak terdapat antigen dalam eritrosit
seseorang maka individu tersebut memiliki alel reseaif i. Interaksi alel yang
menentukan golongan darah seseorang dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel11.Interaksi Alel-Alel yang Menentukan Golongan Darah Manusia
Golongan Antigen (pada Alel penentu dalam
Genotip
darah (fenotip) eritrosit) kromosom
O - i ii
A A IA IAIA atau
IAi
B
B B I I I atau IBi
B B

AB A dan B IA dan IB IAIB

Alel penentu golongan darah dalam kromosom seseorang merupakan


warisan dari orangtuanya. Proses menurunnya alel ganda pada orang tua ke anaknya
dapat diilisutrasikan dalam contoh kasus berikut ini:
Contoh: Seseorang pria bergolongan darah AB menikah dengan wanita
bergolongan darah A heterozigot, bagaimanakah kemungkinan golongan darah
anaknya?
Jawab:
Parental (orangtua) : (♂) AB x (♀) A
Genotif parental : IAIB dan IAi
Gamet-gametnya : IA,IB dan IA, i
Anak-anaknya:
- IAIA bergolongan darah A homozigot
- IAi bergolongan darah A heterozigot
A B
-I I bergolongan darah AB

29
- IBi bergolongan darah B heterozigot

Sistem penggolongan darah Rh cukup dikenal selain sistem penggolongan


darah ABO, dimana sistem ini dikenal akibat adanya kasus hemolisis pada bayi
yang baru lahir. Kasus pertama akibat adanya “faktor Rh”ini diketahui pada tahun
1939 di New York melalui sebuah kasus ibu melahirkan yang mengalami hemolisis
akibat ditransfusi darah oleh suaminya. Dari kasus tersebut, diketahui bahwa
hemolisis pada ibu tersebut terjadi akibat reaksi imun terhadap antigen dari sang
ayah (paternal antigen), selain itu bayi yang dilahirkan mengalami gejala berupa
penyakit kuning (jaundice) yang disebut erythroblastosis fetalis yang dapat
berujung hingga kematian.
Pada tahun 1940, Landsteiner dan Wiener menemukan bahwa serum dari
kelinci yang diimunisasi dengan sel darah merah dari Macaca mulatta (Macacus
rhesus) juga dapat menggumpalkan 85% dari sampel sel darah merah manusia.
Awalnya mereka berpikir bahwa antibodi dari hewan percobaan dan manusia
menunjukkan adanya kesamaan faktor umum berupa Rh pada permukaan sel darah
merah rhesus dan manusia. Akan tetapi kemudian diketahui bahwa hal tersebut
kurang tepat karena keduanya diketahui berbeda. Heteroantibodi pada rhesus
disebut dengan anti-LW sedangkan antibodi pada manusia dinamakan anti-D

Alat dan Bahan:

1. Jarum lanset
2. Gelas benda (3 buah)
3. Tusuk gigi
4. Kapas
5. Alkohol 70%
6. Serum anti-A, serum anti-B, serum anti-D

Cara kerja:
1. Tentukan 4 orang probandus (usahakan tiap orang memiliki golongan darah
yang berbeda)
2. Sediakan 4 gelas genda, tandai pada tiap gelas benda untuk serum anti-A
dan serum anti-B
3. Usap salah satu ujung jari (biasanya salah satu dari 3 jari tengah) dengan
kapas yang telah dibasahi alkohol. Tusuk jari tersebut dengan menggunakan
jarum lanset, kemudian teteskan darah sebanyak 2 tetes pada masing-
masing gelas benda.
4. Tambahkan setetes serum anti-A pada tetes pertama, setetes serum B, dan
setetes serum anti-D pada tetes darah lainnya sesuai tanda pada gelas benda.
Hati-hati jangan sampai tertukar.
5. Campurkan setetes serum dan darah dengan menggunakan tusuk gigi.
Amati apa yang terjadi pada masing-masing campuran, tuliskan
pengamatan anda dalam bentuk tabel:

30
Tabel 12. Tabel PengamatanPenentuan Golongan Darah.
Perlakuan Golongan darah Kemungkinan
Probandus
Anti-A Anti-B AntiD (fenotip) Genotip Parental
1
2
3
4
Ket tandai terjadinya aglutinasi dengan tanda +

6. Mengapa tiap golongan darah memberikan reaksi yang berbeda ketika


dicampur dengan serum anti-A, serum anti-B, serum anti-D?
7. Tuliskan analisis anda dalam laporan praktikum.

31
ACARA 4
JARINGAN TUMBUHAN
Tujuan :
1. Memahami macam-macam jaringan penyusun tubuh tumbuhan
2. Menggambar sel-sel penyusun jaringan meristem, epidermis, pengangkut,
penguat dan jaringan dasar

Pengantar:
Jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai struktur, bentuk dan asal-usul
yang sama. Pada tumbuhan tingkat tinggi, berdasarkan sifatnya jaringan dibedakan
dua macam yaitu jaringan embrional dan jaringan dewasa. Berdasarkan fungsinya,
jaringan dewasa masih dibagi lagi menjadi beberapa macam, yaitu jaringan
pelindung (epidermis), jaringan dasar (parenkim), jaringan penguat (penyokong),
jaringan pengangkut (vaskuler) dan jaringan sekretoris. Secara umum jaringan
embrional dicirikan dengan adanya aktivitas pembelahan yang berlangsung terus
menerus dengan sel berdinding tipis, kaya akan plasma dan vakuola kecil-kecil,
sedang jaringan dewasa tersusun oleh sel-sel yang kompak, vakuola kecil dan
plasma sedikit.

4.1. Sel Epidermis:


Preparat 1 : Sayatan epidermis bawah daun Nicotiana tabaccum dalam air.
Familia : Solanaceae

Cara kerja :
Sayat bagian epidermis bawah daun Nicotiana tabaccum, letakkan di atas gelas
benda tetesi air dan tutup dengan gelas penutup. Amati di bawah mikroskop dengan
perbesaran kuat. Perhatikan stomata dengan sel penutup berbentuk ginjal dan
dikelilingi oleh tiga buah sel tetangga. Perhatikan pula trikoma yang ada. Bedakan
antara trikoma glanduler dan non-glanduler. Gambar sel epidermis, stoma dan
trikoma glanduler serta non-glanduler.

Preparat 2 : Sayatan epidermis batang Saccharum officinarum dalam air.


Familia : Poaceae

Cara kerja :
Sayat bagian epidermis batang Saccharum officinarum, letakkan di atas gelas benda
tetesi air dan tutup dengan gelas penutup. Amati di bawah mikroskop dengan
perbesaran kuat. Perhatikan adanya sel panjang dan sel pendek dengan bentuk yang
berkelok-kelok. Perhatikan pula adanya derivat epidermis yang berupa sel silika
dan sel gabus. Gambar sel panjang dan sel pendek beserta derivat epidermis yang
berupa sel silika dan sel gabus.

4.2. Jaringan penguat dan pengangkut


Preparat 3 : Penampang melintang batang Saccharum officinarum (awetan)
Familia : Graminae/Poaceae

32
Cara kerja :
Amati penampang melintang batang Saccharum officinarum di bawah mikroskop
dengan perbesaran kuat. Perhatikan deretan sel-sel di bawah epidermis dengan
dinding tebal dan tercat lebih tebal dibanding sel-sel yang lain. Jaringan tersebut
adalah jaringan penguat berupa sklerenkim. Gambar beberapa sel sklerenkim.
Perhatikan pula berkas pengangkut yang tersusun menyebar pada jaringan
parenkim. Gambar satu kelompok berkas pengangkut. Tentukan bagian xilem,
floem, ruang reksigen dan sarung sklerenkim

Preparat 4 : Maserasi kayu Ricinus communis (awetan).


Familia : Euphorbiaceae

Cara kerja :
Amati maserasi Ricinus communis di bawah mikroskop dengan perbesaran kuat.
Identifikasi dan gambar unsur-unsur xilem, yaitu trakea, trakeida, serabut
sklerenkim dan parenkim berkas pengangkut.

33
ACARA 5
ORGAN TUMBUHAN

5.1. Struktur morfologi organ


Tujuan :
1. Mengetahui macam-macam organ tumbuhan yang tergolong lumut, paku-
pakuan, monokotil dan dikotil
2. Mengetahui macam-macam jaringan penyusun organ tumbuhan monokotil
dan dikotil

Pengantar:
A. Golongan Tumbuhan
Golongan tumbuhan di alam memiliki perkembangan tubuh yang berbeda,
demikian pula perkembangan dari organ penyusun tubuh tumbuhan. Tumbuhan
menurut filogeninya berevolusi dari lingkungan aquatik ke darat. Organ tumbuhan
memiliki organ adaptif pada lingkungan aquatik, darat, atau habitat di antaranya.

Tumbuhan Ganggang (Algae)


Tumbuhan ganggang tubuhnya belum dapat dibedakan antara bagian akar,
batang atau daun. Tubuh seperti itu disebut thallus, dan dahulu dimasukkan dalam
golongan Thallophyta (Thallophyte). Alat vegetatif pada ganggang berupa thallus.
Pengganti fungsi akar untuk melekat di substrat membentuk organ khusus disebut
alat pelekat (kelp), kadang-kadang thallus memiliki bentuk seperti batang disebut
bagian seperti batang (cauloid) misalnya pada tubuh agar-agar (Euchaema
spinosum), dan kadang-kadang thallus memiliki bentuk seperti daun (phylloid)
misalnya pada rumput laut sargasso (Sargassum filipendulla).

Tumbuhan Lumut (Mosses; Bryophyta)


Organ vegetatif tubuh tumbuhan lumut berupa thallus, yang dijumpai pada
kelas lumut hati (Hepaticopsida), misalnya lumut Marchantia polymorpha serta
kelas lumut tanduk (Anthocerotopsida) misalnya lumut Anthoceros communae),
sedangkan kelas lumut daun (Bryopsida) misalnya paku Polytricum sp., tubuhnya
memiliki batang dan daun. Semua anggota tumbuhan lumut belum memiliki
struktur akar yang sesungguhnya disebut organ seperti akar (rhizoid), yang secara
struktural setara dengan bulu/rambut akar (pilus radicalis) pada tumbuhan Paku
(Pteridophyta) dan tumbuhan Berbiji (Spermatophyta).
Dahulu tumbuhan lumut dimasukkan dalam golongan Thallophyta
(Thallophyte), batang berupa batang sederhana bertipe protostele, dan daun
sederhana yang hanya terdiri dari selapis sel dan hanya memiliki satu berkas
penggangkutan (tulang daun). Organ generatif berupa alat pembentuk spora
(sporofit), yang bersifat parasit terhadap organ vegetatifnya. Sporofit pada
umumnya memiliiki bagian sel kaki, tangkai (seta), penggelembungan ujung
tangkai (apofise), kapsul spora (theca), rambut mulut (peristome), dan tutup
(operculum).
Tumbuhan Paku (Fern; Pteridophyta)
Organ vegetatif tubuh tumbuhan paku terdiri dari akar, batang, dan daun,
organ seperti itu disebut kormus (cormus), sehingga dahulu bersama dengan

34
tumbuhan berbiji dimasukkan dalam golongan Cormophyta (Cormophyte). Akar
sudah memiliki struktur akar (root; radix) yang sesungguhnya, batang (stem;
caulis) sudah memiliki perkembangan susunan berkas pengangkutan yang
sempurna, dan daun memiliki struktur yang telah berkembang dengan baik
memiliki beberapa lapis sel, serta membentuk jaringan daging daun disebut frond.
Organ generatif berupa spora yang dibentuk di dalam kotak spora
(sporangium). Pada golongan paku purba (Psilotinae) sporangium dibentuk di
ketiak daun (synangium) misal pada Psilotum complanatum. Pada golongan paku
ekor kuda (Equisetinae) dan paku kawat (Lycopodiinae) sporangium dibentuk pada
strobillus sebagai kumpulan sporofil di ujung batang atau cabang, misal pada paku
ekor kuda (Equisetum debile) dan paku kawat (Lycopodium cernum). Pada
golongan paku benar (Filicinae) sporangium dibentuk di daun baik di permukaan
atas, bawah, ujung, pangkal, atau tepi daun, yang demikian itu disebut sorus (sori;
jamak) misal pada paku pohon (Cyathea prostata). Pada golongan paku air
(Hydropteridales) sporangium dibentuk di dalam badan buah (sporocarpium) misal
pada paku semanggi (Marsilea crenata).
Daun dibedakan antara daun steril atau tropofil (thropophyll) yaitu daun
yang berfungsi seperti daun pada umumnya, dan daun pembentuk spora atau
sporofil (sporophyll) disamping masih memiliki fungsi daun untuk fotosintesa.
Daun pada tumbuhan paku memiliki sifat khas (ciri), bahwa daun muda ujungnya
menggulung.

Tumbuhan Berbiji (Spermatophyta)


Golongan ini dibedakan menjadi tumbuhan berbiji terbuka/telanjang
(Gymnospermae) karena biji terletak pada bagian luar dari daun buah (carpella),
dan tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae) karena biji terdapat di dalam
lingkungan bagian dalam dari persatuan daun buah (carpella).

Tumbuhan Berbiji Terbuka (Gymnospermae)


Anggota dari golongan tumbuhan ini memiliki sifat khas (ciri), bahwa biji
terletak pada bagian permukaan luar dari daun buah. Alat vegetatif tumbuhan ini
sudah memiliki akar, batang, dan daun sejati. Salah satu anggotanya adalah
keluarga sikas (Cycadineae) yang memiliki batang seperti palem dan daun
sempurna, misalnya Cycas rumphii; keluarga pinus (Coniferae) yang sering disebut
sebagaui golongan pohon jarum karena daunnya berbentuk daun misalnya Pinus
merkusii; serta keluarga melinjo (Gnetinae) misalnya melinjo (Gnetum gnemon).
Organ generatif adalah berupa strobilus jantan dan betina, yang pada
umumnya berumah satu (monoecus) misalnya pada Pinus spp., atau berumah dua
(dioecus) misalnya pada melinjo. Strobilus tersebut tersusun dari aksis (cabang)
yang mendukung daun pembentuk bakal biji (megasporofil) membentuk strobilus
betina, dan daun pembentuk serbuk sari atau spora kecil berkelamin jantan
(microsporofil) membentuk strobilus jantan.

Tumbuhan Berbiji Terbuka (Angiospermae)


Tumbuhan anggota golongan ini menghasilkan struktur biji, terdiri dari kulit
biji, dan inti biji yang di dalamnya terdapat lembaga (embryo) pada umumnya dapat
dibedakan antara akar lembaga (radicula), batang lembaga (caulicula), dan daun
lembaga (cotyledon), beserta cadangan makanan.

35
Golongan ini dibagi menjadi dua golongan berdasarkan jumlah daun
lembaga yaitu tumbuhan berbiji belah (Dicotyledoneae) dan tumbuhan berbiji
tunggal (Monocotyledoneae). Kedua golongan ini terkenal sebagai tumbuhan
berbunga (Anthophyta), karena memiliki bunga (flower; flos). Karakter dari
tumbuhan berbiji dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 13. Karakter pada tumbuhan Gymnospermae dan Angiospermae


No. Karakter Gymnospermae Dicotyledoneae Monocotyledoneae
1. Daun Banyak Dua satu
lembaga
2. Batang Kambium Kambium Tak berkambium
3. Bunga Tak berbunga Berbunga Berbunga
(berstrobillus)
4. Bilangan - 2,4 atau 5 dan 3 dan kelipatannya
bagian kelipatannya
bunga
5. Akar Tunggang Sistem akar Sisten akar liar
tunggang (serabut)

B. Struktur Morfologi Akar, Batang, Daun, dan Bunga


Struktur Akar
Akar adalah bagian vegetatif untuk melekat pada substrat, memiliki
pertumbuhan geotropi positif, dan berfungsi untuk absorpsi air dan unsur hara dari
tanah. Akar dikelompokkan menjadi sistem akar tunggang dan sistem akar serabut
(radix advantitious).
Sistem akar tunggang terjadi karena akar lembaga tumbuh menjadi bagian
di bawah daun lembaga (hipokotil), kemudian di ujungnya tumbuh akar primer
(radix primaria), akar primer kemudian tumbuh dan bercabang membentuk
percabangan akar. Akar primer berkembang menjadi batang akar (corpus radici)
yang selanjutnya bercabang-cabang. Bagian akar tunggang adalah leher akar
(bagian peralihan antara akar dan batang), batang akar, akar lateral, dan serabut
akar. Macam akar ini dimiliki oleh golongan tumbuhan Gymnospermae misalnya
pohon North-folk (Araucaria cuninghamii) dan golongan tumbuhan
Dicotyledoneae misalnya pohon jati (Tectona grandis).
Sistem akar liar atau serabut terjadi karena akar primer mereduksi, dan
tumbuh pada bagian buku-buku batang pangkal, sehingga jumlah serabut akar
menjadi banyak. Macam akar ini dimiliki oleh tumbuhan paku dan
Monocotyledoneae misalnya jagung (Zea mays).

Struktur Batang
Batang merupakan organ vegetatif tanaman yang berfungsi untuk perluasan
bidang fotosintesis malalui percabangannya, serta memiliki sifat pertumbuhan
fototropi positif. Pada umumnya batang berciri tidak hijau, serta merupakan alat
transportasi air, unsur hara, dan hasil fotosintesis.
Organ batang berasal dari ruas diatas daun lembaga (epikotil), serta
memiliki struktur berbuku (node), sedangkan ruas merupakan bagian di antara dua
buku (internode). Pada ujung batang terdapat tunas atau kuncup ujung (terminal

36
bud; gemma terminalis) dan di buku batang terdapat tunas atau kuncup samping
(lateral bud; gemma lateralis). Tunas samping jumlahnya banyak, dengan umur
yang bervariasi. Pada buku batang dapat pula tumbuh tunas cabang, daun, daun
penumpu, dan bunga.
Batang pokok yang berasal dari ruas epikotil tadi dalam perkembangannya
dapat membentuk batang tunggal tanpa cabang (monocaulis) misalnya pohon
kelapa (Cocos nucifera), atau dapat membentuk batang pokok tunggal dengan
cabang nyata (monopodial) misalnya pada pohon damar (Agathis alba). Selain itu,
tedapat perkembangan lain seperti pembentukan batang pokok yang tidak jelas
dengan cabang dominan karena kuncup ujung mati (sympodial) misalnya pada
pohon mangga (Mangifera indica), atau mendua yaitu batang dengan kuncup ujung
mereduksi dan tumbuh dua cabang setiap buku batang, misalnya pada paku resam
(Gleichenia spp.).

Struktur Morfologi Daun


Organ daun berasal dari salah satu tunas pada buku batang yang muncul
sebagai tonjolan (appendage). Daun berhubungan dengan batang melalui pangkal
daun, yang berisi jalinan berkas pengangkutan yang spesifik. Daun pada umumnya
bersifat bilateral simetris dalam upaya efisiensi penangkapan intensitas sinar
matahari, dan berfungsi sebagai media bagi tumbuhan untuk membentuk bahan
organik sendiri (autotrop) melalui proses fotosintesis (assimilasi karbon). Daun
memiliki struktur mulut daun (stomata) untuk pertukaran gas pada proses
fotosintesis dan transpirasi.
Daun secara morfologi luar dapat bersifat lengkap (complete leave) atau
tidak lengkap (incomplete leave). Daun yang lengkap memiliki bagian pokok antara
lain upih atau pelepah daun (leave sheath), tangkai daun (petiole), dan helaian daun
(lamina; leave blade), hal ini diteukan misalnya pada tanaman pisang (Musa
paradisiaca), dimana pelepah daun menjadi batang semu (spurius stem) sedangkan
batang aslinya berupa batang di bawah tanah sebagai rizoma (rhyzome).
Daun yang tidak lengkap dapat berupa daun bertangkai, daun berupih atau
daun duduk. Sebagai contoh daun yang hanya terdiri dari helaian dan tangkai daun
seperti pada daun nangka (Artocarpuis heterophylla), daun berupih yang hanya
terdiri dari helaian dan upih daun seperti pada daun jagung (Zea mays), kemudian
daun duduk (sessilis) apabila hanya terdiri dari helaian saja misalnya daun kremah
(Althernanthera sessilis), dan daun semu (phyllodia) apabila helaian daun berasal
dari tangkai daun misal daun akasia (Acacia auriculiformis).

Struktur Morfologi Bunga.


Organ bunga berasal dari kuncup yang secara spesifik berubah menjadi
bunga, sehingga bunga merupakan sistem percabangan yang mendukung daun-
daun. Bagian yang berupa batang atau cabang meliputi tangkai induk karangan
bunga (pedunculus communis; axis), ruas cabang (rachis, rachilla), dan dasar
bunga (receptacle) sebagai tempat tumbuhnya bagian bunga yang berupa daun-
daun.
Bagian yang berupa daun-daun meliputi: daun pelindung (brachtea), daun
kelopak (sepal) yang secara kolektif membentuk kelopak bunga (calyx), daun
mahkota (petal) yang secara kolektif membentuk mahkota bunga (corolla), daun
pendukung spora jantan (kecil) (microsporophyll) atau benang sari (stamen) disebut

37
juga alat kelamin jantan (androecium), dan daun pendukung mega/makrospora
(mega/makrosporophyll) membentuk putik (pistill) sebagai alat kelamin betina
(gynoecium).
Perhiasan bunga terdiri dari kelopak dan mahkota bunga. Pada tumbuhan
tertentu antara bagian kelopak dan mahkota bunga tidak dapat dibedakan, sehingga
perhiasan bunga yang demikian disebut tenda bunga (perigonium), dengan unit
disebut daun tenda bunga (tepal).
Bunga yang memiliki kelopak dan mahkota bunga disebut bunga lengkap
(complete flower). sedangkan bunga yang tidak lengkap misalnya hanya memiliki
kelopak bunga seperti pada bunga asar (Mirabillis jalappa). Bunga yang memiliki
benang sari dan putik disebut bunga sempurna (perfect flower), sedangkan bunga
yang tidak sempurna adalah bunga yang hanya memiliki benang sari sehingga
disebut bunga jantan (staminate flower) atau hanya memiliki putik sehingga disebut
bunga betina (pistilate flower), misalnya pada tanaman jagung.

Alat dan Bahan:


a) Ganggang sargasso (Sargassum sp.)
b) Lumut daun (Polytrichum sp.) atau Pogonatum sp
c) Paku supelir (Adianthum sp.)
d) Pinus (Pinus merkusii) atau sikas (Cycas rhumpii)
e) Allamanda (Allamanda cathartica)
f) Lilium (Lilium longiflorum)

Cara Kerja:
1. Tulis nama spesies tumbuhan yang saudara hadapi
2. Gambar secara skematik organ tubuhnya
3. Untuk bahan a). beri keterangan mengenai alat pelekat, bagian thallus
seperti batang (cauloid), bagaian thallus seperti daun (phylloid), dan alat
perkembangbiakan generatifnya.
4. Untuk bahan b). beri keterangan mengenai risoid, batang, daun, dan
sporofit.
5. Untuk bahan c). beri keterangan mengenai akar, batang, daun, dan sorus.
6. Untuk bahan d). beri keterangan mengenai batang, daun, strobilus jantan,
dan strobilus betina.
7. Untuk bahan e). beri keterangan mengenai batang, tangkai daun, helaian
daun, tangkai karangan bunga, tangkai bunga, daun kelopak, daun mahkota,
benang sari, dan putik.
8. Untuk bahan f). beri keterangan mengenai batang, tangkai daun, helaian
daun, tangkai karangan bunga, tangkai bunga, daun kelopak, daun mahkota,
benang sari, dan putik.
7. Pertanyaan:
a) Sebutkan perbedaan alat vegetatif tumbuhan ganggang, lumut, paku, dan
tumbuhan berbiji.
b) Sebutkan perkembangan organ generatif dari tumbuhan tumbuhan
ganggang, lumut, paku, dan tumbuhan berbiji.

5.2. Struktur anatomi organ

38
Pada tumbuhan tingkat tinggi, sekelompok jaringan akan membentuk organ.
Organ tumbuhan dibedakan menjadi 2 macam, yaitu organ vegetatif dan organ
reproduksi. Organ vegetatif meliputi akar, batang dan daun, sedangkan organ
reproduksi meliputi bunga, buah dan biji.

Preparat 1 : Penampang melintang batang Hibiscus sabdariffa (awetan)


Familia : Malvaceae

Cara kerja :
Amati di bawah mikroskop penampang melintang batang Hibiscus sabdariffa
dengan perbesaran lemah. Gambar satu bagian dari lingkaran batang, perhatikan
jaringan terluarnya masih berupa sel-sel epidermis ataukah sudah rusak dan
digantikan oleh sel-sel gabus. Perhatikan pula jaringan korteksnya. Sel-sel apa
sajakah yang menyusun korteks, kemudian perhatikan bagian stelenya yang
tersusun atas berkas pengangkut dan empulur.

Preparat 2 : Penampang melintang daun Panicum maximum (awetan)


Familia : Poaceae

Cara kerja :
Amati di bawah mikroskop penampang melintang daun Panicum maximum dengan
perbesaran lemah. Gambar daerah tulang daun. Perhatikan bagian epidermis dan
mesofilnya. Tersusun dari sel-sel apa sajakah bagian epidermisnya. Perhatikan pula
bagian mesofilnya. Jaringan apa saja yang menyusun mesofil daun tersebut?

Preparat 3 : Penampang melintang daun Glycine max (awetan)


Familia : Leguminosae

Cara kerja :
Amati dibawah mikroskop penampang melintang daun Glycine max dengan
perbesaran lemah. Gambar daerah tulang daun. Perhatikan bagian epidermis dan
mesofilnya. Tersusun dari sel-sel apa sajakah bagian epidermisnya. Perhatikan pula
bagian mesofilnya. Jaringan apa saja yang menyusun mesofil daun tersebut?

Preparat 4 : Penampang melintang buah Capsicum frutescens (awetan)


Familia : Solanaceae

Cara kerja :
Amati di bawah mikroskop penampang melintang buah Capsicum frutescens
dengan perbesaran lemah. Perhatikan dan gambar bagian epikarpium, mesokarpium
dan endokarpium. Identifikasi semua jaringan penyusun tiga bagian tersebut. Pada
bagian manakan anda dapat menemukan sel raksasa?

ACARA 6
JARINGAN HEWAN

39
Tujuan: Mengetahui berbagai macam jaringan penyusun tubuh hewan

Pengantar:
Meskipun tubuh hewan/manusia tersusun dari banyak sekali sel, tetapi secara garis
besar dapat dikelompokkan menjadi empat macam jaringan dasar yakni:
1. Jaringan epitelium
2. Jaringan pengikat/penyokong
3. Jaringan otot
4. Jaringan saraf

Bahan :
1. Jaringan Epitelium
a. Preparat kelenjar tiroid tikus putih, pewarnaan Hematoksilin dan Eosin (HE).
b. Preparat vagina tikus putih, pewarnaan Hematoksilin dan Eosin (HE).

Cara Kerja:
a. Lihat dan gambar sel-sel epitelium yang tersusun selapis, berbentuk kubus
yang
melapisi rongga folikel kelenjar tiroid. Inti sel tampak berwarna biru gelap dan
sitoplasma berwarna merah muda.
b. Lihat dan gambar sel-sel epitelium pipih yang tersusun berlapis. Epitelium
superfisial berbentuk pipih, lebih ke dalam bentuk sel polihedral, pada bagian
dasar epitel berbentuk kubus atau kolumner rendah. Inti sel tampak berwarna
biru gelap dan sitoplasma berwarna merah muda.

Catatan : jaringan epitelium berbentuk lembaran, tidak ditembus pembuluh


darah,
dan bertumpu pada membrana basalis.

2. Jaringan Pengikat / Penyokong


a. Preparat jaringan pengikat subkutis tikus putih, pewarnaan Mallory Acid
Fuchsin.
b. Preparat trakhea kambing, pewarnaan Hematoksilin dan Eosin (HE).
c. Preparat darah katak dan manusia, pewarnaan Giemsa/May Grunwald/dan
Pappenheim.

Cara Kerja:
a. Lihat dan gambar serabut kolagen dan elastik yang berwarna biru muda, sel-
sel
jaringan ikat dalam preparat ini tidak terwarnai.
b. Lihat dan gambar sel-sel tulang rawan (kondrosit) yang terletak di dalam
rongga
(lakuna) dalam matriks jaringan tulang rawan.
c. Lihat dan gambar sel darah merah (eritrosit) katak, bentuk sel elips dan
mempunyai inti sel. Sel darah merah (eritrosit) manusia, berbentuk bikonkaf
dan tidak mempunyai inti sel.

40
3. Jaringan Otot
a. Preparat usus besar tikus putih, pewarnaan Hematoksilin dan Eosin (HE).
b. Preparat lidah mencit, pewarnaan Hematoksilin dan Eosin (HE).
c. Preparat otot jantung sapi, pewarnaan Hematoksilin dan Eosin (HE).

Cara Kerja:
a. Lihat dan gambar lapisan otot polos yang menyusun dinding usus besar. Sel-
sel
otot polos berbentuk kumparan atau gelendong. Inti berwarna biru tua dan
sitoplasma berwarna merah muda.
b. Lihat dan gambar berkas otot lurik yang menyusun lidah. Inti sel banyak di
tepi,
berwarna biru tua, tampak garis-garis melintang dan membujur.
c. Lihat dan gambar otot jantung. Berkas otot jantung bercabang membentuk
anyaman. Inti terletak di tengah, berwarna biru tua, ada garis lurik-lurik.
Lihat adanya serabut Purkinje.

4. Jaringan Saraf
Preparat otak (otak besar atau otak kecil) puyuh, pewarnaan Hematoksilin dan
Eosin (HE).

Cara Kerja:
Lihat dan gambar berbagai tipe sel saraf (multipolar, bipolar, dan pseudounipolar).
Inti tidak terpulas, anak inti terpulas gelap, sitoplasma terpulas gelap.

ACARA 7
MORFOLOGI, ORGAN DAN SISTEM ORGAN HEWAN VERTEBRATA

Tujuan:

41
a. Mengenal morfologi dan organ yang penting dalam pencirian vertebrata,
b. Mengenal sistem pencernaan dan sistem respirasi ikan

Pengantar:
Vertebrata merupakan hewan yang sudah mempunyai tulang belakang,
mempunyai morfologi dan organ bervariasi, yang berhubungan dengan habitat dan
kebiasaan hidupnya.
Ikan adalah vertebrata yang hidup di perairan, bernafas dengan insang dan
bergerek dengan menggunakan siripnya. Sirip ikan yang berpasangan adalah sirip
dada (pectoral) dan sirip perut (pelvic). Sirip yang tidak berpasangan yaitu sirip
punggung (dorsal), sirip anal dan sirip ekor (caudal). Mata nyata, tidak berkelopak,
tertutup oleh membran niktikan. Sistem pencernaaan sempurna dan sistem respirasi
berupa insang.
Katak merupakan vertebrata yang mempunyai dua kehidupan, saat berada
pada stadium larva, sebagian besar hidup di perairan dan bernafas dengan insang,
sedangkan pada stadium dewasa sebagian besar hidup di darat dan bernafas dengan
paru-paru. Kaki belakang katak lebih berkembang dari kaki depan, sehingga
mempunyai kemampuan untuk meloncat. Katak sudah mempunyai alat
pendengaran yang disebut tympanum, bentuknya bulat, terletak di belakang mata.
Kadal merupakan anggota reptilia, merupakan hewan darat sejati, selalu
bernafas dengan paru-paru, tungkai ada 4 dan memiliki cakar. Tubuhnya ditutupi
oleh sisik dari zat khitin. Alat pendengaran berupa lekukan telinga yang belum
sempurna. Organ mata kadal mempunyai kelopak sehingga dapat menutup dengan
sempurna. Ekornya rapuh dan bila dalam keadaan terancam dapat diputuskan untuk
menyelamatkan diri.
Ikan, Amphibia dan Reptilia merupakan hewan berdarah dingin
(poikiloterm), yang metabolisme tubuhnya sangat dipengaruhi oleh suhu
lingkungannya. Aves dan Mammalia merupakan hewan berdarah panas
(homoiterm), yang menjaga suhu tubuhnya menjadi konstan terhadap
lingkungannya. Reptilia, Aves dan Mammalia memiliki alat gerak berupa kaki yang
berjumlah 4 (tetrapoda) dengan bentuk bervariasi.
Aves (burung) merupakan hewan berdarah panas, tubuhnya ditutupi oleh
bulu, yang memiliki bentuk, nama dan susunan yang bervariasi. Anggota gerak
depan termodifikasi menjadi sayap untuk terbang, kaki bersisik yang menunjukkan
adanya kekerabatan dengan reptilia. Mulut dilengkapi dengan paruh, yang
bentuknya bervariasi tergantung dengan kebiasaan makannya. Kaki pentadaktilus
dan bercakar.
Mammalia merupakan hewan berdarah panas, dengan seluruh atau sebagian
tubuhnya ditutupi oleh rambut. Mamalia mempunyai kelenjar minyak dan kelenjar
keringat yang aromanya sangat khas. Glandula mamae berkembang pada individu
betina, sedangkan pada individu jantan mereduksi. Bentuk dan ukuran tubuh sangat
bervariasi dan menjadi sangat penting untuk pengenalannya. Selain itu mamalia
memiliki susunan dan rumus gigi yang sangat penting juga untuk determinasi. Cara
menapak mamalia dibedakan menjadi plantigrade (dijumpai pada manusia, Pongo
dll.), digitigrade (kebanyakan karnivora: Panthera, Canis; dll), dan unguigrade
yang menapak dengan kukunya (Equus, Tapirus, Bos; dll). Organ dan sistem organ
yang dimiliki telah sempurna. Mammalia secara umum memiliki daun telinga,
kecuali Echidna dan Platypus.

42
7.1. Mengenal morfologi ikan, katak, kadal, burung dan marmut

Bahan :
1. Ikan
2. Katak sawah
3. Kadal
4. Burung
5. Marmut

Cara Kerja:
1. Ikan
Letakkan ikan mengadap ke sebelah kiri, gambar morfologinya secara utuh. Ikan
secara keseluruhan dibagi menjadi 3 bagian. Kepala dari mulut terdepan hingga
akhir penutup insang. Tubuh dari akhir penutup insang hingga anus. Anus
hingga ujung sirip caudal disebut ekor. Panjang tubuh baku mulai ujung mulut
hingga pangkal ekor sedang panjang total dari ujung mulut hingga ujung ekor.
Sebutkan bagian bagian organya yang meliputi: mulut, penutup insang, sirip
dorsal, sirip dada, sirip perut, sirip anal dan sirip ekor!

2. Katak
Letakkan katak menghadap kekiri, gambar secara utuh dengan kaki depan tegak
dan kaki delapan tertekuk. Gambar dan perhatikan organ : Mulut, lubang
hidung, mata, tympanum, tungkai depan dan tungkai belakang serta anus.

3. Kadal
Letakkan kadal menghadap kekiri. Gambar morfologi utuh kadal. Perhatikan
bagian-bagian organ. Pada kepala terdapat mulut, yang di dalamnya terdapat
lidah dan gigi-gigi, bagian luar terdapat: mulut, lubang hidung, mata, dan lubang
telinga. Pada bagian tubuh terdapat 2 tungkai depan dan tungkai belakang yang
berjari 5 dan bercakar, dan di ujung belakang terdapat ekor.

4. Burung dara
Gambar morfologi burung dengan kepala menghadap kekiri. Perhatikan bagian
tubuhnya yang tertutup bulu lembut. Bagian kepala terdapat paruh yang
bentuknya seperti kerucut pendek (conus) mata kecil hitam dengan pupil bulat.
Kepala dan lehar tertutup bulu. Pada tubuh terdapat sepasang sayap, yang
bentuknya bervariasi dan susunannya khas, bulu halus pada bagian lain dan
sepasang kaki yang berjari 5, bercakar dan bersisik. Bagian ekor bulunya besar
dan bersusun sebagai alat kemudi tatkala terbang.

5. Mammalia.
Gambar morfologi secara penuh dengan marmut menghadap ke kiri. Hampir
seluruh tubuh marmut ditumbuhi rambut yang lembut. Pada bagian kepala
terdapat mulut dengan lubang mulut yang memiliki gigi dengan rumus tertentu,
lubang hidung, dan daun telinga. Pada bagian tubuh terdapat 2 pasang kaki, serta
glandula mamae yang terletak di bagian bawah/belakang. Ekor kecil yang
terletak di atas anus.

43
7.2 Pengenalan sistem pencernaan dan respirasi ikan
Bahan:
Ikan yang telah diawetkan dengan alkohol 70 %.

Cara Kerja:
Letakkan ikan menghadap kekiri. Sayat daging dari daerah punggung hingga bagian
bawah perut dengan hati hati, hingga kelihatan bagian dalam isi perut, seperti
gambar dibawah ini. Perhatikan bagian bagian sistem pencernaan yang ada.
Gambar secara utuh topografi ikan yang ada dihadapan saudara, dan beri
keterangan organ-organ sistem pencernaan dan respirasi dengan benar.

Gambar 4. Bagian-bagian ikan.

Gambar 5. Organ Sistem Pencernaan Ikan.

44
7.3. ORGAN DAN SISTEM ORGAN TUBUH HEWAN
Tujuan: Mengenal beberapa organ tubuh hewan yang membentuk sistem organ
dan mempelajari letak organ satu terhadap organ yang lain
Alat dan Bahan:
1. Bak parafin
2. Alat bedah (dissection kit) yang meliputi : gunting, skalpel, pinset, dan jarum
3. Kapas
4. Kloroform
5. Marmut (Cavia cobaya).

Pada Latihan 6, kita telah mempelajari beberapa jenis jaringan tubuh hewan
pada suatu organ. Beberapa jaringan dengan fungsi yang sejenis akan membentuk
organ, misalnya jaringan epitelium, jaringan otot jaringan pengikat dan beberapa
penyusun lainnya membentuk intestinum. Kesatuan beberapa organ akan
membentuk suatu sistem organ, contoh: cavum oris, dentis, esophagus, ventriculus,
intestinum, cloaca/anus, hepar, dan pancreas membentuk systema digestorium.
Dalam Latihan 7, ini akan diperkenalkan beberapa organ tubuh Mammalia
dengan menekankan pada letak dan besar organ tersebut dibanding organ yang lain
atau dinding tubuhnya. Menentukan letak suatu organ terhadap organ yang lain dan
sekitarnya disebut topografi.
Topografi dibedakan menjadi:
- syntopi, yaitu menentukan letak organ terhadap organ lainnya.
- Skeletopi, yaitu menentukan letak organ terhadap permukaan atau dinding
tubuhnya.

Dalam mempelajari letak suatu organ perlu dikenal beberapa istilah antara lain:
anterior, posterior, dorsal, ventral, sinister, dexter, lateral, medial, proximal, distal,
dan istilah lainnya.
Pada topografi Mammalia ini akan dilihat organ-organ dalam rongga dada
(situs viscerum torachis) antara lain: cor, pulmo, bronchus, bifucartio trachealis,
dan trachea, serta dilihat organ-organ yang terletak dalam rongga perut (situs
viscerum abdominis) antara lain: hepar, pancreas, ventriculus, intestinum tenue,
coecum, intestinum crassum, ren, lien, vesica fellea, testis/ovarium.

Cara Kerja:
1. Tulislah klasifikasi specimen
2. Inspectio → gambar morfologi specimen dan beri keterangan meliputi:
a. Caput (kepala), padanya terdapat rima oris (celah mulut), nares
(hidung), organon visus (indera penglihatan/mata), auriculae
(daun telinga), kumis (vibrissae) dan porus acusticus externus
(lubang telinga luar)
b. Truncus (badan), tunjukan bagian: dorsum (punggung), perut
(abdomen), glutea (pantat).
c. Extremitas liberae (anggota badan bebas), yang meliputi
extremitas anterior (kaki depan) dan extremitas posterior (kaki
belakang)
3. Sectio → pembedahan

45
• Baringkan marmut pada bak parafin dengan punggung menempel ke bak
(terlentang), kemudian rentangkan keempat kakinya dan fiksir ke bak
parafin dengan menggunakan jarum. Rambut di linea mediana diusap
dengan kapas yang telah dibasahi air ke lateral. Kulitnya digunting ke
cranial hingga mandibula dan ke caudal hingga sejajar dengan pangkal kaki
belakang, kemudian lanjutkan pengguntingan ke lateral, sisihkan kulit
dengan bantuan pinset.
• Untuk melihat situs viscerum abdominis, buka dinding perut sejajar/pada
linea mediana sampai ke dekat diaphragma atau sternum, sehingga tampak
rongga perut yang didalamnya terdapat organ-organ.
Gambar situs viscerum abdominis dan beri keterangan meliputi:
1) Organ yang termasuk Systema Digestorium antara lain:
- Hepar: berwarna merah coklat, terdiri atas beberapa lobi
- Vesica fellea (kantung empedu): berupa kantung, berwarna
kehijauan, terletak pada lobus dexter hepar
- Ventriculus: berupa kantung besar berwarna agak putih
- Pancreas: berwarna coklat pucat, berbentuk irreguler, meluas di
bagian dorsal ventriculus
- Intestinum tenue: berupa saluran, halus berwarna putih
kemerahan, saluran ini bermuara di coecum
- Coecum: merupakan kantong yang sangat besar, berwarna hijau
tua dengan bagian-bagiannya: incisurae, haustrae, dan taenia.
- Intestinum crassum: berupa saluran keluar dari coecum,
berwarna hijau tua lebih besar daripada intestinum tenue.

2) Systema Urogenitalia
a. Organa Uropoetica (organa urinaria) yang terdiri dari organ:
- Ren: ada dua buah, di kiri dan kanan vertebrae, menempel
pada dorsum, berbentuk biji kacang, berwarna merah coklat
- Ureter: saluran keluar dari ren
- Vesica urinaria : muara dari ureter, berupa kantong,
berwarna kuning putih, terletak dekat dengan anus (di
pangkal tubuh).
b. Organa Genitalia, yang terdiri dari organ-organ:
Organa Genitalia
Organa Genitalia Feminina
Masculina
(pada spesimen betina)
(pada spesimen jantan)
- Testis - Ovarium
- Uterus masculinus - Uterus
- Penis - vagina
3) Selain organ-organ dari keuda systema tersebut, dalam situs viscerum
abdominis juga terdapat lien yang berwarna coklat, terletak pada bagian
dorsal ventriculus.
4) Untuk melihat organ yang terdapat di dalam rongga dada, potonglah
sternum melingkar ke lateral, kemudian potong tulang costae ke cranial
hingga pangkal leher. Sisihkan dinding rongga dada dengan
menggunakan pinset, sehingga terlihat organ-organ yang terdapat dalam
situs viscerum thoracis.

46
Gambar topografi situs viscerum thoracis lengkap dengan
keterangannya:
1. Systema Cardiovasculare, organ yang termasuk dalam sistem ini
adalah cor (jantung). Cor berbentuk conus, seperti jantung pisang,
berwarna merah coklat, terletak di tengah (segaris dengan linea
mediana), organ ini terbungkus selaput yang disebut pericardium.
2. Systema Respiratorium, terdiri dari:
- Pulmo: (paru-paru) berwarna merah keputihan, terletak di kiri-
kanan jantung. Hitunglah jumlah lobus dexter dan lobus
sinisternya
- Trachea: merupakan saluran, memanjang pada leher, berwarna
putih, tampak adanya cincin-cincin tulang rawan (annuli
trachealis), saluran ini bercabang menjadi dua pada bifucartio
trachealis
- Bronchus: merupakan saluran lanjutan trachea, saluran ini
masuk ke dalam pulmo.

ACARA 8
PERTUMBUHAN, PERKEMBANGAN, DAN REPRODUKSI

Tujuan:

47
1. Mengetahui proses pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi pada
hewan dan tumbuhan
2. Mengetahui faktor-faktor penyebab evolusi dan mekanisme terjadinya
evolusi.

8.1. Pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi pada hewan

Pengantar:
Urutan pertumbuhan dan perkembangan telur katak berawal dari fertilisasi
- segmentasi (cleavage) – blastula – gastrula – neurula – menetas - dan
perkembangan larva. Preparat yang tersedia berupa bentuk awetan dalam larutan
fiksatif formalin 10 %. Untuk mempermudah pengamatan disediakan foto seri
perkembangan dari preparat tersebut.

Bahan: Telur katak (Bufo sp.) dalam berbagai perkembangan.

Cara Kerja:
1. Telur yang belum dibuahi
Perhatikan polaritas telur:
- Polus animalis (hitam).
- Polus vegetativus (putih kelabu).
- Amati dan bandingkan kedua polus tersebut.

2. Telur yang dibuahi


Perhatikan:
- Polus animalis (hitam).
- Gray crescent (antara hitam dan pucat keabu-abuan) di bidang equatorial.
- Polus vegetativus (pucat). Bandingkan antara polus animalis dengan polus
vegetativus.

3. Tingkat 2 (dua) sel


Perhatikan:
- Arah bidang pembelahan I meredional.
- Arah bidang pembelahan I tegak lurus terhadap gray crescent (⊥).

4. Tingkat 4 (empat) sel


Perhatikan:
- Bidang pembelahan II (meredional) dengan alur pembelahan di bagian polus
animalis dan polus vegetativus.
- Arah bidang pembelahan II tegak lurus terhadap bidang pembelahan I (⊥).

5. Tingkat 32 (tiga puluh dua) sel (morula)


Perhatikan:
- Bidang pembelahan V tidak teratur lagi (mendekati latitudinal).
- Micromere dan macromere.

6. Tingkat “neural-plate” (neurula awal)


- Embrio mulai memanjang.

48
- Blastoporus sebagai ujung caudal.
- Di dorsal terdapat lamina neuralis hitam di tengah.

7. Tingkat pembentukan bumbung neural (canalis neuralis)


- Canalis neuralis di bagian anterior telah tertutup.
- Jelas dapat dibedakan antara kepala dan badan.
- Di caudal penutupan canalis neuralis sering belum sempurna.

8. Tingkat kuntum ekor (tail bud)


- Antar kepala dan badan terjadi penyempitan kelihatan sebagai leher.
- Di dorsal tampak meninggi.
- Tanda khas yaitu terbentuknya kuntum ekor (calon).

8.2. Pertumbuhan, perkembangan, dan reproduksi pada tumbuhan


Tujuan:
1. Mengukur pertumbuhan dan melihat perkembangan tumbuhan
2. Mengetahui macam-macam alat perkembangbiakan generatif dan vegetatif

Pengantar:
Tumbuhan memiliki dua macam sistem organ yaitu 1) sistem pertunasan dan 2)
sistem perakaran. Sistem pertunasan berada diatas permukaan tanah, meliputi
organ-organ daun, tunas, batang, bunga dan buah (jika tergolong dalam
angiospermae). Sistem perakaran meliputi bagian-bagian yang ada di dalam tanah
seperti akar, umbi, dan rhizoma.

Sel-sel tumbuhan terbentuk pada meristem


yang kemudian tumbuh, dan berkembang sesuai
dengan bentuk atau tipenya dan berkelompok
menjadi jaringan.

Gambar 6. Bagian-bagian tumbuhan.

Pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai pertambahan massa, bobot atau


volume yang bersifat tidak dapat balik (irreversible). Pertumbuhan selalu diikuti
dengan diferensiasi, yang merupakan perubahan bentuk dan/atau aktivitas fisiologi,
dan kedua hal ini akhirnya memberikan proses yang disebut perkembangan.

Jadi: Perkembangan = pertumbuhan + diferensiasi.


Pertumbuhan dapat diukur dengan beberapa parameter misalnya: bobot segar,
bobot kering, pertambahan panjang, dan pertambahan luas.

Reproduksi tumbuhan

49
Reproduksi seksual meliputi dua proses yang saling bergantian yaitu
meiosis dan fertilisasi. Pada proses meiosis jumlah kromosom berkurang dari
diploid menjadi haploid. Sedangkan pada saat fertilisasi, nukleus dari dua gamet
(jantan dan betina) bergabung dan meningkatkan jumlah kromosom dari haploid
menjadi diploid. Pada tumbuhan, meiosis dan fertilisasi membedakan kehidupan
menjadi dua fase atau generasi yang berbeda yaitu fase gametofit dan fase sporofit.
Fase gametofit dimulai dengan spora yang dihasilkan melalui meiosis. Spora
bersifat haploid dan semua sel turunannya (yang diperoleh dari mitosis) juga
bersifat haploid. Fase gametofit bervariasi ukurannya, mulai dari 3 sel (pada pollen)
sampai berjuta-juta sel (pada tumbuhan rendah, misalnya lumut). Fase sporofit
dimulai dengan terbentuknya zygot. Dalam dunia tumbuhan fase yang dominant
bervariasi. Tumbuhan rendah seperti lumut daun dan lumut hati memiliki fase
gametofit yang dominant sedangkan tumbuhan tinggi memiliki fase sporofit yang
dominan.
Angiospermae (tumbuhan berbunga) menghasilkan bunga, dan apabila ada
dalam fase reproduktif menghasilkan zygote yang bersifat diploid dan endosperm
yang bersifat triploid. Bagian bunga yang steril adalah sepala dan petala. Bagian
yang bunga yang berfungsi untuk reproduksi adalah stamen (alat kelamin jantan,
yang secara kolektif disebut androecium), dan karpela atau pistil (alat kelamin
betina yang secara kolektif disebut gynoecium). Stamen umumnya terdiri dari
beberapa filament yang mendukung anther. Di dalam kepala sari (anther) terbentuk
pollen melalui meiosis. Gynoecium terdiri dari stigma, stilus, dan ovarium.

Gambar 7. Bagian-bagian bunga sempurna.

50
Polinasi merupakan proses melekatnya butir-butir polen pada kepala putik. Jika
polen berkecambah maka akan terbentuk buluh serbuk sari (polen tube) yang
tumbuh menuju ke ovulum. Sel-sel sperma akan bergerak melalui polen tube. Satu
sel sperma membuahi sel telur yang akan membentuk zigot, dan sel sperma yang
lain membuahi sel yang bersifat diploid pada kantung embrio dan berkembang
menjadi endosperm.Proses penyatuan dua sel sperma dengan dua sel yang memiliki
nukleus berbeda ini disebut pembuahan ganda (double fertilization). Setelah terjadi
pembuahan, uvulum akan menjadi biji sedang sel telur yang telah dibuahi akan
menjadi embrio. Ovarium akan berkembang menjadi buah yang melindungi biji.
Biji tersusun dari plumula (yang terbentuk dari dua daun embryonik dan akan
berkembang menjadi daun pertama yang sebenarnya pada saat kecambah), tunas
apikal (terdiri atas sel-sel meristem dimana nantinya akan tumbuh menjadi batang),
hipokotil dan radikula. Selain itu biji dapat tersusun atas satu (monokotil) atau dua
kotiledon (dikotil). Biji yang telah masak akan dapat berkecambah bila menyerap
air. Embrio di dalam biji akan memulai kembali proses pertumbuhan dan
mengabsorpsi nutrient yang ada pada endosperm. Radikula dan plumula akhirnya
muncul dan kecambah akan tumbuh dan berkembang menjadi individu baru.

Selain reproduksi secara seksual, tumbuhan juga dapat melakulan


reproduksi secara aseksual, misalnya dengan umbi lapis, rhizoma, atau batang yang
menjalar. Pada beberapa jenis tumbuhan misalnya anggrek, lebih sering dilakukan
perbanyakan secara vegetatif (dengan metode kultur jaringan) daripada melalui biji.

Alat dan Bahan:


1. Biji jagung dan kacang tanah yang sedang berkecambah, daun cocor bebek,
umbi bawang merah, rhizoma jahe
2. Kecambah kacang hijau umur 3, 5, 7 dan 10 hari

Cara kerja:
1. Belahlah biji jagung dan kacang tanah yang sedang berkecambah secara
vertikal
dan gambarlah kotiledon serta bagian-bagian embrio yang tampak.
2. Gambarlah daun cocor bebek dan dan rhizoma jahe serta tunas- tunas yang
muncul.
3. Belah umbi lapis secara vertikal, gambar dan beri keterangan bagian-
bagiannya.
4. Cabut 5 kecambah kacang hijau dari masing masing umur dan ukurlah panjang
batang, lebar dan panjang daun. Hitung rata-rata hasil pengukuran tersebut
dan buatlah grafik pertumbuhan.

Pertanyaan :
1. Sebutkan macam-macam parameter pertumbuhan
2. Adakah contoh pertumbuhan tanpa diferensiasi ?
3. Sebutkan tiga macam cara reproduksi secara aseksual.
4. Sebutkan keuntungan dan kerugian perbanyakan secara aseksual.

8.3. Evolusi

51
Tujuan:
1. Mempelajari seleksi alam melalui proses predasi
2. Mengamati macam-macam mutan lalat buah

Pengantar:
Keanekaragaman mahluk hidup yang menghuni bumi ini diyakini oleh para
pakar berasal dari nenek moyang yang sama. Kenyataan ini telah dipaparkan dalam
kajian asal usul mahluk hidup di bumi. Dari pernyataan tersebut di atas, tersirat
adanya proses evolusi sepanjang sejarah kehidupan mahluk hidup di bumi ini.
Evolusi adalah suatu perubahan yang berlangsung secara bertahap (sedikit demi
sedikit) dalam waktu yang lama. Dalam kata perubahan terkandung dua pengertian
yaitu: (1) perubahan yang mengarah ke semakin banyaknya ragam (perubahan
progresif), dan (2) perubahan yang mengarah ke kepunahan (perubahan retrogresif).
Perubahan-perubahan tersebut dapat terjadi akibat adanya beberapa factor, antara
lain: (1) rekombinasi gen, (2) mutasi, (3) isolasi genetik, (4) aliran gen, dan (5)
seleksi alam.
Mutasi adalah perubahan gen dari bentuk aslinya. Individu yang mengalami
mutasi disebut mutan. Adanya perubahan gen akan menyebabkan perubahan
protein yang disintesis. Mengingat bahwa enzim tersusun atas protein, maka
adanya perubahan gen akan dapat menyebabkan perubahan enzim yang dibentuk.
Akibat selanjutnya akan terjadi perubahan proses metabolisme. Adanya perubahan
gen, akan menyebakan perubahan sifat genotip. Perpaduan dari perubahan gen,
protein, enzim, dan metabolisme, memungkinkan untuk munculnya perubahan sifat
fenotip.
Kondisi alam selalu berubah dari waktu ke waktu. Keadaan ini memaksa
mahluk hidup untuk selalu menyesuaikan diri terhadap perubahan alam. Organisme
yang tidak dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan alam akan punah,
sedangkan yang mampu menyesuaikan diri akan tetap hidup dan berkembang biak.
Keadaan seperti itu, sering disebut dengan istilah seleksi alam. Sebagai ilustrasi
salah satu proses seleksi alam, adalah kasus populasi ngengat (Biston betularia) di
Manchester (Inggris). Sebelum revolusi industri di Inggris, ada dua populasi
ngengat, yaitu berwarna cerah dan gelap. Ngengat berwarna cerah pada saat
sebelum revolusi industri lebih beruntung dari pada ngengat berwarna gelap sebab
pada saat itu kulit batang pohon juga masih berwarna cerah. Akibatnya ngengat
berwarna cerah sukar dilihat oleh predator daripada ngengat berwarna gelap.
Keadaan ini menyebabkan populasi ngengat berwarna cerah lebih banyak daripada
ngengat berwarna gelap. Setelah terjadi revolusi industri, keadaan dua poplasi
ngengat tersebut berbalik 180 derajat. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan
warna kulit batang pohon dari cerah menjadi gelap. Kondisi inilah yang
menguntungkan bagi ngengat berwarna gelap, sebab menjadi kurang terlihat oleh
predator. Akibatnya populasi ngengat berwarna gelap lebih banyak.

8.3.1. Mempelajari seleksi alam melalui proses predasi

Bahan:
1. Patok
2. Tali raffia

52
3. Perporator
4. Kertas manila warna-warni

Cara kerja:
1. Buat potongan kertas dengan perporator sebanyak 100 buah untuk masing-
masing warna.
2. Potongan kertas tersebut pada nomor 1, dimasukkan ke dalam suatu tempat dan
dicampur hingga homogen.
3. Buat kuadran berukuran 1x1 m di tanah yang berumput.
4. Taburkan secara merata potongan kertas tersebut pada nomor 2, ke dalam
kuadran tersebut pada nomor 3.
5. Ambil potongan kertas yang telah ditaburkan tersebut pada nomor 4dalam waktu
10 detik. Lakukanlah 2-3 kali ulangan.
6. Hitunglah masing-masing warna potongan kertas yang terambil, dan tuliskanlah
ke dalam tabel pengamatan

8.3.2.Mengamati macam-macam mutan lalat buah

Bahan:
Macam-macam mutan lalat buah

Cara kerja:
1. Lakukanlah pengamatan terhadap macam-macam mutan lalat buah.
2. Tentukan bentuk dan organ yang mengalami mutasi, dan tuliskanlah ke dalam
tabel hasil pengamatan.

Pertanyaan:
1. Faktor-faktor apa yang menyebabkan evolusi?
2. Bukti-bukti apa yang mendukung evolusi?
3. Sebutkan macam-macam mutasi!

53
ACARA 9

KEANEKARAGAMAN HAYATI

Tujuan:
1. Mengetahui macam-macam keanekaragaman hayati
2. Mengetahui konsep tentang individu, populasi, komunitas dan ekosistem

9.1. Spesies dan populasi tumbuhan

Pengantar:
Populasi tumbuhan di alam oleh ahli taksonomi dapat dikelompokkan
menjadi suatu jenis atau spesies dan diberi nama secara binomial dengan kaidah
bahasa Latin misalnya jenis puring (Codiaeum variegatum), jenis bunga sepatu
(Hibiscus rosa-sinensis), jenis tapak dara (Catharanthus roseus). Spesies atau
jenis secara taksonomi didefinisikan sebagai populasi yang memiliki sifat
morfologi, anatomi dan fisiologi yang seragam. Individu yang sejenis, memiliki
jumlah kromosom yang sama dan antar warga sejenis akan mengalami
interbreeding fertil. Tetapi, sesungguhnya masing-masing spesies penyusun
populasi yang ada di alam masih tampak bervariasi. Variasi tersebut bukan
hanya secara fenotipik namun juga secara genotipik. Variasi fenotip dan genotip
dalam populasi spesies pada wilayah distribusi alamiahnya disebut plasma
nutfah (germplasm)
Variasi genotipik lebih besar dibandingkan variasi fenotipik karena
fenotipe merupakan ekspresi genotipe atas pengaruh faktor lingkungan, dengan
demikian terdapat genotipe yang tidak terekspresikan. Oleh karena itu
keragaman gen pada dasarnya dapat diamati secara fenotipik, misalnya berupa
variasi bentuk dan warna bunga dalam satu spesies bunga sepatu (Hibiscus rosa-
sinensis), variasi bentuk dan warna daun dalam satu spesies puring (Codiaeum
variegatum), variasi bentuk dan warna buah pada mangga (Mangifera indica)
dan lain-lain.

Klasifikasi tumbuhan
Takson (taksa) dan peringkat (kategori) merupakan kelompok (golongan)
tumbuhan di alam, yang berwujud sebagai populasi. Populasi merupakan
kelompok individu yang seragam menempati skala ruang dan waktu tertentu.
Pengelompokan (klasifikasi) taksa selalu berdasarkan keseragaman sifat, agar
taksa (populasi) dapat dengan mudah dikenali (mencari keseragaman didalam
keanekaragaman tumbuhan). Taksa oleh ahli taksonomi tumbuhan kemudian
diberi nama dan identitas tentang sifat-sifatnya, terutama sifat morfologi.
Penamaan taksa tumbuhan diatur oleh Kode Internasional Tatanama Tumbuhan
(International Code of Botanical Nomenclature).
Akhiran nama suatu takson memberikan indikasi pada peringkat (kategori)
yang mana nama tersebut diberikan, misalnya Spermatophyta adalah nama
divisi (divisio) untuk seluruh anggota tumbuhan berbiji, Angiospermae adalah
nama anak divisi (subdivisio) untuk seluruh anggota tumbuhan berbiji tertutup,
Dicotyledoneae adalah nama kelas (classis) untuk tumbuhan yang memiliki dua

54
keping biji, Solanales adalah nama bangsa (ordo), Solanaceae adalah nama suku
(familia), Solanum adalah nama marga (genus), Solanum tuberosum adalah
nama jenis (spesies).
Setiap divisi memiliki anggota sejumlah subdivisi, subdivisi memiliki
anggota sejumlah kelas, kelas memiliki anggota sejumlah bangsa, bangsa
memiliki anggota sejumlah spesies, spesies memiliki anggota sejumlah varitas
(varietas). Kategori diatas adalah kategori utama dan sampai saat ini dikenal
sejumlah 25 kategori klasifikasi secara ilmiah. Divisi sampai dengan suku
dikenal sebagai kategori mayor (major category), marga sampai dengan jenis
dikenal sebagai kategori minor, sedangkan kategori dibawah jenis disebut
sebagai intraspecific category.
Jenis (species) diketahui merupakan dasar penyebutan nama secara
taksonomi, memiliki tatanama yang spesifik terdiri dari nama marga dan nama
penunjuk spesies (specific ephitet), misal Musa paradisiaca L., Musa adakah
nama marga dimulai dengan huruf besar, paradisiaca adalah nama penunjuk
species, L. adalah singkatan nama Linnaeus sebagai pemberi nama. Karya
Linnaeus, 1 Mei 1753 berjudul ”Species Plantarum” dijadikan dasar
berlakunya Kode International Tatanama Tumbuhan. Pada umumnya nama
tumbuhan termasuk species, dibedakan dengan kata lain dalam kalimat, sebagai
kata asing dapat digaris bawah, dicetak miring atau dicetak tebal.

Bahan :
a. Hibiscus mutabilis L. di halaman Fakultas Biologi UGM
b. Hibiscus rosa-sinensis di halaman Fakultas Biologi UGM
c. Variasi bentuk dan warna bunga daun Hibiscus rosa-sinensis/ Codiaeum
variegatum (puring) di halaman Fakultas Biologi UGM

Cara Kerja
1. Tulis nama bahan yang saudara hadapi dan buatlah klasifikasinya
2. Tulislah nama species dengan benar sesuai aturan tatanama
3. Buatlah tabel perbandingan sifat morfologi dari bahan a) dan b)
4. Buatlah tabel perbandingan sifat morfologi (fenotip) dari bahan

Pertanyaan :
1. Apa yang saudara ketahui tentang species secara taksonomi?
2. Mengapa keragaman gen dapat diamati melalui keragaman fenotipe di dalam
populasi spesies?
3. Apa yang dimaksud dengan takson dan kategori dalam klasifikasi tumbuhan?

9.2.Ekologi dan Keanekaragaman Ekosistem

Pengantar:
Ekologi merupakan ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme
dan lingkungannya. Lingkungan tersebut adalah segala sesuatu yang berada di
sekitar organisme (faktor eksternal), yang dapat mempengaruhi kesintasan

55
(survival), pertumbuhan, perkembangan, dan reproduksi organisme.
Lingkungan dibedakan menjadi lingkungan fisik (abiotik) dan lingkungan
biotik. Lingkungan fisik mencakup semua faktor non biologis, misalnya suhu
udara, kelembaban udara, kecepatan angin, pH tanah, suhu tanah, kecepatan
arus, kandungan oksigen terlarut dalam air, dan radiasi. Sedangkan lingkungan
biotik dapat berupa adanya pengaruh organisme lain pada organisme tersebut,
misalnya kompetisi dan predasi.
Ekologi dapat dipandang dalam skala yang luas, dari tingkat molekular
sampai dengan ekosistem. Namun, kajian ekologi lebih ditekankan pada tingkat
individu, populasi, komunitas, dan ekosistem. Populasi merupakan kumpulan
individu sejenis pada tempat dan waktu yang sama. Komunitas adalah kumpulan
populasi dari spesies yang berbeda pada tempat dan waktu yang sama.
Sedangkan ekosistem merupakan interaksi komunitas dengan lingkungan fisik
di sekitarnya, misalnya terjadinya daur nutrien. Ekosistem dapat dibedakan
menjadi ekosistem terestrial (daratan) dan akuatik. Ekosistem daratan
merupakan komunitas dan lingkungannya, yang berada di benua dan pulau.
Apabila suatu komunitas dan lingkungannya berada dalam badan air disebut
ekosistem akuatik.
Secara spesifik, ekologi mempelajari tanggapan (respon) individu dan
populasi terhadap lingkungannya, struktur populasi (kemelimpahan/banyaknya
cacah individu per unit area/volume (abundance) dan pertumbuhan populasi),
struktur komunitas (diversitas/keanekaragaman, kekayaan/banyaknya spesies),
dan proses yang terjadi dalam ekosistem (daur nutrien, rantai makanan, aliran
energi).

Alat dan Bahan:


a. Akuarium
b. Ikan
c. Termometer
d. Tali rafia
e. Pasak bambu

Cara Kerja:
Dalam praktikum ini, untuk mempelajari populasi, komunitas, dan
ekosistem digunakan model untuk ekosistem akuatik, dan pengamatan di
lapangan rumput sekitar laboratorium untuk ekosistem terestrial.

a. Di laboratorium
Siapkan 3 buah akuarium yang telah berisi air dengan volume tertentu,
berilah label pada setiap akuarium dengan A, B, dan C. Pada akuarium A,
masukkan spesies ikan 1, akuarium B dengan spesies ikan 2, dan akuarium
C dengan spesies ikan 1, 2, dan 3. Banyaknya spesies ikan 1, 2, dan 3 yang
dimasukkan ke dalam akuarium berturut – turut sebanyak 5, 7, dan 2 ekor.
Ukur suhu air pada setiap akuarium dengan menggunakan termometer.
Amati setiap akuarium tersebut. Dalam akuarium tersebut, apa yang
dimaksud dengan individu? Faktor abiotik apa yang dipelajari? Pada

56
akuarium mana dapat dipelajari populasi, komunitas, dan ekosistem?
Berikan penjelasan secara singkat! Berapa kemelimpahan spesies ikan pada
akuarium A dan B? Berapa kekayaan spesies pada akuarium C?

b. Di sekitar laboratorium
Pada lapangan rumput di sekitar laboratorium, secara berkelompok,
buatlah plot (area dengan luas tertentu) seluas 1 m X 1 m (1 m2), dengan
menggunakan tali rafia. Hitunglah spesies hewan dan tumbuhan yang
ditemukan plot tersebut. Ukurlah suhu udara dan tanah dengan
menggunakan termometer! Catat data yang diperoleh pada Tabel 1.

Tabel 14. Banyaknya cacah individu spesies hewan dan tumbuhan per 1 m2
Banyaknya cacah
No Nama Spesies Keterangan
individu
Hewan Suhu udara :
Suhu tanah :

Tumbuhan

Dalam plot tersebut, apa yang dimaksud dengan individu, populasi,


komunitas, dan ekosistem? Berikan penjelasan secara singkat! Faktor abiotik
apa yang dipelajari? Berapa kemelimpahan setiap spesies hewan dan
tumbuhan dalam plot? Berapa kekayaan spesiesnya?

DAFTAR PUSTAKA

57
Avent, N.D. and M.E.Reid. 2000. The Rh blood group system : a review. Blood,
95 (2):375-387
Brum, G.D., L.K. Mc. Kane, and G. Karp.1991. Biology: Exploring Life. John
Wiley & Sons, Inc. New York, Chichester, Singapore.
Campbel, N.A., L.G. Mitchell, J.B. Reece.2001. Biology: Concepts and
Connections. The Benjamin/Cummings Publishing Co. California,
Singapura.
Campbell, N.A., J.B. Reece, M.R. Taylor and E.J. Simon. 2006. Biology. Concepts
& Connections. Fifth Edition.Pearson Education, Inc., Benjamin Cummings,
San Francisco, pp: 632 – 643.
De Boer, R.L., Sobieski, R.J., and Crupper, S.S. 2000. Isolation and Restriction
Endonuclease Digestion of Onion in JC-HS Biology Laboratory. Bioscene.
26(3):15-17.
Gardner, E.J., M.J.Simmons, and D,P.Snustad.1991.Principles of Genetics.8th
edition.John Wiley & Sons, Inc.Toronto, Canada.
Haney, A.W., R.E. Dole and Carolyn Dunn. 1978. Plants and Life: A Laboratory
Manual Macmillan Publishing Co. Inc. New York.
Keeton, W.T., M.W. Dabney and R.E. Zollinhofer. 1968. Laboratory Guide for
Biological Science. W.W. Norton & Co. Inc. New York.
Kimball, J.W.1982. Biology. 5th. Ed. Addison Wesley Publishing. Co. Reading,
Massachusset.
Machlis, L and J.G. Torrey. 1956. Plants in Action: A Laboratory Manuals of Plant
Physiology. W.H. Freeman & Co. San Fransisco.
Mackenzie, A., A.S. Ball, and S.R. Virdee. 1998. Instant notes in ecology. Springer-
Verlag. Singapore.
Purves, W.K., G.H. Orians, and H.C. Heller. 1992. Life: The Science of Biology 3th
.Ed. W.H. Freemann and Co. Salt Lake City, Utah.
Salisbury, F.B. & C.W. Ross, 1999. Plant Physiology. Wadsworth Publishing Co.,
New York. pp: 329 - 356.
Solomon, E.P., L.R. Berg, D.W. Martin.1985. Biology. 5th Ed. Saunders College
Publishing. New York.
Suryo.1994.Genetika Strata 1. Cetakan ke 4. Gadjah Mada University Press.

58
LAMPIRAN

Lampiran 1. Pengenalan Laboratorium Standar

59
Prinsip dasar pembelajaran di laboratorium adalah mahasiswa belajar
sendiri dan saling belajar dengan mahasiswa lain dalam tim. Dosen berperan
menyediakan percobaan, tugas,instruksi dan petunjuk pelaksanaannya.
A. Fasilitas
Fasilitas yang disediakan oleh penyelenggara praktikum antara lain :
1. Petunjuk Pelaksanaan
Petunjuk pelaksanaan berupa “Buku Praktikum Biologi Umum” disusun
agar mahasiswa menangkap dengan jelas gambaran penting tentang
peralatan dan bahan-bahan yang diperlukan dalam praktikum. Buku
praktikum juga mencakup landasan teori dan cara kerja untuk setiap acara
praktikum.
2. Asisten Praktikum
Asisten praktikum sudah mempunyai pengalaman sebagai praktikan dan
telah mendapatkan pembekalan sehingga terlatih dan mampu melaksanakan
tugas dengan baik. Tugas asisten praktikum adalah membantu mahasiswa
dalam melakukan kegiatan sebagai berikut:
a. melaksanakan kegiatan sesuai dengan petunjuk
b. menyelesaikan permasalahan yang muncul
c. mengatatur peralatan
d. memeriksa fungsi peralatan
e. mendapatkan, mengamati dan mencatat hasil percobaan
f. mencatat metode atau hasil
g. menghubungkan hasil percobaan dengan dasar-dasar teori atau dengan
hasil percobaan lainnya.
3. Fasilitas Pendukung
Fasilitas pendukung berupa : serangkaian slide untuk memperlihatkan
gambar atau proses yang kompleks;gambar di dinding untuk memajang
instruksi, demonstrasi dan deskripsi peralatan;video untuk menyediakan
instruksi.

B. Keamanan Laboratorium

60
Praktikum Biologi Umum mencakup beberapa acara yang menggunakan
bahan kimia, peralatan gelas,dan instrumentasi khusus yang dapat menyebabkan
terjadinya kecelakaan dan bahaya terhadap kesehatan bila dilakukan dengan cara
yang tidak tepat. Kecelakaan juga dapat terjadi karena kelalaian dan
kecerobohan kerja. Kecelakaan di laboratorium tidak akan terjadi bila praktikan
dan asisten sadar dan mengerti bahwa laboratorium adalah milik bersama dan
harus dijaga dengan kedisiplinan.
1. Bahan Kimia
Setiap bahan kimia berbahaya, namun bila mengetahui cara
penanganannya, tidak perlu merasa takut. Bahan kimia berbahaya
adalah bahan yang dapat menyebabkan terjadinya kebakaran,
mengganggu kesehatan, menyebabkan sakit atau luka, merusak,
menyebabkan korosi dan sebagainya. Jenis bahan kimia dapat
diketahui dari labelnya. Bila terdapat dua atau tiga tanda bahaya pada
kemasan bahan kimia artinya kita harus lebih hati-hati dengan bahan
tersebut. Contoh bahan kimia yang mudah meledak adalah bahan
oksidator, misalnya perklorat, permanganat, nitrat.
2. Praktikan dilarang bekerja sendirian di laboratorium, minimal ada
asisten yang mengawasi.
3. Praktikan tidak bermain-main dengan peralatan laboratorium dan
bahan kimia.
4. Praktikan tidak makan, minum, merokok dan bersenda gurau di
labiratorium.
5. Menggunakan peralatan kerja seperti kacamata pengaman untuk
melindungi mata, jas laboratorium untuk melindungi pakaian dan
sepatu tertutup untuk melindungi kaki.
6. Wanita atau pria yang berambut panjang, harus diikat.
7. Menghindari menghisap langsung uap bahan kimia.
8. Memindahkan bahan kimia
a. Baca label sekurangnya dua kali
b. Pindahkan sesuai jumlah yang diperlukan
c. Jangan menggunakan bahan kimia berlebihan.

61
d. Jangan mengembalikan bahan kimia ke dalam botol semula untuk
menghindari kontaminasi.
9. Memindahkan bahan kimia cair
a. Tutup botol dibuka dan dipegang dengan jari tangan sekaligus
telapak tangan memegangbotol tersebut.
b. Tutup botol jangan ditaruh di atas meja karena isi botol dapat
terkotori.
c. Pindahkan cairan melalui batang pengaduk untuk mengalirkan agar
tidak memercik.
10. Memindahkan bahan kimia padat.
a. Gunakan tutup botol untuk mengatur pengeluaran bahan kimia.
b. Jangan mengeluarkan bahan kimia secara berlebihan
c. Pindahkan sesuai keperluan tanpa menggunakan sesuatu
yangdapat mengotoribahan tersebut.
11. Cara memanaskan larutan menggunakan tabung reaksi.
a. Isi tabung reaksi maksimal sepertiganya.
b. Api pemanas hendaknya terletak pada bagian atas larutan.
c. Goyangkan tabung reaksi agar pemanasan merata.
d. Arahkan mulut tabung reaksi pada tempat yang aman agar
percikannya tidak melukai orang lain maupun diri sendiri.
12. Cara memanaskan larutan menggunakan gelas kimia
a. Gunakan kaki tiga dan kawat kasa untuk menopang gelas kimia
tersebut.
b. Letakkan batang gelas atau batu didih dalam gelas kimia untuk
mencegah pemanasan mendadak.
c. Jika gelas kimia digunakan sebagai penangas air, isilah dengan air
maksimum seperempatnya.
13. Rencanakan percobaan yang akan dilakukan sebelum memulai
praktikum.
14. Pastikan kran gas tidak bocor apabila hendak menggunakan bunsen.
15. Pastikan kran air dan gas selalu dalam keadaan tertutup pada sebelum
dan sesudah praktikum selesai.

62
Lampiran 2. Pengenalan Alat-Alat Laboratorium Standar

63

Anda mungkin juga menyukai