Teori Utilit-Wps Office
Teori Utilit-Wps Office
TEORI UTILITAS
Secara leksilal kata utilitas di maknai sebagai the qualyti of state of being useful dalam hal ini utilitas
menunjukan derajat kemanfaatan suatu objek
Sementara dalam ilmu ekonomi, konsep utilitas menunjukan tingkat kepuasan pelaku ekonomi atas
konsumsi barang atau jasa.
• Seorang konsumen (A) memiliki pilihan apakah mengkonsumsi sate ayam atau sate kambing.
• Ia membuat pertimbangan yang mendatangkan manfaat terbesar, apakah itu dari aspek
financial, kesehatan dan sebagainnya
• Keputusan yang pada ahirnya ia tetapkan itulah yang membentuk konsep utilitas
Jadi bisa disimpulkan bahwa teori utilitas merupakan teori yang menjelaskan pilihan-pilihan konsumen
atas konsumsi barang/jasa untuk memperoleh tingkat kepuasan tertentu.
Pada prinsipnya marginal utility menunjukan tambahan kepuasan yang diterima konsumen pada setiap
tambahan konsumsi barang/jasa
Konsmunen A menyukai sate ayam, maka ia akan mendapatkan kepuasaan setelah mengkonsumsi satu
porsi sate ayam. Setelah itu ia mengkonsumsi lagi hingga habis tiga porsi sate ayam. Disini, marginal
utility menjunjukan tambahan kepuasan yang di terima konsumen A setelah menikmati sate ayam porsi
pertama, kedua, dan ketiga
Logikannya ketika seseorang mengkonsumsi barang/jasa berulang-ulang, maka tingkat kepuasaan yang
di peroleh dari konsumsi barang/jasa tersebut menurun.
Dengan demikian, the law of dimishing marginal utility menyatakan bahwa saat konsumsi barang/jasa
dilakukan berulang ulang, maka tingkat kepuasan tersebut akan semakin menurun.
Kita bisa melihat keterkaitan teori utilitas, marginal utility, dan the law of diminishing marginal utility
pada Gambar 1. dan Gambar 2. berikut ini.
keterangan:
ketika A mengkonsumsi sate ayam porsi ke-1, ia mendapatkan utilitas total sebesar 15, total utility naik
menjadi 22 saat ia mengkonsumsi porsi ke-2, kemudian meningkat lagi menjadi 26 ketika mengkonsumsi
porsi ke-3.
keterangan:
pada Gambar 2., yang hitung adalah tambahan kepuasan (marginal utility) dari setiap tambahan
konsumsi. Maka saat menyantap sate ayam porsi ke-1, A memperoleh marginal utility sebesar 15,
kemudian turun menjadi 7 saat mengkonsumsi porsi ke-2, dan turun lagi menjadi 4 ketika
mengkonsumsi porsi ke-3.
Untuk memahami perilaku konsumen melalui pendekatan marginal utility, kita bisa melihat dari Gambar
3. berikut.
keterangan:
jika harga barang adalah Px, maka tingkat kepuasan maksimal konsumen tercapai ketika konsumsi
sebesar X1 (titik A).
dengan harga yang sama, bila konsumsi dilakukan sebesar X3, maka kepuasan konsumen tidak akan
maksimal (titik B), karena konsumen masih bisa mengkonsumsi lebih banyak (sebesar garis yang
menghubungkan B dan A).
demikian juga saat konsumsi sebesar X2, kepuasan maksimal tidak akan tercapai (titik D), karena
konsumen mengeluarkan pengorbanan yang lebih besar (titik E) daripada yang ia dapatkan (selisihnya
sebesar garis yang menghubungkan D dengan E).
jika harga barang naik dari Px menjadi Px', maka untuk mencapai tingkat kepuasan maksimal, konsumen
mesti mengurangi konsumsi dari X1 menjadi X4 (titik F).
Dari contoh diatas bisa disimpulkan bahwa total kepuasan maksimal (maximum total utility) hanya akan
tercapai ketika konsumsi unit terakhir dari suatu barang (yang juga adalah harga unit terakhir suatu
barang atau Px) mencapai titik yang sama dengan tambahan kepuasan maksimal dari konsumsi unit
terakhir tersebut (bersinggungan dengan kurva marginal utility atau MUx).
Jika dituliskan dalam suatu persamaan, maka akan terlihat sebagai berikut:
apabila barang lebih dari satu, maka persamaannya adalah sebagai berikut:
Kita akan menggunakan beberapa kondisi atas pilihan konsumsi terhadap barang X dan barang Y,
sebagai berikut:
Ajika konsumsi barang X lebih memberikan kepuasan daripada barang Y, maka nilai kepuasan barang X >
barang Y, dan konsumen akan memilih barang X. Dalam hal ini, konsumen berada dalam kondisi strongly
prefer (lebih memilih) barang X daripada barang Y.
apabila nilai kepuasan barang X setara dengan barang Y, maka konsumen akan berada dalam posisi
indifferent (menganggap kepuasan yang diperoleh dari kedua barang sama saja), jadi tidak masalah akan
mengkonsumsi barang X atau barang Y.
ketika konsumen lebih menyukai dan sekaligus merasa sama saja saat mengkonsumsi barang X daripada
barang Y, maka posisinya adalah: barang X ≥ barang Y. Disini konsumen berada dalam posisi softly prefer
barang X daripada barang Y.
Selain itu terdapat ketentuan terkait Kurva Indiferen yang harus diperhatikan, yakni:
Posisi Kurva Indiferen yang lebih tinggi selalu menjadi pilihan bagi konsumen, karena menandakan
kemampuan untuk mengkonsumsi lebih banyak barang dan pada saat yang sama menghasilkan tingkat
kepuasan yang lebih tinggi.
Slope dari Kurva Indiferen selalu menurun atau negatif. Penjelasannya, katakanlah konsumen menyukai
dua barang (X dan Y). Jika ia menghendaki untuk mengkonsumsi lebih banyak barang X, maka ia harus
mengorbankan sejumlah barang Y sebagai ganti.
Kurva Indiferen tidak mungkin bersilangan satu sama lain. Karena jika terjadi demikian, maka kepuasan
maksimal konsumen menjadi tidak konsisten.
Kurva Indiferen semakin mendatar (flat) saat mendekati sumbu horizontal. Ini adalah prinsip Marginal
Rate of Substitution (MRS). Contoh sederhana, konsumen memiliki pilihan untuk mengkonsumsi 20
buah apel dan 8 buah mangga. Karena jumlah apel masih banyak, ia bersedia menukar 7 buah apel
untuk mendapatkan tambahan 1 buah mangga; namun ketika jumlah apel menjadi semakin sedikit, ia
cenderung hanya mau menukar kurang dari 7 buah apel untuk 1 buah mangga.
Secara sederhana, kurva indiferen bisa kita lihat pada Gambar 4. dibawah ini.
keterangan:
titik A (X1, Y1), B (X2, Y2), C (X3, Y3), dan titik lain disepanjang kurva indiferen menunjukkan pilihan
konsumen atas konsumsi barang X dan barang Y, yang memberikan kepuasan setara.
Dari tindakan tersebut, dikenal istilah marginal rate of substitution (MRS). Dengan kata lain, marginal
rate of substitution adalah tingkat dimana konsumen bersedia menukar satu barang untuk
mendapatkan barang lain.
keterangan:
ketika konsumen mau beralih pilihan dari A (X1, Y1) menjadi B (X2, Y2), maka ia akan mengorbankan
sejumlah barang Y untuk mendapatkan lebih banyak barang X.
besarnya pengorbanan konsumen adalah (Y1 – Y2) atau ∆Y (karena slope’nya menurun maka memiliki
tanda ‘negatif’, dengan demikian ditulis – ∆Y).
sedangkan tambahan jumlah barang X yang didapat adalah sebesar (X2 – X1), atau ∆X.
Gambar 6. berikut ini menunjukkan bagaimana pendekatan Kurva Indiferen digunakan dalam kasus
substitution effect.
keterangan:
pada posisi awal, kurva batas anggaran adalah garis yang menghubungkan N/Py dan N/Px. Titik A
merupakan persinggungan kurva batas anggaran dengan kurva indiferen. Ini merupakan titik yang
menghasilkan kepuasan maksimal, yakni kombinasi konsumsi barang X1 dan Y1.
penurunan harga barang X mengubah kurva awal di sumbu horizontal, dari N/Px menjadi N/Px';
akibatnya, konsumen memiliki kesempatan untuk mengkonsumsi lebih banyak barang X dan Y, sekaligus
menambah nilai kepuasan; yakni sebesar X2 dan Y2 (titik B).
Penerapan Kurva Indiferen dalam menjelaskan kasus income effect bisa dilihat pada Gambar 7. dibawah
ini.
keterangan:
melanjutkan dari kasus substitution effect, kurva batas anggaran yang baru adalah garis yang
menghubungkan N/Py dengan N/Px'.
konsumen mengalami penurunan penghasilan, sehingga menggeser kurva batas anggaran secara sejajar
kedalam (ke garis yang menghubungkan N'/Py dan N'/Px').
akibatnya terjadi penurunan konsumsi barang dan perubahan pada titik keseimbangan, yakni dari titik B
(X2, Y2) ke titik C (X3,Y3).
Demikian penjabaran tentang teori utilitas, pendekatan marginal utility dan kurva indiferen, termasuk
pengertian marginal rate of substitution. *