Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Selamat datang di dunia Fotografi. Sebuah dunia yang sangat


menyenangkan, penuh daya tarik, menantang kreatifitas, dan membantu
kita dalam berkomunikasi dengan siapa saja. Lalu, bagaimana menciptakan
karya fotografi yang kreatif, komunikatif dan layak dipandang?
Panduan sederhana ini mengajak anda untuk mengenal dan memahami
prinsip-prinsip dasar fotografi untuk dipraktekan dengan menggunakan
kamera genggam (handycam) dan kamera Handphone. Mengapa kamera
genggam? Karena inilah jenis kamera foto yang paling banyak dijumpai dan
digunakan oleh siapaun, mudah didapat dan bisa dioperasikan oleh siapa
saja. Meski demikian, prinsip-prinsip dasar fotografi dalam panduan ini bisa
diterapkan untuk jenis kamera apa saja.
Penting untuk dipahami bahwa peralatan yang lebih baik (katakanlah
lebih profesional, lebih canggih, atau mungkin lebih mahal) tidak menjamin
hasil foto yang lebih baik. Semua tergantung pada “Man Behind The
Camera”. Siapa yang berada di belakang kamera? Apakah dia bisa
menangkap momen-momen penting dan menarik? Peralatan yang
sederhana, jika digunakan dengan cara yang benar dan pada situasi yang
tepat akan menghasilkan karya fotografi yang sempurna sesuai kebutuhan
dan tujuan penggunaannya.
Tangkapan foto yang sempurna, bisa dilakukan dengan hampir semua
kamera, karena tidak terlalu dipengaruhi oleh kualitas piranti fotografi atau
jenis kamera yang tersedia. Piranti fotografi yang sederhana biasanya
memiliki sejumlah keterbatasan. Tapi selalu ada cara untuk menyiasatinya.
Dengan teknik merekam gambar yang baik, pendekatan kreatif dan
komunikatif, hasil tangkapan foto Anda akan tampil lebih sempurna dan
bercitarasa professional.

By Saungmotret
ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
BAB II SEJARAH DUNIA FOTOGRAFI ....................................................................2
2.1 Sejarah Fotografi.........................................................................................2
BAB III FOTOGRAFI AMATIR VS. FOTOGRAFER PROFESIONAL....................3
3.1 Penjelasan Fotografi : Amatir dan Profesional .....................................3
3.2 Perbedaan Fotografer Amatir dan Profesional .....................................3
BAB IV KUPAS TUNTAS SEGITIGA EKSPOSUR .................................................5
4.1 Shutter speed ..............................................................................................5
4.2 Aperture ........................................................................................................6
4.3 ISO Spee .......................................................................................................6
BAB V TEKNIK PENGAMBILAN GAMBAR ............................................................9
5.1 Extreme Long Shot .....................................................................................9
5.2 Long Shot ................................................................................................... 10
5.3 Medium Long Shot......................................... Error! Bookmark not defined.
5.4 Medium Shot .............................................................................................. 11
5.5 Close Up ..................................................................................................... 11
5.6 Big Close Up .............................................................................................. 12
5.7 Extreme Close Up ..................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... iv

By Saungmotret
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

S
aat ini, fotografi sudah menjadi lifestyle bagi masyarakat
modern, khususnya kalangan anak-anak milenial. Hanya
dengan bermodalkan kamera smartphone mereka bisa
menghasilkan foto-foto berkualitas high yang nantinya bisa mereka
upload di platform media social merek.
Dunia fotografi tidak mengenal batasan usia, semua kalangan dari
mulai remaja, dewasa, bahkan orang tua pun bisa terjun di dunia
fotografi. Dalam fotografi ada beragam aliran, diantaranya dari
landscape sampai street photography. Setiap aliran itu memiliki
basisnya masing-masing yang membuat penggemarnya rela jatuh
bangun untuk mendalami skill fotografi itu sendiri. Ditambah dengan
kemajuan teknologi yang sudah mampu menghasilkan variasi lensa
kamera dengan fitur dan keunggulannya masing-masing.
Oleh sebab itu, modul ini dibuat untuk memfasilitasi orang-orang
yang sudah memulai, atau bahkan baru mulai terjun di dunia fotografi.
Dalam modul ini kami akan menjelaskan secara umum tentang dunia
fotografi, So let’s check this out

By Saungmotret
1
BAB II
SEJARAH DUNIA FOTOGRAFI

2.1 Sejarah Fotografi

S
ejarah Fotografi dimulai pada abad ke-19. Tahun 1839
merupakan tahun awal kelahiran fotografi. Pada saat itu, di
Perancis dinyatakan secara resmi bahwa fotografi adalah
sebuah terobosan teknologi. Saat itu, rekaman dua dimensi seperti
yang dilihat mata sudah bisa dibuat permanen.
Sejarah fotografi bermula jauh sebelum Masehi. Pada abad ke-5
Sebelum Masehi (SM), seorang pria bernama Mo Ti mengamati suatu
gejala. Jika pada dinding ruangan yang gelap terdapat lubang kecil
(pinhole), maka di bagian dalam ruang itu akan terefleksikan
pemandangan di luar ruang secara terbalik lewat lubang tadi. Mo Ti
adalah orang pertama yang menyadari fenomena kamera obscura.
Pada tahun 1900, seorang juru lukis menemukan teknologi kamera
baru yang dinamakannya kamera Mammoth. Kamera jenis ini masih
berdimensi sangat besar dengan berat total mencapai 1400 pound.
Lensanya sendiri seberat 500 pound. Terkait dengan dimensinya, satu
set kamera itu butuh sampai 15 orang untuk sekedar memindahkannya.
Pada tahun 1950, teknologi kamera Single Lens Reflex mulai
digantikan oleh kedatangan prisma, yang saat ini dikenal sebagai
kamera DSLR. Di tahun itu mulai muncul kamera pabrikan Jepang
seperti Nikon dan Canon

By Saungmotret
2
BAB III
FOTOGRAFI AMATIR VS. FOTOGRAFER PROFESIONAL

3.1 Penjelasan Fotografi : Amatir dan Profesional


Fotografi Amatir atau Fotografi Profesional, sebetulnya hanyalah
istilah dan status semata. Sayangnya, ada yang menganggap jika
fotografi amatir hasilnya pasti tidak bagus. Dan karena hanya amatiran,
seseorang akan merasa sah-sah saja jika rekaman fotonya tidak bagus.
Sebaliknya, ada menganggap bahwa fotografer profesional pasti bisa
menghasilkan gambar-gambar yang bagus. Belum tentu seperti itu.
Dalam dunia fotografi, sebagaimana berlaku juga dalam bidang lain -
profesionalisme sebetulnya lebih merupakan prinsip dan itikad
bagaimana kita bekerja dan berkarya secara sempurna dengan kaidah,
mekanisme dan standar kualifikasi tertentu.
Para fotografer profesional yang menjadikan fotografi sebagai
sebuah profesi, atau setidaknya yang menyebut dirinya fotografer
profesional, sebetulnya belum tentu menghasilkan gambar-gambar
yang bagus (banyak contoh bisa dilihat dilayar televisi, khususnya
televisi lokal). Sebaliknya, meski hanya ditujukan untuk kepentingan
nonprofit dan sekedar kesenggangan, belum tentu seorang fotografer
amatir tidak bisa menciptakan gambar-gambar dengan citarasa
profesional. Artinya, professional look bisa didapat oleh siapa saja.
3.2 Perbedaan Fotografer Amatir dan Profesional
a. Pro:
- Berkonsentrasi tinggi, rutin praktik
- Mementingkan kedalaman suatu foto/ cerita.
- Konsisten menghasilkan karya yang baik
- Siap dan bersedia untuk menempuh jalan yang sulit dengan
tujuan mendapatkan hasil foto yang bagus
b. Amatir:
- Sering teralihkan perhatiannya (distracted), hasil foto tidak
konsisten dan biasanya tergantung mood

By Saungmotret
3
- Membutuhkan pengakuan dari kelompok, teman atas hasil
karyanya
- Takut fotonya kurang bagus/ kurang diterima, takut terlalu
bagus sehingga dikritik atau dikucilkan
- Berusaha mencari jalan pintas supaya fotonya bagus, salah
satunya dengan membeli alat fotografi yang mahal
- Saat menemukan rintangan, amatir cepat menyerah dan
berhenti

By Saungmotret
4
BAB IV
KUPAS TUNTAS SEGITIGA EKSPOSUR

Ilustrasi segitiga eksposur

4.1 Shutter speed

S
hutter speed merupakan ukuran kecepatan buka tutup jendela
sensor atau selama apa sensor menerima cahaya. Kecepatan
shutter diukur dalam satuan second (detik), semakin cepat
shutter speed semakin cepat pula sensor menerima cahaya, dan
sebaliknya.
Contoh :
Shutter speed 1/25s lebih lambat 5 kali dibanding 1/125s, artinya
semakin kecil semakin cepat
Pada kamera DSLR, kecepatan shutter dilakukan secara mekanis
dengan membuka tutup cermin dan jendela shutter yang terdapat di
depan sensor, sementara kamera Mirrorless, kecepatan shutter
dilakukan secara elektrik hingga bisa menghasilkan kecepatan shutter
yang sangat tinggi, misalnya 1/8.000s hingga 1/16.000s.

By Saungmotret
5
4.2 Aperture
Aperture atau bukaan lensa adalah ukuran seberapa besar atau kecil
terbukanya iris/ diafragma lensa yang diukur dengan f-number. Yang
menarik, semakin kecil angka f-stop yang tertera, semakin besar pula
bukaannya, jadi jangan sampai salah persepsi ya…!!!
Semakin besar bukaan lensa (f-number semakin kecil), semakin
banyak pula cahaya yang masuk. Alasannya sederhana, ibarat jendela,
semakin lebar jendela dibuka maka semakin berlimpah cahaya yang
masuk.
Contoh : Aperture f/1.4 memiliki bukaan lensa yang lebih besar
dibandingkan f/1.8; pengaruh aperture terhadap gambar yang
dihasilkan. Besar kecilnya bukaan lensa akan berpengaruh pada hasil
gambar yang didapatkan. Semakin besar bukaan lensa (f-number
semakin kecil) akan mempengaruhi 2 hal berikut :
1. Foto yang dihasilkan akan semakin terang karena jumlah cahaya
yang masuk semakin banyak;
2. Depth of field / ruang tajam semakin sempit sehingga background
foto yang dihasilkan lebih bokeh / blur, dan sebaliknya.
Untuk mendapatkan foto yang lebih bokeh, biasanya digunakan
untuk pemotretan manusia/ potraiture, gunakan aperture terbesar (f-
number terkecil) yang dimiliki oleh lensa, contoh: f/1.2. Untuk
mendapatkan ruang tajam yang luas, biasanya pemotretan landscape,
gunakan bukaan terkecil lensa (f-number terbesar), contoh : f/22

4.3 ISO Speed

S
ecara definisi ISO adalah ukuran tingkat sensifitas sensor
kamera terhadap cahaya. Semakin tinggi setting ISO maka
semakin sensitif sensor kamera terhadap cahaya. Untuk
mendapatkan gambaran yang jelas tentang pengaturan ISO, coba
bayangkan sekumpulan semut pekerja. Sebuah ISO adalah sebuah
semut pekerja, jika kamera diatur ke ISO 100, artinya kamu memiliki
100 semut pekerja; dan

By Saungmotret
6
Jika kamera diatur ke ISO 200, artinya kamu memiliki 200 semut
pekerja. Yang mana tugas setiap semut pekerja adalah untuk
memungut cahaya yang masuk melalui lensa dan bertugas membuat
gambar.
Dengan pengaturan aperture yang tetap, menaikkan ISO dari ISO
100 ke ISO 200 akan mempersingkat waktu yang dibutuhkan untuk
menghasilkan sebuah gambar hingga 2 kali lebih cepat dari Shutter
Speed 1/125 ke 1/250 detik; Menaikkan ISO, membuatmu bisa bekerja
dengan kondisi cahaya yang minim; Saat menaikkan ISO ke 400, akan
memangkas waktu pembuatan gambar hingga separuhnya lagi yaitu
1/500 detik; Setiap kali mempersingkat waktu eksposur sebanyak
separuh, artinya kamu menaikkan eksposur sebesar 1 Stop.

Kamu bisa mencoba pengertian ini dalam kasus


Aperture.
Cobalah atur Shutter Speed selalu konstan pada 1/125 s (atau
melalui mode Shutter Priority – S atau Tv) dan ubah-ubahlah
pengaturan ISO dalam kelipatan 2, misal dari 100 ke 200 ke 400 dan
seterusnya, lihatlah perubahan besaran aperture kamu.

Mengapa Perlu Menaikkan ISO?


ISO perlu dinaikkan pada kondisi berikut :
1. Kondisi minim cahaya;
2. Sudah menggunakan Aperture dengan bukaan terbesar;
3. Sudah mengatur Shutter Speed pada kecepatan paling “wajar”.
tapi tidak juga bisa menghasilkan eksposur yang normal. Maka
langkah terakhir yang harus dilakukan adalah menaikkan ISO

# Mendapatkan Eksposur secara Kreatif dan Benar


Exposure dalam dunia fotografi adalah banyaknya cahaya yang
jatuh ke medium (film atau sensor gambar) dalam proses
pengambilan foto.

By Saungmotret
7
Untuk mendapatkan exposur yang benar (correct exposure),
dibutuhkan pengaturan ISO, Aperture serta Shutter Speed yang
tepat sesuai kebutuhan. Kombinasi ISO, Aperture dan Shutter Speed
ini biasa disebut sebagai segitiga exposur (The Triangle Exposure).

Kombinasi ketiganya digunakan untuk menghasilkan gambar yang


kreatif dengan eksposur yang benar.

Kamera dapat melakukan ini dengan perhitungan yang akurat secara


otomatis, kamu tinggal atur saja ke pengaturan Auto. Tapi tak cukup
hanya correct exposure, kamu harus bisa membuat creative
exposure atau eksposure kreatif. Di sinilah kreativitasmu berperan..

Untuk mendapatkan creative exposure, kamu harus paham dulu apa


itu ISO, Aperture serta Shutter Speed pada kamera, baca artikel di
atas.

By Saungmotret
8
BAB V
TEKNIK PENGAMBILAN GAMBAR

5.1 Extreme Long Shot


Teknik ini mencakup area yang sangat luas dan memasukkan objek-
objek di sekitar subjek utama. Biasanya subjek utama terlihat agak
kecil. Penting untuk kamu dapat mencari komposisi yang pas untuk
menyatukan subjek utama dengan kondisi sekitarnya sehingga terlihat
sebagai satu kesatuan. Teknik ini banyak digunakan untuk foto
prewedding dengan memperlihatkan pemandangan di sekitarnya.

By Saungmotret
9
5.2 Long Shot
Teknik ini menggunakan area yang memperlihatkan seluruh tubuh
subjek tanpa terpotong frame. Teknik ini fokus pada subjek dengan
segala ekspresi dan kegiatannya tanpa ada bagian tubuh yang
terpotong.

By Saungmotret
10
5.3 Medium Shot
Teknik ini lebih sempit lagi dari medium long shot. Pengambilan
gambar dimulai dari sekitar pinggang sampai kepala. Biasanya
digunakan untuk menonjolkan lebih detail bahasa tubuh dan ekspresi
subjek.

5.4 Close Up
Teknik ini biasanya diambil mulai bagian bawah bahu sampai kepala.
Teknik ini untuk memperlihatkan detail ekspresi dan mimik seseorang.
Biasanya digunakan untuk memotret ekspresi seseorang misalnya juga
memperlihatkan kerutan wajah pada subjek agar terlihat dramatis.

By Saungmotret
11
5.5 Big Close Up
Teknik ini memotret mulai dari leher sampai atas kepala. Tujuannya
sama dengan teknik close up tapi lebih memperlihatkan detail ekspresi
dan mimik wajah seseorang.

5.6 Extreme Close Up


Teknik ini hanya fokus pada satu bagian tertentu, misalnya mata,
hidung, atau bibir. Teknik foto ini banyak digunakan untuk gambar
katalog seperti produk kosmetik.

By Saungmotret
12
5.7 Frog Eye
Teknik shooting ini mengambil gambar dengan posisi kamera
disejajarkan dengan bagian alas/bawah obyek dan posisinya lebih
rendah dari dasar obyek. Hasilnya gambar yang diambil akan menjadi
sangat besar.

By Saungmotret
13
5.8 Low Angle
Merupakan pengambilan gambar dengan sudut arah bawah obyek
yang memberikan kesan obyek membesar.

5.9 Eye Level


Teknik ini mengambil posisi sejajar dengan obyek. Dengan teknik
Eye Level maka gambar yang direkam menunjukkan tangkapan
pandangan mata orang yang berdiri sejajar dengna obyek. Ketinggian
dan besarnya obyek jadi sama dengan subjek dan disebut juga teknik
normal shoot.

By Saungmotret
14
5.10 High Angle
Teknik pengambilan gambar High Angle mengambil posisi di atas
obyek. Hasilnya obyek shooting menjadi lebih kecil. Hasil gambarnya
menjadi dramatis dan terkesan kerdil.

By Saungmotret
15
DAFTAR PUSTAKA

https://tambahpinter.com/sejarah-perkembangan-fotografi/

https://jsp.co.id/perbedaan-fotografer-profesional-dan-amatir/

https://www.kamerashot.com/memahami-iso-
fotografi/#1_Apa_itu_Shutter_Speed

https://www.keeindonesia.com/blogs/keelesson/beberapa-macam-teknik-
pengambilan-gambar

By Saungmotret
iv

Anda mungkin juga menyukai