By Saungmotret
ii
DAFTAR ISI
By Saungmotret
iii
BAB I
PENDAHULUAN
S
aat ini, fotografi sudah menjadi lifestyle bagi masyarakat
modern, khususnya kalangan anak-anak milenial. Hanya
dengan bermodalkan kamera smartphone mereka bisa
menghasilkan foto-foto berkualitas high yang nantinya bisa mereka
upload di platform media social merek.
Dunia fotografi tidak mengenal batasan usia, semua kalangan dari
mulai remaja, dewasa, bahkan orang tua pun bisa terjun di dunia
fotografi. Dalam fotografi ada beragam aliran, diantaranya dari
landscape sampai street photography. Setiap aliran itu memiliki
basisnya masing-masing yang membuat penggemarnya rela jatuh
bangun untuk mendalami skill fotografi itu sendiri. Ditambah dengan
kemajuan teknologi yang sudah mampu menghasilkan variasi lensa
kamera dengan fitur dan keunggulannya masing-masing.
Oleh sebab itu, modul ini dibuat untuk memfasilitasi orang-orang
yang sudah memulai, atau bahkan baru mulai terjun di dunia fotografi.
Dalam modul ini kami akan menjelaskan secara umum tentang dunia
fotografi, So let’s check this out
By Saungmotret
1
BAB II
SEJARAH DUNIA FOTOGRAFI
S
ejarah Fotografi dimulai pada abad ke-19. Tahun 1839
merupakan tahun awal kelahiran fotografi. Pada saat itu, di
Perancis dinyatakan secara resmi bahwa fotografi adalah
sebuah terobosan teknologi. Saat itu, rekaman dua dimensi seperti
yang dilihat mata sudah bisa dibuat permanen.
Sejarah fotografi bermula jauh sebelum Masehi. Pada abad ke-5
Sebelum Masehi (SM), seorang pria bernama Mo Ti mengamati suatu
gejala. Jika pada dinding ruangan yang gelap terdapat lubang kecil
(pinhole), maka di bagian dalam ruang itu akan terefleksikan
pemandangan di luar ruang secara terbalik lewat lubang tadi. Mo Ti
adalah orang pertama yang menyadari fenomena kamera obscura.
Pada tahun 1900, seorang juru lukis menemukan teknologi kamera
baru yang dinamakannya kamera Mammoth. Kamera jenis ini masih
berdimensi sangat besar dengan berat total mencapai 1400 pound.
Lensanya sendiri seberat 500 pound. Terkait dengan dimensinya, satu
set kamera itu butuh sampai 15 orang untuk sekedar memindahkannya.
Pada tahun 1950, teknologi kamera Single Lens Reflex mulai
digantikan oleh kedatangan prisma, yang saat ini dikenal sebagai
kamera DSLR. Di tahun itu mulai muncul kamera pabrikan Jepang
seperti Nikon dan Canon
By Saungmotret
2
BAB III
FOTOGRAFI AMATIR VS. FOTOGRAFER PROFESIONAL
By Saungmotret
3
- Membutuhkan pengakuan dari kelompok, teman atas hasil
karyanya
- Takut fotonya kurang bagus/ kurang diterima, takut terlalu
bagus sehingga dikritik atau dikucilkan
- Berusaha mencari jalan pintas supaya fotonya bagus, salah
satunya dengan membeli alat fotografi yang mahal
- Saat menemukan rintangan, amatir cepat menyerah dan
berhenti
By Saungmotret
4
BAB IV
KUPAS TUNTAS SEGITIGA EKSPOSUR
S
hutter speed merupakan ukuran kecepatan buka tutup jendela
sensor atau selama apa sensor menerima cahaya. Kecepatan
shutter diukur dalam satuan second (detik), semakin cepat
shutter speed semakin cepat pula sensor menerima cahaya, dan
sebaliknya.
Contoh :
Shutter speed 1/25s lebih lambat 5 kali dibanding 1/125s, artinya
semakin kecil semakin cepat
Pada kamera DSLR, kecepatan shutter dilakukan secara mekanis
dengan membuka tutup cermin dan jendela shutter yang terdapat di
depan sensor, sementara kamera Mirrorless, kecepatan shutter
dilakukan secara elektrik hingga bisa menghasilkan kecepatan shutter
yang sangat tinggi, misalnya 1/8.000s hingga 1/16.000s.
By Saungmotret
5
4.2 Aperture
Aperture atau bukaan lensa adalah ukuran seberapa besar atau kecil
terbukanya iris/ diafragma lensa yang diukur dengan f-number. Yang
menarik, semakin kecil angka f-stop yang tertera, semakin besar pula
bukaannya, jadi jangan sampai salah persepsi ya…!!!
Semakin besar bukaan lensa (f-number semakin kecil), semakin
banyak pula cahaya yang masuk. Alasannya sederhana, ibarat jendela,
semakin lebar jendela dibuka maka semakin berlimpah cahaya yang
masuk.
Contoh : Aperture f/1.4 memiliki bukaan lensa yang lebih besar
dibandingkan f/1.8; pengaruh aperture terhadap gambar yang
dihasilkan. Besar kecilnya bukaan lensa akan berpengaruh pada hasil
gambar yang didapatkan. Semakin besar bukaan lensa (f-number
semakin kecil) akan mempengaruhi 2 hal berikut :
1. Foto yang dihasilkan akan semakin terang karena jumlah cahaya
yang masuk semakin banyak;
2. Depth of field / ruang tajam semakin sempit sehingga background
foto yang dihasilkan lebih bokeh / blur, dan sebaliknya.
Untuk mendapatkan foto yang lebih bokeh, biasanya digunakan
untuk pemotretan manusia/ potraiture, gunakan aperture terbesar (f-
number terkecil) yang dimiliki oleh lensa, contoh: f/1.2. Untuk
mendapatkan ruang tajam yang luas, biasanya pemotretan landscape,
gunakan bukaan terkecil lensa (f-number terbesar), contoh : f/22
S
ecara definisi ISO adalah ukuran tingkat sensifitas sensor
kamera terhadap cahaya. Semakin tinggi setting ISO maka
semakin sensitif sensor kamera terhadap cahaya. Untuk
mendapatkan gambaran yang jelas tentang pengaturan ISO, coba
bayangkan sekumpulan semut pekerja. Sebuah ISO adalah sebuah
semut pekerja, jika kamera diatur ke ISO 100, artinya kamu memiliki
100 semut pekerja; dan
By Saungmotret
6
Jika kamera diatur ke ISO 200, artinya kamu memiliki 200 semut
pekerja. Yang mana tugas setiap semut pekerja adalah untuk
memungut cahaya yang masuk melalui lensa dan bertugas membuat
gambar.
Dengan pengaturan aperture yang tetap, menaikkan ISO dari ISO
100 ke ISO 200 akan mempersingkat waktu yang dibutuhkan untuk
menghasilkan sebuah gambar hingga 2 kali lebih cepat dari Shutter
Speed 1/125 ke 1/250 detik; Menaikkan ISO, membuatmu bisa bekerja
dengan kondisi cahaya yang minim; Saat menaikkan ISO ke 400, akan
memangkas waktu pembuatan gambar hingga separuhnya lagi yaitu
1/500 detik; Setiap kali mempersingkat waktu eksposur sebanyak
separuh, artinya kamu menaikkan eksposur sebesar 1 Stop.
By Saungmotret
7
Untuk mendapatkan exposur yang benar (correct exposure),
dibutuhkan pengaturan ISO, Aperture serta Shutter Speed yang
tepat sesuai kebutuhan. Kombinasi ISO, Aperture dan Shutter Speed
ini biasa disebut sebagai segitiga exposur (The Triangle Exposure).
By Saungmotret
8
BAB V
TEKNIK PENGAMBILAN GAMBAR
By Saungmotret
9
5.2 Long Shot
Teknik ini menggunakan area yang memperlihatkan seluruh tubuh
subjek tanpa terpotong frame. Teknik ini fokus pada subjek dengan
segala ekspresi dan kegiatannya tanpa ada bagian tubuh yang
terpotong.
By Saungmotret
10
5.3 Medium Shot
Teknik ini lebih sempit lagi dari medium long shot. Pengambilan
gambar dimulai dari sekitar pinggang sampai kepala. Biasanya
digunakan untuk menonjolkan lebih detail bahasa tubuh dan ekspresi
subjek.
5.4 Close Up
Teknik ini biasanya diambil mulai bagian bawah bahu sampai kepala.
Teknik ini untuk memperlihatkan detail ekspresi dan mimik seseorang.
Biasanya digunakan untuk memotret ekspresi seseorang misalnya juga
memperlihatkan kerutan wajah pada subjek agar terlihat dramatis.
By Saungmotret
11
5.5 Big Close Up
Teknik ini memotret mulai dari leher sampai atas kepala. Tujuannya
sama dengan teknik close up tapi lebih memperlihatkan detail ekspresi
dan mimik wajah seseorang.
By Saungmotret
12
5.7 Frog Eye
Teknik shooting ini mengambil gambar dengan posisi kamera
disejajarkan dengan bagian alas/bawah obyek dan posisinya lebih
rendah dari dasar obyek. Hasilnya gambar yang diambil akan menjadi
sangat besar.
By Saungmotret
13
5.8 Low Angle
Merupakan pengambilan gambar dengan sudut arah bawah obyek
yang memberikan kesan obyek membesar.
By Saungmotret
14
5.10 High Angle
Teknik pengambilan gambar High Angle mengambil posisi di atas
obyek. Hasilnya obyek shooting menjadi lebih kecil. Hasil gambarnya
menjadi dramatis dan terkesan kerdil.
By Saungmotret
15
DAFTAR PUSTAKA
https://tambahpinter.com/sejarah-perkembangan-fotografi/
https://jsp.co.id/perbedaan-fotografer-profesional-dan-amatir/
https://www.kamerashot.com/memahami-iso-
fotografi/#1_Apa_itu_Shutter_Speed
https://www.keeindonesia.com/blogs/keelesson/beberapa-macam-teknik-
pengambilan-gambar
By Saungmotret
iv