Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bencana alam merupakan hal yang sangat menakutkan bagi umat manusia. Bahkan
kebudayaan suatu bangsa pun dapat dipengaruhi oleh ketakutannya terhadap bencana ini. Sebut
saja negara Jepang yang menyesuaikan bentuk bangunannya agar tahan terhadap bencana gempa.
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terletak di antara Benua Asia dan
Benua Australia serta Samudera Hindia dan Samudra Pasifik. Meskipun menyimpan keindahan
alam yang sangat luar biasa, bangsa Indonesia juga menyadari bahwa wilayah nusantara ini
memiliki kurang lebih 129 gunung api aktif (yang termasuk dalam Ring of Fire), dan berada
pada pertemuan tiga lempeng tektonik aktif dunia yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia, serta
Pasifik. Kondisi tersebut membuat Indonesia sangat berpotensi mengalami bencana alam. Di sisi
lain, Indonesia memiliki iklim tropis dan kondisi hidrologis yang dapat memicu bencana alam
lainnya seperti banjir, tanah longsor, angin puting beliung, dan lain sebagainya.

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu


kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor
non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Definisi tersebut
menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan manusia. Oleh karena
itu, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tersebut juga mendefinisikan mengenai bencana
alam, bencana non alam, dan bencana sosial.

Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa
yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir,
kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan
oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal
modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan
oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik
sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat, dan teror. Kejadian bencana adalah
peristiwa bencana yang terjadi dan dicatat berdasarkan tanggal kejadian, lokasi, jenis bencana,

1
korban dan/ataupun kerusakan. Jika terjadi bencana pada tanggal yang sama dan melanda lebih
dari satu wilayah, maka dihitung sebagai satu kejadian.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan bencana tsunami?

2. Apa faktor-faktor penyebab terjadinya tsunami?

3. Apa dampak terjadinya tsunami?

4. Bagaimana langkah-langkah manajemen bencana tsunami?

5. Apa yang dimaksud dengan bencana tonoh longsor?

6. Apa penyebab terjadinya tanah longsor?

7. Apa dampak terjadinya tanah longsor?

8. Bagaimana langkah-langkah manajemen bencana tanah longsor?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian bencana tsunami

2. Untuk mengetahui factor-faktor penyebab terjadinya tsunami

3. Untuk mengetahui dampak terjadinya tsunami

4. Untuk mengetahui langkah-langkah manajemen bencana tsunami

5. Untuk mengetahui pengertian bencana tanah longsor

6. Untuk mengetahui penyebab terjadinya tanah longsor

7. Untuk mengetahui dampak terjadinya tanah longsor

2
8. Untuk mengetahui langkah-langkah manajemen bencana tanah longsor

D. Manfaat Penulisan
Penulisan makalah ini bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan bagi
penulis sendiri maupun bagi pembaca.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bencana Tsunami

Tsunami merupakan salah satu jenis bencana alam yang berkaitan dengan gelombang
lautan. Gelombang lautan yang sangat besar dan menerjang daratan ini disebut dengan tsunami.
Tsunami berasal dari bahasa Jepang, Tsu yang berarti pelabuhan dan Nami yang berarti
gelombang. Secara harfiah, tsunami mempunyai arti ombak besar di pelabuhan. Lebih ilmiah
lagi,  yang dimaksud tsunami adalah perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan
permukaan laut secara vertikal yang berlangsung dengan tiba- tiba. Gelombang tsunami
merupakan jenis gelombang yang dapat bergerak ke segala arah hingga mencapai jarak ribuan
kilometer. Daya kerusakan yang diakibatkan gelombang ini akan semakin kuat apabila berada di
daratan yang dekat dengan pusat gangguan. Apabila di lautan, tinggi gelombang tsunami ini
tidak terlalu tinggi, hanya sekitar 1 meter saja. Meski demikian, kecepatan yang dimiliki oleh
gelombang ini bisa mencapai 500 hingga 1000 kilometer per jam, kecepatan ini menyamai
dengan kecepatan pesawat jet. Saking cepatnya gelombang ini, kapal yang berada di lautan
sampai tidak terasa akan kehadiran gelombang ini.

Sebaliknya, semakin mendekati ekosistem pantai, kecepatan gelombang ini semakin


menurun, hanya sekitar 35 hingga 50 kilometer per jam. Namun, tingginya gelombang akan
semakin naik, hingga mencapai 20 meter. Dengan ketinggian yang sedemikian ini, maka
gelombang tsunami dapat masuk ke daratan hingga jarak puluhan kilometer. Inilah sekilas
gambaran umum mengenai gelombang tsunami.

B. Faktor- Faktor Penyebab Tsunami

Tsunami merupakan sebuah bencana alam yang dahsyat. Tsunami adalah gambaran
ombak yang sangat besar yang menerjang hingga ke wilayah daratan. Tidak bisa dipungkiri
bahwa bagian daratan yang terkena sapuan ombak akan luluh lantak karena kekuatan yang
dimiliki oleh ombak tersebut. Terjadinya tsunami ini biasanya tidak bencana alam tunggal.
Maksudnya, biasanya tsunami tidak datang sendiri dengan tiba- tiba. Namun biasanya ada yang
menghantarkan, sehingga terjadilah tsunami.

4
Beberapa peristiwa alam menjadi penyebab  terjadinya tsunami. Hal- hal yang
menghantarkan terjadi tsunami antara lain adalah sebagai  berikut:

1. Gempa Bumi bawah laut

Gempa bumi merupakan hal yang paling umum yang dapat menyebabkan terjadinya
tsunami. Gempa bumi yang dimaksud tentu adalah gempa bumi bawah laut. Gempa bumi bawah
laut menimbulkan banyak getaran yang akan mendorong timbulnya gelombang tsunami. Gempa
bumi bawah laut merupakan penyebab mayoritas terjadinya tsunami di dunia. Hampir 90 %
kejadian tsunami di dunia ini disebabkan oleh gempa bumi yang terjadi di bawah laut. Gempa
bumi yang terjadi dibawah laut ini merupakan jenis gempa bumi tektonik yang timbul akibat
adanya pertemuan atau tubrukan  lempeng tektonik. Meski gempa bumi bawah laut merupakan
penyebab utama terjadinya tsunami, namun tidak berarti bahwa semua gempa bumi bawah laut
dapat menimbulkan tsunami. Gempa bumi bawah laut akan menimbulkan tsunami apabila
memenuhi beberapa syarat antara lain adalah sebagai berikut:

a. Pusat gempa terletak di kedalaman 0 hingga 30 kilometer dibawah permukaan air laut.

Gempa bumi bawah laut yang berpotensi menimbulkan tsunami adalah apabila pusat
gempa berada di kedalaman antara 0 hingga 30 meter dibawah permukaan air laut.
Semakin dangkal pusat gempa, maka akan semakin besar kesempatan untuk terjadi
tsunami. Dengan kata lain semakin dangkal pusat gempa bumi, maka peluang terjadinya
tsunami juga semakin besar. Hal ini karena getaran yang dirasakan juga semakin besar
dan semakin kuat, sehinnga peluang terjadinya tsunami pun juga semakin kuat.

b. Gempa yang terjadi berskala di atas 6,5 skala richter.

Kriterian yang selanjutnya adalah gempa bumi yang terjadi harus mempunyai kekuatan di
atas 6,5 skala richter. Jadi misalnya ada gempa dangkal, namun gempanya kecil, hal itu
kemungkinan tidak akan memberikan peluang terjadinya tsunami. Gempa yang terjadi
dengan kekuatan minimal 6,5 skala richter dianggap sudah mampu untuk mempengaruhi
gelombang air laut, yang pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya tsunami.
Pengalaman bencana yang terjadi di Aceh pada tahun 2004 silam, gempa yang terjadi

5
memiliki kekuatan sekitar 9 skala richter. Untuk mengetahui besar gempa digunakan alat
pengukur getaran gempa bumi.

c. Jenis sesar gempa adalah sesar naik turun

Kriteria lainnya yang juga mendukung terjadinya gelombang tsunami adalah mengenai
jenis sesar. Persesaran gempa yang dapat menimbulkan gelombang tsunami adalah jenis
persesaran naik turun. Adanya persesaran naik turun ini akan dapat menimbulkan
gelombang baru yang mana jika bergerak ke daratan, maka bisa menghasilkan tsunami.
Hal ini akan diperparah apabila terjadi patahan di dasar laut, sehingga akan menyebabkan
air laut turun secara mendadak dan menjadi cikal bakal terjadinya tsunami.

2. Letusan gunung berapi bawah laut

Penyebab terjadinya tsunami yang selanjutnya adalah terjadinya letusan gunung api yang
ada di bawah laut. Lautan yang memenuhi dua per tiga dari permukaan bumi ini menyimpan
banyak sekali rahasia. Kita tidak tau banyak mengenai rupa penampakan di bawah laut, bahwa
sebenarnya tidak hanya daratan saja yang mempuyai gunung aktif, namun juga bawah laut
mempunyai banyak gunung aktif. Beberapa gunung aktif yang ada di bawah laut bisa berpotensi
meledak atau erupsi sewaktu- waktu. Akibat adanya letusan yang besar atau kuat dari gunung
berapi bawah laut ini, maka menyebabkan terjadinya tsunami.

Salah satu peristiwa akbar yang menggambarkan kejadian tsunami diakibatkan oleh
letusan gunung berapi adalah di Indonesia, tepatnya di sebelah barat pulau Jawa. Gunung
Krakatau namanya, meletus pada tahun 1883. Peristiwa ini menimbulkan gelombang tsunami
yang dasyat sehingga menyapu bersih area di sekitar Selat Sunda. Selain peristiwa gunung
Krakatau, di Indonesia juga terjadi letusan gunung Tambora pada tahun 1815 yang berada di
Nusa Tenggara Timur hingga megakibatkan terjadinya kepulauan Maluku. Indonesia merupakan
negara yang mempunyai banyak gunung api sehingga dijuluki Ring of Fire. Hal ini membuat
Indonesia harus selalu waspada karena letusan gunung berapi bisa terjadi sewaktu- waktu.

3. Terjadiya longsor bawah laut

6
Penyebab gelombang tsunami selanjutnya adalah terjadinya longsor dibawah laut.
Tsunami yang disebabkan karena adanya longsor di bawah laut dinamakan Tsunamic Submarine
Landslide. Ternyata longsor tidak hanya terjadi di daratan saja. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, bentuk permukaan bawah lait menyerupai daratan. apabila di daratan kita
menemukan bukit dan jurang, maka di dalam lautan pun juga demikian, sehingga ada potensi
terjadi longsir. Longsir bawah laut ini pada umunya disebabkan oleh adanya gempa bumi
tektonik atau letusan gunung bawah laut. Getaran kuat yang ditimbulkan oleh longsir inilah
yang  bisa menyebabkan terjadinya tsunami. Selain gempa bumi tektonik dan letusan gunung
berapi, tabrakan lempeng yang ada di bawah laut juga bisa menyebabkan terjadinya longsor.
Pada tahun 2008 dilakukan penelitian di Samudera Hindia yang menyebutkan adanya palung laut
yang membentang dari pulau Siberut hingga ke pesisir Pantai Bengkulu yang mana apabila
palung tersebut longsor maka akan terjadi tsunami di pantai barat Sumatera.

4. Adanya hantaman meteor

Penyebab selanjutnya dari terjadinya tsunami adalah adanya hantaman meteor atau benda


langit. Benda langit yang jatuh ini tentu saja benda langit yang berukuran besar. Meskipun jarang
sekali terjadi, dan bahkan belum ada dokumentasi yang menyebutkan adanya tsunami akibat
hantaman meteor, namun hal ini bisa saja terjadi. Seperti yang disimulasikan oleh komputer
canggih, bahwa apabila ada meteor besar (karena meteor kecil biasanya akan habisa terbakar di
atmosfer bumi) misalnya berdiameter lebih dari 1 kilometer saja, maka dapat menimbulkan
bencana alam yang dasyat. Mega tsunami yang ditimbulkan memiliki ketinggian hingga ratusan
meter. Kita bisa memprediksi apa yang akan terjadi selanjtnya. Kelaparan akibat pertanian yang
rusak dan perubahan iklim, akan membunuh manusia di bumi secara massal. Selain karena
ukuran dari meteor, hal lain yang berpengaruh adalah kecepatan atau laju meteor yang mencapai
puluhan ribu kilometer per jam.utern belum ada dokumentasi yang menyebutkan adanya tsunami
akibat hantaman meteor.

C. Dampak Terjadinya Bencana Tsunami

Bencana alam merupakan peristiwa sangat kejadiannya sungguh sangat tidak diharapkan
dan tidak dirindukan. Bagaimana tidak, bencana alam hanya akan membawa dampak buruk,

7
seperti kehilangan, kemiskinan, kelaparan, dan kesedihan. Apapun jenis bencana alam yang di
bumi, maka tidak ada satupun dari mereka yang diharapkan kedatangannya olah manusia. seperti
halnya bencana tsunami ini. seperti jenis bencana alam lainnya, bencana tsunami juga
menimbulkan banyak sekali dampak atau kerugian. Beberapa dampak tsunami antara lain adalah
sebagai berikut:

1. Terjadi kerusakan dimana- mana

Dampak terjadinya tsunami yang pertama adalah terjadinya kerusakan dimana- mana.
Kerusakan yang dimaksud adalah kerusakan fisik baik bangunan dan non bangunan. Gelombang
besar yang timbul karena tsunami ini dapat menyapu area daratan, baik daerah pantai maupun
daerah- daerah di sekitarnya. Kerusakan yang terjadi ini adalah di daerah yang terkena sapuan
ombak. Gelombang ombak yang berkekuatan tinggi ini dalam sekejap bisa meluluh lantakkan
bangunan, menyapu pasir atau tanah, merusak perkebunan dan persawahan masyarakat, merusak
tambak dan ladang perikanan, dan lain sebagainya. Kerusakan yang terjadi ini akan
menimbulkan banyak kerugian, terutama kerugian berupa material.

2. Lahan pertanian dan perikanan rusak

Gelombang tsunami yang dasyat juga dapat menyebabkan lahan pertanian dan perikanan
rusak. Gelombang tsunami dengan kekuatan yang besar mampu menyapu bersih apa saja yang
ada di daratan. Jangankan tanaman yang ada di sawah, bahkan bangunan pun banyak sekali yang
roboh. Selain itu ikan- ikan yang ditanam di kolam perikanan juga akan tersapu oleh air dari
gelombang tsunami tersebut.

3. Menghambat kegiatan perekonomian

Kita sepakat bahwa semua bencana alam dapat mengacaukan kegiatan perekonomian di
suatu wilayah. Hal ini juga termasuk bencana tsunami. Kerusakan dan kehilangan yang terjadi
akibat gelombang tsunami akan melumpuhkan kegiatan perekonomian sampai beberapa waktu.
Tidak hanya itu saja, namun kerugian yang disebabkan oleh tsunami mungkin akan
menggantikan kegiatan produksi dan perdagangan dalam waktu tertentu.

4. Kerugian material

8
Semua bencana alam dapat menimbulkan kerugian yang bersifat materiil, termasuk juga
gelombang tsunami. Kerugian material diantaranya karena robohnya bangunan, rusak lahan
pertanian dan perikanan, dan kehilangan harta bendanya.

5. Kerugian spiritual

Selain kerugian yang bersifat material atau yang dapat diukur dengan uang, bencana
tsunami juga dapat menimbulkan kerugian spiritual. Yang dimaksud dengan kerugian spiritual
adalah kerugian yang tidak berupa harta benda, namun lebih ke jiwa. Bagaimana seorang anak
kecil akan tabah setelah mengalami bencana alam yang besar, apalagi apabila ia kehilangan
anggota keluarganya, maka hal itu akan menimbulkan trauma di jiwa anak kecil. Akibatnya anak
tersebut harus menjalani beberapa terapi agar terbebas dari traumanya itu. Bahkan hal seperti ini
hanya dialami oleh anak kecil saja, namun juga orang dewasa dan bahkan lanjut usia.

6. Menimbulkan bibit penyakit

Dampak selanjutnya dari bencana alam tsunami adalah timbulnya bibit penyakit. Ketika
gelombang laut yang tinggi meluluh lantakkan daratan, maka yang akan kitemukan adalah
benda- benda kotor, tanah yang berlumpur dan sebagainya. Lingkungan yang tidak bersih akan
meimbulkan bayak sekali bibit penyakit. Apalagi jika ditambah dengan jasad- jasad makhluk
hidup yang meninggal, maka lingkungan akan semakin tidak sehat. Disamping itu, apabila
tinggal di pengungsian maka yang akan terjadi adalah timbulnya bibit penyakit karena kurangnya
saranan dan pra sarana.

D. Langkah-Langkah Manajemen Bencana Tsunami


Siklus manajemen bencana tsunami terbagi menjadi 3 tahapan atau fase, 3 tahap atau fase
manajemen bencana yaitu:
1. Tahap Pra Bencana Tsunami
a. Mitigasi Tsunami (Mitigation)
Mitigasi adalah serangkaian upaya yang dilakukan untuk mengurangi risiko tsunami
baik melalui pembangunan fisik, maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana tsunami. Kegiatan mitigasi ini dapat dilakukan melalui
pelaksanaan penataan ruangan; pengaturan pembangunan tahan tsunami,
pembangunan infrastruktur tahan tsunami, tata bangunan dengan kualitas standar; dan

9
penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan, pelatihan dan praktek penyelamatan diri
dari bencana tsunami baik secara konvensional maupun modern.

Secara lebih rinci upaya pengurangan dampak bencana tsunami antara lain:

1) Peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan tenhadap bahaya tsunami.


2) Pendidikan kepada masyarakat tentang karakteristik dan pengenalan bahaya
tsunami.
3) Pembangunan tsunami Early Warning System.
4) Pembangunan tembok penahan tsunami pada garis pantai yang beresiko.
5) Penanaman mangrove serta tanaman lainnya sepanjang garis pantai meredam
gaya air tsunami.
6) Pembangunan tempat-tempat evakuasi yang aman di sekitar daerah pemukiman.
Tempat/ bangunan ini harus cukup tinggi dan mudah diakses untuk menghidari
ketinggian tsunami.
b. Kesiapsiagaan Bencana Tsunami (Preparedness)
Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi
bancana melalui pengorganisasian dan langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
Contohnya dengan melakukan kajian tentang resiko bencana tsunami.
c. Peringatan Dini (Early Warning)
Peringatan Dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin
pada masyarakat mengenai kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh
lembaga yang berwenang atau upaya untuk memberikan tanda peringatan bahwa
bencana kemungkinan akan segera terjadi. Contohnya dengan pemasangan alat
penanda tsunami di setiap wilayah yang rawan gempa bumi yang dapat menyebabkan
tsunami, pemberitahuan dari petugas BMKG, dan sebagainya. Pemberian peringatan
dini ini harus menjangkau masyarakat (accesible), segera (immediate), tegas tidak
membingungkan (coherent), bersifat resmi (official).
2. Tahap Saat Terjadi Bencana Tsunami
a. Tanggap Darurat (response)
Tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat
kejadian bencana gempa bumi untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan . Ini

10
meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan
kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsian dan pemulihan sarana
prasarana. Berikut beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap tanggap darurat,
diantaranya yaitu:
1) Pengkajian yang tepat terhadap lokasi, kerusakan dan sumberdaya
2) Penentuan status keadaan darurat bencana tsunami
3) Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana tsunami
4) Pemenuhan kebutuhan dasar
5) Perlindungan terhadap kelompok rentan
6) Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana
b. Bantuan Darurat (relief)
Ini merupakan upaya untuk memberikan bantuan berkaitan dengan pemenuhan
kebutuhan dasar berupa sandang, pangan, tempat tinggal sementara, kesehatan,
sanitasi dan juga air bersih
3. Tahap Pasca Bencana Tsunami
a. Pemulihan (Recovery)
Pemulihan adalah rangkaian kegiatan untuk mengembalikan kondisi masyarakat dan
lingkungan hidup yang terkena bencana tsunami dengan memfungsikan kembali
kelembagaan, prasarana dan sarana dengan melakukan upaya rehabilitasi.
b. Rehabilitasi (rehabilitation)
Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau
masyarakat hingga tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana tsunami
dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek
pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pasca bencana tsunami.
c. Rekonstruksi (reconstruction)
Rekonstruksi adalah perumusan kebijakan dan usaha serta langkah-langkah nyata
yang terencana dengan baik, konsisten dan berkelanjutan untuk membangun kembali
secara permanen semua prasarana, sarana dan sistem kelembagaan baik tingkat
pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh berkembangnya
kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban dan
bangkitnya peran dan partisipasi masyarakat sipil dalam segala aspek kehidupan

11
bermasyarakat di wilayah pasca bencana tsunami. Lingkup pelaksanaan rekonstruksi
terdiri atas program rekonstruksi fisik dan program rekonstruksi non fisik.
E. Pengertian Tanah Longsor

Tanah longsor atau sering disebut gerakan tanah adalah suatu peristiwa geologi yang
terjadi karena pergerakan masa batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya
bebatuan atau gumpalan besar tanah. Secara umum kejadian longsor disebabkan oleh dua faktor
yaitu faktor pendorong dan faktor pemicu. Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang
memengaruhi kondisi material sendiri, sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang
menyebabkan bergeraknya material tersebut.

F. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Tanah Longsor


1. Jenis Tanah
Jenis tanah juga mempengaruhi penyebab terjadinya longsor. Tanah yang mempunyai
tekstur renggang, lembut yang sering disebut tanah lempung atau tanah liat dapat
menyebabkan longsoran. Apa lagi ditambahan pada saat musin penghujan
kemungkinan longsor akan lebih besar pada tanah jenis ini. Hal ini dikarenakan
ketebalan tanah tidak lebih dari 2,5 m dengan sudut lereng 22 derajat. Selain itu
kontur tanah ini mudah pecah jika udara terlalu panas dan menjadi lembek jika
terkena air yang mengakibatkan rentan pergerakan tanah.
2. Curah Hujan
Ancaman tanah longsor biasanya dimulai pada bulan November karena meningkatnya
intensitas curah hujan. Musim kering yang panjang akan menyebabkan terjadinya
penguapan air di permukaan tanah dalam jumlah besar. Hal itu mengakibatkan
munculnya pori-pori atau rongga tanah hingga terjadi retakan dan merekahnya tanah
permukaan. Pada saat hujan, air akan menyusup ke bagian yang retak. Tanah pun
dengan cepat mengembang kembali. Pada awal musim hujan, kandungan air pada
tanah menjadi jenuh dalam waktu singkat. Hujan lebat pada awal musim dapat
menimbulkan longsor karena melalui tanah yang merekah itulah, air akan masuk dan
terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga menimbulkan gerakan lateral. Apabila
ada pepohonan di permukaan, pelongsoran dapat dicegah karena air akan diserap oleh
tumbuhan. Akar tumbuhan juga berfungsi sebagai pengikat tanah.

12
3. Kemiringan Lereng
Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong. Lereng yang terjal
terbentuk karena pengikisan air sungai, mata air, air laut, dan angin. Kemiringan
lereng dinyatakan dalam derajat atau persen. Kecuraman lereng 100 persen sama
dengan kecuraman 45 derajat. Selain memperbesar jumlah aliran permukaan, makin
curam lereng juga memperbesar kecepatan aliran permukaan, dengan itu
memperbesar energi angkut air. II-4 Klasifikasi kemiringan lereng untuk pemetaan
ancaman tanah longsor dibagi dalam lima kriteria diantaranya yaitu lereng datar
dengan kemiringan 0-8%, landai berombak sampai bergelombang dengan kemiringan
8-15%, agak curam berbukit dengan kemiringan 15-25%, curam sampai sangat
curang 25- 40%, sangat curam dengan kemiringan >40%. Wilayah yang kemiringan
lereng antara 0-15% akan stabil terhadap kemungkinan longsor, sedangkan di atas
15% potensi untuk terjadi longsor pada kawasan rawan gempa bumi semakin besar.
4. Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan (land use) adalah modifikasi yang dilakukan oleh manusia
terhadap lingkungan hidup menjadi lingkungan terbangun seperti lapangan, pertanian,
dan permukiman. Permukiman yang menutupi lereng dapat mempengaruhi
penstabilan yang negatif maupun positif. Sehingga tanaman yang disekitarnya tidak
dapat menopang air dan meningkatkan kohesi tanah, atau sebaliknya dapat
memperlebar keretakan dalam permukaan baruan dan meningkatkan peresatan.
Penggunaan lahan seperti persawahan, perladangan, dan adanya genangan air di
lereng yang terjal. Pada lahan persawahan akarnya kurang kuat untuk mengikat butir
tanah dan membuat tanah menjadi lembek dan jenuh dengan air sehingga mudah
terjadi longsor. Sedangkan untuk daerah perladangan penyebabnya adalah karena
akar pohonnya tidak dapat menembus bidang longsoran yang dalam dan umumnya
terjadi di daerah longsoran lama.
5. Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan oleh gempa bumi, ledakan,getaran mesin,
dan getaran lalu lintas kendaraan. Akibat yang ditimbulkannya adalah tanah, badan
jalan, lantai, dan dinding rumah menjadi retak.
6. Susut muka air danau atau bendungan

13
Akibat susutnya muka air yang cepat di danau maka gaya penahan lereng menjadi
hilang, dengan sudut kemiringan waduk 220ᵒ mudah terjadi longsoran dan penurunan
tanah yang biasanya diikuti oleh retakan.
7. Adanya beban tambahan
Adanya beban tambahan seperti beban bangunan pada lereng, dan kendaraan akan
memperbesar gaya pendorong terjadinya longsor, terutama di sekitar tikungan jalan
pada daerah lembah. Akibatnya adalah sering terjadinya penurunan tanah dan retakan
yang arahnya ke arah lembah.
8. Pengikisan/erosi
Pengikisan banyak dilakukan oleh air sungai ke arah tebing. Selain itu akibat
penggundulan hutan di sekitar tikungan sungai, tebing akan menjadi terjal.
9. Adanya material timbunan pada tebing
Untuk mengembangkan dan memperluas lahan pemukiman umumnya dilakukan
pemotongan tebing dan penimbunan lembah. Tanah timbunan pada lembah tersebut
belum terpadatkan sempurna seperti tanah asli yang berada di bawahnya. Sehingga
apabila hujan akan terjadi penurunan tanah yang kemudian diikuti dengan retakan
tanah.

G. Dampak Tanah Longsor

Bencana alam merupakan peristiwa yang merugikan. Dikatakan sebagai peristiwa yang
merugikan karena menimbulkan banyak sekali dampak negatif. Hal inilah yang membuat
bencana alam sebagai momentum yang menyedihkan. Salah satu bencana yang dapat
menimbulkan banyak dampak negatif adalah tanah lonsor. Berikut ini merupakan beberapa
akibat atau dampak tanah longsor:

1. Menimbulkan korban jiwa


Tanah longsor merupakan jenis bencana alam yang berpotensi menimbulkan korban jiwa.
Hal ini terlebih jika tanah longsor terjadi ketika malam hari atau waktu- waktu dimana
masyarakat sedang tertidur. Tanpa mengetahui akan terjadinya tanah longsor, masyarakat
terlelap dan bisa tertimbun. Di Indonesia sendiri peristiwa tanah longsor sudah banyak
menimbulkan korban jiwa.

14
2. Banyak insfrastruktur rusak
Rusaknya insfrastuktur juga merupakan salah satu dampak yang pasti terjadi ketika tanah
longsor. Infrtastruktur  yang rusak ini boleh dibilang yang berada di atas tanah yang
longsor maupun yang berada di bawah (tertimbun).
3. Timbulnya berbagai macam bibit penyakit
Tanah longsor juga berpotensi menimbulkan berbagai macam bibit penyekit. Timbulnya
bibit penyakit sebenarnya tidak hanya terjadi pada tanah longsor saja, namun juga
berbagai macam bencana alam. Ketika pemukiman warga terkena bencana, maka mereka
akan mengungsi.
4. Mengganggu sumber mata pencaharian
Tanah longsor juga dapat mengganggu sumber mata pencaharian masyarakat, khususnya
bagi mereka yang bercocok tanam. Ladang atau sawah mereka yang tertimbun tanah pasti
tidak bisa diolah dalam beberapa jangka waktu, sehingga akan menjadikan masyarakat
terganggu.
5. Memburuknya sanitasi lingkungan
Ketika tanah longsor datang, maka saluran air akan menjadi terputus. Jika air bersih saja
tidak ada, maka bisa dipastikan sanitasi lingkungan menjadi buruk.

H. Langkah-Langkah Manajemen Bencana Tanah Longsor


Siklus manajemen bencana tanah longsor terbagi menjadi 3 tahapan atau fase, 3 tahap
atau fase manajemen bencana yaitu:
1. Tahap Pra Bencana Tanah Longsor
a. Mitigasi Tanah Longsor (Mitigation)
Mitigasi adalah serangkaian upaya yang dilakukan untuk mengurangi risiko tanah
longsor baik melalui pembangunan fisik, maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana tanah longsor. Tanah longsor dapat
dicegah apabila kita melakukan beberapa upaya diantaranya sebagai berikut:
1) Tidak membuat sawah di lereng
2) Tidak mendirikan bangunan di tebing
3) Tidak menebang pohon di lereng
4) Tidak memotong tebing secara tegak lurus

15
5) Tidak mendirikan bangunan di sekitar sungai
6) Melakukan upaya preventif
7) Membuat terasering
8) Melakukan penyuluhan kepada masyarakat

Ciri-ciri Akan Terjadi Tanah Longsor

1) Sehabis hujan, tampak ada retakan pada lereng

2) Kerikil berjatuhan, tebing terlihat kurang kokoh atau rapuh

3) Tiba-tiba timbul mata air baru

4) Genangan air saat musim hujan akan lenyap saat akan terjadi longsor

5) Pintu maupun jendela sukar terbuka

6) Pepohonan tampak miring

7) Halaman rumah atau dalam rumah mendadak ambles

b. Kesiapsiagaan Bencana Tanah Longsor (Preparedness)


Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi
bancana melalui pengorganisasian dan langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
Contohnya dengan melakukan kajian tentang resiko bencana tanah longsor.
c. Peringatan Dini (Early Warning)
Peringatan Dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin
pada masyarakat mengenai kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh
lembaga yang berwenang atau upaya untuk memberikan tanda peringatan bahwa
bencana kemungkinan akan segera terjadi. Pemberian peringatan dini ini harus
menjangkau masyarakat (accesible), segera (immediate), tegas tidak membingungkan
(coherent), bersifat resmi (official).
2. Tahap Saat Terjadi Bencana Tanah Longsor
a. Tanggap Darurat (response)

16
Tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat
kejadian bencana tanah longsor untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan .
Ini meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan
kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsian dan pemulihan sarana
prasarana. Berikut beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap tanggap darurat,
diantaranya yaitu:

1) Pengkajian yang tepat terhadap lokasi, kerusakan dan sumberdaya


2) Penentuan status keadaan darurat bencana tsunami
3) Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana tsunami
4) Pemenuhan kebutuhan dasar
5) Perlindungan terhadap kelompok rentan
6) Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana
b. Bantuan Darurat (relief)

Ini merupakan upaya untuk memberikan bantuan berkaitan dengan pemenuhan


kebutuhan dasar berupa sandang, pangan, tempat tinggal sementara, kesehatan,
sanitasi dan juga air bersih.

3. Tahap Pasca Bencana Tanah Longsor


a. Pemulihan (Recovery)

Pemulihan adalah rangkaian kegiatan untuk mengembalikan kondisi masyarakat dan


lingkungan hidup yang terkena bencana tanah longsor dengan memfungsikan kembali
kelembagaan, prasarana dan sarana dengan melakukan upaya rehabilitasi.

b. Rehabilitasi (rehabilitation)

Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau
masyarakat hingga tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana tanah longsor
dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek
pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pasca bencana tanah longsor.

c. Rekonstruksi (reconstruction)

17
Rekonstruksi adalah perumusan kebijakan dan usaha serta langkah-langkah nyata yang
terencana dengan baik, konsisten dan berkelanjutan untuk membangun kembali secara
permanen semua prasarana, sarana dan sistem kelembagaan baik tingkat pemerintahan
maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh berkembangnya kegiatan
perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban dan bangkitnya
peran dan partisipasi masyarakat sipil dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat di
wilayah pasca bencana tanah longsor. Lingkup pelaksanaan rekonstruksi terdiri atas
program rekonstruksi fisik dan program rekonstruksi non fisik.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu


kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor
non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa
yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir,
kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan
oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal
modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.

Tsunami merupakan salah satu jenis bencana alam yang berkaitan dengan gelombang
lautan. Gelombang lautan yang sangat besar dan menerjang daratan ini disebut dengan tsunami.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan tsunami yaitu; gempa bumi bawah laut, letusan
gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut dan adanya hantaman meteor. Bencana tsunami
menimbulkan dampak buruk seperti, terjadi kerusakan dimana- mana, lahan pertanian dan
perikanan rusak, menghambat kegiatan perekonomian, kerugian material, menimbulakn korban
jiwa, kerugian spiritual, dan menimbulkan bibit penyakit.

Tanah longsor atau sering disebut gerakan tanah adalah suatu peristiwa geologi yang
terjadi karena pergerakan masa batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya
bebatuan atau gumpalan besar tanah. Secara umum kejadian longsor disebabkan oleh dua faktor
yaitu faktor pendorong dan faktor pemicu. Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang
memengaruhi kondisi material sendiri, sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang
menyebabkan bergeraknya material tersebut. Bencana tanah longsor juga menimbulkan dampak
buruk bagi kehidupan seperti, menimbulkan korban jiwa, banyak insfrastruktur rusak, timbulnya
berbagai macam bibit penyakit, mengganggu sumber mata pencaharian, dan memburuknya
sanitasi lingkungan.

19
B. Saran

Bencana bisa terjadi kapan saja dan dimana saja, namun kita harus mengetahui jenis-jenis
bencana, sebab-sebab yang menimbulkan bencana dan akibat-akibat yang ditimbulkannya. Peran
serta masyarakat sangat dibutuhkan dalam penyelamatan dan pelestarian lingkungan, karena
sebagian bencana yang terjadi diakibatkan oleh kerusakan lingkungan. Sebisa mungkin tidak
tinggal di tempat atau daerah rawan bencana, agar tidak terjadi  korban dan kerugian yang besar.
Masyarakat pada umumnya harus mengetahui baik melalui Media Elektronik ( radio, TV dan
Internet ) maupun Media Cetak ( buku literature, surat kabar, majalah ) tentang bencana-bencana
yang terjadi dan bagaimana cara mengatasi  atau menyelamatkan diri.   

20
DAFTAR PUSTAKA

Ilmu gepgrafi.com. Bencana Tsunami – Pengertian, Penyebab, Dampak, dan Tanda-tanda. Diakses melalui
https://ilmugeografi.com/bencana-alam/bencana-tsunami (14 November 2020)
Christiana Yuni. Manajemen Bencana Gempa dan Tsunami. Diakses melalui
https://www.academia.edu/5839785/Manajemen_Bencana_Gempa_dan_Tsunami (14
November 2020)

BPBD. 2017.Strategi dan Upaya Penanggulangan Bencana Tanah Longsor. Diakses melalui
http://penanggulangankrisis.kemkes.go.id/ (14 November 2020)
Ilmu geografi. com. Tanah Longsor: Penyebab, Jenis, Dampak, dan Penanggulangan. Diakses melalui
https://ilmugeografi.com/bencana-alam/tanah-longsor (14 November 2020)

21

Anda mungkin juga menyukai