PADANG
2020
Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik maka diperlukan sarana
yang berupa bahasa, logika, matematika dan statistika. Bahasa merupakan alat
komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah di mana bahasa
merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran
tersebut kepada orang lain. Ditinjau dari pola berpikirnya maka ilmu merupakan
sabungan antara berpikir deduktif dan berpikir induktif. Untuk itu maka penalaran
ilmiah menyadarkan. diri kepada proses logika deduktif dan logika induktif.
Matematika mempunyai peranan yang penting dalam berpikir deduktif ini sedangkan
statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif.
Semua masalah membutuhkan analisis statistik, namun hal ini bukan berarti bahwa
kita tidak peduli terhadap statistika sama sekali dan berpaling kepada cara-cara yang
justru tidak bersifat Ilmiah. Sering kita melakukan rasionalisasi untuk membela
kekurangan kita atau bahkan kompensasi, seperti dikatakan Kemeny, dengan
menggunakan kata-kata muluk untuk menutup ketidaktahuan.
B. Bahasa
Keunikan manusia sebenarnya bukanlah terletak pada kemampuan berpikirnya
melainkan terletak pada kemampuannya berbahasa. Bahasa mempunyai pengaruh-
pengaruh yang luar biasa dan termasuk yang membedakan manusia dari ciptaan
lainnya. Dalam hal ini maka Ernest Cassirer menyebut manusia sebagai Animal
symbolicum, makhluk yang mempergunakan simbol, yang secara generik mempunyai
cakupan yang lebih luas daripada homo sapiens yakni makhluk yang berpikir, sebab
dalam kegiatan berpikirnya manusia mempergunakan simbol. Tanpa mempunyai
kemampuan berbahasa ini maka kegiatan berpikir secara sistematis dan teratur tidak
mungkin dapat dilakukan. Tanpa kemampuan berbahasa maka manusia tak mungkin
mengembangkan kebudayaannya, sebab tanpa mempunyai bahasa maka hilang pulalah
kemampuan untuk meneruskan nilai-nilai budaya dari generasi yang satu kepada
generasi selanjutnya. "Tanpa bahasa" simpul Aldous Huxley, manusia tak berbeda
dengan anjing atau monyet.
Bahasa memungkinkan manusia berpikir secara abstrak di mana obyek-obyek yang
faktual ditransformasikan menjadi simbol-simbol bahasa yang bersifat abstrak.
Adanya simbol bahasa yang bersifat abstrak ini memungkinkan manusia untuk
memikirkan sesuatu secara berlanjut, demikian juga bahasa memberikan kemampuan
untuk berpikir secara teratur dan sistematis.
Pernyataan Kneller, bahasa dalam kehidupan manusia mempunyai fungsi simbolik,
emotif dan efektif. Fungsi simbolik dari bahasa menonjol dalam komunikasi ilmiah,
sedangkan fungsi emotif menonjol dalam komunikasi estetik.
Bloch and Trager mengatakan bahwa bahasa adalah suatu sistem simbol-simbol
bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh suatu kelompok sebagai alat untuk
berkomunikasi. Joesep Broam mengatakan bahasa adalah suatu sistem yang
berstruktur dari simbol-simbol bunyi arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota
sesuatu kelompok sosial sebagai alat bergaul satu sama lain.
Batasan di atas memerlukan sedikit penjelasan agar tidak terjadi salah paham. Oleh
karena itu, perlu diteliti setiap unsur yang terdapat di dalamnya :
1. Simbol-simbol
Simbol-simbol berarti things atau sesuatu yang menyatakan that stand for other
things atau sesuatu yang lain. Hubungan antara simbol dan "sesuatu" yang
dilambangkannya itu tidak merupakan sesuatu yang terjadi dengan sendirinya atau
sesuatu yang bersifat alamiah, seperti yang terdapat antara awan hitam dan
turunnya hujan, ataupun antara tingginya panas badan dan kemungkinan
terjadinya infeksi. Jika dikatakan bahwa bahasa adalah suatu simbol-simbol, hal
tersebut mengandung makna bahwa ucapan si pembicara dihubungkan dengan
objek-objek ataupun kejadian dalam dunia praktis.
2. Simbol-simbol vokal
Simbol yang membangun ujaran manusia adalah simbol vokal, yaitu bunyi-bunyi
yang urutan bunyinya dihasilkan dari kerjasama berbagai organ atau alat tubuh
dengan sistem pernapasan. Untuk memenuhi maksudnya, bunyi-bunyi tersebut
harus di dengar orang lain dan harus diartikulasikan sedemikian rupa untuk
memudahkan si pendengar merasakannya secara jelas dan berbeda dari yang
lainnya.
3. Simbol-simbol vokal arbitrer
Istilah arbitrer bermakna mana suka dan tidak perlu ada hubungan yang valid
secara filosofis antara ucapan lisan dan arti yang dikandungnya. Semua kata yang
sama tepatnya, sama arbiternya. Semuanya adalah konvensi sosial yakni sejenis
persetujuan yang tidak diucapkan atau kesepakatan secara diam-diam antara
sesama anggota masyarakat yang memberi setiap kata makna tertentu.
4. Suatu sistem yang berstruktur dari simbol-simbol yang arbitrer.
Walaupun hubungan antara bunyi dan arti ternyata bebas dari setiap suara hati
nurani, logika atau psikologi, namun kerja sama antara bunyi-bunyi itu sendiri, di
dalam bahasa tertentu, ditandai oleh sejumlah konsistensi, ketetapan intern.
5. Yang dipergunakan oleh para anggota sesuatu kelompok sosial sebagai alat
bergaul satu sama lain.
Menyatakan hubungan antara bahasa dan masyarakat. Para ahli sosial menaruh
perhatian pada tingkah laku manusia, sejauh tingkah laku tersebut mempengaruhi
atau dipengaruhi manusia lainnya.
C. Fungsi Bahasa
Aliran filsafat bahasa dan pikolinguistik melihat fungsi bahasa sebagai sarana untuk
menyampaikan pikiran, perasaan dan emosi, sedangkan aliran sosiolinguistik
berpendapat bahwa fungsi bahasa adalah sarana untuk perubahan masyarakat.
Fungsi bahasa secara umum adalah :
1. Koordinataor kegiatan-kegiatan masyarakat.
2. Penetapan pemikiran dan pengungkapan.
3. Penyampaian pikiran dan perasaan.
4. Penyenangan jiwa.
5. Pengurangan kegoncangan jiwa.
Menurut Hallidey yang dikutip oleh Thaimah, fungsi bahasa adalah :
1. Fungsi Instrumental; penggunaan bahasa untuk mencapai suatu hal yang bersifat
materi seperti makan, minum, dan sebagainya.
2. Fungsi Regulatoris; penggunaan bahasa untuk memerintah dan perbaikan tingkah
laku.
3. Fungsi Interaksional; penggunaan bahasa untuk saling mencurahkan perasaan
pemikiran antara seseorang dan orang lain.
4. Fungsi Personal; seseorang menggunakan bahasa untuk mencurahkan perasaan
dan pikiran.
5. Fungsi Heuristik; penggunaan bahasa untuk mencapai mengungkap tabir
fenomena dan keinginan untuk mempelajarinya.
6. Fungsi Imajinatif; penggunaan bahasa untuk mengungkapkan imajinasi seseorang
dan gambaran-gambaran tentang discovery seseorang dan dan tidak sesuai dengan
realita (dunia nyata).
7. Fungsi Representasional; penggunaan bahasa untuk menggambarkan pemikiran
dan wawasan serta menyampaikanya pada orang lain.
Buhler membedakan fungsi bahasa ke dalam bahasa ekspresif, bahasa konatif, dan
bahasa representasional.
1. Bahasa ekspresif, yaitu bahasa yang terarah pada diri sendiri yakni si pembicara;
2. Bahasa konatif, yaitu bahasa yang terarah pada lawan bicara; dan
3. Bahasa representasional, yaitu bahasa yang terarah pada kenyataan lainnya, yaitu
apa saja selain si pembicara atau lawan bicara.
Bahasa ilmiah dalam tulisan-tulisan ilmiah, terutama sejarah, selalu dituntut secara
deskriptif sehingga memungkinkan pembaca (orang lain) untuk ikut menafsirkan dan
mengembangkan lebih jauh. Sedangkan bahasa agama selain menggunakan gaya
deskriptif juga menggunakan gaya preskriptif, yakni struktur makna yang
dikandung selalu bersifat imperatif dan persuasif di mana pengarang menghendaki si
pembaca mengikuti pesan pengarang sebagaimana terformulasikan dalam teks.
Dengan kata lain gaya bahasa ini cenderung memerintah.
Melihat kemahaan gaya bahasa dalam Alquran, maka gaya tersebut tidak termasuk
prosa maupun puisi jika ditinjau dari segi disiplin ilmu sastra atau kritik sastra. Hal ini
disebabkan bahasa yang terkandung dalam kitab ini lebih menekankan makna yang
sanggup menggugah kesadaran batin dan akal budi.
F. Apakah Sebenarnya Bahasa?
Bahasa dapat kita cirikan sebagai serangkaian bunyi, dalam hal ini kita
mempergunakan bunyi sebagai alat untuk berkomunikasi. Sebenarnya kita bisa
berkornunikasi dengan mempergunakan alat-alat lain, umpamanya saja dengan
memakai berbagai isyarat. Manusia mempergunakan bunyi sebagai alat komunikasi
yang paling utama. Bahasa merupakan lambang di mana rangkaian bunyi membentuk
suatu arti tertentu. Rangkaian bunyi yang kita kenal sebagai kata melambangkan suatu
obyek tertentu umpamanya saja gunung atau seekor burung merpati.
Perbedaan pendidikan antara manusia dengan binatang terutama terletak dalam
tujuannya manusia belajar agar berbudaya sedangkan binatang belajar untuk
mempertahankan jenisnya. Dengan bahasa, bukan saja manusia dapat berpikir secara
teratur namun juga dapat mengkomunikasikan apa yang sedang dia pikirkan kepada
orang lain dan dapat mengekspresikan sikap dan perasaan kita.
Dengan adanya bahasa maka manusia hidup dalam dunia yakni dunia pengalaman
yang nyata dan dunia simbolik yang dinyatakan dengan bahasa. Berbeda dengan
binatang maka manusia mencoba mengatur pengalaman yang nyata ini dengan
berorientasi kepada manusia simbolik. Bila binatang hidup menurut naluri mereka, dan
hidup dari waktu ke waktu berdasarkan fluktuasi biologis dan fisiologis mereka, maka
manusia mencoba menguasai semua ini. Pengalaman mengajarkan kepada manusia
bahwa hidup seperti ini kurang bisa diandalkan di mana eksistensi hidupnya sangat
tergantung kepada faktor-faktor yang sukar dikontrol dan diramalkan.
Manusia memberi arti dalam hidupnya yang terpatri dalam dunia simbolik yang
diwujudkan lewat kata-kata yang mempunyai arti bahkan kekauatan. Kemanusiaan
tidak lagi mempunyai perasaaan. Pengetahuan dan perasaan adalah sama pentingnya
dalam kehidupan individual dan masyarakat, ujar Bertrand Russell; dunia tanpa
kesukaan dan kemesraan adalah dunia tanpa nilai.
Seni merupakan kegiatan estetik yang banyak mempergunakan aspek emotif dari
bahasa baik itu seni suara maupun seni sastra. Komukasi ilmiah betujuan untuk
menyampaikan informasi yang berupa pengetahuan. Agar komunkasi ilmiah berjalan
dengan baik, maka bahasa yang digunakan harus terbebas dari unsur emotif.
Berbahasa dengan jelas artinya ialah bahwa makna yang terkandung dalam kata-kata
yang dipergunakan diungkapkan secara tersurat (eksplisit) untuk mencegah
pemberian makna yang lain.
Untuk mampu mengkomunikasikan suatu pernyataan dengan jelas maka seseorang
harus menguasai tata bahasa yang baik. Hal ini berlaku baik bagi kegiatan ilmiah
maupun noni lmiah. Tata bahasa menurut Charlton Laird merupakan alat dalam
mempergunakan aspek logis dan kreatif dari pikiran untuk mengungkapkan arti dan
emosi dengan mempergunakan aturan-aturan tertentu. Penguasaan tata bahasa dengan
baik merupakan syarat mutlak bagi suatu komunikasi ilmiah yang benar.
Karyailmiah juga mempunyai gaya penulisan yang pada hakikatnya merupakan usaha
untuk mencoba menghindari kecenderungan yang bersifat emosional bagi kegiatan
seni namun merupakan kerugian bagi kegiatan ilmiah. Oleh sebab itu gaya penulisan
ilmiah, di mana tercakup di dalamnya penggunaan tata bahasa dan penggunaan kata-
kata, harus diusahakan sedemikian mungkin untuk menekan unsur-unsur emotif
seminimal mungkin.
M. Perkembangan Matematika
Ditinjau dari perkembangannya maka ilmu dapat dibagi dalam tiga tahap yakni tahap
sistematika, komparatif dan kuantitatif. Pada tahap sistematika maka ilmu mulai
menggolong-golongkan obyek empiris ke dalam kategori-kategori tertentu.
Penggolongan ini memungkinkan kita untuk menemukan ciri-ciri yang bersifat umum
dari anggota-anggota yang menjadi kelompok tertentu. Ciri-ciri yang bersifat umum
ini merupakan pengetahuan bagi manusia dalam mengenali dunia fisik. Dalam tahap
yang kedua kita mulai melakukan perbandingan antara obyek dengan obyek yang lain,
kategori yang satu dengan kategori yang lain dan seterusnya. Selanjutnya adalah
tahap kuantitatif di mana kita mencari hubungan sebab akibat tidak lagi berdasarkan
perbandingan melainkan berdasarkan pengukuran yang eksak dari objek yang sedang
kita selidiki.
Matemaka pada garis besarnya merupakan pengetahuan yang disusun secara konsisten
berdasarkan logika deduktif. Bertrand Russell dan Whitehead dalam karyanya yang
monumental yang berjudul Principia Mathematika mencoba membuktikan bahwa
dalil-dalil matematika dasarnya adalah pernyataan logika, meskipun tidak seluruhnya
berhasil, Pierre de Fermat (1601-1665) mewariskan teorema yang terakhir yang
merupakan teka-teki (enigma) yang menantang pemikir-pemikir matematik yang
paling ulung dan tak kunjung terpecahkan. Immanuel Kahn (1724-(1807)
berpendapat bahwa matematika merupakan pengetahuan sintetik a priori dimana
asistensi matematika tegantung kepada pembuktian secara empiris.
Memang menurut akal sehat sehari-hari, kebenaran matematika tidak ditentukan oleh
pembuktian secara empiris melainkan kepada proses penalaran deduktif. Di samping
sarana berpikir deduktif yang merupakan aspek estetik, matematika juga merupakan
kegunaan praktis dalam kehidupan sehari-hari.
Griffits dan Howson (1974) membagi sejarah perkembangan matematika menjadi
empat tahap. Tahap yang pertama dimulai dengan matematika yang berkembang pada
peradaban Mesir Kuno dan daerah sekitarnya seperti Babylonia dan Mesopotamia.
Waktu itu matematika telah dipergunakan dalam perdagangan, pertanian, bangunan
dan usaha mengontrol alam seperti banjir. Matematika mendapatkan momentum baru
dalam peradaban Yunani yang sangat memperhatikan aspek estetik dari matematika.
Dapat dikatakan bahwa peradaban Yunani inilah yang meletakkan dasar matematika
sebagai cara berpikir rasional dengan menetapkan berbagai langkah dan definisi
tertentu. Euclid pada 300 SM mengumpulkan semua pengetahuan ilmu ukur dalam
bukunya Elements dengan penyajian secara sistematis dari berbagai postulat, definisi
dan teorema.
Perkembangan matematika selanjutnya terjadi di Timur di mana pada sekitar tahun
1000 bangsa Arab, India, dan Cina mengembangkan ilmu hitung dan aljabar. Mereka
mendapatkan angka nol dan penggunaan desimal serta mengembangkan kegunaan
praktis dari ilmu hitung dan aljabat tersebut. Ditemukanlah diantaranya kalkulus
diferensial yang memungkinkan kemajuan ilmu yang cepat di abad ke-17 dan revolusi
industri di abad ke-18.
Matematika dalam hubungannya dengan komunikasi ilmiah mempunyai peranan
ganda, kata Fehr, yakni sebagai ratu dan sekaligus pelayanan ilmu. Di satu pihak,
sebagai ratu matematika merupakan bentuk tertinggi dari logika, sedangkan di lain
pihak sebagai pelayan matematika memberikan bukan saja sistem pengorganisasian
ilmu yang bersifat logis namun juga pernyataan-pernyataan dalam bentuk model
matematik.
Matematika sebagai bahasa mempunyai ciri, sebagaimana dikatakan Morns Kime,
bersifat ekonomis dengan kata-kata. Matematika merupakan alat yang memungkinkan
ditemukannya dan dikomunikasikannya kebenaran iilmiah leawat berbagai disiplin
keilmuan.
P. Statistika
Kamus bahasa Inggris kita akan menjumpai kata statistics dan kata statistik dua kata
itu mempunyai arti yang berbeda. Kata statistik artinya ilmu statistik, sedang kata
statistic diartikan bagi ukuran yang diperoleh atau berasal dari sample, yang berarti
ukuran yang diperoleh atau berasal dari populasi.
Ditinjau dari segi terminologi, istilah statistik terkandung berbagai macam pengertian,
yaitu :
1. Istilah statistik kadang diberi pengertian sebagai data statistik, yaitu kumpulan
bahan keterangan berupa angka atau bilangan.
2. Sebagai kegiatan statistik atau kegiatan perstatistikan atau kegiatan
penstatistikan.
3. Kadang juga dimaksudkan sebagai metode statisik yaitu cara-cara tertentu yang
perlu ditempuh dalam rangka amengumpulkan, menyusun atau mengatur,
menyajikan, menganalisis, dan memberikan interpretasi terhadap sekumpulan
bahan keterangan yang berupa angka itu dapat berbicara atau dapat memberikan
pengertian makna tertentu.
4. Istilah statistik diberi pengertian ilmu statistik adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari dan memperkembangkan secara ilmiah tahap-tahap yang ada dalam
kegiatan statistik.
U. Penerapan Statika
Statistika adalah alat yang dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah yang
timbul dalam penelaahan secara empiris hampir di semua bidang. Meskipun
perincian teknis dari teknik statistika yang dipergunakan dalam tiap bidang dan
masalah itu berbeda namun pendekatan dasarnya adalah sama. Walaupun pendekatan
dasarnya adalah sama, namun konsep dasar itu harus disesuaikan dengan masalah
konkret yang dihadapi.