Oleh :
TRI SUDARYANTO
1713353036
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Glukosa darah adalah parameter untuk mengetahui penyakit diabetes melitus
yang dahulunya dilakukan terhadap darah lengkap. Karena eritrosit memiliki
kadar protein yaitu hemoglobin yang lebih tinggi sehingga bila dibandingkan
dengan darah lengkap serum lebih banyak glukosa. Glukosa darah di dalam tubuh
berfungsi untuk bahan bakar bagi proses metabolisme dan juga sumber energi
utama bagi otak. Glukosa darah adalah gula yang terdapat dalam darah yang
terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen di hati
dan otot rangka. Jumlah kadar glukosa dari pemeriksaan glukosa darah sewaktu
yang menunjukkan jumlah nilai ≥140 mg/dl atau glukosa darah puasa menunjukan
nilai >120 mg/dl ditetapkan sebagai diagnosis diabetes melitus (Subiyono : 2015).
Diabetes mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang dihasilkan dari
cacat pada sekresi insulin dan/atau tindakan insulin, yang menghasilkan
hiperglikemia dengan gangguan karbohidrat, lemak dan protein metabolisme.
Penyakit DM telah meningkat secara dramatis dalam beberapa dekade terakhir,
terutama karena perubahan dalam gaya hidup. Di Indonesia prevalensi penyakit
ini meningkat dari tahun ke tahun sehingga Indonesia merupakan negara yang
menempati urutan keempat dengan jumlah penderita diabetes terbesar di dunia
setelah India, Cina dan Amerika Serikat. Hal ini disebabkan karena sekitar 8,4%
penduduk di Indonesia menderita DM pada tahun 2000 dan diperkirakan terus
meningkat yaitu sebanyak 21,3 juta orang penderita diabetes melitus di Indonesia
pada tahun 2030 (Eko Hidayanto : 2015).
Diabetes melitus diketahui merupakan penyebab kematian tertinggi di bagian
instalasi rawat inap di rumah sakit pada tahun 2005 di Indonesia yaitu sebanyak
3.316 kematian dengan Case Fertility Rate (CFR) 7,9%. Selain itu, proyeksi
global saat ini memperkirakan bahwa jumlah penderita DM telah meningkat 50%
pada tahun 2010, dan hampir akan berlipat ganda pada tahun 2025. World Health
Organization (WHO) dan International Diabetes Federation (IDF) telah
meramalkan bahwa jumlah penderita diabetes akan meningkat secara signifikan
3
pada tahun 2030 menjadi sekitar 366 juta, meningkat 214% dibandingkan dengan
persentase tahun 2006 (Eko Hidayanto : 2015).
Spektrofotometer umum digunakan di laboratorium klinik karena dianggap
sebagai alat yang paling tepat untuk menggambarkan kadar glukosa darah
sehingga alat ini dijadikan sebagai baku emas atau standar pemeriksaan kadar
glukosa darah (Fenny Meriadi : 2013).
Spektrofotometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi
dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu pada suatu
obyek kaca atau kuarsa yang disebut kuvet. Sebagian dari cahaya tersebut akan
diserap dan sisanya akan dilewatkan. Kelebihan dari Photometer menggunakan
serum atau plasma sehingga tidak dipengaruhi sel-sel darah, sedangkan
kekurangannya memerlukan lebih banyak darah dan dalam pengerjaannya
memerlukan waktu yang lama dan harga yang mahal. Pemeriksaan glukosa darah
dengan photometer sering digunakan dilaboratorium klinik karena dianggap
sebagai alat yang paling tepat untuk menggambarkan kadar glukosa darah. Tak
heran photometer dijadikan sebagai standar pemeriksaan kadar glukosa darah
(Endiyasa : 2018).
Alat analisis glukosa portabel atau glukometer direkomendasikan oleh
American Diabetes Association (ADA) untuk pemantauan sendiri di rumah, di
lapangan, atau di pengaturan klinis Food and Drug Administration mensyaratkan
perangkat ini memenuhi atau melampaui persyaratan akurasi yang ditetapkan oleh
Organisasi Internasional untuk Standardisasi (ISO), yang mengharuskan
glukometer untuk menghasilkan pengukuran dalam 20% dari nilai referensi pada
konsentrasi glukosa di atas 75,68 mg / dl. 1-3 Namun, ADA merekomendasikan
bahwa perangkat ini harus menghasilkan pengukuran dalam 5% dari nilai
referensi. 1,3 Jika kesalahan pengukuran glukometer ini kurang dari 5%,
glukometer merupakan alternatif yang menarik untuk referensi penganalisis
glukosa, terutama untuk program penelitian kecil (Amanda J : 2014).
POCT (Point Of Care Testing) didefinisikan sebagai pemeriksaan kesehatan
sederhana dengan menggunakan sampel dalam jumlah sedikit, menggunakan
pengukuran arus listrik yang dihasilkan pada sebuah reaksi elektrokimia. Ketika
darah diteteskan pada strip, akan terjadi reaksi antara bahan kimia yang ada
4
didalam darah dengan reagen yang ada di dalam strip. Reaksi ini akan
menghasilkan arus listrik yang besarnya setara dengan kadar bahan kimia yang
ada dalam darah Point Of Care Testing (POCT) adalah pemeriksaan kesehatan
yang dapat memberikan hasil yang cepat, sehingga pengambilan keputusan dapat
segera dilakukan untuk manajemen pasien yang lebih baik. Kelebihan dari POCT
yaitu mudah digunakan, dapat dilakukan oleh perawat dan keluarga pasien untuk
monitoring pasien, volume sampel yang digunakan sangat sedikit, alat lebih kecil
sehingga tidak perlu ruangan khusus. (Gandasoebrata : 2010).
Organisasi Internasional untuk Standarisasi (ISO) 15197:2013, yang
merupakan standar internasional yang ditetapkan untuk mengevaluasi fungsi
glukometer, menyatakan bahwa produk harus memenuhi setidaknya dua
parameter akurasi. Parameter pertama menunjukan bahwa untuk kadar glukosa
kurang dari 100 mg/dL ,95% hasil harus dalam kurang lebih 15 mg/dL dari
laboratorium, dan untuk kadar yang lebih besar dari 100 mg/dL, 95% hasil harus
dalam % biasa kurang lebih 15% dibandingkan dengan nilai indeks.
(Nurkancana : 1992) menyatakan bahwa suatu alat pengukur dapat dikatakan
alat pengukur yang valid apabila alat pengukur tersebut dapat mengukur apa yang
hendak diukur secara tepat.
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur (tes) dalam melakukan
fungsi ukurnya. Suatu tes dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat
tersebut menjalankan fungsi ukur secara tepat atau memberikan hasil ukur yang
sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Artinya hasil ukur dari
pengukuran tersebut merupakan besaran yang mencerminkan secara tepat fakta
atau keadaan sesungguhnya dari apa yang diukur (Azwar : 1987).
Perbandingan hasil pemeriksaan kadar gula darah menggunakan alat
spektrofotometer dengan glukometer :
Hasil penelitian Yap, A etc perbandingan kadar glukosa darah kapiler dengan
kadar glukosa darah vena menggunakan glukometer Kadar glukosa darah kapiler
yang diukur menggunakan glukometer berkisar antara 142-476 mg/dl dengan
rerata 250,80 mg/dl. Kadar glukosa darah vena berkisar antara 153-492 mg/dl
dengan rerata 248,20 mg/dl
5
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengevaluasi alat
spektrofotometer dan glukometer .
2. Tujuan Khusus
a. Mengevaluasi sebaran hasil pemeriksaan dengan spektrofotometer.
b. Mengevaluasi sebaran hasil pemeriksaan dengan glukometer.
c. Mengevaluasi hasil penelitian apakah terdapat perbedaan hasil pengukuran
glukosa darah dengan menggunakan spektrofotometer dengan glukometer
pada sampel yang sama.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Dapat memperluas ilmu pengetahuan, wawasan, dan keterampilan dalam
menguji alat glukometer dan spektrofotometer.
2. Bagi Akademi
Sebagai refrensi untuk peneliti selanjutnya dan database bagi institusi
terutama jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Tanjung Karang.
3. Bagi Masyarakat
Dapat memberikan informasi yang tepat untuk menggambarkan hasil
pemeriksaan kadar glukosa darah dengan menggunakan glukometer dan
spektrofotometer.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan sebuah penelitian dengan rancangan Kepustakaan
(Library Reasearh), yaitu merangkum beberapa literatur yang relevan dengan
tema yaitu perbandingan pemeriksaan kadar gula darah menggunakan glukometer
dengan spektrofotometer. Dengan mengkorelasikan masing-masing skor item
dengan skor total mengenai perbandingan pemeriksaan kadar gula darah
menggunakan glukometer dengan spektrofotometer. Dalam hal ini, fokus dalam
penelitian pustaka adalah tentang evaluasi hasl pemeriksaan kadar gula darah
menggunakan glukometer dengan spektrofotometer. Variabel independent adalah
hasil pemeriksaan kadar gula darah sedangkan variabel dependent yaitu alat
glukometer dengan spektrofotometer.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
a) Sumber cahaya
Fotometer UV/VIS memiliki dua sumber cahaya, satu untuk cahaya VIS dan
satu untuk UV. Untuk sumber VIS biasanya digunakan lampu tungsten,
sedangkan untuk UV lampu deuterium, lampu tungsten yang banyak digunakan
adalah tungsten halogen dan dapat menjadi sumber energi stabil untuk cahaya
antara 340-950 nm, dengan usia lampu kira-kira 500 jam. Lampu UV
mengandung gas umumnya berasal dari hidrogen. Lampu deuterium
menghasilkan intensitas cahaya 3 hingga 5 kali lebih kuat dari lampu hidrogen.
Tungsten yang menguap Selama berlangsungnya waktu pemakaian, akan melapisi
permukaaan gelas lampu, hingga suatu saat mengurangi cahaya yang terpancar.
Pada tungsten halogen, gas halogen tekanan rendah dan gelas lampu yang terbuat
dari silika memperpanjang usia lampu, akhir-akhir ini dengan kuartz (quartz-
hallogen) diperoleh sumber cahaya yang bagus dan awet dengan masa pemakaian
2000-5000 jam. Karena semua lampu memiliki usia, sebaiknya secara berkala di
periksa kelayakan lampu dan bila perlu menggantinya. Perlu pula diperhatikan
bahwa permukaan bola lampu tidak boleh disentuh/dipegang. Bila perlu
mengganti lampu, maka dipegang dengan kertas lensa. Cahaya yang dihasilkan
oleh lampu diteruskan melalui system optik dan lensa serta difokuskan melalui
“entrance slith” ke alat monokromator.
b) Monokromator
Tujuan monokromator adalah menghasilkan cahaya dengan panjang
gelombang yang murni. Beberapa mekanisme untuk menghasilkan cahaya dengan
panjang gelombang tertentu melalui filter, prisma dan grating.
c) Kuvet
Berbagai bahan digunakan untuk pembuatan kuvet seperti kaca, plastik
hingga kwartz. Bentuk kuvet juga bermacam-macam. Kuvet berbentuk jajar
genjang lebih tepat untuk pengukuran karena cahaya akan jatuh dengan sudut
tegak lurus pada permukaaan kuvet. Untuk pemeriksaan yang memerlukan UV
sebaiknya digunakan kuvet dari kwartz. Diameter kuvet yang standar adalah 1 cm.
11
d) Detektor
Detektor yang digunakan pada alat fotometer umumnya adalah tabung
fotomultiplier (Photomultiplier tube), fotosel, atau fotodioda.
e) Alat baca
Fungsinya adalah membaca sinyal listrik dari detektor dimana data
digambarkan dalam bentuk yang bisa di interpretasikan atau disajikan pada
display yang dapat dibaca oleh pemeriksa.
f) Mikroprosesor
Dengan adanya mikroprosesor dan output software dari kalibrator dapat
disimpan dan konsentrasi sampel yang tidak diketahui secara otomatis dapat
dihitung.
g) Kelebihan dan kekurangan Spekrofotometer
1) Kelebihan
Panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi.
Caranya sederhana.
Dapat menganalisa larutan dengan konsentrasi yang sangat kecil.
Hasilnya cepat sehingga diagnosis dapat segera ditegakkan.
Hasil yang tepat sebagai rujukan baku emas.
2) Kekurangan Spekrofotometer
Absorbsi dipengaruhi oleh pH larutan, suhu dan adanya zat pengganggu dan
kebersihan dari kuvet.
Hanya dapat dipakai pada daerah ultra violet yang panjang gelombang >185 nm
Pemakaian hanya pada gugus fungsional yang mengandung elektron valensi
dengan energy eksitasi rendah.
Sinar yang dipakai harus monokromatis.
Harga terbilang cukup mahal dibanding alat portable lainya.
Ukuran cukup besar dan tidak bisa dibawa-bawa dengan mudah.
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam spektrofotometri adalah :
a) Pada saat pengenceran alat alat pengenceran harus betul-betul bersih tanpa
adanya zat pengotor
b) Dalam penggunaan alat-alat harus betul-betul steril
c) Jumlah zat yang dipakai harus sesuai dengan yang telah ditentukan
12
d) Dalam penggunaan spektrofotometri uv, sampel harus jernih dan tidak keruh
Faktor-faktor yang sering menyebabkan kesalahan dalam menggunakan
spektrofotometer dalam mengukur konsentrasi suatu analit:
a) Adanya serapan oleh pelarut. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan blangko,
yaitu larutan yang berisi selain komponen yang akan dianalisis termasuk zat
pembentuk warna.
b) Serapan oleh kuvet. Kuvet yang ada biasanya dari bahan gelas atau kuarsa,
namun kuvet dari kuarsa memiliki kualitas yang lebih baik.
c) Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi sangat
rendah atau sangat tinggi, hal ini dapat diatur dengan pengaturan konsentrasi,
sesuai dengan kisaran sensitivitas dari alat yang digunakan (melalui pengenceran
atau pemekatan).
2) Glukometer
Alat analisis glukosa portabel atau glukometer direkomendasikan oleh
American Diabetes Association (ADA) untuk pemantauan sendiri di rumah, di
lapangan, atau di pengaturan klinis Food and Drug Administration mensyaratkan
perangkat ini memenuhi atau melampaui persyaratan akurasi yang ditetapkan oleh
Organisasi Internasional untuk Standardisasi (ISO), yang mengharuskan
glukometer untuk menghasilkan pengukuran dalam 20% dari nilai referensi pada
konsentrasi glukosa di atas 75,68 mg / dl. 1-3 Namun, ADA merekomendasikan
bahwa perangkat ini harus menghasilkan pengukuran dalam 5% dari nilai
referensi. 1,3 Jika kesalahan pengukuran glukometer ini kurang dari 5%,
glukometer merupakan alternatif yang menarik untuk referensi penganalisis
glukosa, terutama untuk program penelitian kecil. (Amanda J : 2014).
Alat portable yang dapat melakukan pemeriksaan secara singkat menurut
kriteria dari CLIA (Clinical laboratory improvment amendement) glukometer
yang menggunakan prinsip Point of Care Testing (POCT) atau disebut juga
Bedside Test didefinisikan sebagai pemeriksaan laboratorium yang dilakukan
pada pasien diluar laboratorium sentral, baik pasien rawat jalan maupun pasien
rawat inap.
13
a) Komponen POCT
1) Alat analiser (otomatis, atau visual)
2) Reagen (umumnyabeupa reagen kering)
3) Bahan control (untuk Quality control/QC)
4) Kalibrator (berupa angka yang dimasukkan secara manual atau otomatis berupa
kode cip)
b) Pemeliharaan POCT
Umumnya cukup mudah dan tidak memerlukan perawatan khusus, karena
bentukya yang sangat kecil sehingga tidak memerlukan tempat yang luas. Tapi
harus diperhatikan cara penyimpanannya (pengaruh suhu, kelembapan, getaran,
guncangan dan benturan)
c) Kelebihan dan Kekurangan alat POCT
1) kelebihan alat POCT :
hasilnya cepat sehingga diagnosis dapat segera ditegakkan, tindakan
/pengobatan segera dapat diberikan yang akan mengurangi waktu perawatan
mudah digunakan sehingga dapat dilakukan oeh perawat, pasien, dan keluarganya
untuk monitoring pasien volume sampel yang dipakai lebih sedikit bisa dilakukan
bed side alat lebih kecil/tidak perlu ruangan khusus bisa dibawa/mobile.
2) kekurangan alat POCT :
presisi dan akurasi kurang baik bila dibandingkan dengan metode rujukan
kemampuan pengukuran terbatas.
Dipengaruhi oleh suhu, kelembapan, hematocrit, dan dapat terjadi interferensi
dengan zat tertentu pra analitik sulit dikontrol bila yang melakukan bukan orang
yang kompeten pemantapan mutu interal kurang diperhatikan dan sulit
terdokumentasi, hasil sulit terdokumentas, terutama bila dlakukan dirumah.
14
4. Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukam fungsi ukurannya
(Azwar 1986).
Sedangkan menurut Sugiharto dan Sitinjak (2006), validitas berhubungan
dengan suatu peubah mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas dalam
penelitian menyatakan derajat ketepatan alat ukur penelitian terhadap isi
sebenarnya yang diukur. Uji validitas adalah uji yang digunakan untuk
menunjukkan sejauh mana alat ukur yang digunakan dalam suatu mengukur apa
yang diukur.
Validitas suatu test menunjukkan kemampuan (ketepatan) suatu test untuk
mendapatkan nilai yang sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Dalam dunia
kesehatan kenyataan yang sebenarnya terbagi menjadi 2, sakit dan tidak sakit.
Sehingga penilaian terhadap validitas meliputi 2 aspek yaitu ketepatan menilai
kondisi sakit disebut sensitifitas dan ketepatan untuk menilai kondisi tidak sakit
disebut spesifisitas. Sensitifitas menunjukkan kemampuan suatu test untuk
menyatakan positif orangorang yang sakit. Semakin tinggi sensitifitas suatu test
maka semakin banyak mendapatkan hasil test positif pada orang-orang yang sakit
atau semakin sedikit jumlah negatif palsu. Spesifisitas menunjukkan kemampuan
suatu test untuk menyatakan negatif orang-orang yang tidak sakit. Semakin tinggi
spesifisitas suatu test maka semakin banyak mendapatkan hasil test negatif pada
orang-orang yang tidak sakit atau semakin sedikit jumlah positif palsu (IWGAE
Putra : 2016).
B. Kerangka Teori
16
Gula Darah
Kimia Fisika
Kolesterol LED
Pemeriksaan Laboratorium
Hematologi Analyzer
C. Kerangka Konsep
BAB III
METODE PENELETIAN
1. Pemilihan Topik
Topik yang dipilih dalam penelitian ini yaitu evaluasi hasil pemeriksaan
glukosa darah menggunakan glukometer dengan spektrofotometer.
2. Eksplorasi informasi
Informasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menelusuri jurnal yang
telah didapat berjumlah 15 jurnal yang sesuai dengan topik penelitian yaitu
evaluasi hasil pemeriksaan glukosa darah menggunakan glukometer dengan
spektrofotometer.
3. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini yaitu evaluasi hasil pemeriksaan glukosa darah
menggunakan glukometer dengan spektrofotometer.
4. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan oleh penulis sebagai penunjang, dapat juga dikatakan
data yang tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen. Dalam penelitian ini
data yang penulis yang sudah diperoleh dari 15 artikel jurnal yang
terakreditasi baik nasional maupun internasional dengan jumlah artikel
nasional sebanyak 8 jurnal nasional dan internasional sebanyak 7 jurnal
internasional.
5. Persiapan Penyajian Data
Jurnal yang telah dikumpulkan, dibaca, dianalisis dan diambil kesimpulan
yang sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan sehingga data-data
yang diperoleh yaitu 7 jurnal internaasional dan 8 jurnal nasional.
18
6. Penyusunan Laporan
Pada bagian akhir kegiatan penelitian, peneliti mulai dengan proses
penyusunan laporan penelitian. Proses penyusunan laporan ini dilakukan
dengan cara menyusun berbagai data yang didapat sesuai dengan topik
penelitian yaitu evaluasi hasil pemeriksaan glukosa darah menggunakan
glukometer dengan spektrofotometer.
Penyusunan dalam penelitian literatur riveiw ini yaitu :
a. Menjelaskan tujuan dari penelitian ini yaitu untuk membandingkan hasil
yang didapat dari jurnal ilmiah yang telah didapat oleh peneliti sebanyak
15 jurnal.
b. Membandingkan dan mengetahui hasil spektrofotometer dengan
glukometer melalui pemeriksaan glukosa darah.
c. Kemudian mencari kesamaan dari kesimpulan hasil pemeriksaan pada
setiap jurnal yang didapat sehingga memperoleh kesimpulan dari
penelitian.
d. Memberikan pendapat sendiri terhadap 15 jurnal yang di teliti
C. Variabel dan Definisi Oprasional
N Variabel Definisi Hasil Ukur Skala Ukur
o
1 Hasil pemeriksaan Berbagai referensi Jumlah informasi Rasio
kadar gula darah yang tentang hasil
menginformasikan pemeriksaan kadar
pemeriksaan kadar gula darah dan
gula darah berbagai refrensi
dengan sampel
yang sama
2 Pemeriksaan kadar Berbagai referensi Jumlah informasi Rasio
gula darah yang dan berbagai
menggunakan menginformasikan refrensi alat
spektrofotometer alat spektrofotometer spektrofotometer
pada pengukuran pada pemeriksaan
kadar gula darah kadar gula darah
3 Pemeriksaan kadar Berbagai referensi Jumlah informasi Rasio
gula darah yang dan berbagai
menggunakan menginformasikan refrensi alat
glukometer alat glukometer pada glukometer pada
pengukuran kadar pemeriksaan kadar
gula darah gula darah
19
D. Sumber Data
Sumber data yang menjadi bahan penelitian ini yaitu sumber data sekunder,
berupa jurnal, dan situs internet yang terkait dengan topik yang berkaitan dengan
evaluasi hasil pemeriksaan glukosa darah menggunakan spektrofotometer dengan
glukometer.
Penelusuran artikel publikasi pada google scolar, science dan pubmed,
menggunakan kata kunci yang dipilih yakni : Evaluasi hasil pemeriksaan glukosa
darah menggunakan spektrofotometer dengan glukometer.
Kriteria jurnal yang direview adalah artikel jurnal penelitian berbahasa
Indonesia dan Inggris dengan subyek hasil pemeriksaan alat spektrofotometer
dengan glukometer pada pemeriksaan glukosa darah. Kriteria jurnal yang terpilih
untuk kepustakaan adalah jurnal yang didalamnya terdapat tema evaluasi hasil
spektrofotometer dengan glukometer yang telah diperoleh 15 jurnal. Jurnal yang
telah dirivew ditampilkan dalam tabel.
Kajian Penulis
No Judul Penulis dan jurnal
Spektrofotometer Glukometer
Perbedaan Kadar
Glukosa Darah Sewaktu
Dari Vena M.Ibnu Ubaedillah
Dengan Dari Kapiler Jurnal An nasher e-
Menggunakan ISSN: 2684-9577
1 Alat Glukometer p-ISSN: 2684-9143
Metode Strip Pada
Mahasiswa Akademi
Analis Kesehatan An
Nasher Cirebon
Keuntungan Dan Indonesian Journal
Kerugian Penjaminan of Clinical
Mutu Berdasarkan Pathology and
2 Uji Memastikan Medical
Kecermatan (Poct) Laboratory, 13(1),
38-41.
Pemeriksaan Kimia Journal of Health
Darah (Glukosa Darah, (JoH), 2016, 3.2:
Kolesterol Dan Asam 114-117.
Urat) Menggunakan
Metode Stick Test Dan
Metode
3 Spektrofotometri Dari
Sampel Darah
Masyarakat Rw 22
Kelurahan Nusukan
Kecamatan Banjarsari
Kota Surakarta
20
DAFTAR PUSTAKA
Abell, Sally K., et al. "Type 1 and Type 2 diabetes preconception and in
pregnancy: health impacts, influence of obesity and lifestyle, and
principles of management." Seminars in reproductive medicine. Vol. 34.
No. 02. Thieme Medical Publishers, 2016.
Audu, S. I., Ubwa, S. T., Igbum, O. G., Ikese, O. C., & Alex, N. I. Performance
Evaluation And Analytical Comparison Between Glucose Meters And
Spectrophotometric Methods For Blood Glucose Determination.
Binugraheni, R., Primadevi, S., Nugroho, R. B., Kresnadipayana, D., & Budianto,
G. I. (2016). Pemeriksaan Kimia Darah (Glukosa Darah, Kolesterol dan
Asam Urat) Menggunakan Metode Stick Test dan Metode
Spektrofotometri dari Sampel Darah Masyarakat RW 22 Kelurahan
Nusukan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta. Journal of Health
(JoH), 3(2), 114-117.
Choukem, S. P., Sih, C., Nebongo, D., Tientcheu, P., & Kengne, A. P. (2019).
Accuracy and precision of four main glucometers used in a Sub-Saharan
African Country: a cross-sectional study. The Pan African Medical
Journal, 32.
Louie, Richard F., et al. "Point-of-care glucose testing: effects of critical care
variables, influence of reference instruments, and a modular glucose
meter design." Archives of pathology & laboratory medicine 124.2
(2000): 257-266.Murray, R. K., Granner, D. K., Rodwell, V. W. 2009.
Glukoneogenesis Dan Kontrol Gula Darah dalam Biokimia Harper.
Jakarta: EGC
Salacinski, A. J., Alford, M., Drevets, K., Hart, S., & Hunt, B. E. (2014). Validity
and reliability of a glucometer against industry reference
standards. Journal of Diabetes Science and Technology, 8(1), 95-99.
Sinaga, H., Jagad, D. S., & Suwae, C. (2019). Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah
Dan Kreatinin Pada Lansia Di Puskesmas Kotaraja Jayapura. Jurnal
Sains dan Teknologi Laboratorium Medik, 4(1), 9-14.
Yamakoshi, K. I., & Yamakoshi, Y. (2006). Pulse glucometry: a new approach for
noninvasive blood glucose measurement using instantaneous differential
near-infrared spectrophotometry. Journal of Biomedical Optics, 11(5),
054028.
Yap, A., Sugiarto, C., & Sadeli, L. (2013). Perbandingan Kadar Glukosa Darah
Kapiler Dengan kadar Glukosa Darah Vena Menggunakan Glukometer
Pada Penderita Diabetes Melitus. Maranatha. Edu, 1010143.