Anda di halaman 1dari 14

2.

1 Perkembangan Kognitif:

Karakteristik perkembangan kognitif pada masa pertengahan anak-anak adalah pemikiran


operasional konkret. Dimana, pada tahap ini dapat melakukan operasi-operasi dengan mengubah
tindakan secara mental, memperlihatkan keterampilan-keterampilan konservasi; penalaran secara
logis menggantikan penalaran intuitif, tetapi hanya di dalam keadaan-keadaan konkret; tidak
abstrak (misalnya, tidak dapat membayangkan langkah-langkah persamaan aljbar); keterampilan-
keterampilan klasifikasi-dapat menggolongkan benda-benda ke dalam perangkat-perangkat dan
sub-subperangkat dan bernalat tentang keterkaitannya. Pada masa pertengahan dan akhir anak-
anak, perkembangan kognitif anak-anak sudah semakin matang sehingga memungkinkan
orangtua untuk bermusyawarah dengan mereka tentang penolakan penyimpangan dan
pengendalian perilaku mereka.

a. Pengertian Kognitif

Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Secara umum kognitif
diartikan potensi intelektual yang terdiri dari tahapan : pengetahuan (knowledge), pemahaman
(comprehention), penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi
(evaluation). Kognitif berarti persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan
kemampuan rasional (akal).

Teori kognitif lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan
kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain. Oleh sebab itu kognitif berbeda dengan
teori behavioristik, yang lebih menekankan pada aspek kemampuan perilaku yang diwujudkan
dengan cara kemampuan merespons terhadap stimulus yang datang kepada dirinya.

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata kognitif. Dari aspek tenaga pendidik
misalnya. Seorang guru diharuskan memiliki kompetensi bidang kognitif. Artinya seorang guru
harus memiliki kemampuan intelektual, seperti penguasaan materi pelajaran, pengetahuan
mengenai cara mengajar, pengetahuan cara menilai siswa dan sebagainya.

Akan tetapi apa arti kognitif yang sebenarnya? Lalu apa perkembangan kognitif itu?

Jean Piaget (1896-1980), pakar psikologi dari Swiss, mengatakan bahwa anak dapat
membangun secara aktif dunia kognitif mereka sendiri. Dalam pandangan Piaget, terdapat dua
proses yang mendasari perkembangan dunia individu, yaitu pengorganisasian dan penyesuaian
(adaptasi).
Kecenderungan organisasi dapat dilukiskan sebagai kecenderungan bawaan setiap
organisme untuk mengintegasi proses-proses sendiri menjadi system – sistem yang koheren.
Adaptasi dapat dilukiskan sebagai kecenderungan bawaan setiap organisme untuk
memyesuaikan diri dengan lingkungan dan keadaan sosial.

Piaget yakin bahwa kita menyesuaikan diri dalam dua cara yaitu asimiliasi dan akomodasi.
Asimilasi terjadi ketika individu menggabungkan informasi baru ke dalam pengetahuan mereka
yang sudah ada. Sedangkan akomodasi adalah terjadi ketika individu menyesuaikan diri dengan
informasi baru.

b. Prinsip Dasar Teori Piaget

Jean Piaget dikenal dengan teori perkembangan intelektual yg menyeluruh, yg


mencerminkan adanya kekuatan antara fungsi biologi & psikologis ( perkembangan jiwa). Piaget
menerangkan inteligensi itu sendiri sebagai adaptasi biologi terhadap lingkungan. Contoh :
manusia tidak mempunyai mantel berbulu lembut untuk melindunginya dari dingin; manusia
tidak mempunyai kecepatan untuk lari dari hewan pemangsa; manusia juga tidak mempunyai
keahlian dalam memanjat pohon. Tapi manusia memiliki kepandaian untuk memproduksi
pakaian & kendaraan untuk transportasi.

Faktor yang Berpengaruh dalam Perkembangan Kognitif, yaitu :

1. Fisik

Interaksi antara individu dan dunia luat merupakan sumber pengetahuan baru, tetapi
kontakdengan dunia fisik itu tidak cukup untuk mengembangkan pengetahuan kecuali jika
intelegensiindividu dapat memanfaatkan pengalaman tersebut.

2. Kematangan

Kematangan sistem syaraf menjadi penting karena memungkinkan anak memperoleh


manfaatsecara maksimum dari pengalaman fisik. Kematangan membuka kemungkinan
untukperkembangan sedangkan kalau kurang hal itu akan membatasi secara luas prestasi
secarakognitif. Perkembangan berlangsung dengan kecepatan yang berlainan tergantung pada
sifat kontak dengan lingkungan dan kegiatan belajar sendiri.

3. Pengaruh sosial

Lingkungan sosial termasuk peran bahasa dan pendidikan, pengalaman fisik dapat
memacu ataumenghambat perkembangan struktur kognitif

4. Proses pengaturan diri yang disebut ekuilibrasi


Proses pengaturan diri dan pengoreksi diri, mengatur interaksi spesifik dari individu
dengan lingkungan maupun pengalaman fisik, pengalaman sosial dan perkembangan jasmani
yangmenyebabkan perkembangan kognitif berjalan secara terpadu dan tersusun dengan baik

3. Aspek Inteligensi

Menurut Piaget, inteligensi dapat dilihat dari 3 perspektif berbeda :

1. Struktur Disebut juga scheme (skemata/Schemas). Struktur & organisasi terdapat di


lingkungan, tapi pikiran manusia lebih dari meniru struktur realita eksternal secara pasif.
Interaksi pikiran manusia dengan dunia luar, mencocokkan dunia ke dalam “mental framework”-
nya sendiri. Struktur kognitif merupakan mental framework yg dibangun seseorang dengan
mengambil informasi dari lingkungan & menginterpretasikannya, mereorganisasikannya serta
mentransformasikannya (Flavell, Miller & Miller)

2 hal penting yg harus diingat tentang membangun struktur kognitif :

a. seseorang terlibat secara aktif dalam membangun proses.

b. lingkungan dimana seseorang berinteraksi penting untuk perkembanga struktural.

2. Isi Disebut juga content, yaitu pola tingkah laku spesifik tatkala individu menghadapi sesuatu
masalah. Merupakan materi kasar, karena Piaget kurang tertarik pada apa yg anak-anak ketahui,
tapi lebih tertarik dengan apa yang mendasari proses berpikir. Piaget melihat “isi” kurang penting
dibanding dengan struktur & fungsinya, Bila isi adalah “apa” dari inteligensi, sedangkan
“bagaimana” & “mengapa” ditentukan oleh kognitif atau intelektual.

3. Fungsi Disebut fungtion, yaitu suatu proses dimana struktur kognitif dibangun. Semua
organisme hidup yg berinteraksi dengan lingkungan mempunyai fungsi melalui proses organisasi
& adaptasi.Organisasi: cenderung untuk mengintegrasi diri & dunia ke dalam suatu bentuk dari
bagian-bagian menjadi satu kesatuan yg penuh arti, sebagai suatu cara untuk mengurangi
kompleksitas.

Adaptasi terhadap lingkungan terjadi dalam 2 cara :

a) organisme memanipulasi dunia luar dengan cara membuatnya menjadi serupa dengan dirinya.
Proses ini disebut dengan asimilasi. Asimilasi mengambil sesuatu dari dunia luar &
mencocokkannya ke dalam struktur yg sudah ada. contoh: manusia mengasimilasi makanan
dengan membuatnya ke dalam komponen nutrisi, makanan yg mereka makan menjadi bagian
dari diri mereka.

b) organisme memodifikasi dirinya sehingga menjadi lebih menyukai lingkungannya. Proses ini
disebutakomodasi. Ketika seseorang mengakomodasi sesuatu, mereka mengubah diri mereka
sendiri untuk memenuhi kebutuhan eksternal. contoh: tubuh tidak hanya mengasimilasi makanan
tapi juga mengakomodasikannya dengan mensekresi cairan lambung untuk menghancurkannya
& kontraksi lambung mencernanya secara involunter.

Melalui kedua proses penyesuaian tersebut, sistem kognisi seseorang berubah dan
berkembang sehingga bisa meningkat dari satu tahap ke tahap di atasnya. Proses penyesuaian
tersebut dilakukan seorang individu karena ia ingin mencapai keadaan equilibrium, yaitu berupa
keadaan seimbang antara struktur kognisinya dengan pengalamannya di lingkungan. Seseorang
akan selalu berupaya agar keadaan seimbang tersebut selalu tercapai dengan menggunakan
kedua proses penyesuaian di atas.

Teori Perkembangan Piaget

Jean Piaget, merancang model yang mendeskripsikan bagaimana manusia memahami


dunianya dengan mengumpulkan dan mengorganisasikan informasi. Menurut Piaget seperti yang
dikutip Woolfolk (2009) perkembangan kognitif dipengaruhi oleh maturasi (kematangan),
aktivitas dan transmisi sosial. Maturasi atau kematangan berkaitan dengan perubahan biologis
yang terprogram secara genetik. Aktivitas berkaitan dengan kemampuan untuk menangani
lingkungan dan belajar darinya. Transmisi sosial berkaitan dengan interaksi dengan orang-orang
di sekitar dan belajar darinya.

Tahap – Tahap Perkembangan

Piaget membagi perkembangan kognitif anak ke dalam 4 periode utama yang berkorelasi dengan
dan semakin canggih seiring pertambahan usia :

1. Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)

2. Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)

3. Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)

4. Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)

1. Periode sensorimotor

Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk
mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks bawaan tersebut.
Periode sensorimotor adalah periode pertama dari empat periode.

Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman
spatial / persepsi penting dalam enam sub-tahapan :

a. Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan berhubungan
terutama dengan refleks.
b. Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai empat bulan dan
berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.

c. Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai sembilan bulan
dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan.

d. Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan sampai duabelas
bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang permanen
walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek).

e. Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai delapan belas
bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai tujuan.

f. Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan awal


kreativitas.

2. Tahapan praoperasional

Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan mengamati urutan
permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah akhir usia dua tahun jenis yang secara
kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. Pemikiran (Pra) Operasi dalam teori Piaget adalah
prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah
operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar
menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya
masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Anak
dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua benda
merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya
berbeda-beda.

Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul


antara usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan
berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar.
Bagaimanapun, mereka masih menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan
tahapan ini, mereka cenderung egosentris, yaitu, mereka tidak dapat memahami tempatnya di
dunia dan bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami
bagaimana perasaan dari orang di sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan, kemampuan untuk
memahami perspektif orang lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat imajinatif di
saat ini dan menganggap setiap benda yang tidak hidup pun memiliki perasaan.

2. Tahapan operasional konkrit


Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam sampai
duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai.

Proses-proses penting selama tahapan operasional konkrit adalah :

Pengurutan—kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri


lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda
yang paling besar ke yang paling kecil. Klasifikasi-kemampuan untuk memberi nama dan
mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain,
termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam
rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan
bahwa semua benda hidup dan berperasaan)

Decentering – anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan


untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar tapi
pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi.

Reversibility – anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah,
kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4
sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.

Konservasi – memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah


tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut.
Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan
tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama
banyak dengan isi cangkir lain.

Penghilangan sifat Egosentrisme – kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang
orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh,
tunjukkan komik yang memperlihatkan Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu
meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru
Siti kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti akan
tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah
dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang.

3. Tahapan operasional formal

Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori
Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut
sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara
abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam
tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak
melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada “gradasi abu-abu” di
antaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai
perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif,
penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak
sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai
keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap
operasional konkrit.

Informasi umum mengenai tahapan-tahapan

Keempat tahapan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

• Walau tahapan-tahapan itu bisa dicapai dalam usia bervariasi tetapi urutannya selalu sama.
Tidak ada ada tahapan yang diloncati dan tidak ada urutan yang mundur.

• Universal (tidak terkait budaya)

• Bisa digeneralisasi : representasi dan logika dari operasi yang ada dalam diri seseorang
berlaku juga pada semua konsep dan isi pengetahuan

• Tahapan-tahapan tersebut berupa keseluruhan yang terorganisasi secara logis

• Urutan tahapan bersifat hirarkis (setiap tahapan mencakup elemen-elemen dari tahapan
sebelumnya, tapi lebih terdiferensiasi dan terintegrasi)

• Tahapan merepresentasikan perbedaan secara kualitatif dalam model berpikir, bukan hanya
perbedaan kuantitatif

Pembelajaran dilakukan dengan memusatkan perhatian kepada :

 Berfikir atau proses mental anak, tidak sekedar pada hasilnya dan mengutamakan peran
siswa dalam kegiatan pembelajaran serta memaklumi adanya perbedaan individu dalam
kemajuan perkembangan yang dapat dipegaruhi oleh perkembangan intelektual anak.

 Teori dasar perkembangan kognitif dari Jean Piaget mewajibkan guru agar pembelajaran
diisi dengan kegiatan interaksi inderawi antara siswa dengan benda-benda dan fenomema
konkrit yang ada di lingkungan serta dimaksudkan untuk menumbuh-kembangkan
kemampuan berpikir, antara lain kemampuan berpikir konservasi.

 Piaget memusatkan pada tahap-tahap perkembangan intelektual yang dilalui oleh semua
individu tanpa memandang latar konteks sosial dan budaya , yang mendalami bagaimana
anak berpikir dan berproses yang berkaitan dengan perkembangan intelektual.

 Menurut Peaget, siswa dalam segala usia secara aktif terlibat dalam proses perolehan
informasi dan membangun pengetahuan mereka sendiri.
 Pengetahuan tidak statis tetapi secara terus menerus tumbuh dan berubah pada saat siswa
menghadapi pengalaman-pengalaman baru yang memaksa mereka membangun dan
memodivikasi pengetahuan awal mereka.

 Piaget menjelaskan bahwa anak kecil memiliki rasa ingin tahu bawaan dan secara terus
–menerus berusaha memahami dunia sekitarnya. Rasa ingin tahu ini menurut Piaget,
memotivasi mereka untuk aktif membangun pemahaman mereka tentang lingkungan
yang mereka hayati. PBI dikembangkan berdasarkan kepada teori Piaget ini.

 Kebanyakan ahli psikologi sepenuhnya menerima prinsip-prinsip umum Piaget bahwa


pemikiran anak-anak pada dasarnya berbeda dengan pemikiran orang dewasa, dan jenis
logika anak-anak itu berubah seiring dengan bertambahnya usia. Namun, ada juga
peneliti yang meributkan detail-detail penemuan Piaget, terutama mengenai usia ketika
anak mampu menyelesaikan tugas-tugas spesifik.

4. Implementasi Teori Perkembangan Kognitif Piaget Dalam

Pembelajaran

1. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar
dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak

2. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru
harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.

3. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.

4. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.

5. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi
dengan teman-temanya.

Perbandingan kritik terhadap teoriPIAGET dan teorilainnya, diantara lain :

No. Teori PIAGET Teori lainnya

1. periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)

mayoritas anak mencapai formal pada akhir masa kanak-kanak

terlalu meremehkan kemampuan anak – anak kecil dan terlalu menilai tinggi kemampuan anak-
anak yang lebih tua McGarrigle dan Donalson (1974) menyatakan bahwa anak sudah mampu
memahami konservasi (conservation) dalam usia yang lebih muda daripada usia yang diyakini
oleh Piaget

Balillargeon dan De Vos (1991)


Mayoritas anak-anak itu memang belum mencapai tahap operasional formal

Tidak meremehkan kemampuan anak – anak kecil dan tidak menilai tinggi kemampuan anak-
anak yang lebih tua

Inti dari implementasi teori Piaget dalam pembelajaran antara lain sebagai berikut :

1. Memfokuskan pada proses berfikir atau proses mental anak tidak sekedar pada produknya. Di
samping kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga
sampai pada jawaban tersebut.

2. Pengenalan dan pengakuan atas peranan anak-anak yang penting sekali dalam inisiatif diri dan
keterlibatan aktif dalam kegaiatan pembelajaran. Dalam kelas Piaget penyajian materi jadi (ready
made) tidak diberi penekanan, dan anak-anak didorong untuk menemukan untuk dirinya sendiri
melalui interaksi spontan dengan lingkungan.

3. Tidak menekankan pada praktek – praktek yang diarahkan untuk menjadikan anak-anak
seperti orang dewasa dalam pemikirannya.

4. Penerimaan terhadap perbedaan individu dalam kemajuan perkembangan, teori Piaget


mengasumsikan bahwa seluruh anak berkembang melalui urutan perkembangan yang sama
namun mereka memperolehnya dengan kecepatan yang berbeda.

c. Kritik terhadap Teori Piaget

1. Pada sebuah studi klasik, McGarrigle dan Donalson (1974) menyatakan bahwa anak sudah
mampu memahami konservasi (conservation) dalam usia yang lebih muda daripada usia yang
diyakini oleh Piaget.

2. Studi lain yang mengkritik teori Piaget yaitu bahwa anak-anak baru mencapai pemahaman
tentang objek permanence pada usia di atas 6 bulan. Balillargeon dan De Vos (1991) ; 104 anak
diamati sampai mereka berusia 18 tahun, dan diuji dengan berbagai tugas operasional formal
berdasarkan tugas-tugas yang dipakai Piaget, termasuk pengujian hipotesa. Mayoritas anak-anak
itu memang belum mencapai tahap operasional formal. Hal ini sesuai dengan studi-studi
McGarrigle dan Donaldson serta Baillargeon dan DeVos, yang menyatakan bahwa Piaget terlalu
meremehkan kemampuan anak-anak kecil dan terlalu menilai tinggi kemampuan anak-anak yang
lebih tua.

3. Dan belum lama ini, Bradmetz (1999) menguji pernyataan Piaget bahwa mayoritas anak
mencapai formal pada akhir masa kanak-kanak.

2.2 Perkembangan sosial


Menurut suatu investigasi, waktu yang dihabiskan oleh orangtua untuk mengasuh, mengajar
berbicara dan bermain dengan anak-anak mereka yang berusia 5 hingga 12 tahun kurang dari
setengah dari waktu yang dihabiskan ketika anak-anak masih lebih kecil (Hill & Stafford, 1980).
Penurunan interaksi orangtua-anak ini mungkin bahkan lebih tajam pada keluarga-keluarga yang
orangtuanya kurang berpendidikan. Selama masa pertengahan dan akhir anak-anak, anak-anak
meluangkan banyak waktunya dalam berinteraksi dengan teman sebaya sebesar lebih dari 40%
(Barker & Wright, 1951). Relasi saling pengertian antara orangtua dan anak-anak menjadi
semakin penting dalam hubungan keluarga selama masa pertengahan dan akhir anak-anak.
Kognisi sosial (social cognition) anak-anak tentang teman-teman sebaya mereka juga menjadi
semakin penting untuk memahami hubungan teman sebaya pada masa pertengahan dan akhir
anak-anak. Diantaranya adalah bagaimana anak-anak memproses informasi tentang relasi-relasi
teman sebaya dan pengetahuan sosial mereka (Crick & Dodge, 1994; Dodge, 1993; Quiggle,
dkk, 1992). Persahabatan memiliki aspek yang sangat penting pada usia pertengahan dan akhir
anak-anak. Persahabatan memiliki enam fungsi dan diantaranya adalah memiliki sikap yang
sama terhadap suatu hal dan menyukai jenis kegiatan yang pengisi waktu luang yang sama. Pada
masa pertengahan dan akhir anak-anak, pemahaman diri berubah secara pesat dari
mendefinisikan diri melalui karakteristik eksternal menjadi mendefinisikan diri melalui
karakteristik internal. Anak-anak sekolah dasar juga lebih cenderung mendefinisikan diri mereka
sendiri dilihat dari karakteistik sosial dan perbandingan sosial. Pemahaman diri anak-anak pada
tahun-tahun sekolah dasar juga mencakup peningkatan acuan pada perbandingan sosial (social
comprison). Pada tahap perkembangan ini, anak-anak lebih cenderung membedakan diri mereka
dari orang lain secara komparatif daripada secara absolut. Misalnya, anak-anak usia sekolah
dasar tidak lagi cenderung berpikir tentang apa yang aku lakukan atau tidak kulakukan, tetapi
tentang apa yang dapat aku lakukan dibandingkan dengan orang lain (in comparison with others).

Dari Margaret Harris & George Butterworth (Developmental Psychology)Dalam


perkembangan biologis (fisik), anak usia middle childhood mengalami pertambahan tinggi dan
berat badan yang sangat pesat. Perkembangan otak khususnya pada bagian lobus frontal yang
berperan penting dalam perencanaan dan pengorganisasian perilaku dan pikiran juga
berkembang dengan pesat.

Usia middle childhood ditandai dengan dimulainya anak-anak memasuki pendidikan


formal di sekolah. Dengan memasuki usia sekolah maka setiap hari anak-anak akan berhubungan
langsung dengan teman sebayanya di sekolah sehingga relasi dengan peer juga akan semakin
meningkat. Perkembangan sosial pada anak middle childhood lebih menekankan pada kelompok
teman sebaya mereka (peer) sebagai pelengkap relasi yang telah dibangun sebelumnya dengan
antara orangtua dan anak. Cole dan Cole (2001) memperkirakan sekitar 40% dari waktu yang
dimiliki anak usia 6-12 tahun dihabiskan bersama dengan teman sebayanya (peer). Meskipun
dalam waktu yang bersamaan orangtua juga berusaha untuk memantau aktivitas anak-anak
meraka, namun karena waktu yang dihabiskan anak-anak untuk berinteraksi dengan teman
sebaya lebih banyak maka pengawasan dari orangtua juga akan tetap berkurang. Pada usia ini
anak-anak juga mulai menggunakan social comparison sebagai bagian yang penting dalam
menilai diri mereka. Mereka akan mengambil pandangan-pandangan yang lebih bersifat relatif
dalam kaitannya dengan social comparison. Mereka membandingkan aktivitas yang mereka
lakukan dengan aktivitas lain yang dilakukan oleh temannya.

2.3 Perkembangan moral

1. Level 1 (Tahap prekonvensional). Benar dan salah ditentukan dari reward atau punishment.

Stage 1. Pada tahap ini anak-anak menilai perilaku mereka baik atau buruk berdasarkan
pada hasil akhir dari perilaku tersebut. Suatu perilaku bernilai baik menurut mereka jika
mendapatkan reward dan perilaku itu buruk jika mendapatkan punishment.

Stage 2. Pada tahap ini, anak menganggap bahwa apapun yang memuaskan atau dapat
memenuhi kebutuhannya merupakan hal yang baik.

2. Level 2 (Tahap konvensional). Anak menilai perilaku mereka baik atau salah menurut maksud
atau tujuan dilakukannya, berkaitan dengan norma-norma sosial yang ada. Melihat hal lain
dibalik perilaku itu (menghindari disalahkan dan mencari persetujuan).

Stage 3. Anak-anak menganggap bahwa jika perilakunya dapat menyenangkan atau


menolong orang lain maka perilaku itu dikatakan baik dan mereka menganggap bahwa itu adalah
sisi lain dibalik perilaku itu.

Stage 4. Anak-anak menganggap bahwa memperhatikan aturan sosial dan melakukan


salah satu kewajiban merupakan hal yang baik.

3. Level 3 (Tahap postkonvensional). Perilaku benar atau salah didasarkan pada prinsip-prinsip
moral.

Tahapan perkembangan moral dari Piaget:

1. Premoral

Anak usia 0-5 tahun.

– Memiliki pemahaman yang sangat sedikit akan aturan-aturan dan aspek lainnya.

2. Moral realism

Anak usia 5-10 tahun.

– Berpikir secara kaku: aturan harus ditaati.

– Perilaku dinilai berdasarkan konsekuensinya.

3. Moral relativism
Anak usia 10 tahun ke atas.

– Adanya perkembangan dalam hal fleksibilitas isu-isu moral.

– Pemahaman bahwa setiap orang memiliki standar moral yang berbeda-beda.

– Aturan dapat diabaikan ddan orang tidak selalu dihukum.

– Percaya adanya hukuman timbal balik.

Peers juga berpengaruh sebagai salah satu agen model sosial bagi banyak perilaku baik perilaku
benar maupun yang salah serta sebagai objek social comparison.

Teori Urie Bronfenbrenner: perkembangan individu berpusat dan berkaitan dengan beberapa
sistem yang ada lingkungan. Berawal dari lingkaran lingkungan keluarga hingga ke konteks yang
lebih luas contohnya aspek budaya. Setiap sistem ini saling berinteraksi dalam memberikan
pengaruh yang penting bagi perkembangan individu. Model lingkungan ekologi Bronfenbrenner
merupakan serangkaian struktur yang bertahap. Lapisan pertama, mikrosistem menunjuk pada
relasi antara anak dan lingkungan yang sangat dekat dengan anak seperti keluarga (orangtua).
Lapisan kedua, mesosistem yaitu hubungan atau interrelasi diantara lingkungan mikrosistem
seperti rumah, sekolah, dan peer groups. Mikrosistem yang berjalan dengan optimal akan
mempengaruhi pula mesosistem, contohnya anak yang mendapatkan kenyamanan dan relasi
yang harmonis dengan orangtua juga cenderung akan diterima oleh teman sebayanya. Pada
lapisan ketiga lingkungan exosistem, anak dan remaja tidak hanya sebagai suatu bagian tetapi
mungkin juga dapat mempengaruhi lingkungan mereka. Bronfenbrenner juga menitikberatkan
pada lingkungan makrosistem seperti kultural, subkultural, atau kelas sosial dalam konteks
kaitannya dengan mikrosistem, mesosistem dan exosistem.

3 Teori perkembangan moral Piaget:

 Premoral Period

Menurut Piaget, pada usia anak-anak masih memiliki kesadaran yang sangat kurang
berkaitan dengan aturan-aturan. Ketika memainkan sebuah permainan marbles, anak-anak tidak
melakukannya secara sistematis tetapi mereka membuat aturan-aturan sendiri dan mereka
berpikir agar permainan itu bisa memberikan kesenangan.

 Moral Realism atau Heteronomous Morality

Pada usia 5 sampai 10 tahun, anak-anak mengembangkan ketertarikan yang kuat akan
aturan-aturan. Anak-anak sekarang percaya bahwa aturan-aturan ditetapkan oleh figur-figur
autoritas seperti Tuhan, polisi, orangtua mereka dan anak-anak memiliki pemikiran bahwa
peraturan itu bersifat mutlak dan tidak dapat diubah. Anak-anak yang berada pada tahap ini
memikirkan aturan sebagai moral yang bersifat absolut. Mereka percaya bahwa sisi “benar” dan
sisi “salah” adalah beberapa isu-isu moral dan perilaku yang berada di sisi “benar” selalu
mengikuti aturan.

 Moral Relativism atau Autonomous Morality

Anak usia 10 tahun ke atas pada tahap ini memiliki pendapat yang bisa berubah-ubah mengenai
aturan. Mereka merasa bahwa aturan dapat dilanggar untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Anda mungkin juga menyukai