Oleh :
Kelompok 3 :
Hasri Rahmayati (2011316020)
Maghvirah (2011316021)
Prillisia Deazri (2011316022)
Tesa Sedana (2011316023)
Miftahul Jannah (2011316024)
Zita Inka Putri Mahira (2011316025)
Laras Hayuning Astuti (2011316026)
Septria Rossa (2011316027)
Putri Prihandini (2011316028)
Dosen Pengampu:
Dr. Rika Sabri, S.Kp.,M.Kes.,Sp.Kep.Kom
S1 KEPERAWATAN PROGRAM B
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta
inayahnya kepada kita semua. Sholawat dan salam tercurah kepada Nabi Muhammad SAW
atas segala limpahan rahmat dan karunia yang telah diberikan, sehingga kami mampu
menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas. Dalam makalah ini kami akan
menjelaskan tetang Aplikasi Teori Keperawatan Komunitas Menurut Callista Roy dalam
Semoga dengan makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
bermanfaat kepada kita semua, khususnya bagi para mahasiswa. Kami sadar bahwa dalam
pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna dan mempunyai banyak kekurangan, semoga
dapat di maklumi. Terima kasih.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 2
C. Manfaat 2
BAB II TINJAUAN TEORITIS 3
A. Riwayat Sister Callista Roy 3
B. Fungsi Model Callista Roy 5
C. Paradigma Keperawatan Menurut Sister Calista Roy 7
D. Teori Adaptasi Sister Callista Roy 9
E. Aplikasi Teori Adaptasi Callista Roy 13
F. Proses Keperawatan 14
BAB III PENUTUP 18
A. Kesimpulan 18
B. Saran 18
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan kesehatan komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang
ditujukan kepada masyarakat dengan pendekatan pada kelompok resiko tinggi, dalam
upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan
peningkatan kesehatan dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi pelayanan keperawatan.
Teori keperawatan digunakan untuk menyusun suatu model konsep dalam
keperawatan sehingga model keperawatan ini mengandung arti aplikasi dari struktur
keperawatan itu sendiri yang memungkinkan perawat untuk menerapkan cara mereka
bekerja dalam batas kewenangan sebagai seorang perawat. Model konsep keperawatan ini
digunakan dalam menentukan model praktek keperawatan, mengingat dalam model
keperawatan mengandung komponen dasar seperti adanya keyakinan dan nilai yang di
dasari sebuah model, adanya tujuan praktek yang ingin di capai dalam memberikan
pelayanan kepada kebutuhan semua pasien serta adanya pengetahuan dan keterampilan
alam hal ini dibutuhkan oleh perawat dalam mengembangkan tujuannya.
Model keperawatan Roy, dikenal dengan model “adaptasi” dimana Roy memandang
setiap manusia pasti mempunyai potensi untuk dapat beradaptasi terhadap stimulus baik
stimulus internal maupun eksternal dan kemampuan adaptasi ini dapat dilihat dari
berbagai tingkatan usia. Pengertian model konseptual adaptasi adalah bagaiman individu
mampu meningkatkan kesehatan dengan cara mempertahankan perilaku adaftif dan
mengubah perilaku maladaftif. Individu/manusia merupakan holistic adaptive system
yang selalu beradaptasi secara keseluruhan. Dari pengertian tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa tujuan dari aplikasi model konseptual keperawatan komunitas menurut
Roy adalah untuk mempertahankan perilaku adaptif dan mengubah perilaku maladaptive
pada komunitas. Upaya pelayanan keperawatan yang dapat dilakukan antar lain
meningkatkan kesehatan dengan cara mempertahankan perilaku adaptif serta memberikan
intervensi keperawatan yang ditujukan untuk menekan stressor dan meningkatkan
mekanisme adaptasi.
1
2
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui model keperawatan Callista Roy dalam keperawatan komunitas.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui riwayat Callista Roy.
b. Untuk mengetahui fungsi model Callista Roy.
c. Untuk mengetahui paradigma keperawatan menurut Callista Roy.
d. Untuk mengetahui teori adaptasi Callista Roy.
e. Untuk mengetahui aplikasi teori Callista Roy.
f. Untuk mengetahui proses keperawatan.
C. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah aplikasi model keperawatan Callista Roy dalam
keperawatan komunitas diantaranya adalah pembaca dan penulis makala lebih memahami
dan dapat mengaplikasikan asuhan keperawatan pada pasien dengan model Callista Roy
sehingga diharapkan pelayanan yang diberikan dapat dilakukan secara baik dan tepat.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
3
4
Sebuah studi penelitian pada tahun 1971 dan survey penelitian pada tahun 1976-
1977 menunjukkan beberapa penegasan sementara dari model adaptasi. Perkembangan
model adaptasi keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang Roy dan profesionalismenya.
Secara filosofi Roy mempercayai kemampuan bawaan, tujuan, dan nilai kemanusiaan,
pengalaman klinisnya telah membantu perkembangan kepercayaannya itu dalam
keselarasan dari tubuh manausia dan spirit. Keyakinan filosofi Roy lebih jelas dalam
kerjanya yang baru pada model adaptasi keperawatan. Roy mengembangkan ilmu dan
filosofinya berdasarkan 3 asumsi dasar, yaitu :
1. Asumsi dari Teori Sistem
a. System adalah seperangkat bagian yang saling berhubungan dari satu bagian ke
bagian lain.
b. Sistem adalah bagian dari berfungsinya bagian yang satu dan saling
ketergantungan dengan yang lain
c. Sistem mempunyai input, out put, proses control,dan umpan balik
d. Input merupakan umpan balik yang juga disebut informasi
e. Sistem kehidupan lebih kompleks dari system mekanik, mempunyai standard dan
umpan balik langsung terhadap fungsinya.
2. Asumsi dari Teori Heson
a. Perilaku manusia adalah hasil adaptasi dari lingkungan dan kekuatan organism
b. Perilaku adaptif adalah berfungsinya stimulus dan tingkatan adaptasi, yang dapat
berpengaruh terhadap stimulus fokal, stimulus kontekstual, dan stimulus residual.
c. Adaptasi adalah proses adanya respon positif terhadap perubahan lingkungan
d. Respon merupakan refleksi keadaan organisme terhadap stimulus
3. Asumsi dari Humanism
a. Individu mempunyai kekuatan kreatif
b. Perilaku individu mempunyai tujuan dan tidak selalu dalam lingkaran sebab
akibat
c. Manusia merupakan makhluk holistic
d. Opini manusia dan nilai yang akan datang
e. Mobilisasi antar manusia bermakna
5
4. Interdependent
Interdependent mengidentifikasi pola nilai-nilai manusia, kehangatan, cinta dan
memiliki. Proses tersebut terjadi melalui hubungan interpersonal terhadap individu
maupun kelompok (Sudarta, 2015). Hubungan interdependent meliputi kemauan dan
kemampuan untuk memberi kepada yang lain dan menerima dari aspek-aspek mereka
yang memberikan, seperti cinta, respek, nilai, pengasuhan, pengetahuan, kemampuan-
kemampuan, komitmen-komitmen yang memiliki materi, waktu dan bakat (Alligot &
Tommy, 2010).
2. Lingkungan
Stimulus yang berasal dari individu dan sekitar individu merupakan elemen dari
lingkungan, menurut Roy. Lingkungan didefinisikan oleh Roy adalah “Semua
kondisi, keadaan dan pengaruh-pengaruh disekitar individu yang dapat
mempengaruhi perkembangan dan perilaku individu dan kelompok “(Roy and
Adrews, 1991 dalam Nursing Theory : 260) . Dalam hal ini Roy menekankan agar
lingkungan dapat didesign untuk meningkatkan kemampuan adaptasi individu atau
meminimalkan resiko yang akan terjadi pada individu terhadap adanya perubahan.
3. Sehat
Roy mendefinisikan sehat adalah “A State and a process of being and becoming
an integrated and whole person”. Integritas individu dapat ditunjukkan dengan
kemampuan untuk mempertahankan diri, tumbuh, reproduksi dan “mastery”. Asuhan
keperawatan berdasarkan model Roy bertujuan untuk meningkatkan kesehatan
individu dengan cara meningkatkan respon adaptifnya.
9
4. Keperawatan
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa tujuan keperawatan menurut Roy
adalah meningkatkan respon adaptif individu dan menurunkan respon inefektif
individu, dalam kondisi sakit maupun sehat. Selain meningkatkan kesehatan di semua
proses kehidupan, keperawatan juga bertujuan untuk mengantarkan individu
meninggal dengan damai. Untuk mencapai tujuan tersebut, perawat harus dapat
mengatur stimulus fokal, kontekstual dan residual yang ada pada individu, dengan
lebih menitikberatkan pada stimulus fokal, yang merupakan stimulus tertinggi.
2. Proses
Mekanisme kontrol seseorang menurut Roy adalah bentuk mekanisme koping
yang di gunakan. Mekanisme kontrol ini dibagi atas regulator dan kognator yang
merupakan subsistem.
10
2. The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri, moral-
etik dan spiritual diri orang tersebut. Perasaan cemas, hilangnya kekuatan
atau takut merupakan hal yang berat dalam area ini.
d. Mode Interdependensi
Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang dijabarkan oleh
Roy. Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi dan menerima cinta/ kasih
sayang, perhatian dan saling menghargai. Interdependensi yaitu keseimbangan
antara ketergantungan dan kemandirian dalam menerima sesuatu untuk dirinya.
Ketergantungan ditunjukkan dengan kemampuan untuk afiliasi dengan orang
lain. Kemandirian ditunjukkan oleh kemampuan berinisiatif untuk melakukan
tindakan bagi dirinya. Interdependensi dapat dilihat dari keseimbangan antara dua
nilai ekstrim, yaitu memberi dan menerima.
3. Output
Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapt di amati, diukur atau secara
subyektif dapat dilaporkan baik berasal dari dalam maupun dari luar. Perilaku ini
merupakan umpan balik untuk sistem. Roy mengkategorikan output sistem sebagai
respon yang adaptif atau respon yang tidak efektif/maladaptif. Respon yang adaptif
dapat meningkatkan integritas seseorang yang secara keseluruhan dapat terlihat bila
seseorang tersebut mampu melaksanakan tujuan yang berkenaan dengan
kelangsungan hidup, perkembangan, reproduksi dan keunggulan. Sedangkan respon
yang mal adaptif perilaku yang tidak mendukung tujuan ini.
Tingkat adaptasi seseorang sebagai sistem adaptasi dipengaruhi oleh
perkembangan individu itu sendiri, dan penggunaan mekanisme koping. Penggunaan
mekanisme koping yang maksimal mengembangkan tingkat adaptasi seseorang dan
meningkatkan rentang stimulus agar dapat berespon secara positif.
13
F. Proses Keperawatan
Sebagai dasar dalam melaksanakan proses keperawatan, Roy berpendapat bahwa
pasien harus di pandang sebagai manusia yang utuh (pandangan menyeluruh) baik dari
aspek biologis, psikologis dan spiritual. Di samping itu pasien pun harus di pandang
sebagai suatu system yang dapat hidup melalui interaksi yang konstan dengan
lingkungannya. Model adaptasi Roy menawarkan standar untuk mengembangkan atau
melaksanakan proses keperawatan melalui elemen –elemen Roy meliputi :
1. Tahap I : Pengkajian Keperawatan
a. Pengkajian perilaku
Ini merupakan tahap proses keperawatan yang bertujuan mengumpulkan
data dan memutuskan klien adaptif atau maladaptif. Termasuk dalam model ini
adalah kebutuhan dasar manusia apakah dapat dipengaruhi oleh kekurangan
atau kelebihan, misalnya terlalu sedikit oksigen , terlalu tinggi gula darah atau
terlalu banyak ketergantungan. Perawat menggunakan wawancara, observasi
dan pengukuran untuk mengkaji perilaku klien sekarang pada setiap mode.
Berdasarkan pengkajian ini perawat menganalisis apakah perilaku ini adaptif,
maladaptif atau potensial maladaptif.
b. Pengkajian faktor – faktor yang berpengaruh
Pada tahap ini termasuk pengkajian stimuli yang signifikan terhadap
perubahan perilaku seseorang yaitu stimuli focal, kontekstual dan residual.
a) Identifikasi stimuli focal
Stimuli focal merupakan perubahan perilaku yang dapat diobservasi.
Perawat dapat melakukan pengkajian dengan menggunakan pengkajian
perilaku yaitu: keterampilan melakukan observasi, melakukan pengukuran
dan interview.
b) Identifikasi stimuli kontekstual
Stimuli kontekstual ini berkontribusi terhadap penyebab terjadinya
perilaku atau presipitasi oleh stimulus focal. Sebagai contoh anak yang di
rawat dirumah sakit mempunyai peran perilaku yang inefektif yaitu tidak
belajar. Focal stimulus yang dapat diidentifikasi adalah adanya fakta bahwa
anak kehilangan skedul sekolah. Stimulus kontekstual yang dapat
diidentifikasi adalah secara internal faktor anak menderita sakit dan faktor
eksternalnya adalah anak terisolasi. Stimulasi kontekstual dapat
15
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut teori adaptasi Roy didefinisikan sebagai suatu
hasil dari proses pengambilan keputusan berhubungan dengan kurang mampunya
adaptasi. Diagnosa keperawatan dirumuskan dengan mengobservasi tingkah laku
klien terhadap pengaruh lingkungan. Menurut Roy (1991) ada 3 metode dalam
membuat diagnosa keperawatan : Menggunakan 4 (empat) model adaptif, yaitu
fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependen
a) Physiological model
1) Oksigenasi: Hipoksia/shock, Kerusakan ventilasi, Ketidakadequatan
pertukaran gas, Perubahan perfusi jaringan, Ketidakmampuan dlm proses
kompensasi pada perubahan dan kebutuhan oksigen
2) Nutrisi: Nutrisi kurang / lebih dari kebutuhan tubuh, Anoreksia,
Nausea/Vomiting, Ketidak efektifan strategi koping terhadap penurunan
dan ingestik
3) Eliminasi: Diare, Inkontinensia, Konstipasi, Retensi urine dan Ketidak
efektifan strategi koping terhadap penurunan fungsi eliminasi.
Aktifitas dan istirahat: Ketidak adekuatan aktifitas & istirahat, Keterbatasan
mobilitas & Koordinasi, Intoleransi aktifitas, Immobilisasi, Sleep
deprivation, Resiko gangguan pola tidur dan Kelelahan (Fatigue).
a. Proteksi
16
b. Sense
c. Cairan dan elektrolit
d. Fungsi neurologi
e. Fungsi endokrin
b) Self consep Mode
1) Physical Self : Gangguan body image, Disfungsi seksual, Kehilangan dan
Rape Trauma syndrome
2) Personal self: Ansietas, Ketidakberdayaan, Perasaan bersalah, Harga diri
rendah
c) Role Function Mode
1) Transisi Peran
2) Konflik Peran
3) Gangguan / Kehilangan Peran
d) Contoh membuat diagnosa keperawatan menurut Roy :
1) Mengobservasi respon klien yang paling menonjol pada satu mode adaptif,
misalnya ; mode fisisiologis sub kebutuhan cairan. Contoh kasus untuk
diare intake : 1200 ml, out put : 3500 ml, keluhan haus (+), turgor tidak
elastis, kelopak mata tampak cekung. Dari respon pasien tersebut dapat
disimpulkan bahwa diagosa keperawatan pasien menurut Roy adalah defisit
volume cairan.
2) Menyimpulkan respon klien dari satu atau lebih dari mode adaptif yang
terkait dengan stimulus yang sama. Misalnya mode yang terganggu adalah
mode fisiologis, konsep diri dan interdependensi. Contoh kasus ; klien
mengeluh tidak mau makan, makan hanya habis ¼ porsi, BB turun 2 Kg
dari normal. Dari data tersebut klien mengalami gangguan kebutuhan
nutrisi : nutrisi kurang dari kebutuhan (mode fisiologis). Karena klien
kekurangan nutrisi mengakibatkan posturnya tampak kurus, hal ini
membuat klien mengalami gangguan Body Image (Mode Konsep diri),
kondisi ini juga mengakibatkan klien tidak dapat memenuhi kebutuhannya
sehari-hari (Mode Interdependensi).
3. Penentuan Tujuan
Roy (1984) menyampaikan bahwa secara umum tujuan pada intervensi
keperawatan adalah untuk mempertahankan dan mempertinggi perilaku adaptif dan
17
mengubah perilaku inefektif menjadi adaptif. Penentuan tujuan dibagi atas tujuan
jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka panjang yang akan dicapai
meliputi : Hidup, tumbuh, reproduksi dan kekuasaan. Tujuan jangka pendek
meliputi tercapainya tingkah laku yang diharapkan setelah dilakukan manipulasi
terhadap stimulus focal, konteksual dan residual.
4. Intervensi
Intervensi keperawatan dilakukan dengan tujuan, mengubah atau memanipulasi
stimulus fokal, kontekstual dan residual, juga difokuskan pada koping individu atau
zona adaptasi, sehingga seluruh rangsang sesuai dengan kemampuan individu untuk
beradaptasi. Tindakan keperawatan berusaha membantu stimulus menuju perilaku
adaptif. Hal ini menekankan kembali pentingnya mengidentifikasi penyebab selama
pengkajian tahap II.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian efektifitas terhadap intervensi keperawatan
sehubungan dengan tingkah laku pasien. Perawat harus mengkaji tingkah laku pasien
setelah diimplementasi. Intervensi keperawatan dinilai efektif jika tingkah laku
pasien sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengertian model konseptual adaptasi adalah bagaiman individu mampu
meningkatkan kesehatan dengan cara mempertahankan perilaku adaftif dan mengubah
perilaku maladaftif. Individu/manusia merupakan holistic adaptive system yang selalu
beradaptasi secara keseluruhan. Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa
tujuan dari aplikasi model konseptual keperawatan komunitas menurut Roy adalah untuk
mempertahankan perilaku adaptif dan mengubah perilaku maladaptive pada komunitas.
Upaya pelayanan keperawatan yang dapat dilakukan antar lain meningkatkan kesehatan
dengan cara mempertahankan perilaku adaptif serta memberikan intervensi keperawatan
yang ditujukan untuk menekan stressor dan meningkatkan mekanisme adaptasi. Kunci
utama dari model adaptasi Roy adalah sebagai berikut : manusia sebagai makhluk
biologis,psikologi dan sosial yang selalu berinteraksi dengan lingkungannya, manusia
sebagai makhluk individu dapat meningkatkan kesehatannya dengan mempertahankan
perilaku yang adaptif dan mengubah perilaku maladaptif, agar terjadi keadan homeostasis
atau terjadi integrasi antara individudengan lingkungannya,maka individu tersebut harus
beradaptasi sesuai perubahan yang terjadi dan terdapat tiga tingkatan adaptasi pada
individu.
B. Saran
Oleh karena itu, perawat/mahasiswa keperawatan perlu untuk mengetahui dan
mengkaji lebih jauh tentang penerapan model keperawatan yang sesuai dengan teori
Callista Roy di dalam komunitas, sehingga dapat diketahui apakah teori Roy dapat
diaplikasikan dengan baik dalam pelayanan keperawatan/asuhan keperawatan di dalam
komunitas.
18
DAFTAR PUSTAKA
Alligood, M.R., & Tomey, A.M. (2010). Nursing Theorists and their work (7th ed.). USA:
Elsevier.
I Wayan Sudarta, (2015). Manajemen Keperawatan Penerapan Teori Model Dalam
Pelayanan Keperawatan. Gosyen Publishing, Jogjakarta.
Murwani, A 2009, Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Fitramaya, Yogyakarta.
Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Selemba Medika.
Potter, P.A, Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan
Praktik.Edisi 4.Volume 2.Alih Bahasa : Renata Komalasari,dkk.Jakarta:EGC.
Roy C. The Roy adaptation model: The definitive statement. McGraw-Hill/Appleton &
Lange; California. 1991.
APLIKASI TEORI
KEPERAWATAN KOMUNITAS
MENURUT CALLISTA ROY
Kelompok 3 :
Sister Calista Roy adalah seorang suster dari Saint Joseph of Carondelet. Roy dilahirkan
pada tanggal 14 oktober 1939 di Los Angeles California. Roy menerima Bachelor of Art Nursing pada
tahun 1963 dari Mount Saint Marys College dan Magister Saint in Pediatric Nursing pada tahun 1966 di
University of California LosAngeles.
Roy memulai pekerjaan dengan teori adaptasi keperawatan pada tahun 1964 ketika dia lulus
dari University of California Los Angeles. Dalam Sebuah seminar dengan Dorrothy E. Johnson, Roy
tertantang untuk mengembangkan sebuah model konsep keperawatan. Konsep adaptasi mempengaruhi
Roy dalam kerangka konsepnya yang sesuai dengan keperawatan. Dimulai dengan pendekatan teori
sistem. Roy menambahkan kerja adaptasi dari Helsen tahun 1964, seorang ahli fisiologis – psikologis.
Untuk memulai membangun pengertian konsepnya. Helsen mengartikan respon adaptif sebagai fungsi
dari datangnya stimulus sampai tercapainya derajat adaptasi yang di butuhkan individu. Derajat adaptasi
dibentuk oleh dorongan tiga jenis stimulus yaitu : focal stimuli, konsektual stimuli dan residual stimuli.
FUNGSI MODEL CALLISTA ROY
3
PARADIGMA KEPERAWATAN MENURUT SISTER
CALISTA ROY
1. MANUSIA
2. LINGKUNGAN
Manusia merupakan fokus utama yang perlu
Stimulus yang berasal dari individu dan sekitar
diperhatikan karena manusialah yang menjadi
individu merupakan elemen dari lingkungan, menurut
penerima asuhan keperawatan, baik itu individu,
Roy. Dalam hal ini Roy menekankan agar lingkungan
keluarga, kelompok maupun masyarakat, yang
dapat didesign untuk meningkatkan kemampuan
dipandang sebagai “Holistic Adaptif System”. Dimana
adaptasi individu atau meminimalkan resiko yang
“Holistic Adaptif System “ ini merupakan perpaduan
akan terjadi pada individu terhadap adanya
antara konsep sistem dan konsep adaptasi.
perubahan.
3. SEHAT 4. KEPERAWATAN
Roy mendefinisikan sehat adalah “A State and a Tujuan keperawatan menurut Roy adalah
process of being and becoming an integrated and meningkatkan respon adaptif individu dan
whole person”. Integritas individu dapat ditunjukkan menurunkan respon inefektif individu, dalam kondisi
dengan kemampuan untuk mempertahankan diri, sakit maupun sehat. Untuk mencapai tujuan tersebut,
tumbuh, reproduksi dan “mastery”. Asuhan perawat harus dapat mengatur stimulus fokal,
keperawatan berdasarkan model Roy bertujuan untuk kontekstual dan residual yang ada pada individu,
meningkatkan kesehatan individu dengan cara dengan lebih menitikberatkan pada stimulus fokal,
meningkatkan respon adaptifnya 4 yang merupakan stimulus tertinggi.
TEORI ADAPTASI CALLISTA ROY
“
Roy mengidentifikasi bahwa input sebagai stimulus, merupakan kesatuan informasi, bahan-bahan
atau energi dari lingkungan yang dapat menimbulkan respon, dimana dibagi dalam tiga tingkatan
yaitu input, proses dan output.
1. Input
Input atau masukan terdiri dari stimulus dan level adaptasi. Stimulus terdiri dari :
Stimulus kontekstual yaitu semua Stimulus residual yaitu ciri-ciri
stimulus lain yang dialami tambahan yang ada dan relevan
Stimulus fokal yaitu stimulus yang
seseorang baik internal maupun dengan situasi yang ada tetapi sukar
langsung berhadapan dengan
eksternal yang mempengaruhi untuk diobservasi meliputi kepercayan,
seseorang, efeknya segera,
situasi dan dapat diobservasi, sikap, sifat individu berkembang sesuai
misalnya infeksi .
diukur dan secara subyektif pengalaman yang lalu, hal ini memberi
dilaporkan. proses belajar untuk toleransi.
5
Lanjutan..
2. Proses
Mekanisme kontrol seseorang menurut Roy adalah bentuk mekanisme koping yang di gunakan.
Mekanisme kontrol ini dibagi atas regulator dan kognator yang merupakan subsistem.
➢ Subsistem regulator. Input stimulus berupa internal atau eksternal. Transmiter regulator sistem adalah
kimia, neural atau endokrin.
➢ Subsistem kognator. Stimulus untuk subsistem kognator dapat eksternal maupun internal. Perilaku
output dari regulator subsistem dapat menjadi stimulus umpan balik untuk kognator subsistem.
3. Output
Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapt di amati, diukur atau secara subyektif dapat
dilaporkan baik berasal dari dalam maupun dari luar. Perilaku ini merupakan umpan balik untuk sistem.
Roy mengkategorikan output sistem sebagai respon yang adaptif atau respon yang tidak
efektif/maladaptif. Respon yang adaptif dapat meningkatkan integritas seseorang yang secara
keseluruhan dapat terlihat bila seseorang tersebut mampu melaksanakan tujuan yang berkenaan dengan
kelangsungan hidup, perkembangan, reproduksi dan keunggulan. Sedangkan respon yang mal adaptif
perilaku yang tidak mendukung tujuan ini.
6
APLIKASI TEORI ADAPTASI ROY
Selama lebih dari 30 tahun Model Adaptasi Roy telah digunakan untuk memahami dan
menuntun praktik keperawatan dalam perawatan pasien. Para perawat menggunakan
model ini sebagai framework untuk mengkonseptualisasi dan merencanakan intervensi
keperawatan pada pasien atau menggunakan model ini untuk menciptakan intervensi
untuk pemisahan populasi klinik. .
Peran perawat yang diharapkan berdasarkan teori Roy. Perawat harus mampu
meningkatkan respon adaptif pasien pada situasi sehat atau sakit. Perawat dapat
mengambil tindakan untuk memanipulasi stimuli fokal, kontextual maupun residual stimuli
dengan melakukan analisa sehingga stimuli berada pada daerah adaptasi.
7
PROSES KEPERAWATAN
3. Penetuan Tujuan
Roy (1984) menyampaikan bahwa secara umum tujuan
2. Diagnosa keperawatan pada intervensi keperawatan adalah untuk
Menurut teori adaptasi Roy didefinisikan sebagai suatu hasil mempertahankan dan mempertinggi perilaku adaptif dan
dari proses pengambilan keputusan berhubungan dengan mengubah perilaku inefektif menjadi adaptif. Penentuan
kurang mampunya adaptasi. Diagnosa keperawatan tujuan dibagi atas tujuan jangka panjang dan tujuan jangka
dirumuskan dengan mengobservasi tingkah laku klien pendek. Tujuan jangka panjang yang akan dicapai meliputi :
terhadap pengaruh lingkungan. Hidup, tumbuh, reproduksi dan kekuasaan. Tujuan jangka
pendek meliputi tercapainya tingkah laku yang diharapkan
setelah dilakukan manipulasi terhadap stimulus focal,
konteksual dan residual.
3. Intervensi keperawatan
Dilakukan dengan tujuan , mengubah atau memanipulasi 5. Evaluasi keperawatan
stimulus fokal, kontekstual dan residual, juga difokuskan merupakan penilaian efektifitas terhadap intervensi
pada koping individu atau zona adaptasi, sehingga seluruh keperawatan sehubungan dengan tingkah laku pasien.
rangsang sesuai dengan kemampuan individu untuk Perawat harus mengkaji tingkah laku pasien setelah
beradaptasi. Tindakan keperawatan berusaha membantu diimplementasi. Intervensi keperawatan dinilai efektif jika
stimulus menuju perilaku adaptif. Hal ini menekankan tingkah laku pasien sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
kembali pentingnya mengidentifikasi penyebab selama
pengkajian tahap II.
9
THANK
YOU
10