Anda di halaman 1dari 32

KEPERAWATAN KOMUNITAS

“Aplikasi Teori Keperawatan Komunitas Menurut Callista Roy”

Oleh :

Kelompok 3 :
Hasri Rahmayati (2011316020)
Maghvirah (2011316021)
Prillisia Deazri (2011316022)
Tesa Sedana (2011316023)
Miftahul Jannah (2011316024)
Zita Inka Putri Mahira (2011316025)
Laras Hayuning Astuti (2011316026)
Septria Rossa (2011316027)
Putri Prihandini (2011316028)

Dosen Pengampu:
Dr. Rika Sabri, S.Kp.,M.Kes.,Sp.Kep.Kom

S1 KEPERAWATAN PROGRAM B
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta
inayahnya kepada kita semua. Sholawat dan salam tercurah kepada Nabi Muhammad SAW
atas segala limpahan rahmat dan karunia yang telah diberikan, sehingga kami mampu
menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas. Dalam makalah ini kami akan
menjelaskan tetang Aplikasi Teori Keperawatan Komunitas Menurut Callista Roy dalam
Semoga dengan makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
bermanfaat kepada kita semua, khususnya bagi para mahasiswa. Kami sadar bahwa dalam
pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna dan mempunyai banyak kekurangan, semoga
dapat di maklumi. Terima kasih.

Padang, 16 Februari 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 2
C. Manfaat 2
BAB II TINJAUAN TEORITIS 3
A. Riwayat Sister Callista Roy 3
B. Fungsi Model Callista Roy 5
C. Paradigma Keperawatan Menurut Sister Calista Roy 7
D. Teori Adaptasi Sister Callista Roy 9
E. Aplikasi Teori Adaptasi Callista Roy 13
F. Proses Keperawatan 14
BAB III PENUTUP 18
A. Kesimpulan 18
B. Saran 18
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan kesehatan komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang
ditujukan kepada masyarakat dengan pendekatan pada kelompok resiko tinggi, dalam
upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan
peningkatan kesehatan dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi pelayanan keperawatan.
Teori keperawatan digunakan untuk menyusun suatu model konsep dalam
keperawatan sehingga model keperawatan ini mengandung arti aplikasi dari struktur
keperawatan itu sendiri yang memungkinkan perawat untuk menerapkan cara mereka
bekerja dalam batas kewenangan sebagai seorang perawat. Model konsep keperawatan ini
digunakan dalam menentukan model praktek keperawatan, mengingat dalam model
keperawatan mengandung komponen dasar seperti adanya keyakinan dan nilai yang di
dasari sebuah model, adanya tujuan praktek yang ingin di capai dalam memberikan
pelayanan kepada kebutuhan semua pasien serta adanya pengetahuan dan keterampilan
alam hal ini dibutuhkan oleh perawat dalam mengembangkan tujuannya.
Model keperawatan Roy, dikenal dengan model “adaptasi” dimana Roy memandang
setiap manusia pasti mempunyai potensi untuk dapat beradaptasi terhadap stimulus baik
stimulus internal maupun eksternal dan kemampuan adaptasi ini dapat dilihat dari
berbagai tingkatan usia. Pengertian model konseptual adaptasi adalah bagaiman individu
mampu meningkatkan kesehatan dengan cara mempertahankan perilaku adaftif dan
mengubah perilaku maladaftif. Individu/manusia merupakan holistic adaptive system
yang selalu beradaptasi secara keseluruhan. Dari pengertian tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa tujuan dari aplikasi model konseptual keperawatan komunitas menurut
Roy adalah untuk mempertahankan perilaku adaptif dan mengubah perilaku maladaptive
pada komunitas. Upaya pelayanan keperawatan yang dapat dilakukan antar lain
meningkatkan kesehatan dengan cara mempertahankan perilaku adaptif serta memberikan
intervensi keperawatan yang ditujukan untuk menekan stressor dan meningkatkan
mekanisme adaptasi.

1
2

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui model keperawatan Callista Roy dalam keperawatan komunitas.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui riwayat Callista Roy.
b. Untuk mengetahui fungsi model Callista Roy.
c. Untuk mengetahui paradigma keperawatan menurut Callista Roy.
d. Untuk mengetahui teori adaptasi Callista Roy.
e. Untuk mengetahui aplikasi teori Callista Roy.
f. Untuk mengetahui proses keperawatan.

C. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah aplikasi model keperawatan Callista Roy dalam
keperawatan komunitas diantaranya adalah pembaca dan penulis makala lebih memahami
dan dapat mengaplikasikan asuhan keperawatan pada pasien dengan model Callista Roy
sehingga diharapkan pelayanan yang diberikan dapat dilakukan secara baik dan tepat.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Riwayat Sister Callista Roy


Sister Calista Roy adalah seorang suster dari Saint Joseph of Carondelet. Roy
dilahirkan pada tanggal 14 oktober 1939 di Los Angeles California. Roy menerima
Bachelor of Art Nursing pada tahun 1963 dari Mount Saint Marys College dan Magister
Saint in Pediatric Nursing pada tahun 1966 di University of California LosAngeles.
Roy memulai pekerjaan dengan teori adaptasi keperawatan pada tahun 1964 ketika
dia lulus dari University of California Los Angeles. Dalam Sebuah seminar dengan
Dorrothy E. Johnson, Roy tertantang untuk mengembangkan sebuah model konsep
keperawatan. Konsep adaptasi mempengaruhi Roy dalam kerangka konsepnya yang sesuai
dengan keperawatan. Dimulai dengan pendekatan teori sistem. Roy menambahkan kerja
adaptasi dari Helsen tahun 1964, seorang ahli fisiologis – psikologis. Untuk memulai
membangun pengertian konsepnya. Helsen mengartikan respon adaptif sebagai fungsi dari
datangnya stimulus sampai tercapainya derajat adaptasi yang di butuhkan individu. Derajat
adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis stimulus yaitu : focal stimuli, konsektual stimuli
dan residual stimuli.
Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan pandangan
terhadap manusia sebagai sistem yang adaptif. Selain konsep- konsep tersebut, Roy juga
mengadaptasi nilai “Humanisme” dalam model konseptualnya berasal dari konsep A.H.
Maslow untuk menggali keyakinan dan nilai dari manusia. Menurut Roy humanisme
dalam keperawatan adalah keyakinan, terhadap kemampuan koping manusia dapat
meningkatkan derajat kesehatan.
Sebagai model yang berkembang, Roy menggambarkan kerja dari ahli-ahli lain di
area adaptasi seperti Dohrenwend (1961), Lazarus (1966), Mechanic (1970) dan Selye
(1978). Setelah beberapa tahun, model ini berkembang menjadi sebagai suatu kerangka
kerja pendidikan keperawatan, praktek keperawatan dan penelitian. Tahun 1970, model
adaptasi keperawatan diimplementasikan sebagai dasar kurikulum sarjana muda
keperawatan di Mount Saint Mary’s College. Sejak saat itu lebih dari 1500 staf pengajar
dan mahasiswa-mahasiswa terbantu untuk mengklarifikasi, menyaring, dan memperluas
model. Penggunaan model praktek juga memegang peranan penting untuk klarifikasi lebih
lanjut dan penyaringan model.

3
4

Sebuah studi penelitian pada tahun 1971 dan survey penelitian pada tahun 1976-
1977 menunjukkan beberapa penegasan sementara dari model adaptasi. Perkembangan
model adaptasi keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang Roy dan profesionalismenya.
Secara filosofi Roy mempercayai kemampuan bawaan, tujuan, dan nilai kemanusiaan,
pengalaman klinisnya telah membantu perkembangan kepercayaannya itu dalam
keselarasan dari tubuh manausia dan spirit. Keyakinan filosofi Roy lebih jelas dalam
kerjanya yang baru pada model adaptasi keperawatan. Roy mengembangkan ilmu dan
filosofinya berdasarkan 3 asumsi dasar, yaitu :
1. Asumsi dari Teori Sistem
a. System adalah seperangkat bagian yang saling berhubungan dari satu bagian ke
bagian lain.
b. Sistem adalah bagian dari berfungsinya bagian yang satu dan saling
ketergantungan dengan yang lain
c. Sistem mempunyai input, out put, proses control,dan umpan balik
d. Input merupakan umpan balik yang juga disebut informasi
e. Sistem kehidupan lebih kompleks dari system mekanik, mempunyai standard dan
umpan balik langsung terhadap fungsinya.
2. Asumsi dari Teori Heson
a. Perilaku manusia adalah hasil adaptasi dari lingkungan dan kekuatan organism
b. Perilaku adaptif adalah berfungsinya stimulus dan tingkatan adaptasi, yang dapat
berpengaruh terhadap stimulus fokal, stimulus kontekstual, dan stimulus residual.
c. Adaptasi adalah proses adanya respon positif terhadap perubahan lingkungan
d. Respon merupakan refleksi keadaan organisme terhadap stimulus
3. Asumsi dari Humanism
a. Individu mempunyai kekuatan kreatif
b. Perilaku individu mempunyai tujuan dan tidak selalu dalam lingkaran sebab
akibat
c. Manusia merupakan makhluk holistic
d. Opini manusia dan nilai yang akan datang
e. Mobilisasi antar manusia bermakna
5

B. Fungsi Model Callista Roy


Empat fungsi model yang dikembangkan oleh roy terdiri dari :
1. Fisiologis
Menurut Nursalam (2016) secara fisiologis dapat dilihat dari beberapa hal berikut :
a. Oksigenasi: menggambarkan pola penggunaan oksigen berhubungan dengan
respirasi dan sirkulasi.
b. Nutrisi: menggambarkan pola penggunaan nutrient untuk memperbaiki kondisi
tubuh dan perkembangan.
c. Eliminasi: menggambarkan pola eliminasi.
d. Aktivitas dan istirahat: menggambarkan pola aktivitas, latihan, istirahat dan
tidur.
e. Integritas kulit: menggambarkan pola fisiologis kulit.
f. Rasa/senses: menggambarkan fungsi sensori perceptual berhubungan dengan
panca indra.
g. Cairan dan elektrolit: menggambarkan pola fsiologis penggunaan cairan dan
elektrolit.
h. Fungsi neurologis: menggambarkan pola control neurologis, pengaturan dan
intelektual.
i. Fungsi endokrin: menggambarkan pola control dan pengaturan termasuk
respons stress dan system reproduksi.

2. Konsep Diri (Psikis)


Konsep diri adalah pengetahuan individu tentang diri. Konsep diri adalah citra
subjektif dari diri dan pencampuran yang kompleks dari perasaan, sikap dan persepsi
bawah sadar maupun sadar Komponen konsep diri antara lain identitas, citra tubuh,
harga diri, dan peran diri (Potter dan Perry, 2005). Konsep diri didefinisikan sebagai
semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang membuat seseorang mengetahui
tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain. Konsep diri
seseorang tidak terbentuk waktu lahir melainkan harus dipelajari (Murwani, 2009).
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian individu
tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain
(Stuart & Sundeen, 1991, dalam Murwani, 2009). Konsep diri seseorang tidak
terbentuk waktu lahir, tetapi dipelajari sebagai hasil dari pengalaman unik seseorang
dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat. Berdasarkan pendapat di atas maka
6

peneliti menyimpulkan bahwa konsep diri adalah pengetahuan individu tentang


dirinya.
Model konsep ini mengidentifikasi pola nilai, kepercayaaan dan emosi yang
berhubungan dengan ide diri sendiri. Perhatian ditujukan pada kenyataan keadaan diri
sendiri tentang fisik, individual, dan moral-etik (Sudarta, 2015).
Menurut Potter dan Perry (2005) komponen konsep diri antara lain:
a. Identitas
Identitas mencakup rasa internal tentang individualitas, keutuhan dan konsistensi
dari seseorang sepanjang waktu dan dalam berbagai situasi. Identitas menunjukkan
menjadi lain dan terpisah dari orang lain, namun menjadi diri yang utuh dan unik.
Ciri-ciri identitas diri:
1) Memahami diri sendiri sebagai organisme yang utuh, berbeda, dan terpisah dari
orang lain.
2) Menilai diri sendiri sesuai dengan penilaian masyarakat.
3) Mengakui jenis kelamin sendiri.
4) Menyadari hubungan masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang.
5) Memandang berbagai aspek dalam dirinya sebagai suatu keserasian dan
keselarasan.
6) Mempunyai tujuan hidup yang bernilai dan dapat direalisasikan.
b. Citra Tubuh
Citra tubuh membentuk persepsi seseorang tentang tubuh, baik secara internal
maupun eksternal. Persepsi ini mencakup perasaan dan sikap yang ditujukan pada
tubuh.
c. Harga Diri
Harga diri adalah rasa tentang nilai nilai diri. Rasa ini adalah suatu evaluasi
dimana seseorang membuat atau memper tahankan diri. Orang perlu merasa
berharga dalam hidupnya dan hal ini merupakan salah satu kebutuhan dasar
manusia. Harga diri dapat diperoleh melalui orang lain dan diri sendiri. Aspek
utama harga diri adalah dicintai, disayangi, dikasihi, orang lain dan mendapat
penghargaan dari orang lain.
d. Peran Diri
Peran mencakup harapan atau standar perilaku yang telah diterima oleh
keluarga, komunitas dan kultur. Peran adalah perilaku yang didasarkan pada pola
yang ditetapkan melalui sosialisasi.
7

3. Fungsi Peran (Sosial)


Peran mencakup harapan atau standar perilaku yang telah diterima oleh
keluarga, komunitas dan kultur. Peran adalah perilaku yang didasarkan pada pola yang
ditetapkan melalui sosialisasi (Potter dan Perry, 2005). Fungsi peran mengidentifikasi
tentang pola interaksi social seseorang berhubungan dengan orang lain akibat dari
peran ganda yang dijalankannya (Nursalam, 2016).

4. Interdependent
Interdependent mengidentifikasi pola nilai-nilai manusia, kehangatan, cinta dan
memiliki. Proses tersebut terjadi melalui hubungan interpersonal terhadap individu
maupun kelompok (Sudarta, 2015). Hubungan interdependent meliputi kemauan dan
kemampuan untuk memberi kepada yang lain dan menerima dari aspek-aspek mereka
yang memberikan, seperti cinta, respek, nilai, pengasuhan, pengetahuan, kemampuan-
kemampuan, komitmen-komitmen yang memiliki materi, waktu dan bakat (Alligot &
Tommy, 2010).

C. Paradigma Keperawatan Menurut Sister Callista Roy


Empat elemen utama dari teori Roy adalah : Manusia sebagai penerima asuhan
keperawatan, Konsep lingkungan, Konsep sehat dan Keperawatan. Dimana antara
keempat elemen tersebut saling mempengaruhi satu sama lain karena merupakan suatu
sistem.
1. Manusia
Manusia merupakan fokus utama yang perlu diperhatikan karena manusialah yang
menjadi penerima asuhan keperawatan, baik itu individu, keluarga, kelompok maupun
masyarakat, yang dipandang sebagai “Holistic Adaptif System”. Dimana “Holistic
Adaptif System “ ini merupakan perpaduan antara konsep sistem dan konsep adaptasi.
a. Konsep Sistem
Roy memandang manusia sebagai mahluk holistik yang dalam sistem
kehidupannya akan selalu berinteraksi dengan lingkungannya, dimana diantara
keduanya akan terjadi pertukaran informasi, “matter” dan energi. Adapun
karakteristik sistem menurut Roy adalah input, output, control dan feed back.
b. Konsep Adaptasi
Output dalam sistem adaptasi ini berupa respon perilaku individu yang dapat
dikaji oleh perawat baik secara objektif maupun subjektif. Respon perilaku ini
8

dapat menjadi umpan balik bagi individu maupun lingkungannya. Roy


mengkategorikan output dari sistem adaptasi ini berupa respon adaptif dan respon
inefektif. Respon adaptif dapat meningkatkan integritas individu sedangkan respon
inefektif tidak dapat mendukung untuk pencapaian tujuan perawatan individu.
Roy menggunakan istilah mekanisme koping untuk menggambarkan proses
kontrol individu dalam sistem adaptasi ini. Beberapa koping ada yang bersifat
genetik seperti : WBC (sel darah putih) sebagai benteng pertahanan tubuh terhadap
adanya kuman, sedangkan beberapa koping lainnya ada yang merupakan hasil
belajar seperti : menggunakan antiseptik untuk membersihkan luka. Dalam
mekanisme kontrol ini, Roy menyebutnya dengan istilah “Regulator” dan
“Cognator”. Transmitter dari sistem regulator berupa kimia, neural atau sistem
saraf dan endokrin, yang dapat berespon secara otomatis terhadap adanya
perubahan pada diri individu. Respon dari sistem regulator ini dapat memberikan
umpan balik terhadap sistem cognator. Proses kontrol cognator ini sangat
berhubungan dengan fungsi otak dalam hal fungsi persepsi atau memproses
informasi, pengambilan keputusan dan emosi.

2. Lingkungan
Stimulus yang berasal dari individu dan sekitar individu merupakan elemen dari
lingkungan, menurut Roy. Lingkungan didefinisikan oleh Roy adalah “Semua
kondisi, keadaan dan pengaruh-pengaruh disekitar individu yang dapat
mempengaruhi perkembangan dan perilaku individu dan kelompok “(Roy and
Adrews, 1991 dalam Nursing Theory : 260) . Dalam hal ini Roy menekankan agar
lingkungan dapat didesign untuk meningkatkan kemampuan adaptasi individu atau
meminimalkan resiko yang akan terjadi pada individu terhadap adanya perubahan.

3. Sehat
Roy mendefinisikan sehat adalah “A State and a process of being and becoming
an integrated and whole person”. Integritas individu dapat ditunjukkan dengan
kemampuan untuk mempertahankan diri, tumbuh, reproduksi dan “mastery”. Asuhan
keperawatan berdasarkan model Roy bertujuan untuk meningkatkan kesehatan
individu dengan cara meningkatkan respon adaptifnya.
9

4. Keperawatan
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa tujuan keperawatan menurut Roy
adalah meningkatkan respon adaptif individu dan menurunkan respon inefektif
individu, dalam kondisi sakit maupun sehat. Selain meningkatkan kesehatan di semua
proses kehidupan, keperawatan juga bertujuan untuk mengantarkan individu
meninggal dengan damai. Untuk mencapai tujuan tersebut, perawat harus dapat
mengatur stimulus fokal, kontekstual dan residual yang ada pada individu, dengan
lebih menitikberatkan pada stimulus fokal, yang merupakan stimulus tertinggi.

D. Teori Adaptasi Sister Callista Roy


Roy mengidentifikasi bahwa input sebagai stimulus, merupakan kesatuan informasi,
bahan-bahan atau energi dari lingkungan yang dapat menimbulkan respon, dimana dibagi
dalam tiga tingkatan yaitu input, proses dan output.
1. Input
Input atau masukan terdiri dari stimulus dan level adaptasi. Stimulus terdiri dari :
a. Stimulus fokal yaitu stimulus yang langsung berhadapan dengan seseorang,
efeknya segera, misalnya infeksi .
b. Stimulus kontekstual yaitu semua stimulus lain yang dialami seseorang baik
internal maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi,
diukur dan secara subyektif dilaporkan. Rangsangan ini muncul secara bersamaan
dimana dapat menimbulkan respon negatif pada stimulus fokal seperti anemia,
isolasi sosial.
c. Stimulus residual yaitu ciri-ciri tambahan yang ada dan relevan dengan situasi
yang ada tetapi sukar untuk diobservasi meliputi kepercayan, sikap, sifat individu
berkembang sesuai pengalaman yang lalu, hal ini memberi proses belajar untuk
toleransi. Misalnya pengalaman nyeri pada pinggang ada yang toleransi tetapi ada
yang tidak. Level adaptasi dapat menjadi data masukan yang akan mempengaruhi
respon adaptasi seseorang. Menurut Roy level adaptasi seseorang dibagi menjadi
3, yaitu : integrated , compensatory, compromised.

2. Proses
Mekanisme kontrol seseorang menurut Roy adalah bentuk mekanisme koping
yang di gunakan. Mekanisme kontrol ini dibagi atas regulator dan kognator yang
merupakan subsistem.
10

a. Subsistem regulator. Input stimulus berupa internal atau eksternal. Transmiter


regulator sistem adalah kimia, neural atau endokrin. Refleks otonom adalah
respon neural dan brain sistem dan spinal cord yang diteruskan sebagai perilaku
output dari regulator sistem. Banyak proses fisiologis yang dapat dinilai sebagai
perilaku regulator subsistem.
b. Subsistem kognator. Stimulus untuk subsistem kognator dapat eksternal maupun
internal. Perilaku output dari regulator subsistem dapat menjadi stimulus umpan
balik untuk kognator subsistem. Kognator kontrol proses berhubungan dengan
fungsi otak dalam memproses informasi, penilaian dan emosi. Persepsi atau
proses informasi berhubungan dengan proses internal dalam memilih atensi,
mencatat dan mengingat. Belajar berkorelasi dengan proses imitasi,
reinforcement (penguatan) dan insight (pengertian yang mendalam).
Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan adalah proses internal yang
berhubungan dengan penilaian atau analisa. Emosi adalah proses pertahanan
untuk mencari keringanan, mempergunakan penilaian dan kasih sayang.

Dalam memelihara integritas, kognator dan regulator saling bekerjasama dan


menguatkan. Selanjutnya Roy mengembangkan proses internal seseorang sebagai
sistem adaptasi dengan menetapkan sistem efektor, yaitu 4 mode adaptasi meliputi
fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi.
a. Mode Fungsi Fisiologi
Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya. Roy
mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus dipenuhi untuk
mempertahankan integritas, yang dibagi menjadi dua bagian, mode fungsi
fisiologis tingkat dasar yang terdiri dari 5 kebutuhan dan fungsi fisiologis dengan
proses yang kompleks terdiri dari 4 bagian yaitu :
1) Oksigenasi : Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya, yaitu
ventilasi, pertukaran gas dan transpor gas.
2) Nutrisi : Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk
mempertahankan fungsi, meningkatkan pertumbuhan dan mengganti
jaringan yang injuri.
3) Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal dan ginjal.
11

4) Aktivitas dan istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik dan istirahat


yang digunakan untuk mengoptimalkan fungsi fisiologis dalam memperbaiki
dan memulihkan semua komponen-komponen tubuh.
5) Proteksi/ perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh termasuk proses
imunitas dan struktur integumen (kulit, rambut dan kuku) dimana hal ini
penting sebagai fungsi proteksi dari infeksi, trauma dan perubahan suhu.
6) The sense/perasaan : Penglihatan, pendengaran, perkataan, rasa dan bau
memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungan Sensasi nyeri
penting dipertimbangkan dalam pengkajian perasaan.
7) Cairan dan elektrolit. : Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalamnya
termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi
sistemik. Sebaliknya inefektif fungsi sistem fisiologis dapat menyebabkan
ketidakseimbangan elektrolit.
8) Fungsi syaraf / neurologis : Hubungan-hubungan neurologis merupakan
bagian integral dari regulator koping mekanisme seseorang. Mereka
mempunyai fungsi untuk mengendalikan dan mengkoordinasi pergerakan
tubuh, kesadaran dan proses emosi kognitif yang baik untuk mengatur
aktivitas organ-organ tubuh
9) Fungsi endokrin : Aksi endokrin adalah pengeluaran horman sesuai dengan
fungsi neurologis, untuk menyatukan dan mengkoordinasi fungsi tubuh.
Aktivitas endokrin mempunyai peran yang signifikan dalam respon stress
dan merupakan dari regulator koping mekanisme.

b. Mode Konsep Diri


Mode konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan penekanan
spesifik pada aspek psikososial dan spiritual manusia. Kebutuhan dari konsep diri
ini berhubungan dengan integritas psikis antara lain persepsi, aktivitas mental dan
ekspresi perasaan. Konsep diri menurut Roy terdiri dari dua komponen yaitu the
physical self dan the personal self.
1. The physical self, yaitu bagaimana seseorang memandang dirinya
berhubungan dengan sensasi tubuhnya dan gambaran tubuhnya. Kesulitan
pada area ini sering terlihat pada saat merasa kehilangan, seperti setelah
operasi, amputasi atau hilang kemampuan seksualitas.
12

2. The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri, moral-
etik dan spiritual diri orang tersebut. Perasaan cemas, hilangnya kekuatan
atau takut merupakan hal yang berat dalam area ini.

c. Mode Fungsi Peran


Mode fungsi peran mengenal pola–pola interaksi sosial seseorang dalam
hubungannya dengan orang lain, yang dicerminkan dalam peran primer, sekunder
dan tersier. Fokusnya pada bagaimana seseorang dapat memerankan dirinya
dimasyarakat sesuai kedudukannya.

d. Mode Interdependensi
Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang dijabarkan oleh
Roy. Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi dan menerima cinta/ kasih
sayang, perhatian dan saling menghargai. Interdependensi yaitu keseimbangan
antara ketergantungan dan kemandirian dalam menerima sesuatu untuk dirinya.
Ketergantungan ditunjukkan dengan kemampuan untuk afiliasi dengan orang
lain. Kemandirian ditunjukkan oleh kemampuan berinisiatif untuk melakukan
tindakan bagi dirinya. Interdependensi dapat dilihat dari keseimbangan antara dua
nilai ekstrim, yaitu memberi dan menerima.

3. Output
Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapt di amati, diukur atau secara
subyektif dapat dilaporkan baik berasal dari dalam maupun dari luar. Perilaku ini
merupakan umpan balik untuk sistem. Roy mengkategorikan output sistem sebagai
respon yang adaptif atau respon yang tidak efektif/maladaptif. Respon yang adaptif
dapat meningkatkan integritas seseorang yang secara keseluruhan dapat terlihat bila
seseorang tersebut mampu melaksanakan tujuan yang berkenaan dengan
kelangsungan hidup, perkembangan, reproduksi dan keunggulan. Sedangkan respon
yang mal adaptif perilaku yang tidak mendukung tujuan ini.
Tingkat adaptasi seseorang sebagai sistem adaptasi dipengaruhi oleh
perkembangan individu itu sendiri, dan penggunaan mekanisme koping. Penggunaan
mekanisme koping yang maksimal mengembangkan tingkat adaptasi seseorang dan
meningkatkan rentang stimulus agar dapat berespon secara positif.
13

E. Aplikasi Teori Adaptasi Callista Roy


Selama lebih dari 30 tahun Model Adaptasi Roy telah digunakan untuk memahami
dan menuntun praktik keperawatan dalam perawatan pasien. Para perawat menggunakan
model ini sebagai framework untuk mengkonseptualisasi dan merencanakan intervensi
keperawatan pada pasien atau menggunakan model ini untuk menciptakan intervensi
untuk pemisahan populasi klinik.
Roy Adaptation Model telah diimplementasikan di NICU sebagai sebuah ideology
untuk keperawatan (Nyqvist dan sjoden, 1993 dalam Senesac 2007), pada perawatan
bedah akut, sebagai alat dokumentasi dalam proses keperawatan , pada fasilitas
rehabilitasi untuk mengintegrasi basis professional perawatan pasien (Mastal, Hammond,
dan Roberts, 1982 dalam Senesac, 2007); pada dua unit rumah sakit umum sebagai
konseptual framework untuk menuntun praktik; memfasilitasi sistem integral
keperawatan pada bagian orthopedic, unit neurosurgical untuk mempertahankan
lingkungan praktik professional bagi pelatihan mahasiswa, meningkatkan otonomi
professional, membantu proses rekrutmen dan penguranan staf, dan untuk meningkatkan
kejelasan peran pemberi layanan, dan menguatkan dan mengefektifkan kolaborasi
interdisiplin.
Peran perawat yang diharapkan berdasarkan teori Roy. Perawat harus mampu
meningkatkan respon adaptif pasien pada situasi sehat atau sakit. Perawat dapat
mengambil tindakan untuk memanipulasi stimuli fokal, kontextual maupun residual
stimuli dengan melakukan analisa sehingga stimuli berada pada daerah adaptasi. Perawat
harus mampu bertindak untuk mempersiapkan pasien mengantisipasi perubahan melalui
penguatan regulator, cognator dan mekanisme koping yang lain. Pada situasi sehat,
perawat berperan untuk membantu pasien agar tetap mampu mempertahankan
kondisinya sehingga integritasnya akan tetap terjaga. Misalnya melalui tindakan
promotif perawat dapat mengajarkan bagaimana meningkatkan respon adaptif.
Pada situasi sakit, pasien diajarkan meningkatkan respon adaptifnya akibat adanya
perubahan lingkungan baik internal maupun eksternal. Misalnya, seseorang yang
mengalami kecacatan akibat amputasi karena kecelakaan. Perawat perlu mempersiapkan
pasien untuk menghadapi realita. Dimana pasien harus mampu berespon secara adaptif
terhadap perubahan yang terjadi didalam dirinya. Kehilangan salah satu anggota badan
bukanlah keadaan yang mudah untuk diterima. Jika perawat dapat berperan secara
maksimal, maka pasien dapat bertahan dengan melaksanakan fungsi perannya secara
optimal.
14

F. Proses Keperawatan
Sebagai dasar dalam melaksanakan proses keperawatan, Roy berpendapat bahwa
pasien harus di pandang sebagai manusia yang utuh (pandangan menyeluruh) baik dari
aspek biologis, psikologis dan spiritual. Di samping itu pasien pun harus di pandang
sebagai suatu system yang dapat hidup melalui interaksi yang konstan dengan
lingkungannya. Model adaptasi Roy menawarkan standar untuk mengembangkan atau
melaksanakan proses keperawatan melalui elemen –elemen Roy meliputi :
1. Tahap I : Pengkajian Keperawatan
a. Pengkajian perilaku
Ini merupakan tahap proses keperawatan yang bertujuan mengumpulkan
data dan memutuskan klien adaptif atau maladaptif. Termasuk dalam model ini
adalah kebutuhan dasar manusia apakah dapat dipengaruhi oleh kekurangan
atau kelebihan, misalnya terlalu sedikit oksigen , terlalu tinggi gula darah atau
terlalu banyak ketergantungan. Perawat menggunakan wawancara, observasi
dan pengukuran untuk mengkaji perilaku klien sekarang pada setiap mode.
Berdasarkan pengkajian ini perawat menganalisis apakah perilaku ini adaptif,
maladaptif atau potensial maladaptif.
b. Pengkajian faktor – faktor yang berpengaruh
Pada tahap ini termasuk pengkajian stimuli yang signifikan terhadap
perubahan perilaku seseorang yaitu stimuli focal, kontekstual dan residual.
a) Identifikasi stimuli focal
Stimuli focal merupakan perubahan perilaku yang dapat diobservasi.
Perawat dapat melakukan pengkajian dengan menggunakan pengkajian
perilaku yaitu: keterampilan melakukan observasi, melakukan pengukuran
dan interview.
b) Identifikasi stimuli kontekstual
Stimuli kontekstual ini berkontribusi terhadap penyebab terjadinya
perilaku atau presipitasi oleh stimulus focal. Sebagai contoh anak yang di
rawat dirumah sakit mempunyai peran perilaku yang inefektif yaitu tidak
belajar. Focal stimulus yang dapat diidentifikasi adalah adanya fakta bahwa
anak kehilangan skedul sekolah. Stimulus kontekstual yang dapat
diidentifikasi adalah secara internal faktor anak menderita sakit dan faktor
eksternalnya adalah anak terisolasi. Stimulasi kontekstual dapat
15

diidentifikasi oleh perawat melalui observasi, pengukuran, interview dan


validasi.
Menurut Martinez, 1976 dalam Roy 1989, faktor kontekstual yang
mempengaruhi mode adaptif adalah genetic, sex, tahap perkembangan,
obat, alkohol, tembakau, konsep diri, peran fungsi, interdependensi, pola
interaksi sosial, koping mekanisme, stress emosi dan fisik religi, dan
lingkungan fisik.
c) Identifikasi stimuli residual
Pada tahap ini yang mempengaruhi adalah pengalaman masa lalu.
Helson dalam Roy, 1989 menjelaskan bahwa beberapa faktor dari
pengalaman lalu relevan dalam menjelaskan bagaimana keadaan saat ini.
Sikap, budaya, karakter adalah faktor residual yang sulit diukur dan
memberikan efek pada situasi sekarang.

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut teori adaptasi Roy didefinisikan sebagai suatu
hasil dari proses pengambilan keputusan berhubungan dengan kurang mampunya
adaptasi. Diagnosa keperawatan dirumuskan dengan mengobservasi tingkah laku
klien terhadap pengaruh lingkungan. Menurut Roy (1991) ada 3 metode dalam
membuat diagnosa keperawatan : Menggunakan 4 (empat) model adaptif, yaitu
fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependen
a) Physiological model
1) Oksigenasi: Hipoksia/shock, Kerusakan ventilasi, Ketidakadequatan
pertukaran gas, Perubahan perfusi jaringan, Ketidakmampuan dlm proses
kompensasi pada perubahan dan kebutuhan oksigen
2) Nutrisi: Nutrisi kurang / lebih dari kebutuhan tubuh, Anoreksia,
Nausea/Vomiting, Ketidak efektifan strategi koping terhadap penurunan
dan ingestik
3) Eliminasi: Diare, Inkontinensia, Konstipasi, Retensi urine dan Ketidak
efektifan strategi koping terhadap penurunan fungsi eliminasi.
Aktifitas dan istirahat: Ketidak adekuatan aktifitas & istirahat, Keterbatasan
mobilitas & Koordinasi, Intoleransi aktifitas, Immobilisasi, Sleep
deprivation, Resiko gangguan pola tidur dan Kelelahan (Fatigue).
a. Proteksi
16

b. Sense
c. Cairan dan elektrolit
d. Fungsi neurologi
e. Fungsi endokrin
b) Self consep Mode
1) Physical Self : Gangguan body image, Disfungsi seksual, Kehilangan dan
Rape Trauma syndrome
2) Personal self: Ansietas, Ketidakberdayaan, Perasaan bersalah, Harga diri
rendah
c) Role Function Mode
1) Transisi Peran
2) Konflik Peran
3) Gangguan / Kehilangan Peran
d) Contoh membuat diagnosa keperawatan menurut Roy :
1) Mengobservasi respon klien yang paling menonjol pada satu mode adaptif,
misalnya ; mode fisisiologis sub kebutuhan cairan. Contoh kasus untuk
diare intake : 1200 ml, out put : 3500 ml, keluhan haus (+), turgor tidak
elastis, kelopak mata tampak cekung. Dari respon pasien tersebut dapat
disimpulkan bahwa diagosa keperawatan pasien menurut Roy adalah defisit
volume cairan.
2) Menyimpulkan respon klien dari satu atau lebih dari mode adaptif yang
terkait dengan stimulus yang sama. Misalnya mode yang terganggu adalah
mode fisiologis, konsep diri dan interdependensi. Contoh kasus ; klien
mengeluh tidak mau makan, makan hanya habis ¼ porsi, BB turun 2 Kg
dari normal. Dari data tersebut klien mengalami gangguan kebutuhan
nutrisi : nutrisi kurang dari kebutuhan (mode fisiologis). Karena klien
kekurangan nutrisi mengakibatkan posturnya tampak kurus, hal ini
membuat klien mengalami gangguan Body Image (Mode Konsep diri),
kondisi ini juga mengakibatkan klien tidak dapat memenuhi kebutuhannya
sehari-hari (Mode Interdependensi).

3. Penentuan Tujuan
Roy (1984) menyampaikan bahwa secara umum tujuan pada intervensi
keperawatan adalah untuk mempertahankan dan mempertinggi perilaku adaptif dan
17

mengubah perilaku inefektif menjadi adaptif. Penentuan tujuan dibagi atas tujuan
jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka panjang yang akan dicapai
meliputi : Hidup, tumbuh, reproduksi dan kekuasaan. Tujuan jangka pendek
meliputi tercapainya tingkah laku yang diharapkan setelah dilakukan manipulasi
terhadap stimulus focal, konteksual dan residual.

4. Intervensi
Intervensi keperawatan dilakukan dengan tujuan, mengubah atau memanipulasi
stimulus fokal, kontekstual dan residual, juga difokuskan pada koping individu atau
zona adaptasi, sehingga seluruh rangsang sesuai dengan kemampuan individu untuk
beradaptasi. Tindakan keperawatan berusaha membantu stimulus menuju perilaku
adaptif. Hal ini menekankan kembali pentingnya mengidentifikasi penyebab selama
pengkajian tahap II.

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian efektifitas terhadap intervensi keperawatan
sehubungan dengan tingkah laku pasien. Perawat harus mengkaji tingkah laku pasien
setelah diimplementasi. Intervensi keperawatan dinilai efektif jika tingkah laku
pasien sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengertian model konseptual adaptasi adalah bagaiman individu mampu
meningkatkan kesehatan dengan cara mempertahankan perilaku adaftif dan mengubah
perilaku maladaftif. Individu/manusia merupakan holistic adaptive system yang selalu
beradaptasi secara keseluruhan. Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa
tujuan dari aplikasi model konseptual keperawatan komunitas menurut Roy adalah untuk
mempertahankan perilaku adaptif dan mengubah perilaku maladaptive pada komunitas.
Upaya pelayanan keperawatan yang dapat dilakukan antar lain meningkatkan kesehatan
dengan cara mempertahankan perilaku adaptif serta memberikan intervensi keperawatan
yang ditujukan untuk menekan stressor dan meningkatkan mekanisme adaptasi. Kunci
utama dari model adaptasi Roy adalah sebagai berikut : manusia sebagai makhluk
biologis,psikologi dan sosial yang selalu berinteraksi dengan lingkungannya, manusia
sebagai makhluk individu dapat meningkatkan kesehatannya dengan mempertahankan
perilaku yang adaptif dan mengubah perilaku maladaptif, agar terjadi keadan homeostasis
atau terjadi integrasi antara individudengan lingkungannya,maka individu tersebut harus
beradaptasi sesuai perubahan yang terjadi dan terdapat tiga tingkatan adaptasi pada
individu.

B. Saran
Oleh karena itu, perawat/mahasiswa keperawatan perlu untuk mengetahui dan
mengkaji lebih jauh tentang penerapan model keperawatan yang sesuai dengan teori
Callista Roy di dalam komunitas, sehingga dapat diketahui apakah teori Roy dapat
diaplikasikan dengan baik dalam pelayanan keperawatan/asuhan keperawatan di dalam
komunitas.

18
DAFTAR PUSTAKA

Alligood, M.R., & Tomey, A.M. (2010). Nursing Theorists and their work (7th ed.). USA:
Elsevier.
I Wayan Sudarta, (2015). Manajemen Keperawatan Penerapan Teori Model Dalam
Pelayanan Keperawatan. Gosyen Publishing, Jogjakarta.
Murwani, A 2009, Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Fitramaya, Yogyakarta.
Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Selemba Medika.
Potter, P.A, Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan
Praktik.Edisi 4.Volume 2.Alih Bahasa : Renata Komalasari,dkk.Jakarta:EGC.
Roy C. The Roy adaptation model: The definitive statement. McGraw-Hill/Appleton &
Lange; California. 1991.
APLIKASI TEORI
KEPERAWATAN KOMUNITAS
MENURUT CALLISTA ROY
Kelompok 3 :

Hasri Rahmayati (2011316020)


Maghvirah (2011316021)
Prillisia Deazri (2011316022)
Tesa Sedana (2011316023)
S1 KEPERAWATAN PROGRAM B
Miftahul Jannah (2011316024)
FAKULTAS KEPERAWATAN
Zita Inka Putri Mahira (2011316025)
UNIVERSITAS ANDALAS
Laras Hayuning Astuti (2011316026) TAHUN 2021
Septria Rossa (2011316027)
Putri Prihandini (2011316028)
RIWAYAT SISTER CALLISTA ROY

Sister Calista Roy adalah seorang suster dari Saint Joseph of Carondelet. Roy dilahirkan
pada tanggal 14 oktober 1939 di Los Angeles California. Roy menerima Bachelor of Art Nursing pada
tahun 1963 dari Mount Saint Marys College dan Magister Saint in Pediatric Nursing pada tahun 1966 di
University of California LosAngeles.

Roy memulai pekerjaan dengan teori adaptasi keperawatan pada tahun 1964 ketika dia lulus
dari University of California Los Angeles. Dalam Sebuah seminar dengan Dorrothy E. Johnson, Roy
tertantang untuk mengembangkan sebuah model konsep keperawatan. Konsep adaptasi mempengaruhi
Roy dalam kerangka konsepnya yang sesuai dengan keperawatan. Dimulai dengan pendekatan teori
sistem. Roy menambahkan kerja adaptasi dari Helsen tahun 1964, seorang ahli fisiologis – psikologis.
Untuk memulai membangun pengertian konsepnya. Helsen mengartikan respon adaptif sebagai fungsi
dari datangnya stimulus sampai tercapainya derajat adaptasi yang di butuhkan individu. Derajat adaptasi
dibentuk oleh dorongan tiga jenis stimulus yaitu : focal stimuli, konsektual stimuli dan residual stimuli.
FUNGSI MODEL CALLISTA ROY

Empat fungsi model yang dikembangkan oleh roy terdiri dari :

Fisiologis Konsep diri (psikis)

Fungsi peran (Sosial) Interdependent

3
PARADIGMA KEPERAWATAN MENURUT SISTER
CALISTA ROY
1. MANUSIA
2. LINGKUNGAN
Manusia merupakan fokus utama yang perlu
Stimulus yang berasal dari individu dan sekitar
diperhatikan karena manusialah yang menjadi
individu merupakan elemen dari lingkungan, menurut
penerima asuhan keperawatan, baik itu individu,
Roy. Dalam hal ini Roy menekankan agar lingkungan
keluarga, kelompok maupun masyarakat, yang
dapat didesign untuk meningkatkan kemampuan
dipandang sebagai “Holistic Adaptif System”. Dimana
adaptasi individu atau meminimalkan resiko yang
“Holistic Adaptif System “ ini merupakan perpaduan
akan terjadi pada individu terhadap adanya
antara konsep sistem dan konsep adaptasi.
perubahan.

3. SEHAT 4. KEPERAWATAN
Roy mendefinisikan sehat adalah “A State and a Tujuan keperawatan menurut Roy adalah
process of being and becoming an integrated and meningkatkan respon adaptif individu dan
whole person”. Integritas individu dapat ditunjukkan menurunkan respon inefektif individu, dalam kondisi
dengan kemampuan untuk mempertahankan diri, sakit maupun sehat. Untuk mencapai tujuan tersebut,
tumbuh, reproduksi dan “mastery”. Asuhan perawat harus dapat mengatur stimulus fokal,
keperawatan berdasarkan model Roy bertujuan untuk kontekstual dan residual yang ada pada individu,
meningkatkan kesehatan individu dengan cara dengan lebih menitikberatkan pada stimulus fokal,
meningkatkan respon adaptifnya 4 yang merupakan stimulus tertinggi.
TEORI ADAPTASI CALLISTA ROY


Roy mengidentifikasi bahwa input sebagai stimulus, merupakan kesatuan informasi, bahan-bahan
atau energi dari lingkungan yang dapat menimbulkan respon, dimana dibagi dalam tiga tingkatan
yaitu input, proses dan output.

1. Input
Input atau masukan terdiri dari stimulus dan level adaptasi. Stimulus terdiri dari :
Stimulus kontekstual yaitu semua Stimulus residual yaitu ciri-ciri
stimulus lain yang dialami tambahan yang ada dan relevan
Stimulus fokal yaitu stimulus yang
seseorang baik internal maupun dengan situasi yang ada tetapi sukar
langsung berhadapan dengan
eksternal yang mempengaruhi untuk diobservasi meliputi kepercayan,
seseorang, efeknya segera,
situasi dan dapat diobservasi, sikap, sifat individu berkembang sesuai
misalnya infeksi .
diukur dan secara subyektif pengalaman yang lalu, hal ini memberi
dilaporkan. proses belajar untuk toleransi.

5
Lanjutan..
2. Proses
Mekanisme kontrol seseorang menurut Roy adalah bentuk mekanisme koping yang di gunakan.
Mekanisme kontrol ini dibagi atas regulator dan kognator yang merupakan subsistem.
➢ Subsistem regulator. Input stimulus berupa internal atau eksternal. Transmiter regulator sistem adalah
kimia, neural atau endokrin.
➢ Subsistem kognator. Stimulus untuk subsistem kognator dapat eksternal maupun internal. Perilaku
output dari regulator subsistem dapat menjadi stimulus umpan balik untuk kognator subsistem.

3. Output
Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapt di amati, diukur atau secara subyektif dapat
dilaporkan baik berasal dari dalam maupun dari luar. Perilaku ini merupakan umpan balik untuk sistem.
Roy mengkategorikan output sistem sebagai respon yang adaptif atau respon yang tidak
efektif/maladaptif. Respon yang adaptif dapat meningkatkan integritas seseorang yang secara
keseluruhan dapat terlihat bila seseorang tersebut mampu melaksanakan tujuan yang berkenaan dengan
kelangsungan hidup, perkembangan, reproduksi dan keunggulan. Sedangkan respon yang mal adaptif
perilaku yang tidak mendukung tujuan ini.
6
APLIKASI TEORI ADAPTASI ROY

Selama lebih dari 30 tahun Model Adaptasi Roy telah digunakan untuk memahami dan
menuntun praktik keperawatan dalam perawatan pasien. Para perawat menggunakan
model ini sebagai framework untuk mengkonseptualisasi dan merencanakan intervensi
keperawatan pada pasien atau menggunakan model ini untuk menciptakan intervensi
untuk pemisahan populasi klinik. .

Peran perawat yang diharapkan berdasarkan teori Roy. Perawat harus mampu
meningkatkan respon adaptif pasien pada situasi sehat atau sakit. Perawat dapat
mengambil tindakan untuk memanipulasi stimuli fokal, kontextual maupun residual stimuli
dengan melakukan analisa sehingga stimuli berada pada daerah adaptasi.

7
PROSES KEPERAWATAN

Sebagai dasar dalam melaksanakan proses


keperawatan, Roy berpendapat bahwa pasien Pengkajian perilaku
harus di pandang sebagai manusia yang utuh
(pandangan menyeluruh) baik dari aspek biologis,
psikologis dan spiritual. Di samping itu pasien pun 1. Pengkajian
harus di pandang sebagai suatu system yang dapat
hidup melalui interaksi yang konstan dengan Pengkajian faktor –
lingkungannya. Model adaptasi Roy menawarkan faktor yang berpengaruh
standar untuk mengembangkan atau
melaksanakan proses keperawatan melalui elemen
–elemen Roy meliputi :

Identifikasi stimuli focal


Identifikasi stimuli residual
Stimuli focal merupakan Identifikasi stimuli
Pada tahap ini yang mempengaruhi adalah
perubahan perilaku yang dapat kontekstual
pengalaman masa lalu. Helson dalam Roy,
diobservasi. Perawat dapat Stimuli kontekstual
1989 menjelaskan bahwa beberapa faktor
melakukan pengkajian dengan ini berkontribusi
dari pengalaman lalu relevan dalam
menggunakan pengkajian terhadap penyebab
menjelaskan bagaimana keadaan saat ini.
perilaku yaitu: keterampilan terjadinya perilaku
Sikap, budaya, karakter adalah faktor
melakukan observasi, atau presipitasi oleh
residual yang sulit diukur dan memberikan
melakukan pengukuran dan stimulus focal
efek pada situasi sekarang.
interview.
Lanjutan..

3. Penetuan Tujuan
Roy (1984) menyampaikan bahwa secara umum tujuan
2. Diagnosa keperawatan pada intervensi keperawatan adalah untuk
Menurut teori adaptasi Roy didefinisikan sebagai suatu hasil mempertahankan dan mempertinggi perilaku adaptif dan
dari proses pengambilan keputusan berhubungan dengan mengubah perilaku inefektif menjadi adaptif. Penentuan
kurang mampunya adaptasi. Diagnosa keperawatan tujuan dibagi atas tujuan jangka panjang dan tujuan jangka
dirumuskan dengan mengobservasi tingkah laku klien pendek. Tujuan jangka panjang yang akan dicapai meliputi :
terhadap pengaruh lingkungan. Hidup, tumbuh, reproduksi dan kekuasaan. Tujuan jangka
pendek meliputi tercapainya tingkah laku yang diharapkan
setelah dilakukan manipulasi terhadap stimulus focal,
konteksual dan residual.
3. Intervensi keperawatan
Dilakukan dengan tujuan , mengubah atau memanipulasi 5. Evaluasi keperawatan
stimulus fokal, kontekstual dan residual, juga difokuskan merupakan penilaian efektifitas terhadap intervensi
pada koping individu atau zona adaptasi, sehingga seluruh keperawatan sehubungan dengan tingkah laku pasien.
rangsang sesuai dengan kemampuan individu untuk Perawat harus mengkaji tingkah laku pasien setelah
beradaptasi. Tindakan keperawatan berusaha membantu diimplementasi. Intervensi keperawatan dinilai efektif jika
stimulus menuju perilaku adaptif. Hal ini menekankan tingkah laku pasien sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
kembali pentingnya mengidentifikasi penyebab selama
pengkajian tahap II.
9
THANK
YOU
10

Anda mungkin juga menyukai