Anda di halaman 1dari 5

TUGAS BAHASA DAN SASTRA 2

OLEH

NAMA : ANUGRAH WIJAYUSMAN


NIM : 859741817
TUGAS

1. URAIKAN PENGGUNAAN KATA YANG BERMAKNA LEKSIKAL DAN GRAMATIKAL !


2. JELASKAN TAHAPAN DALAM MENYUSUN KAMUS !
3. JELASKAN UNSUR PEMBANGUN KARYA SASTRA DENGAN BENAR !
4. ANALISISLAH UNSUR INSTRINSIK TERTENTU DALAM PENGGALAN KARYA SASTRA !
JAWABAN
1. - MAKNA LEKSIKAL
Yang dimaksud makna leksikal adalah makna yang bersifat tetap dan tidak terikat
dengan kata lainnya (berdiri sendiri). Makna leksikal sering disebut makna yang
sesuai dengan kamus.
Contoh :
Rumah
- yaitu bangunan untuk tempat tinggal
Makan
- yaitu memasukan sesuatu ke dalam mulut

-MAKNA GRAMATIKAL
Yang dimaksud makna gramatikal adalah makna yang berubah-ubah sesuai
dengan konteks
pemakainya. Hal ini terjadi akibat proses-proses gramatikal yang terjadi pada kata
tersebut, seperti pengimbuhan, pengulangan , dan pemajemukan.
Contoh :
Berumah
- mempunyai rumah
Rumah-rumah
- banyak rumah
Rumah sakit
- rumah tempat merawat orang sakit

Dari uraian di atas, dapat kita simpulkan perbedaan makna leksikal dan makna
gramatikal sebagai berikut :
1. Makna leksika adalah makna asli, sedangkan makna gramatikal makna sesuai
konteks
2. Makna leksikal bersifat tetap, sedangkan makna gramatikal bisa berubah-ubah
sesuai proses gramatikal yang terjadi pada kata tersebut.
3. Makna leksikal berdiri sendiri, sedangkan makna gramatikal terikat dengan kata
lain yang mengikutinya.

2. A. Persiapan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mengadakan segala sesuatu yang
dapat menunjang kelancaran pelaksanaan penyusunan kamus. Yang perlu
diperhatikan antara lain:
a. penyediaan alat-alat tulis
b. penyediaan sumber data, seperti buku, media massa cetak, dan kamus yang
sejenis
c. penyediaan bahan sumber rujukan yang dapat berupa kamus dan ensiklopedi.

B. Pengumpulan data
Data yang diperoleh harus disusun secara bersistem, sumber data itu dikumpulkan
dengan cara memindahkannya ke dalam kartu, manfaat kartu agar menghasilkan
data yang tepat dan taat asas guna menunjang kelancaran pelaksanaan kegiatan
secara keseluruhan. Data yang sudah terkumpul dalam bentuk kartu harus disusun
mengikuti abjad. Penyusun kamus harus memiliki pengetahuan dasar-dasar
morfologi terutama morfologi bahasa.
C. Pengolahan data
Setelah kartu-kartu tersusun sesuai dengan abjad, kemudian dilakukan pengolahan
dan penggarapan, data-data yang sudah terkumpul di seleksi dan diperiksa kembali
untuk menentukan keabsahan data serta untuk memisahkan data-data yang dapat
dimanfaatkan dan yang tidak perlu dimanfaatkan harus dikeluarkan.
Kegiatan yang perlu dilakukan pada tahap ini adalah:
a. Pemeriksaan urutan abjad
b. Penyeleksian data
c. Klasifikasi data
d. Pemberian definisi
e. Penyuntingan hasil pemberian definisi

D. Pengetikan kartu induk


Kartu induk adalah kartu-karu entry yang akan digunakan sebagai dasar
penyusunan kamus. Kartu induk merupakan hasil akhir dari pengolahan data.

E.Penyusunan kartotek
Kartotek merupakan kartu-kartu yang berupa kartu induk kamus yang disusun
menurut abjad dan diatur sesuai dengan urutan susunan entry yang telah
ditetapkan sebelumnya sesuai dengan tujuan penyusunan kamus. Kartotek
merupakan kegiatan yang mengarahkan proses penyusunan kamus ke kegiatan
pengetikan atau kamus yang siap cetak.

F.Pengetikan naskah
Mengetik naskah kamus dilaksanakan berdasarkan kartotek.

G.Koreksi naskah
Untuk menghindari kesalahan ketik yang terjadi pada saat pengetikan naskah maka
tahap ini penyusun harus melakukan koreksi yang ditujukan untuk memastikan
bahwa kamus sudah dapat cetak dan siap edar atau belum.

H.Cetak coba
Setelah naskah kamus sudah di koreksi dan betul-betul sudah siap cetak, kemudian
diserahkan ke percetakan, untuk memastikan kamus siap edar maka percetakan
harus mencetak kamus dalam bentuk cetak coba. Apa yang perlu di perbaik dan
dipertahankan pada tahap ini kembali diperiksa.

3. A.Tema
Tema adalah pandangan hidup yang tertentu atau perasaan mengenai kehidupan
yang membentuk gagasan utama dari suatu karya sastra . Scharbach (dalam
Nurasiah, 2006: 11), mengatakan bahwa istilah tema berasal dari bahasa latin yaitu
tempat untuk meletakkan suatu perangkat. Jadi tema adalah ide sebuah cerita atau
sesuatu yang menjadi pengarang yang dibeberkan melalui tindakan-tindakan tokoh
cerita itu terutama tokoh utama. Tema yang baik harus bersama di dalam unsur
cerita.

B. Alur
Alur adalah rangkaian cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita
(Aminuddin 2002: 83). Menurut Sukade ( 1987: 3), alur mula-mula dikaitkan dengan
unsure cerita atau pencerita, kemudian berkembang sebagai akibat logis dari
berbagai unsur secara kompleks. Menurut Hayati dan Winarno (1990: 10), alur
adalah rangkaian peristiwa atau kejadian yang sambung menyambung dalam suatu
cerita. Dengan demukian alur merupakan suatu jalur lintasan atau urutan suat
peristiwa yang berangkai sehingga menghasilkan suatu cerita.
Pengarang mengkomunikasikan novelnya melalui tokoh-tokohnya. Tokoh ini
melaksanakan peran masing-masing sehingga timbul situasi konflik menurut
Ginarsa (1989: 11), adanya alur disebabkan oleh terbentuknya kekuatan-kekuatan
yang terjadi karena adanya problema yang perlu diselesaikan.

C.Tokoh
Peristiwa dalam karya fiksi seperti halnya dalam peristiwa dalam kehidupan sehari-
hari selalu diembang oleh tokoh-tokoh atau pelaku-pelaku tertentu. Pelaku yang
mengembang peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu menjalin suatu cerita
disebut tokoh. Sedangkan cara pengarang menampilkan tokoh atau disebut
penokohan.

Menurut Santoso (1995:106-107), tokoh adalah pelaku yang memainkan peran


dalam cerita rekaan. Pada umumnya tokoh dalam cerita rekaan adalah manusia,
tetapi dapat pula tokoh yang berwujud binatang, benda-benda, tumbuhan, dewa, jin,
dan roh yang diinsankan.
Tokoh dalam cerita fiksi dapat dibedakan beberapa jenis penamaan berdasarkan
dari sudut nama penamaan itu dilakukan. Tokoh utama atau tokoh protagonis
adalah tokoh yang diutamakan penceritanya dalam novel yang bersangkutan. Ia
merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian
maupun yang dikenai kejadian. Sedangkan tokoh kedua atau tokoh antagonis
adalah tokoh atau pelaku yang menyambungi atau membayang-bayangi bahkan
menjadi musuh tokoh utama.
Tokoh penyebab terjadi konflik disebut tokoh antagonis. Tokoh protagonis secara
langsung ataupun tidak langsung bersifat fisik atau batin.
D.Penokohan
Penokohan yang ditemukan dalam cerita fiksi adalah pelaku imajinatif, pelaku yang
ada dalam benak pengarang. Pelaku imajinatif itu tidak akan dijumpai sekalipun
dicari di seluruh dunia. Pelaku imajinatif tidak dapat ditangkap oleh alat indera. Ia
hanya dapat ditangkap oleh daya imajinasi seseorang melalui raut muka, bentuk
tubuh dan perilakunya. Karakter tokoh atau pelaku dapat dikenal lewat
penggambaran baik yang dilakukan pengarang pencerita maupun oleh pelaku.

4. Unsur intrinsik : unsur yang membangun karya sastra dari dalam

Contoh : tema, latar, tokoh dan penokohan, sudut pandang, alur, amanat, dan gaya
bahasa.

Anda mungkin juga menyukai