Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

FITOKIMIA
“TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL TUMBUHAN”

DOSEN PENGAMPU :
HAiYUL FADHLI, M.Si, Apt

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK I0
ATIKA NUR RAMADANI (1800008)
PUTRI SONYA YULIARMI (1800035)

PROGRAM STUDI D III FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI
YAYASAN UNIV RIAU
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan

Rahmat, Karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah

ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.

Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah

wawasan serta pengetahuan kita mengenai “Teknik pengambilan sampel tumbuhan”

dan juga mengenai materi-materi lainnya yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan

lainnya. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam Makalah ini terdapat

kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik,

saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan

datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah ini dapat dipahami dan memberi manfaat bagi siapapun

yang membacanya.

Pekanbaru, Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah................................................................1

1.2 Rumusan masalah..........................................................................2

1.3 Tujuan Penelitian...........................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................3

2.1 Definisi Simpisia...........................................................................3

2.2 penyiapan sampel..........................................................................4

2.3 teknik pengambilan sampel.........................................................11

BAB III PENUTUP................................................................................19

3.1 Kesimpulan..................................................................................19

3.2 Saran............................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan keanekaragaman hayati

terbesar didunia.  Dari sekian besar jumlah tersebut baru sekitar 940 species yang diketahui

berkhasiat terapautik (mengobati) melalui penelitian ilmiah dan hanya sekitar 180 species

diantaranya yang telah dimanfaatkan dalam temuan obat tradisional oleh industri obat

tradisional Indonesia. Penggunaan tanaman obat untuk penyembuhan suatu penyakit

didasarkan pada pengalaman secara turun-temurun diwariskan ke generasi berikutnya.

Sementara ini banyak orang beranggapan bahwa penggunaan tanaman obat atau obat

tradisional relatif lebih aman dibandingkan obat sintesis. Agar penggunaannya optimal, perlu

diketahui informasi yang memadai tentang tanaman obat. Informasi yang memadai akan

membantu masyarakat lebih cermat untuk memilih dan menggunakan suatu produk obat

tradisional atau tumbuhan obat dalam upaya kesehatan. Namun, pengujian dan praktikum

secara ilmiah terhadap obat tradisional masih kurang, sehingga pemakaian secara medis

belum dapat dipertanggung jawabkan untuk menunjang secara ilmiah agar mendapat tempat

yang lebih luas dalam masyarakat maka perlu diadakan tahap-tahap praktikum terhadap obat

tradisisonal.

Oleh karena itu, maka perlu dilakukan usaha-usaha untuk menggali informasi

kandungan senyawa kimia dan bioaktivitas tumbuhan obat melalui penelitian ilmiah menjadi

sangat penting. Pengambilan sampel dilakukan sebelum memulai uji fitokimia tanaman. Hal

ini karena senyawa kimia dalam sampel tanaman mudah rusak jika pengambilan sampel tidak

dilakukan dengan benar. Sehingga, pengetahuan mengenai teknik pengambilan sampel sangat

diperlukan guna untuk menunjang penelitian yang akan dilakukan terhadap suatu tanaman

tertentu.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Pengertian simplisia?

2. Apa saja tahap penyiapan sampel?

3. Bagaimanakah teknik mengambil sampel yang benar?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui makna dari simplisia

2. Mengetahui tahap-tahap penyiapan sampel

3. Mengetahui teknik pengambilan sampel yang benar!

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Simplisia

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum

mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain simplisia merupakan bahan

yang dikeringkan.

Simplisia terdiri dari simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan atau

mineral:

1) Simplisia nabati

Simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman. Yang

dimaksud dengan eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman

atau dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya.

2) Simplisia hewani

Simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan

oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni.

3) Simplisia pelikan atau mineral

Simplisia yang merupakan bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah

diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni.

untuk menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan maupun kegunaannya, maka

simplisia harus memenuhi persyaratan minimal dan untuk memenuhi persyaratan minimal

tersebut, ada beberapa faktor yang berpengaruh, antara lain:

 Bahan baku simplisia.


 proses pembuatan simplisia termasuk cara penyimpanan bahan baku simplisia.
 cara pengepakan dan penyimpanan simplisia.

3
2.2 Penyiapan Sampel

Proses penyiapan sampel merupakan awal dari ditemukannya suatu senyawa alam

murni dari tumbuhan. Dari penyiapan sampel ini dapat diketahui selanjutnya apakah

proses pencarian senyawa alam baru telah dilakukan dengan benar atau tidak.

Ada beberapa tahap penting dalam proses penyiapan sampel ini sampai menjadi

simplisia, antara lain :

1. Panen (Pengambilan Sampel)

2. Sortasi Basah

3. Pencucian

4. Perajangan

5. Pengeringan

6. Sortasi Kering

7. Penyimpanan

Langkah-langkah diatas haruslah dilakukan dengan teliti dan seksama, karena jika salah

dilakukan dapat menyebabkan simplisia yang dihasilkan menjadi berjamur dan tidak

tahan lama.Salah satunya yaitu panen.

1. Panen (Pengambilan Sampel)

Tahap awal pengambilan sampel merupakan tahap yang paling penting dikarenakan,

kesalahan awal dalam pengambilan dapat merusak sampel ataupun kandungan di

dalamnya yang dapat menyebabkan pengerjaan pada tahap-tahap selanjutnya menjadi

percuma.

Tahapan pengumpulan bahan baku sangat menentukan kualitas bahan baku. Kadar

senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda, antara lain tergantung pada :

4
a) Umur tumbuhan atau bagian tumbuhan yang dipanen berpengaruh pada kadar

senyawa aktif. Ini berarti bahwa mutu simplisia yang dihasilkan sering tidak sama,

karena umur saat panen tidak sama.

b) Jenis (Spesies) tumbuhan yang dipanen sering kurang diperhatikan, sehingga

simplisia yang diperoleh tidak sama, Perbedaan jenis tumbuhan akan memberikan

perbedaan pada kandungan senyawa aktif, yang berarti mutu simplisia yang

dihasilkan akan berbeda pula.

c) Lingkungan tempat tumbuh yang berbeda seringkali mengakibatkan perbedaan kadar

kandungan senyawa aktif. Pertumbuhan tumbuhan dipengaruhi tinggi tempat, keadaan

tanah dan cuaca.

d) Waktu panen sangat erat hubungannya dengan pembentukan senyawa aktif di dalam

bagian tanaman yang akan dipanen. Waktu panen yang tepat pada saat bagian

tanaman tersebut mengandung senyawa aktif dalam jumlah terbesar. Senyawa aktif

terbentuk secara maksimal didalam pada umur tertentu.

Dalam pengambilan bahan alam diperlukan sebuah cara yang khusus karena sampel

yang akan diambil memiliki sifat yang berbeda dengan sampel yang lainnya, begitu pula

mengenai waktu pengambilannya dan alat yang digunakan pada saat pengambilan serta

cara pengolahannya setelah masa pengumpulan atau panen telah dilakukan.

Berikut ini akan diuraikan secara singkat cara pengambilan sampel yang berasal dari

bagian tumbuhan/tanaman, meliputi :

1. Kulit Batang,dari batang utama dan cabang, dikelupas dengan ukuran panjang dan
lebar tertentu ;untuk kulit batang mengandung minyak atsiri/ golongan senyawa fenol
digunakan alat pengelupas bukan logam.

2. Batang,dari cabang dipotong-potong dengan panjang tertentu dan diameter tertentu

3. Kayu ,dari batang atau cabang, dipotong kecil atau diserut (disugu) setelah dikelupas
kulitnya.

4. Daun ,tua dan muda (daerah pucuk), dipetik dengan tangan satu persatu.

5
5. Bunga ,kuncup atau bunga mekar atau mahkota bunga, dipetik dengan tangan

6. Pucuk ,pucuk berbunga; dipetik dengan tangan (mengandung daun muda dan bunga).

7. Akar ,dari bawah permukaan tanah, dipotong dengan ukuran tertentu

8. Rimpang, dicabut, dibersihkan dari akar; dipotong melintang dengan ketebalan


tertentu.

9. Buah, masak, hampir masak, dipetik dengan tangan.

10. Biji, buah dipetik:dikupas kulit buahnya dengan pisau atau menggilas, kemudian biji
dikumpulkan dan dicuci.

11. Kulit buah, seperti biji, kulit buah dikumpulkan dan dicuci.

12. Bulbus, tanaman dicabut, bulbus dipisah dari daun dan akar dengan cara dipotong
kemudian dicuci.

Secara garis besar, pedoman panen sebagai berikut :

1) Biji

Tanaman yang pada saat panen diambil bijinya yang telah tua seperti kedawung

(Parkia roxburgiii) pengambilan biji ditandai dengan telah mengeringnya buah. Sering pula

pemetikan dilakukan sebelum kering benar, yaitu sebelum buah pecah secara alami dan biji

terlempar jauh, misalnya jarak (Ricinus communis).

2) Buah

Tanaman yang pada saat dipanen diambil buahnya, waktu pengambilan sering

dihubungkan dengan tingkat kemasakan yang ditandai dengan terjadinya perubahan pada

buah, seperti perubahan tingkat kekerasan misalnya labu merah (Cucurbita moschata).

Perubahan warna, misalnya asam (Tamarindus indica), kadar air buah, misalnya belimbing

wuluh (Averrhoe belimbi), jeruk nipis (Citrus aurantifolia), perubahan bentuk buah, misalnya

mentimun (Cucumis sativus),pare (Momordica charantia).

3) Daun Pucuk

Tanaman yang pada saat panen diambil daun pucuknya pengambilan dilakukan pada

6
saat tanaman mengalami perubahan pertumbuhan dari vegetatif ke generatif. Pada saat itu

penumpukan senyawa aktif dalam kondisi tinggi sehingga mempunyai mutu yang terbaik.

Contoh tanaman yang diambil adalah pada pucuk daun kumis kucing (Orthosiphon

stamineus).

4) Daun

Tanaman yang pada saat dipanen diambil daun yang telah tua, daun yang diambil

dipilih yang telah membuka sempurna dan terletak pada bagian cabang atau batang yang

menerima sinar matahari sempurna. Contoh panenan ini misalnya sembung ( Blumea

balsamifera ).

5) Kulit Batang

Tanaman yang pada saat panen diambil kulit batang, pengambilan dilakukan pada saat

tanaman telah cukup umur. Agar pada saat pengambilan tidak menganggu pertumbuhan

sebaiknya dilakukan pada musim yang menguntungkan pertumbuhan, antara lain menjelang

musim kemarau.

6) Umbi Lapis

Tanaman yang pada saat panen diambil umbi lapis, pengambilan dilakukan pada saat

umbi mencapai besar maksimum dan pertumbuhan pada bagian atas, misalnya bawang merah

(Allium cepa).

7) Rimpang

Tanaman yang pada saat panen diambil rimpangnya, pengambilan dilakukan pada

musim kering dengan tanda mengeringnya bagian atas tanaman. Dalam keadaan ini rimpang

dalam keadaan maksimum. Pemanenan dapat dilakukan dengan tangan, menggunakan alat

maupun menggunakan mesin. Dalam hal ini keterampilan pemetik diperlukan agar diperoleh

simplisa yang benar, tidak tercampur dengan bagian lain dan tidak merusak tanaman induk.

7
2. Sortasi Basah

Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing

lainnya dari bahan simplisia. Mislnya pada simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman

obat, baan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak,

serta pengotoran lainnya harus dibuang. Tanah mengandung bermacam-macam mikroba

dalam jumlah yang tinggi, oleh karena itu pembersihan simplisia dari tanah yang terikut dapat

mengurangi jumlah mikroba awal.

3. Pencucian

Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran lainnya yang melekat

pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan menggunakan air bersih dari mata air atau

air sumur maupun PDAM. Cara sortasi dan pencucian sangat mempengaruhi jenis dan

jumlah mikroba awal simplisia. Misalnya jika air yang digunakan untuk pencucian kotor,

maka jumlah mikroba pada permukaan bahan simplisia dapat bertambah dan air yang

terdapat pada permukaan bahan tersebut dapat mempercepat pertumbuhan mikroba. Bakteri

umum yang terapat dalam air adalah Pseudomonas, Proteus, Micrococcus, Bacillus,

Streptococcus, Enterbacter dan Escherichia. Pada simplisia akar, batang dan buah dapat

dilakukan pengupasan kulit luarnya untuk mengurangi jumlah mikroba awal karena sebagian

besar jumlah mikroba biasanya terdapat pada permukaan bahan simplisia. Bahan yang telah

dikupas tersebut tidak memerlukan pencucian apabila pengupasan dilakukan dengan cara

yang tepat dan bersih.

4. Perajangan

Beberapa jenis simplisia perlu mengalami proses perajangan. Perajangan pada bahan

simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan.

Tanaman yang baru diambil jangan lagsung dirajang tetapi dijemur dalam keadaan utuh

sejama 1hari. Perajangan dapat dilakukan dengan pisau, dengan alat mesin perajang khusus.

8
Semakin tipis bahan yang dikeringkan, semakin cepat penguapan air, sehingga

mempercepat waktu pengeringan. Akan tetapi irisan yang terlalu tipis juga dapat

menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat berkhasiat yang mudah menguap, sehingga

mempengaruhi komposisi, bau dan rasa yang diinginkan.

5. Pengeringan

Tujuan pengeringan adalah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak,

sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan mengurangi kadar air dan

menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau perusakan simplisia.

Pengeringan simplisia dilakukan dengan cara :

a. Pengeringan Alamiah

Tergantung dari senyawa aktif yang dikandung dalam bagian tanaman yang

dikeringkan, dapat dilakukan dua cara pengeringan, yakni :

 Dengan panas sinar matahari langsung, Cara ini dilakukan untuk mengeringkan

bagian tanaman yang relatif keras seperti kayu, kulit kayu, biji dan lain sebagainya

serta mengandung senyawa aktif yang stabil.

 Dengan diangin-anginkan, tanaman yang lunak seperti bunga, daun dan lain

sebagainya serta mengandung senyawa aktif yang mudah menguap.

b. Pengeringan Buatan

Prinsip pengeringan buatan adalah udara dipansakan oleh suatu sumber panas seperti

lampu, kompor, listrik, atau mesin diesel, udara panas dialirkan dengan kipas ke dalam

ruangan atau lemari yang berisi bahan-bahan yang akan dikeringkan yang telah disebarkan

diatas rak-rak pengering. Dengan prinsip ini dapat diciptakan suatu alat pengering yang

mudah, murah, sederhana dan praktis dengan hasil yang cukup baik..

Dengan menggunakan pengering buatan dapat diperoleh simplisia dengan mutu yang

lebih baik, karena pengeringan akan lebih merata dan waktu pengeringan akan lebih cepat

9
tanpa dipengaruhi oleh keadaan cuaca. Sebagai contoh misalnya kita membutuhkan waktu 2

sampai 3 hari untuk penjemuran dengan menggunakan sinar matahari sehingga diperoleh

simplisia kering dengan kadar air 10 sampai 12 %, dengan menggunakan suatau alat

pengering buatan dapat diperoleh simplisia dengan kadar air yang sama dalam waktu 6-8 jam.

6. Sortasi Kering

Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahapan akhir dari pembutan

simplisia. Tujuan sortasi adalah untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian

tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang yang masih ada dan

tertinggal pada simplisia kering.

Seperti halnya dengan sortasi awal, sortasi disini dapat dilakukan dengan cara

mekanik. Pada simplisia berbentuk rimpang terlampau besar dan harus dibuang. Dengan

demikian pula adanya partikel-partikel pasir, besi dan benda-benda tanah lainnya yang

tertinggal harus dibuang sebelum simplisia disimpan .

7. Penyimpanan

Simplisia dapat rusak, mundur atau berubah mutunya karena berbagai faktor luar maupun

dalam antara lain; Cahaya, Oksigen udara, Dehidrasi, Penyerapan air, Pengotoran, Serangga,

Kapang:

Selama penyimpanan kemungkinan bisa terjadi kerusakan pada simplisia, kerusakan

tersebut dapat mengakibatkan kemunduran mutu, sehingga simplisia yang bersangkutan tidak

lagi memenuhi persyaratan. Oleh karena itu, pada penyimpanan simplisia perlu diperhatikan

hal yang dapat menyebabkan kerusakan pada simplisia, yaitu cara pengepakan,

pembungkusan dan pewadahan, persyaratan gudang simplisia, cara sortasi dan pemeriksaan

mutu serta cara pengawetannya.

10
2.3 Teknik Pengambilan Sampel

A. FAKTOR-FAKTOR YANG PERLU DIPERTIMBANGKAN

Untuk keberhasilan suatu penelitian perlu dipertimbangkan faktor-faktor yang dapat


berpengaruh pengambilan sampel. Faktor-faktor tersebut antara lain sebagai berikut:

a) Membatasi populasi

Suatu populasi menunjukkan pada sekelompok subjek yang menjadi objek


atau sasaran penelitian. Sasaran penelitian ini dapat dalam bentuk manusia maupun
bukan manusia, seperti wilayah geografis, penyakit, penyebab penyakit, program-
program kesehatan, gejala-gejala penyakit, dan lain sebagainya. Apabila tidak
dilakukan pembatasan-pembatasan terhadap populasi, maka kesimpulan yang ditarik
dan hasil penelitian tidak menggambarkan atau mewakili seluruh populasi. Tanpa
pembatasan dengan jelas anggota populasi, dan tidak memperoleh sampel yang
representatif. Oleh sebab itu dalam penelitian apa pun populasi tersebut harus
dibatasi, misalnya satu wilayah kelurahan, kecamatan, atau kabupaten. Kelompok
umur tertentu, penyakit-penyakit tertentu, dan sebagainya.

b) Mendaftar seluruh unit yang menjadi anggota populasi

Seluruh unit yang menjadi anggota populasi dicatat secara jelas sehingga dapat
diketahui unit-unit yang termasuk pada populasi dan unit mana yang tidak. Misalnya
penelitian tentang status gizi anak balita di Kelurahan X, maka sebelum pengambilan
sampel terlebih dahulu dilakukan pencatatan seluruh anak di bawah lima tahun yang
berdomisili di Kelurahan X tersebut. Untuk melakukan ini, dengan sendirinya peneliti
terlebih dahulu harus membuat batasan tentang anak balita tersebut atau batasan
populasinya, seperti telah disebutkan di muka.

a) Menemukan sampel yang akan dipilih

Dari daftar anggota populasi seperti disebutkan di atas, kemudian dipilih


anggota-anggota populasi yang akan dipilih sebagai sampel. Besarnya atau banyaknya
anggota yang akan dijadikan sampel memerlukan perhitungan tersendiri, akan
diuraikan di datam bab lain. Besar/kecilnya suatu sampel bukan ukuran untuk

11
menentukan apakah sampel tersebut representatif atau tidak. Hal ini akan tergantung
dari karakteristik populasi, misalnya homogen atau hiterogen, dan sebagainya.

b) Menenentukan teknik sampling

Teknik pengambilan sampel ini sangat penting. karena apabila salah dalam
menggunakan teknik sampling maka hasilnya pun akan jauh dari kebenaran. Teknik
pengambilan sampling ini akan dibicarakan tersendiri didalam bab ini.

B. PROSEDUR PENGAMBILAN SAMPEL

Langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam mengambil sampel dari populasi adalah
sebagai berikut:

a) Menentukan tujuan penelitian

Tujuan penelitian adalah suatu langkah pokok bagi suatu penelitian, karena
tujuan penelitian tersebut merupakan arah untuk elemen-elemen yang lain dari
penelitian. Demikian pula dalam menentukan sampel tergantung pula pada tujuan
penelitian. Oleh sebab itu langkah pertama dalam mengambil sampel dari populasi
adalah menentukan tujuan penelitian.

b) Menentukan populasi penelitian

Telah disebutkan di atas bahwa anggota populasi di dalam penelitian tersebut


harus dibatasi secara jelas. Oleh sebab itu sebelum sampel ditentukan harus
ditentukan dengan jelas kriteria atau batasan populasinya. Dengan demikian maka
akan menjamin pengambilan sampel secara tepat.

c) Menentukan jenis data yang diperlukan

Jenis data yang akan dikumpulkan dari suatu penelitian harus dirumuskan
secara jelas. Apabila jenis data yang akan dikumpulkan telah di rumuskan secara
jelas, maka dapat dengan mudah ditentukan dari mana data tersebut diperoleh atau
ditentukan sumberdatanya.

d) Menentukan teknik sampling

12
Penentuan teknik sampling yang akan digunakan dalam pengambilan sampel
dengan sendirinya akan tergantung dari tujuan penelitian dan sifat-sifat populasi.

e) Menentukan besarnya sampel (sample size)

Meskipun besar/kecilnya sampel belum menjamin represen tatifnya atau


tidaknya suatu sampel, tetapi penentuan besar dapat merupakan langkah penting
dalam pengambilan sampel. Secara statistik penentuan besarnya sampel ini akan
tergantung pada jenis dan besarnya populasi. Penentuan besarnya sampel ini akan
dibicarakan di dalam bagian lain.

f) Menentukan unit sampel yang diperlukan

Sebelum menentukan sampel yang diperlukan, terlebih dulu akan ditentukan


unit-unit yang menjadi anggota populasi. Hal ini akan memudahkan dalam
menentukan unit yang mana akan di sampel.

g) Memilih sampel

Apabila karakterisrik populasi sudah ditentukan dengan jelas maka kita dapat
dengan mudah memilih sampel sesuai dengan karakteristik populasi tersebut. Dalam
memilih sampel dari populasi ini dengan sendirinya berdasarkan teknik-teknik
pengambilan sampel.

C. MACAM MACAM SAMPEL

Pada garis besarnya hanya ada dua jenis sampel, yaitu sampel-sampel probabilitas

(probability samples) atau sering disebut random sample (sampel acak) dan sampel-

sampel non-probabilitas (non probality samples).

a)Random (Probability) Sampling

Pengambilan sampel secara random atau acak disebut random sampling, dan sampel

yang diperoleh disebut sampel random. Teknik random sampling, dan hanya boleh

13
digunakan apabila setiap unit atau anggota populasi itu bersifat homogen. Hal ini berarti

setiap anggota populasi itu mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil sebagai

sampel. Teknik random sampel ini dapat dibedakan menjadi:

1. Pengambilan sampel secara acak sederhana (Simple random sampling)

Hakikat dari pengambilan sampel secara acak sederhana adalah bahwa setiap

anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi

sebagai sampel. Apabila besarnya sampel yang diinginkan itu berbeda-beda, maka

besarnya kesempatan bagi setiap satuan elementer untuk terpilih pun berbeda-

beda pula. Teknik pengambilan sampel secara acak sederhana ini dibedakan

menjadi dua cara, yaitu dengan mengundi anggota populasi (lottery technique)

atau teknik undian, dan dengan menggunakan label bilangan atau angka acak

(random number). Random number ini dapat dilihat pada buku-buku statistik.

2. Pengambilan sampel secara acak sistematis (Systematic sampling)

Teknik ini merupakan modifikasi dari sampel random sampling. Caranya

adalah, membagi jumlah atau anggota populasi dengan perkiraan jumlah sampel

yang diinginkan. Hasilnya adalah interval sampel. Sampel diambil dengan

membuat daftar elemen atau anggota populasi secara acak antara 1 sampai dengan

Kemudian membagi dengan jumlah sampel yang diinginkan, misalnya hasil

sebgai interval adalah X, maka yang terkena sampel adalah setiap kelipatan dari X

tersebut. Contoh, jumlah populasi 200, sampel yang diinginkan 50, maka

intervalnya adalah 200 : 50 = 4. maka anggota populasi yang terkena sampel

adalah setiap elemen yang mempunyai nomor kelipatan 4, yakni 4, 8, 12, 16, dan

seterusnya sampai mencapai jumlah 50 anggota sampel.

3. Pengambilan sampel secara acak Stratifikasi (stratified sampling atau stratified

random sampling).

14
Apabila suatu populasi terdiri dari unit yang mempunyai karakteristik yang

berbeda-beda atau heterogen, maka teknik pengambilan sampel yang tepat

digunakan adalah stratified sampling. Hal ini dilakukan dengan cara

mengidentifikasi karakteristik umum dari anggota populasi, kemudian

menemukan strata atau lapisan dari jenis karakteristik unit-unit tersebut.

Penentuan straia ini dapat didasarkan bermacam-macam, misalnya tingkatan

sosial ekonomi pasien, tingkat keparahan penyakit, umur penderita, dan lain

sebagainya. Setelah ditentukan stratanya barulah dari masing-masing strata ini

diambil sampel yang mewakili strata tersebut secara random atau acak.

Agar perimbangan sampel dari masing-masing strata itu memadai maka dalam

teknik ini sering pula dilakukan perimbang antara jumlah anggota populasi

berdasarkan masing-masing strata. Oleh sebab itu maka disebut pengambilan

sampel secara prappartion stratified sampling.

Pelaksanaan pengambilan sampel dengan stratified, mula-mula menetapkan

unit-unit anggota populasi dalam bentuk strata yang didasarkan pada karakteristik

umum dari anggota-anggota populasi yang berbeda-beda. Setiap unit yang

mempunyai karakteristik umum yang sama, dikelompokkan pada satu strata,

kemudian dari masyarakat masing-masing strata diambil sampel yang

mewakilinya.

Langkah-langkah yang ditempuh pengambilan sampel secara stratified adalah :

a. Menentukan populasi penelitian.

b. Mengidentifikasi segala karakteristik dari unit-unit yang menjadi anggota

populasi.

c. Mengelompokkan unit anggota populasi yang mempunyai karakteristik

umum yang sama dalam suatu kelompok atau strata misalnya berdasarkan

15
tingkat pendidikan.

d. Mengambil dari setiap strata sebagian unit yang menjadi anggotanya untuk

mewakili strata yang bersangkutan.

e. Teknik pengambilan sampel dari masing-masing strata dapat dilakukan

dengan cara random atau non-random.

f. Pengambilan sampel dari masing-masing strata sebaiknya dilakukan

berdasarkan perimbangan (proporsional).

4. Pengambilan sampel secara kelompok atau gugus (cluster sampling)

Pada teknik ini sampel bukan terdiri dari unit individu, tetapi terdiri dari

kelompok atau gugusan. Gugusan atau kelompok yang diambil sebagai sampel ini

terdiri dari unit geografis (desa, kecamatan, kabupaten, dan sebagainya), unit

organisasi, misalnya klinik, PKK, LKMD, dan sebagainya. Pengambilan sampel

secara gugus, peneliti tidak mendaftar semua anggota atau unit yang ada di dalam

populasi, melainkan cukup mendaftar banyaknya kelompok atau gugus yang ada

di dalam populasi itu. Kemudian mengambil sampel berdasarkan gugus-gugus

tersebut. Misalnya penelitian tentang kesinambungan imunisasi anak balita di

Kecamatan X yang terdiri dari 15 desa atau kelurahan, dengan sampel sebesar

20%. Pengambilan sampel secara gugus adalah dengan mengambil 3 kelurahan

dari 15 kelurahan yang ada di Kecamatan X tersebut secara random. Kemudian

semua anak balita yang bedomisili di tiga kelurahan yang terkena sampel tersebut

itulah yang diteliti.

5. Pengambilan sampel secara gugus bertahap (multistage sampling)

Pengambilan sampel dengan teknik ini dilakukan berdasarkan tigkat wilayah

secara bertahap. Hal ini memungkinkan untuk diaksanakan bila populasi terdiri

dari bermacam-macam tingkat wilayah. Pelaksanaannya dengan membagi wilayah

16
ke populasi dalam sub-sub wilayah, dan tiap sub wilayah dibagi ke dalam bagian-

bagian yang lebih kecil, dan seterusnya. Kemudian menetapkan sebagian dari

wilayah populasi (sub wilayah) sebagai sampel. Dari sub wilayah yang menjadi

sampel ditetapkan pula bagian-bagian dari sub wilayah sebagai sampel, dan dari

bagian-bagian kecil tersebut ditetapkan unit-unit yang terkecil diambil sampel-

sampel. Misalnya pelaksanaan suatu penelitian di suatu wilayah kabupaten. Mula-

mula diambil beberapa kecamatan sebagai sampel dari kecamatan-kecamatan

yang terkena sampel ini diambil eberapa kelurahan sebagai sampel, selanjutnya

dari kelurah-kelurahan sampel ini diambil beberapa RW sebagai sampel, dan dari

beberapa sampel diambil lagi beberapa RT sebagai sampel, dan akhirnya dari RT-

RT yang terkena sampel tersebut diambil beberapa atau seluruh unit sebagai

sampel. Oleh sebab itu, pengambilan sampel semacam ini sering disebut area

sampling atau pengambilan sampel menurut wilayah.

b)Non Random (Non Probability) Sampling

Pengambilan sampel bukan secara acak atau random adalah pengambilan

sampel yang tidak didasarkan atas kemungkinan yang dapat diperhitungkan, tetapi

semata-mata hanya berdasarkan kepada segi-segi kepraktisan belaka. Metode ini

mencakup beberapa teknik antara lain sebagai berikut:

1. Porposive Sampling

Pengambilan sampel secara porposive didasarkan pada suatu pertimbangan

tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi

yang sudah diketahui sebelumnya. Pelaksanaan pengambilan sampel secara

porposive ini antara lain sebagai berikut: Mula-mula peneliti mengldennfikasi

semua karakteristik populasi misalnya dengan mengadakan studi

17
pendahuluan/dengan mempelajari berbagai hal yang berhubungan dengan

populasi. Kemudian peneliti menetapkan berdasarkan pertimbangannya sebagian

dari anggota populasi menjadi sampel penelitian, sehingga teknik pengambilan

sampel secara porposive ini didasarkan pada pertimbangan pribadi peneliti sendiri.

Teknik ini sangat cocok untuk mengadakan studi kasus (Case study), di rnana

banyak aspek dari kasus tunggal yang represenrarif untuk diamati dan dianalisis.

2. Quata Sampling

Pengambilan sampel secara quota dilakukan dengan cara menetapkan

sejumlah anggota sampel secara quotum atau jatah. Teknik sampling ini diiakukan

dengan cara: Pertama-tama menetapkan berapa besar jumlah sampel yang

diperlukan atau menetapkan quotum (jatah). kemudian jumlah atau quotum itulah

yang dijadikan dasar untuk mengambil unit sampel yang diperlukan. Anggota po-

pulasi mana pun yang akan diambil tidak menjadi soal, yang penting jumlah

quotum yang sudah ditetapkan dapat dipenuhi.

3. Accidental Sampling

Pengambilan sampel secara aksidemal (accidental) ini dilakukan dengan

mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia. Bedanya

dengan porposive sampling adalah, kalau sampel yang diambil secara proposive

berarti dengan sengaja mengambil atau memilih kasus atau responden. Sedangkan

sampel yang diambil secara aksidental berarti sampel diambil dari responden atau

kasur yang kebetulan ada.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

 Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum

mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain simplisia merupakan

bahan yang dikeringkan.

 Simplisia terdiri dari simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan atau

mineral

 beberapa tahap penting dalam proses penyiapan sampel ini sampai menjadi simplisia,

antara lain : Panen (Pengambilan Sampel), Sortasi Basah, Pencucian, Perajangan,

Pengeringan, Sortasi Kering, Penyimpanan

 Tahap awal pengambilan sampel merupakan tahap yang paling penting dikarenakan,

kesalahan awal dalam pengambilan dapat merusak sampel ataupun kandungan di

dalamnya yang dapat menyebabkan pengerjaan pada tahap-tahap selanjutnya menjadi

percuma.

 Teknik pengambilan sampel secara garis besarnya hanya ada dua jenis sampel, yaitu

sampel-sampel probabilitas (probability samples) atau sering disebut random sample

(sampel acak) dan sampel-sampel non-probabilitas (non probality samples).

3.2 Saran

Semoga makalah ini dapat menjadi bahan acuan dan referensi bagi para pembaca,

khususnya para mahasiswa STIFAR RIAU. Semoga kedepannya dapat dibuat lebih banyak

informasi mengenai obat-obat antiasma yang diperlukan oleh mahasiswa kefarmasian

ataupun masyarakat secara umum.

19
DAFTAR PUSTAKA

 Achmad, dkk.1995. Obat Asli Indonesia Khusus dari Tumbuhan yang

Ada di Indonesia. Bandung

 Ardrianor, S. Gumiri, 2006, Tinauan Limnologi, Perairan Tawar

Kalimantan, Tengah, Journal of Tropical Fisheries, Vol. 1(2).

 Anonim. Simplisia. Serial in Internet. Available from ocw.usu.ac.id/.../

agr.312_handout_simplisia. Diakses pada 19 Maret 2014.

 Anonim. Serial in Internet. Available from

repository.usu.ac.id/bitstream/.../3/Chapter%20II.pdf. Diakses

pada 19 Maret 2014.

 Astuti, Nugroho Y. 2003. Laporan Penelitian. Jakarta : Badan

Litbangkes

20

Anda mungkin juga menyukai