FITOKIMIA
“TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL TUMBUHAN”
DOSEN PENGAMPU :
HAiYUL FADHLI, M.Si, Apt
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK I0
ATIKA NUR RAMADANI (1800008)
PUTRI SONYA YULIARMI (1800035)
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
Rahmat, Karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
dan juga mengenai materi-materi lainnya yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan
lainnya. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam Makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik,
saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami dan memberi manfaat bagi siapapun
yang membacanya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................3
3.1 Kesimpulan..................................................................................19
3.2 Saran............................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
terbesar didunia. Dari sekian besar jumlah tersebut baru sekitar 940 species yang diketahui
berkhasiat terapautik (mengobati) melalui penelitian ilmiah dan hanya sekitar 180 species
diantaranya yang telah dimanfaatkan dalam temuan obat tradisional oleh industri obat
Sementara ini banyak orang beranggapan bahwa penggunaan tanaman obat atau obat
tradisional relatif lebih aman dibandingkan obat sintesis. Agar penggunaannya optimal, perlu
diketahui informasi yang memadai tentang tanaman obat. Informasi yang memadai akan
membantu masyarakat lebih cermat untuk memilih dan menggunakan suatu produk obat
tradisional atau tumbuhan obat dalam upaya kesehatan. Namun, pengujian dan praktikum
secara ilmiah terhadap obat tradisional masih kurang, sehingga pemakaian secara medis
belum dapat dipertanggung jawabkan untuk menunjang secara ilmiah agar mendapat tempat
yang lebih luas dalam masyarakat maka perlu diadakan tahap-tahap praktikum terhadap obat
tradisisonal.
Oleh karena itu, maka perlu dilakukan usaha-usaha untuk menggali informasi
kandungan senyawa kimia dan bioaktivitas tumbuhan obat melalui penelitian ilmiah menjadi
sangat penting. Pengambilan sampel dilakukan sebelum memulai uji fitokimia tanaman. Hal
ini karena senyawa kimia dalam sampel tanaman mudah rusak jika pengambilan sampel tidak
dilakukan dengan benar. Sehingga, pengetahuan mengenai teknik pengambilan sampel sangat
diperlukan guna untuk menunjang penelitian yang akan dilakukan terhadap suatu tanaman
tertentu.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Pengertian simplisia?
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain simplisia merupakan bahan
yang dikeringkan.
Simplisia terdiri dari simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan atau
mineral:
1) Simplisia nabati
Simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman. Yang
dimaksud dengan eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman
2) Simplisia hewani
Simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan
Simplisia yang merupakan bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah
diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni.
simplisia harus memenuhi persyaratan minimal dan untuk memenuhi persyaratan minimal
3
2.2 Penyiapan Sampel
Proses penyiapan sampel merupakan awal dari ditemukannya suatu senyawa alam
murni dari tumbuhan. Dari penyiapan sampel ini dapat diketahui selanjutnya apakah
proses pencarian senyawa alam baru telah dilakukan dengan benar atau tidak.
Ada beberapa tahap penting dalam proses penyiapan sampel ini sampai menjadi
2. Sortasi Basah
3. Pencucian
4. Perajangan
5. Pengeringan
6. Sortasi Kering
7. Penyimpanan
Langkah-langkah diatas haruslah dilakukan dengan teliti dan seksama, karena jika salah
dilakukan dapat menyebabkan simplisia yang dihasilkan menjadi berjamur dan tidak
Tahap awal pengambilan sampel merupakan tahap yang paling penting dikarenakan,
percuma.
Tahapan pengumpulan bahan baku sangat menentukan kualitas bahan baku. Kadar
senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda, antara lain tergantung pada :
4
a) Umur tumbuhan atau bagian tumbuhan yang dipanen berpengaruh pada kadar
senyawa aktif. Ini berarti bahwa mutu simplisia yang dihasilkan sering tidak sama,
simplisia yang diperoleh tidak sama, Perbedaan jenis tumbuhan akan memberikan
perbedaan pada kandungan senyawa aktif, yang berarti mutu simplisia yang
d) Waktu panen sangat erat hubungannya dengan pembentukan senyawa aktif di dalam
bagian tanaman yang akan dipanen. Waktu panen yang tepat pada saat bagian
tanaman tersebut mengandung senyawa aktif dalam jumlah terbesar. Senyawa aktif
Dalam pengambilan bahan alam diperlukan sebuah cara yang khusus karena sampel
yang akan diambil memiliki sifat yang berbeda dengan sampel yang lainnya, begitu pula
mengenai waktu pengambilannya dan alat yang digunakan pada saat pengambilan serta
Berikut ini akan diuraikan secara singkat cara pengambilan sampel yang berasal dari
1. Kulit Batang,dari batang utama dan cabang, dikelupas dengan ukuran panjang dan
lebar tertentu ;untuk kulit batang mengandung minyak atsiri/ golongan senyawa fenol
digunakan alat pengelupas bukan logam.
3. Kayu ,dari batang atau cabang, dipotong kecil atau diserut (disugu) setelah dikelupas
kulitnya.
4. Daun ,tua dan muda (daerah pucuk), dipetik dengan tangan satu persatu.
5
5. Bunga ,kuncup atau bunga mekar atau mahkota bunga, dipetik dengan tangan
6. Pucuk ,pucuk berbunga; dipetik dengan tangan (mengandung daun muda dan bunga).
10. Biji, buah dipetik:dikupas kulit buahnya dengan pisau atau menggilas, kemudian biji
dikumpulkan dan dicuci.
11. Kulit buah, seperti biji, kulit buah dikumpulkan dan dicuci.
12. Bulbus, tanaman dicabut, bulbus dipisah dari daun dan akar dengan cara dipotong
kemudian dicuci.
1) Biji
Tanaman yang pada saat panen diambil bijinya yang telah tua seperti kedawung
(Parkia roxburgiii) pengambilan biji ditandai dengan telah mengeringnya buah. Sering pula
pemetikan dilakukan sebelum kering benar, yaitu sebelum buah pecah secara alami dan biji
2) Buah
Tanaman yang pada saat dipanen diambil buahnya, waktu pengambilan sering
dihubungkan dengan tingkat kemasakan yang ditandai dengan terjadinya perubahan pada
buah, seperti perubahan tingkat kekerasan misalnya labu merah (Cucurbita moschata).
Perubahan warna, misalnya asam (Tamarindus indica), kadar air buah, misalnya belimbing
wuluh (Averrhoe belimbi), jeruk nipis (Citrus aurantifolia), perubahan bentuk buah, misalnya
3) Daun Pucuk
Tanaman yang pada saat panen diambil daun pucuknya pengambilan dilakukan pada
6
saat tanaman mengalami perubahan pertumbuhan dari vegetatif ke generatif. Pada saat itu
penumpukan senyawa aktif dalam kondisi tinggi sehingga mempunyai mutu yang terbaik.
Contoh tanaman yang diambil adalah pada pucuk daun kumis kucing (Orthosiphon
stamineus).
4) Daun
Tanaman yang pada saat dipanen diambil daun yang telah tua, daun yang diambil
dipilih yang telah membuka sempurna dan terletak pada bagian cabang atau batang yang
menerima sinar matahari sempurna. Contoh panenan ini misalnya sembung ( Blumea
balsamifera ).
5) Kulit Batang
Tanaman yang pada saat panen diambil kulit batang, pengambilan dilakukan pada saat
tanaman telah cukup umur. Agar pada saat pengambilan tidak menganggu pertumbuhan
sebaiknya dilakukan pada musim yang menguntungkan pertumbuhan, antara lain menjelang
musim kemarau.
6) Umbi Lapis
Tanaman yang pada saat panen diambil umbi lapis, pengambilan dilakukan pada saat
umbi mencapai besar maksimum dan pertumbuhan pada bagian atas, misalnya bawang merah
(Allium cepa).
7) Rimpang
Tanaman yang pada saat panen diambil rimpangnya, pengambilan dilakukan pada
musim kering dengan tanda mengeringnya bagian atas tanaman. Dalam keadaan ini rimpang
dalam keadaan maksimum. Pemanenan dapat dilakukan dengan tangan, menggunakan alat
maupun menggunakan mesin. Dalam hal ini keterampilan pemetik diperlukan agar diperoleh
simplisa yang benar, tidak tercampur dengan bagian lain dan tidak merusak tanaman induk.
7
2. Sortasi Basah
lainnya dari bahan simplisia. Mislnya pada simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman
obat, baan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak,
dalam jumlah yang tinggi, oleh karena itu pembersihan simplisia dari tanah yang terikut dapat
3. Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran lainnya yang melekat
pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan menggunakan air bersih dari mata air atau
air sumur maupun PDAM. Cara sortasi dan pencucian sangat mempengaruhi jenis dan
jumlah mikroba awal simplisia. Misalnya jika air yang digunakan untuk pencucian kotor,
maka jumlah mikroba pada permukaan bahan simplisia dapat bertambah dan air yang
terdapat pada permukaan bahan tersebut dapat mempercepat pertumbuhan mikroba. Bakteri
umum yang terapat dalam air adalah Pseudomonas, Proteus, Micrococcus, Bacillus,
Streptococcus, Enterbacter dan Escherichia. Pada simplisia akar, batang dan buah dapat
dilakukan pengupasan kulit luarnya untuk mengurangi jumlah mikroba awal karena sebagian
besar jumlah mikroba biasanya terdapat pada permukaan bahan simplisia. Bahan yang telah
dikupas tersebut tidak memerlukan pencucian apabila pengupasan dilakukan dengan cara
4. Perajangan
Beberapa jenis simplisia perlu mengalami proses perajangan. Perajangan pada bahan
Tanaman yang baru diambil jangan lagsung dirajang tetapi dijemur dalam keadaan utuh
sejama 1hari. Perajangan dapat dilakukan dengan pisau, dengan alat mesin perajang khusus.
8
Semakin tipis bahan yang dikeringkan, semakin cepat penguapan air, sehingga
mempercepat waktu pengeringan. Akan tetapi irisan yang terlalu tipis juga dapat
menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat berkhasiat yang mudah menguap, sehingga
5. Pengeringan
Tujuan pengeringan adalah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak,
sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan mengurangi kadar air dan
menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau perusakan simplisia.
a. Pengeringan Alamiah
Tergantung dari senyawa aktif yang dikandung dalam bagian tanaman yang
Dengan panas sinar matahari langsung, Cara ini dilakukan untuk mengeringkan
bagian tanaman yang relatif keras seperti kayu, kulit kayu, biji dan lain sebagainya
Dengan diangin-anginkan, tanaman yang lunak seperti bunga, daun dan lain
b. Pengeringan Buatan
Prinsip pengeringan buatan adalah udara dipansakan oleh suatu sumber panas seperti
lampu, kompor, listrik, atau mesin diesel, udara panas dialirkan dengan kipas ke dalam
ruangan atau lemari yang berisi bahan-bahan yang akan dikeringkan yang telah disebarkan
diatas rak-rak pengering. Dengan prinsip ini dapat diciptakan suatu alat pengering yang
mudah, murah, sederhana dan praktis dengan hasil yang cukup baik..
Dengan menggunakan pengering buatan dapat diperoleh simplisia dengan mutu yang
lebih baik, karena pengeringan akan lebih merata dan waktu pengeringan akan lebih cepat
9
tanpa dipengaruhi oleh keadaan cuaca. Sebagai contoh misalnya kita membutuhkan waktu 2
sampai 3 hari untuk penjemuran dengan menggunakan sinar matahari sehingga diperoleh
simplisia kering dengan kadar air 10 sampai 12 %, dengan menggunakan suatau alat
pengering buatan dapat diperoleh simplisia dengan kadar air yang sama dalam waktu 6-8 jam.
6. Sortasi Kering
simplisia. Tujuan sortasi adalah untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian
tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang yang masih ada dan
Seperti halnya dengan sortasi awal, sortasi disini dapat dilakukan dengan cara
mekanik. Pada simplisia berbentuk rimpang terlampau besar dan harus dibuang. Dengan
demikian pula adanya partikel-partikel pasir, besi dan benda-benda tanah lainnya yang
7. Penyimpanan
Simplisia dapat rusak, mundur atau berubah mutunya karena berbagai faktor luar maupun
dalam antara lain; Cahaya, Oksigen udara, Dehidrasi, Penyerapan air, Pengotoran, Serangga,
Kapang:
tersebut dapat mengakibatkan kemunduran mutu, sehingga simplisia yang bersangkutan tidak
lagi memenuhi persyaratan. Oleh karena itu, pada penyimpanan simplisia perlu diperhatikan
hal yang dapat menyebabkan kerusakan pada simplisia, yaitu cara pengepakan,
pembungkusan dan pewadahan, persyaratan gudang simplisia, cara sortasi dan pemeriksaan
10
2.3 Teknik Pengambilan Sampel
a) Membatasi populasi
Seluruh unit yang menjadi anggota populasi dicatat secara jelas sehingga dapat
diketahui unit-unit yang termasuk pada populasi dan unit mana yang tidak. Misalnya
penelitian tentang status gizi anak balita di Kelurahan X, maka sebelum pengambilan
sampel terlebih dahulu dilakukan pencatatan seluruh anak di bawah lima tahun yang
berdomisili di Kelurahan X tersebut. Untuk melakukan ini, dengan sendirinya peneliti
terlebih dahulu harus membuat batasan tentang anak balita tersebut atau batasan
populasinya, seperti telah disebutkan di muka.
11
menentukan apakah sampel tersebut representatif atau tidak. Hal ini akan tergantung
dari karakteristik populasi, misalnya homogen atau hiterogen, dan sebagainya.
Teknik pengambilan sampel ini sangat penting. karena apabila salah dalam
menggunakan teknik sampling maka hasilnya pun akan jauh dari kebenaran. Teknik
pengambilan sampling ini akan dibicarakan tersendiri didalam bab ini.
Langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam mengambil sampel dari populasi adalah
sebagai berikut:
Tujuan penelitian adalah suatu langkah pokok bagi suatu penelitian, karena
tujuan penelitian tersebut merupakan arah untuk elemen-elemen yang lain dari
penelitian. Demikian pula dalam menentukan sampel tergantung pula pada tujuan
penelitian. Oleh sebab itu langkah pertama dalam mengambil sampel dari populasi
adalah menentukan tujuan penelitian.
Jenis data yang akan dikumpulkan dari suatu penelitian harus dirumuskan
secara jelas. Apabila jenis data yang akan dikumpulkan telah di rumuskan secara
jelas, maka dapat dengan mudah ditentukan dari mana data tersebut diperoleh atau
ditentukan sumberdatanya.
12
Penentuan teknik sampling yang akan digunakan dalam pengambilan sampel
dengan sendirinya akan tergantung dari tujuan penelitian dan sifat-sifat populasi.
g) Memilih sampel
Apabila karakterisrik populasi sudah ditentukan dengan jelas maka kita dapat
dengan mudah memilih sampel sesuai dengan karakteristik populasi tersebut. Dalam
memilih sampel dari populasi ini dengan sendirinya berdasarkan teknik-teknik
pengambilan sampel.
Pada garis besarnya hanya ada dua jenis sampel, yaitu sampel-sampel probabilitas
(probability samples) atau sering disebut random sample (sampel acak) dan sampel-
Pengambilan sampel secara random atau acak disebut random sampling, dan sampel
yang diperoleh disebut sampel random. Teknik random sampling, dan hanya boleh
13
digunakan apabila setiap unit atau anggota populasi itu bersifat homogen. Hal ini berarti
setiap anggota populasi itu mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil sebagai
Hakikat dari pengambilan sampel secara acak sederhana adalah bahwa setiap
anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi
sebagai sampel. Apabila besarnya sampel yang diinginkan itu berbeda-beda, maka
besarnya kesempatan bagi setiap satuan elementer untuk terpilih pun berbeda-
beda pula. Teknik pengambilan sampel secara acak sederhana ini dibedakan
menjadi dua cara, yaitu dengan mengundi anggota populasi (lottery technique)
atau teknik undian, dan dengan menggunakan label bilangan atau angka acak
(random number). Random number ini dapat dilihat pada buku-buku statistik.
adalah, membagi jumlah atau anggota populasi dengan perkiraan jumlah sampel
membuat daftar elemen atau anggota populasi secara acak antara 1 sampai dengan
sebgai interval adalah X, maka yang terkena sampel adalah setiap kelipatan dari X
tersebut. Contoh, jumlah populasi 200, sampel yang diinginkan 50, maka
adalah setiap elemen yang mempunyai nomor kelipatan 4, yakni 4, 8, 12, 16, dan
random sampling).
14
Apabila suatu populasi terdiri dari unit yang mempunyai karakteristik yang
sosial ekonomi pasien, tingkat keparahan penyakit, umur penderita, dan lain
diambil sampel yang mewakili strata tersebut secara random atau acak.
Agar perimbangan sampel dari masing-masing strata itu memadai maka dalam
teknik ini sering pula dilakukan perimbang antara jumlah anggota populasi
unit-unit anggota populasi dalam bentuk strata yang didasarkan pada karakteristik
mewakilinya.
populasi.
umum yang sama dalam suatu kelompok atau strata misalnya berdasarkan
15
tingkat pendidikan.
d. Mengambil dari setiap strata sebagian unit yang menjadi anggotanya untuk
Pada teknik ini sampel bukan terdiri dari unit individu, tetapi terdiri dari
kelompok atau gugusan. Gugusan atau kelompok yang diambil sebagai sampel ini
terdiri dari unit geografis (desa, kecamatan, kabupaten, dan sebagainya), unit
secara gugus, peneliti tidak mendaftar semua anggota atau unit yang ada di dalam
populasi, melainkan cukup mendaftar banyaknya kelompok atau gugus yang ada
Kecamatan X yang terdiri dari 15 desa atau kelurahan, dengan sampel sebesar
semua anak balita yang bedomisili di tiga kelurahan yang terkena sampel tersebut
secara bertahap. Hal ini memungkinkan untuk diaksanakan bila populasi terdiri
16
ke populasi dalam sub-sub wilayah, dan tiap sub wilayah dibagi ke dalam bagian-
bagian yang lebih kecil, dan seterusnya. Kemudian menetapkan sebagian dari
wilayah populasi (sub wilayah) sebagai sampel. Dari sub wilayah yang menjadi
sampel ditetapkan pula bagian-bagian dari sub wilayah sebagai sampel, dan dari
yang terkena sampel ini diambil eberapa kelurahan sebagai sampel, selanjutnya
dari kelurah-kelurahan sampel ini diambil beberapa RW sebagai sampel, dan dari
beberapa sampel diambil lagi beberapa RT sebagai sampel, dan akhirnya dari RT-
RT yang terkena sampel tersebut diambil beberapa atau seluruh unit sebagai
sampel. Oleh sebab itu, pengambilan sampel semacam ini sering disebut area
sampel yang tidak didasarkan atas kemungkinan yang dapat diperhitungkan, tetapi
1. Porposive Sampling
tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi
17
pendahuluan/dengan mempelajari berbagai hal yang berhubungan dengan
sampel secara porposive ini didasarkan pada pertimbangan pribadi peneliti sendiri.
Teknik ini sangat cocok untuk mengadakan studi kasus (Case study), di rnana
banyak aspek dari kasus tunggal yang represenrarif untuk diamati dan dianalisis.
2. Quata Sampling
sejumlah anggota sampel secara quotum atau jatah. Teknik sampling ini diiakukan
diperlukan atau menetapkan quotum (jatah). kemudian jumlah atau quotum itulah
yang dijadikan dasar untuk mengambil unit sampel yang diperlukan. Anggota po-
pulasi mana pun yang akan diambil tidak menjadi soal, yang penting jumlah
3. Accidental Sampling
mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia. Bedanya
dengan porposive sampling adalah, kalau sampel yang diambil secara proposive
berarti dengan sengaja mengambil atau memilih kasus atau responden. Sedangkan
sampel yang diambil secara aksidental berarti sampel diambil dari responden atau
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain simplisia merupakan
Simplisia terdiri dari simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan atau
mineral
beberapa tahap penting dalam proses penyiapan sampel ini sampai menjadi simplisia,
Tahap awal pengambilan sampel merupakan tahap yang paling penting dikarenakan,
percuma.
Teknik pengambilan sampel secara garis besarnya hanya ada dua jenis sampel, yaitu
3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat menjadi bahan acuan dan referensi bagi para pembaca,
khususnya para mahasiswa STIFAR RIAU. Semoga kedepannya dapat dibuat lebih banyak
19
DAFTAR PUSTAKA
repository.usu.ac.id/bitstream/.../3/Chapter%20II.pdf. Diakses
Litbangkes
20