Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH ARKEOLOGI RELIGI

Disusun Oleh :
Andiktya Wahyu Yudo Pamungkas
1806214752

Universitas Indonesia
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya
Progam Study Arkeologoi
2018
MAKNA ARSITEKTUR MASJID AGUNG BANTEN

A. PENDAHULUAN

Masjid Agung Banten merupakan salah satu masjid peninggalan sejarah Islam tertua di
Indonesia dan sampai saat ini masih ramai dikunjungi oleh masyarakat untuk menyaksikan
keindahan Masjid ini atau untuk beribadah. Masjid Agung Banten ini merupakan masjid yang
unik dan mempunyai banyak ciri khas dan keistimewaan yang terkandung di dalamnya dan
dapat kita lihat sekarang dalam bentuk arsitekturnya yang bergaya antara Budaya Cina,
Budaya Jawa, dan Budaya Belanda.

Masjid Agung Banten ini dibangun oleh Sultan Maulana Hasanuddin, putra Sunan
Gunung Jati, sekitar 1552 – 1570 M. Masjid ini terletak di kompleks Situs Banten Lama,
Kecamatan Kasemen, Provinsi Banten. Arsitektur dalam masjid ini tidak hanya berbicara
tentang bentuk – bentuk, lebih dari itu ternyata menyimpan kemanfaatan bagi orang banyak
dan suasana yang terdapat pada masjid itu maupun fungsi dari bangunan itu sendiri sesuai
dengan nilai – nilai ajaran Islam yang berkembang dan tujuan awalnya dibangun masjid itu
sendiri juga sebagai pusat penyebaran agama Islam pada waktu itu.

Makalah ini merupakan tugas akhir dari mata kuliah Arkeologi Religi di Fakultas Ilmu
Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia.

B. PEMBAHASAN

Masjid Agung Banten mempunyai salah satu keistimewaan yaitu masjid ini dibangun oleh
tiga orang arsitektur yang berbeda sehingga mempunyai cirri khas tiap – tiap arsitektur
bangunannya. Yang pertama adalah Raden Sepat yaitu seorang arsitek dari majapahit
sehingga berkesan bergaya klasik Jawa, arsitek kedua bergaya China yaitu bernama Cek Ban
Su, dan arsitek yang ketiga adalah Hendrik Lucaz Cardeel yang berasal dari Belanda.

Keistimewaan Masjid sejalan dengan manfaat dan nilainya yang terkandung didalam
arsitektur bangunan masjid ini. Yang pertama adalah Budaya Jawa, pada masjid ini terdapat
sebuah pendopo di sebelah selatan masjid, yang ada budaya jawa yang berfungsi untuk
tempat berkumpul, musyawarah, dan segala aktivitas yang mungkin tidak bersangkutan
dengan agama. Pada bagian pendopo ini juga terdapat tiang yang terdapat umpak batu
berbentuk seperti labu yang menggambarkan pertanian yang menggambarkan pada masa
tersebut menunjukan kemakmuran Kesultanan Banten Lama dan umpak batu ini memperkuat
nuansa budaya Jawa yang dibuat oleh Raden Sepat. Kedua budaya Cina yang paling terasa
adalah pada bagian atap dari Masjid Agung Banten ini. Atap masjid memiliki lima susun atap
yang menyerupai Pagoda yang merupakan karya dari Tjek ban Tjut, lima susun atap ini
melambangkan rukun Islam, dan hal yang menjadi keistimewaan lainnya terdapat di 2 atap
susun paling atasyang digambarkan sebagai mahkota dari Masjid Agung Banten. Dan yang
ketiga yaitu budaya belanda pada arsitektur Masjid Agung Banten yaitu terletak pada bagian
timur dari masjid ini terdapat menara yang mirip mercusuar yang juga menjadi cirri khas dari
Masjid Agung Benten ini. Pada zamannya menara ini digunakan untuk mengumandangkan
Adzan dan sebagai alat pemantau situasi laut karena hanya terletak 1,5 Km jauhnya dari lepas
pantai serta menara ini juga digunakan sebagai tempat untuk menyimpan senjata. Pada
menara inipun dapat dilihat antara pencampuran antara dua kebudayaan yaitu jawa Hindu –
Buddha dan belanda. Pada bagian atas pintu terdapat ornament mirip peluru, para ahli
berpendapat bahwa menara tersebut dianalogikan dengan pintu masuk Candi Hindu –
Buddha, puncak menara tersebut juga terdapat seperti memolo atau mustaka yang terbuat dari
taanah liat dibakar yang bentuknya menyerupai bunga yang sedang mekar menyerupai bunga
teratai. Percampuran dengan budaya Belanda terjadi ketika Hendrik Lucaz Cardeel.

Menurut mantan staf Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Serang, Muhammad Al –


Hatta Kurdie, cirri yang paling unik dari Masjid Agung Banten adalah pada bagian atap yang
mengisyaratkan bahwa rukun Islam itu ada lima, yakni Syahadat, Shalat, Zakat, Puasa, dan
Haji. Begitu pula dengan Sholat wajib, juga ada lima yang harus dikerjakan setiap umat
Islam, yakni Subuh, Zuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya. Beragam keunikan dan keistimewaan
dari MAsjid Agung Banten juga terletak dari banyaknya tiang penyangga yang berjumlah ada
24 tiang yang semuanya berbentuk segi delapan. Dan delapan bentuk persegi tersebut
merupakan hasil dari pembagian 24 dibagi tiga yang merupakan symbol waktu dalam sehari,
yakni 24 jam. Sementara itu angka tiga merupakan symbol dari ibadah, ma’isyah, dan
istirahah, jadi pesan yang disampaikan adalah agar umat Islam bisa memanfaatkan waktu
seadil – adilnya untuk ketiga hal tersebut yang masing – masing memiliki alokasi waktu 8
jam. Ada waktu untuk beribadah, waktu untuk bekerja, dan waktu untuk istirahat. Masjid
Agung Banten ini juga memiliki bentuk pintu yang unik yang berjumlah enam di sisi depan
yang melambangkan rukun Iman dan enam pintu tersebut dibuat pendek yang
mellambangkan agar setiap jamaah senantiasa merendahkan diri di hadapan Allah SWT.
Serta menanggalkan segaa bentuk keangkuhan dan kesombongan. Selain itu Masjid Agung
Banten juga memiliki Paviliun tambahan yang terletak di sisi selatan bagian bangunan inti
yang dibuat oleh arsitek belanda Hendrik Lucaz Cardeel, dan dibagian inilah biasanya acara –
acara seperti rapat dan kajian Islami dilakukan. Dan dibagian selatan masjid ini pula terdapat
makam – makam para Sultan Banten yang pernah berkuasa beserta keluarganya, biasanya
dikunjungi para peziarah.

C. PENUTUP

Masjid Agung Banten merupakan sebuah peninggalan Arkeologi yang sangat istimewa
karena didalamnya mengandung unsur – unsur kebudayaan yang bercampur menjadi satu
yaitu Jawa – Hindu Buddha, Cina, dan belanda. Semua itu tercermin dalam arsitektur Masjid
Agung Banten tersebut. Setiap bagian bangunan masjid setiap bentuk dari arsitektur dan
setiap ukuran dan jumlah mengandung arti, makna, symbol tertentu yang bisa didapatkan dan
menggambarkan nilai – nilai ajaran Islam dan tidak heran memang tujuan awal dari
dibangunnya masjid ini adalah untuk sebagai pusat penyebaran Islam di Banten atau bahkan
wilayah pulau jawa karena memang wilayah ini merupakan wilayah yang strategis mejadi
masuk awalnya pengaruh Islam di tanah Jawa. Dan tentu saja apa yang tercermin di Masjid
Agung Banten ini memiliki manfaat yang besar dan hingga kini masih banyak dikunjungi
oleh banyak masyarakat yang datang beribadah dan berkunjung menikmati keindahan Masjid
ini ataupun untuk berziarah ke makam para Sultan Kesultanan Banten.

Kegunaan dan Manfaat yang bisa diambil dari mempelajari materi ini sangatlah banyak,
pertama kita tentu saja dapat mengerti sejarah dan awal berdirinya dari Masjid ini yang
menjadi salah satu tempat pusat penyebaran agama Islam yang menyimpan peran penting
pada masanya dan masih berdiri kokoh sampai sekarang. Kedua arsitek masjid yang
mencerminkan nilai – nilai ajaran Islam berdasarkan Al – Qur’an. Setiap bagian, bentuk, dan
ukuran yang mempunyai makna tersirat yang bermanfaat sebagai pengingat manusia akan
pentingnya beribadah yang mengejar tujuan akhirat, serta adanya percampuran 3 kebudayaan
Jawa, Cina, dan Eropa ( Belanda ) yang mencerminkan kekayaan budaya dalam satu
bangunan Masjid Agung banten. Dan ketiga hal yang dapat kita ambil dari pelajaran ini
adalah bahwa Indonesia mempunyai salah satu peninggalan budaya yang sangat langka
bahkan belum tentu ada Negara lain yang mempunyainya, kita patut berbanggga rasa dari
adanya bangunan Masjid Agung Banten. Dan hal terakhir yang dapat kita ambil
kebermanfaatannya adalah bahwa dengan apa yang diterangkan diatas tentunya kita perlu
senantiasa menjaga salah satu peninggalan langka ini sebagai salah satu kekayaan Nusantara
dan bagi pemerintah sendiri tentunya diharapkan mampu jjuga bekerjasama dengan
masyarakat agar senantiasa melindungi bangunan bersejarah ini dan melestarikkannya,
contohnya adalah menertibkan para pedagang dan sampah – sampah yang berserakan
sehingga merusak citra dari tempat ini, dan agaknya apa yang terkandung makna, manfaat,
dan nilai – nilai yang terdapat dalam Masjid Agung Banten juga dapat kita terapkan dalam
kehidupan.
REFERENSI

1. Laksmi, B.W. ( 2017 ). Masjid Agung Banten : Perpaduan Tiga Budaya dalam Satu
Arsitektur. Seminar Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia ( IPLBI )
Diakses dari https://seminar.iplbi.or.id/wp-
content/uploads/2017/06/HERITAGE2017-A-365-368-Masjid-Agung-Banten-
Perpaduan-Tiga-Budaya-dalam-Satu-Arsitektur.pdf diakses pada 14 Desember 2019
2. Andika, Ulama. ( 2017 ). Makna bangunan Menara Masjid Agung Banten. IPLBI.
Diakses dari https://seminar.iplbi.or.id/wp-
content/uploads/2017/06/HERITAGE2017-A-175-180-Makna-Bangunan-Menara-
Masjid-Agung-Banten.pdf diakses pada 14 Desember 2019
3. Herrystiadi, Anton. Mesjid Agung Banten sebuah tinjauan arkeologi
http://lib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=20156375&lokasi=lokal diakses
pada 15 Desember 2019
4. http://ftp.unpad.ac.id/koran/republika/2010-09-26/republika_2010-09-26_104.pdf
diakses pada 15 Desember 2019.

Anda mungkin juga menyukai