Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN EKOWISATA

CLUNGUP MANGROVE CONSERVATION (CMC)

Nuddin Harahaba*, Harsuko Riniwatia , Cholilah Amin Zulfaidahb


a
Agrobisnis Perikanan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya
Jl. Veteran Malang, Jawa Timur, Indonesia
b
Sosial Ekonomi Perikanan (PSDKU Kediri)
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya

*Koresponden penulis : marmunnuddin@ub.ac.id

Abstrak

Ekowisata pantai merupakan kegiatan wisata pesisir yang dikembangkan dengan pendekatan konservasi dan
memanfaatkan karakteristik sumberdaya pesisir sebagai destinasi wisata. Tujuan penelitian ini adalah
menganalisis faktor-faktor yang menentukan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan ekowisata di CMC.
Metode analisis data menggunakan deskriptif analitik, metode ini digunakan untuk menggambarkan data
yang sudah diperoleh melalui proses analitik yang selanjutnya disajikan dalam bentuk bahasa atau naratif.
Data hasil observasi dan wawancara dilakukan analisis dengan prinsip konservasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa faktor pendorong terciptanya partisipasi adalah adanya insentif ekonomi atau peluang
pendapatan. Sedangkan tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan ekowisata CMC masih rendah dan
perlu ditingkatkan.

Kata kunci : Partisipasi masyarakat, ekowisata, Clungup Mangrove Conservation.

Abstract

Coastal ecotourism is a coastal tourism activity developed with a conservation approach and utilizing the
characteristics of coastal resources as a tourist destination. The purpose of this study is to analyze the factors
that determine community participation in ecotourism management at CMC. Data analysis methods use
descriptive analytics, this method is used to describe data that has been obtained through analytic processes
which are then presented in the form of language or narrative. Data from observations and interviews were
analyzed using conservation principles. The results of the study indicate that the driving factor for the
creation of participation is the presence of economic incentives or income opportunities. While the level of
community participation in CMC ecotourism management is still low and needs to be improved.

Keywords : Community participation, ecotourism, Clungup Mangrove Conservation

PENDAHULUAN sangat besar bagi kehidupan manusia, baik


fungsi fisik, ekologi maupun secara ekonomi.
Sumberdaya alam merupakan aset Pembangunan ekonomi daerah yang
penting suatu negara dalam melaksanakan kuat dan berkelanjutan merupakan sebuah
pembangunan di sektor ekonomi. Sumberdaya kolaborasi yang efektif antara pemanfaatan
alam selain dipergunakan untuk memenuhi sumberdaya yang ada, masyarakat dan
kebutuhan hidup manusia, juga memberikan pemerintah. Dalam konteks ini, pemerintah
kontribusi yang cukup besar bagi sebagai regulator berperan strategis dalam
kesejahteraan suatu bangsa (wealth of nation). mengupayakan kesempatan yang luas bagi
Salah satu sumberdaya alam wilayah pesisir masyarakat lokal untuk berpartisipasi penuh
yang sangat penting adalah ekosistem dalam setiap aktivitas ekonomi. Salah satu
mangrove dan terumbu karang. Terumbu upaya pemanfaatan sumberdaya lokal yang
karang dan mangrove memiliki fungsi yang optimal adalah dengan mengembangkan
pariwisata dengan konsep Ekowisata. Dalam
Article history: ©2020 at http://jfmr.ub.ac.id
Diterima / Received 19-12-2018
Disetujui / Accepted 24-07-2020
Diterbitkan / Published 31-07-2020
Harahab, et al. / Journal of Fisheries and Marine Research Vo. 4 No. 2 (2020) 296-307

konteks ini wisata yang dilakukan memiliki secara ekologi namun juga memberikan
bagian yang tidak terpisahkan dengan upaya- manfaat secara ekonomi dan mempertahankan
upaya konservasi, pemberdayaan ekonomi keutuhan budaya bagi masyarakat setempat
lokal dan mendorong respek yang lebih tinggi [2].
terhadap perbedaan kultur atau budaya. Hal Ekowisata adalah sebagian dari
inilah yang mendasari perbedaan antara sustainable tourism. Sustainable tourism
konsep ekowisata dengan model wisata adalah sektor ekonomi yang lebih luas dari
konvensional atau wisata masal. ekowisata yang mencakup sektor-sektor
Ekowisata harus dibedakan dari wisata pendukung kegiatan wisata secara umum.
alam. Wisata alam atau berbasis alam Meliputi wisata bahari, wisata pedesaan,
mencakup setiap jenis wisata-wisata misalnya wisata alam, wisata budaya, atau perjalanan
wisata pertualangan, ekowisata yang bisnis memperlihatkan bahwa ekowisata
memanfaatkan sumber daya alam dalam berpijak pada tiga kaki sekaligus, yakni wisata
bentuk yang masih asli dan alami, termasuk pedesaan, wisata alam dan wisata budaya [1].
spesies, habitat, bentangan alam, Seiring dengan semakin
pemandangan dan kehidupan air laut. berkembangnya niat konservasi dan
Ekowisata merupakan kegiatan wisata yang peningkatan kesejahteraan masyarakat, maka
menarik perhatian besar terhadap kelestarian lahir definisi baru mengenai ekowisata yaitu
sumber daya alam dan lingkungan sebagai suatu bentuk perjalanan wisata ke arah alami
salah satu isu utama dalam kehidupan yang dilakukan dengan tujuan
manusia, baik secara ekonomi, sosial maupun mengkonservasi lingkungan dan melestarikan
politik. kehidupan dan kesejahteraan penduduk
Sejarah ekowisata tidak terlepas dari setempat. Selain itu ada juga tambahan dari
keberadaan lingkungan konservasi. Di India, definisi ekowisata yaitu perjalanan wisata
hal tersebut diartikan sebagai wilayah alam yang menyertakan aspek pendidikan dan
perlindungan sumberdaya alam, di Eropa intepretasi terhadap lingkungan alami dan
sebagai daerah berburu bagi bangsawan. budaya masyarakat dengan pengelolaan
Dalam sejarah modern, sastrawan George pelestarian ekologis. Dari definisi tersebut
Catlin pada tahun 1832 menunjukan dapat dirumuskan bawasannya ekowisata
pentingnya taman nasional, sebagai respon bahari atau ekowisata pesisir dan laut adalah
tersisihnya budaya lokal di Afrika Serikat. wisata yang berbasis pada sumberdaya pesisir
Akirnya lahirlah taman nasional Yosemit di dan laut dengan menyertakan aspek
wilayah California untuk resort dan rekreasi pendidikan dan intepretasi terhadap
publik. Dari kasus tersebut munculah berbagai lingkungan alami dan budaya masyarakat
taman nasional di berbagai negara sebagai dengan pengelolaan kelestarian ekosistem
landasan legal dalam rangka untuk pesisir dan laut [3].
pengembangan kawasan wilayah ekowisata Ekowisata bahari merupakan kegiatan
[1]. wisata pesisir dan laut yang dikembangkan
Ekowisata sering disebut juga dengan dengan pendekatan konservasi laut yang
sebutan ecotourism yang diartikan sebagai memanfaatkan karakter sumberdaya pesisir
perjalanan wisata yang bertanggung jawab, dan laut. Pengelolaan ekowista bahari
jadi para wisatawan tidak hanya menikmati merupakan suatu konsep pengelolaan yang
manfaat yang diberikan oleh sumberdaya memprioritaskan kelestarian dan
yang ada namun para wisatawan juga dituntut memanfaatkan sumberdaya alam dan budaya
untuk tetap menjaga kaidah konservasi yang masyarakat. Konsep pengelolaan ekowisata
ditujukan pada perilaku selama perjalanan tidak hanya berorientasi pada keberlanjutan
wisata. Pada mulanya perjalanan yang tetapi lebih daripada itu, yaitu
bertanggungjawab terhadap lingkungan hanya mempertahankan nilai sumberdaya alam dan
dilakukan oleh para pencinta alam, namun manusia. Agar nilai-nilai tersebut terjaga
seiring berjalannya waktu konsep ekowisata maka pengusahaan ekowisata tidak
telah banyak dikembangkan. Ekowisata melakukan eksploitasi sumberdaya alam,
diharapkan tidak hanya memberikan manfaat tetapi hanya menggunakan jasa alam dan

297 ©2020 at http://jfmr.ub.ac.id


Harahab, et al. / Journal of Fisheries and Marine Research Vo. 4 No. 2 (2020) 296-307

budaya untuk memenuhi kebutuhan fisik, mempunyai komitmen dalam penerapan


pengetahuan dan psikologis pengunjung. prinsip-prinsip ekowisata.
Dengan demikian ekowisata bukan menjual Berdasarkan hal-hal tersebut di atas,
tempat (destinasi) atau kawasan melainkan maka diperlukan penelitian dengan tujuan
menjual filosofi. Hal inilah yang membuat untuk mendapatkan informasi yang benar
ekowisata mempunyai nilai lestari dan tidak tentang faktor-faktor yang menentukan tingkat
akan mengenal kejenuhan pasar [4]. partisipasi masyarakat dalam pengelolaan
Dengan demikian, pengelolaan ekowisata di CMC.
sumberdaya alam dan lingkungan mengacu
pada UU RI No. 23 Tahun 1997 tentang METODE
pengelolaan lingkungan hidup, yang tertera
dalam pasal 1 ayat 2 yang berbunyi: Pengelola Lokasi Penelitian
lingkungan hidup yang meliputi
kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, Penelitian ini dilaksanakan di kawasan
pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pesisir Kabupaten Malang Jawa Timur,
pengawasan, dan pengendalian lingkungan tepanya di kawasan Ekowisata Clungup
hidup. Pengelolaan hutan mangrove sebagai Mangrove Conservation (CMC) Kabupaten
tempat wisata yaitu ekowisata mangrove, Malang.
menjadi salah satu solusi tepat untuk
melestarikan dan meintegrasikan berbagai Jenis dan Sumber Data
manfaat dan kebutuhan. Ekowisata adalah
pariwisata yang berwawasan lingkungan dan Penelitian ini menggunakan data primer
pengembangannya selalu memperhatikan dan data sekunder yang bertujuan untuk
keseimbangan nilai-nilai. Oleh karena itu memperkuat terhadap analisis pada masalah
kebijakan pengembangan ekowisata dapat yang telah dirumuskan. Analisis terhadap
dilihat dari ruang lingkup kepentingannya dan keberadaan dan pengelolaan ekoswiata
selayaknya harus mengacu pada Undang- banyak peran dan pihak yang terlibat, namun
undang dan peraturan pemerintah yang ada demikian bagaimana mewujudkan
yaitu antara lain: (1) UU No.4 tahun 1982 pemanfaatan sumberdaya yang berkelanjutan
tentang Ketentuan-ketentuan pokok dengan memperhatikan tiga aspek yaitu
Lingkungan Hidup; (2) UU No.5 tahun 1990 ekonomi, ekolologi dan sosial. Oleh karena itu
tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati pada pengumpulan data memperhatikan tiga
dan Ekosistem; (3) UU No.10 tahun 2009 aspek tersebut. Proses pengumpulan data
tentang Kepariwisataan; (4) UU No.24 tahun primer dalam penelitian pada dasarnya
1992 tentang Penataan Ruang; (5) UU No.5 wawancara melalui panduan kuisioner. Data
tahun 1994 tentang Ratifikasi Konservasi Sekunder yang digunakan dalam penelitian ini
Keanekaragaman Hayati; (6) Peraturan adalah data yang terkait dengan demografi
Pemerintah No.13 tahun 1994 tentang wilayah pesisir Kabupaten Malang, dan
Pengelolaan Alam di Zona Pemanfaatan kebijakan-kebijakan atau regulasi yang terkait
kawasan Pelestarian; (7) Peraturan Pemerintah dengan pengelolaaan ekowisata. Sumber data
No. 67 tahun 1996 tentang Penyelenggaraan sekunder diperoleh dari Bappeda Kabupaten
Kepariwisataan; (8) Keputusan bersama Malang, Dinas Kehutanan, Dinas Perikanan
Menteri Kehutanan dan Menteri Parpostel dan Kelautan, Dinas Pariwisata, Kantor Desa
No.24/KPTS-11/89 dan dan kelompok masyarakat pemerhati dan
No.KM.1/UM.209/MPPT-1998 tentang pengelola lingkungan.
peningkatan koordinasi dua instansi tersebut
untuk mengembangkan obyek wisata alam Metode Analisis
sebagai obyek daya tarik wisata, (9)
Permenpar No14 tahun 2016 tentang Analisis data merupakan proses
Pedoman Destinasi Pariwisata Berkelanjutan. pengurutuan data, mengorganisasikan ke
Selain itu dalam praktek dilapangan harus dalam suatu pola, kategori dan suatu uraian
dasar. Sedangkan metode kualitatif

298 ©2020 at http://jfmr.ub.ac.id


Harahab, et al. / Journal of Fisheries and Marine Research Vo. 4 No. 2 (2020) 296-307

merupakan prosedur penelitian yang pada tahun 2012. Pada awal berdirinya
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata POKMASWAS Pondok Dadap
tertulis atau lisan dari orang-orang yang beranggotakan 75 orang yang berasal dari
perilakunya dapat dianalisis. Dari proses masyarakat sekitar Sendangbiru. Kegiatan
analisis data terdapat komponen-komponen serta tugas POKMASWAS Pondok Dadap
utama yang harus benar-benar dipahami. adalah melakukan pengawasan pantai, flora
Komponen tersebut adalah reduksi data, dan fauna, serta terumbu karang. Selain
kajian data dan penarikan kesimpulan atau kegiatan tersebut para anggota juga saling
verifikasi. Untuk menganalisis berbagai data bergotong royong untuk membuka akses jalan
yang sudah ada digunakan metode deskriptif menuju ke pantai Clungup dan sekitarnya,
analitik. Metode ini digunakan untuk melakukan penanaman pohon mangrove serta
menggambarkan data yang sudah diperoleh pohon-pohon yang memiliki akar kuat sperti
melalui proses analitik yang selanjutnya mangga, durian, dan kelengkeng.
disajikan dalam bentuk bahasa atau naratif Pada awalnya pengelolaan, kawasan
[5]. Clungup Mangrove Conservation diperkasai
Untuk menjawab tujuan dari penelitian oleh pak Saptoyo pada tahun 2005 secara
ini dilakukan analisis data yang diperoleh dari mandiri. Pak Saptoyo berusaha sedikit demi
proses wawancara, observasi, studi pustaka sedikit memulihkan ekosistem mangrove yang
serta dokumentasi. Adapun tujuan penelitian rusak. Pada tahun 1996 kondisi hutan yang
yaitu untuk mengetahui karakteristik berada pada sekitar pantai Clungup sangat
ekowisata CMC di Desa Tambakrejo memprihatikan, banyak pepohonan tumbang
Kabupaten Malang. Data yang dibutuhkan akibat ditebang, bukit-bukit yang gundul
berupa gambar lokasi, letak geografis dan tanaman keras berubah jadi tanaman semusim.
topografi, batas wilayah, konsidi umum Karena alasan lingkungan pak Saptoyo
wilayah setempat, serta sejarah wisata alam mengajak para tetangga untuk bergerak
Clungup Mangrove Conservation. Analisis membenahi ekosistem yang sudah rusak.
data yang digunakan untuk menjawab tujuan Biaya yang dikeluarkan untuk memulai
penelitian yaitu menganalsis faktor-faktor kegiatan konservasi merupakan biaya pribadi
yang menentukan partisipasi masyarakat mulai dari bibit, sarana parasana, serta
dalam pengelolaan ekowisata di CMC. Hal ini konsumsi. Tidak mudah untuk mengajak
merupakann proses menganalisis dari msyarakat lokal sadar akan kelestarian
infromasi yang diperoleh melalui wawancara, lingkungan. Sampai pada tahun 2012
dokumentsai, studi pustaka, serta observasi terbentuklah POKMASWAS Pondok Dadap
digunakan untuk menyajikan dalam bentuk dengan anggota yang cukup banyak, dimana
bahasa atau naratif. mereka semua bergotong royong untuk
membangun pantai Clungup menjadi yang
HASIL DAN PEMBAHASAN lebih baik. Baik dari fasilitas jalan, ekosistem
mangrove, pantai Clungup dan Gatra, serta
Karakteristik Wisata Clungup Mangrove flora dan fauna yang ada di kawasan Clungup.
Conservation Banyak para anggota yang beharap banyak
dengan adanya berbaikan fasilitas di kawasan
Clungup Mangrove Conservation pantai Clungup, mereka berharap dapat
(CMC) didirikan seiring dengan lahirnya membuka warung makan ataupun melakukan
kelompok masyarakat “Bakti Alam kegiatan perekonomian lain disekitar pantai,
Sendangbiru”. Kepedulian yang besar akan namun karena tujuan awal dari gerakan ini
kondisi lingkungan pantai Clungup yang adalah kegiatan konservasi maka untuk
semakin memburuk, mendorong masyarakat kegiatan perekonomian juga dibatasi. Harapan
Sendang Biru Kabupaten Malang membuat yang tidak sesuai dengan kenyataan membuat
kelompok yang bergerak pada kegiatan banyak dari anggotan POKMASWAS Pondok
konservasi lingkungan. Kelompok masyarakat Dadap mengundurkan diri serta banyak yang
“Bakti Alam Sendangbiru” terlahir dari pasif, hingga pada tahun 2014 anggota dari
POKMASWAS Pondok Dadap yang berdiri

299 ©2020 at http://jfmr.ub.ac.id


Harahab, et al. / Journal of Fisheries and Marine Research Vo. 4 No. 2 (2020) 296-307

POKMASWAS Pondok Dadap hanya dampingan pemandu serta tidak


berjumlah 20 samapi 25 orang. diperbolehkan untuk melakukan aktivitas
Dengan jumlah anggota 20 samapi 25 atraksi wisata. Sedangkan zona konservasi
orang Pak Saptoyo mengusulkan untuk pemanfaatan terdiri dari pantai Clungup,
membentuk kelompok masayarakat Bakti Gatra dan Tiga Warna, dimana di area ini
Alam Sendangbiru. Kelompok ini lebih diperbolehkan untuk melakukan kegiatan
menfokusnya pada kegiatan pemberdayaan wisata dan juga ekonomi namun tetap
masyarakat dengan kegiatan konservasi memperhatikan kaidah konservasi lingkungan.
lingkungan yang ada di pantai Clungup dan Area konservasi yang ada di CMC
Gatra. Secara bertahap gerakan dari kelompok memiliki daya tarik tersendiri untuk para
masyarakat Bakti Alam Sendangbiru wisatawan. Destinasi wisata serta atraksi
membuka empat pantai lainnya yaitu pantai wisata yang ditawarkan menambah harga jual
Mini, Sapana, Batu Pecah dan Tiga Warna. dari kawan wisata bahari CMC. Hutan
Karena fokus pengelolaan kawasan Clungup mangrove yang menyatu dengan landscape
adalah konservasi maka pihak dari Bakti underwater conservation, pemandangan hutan
Alam Sendang Biru memberikan nama mangrove yang lebat serta hijau yang
Clungup Mangrove Conservation (CMC). menyejukan mata, budaya setempat yang
Pengelolaan yang baik dan mampu diangkat menjadi kelestarian alam, situasi
memberikan dampak yang sangat positif yang tenang jauh dari keramainan menambah
terhadap lingkungan, sosial dan ekonomi kedamaian siapa saja yang berkunjung di
mengantarkan Clungup Mangrove CMC. Lingkungan secara umum
Conservation menjadi kawasan Ekowisata menunjukkan panorama pantai yang indah,
terbaik se Jawa Timur pada tahun 2014. pengunjung disuguhkan dengan deburan
Clungup Mangrove Conservation ombak besar serta hembusan angin yang
merupakan area konservasi seluas 117 Ha menyejukan menambah rasa kenyamanan
yang terdiri dari 71 Ha Mangrove, 10 Ha yang ada di pantai.
terumbu karang, 36 Ha hutan lindung yang
dikelola oleh masyarakat Sendangbiru sebagai Partisipasi Masyarakat
destinasi ekowisata. Clungup Mangrove
Conservation sendiri terletak di Desa Tingkat partisipasi masyarakat dalam
Tambakrejo, Kecamatan Sumbemanjing pengelolaan ekowisata Clungup Mangrove
Wetan, Kabupaten Malang. Di dalam Conservation dilihat dari kreteria dan
destinasi wisata, manajemen Clungup indikator partisipasi masyarakat pada prinsip-
Mangrove Conservation mengelola 6 pantai prinsip ekowisata. Pengelolaan ekowisata
yag terdiri dari pantai Clungup, pantai Gatra, sejogyanya penerapkan prinsip-prinsip
pantai Sapana, pantai Mini, pantai Batu Pecah ekowisata, yang meliputi prinsip konservasi,
dan pantai Tiga Warna. Ke enam pantai partisipasi, edukasi dan rekreasi, ekonomi,
tersebut dibagi menjadi 2 area konservasi, dan kendali. Prinsip partisipasi dan indikator
dimana pantai Clungup dan Gatra digunkan yang dipakai dapat dilihat pada Tabel 1.
sebagai area konservasi mangrove, sedangan
pantai Sapana, Mini, Batu Pecah dan Tiga Tabel 1. Prinsip Partisipasi dan Indikatornya.
Warna digunakan untuk erea konservasi Prinsip Indikator
terumbu karang. Partisipasi 1. Keputusan pengembangan pariwisata
Keenam pantai yang ada di Clungup suatu kawasan oleh pemerintah dan
Mangrove Conservation dibagi menjadi dua atau pelaku pasar terlaksana bersama
zona area konservasi yaitu zona konservasi masyarakat.
2. Kegiatan pariwisata disektor
inti dan zona konservasi pemanfaatan. Zona pelayanan langsung dan penunjang
konservasi inti terdiri dari pantai Sapana, serta lapangan kerja untuk masyarakat
Pantai Mini, dan pantai Batu Pecah, yang teridentifikasi.
mana di aera ini tidak dianjurkan ada aktivitas 3. Pola pengaturan kesempatan berusaha
wisata yang berlebihan. Para wisatawan yang dan pola insentif untuk masyarakat
yang berusaha dalam kegiatan
berkunjung di aera ini harus dengan pariwisata terumuskan.

300 ©2020 at http://jfmr.ub.ac.id


Harahab, et al. / Journal of Fisheries and Marine Research Vo. 4 No. 2 (2020) 296-307

4. Keberdayaan masyarakat untuk


menangkap peluang usaha bagi
peningkatan kesejahteraan dan mutu
hidupnya terbangun
5. Kompetensi masyarakat untuk
mengisi lapangan kerja terbentuk dan
tertingkatkan.
6. Tenaga kerja asal setempat terserap
oleh pelaku pasar.
7. Pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat terangkat.

Berdasarkan Tabel 1 dan hasil


pengamatan lapang, menujukkan bahwa
partisipasi masyarakat setempat pada
pengelolaan ekowisata masih kurang optimal
dibanding dengan kriteria. Pada beberapa
indikator mengindikasikan adanya penyebab
partisipasi masyarakat yang kurang,
diantaranya masih kurangnya pola pengaturan
usaha dan pola insentif untuk masyarakat
yang berwirausaha di kawasan Clungup
Mangrove Conservation. Hal ini terlihat dari
belum adanya pengembangan wirausaha
selain berdagang makanan berupa mie instan,
serta belum adanya pola pembagian insentif
antara pengelola dan masyarakat yang
berwirausaha di kawasn CMC. Upaya untuk
meningkatkan keberdayaan masyarakat dalam
menyerapan lapang kerja juga masih belum
terlihat dalam pengelolaan CMC, baik berupa
pelatihan berwirausa maupun berupa modal.
Menurut salah satu crew di CMC pernah
diadakan pelatihan pembuatan produk dari
buah mangrove, namun hanya dilakukan satu
kali dan belum ada tindak lanjut dari pelatihan
tersebut. Sehingga keberdayaan masyarakat
dalam mengkreasikan produk olahan baik dari
mangrove maupun produk perikanan belum
terlihat.
Skor yang dihasilkan dari pengamatan
lapang rata-rata medapatkan skor 2 atau jika
dihitung dengan rumus kesesuaian dengan
prinsip ekowisata nilainya adalah 61,6% yang
mengindikasikan bahwa tingkat partisipasi
masyarakat masih kurang sesuai terhadap
prinsip ekowisata. Nilai skoring pada prinsip
partisipasi ditunjukkan pada Tabel 2.

301 ©2020 at http://jfmr.ub.ac.id


Tabel 2. Nilai skoring partisipasi masyarakat dalam pengelolaan ekowisata CMC

Indikator Kriteria penilaian Skor Bobot S*B


1. Keputusan pengembangan pariwisata 1. Sangat sesuai:
suatu kawasan oleh pemerintah dan atau melibatkan masyarakat secara aktif dalam perencanaan dan pengelolaan dalam pengembangan
pelaku pasar terlaksana bersama ekowisata
masyarakat. 0,042 0,126
2. Sesuai : 3
melibatkan masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan ekowisata
3. Kurang sesui :
kurang melibatkan masyarakat secara aktif dalam perencanaa dan pengelolaan pengembangan
ekowisata
4. Tidak Seuai :
tidak melibatkan masyarakat dalam perencanaan dan pengelolaan dalam pengembangan ekowisata
2. Kegiatan pariwisata disektor pelayanan 1. Sangat sesuai :
langsung dan penunjang serta lapangan Kegiatan wisata menciptakan lapangan kerja bagai masyarakat lokal melalui kegiatan wisata di
kerja untuk masyarakat teridentifikasi. sektor pelayaan langsung maupun penunjang dan masyarakat dapat aktif di dalamnya.

2. Sesuai :
Kegiatan wisata menciptakan lapangan kerja bagai masyarakat lokal melalui kegiatan wisata di 0,03 0,09
sektor pelayaan langsung maupun penunjang, serta tidak semua masyarakat aktif di dalamnya. 3
3. Kurang sesuai :
Kegiatan wisata kurang menciptakan lapangan kerja bagai masyarakat lokal melalui kegiatan wisata
di sektor pelayaan langsung maupun penunjang
4. Tidak Seuai :
tidak ada kegiatan wisata yang menciptakan lapangan kerja bagai masyarakat lokal melalui kegiatan
wisata di sektor pelayaan langsung maupun penunjang

3. Pola pengaturan kesempatan berusaha 1. Sangat sesuai :


dan pola insentif untuk masyarakat yang adanya peraturan membuka usaha dengan membentuk pola pengaturan lokasi, dan jenis usaha, serta
berusaha dalam kegiatan pariwisata pemberian insentif yang terorganisir dengan pemberlakukan SOP dan teridentifikasi
terumuskan. 2. Sesuai :
adanya peraturan membuka usaha dengan membentuk pola pengaturan lokasi, dan jenis usaha, serta
pemberian insentif yang terorganisir, namun belum ada SOP

Article history: ©2020 at http://jfmr.ub.ac.id


Diterima / Received 19-12-2018
Disetujui / Accepted 24-07-2020
Diterbitkan / Published 31-07-2020
Harahab, et al. / Journal of Fisheries and Marine Research Vo. 4 No. 2 (2020) 296-307

3. Kurang sesuai :
kurang adanya peraturan membuka usaha dengan membentuk pola pengaturan lokasi, dan jenis 0,03 0,06
usaha, serta pemberian insentif yang terorganisir 2
4. Tidak Seuai :
tidak ada peraturan untuk membuka usaha, maupun pemberian insetif kepada pegawai.
4. Keberdayaan masyarakat untuk 1. Sangat sesuai :
menangkap peluang usaha bagi Masyarakat setempat dapat memanfaatkan peluang usaha dan di motivasi untuk meningkatkan
peningkatan kesejahteraan dan mutu kesejahteraannya secara berkelanjutan dan dapat teridentifikasi
hidupnya terbangun 2. Sesuai:
masyarakat setempat mampu menangkap peluang usaha namun tidak ada motivasi untuk berusaha
secara berlanjut
3. Kurang sesuai :
masyarakat setempat kurang mampu menangkap peluang berusaha serta kurangnya motivasi untuk 2 0,07
berusaha 0,035
4. Tidak Seuai:
masyarakat tidak berdaya mengkap peluang ber usaha
5. Kompetensi masyarakat untuk mengisi 1. Sangat sesuai :
lapangan kerja terbentuk dan adanya program peningkatan kompetensi masyarakat dalam menyerap lapangan kerja berupa
tertingkatkan pelatihan dan pendidikan yang teridentifikasi
2. Sesuai :
adanya program peningkatan kompetensi masyarakat dalam menyerap lapangan kerja dan belum
teridentifikasi keberlanjutannya
3. Kurang sesuai :
kurang adanya program peningkatan kompetensi masyarakat dalam menyerap lapangan kerja serta 0,03 0,06
belum ada keberlanjutan
2
4. Tidak Seuai:
tidak ada sama sekali program peningkatan kompetensi masyarakat dalam menyerap lapangan kerja.
6. Tenaga kerja asal setempat terserap oleh 1. Sangat sesuai :
pelaku pasar Seluruh tenaga kerja Masyarakat lokal terserap menjadi pelaku-pelaku ekonomi kegiatan ekowisata
baik secara langsung maupun tidak langsung
2. Sesuai : 0,03 0,09
Ada tenaga kerja dari masyarakat lokal yang terserap menjadi pelaku ekonomi kegaiatan ekowisata 3
3. Kurang sesuai :
jumlah tenaga keraja asal setempat yang terserap kalah dengan jumlah tenaga asing yang terserap
menjadi pelaku ekonomi kegiatan ekowisata
303 ©2020 at http://jfmr.ub.ac.id
Harahab, et al. / Journal of Fisheries and Marine Research Vo. 4 No. 2 (2020) 296-307

4. Tidak Seuai:
tidak ada tenaga kerja asar yang terserap oleh pelaku pasar
7. Pendapatan dan kesejahteraan masyarakat 1. Sangat sesuai :
terangkat kesejahteraan masyarakat setempat terangkat melalui peningkatan pendapatan akibat adanya
keterlibtan dalam aktifitas ekowisata serta dapat teridentifikasi
2. Sesuai :
kesejahteraan masyarakat setempat terangkat melalui peningkatan pendapatan namun tidak hanya 0,04 0,12
berasal dari aktifitas ekowisata 3
3. Kurang sesuai :
kesejahteraan masyarakat setempat terangkat melalui peningkatan pendapatan yang berasal dari
sektor diluar ekowisata
4. Tidak Seuai:
pendapatan dan kesejahteraan masyarakat setempat tidak terangkat akibat adanya aktivitas
ekowisata
0,616

304 ©2020 at http://jfmr.ub.ac.id


Masyarakat setempat terlihat kurang Meskipun demikian ada beberapa
mampu menangkap peluang usaha yang ada indikator dalam kriteria partispasi yang sesuai
disekitar kawasan ekowisata. Selain dengan prinsip ekowisata. Misalkan kegiatan
disebabkan oleh beberapa hal diatas, pariwisata menciptakan lapangan kerja baik
konsentrasi pengelolaan yang berfokus pada langsung maupun tidak langsung bagi
kegiatan konservasi menjadai salah satu masyarakat setempat. Namun karena
penyebab kurangnya partisipasi masyarakat kurangnya keberdayaan masyarakat setempat
dalam pengelolaan Clungup Mangrove menyerap peluang kerja yang ada
Conservation. Menurut dewan pendiri CMC, menyebabkan lapangan kerja yang ada tidak
kurangnya perhatian dalam hal upaya terserap secara maksimal oleh masyarakat
peningkatan keberdayaan masyarakat dalam setempat. Sehingga peningkatan pendapatan
menyerap tenaga kerja dalam hal ini pelatihan serta kesejahteraan seolah-olah hanya
pembuatan produk olahan adalah karena dirasakan oleh beberapa masyarakat yang
pengelola masih berfokus pada kegiatan selama ini aktif berpartisipasi dalam
konservasi. Saat ini pengelola sedang pengelolaan CMC.
berusaha menganti lahan atau yang disebut Faktor-faktor yang mempengaruhi
dengan ganti garap lahan, dari masyarakat ke partisipasi masyarakat dalam pengelolaan
pengelola CMC. Hal ini untuk memperluas wisata di CMC secara umum dikelompokkan
gerakan konservasi di CMC dan untuk ganti menjadi dua faktor utama yaitu internal dan
garap lahan tentunya membutuhkan biaya eksternal. Faktor internal yaitu mencakup
yang cukup besar. Sehingga untuk pengadaan karakteristik individu yang dapat
pelatihan guna memberdayakan masyarakat mempengaruhi individu tersebut untuk
setempat masih menjadi agenda yang belum berpartisipasi dalam suatu kegiatan, yaitu:
segera terealisasikan. umur, jenis kelamin, status dalam keluarga,
Dalam hal pengelolaan kawasan tingkat pendidikan, etnis, agama, bahasa,
ekowisata kurangnya program peningkatan pekerjaan, tingkat pendapatan, jarak rumah
kompetisi dalam menyerap peluang kerja, dengan lokasi pekerjaan atau aktivitas dan
menjadi salah satu penyebab masayarakat kepemilikan tanah [8]. Faktor eksternal adalah
setempat kurang aktif dalam berpartisipasi. semua pihak luar yang berkepentingan dan
Sesuai dengan pendapat the ecotourism mempunyai pengaruh terhadap program
society yang dikutip oleh Fandeli [6] salah tersebut, antara lain pengurus Desa, tokoh
satu kriteria ekowisata adalah partisipasi masyarakat, Pemerintah Daera, pihak ketiga
masyarakat, dimana masyarakat dilibatkan (LSM, Yayasan sosial, Perguruan Tinggi) [9].
langsung dalam perencanaan pembangunan Faktor yang mempengaruhi seseorang
ekowisata yang menghasilkan keuntungan berpartisipasi yaitu karakteristik individu
ekonomi. Keutungan secara nyata terhadap dapat mempengaruhi aktivitas kelompok,
ekonomi masyarakat dari kegiatan ekowisata mobilitas individu dan kemampuan finansial
mendorong masyarakat untuk ikut [10]. Tingkat kemampuan seseorang
berpartisipasi dalam kegiatan konservasi. berpartisipasi dalam suatu program ditentukan
Kriteria ekowisata yaitu partisipasi oleh tingkat pendidikan dan pengalamannya,
masyarakat, pengelola harus menjalin sedangkan tingkat kesempatan untuk
hubungan kemitraan dengan masyarakat berpartisipasi dalam program ditentukan oleh
setempat dalam proses perencanan dan pihak luar, dalam hal ini adalah
pengelolaan wisata. Untuk menjalin hubungan penyelenggara program, yaitu sejauh mana
kemitraan yang berkelanjutan tentu harus ada penyelenggara memberikan ruang kepada
give and take antara pengelola dan masyarakat sasaran program untuk berpartisipasi [11].
setempat yang saling menguntungkan. Dalam konsep ekonomi, tingkat
Sehingga akan ada dorongan baik dari pendapatan akan memberi peluang yang besar
pengelola maupun masyarakat setempat untuk bagi masyarakat untuk ikut berpartisipasi,
terus mempertahankan kemitraan yang terjalin karena mempengaruhi kemampuan finansial
[7]. untuk berinvestasi dengan mengerahkan
Article history: ©2020 at http://jfmr.ub.ac.id
Diterima / Received 19-12-2018
Disetujui / Accepted 24-07-2020
Diterbitkan / Published 31-07-2020
Harahab, et al. / Journal of Fisheries and Marine Research Vo. 4 No. 2 (2020) 296-307

semua kemampuannya apabila hasil yang mendapatkan manfaat atau imbalan tertentu,
dicapai sesuai dengan prioritas dan terutama dalam kaitannya dengan pemenuhan
kebutuhannya. Begitu juga dengan faktor kebutuhan dasar hidupnya, merupakan sumber
lama tinggal seseorang dalam lingkungan motivasi bagi seseorang untuk berpartisipasi
pemukiman dan status kepemilikan lahan atau atau berperan serta dalam kegiatan-kegiatan
hunian akan mempengaruhi seseorang untuk pembangunan. Selain itu, tingkat penguasaan
bekerja sama dan terlibat dalam kegiatan informasi mengenai program merupakan
bersama [12]. Demikian juga waktu luang faktor yang dapat menimbulkan kemauan
seseorang untuk terlibat dalam organisasi atau seseorang untuk berpartisipasi.
kegiatan di masyarakat juga dipengaruhi jenis
pekerjaannya, banyak warga yang telah KESIMPULAN DAN SARAN
disibukkan oleh pekerjaan utama atau
kegiatannya sehari – hari kurang tertarik Kesimpulan hasil penelitian adalah
untuk mengikuti pertemuan, diskusi atau menunjukkan bahwa tingkat partisipasi
seminar [13]. masyarakat dalam pengelolaan ekowisata
Hasil penelitian yang lain menunjukkan CMC masih perlu ditingkatkan. Factor
bahwa faktor internal meliputi kemauan pendorong terciptanya partisipasi adalah
berupa sikap dan motivasi serta kemampuan adanya insentif ekonomi atau peluang
berupa pengetahuan, keterampilan dan pendapatan. Saran yang bisa disampaikan
pengalaman yang dimiliki oleh individu. dalam hasil penelitian ini adalah pengelola
Sedangkan faktor eksternal berupa memberikan kesempatan berusaha atau
kesempatan yang mendorong individu untuk kesempatan bisnis di dalam area wisata. Oleh
ikut berpartisipasi dalam program, berupa karena itu pengelolaan sentra oleh-oleh dan
pemberian akses. Partisipasi masyarakat kuliner perlu pendapat perhatian untuk
dalam proses pembangunan akan terwujud dikembangkan
sebagai suatu kejadian nyata apabila terpenuhi
faktor-faktor yang mendukungnya, yaitu: 1) UCAPAN TERIMAKASIH
adanya kesempatan, yaitu adanya suasana atau
kondisi lingkungan yang disadari oleh orang Terimakasih kami sampaikan kepada
tersebut bahwa dia berpeluang untuk Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan yang
berpartisipasi; 2) adanya kemauan, yaitu telah membiayai jalanya penelitian ini,
adanya sesuatu yang mendorong atau melalui dana PNBP FPIK.
menumbuhkan minat dan sikap mereka untuk
termotivasi berpartisipasi, misalnya berupa DAFTAR PUSTAKA
manfaat yang dapat dirasakan atas
partisipasinya tersebut; dan 3) adanya [1] Nugroho, Iwan, 2011. Ekowisata dan
kemampuan, yaitu adanya kesadaran atau Pembangunan Berkelanjutan. Pustaka
keyakinan pada dirinya bahwa dia mempunyai Pelajar
kemampuan untuk berpartisipasi, bisa berupa
pikiran, tenaga, waktu, atau sarana dan [2] Mulyadi. Edi Okik, Hendriyanto, F.Nur.
material lainnya. 2009. Konservasi Hutan Mangrove
Kemauan dan kemampuan merupakan Sebagai Ekowisata. Jurnal Ilmiah Teknik
potensi yang dimiliki oleh pelaku secara Lingkungan Vol.1 Edisi Khusus. Jurusan
individu ataupun kelompok. Sedangkan Teknik Lingkungan Ftsp Upn “Veteran“
kesempatan lebih dipengaruhi oleh situasi Jawa Timur.
atau lingkungan di luar diri pelaku. Tingkat
kemauan ditentukan oleh faktor yang bersifat [3] Tuwo, Ambo, 2011. Pengelolaan
psikologis individu, seperti harapan terhadap Ekowisata Pesisir dan Laut.Surabya.
manfaat program dan motivasi terlibat dalam Brilian Internasional
program. Dorongan seseorang melakukan
suatu kegiatan untuk mencapai suatu tujuan [4] Yulianda F. 2007. Ekowisata Bahari
sangat tergantung pada besarnya harapan akan Sebagai Alternatif Pemanfaatan
tercapainya tujuan tersebut [14]. Harapan Sumberdaya Pesisir Berbasis Konservasi.
306 ©2020 at http://jfmr.ub.ac.id
Harahab, et al. / Journal of Fisheries and Marine Research Vo. 4 No. 2 (2020) 296-307

[Makalah]. Disampaikan Pada Seminar


Sains Departemen Manajemen [10] Slamet, Y. (1994). Pembangunan
Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan Masyarakat Berwawasan Partisipasi.
Dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Surakarta: Sebelas Maret University
Bogor. Press.

[5] Moleong, lexy J. 2009. Metode [11] Arnstein, S. (1969). A Leader of Citizen
Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Participation. Journal of American
Rosdakarya. Institute of Planner, 4, 216– 224

[6] Fandeli, C, Dan Muhklison (2000). [12] Panudju, B. (1999). Pengadaan


Pengusahaan Ekowisata. Fakultas Perumahan Kota dengan Partisipasi
Kehutanan. Yogyakarta: Universitas Masyarakat Penghasilan Rendah.
Gadjah Mada. Bandung: Penerbit Alumni

[7] Priyono,Yesser.2012. Pengembangan [13] Budiharjo, E., & Sujarto, E. (2009). Kota
Kawasan Ekowisata Bukit Tangkiling Berkelanjutan. Bandung: Penerbit
Berbasis Masyarakat. Jurnal Perspektif Alumni.
Arsitektur.
[14] Lugiarti, E. (2004). Peningkatan
[8] Cohen, J. and Uphoff, N. (1977). Rural Partisipasi Masyarakat dalam Proses
Development Participation Concept and Perencanaan Program Pengembangan
Measure for Project Design Masyarakat di Komunitas Desa
Implementation and Evaluation. New Cijayanti. Institut Pertanian Bogor
York: Cornell University.

[9] Sunarti. (2003).Partisipasi Masyarakat


dalam Pembangunan Perumahan Secara
Kelompok. Jurnal Tata Loka.

307 ©2020 at http://jfmr.ub.ac.id

Anda mungkin juga menyukai