Anda di halaman 1dari 29

Pengertian

Beberapa istilah yang sering digunakan dalam program STBM pengertiannya adalah seperti di bawah
ini.

BAB

Buang Air Besar (defecation).

BABS

Buang Air Besar sembarangan (open defecation).

Berbasis Masyarakat

Kondisi yang menempatkan masyarakat sebagai pengambil keputusan dan penanggungjawab dalam
rangka menciptakan/meningkatkan kapasitas masyarakat untuk memecahkan berbagai persoalan
terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian, kesejahteraan, serta menjamin
keberlanjutannya.

CTPS

Cuci Tangan Pakai Sabun (handwashing with soap/HHWS), adalah perilaku cuci tangan dengan
menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir.

CLTS

Community-Led Total Sanitation.


Desa/kelurahan yang Melaksanakan STBM

Desa/kelurahan intervensi pendekatan STBM dan dijadikan target antara karena untuk mencapai
kondisi sanitasi total dibutuhkan pencapaian kelima pilar STBM.

Ada 3 (tiga) indikator desa/kelurahan yang melaksanakan STBM:

(i) Minimal telah ada intervensi melalui pemicuan di salah satu dusun dalam desa/kelurahan
tersebut;

(ii) Ada masyarakat yang bertanggung jawab untuk melanjutkan aksi intervensi STBM seperti
disebutkan pada poin pertama, baik individu (natural leader) ataupun bentuk komite;

(iii) Sebagai respon dari aksi intervensi STBM, masyarakat menyusun suatu rencana aksi kegiatan
dalam rangka mencapai komitmen-komitmen perubahan perilaku pilar-pilar STBM, yang telah
disepakati bersama (misal: mencapai status SBS).

Desa/kelurahan Improved

Desa/kelurahan yang sudah mencapai ODF dan 100% rumah tangga memiliki akses ke jamban yang
sehat, dan mulai melakukan perubahan perilaku higiene lainnya seperti cuci tangan pakai sabun,
mengelola air minum dengan aman, mengelola sampah rumah tangga serta mengelola limbah cair
dengan aman.

Desa/Kelurahan ODF (Open Defecation Free) atau SBS (Stop Buang air besar Sembarangan)

Desa/kelurahan yang 100% masyarakatnya telah buang air besar di jamban sehat, yaitu mencapai
perubahan perilaku kolektif terkait Pilar 1 dari 5 pilar STBM.

Desa/kelurahan Sanitasi Total

Desa/kelurahan yang menyandang status ODF dengan fasilitas jamban sehat dan permanen,
masyarakat sudah membiasakan cuci tangan pakai sabun, mengelola dan menyimpan air dengan
aman, melaksanakan praktik pembuangan sampah dan limbah cair domestik yang aman.
Desa/kelurahan yang telah mencapai perubahan perilaku kolektif terkait seluruh Pilar 1-5 STBM
secara berkelanjutan, artinya dalam Kondisi Sanitasi Total.
Fasilitator Lapangan

Individu maupun kelompok yang memfasilitasi proses pemberdayaan masyarakat melalui metode
pemicuan.

Improved Sanitation

Proportion of the urban and rural population with access to improved sanitation refers to the
percentage of the population with access to facilities that hygienically separate human excreta from
human, animal and insect contact. Facilities such as sewers or septic tanks, poor-flush latrines and
simple pit or ventilated improved pit latrines are assumed to be adequate, provided that they are
not public, according to the World Health Organization and United Nations Children’s Fund’s Global
Water Supply and Sanitation Assessment 2000 Report. To be effective, facilities must be correctly
constructed and properly maintained. (Handbook MDGS).

Flush toilet, piped sewer system, septic tank, flush/pour flush ti pit latrine, ventilated improved pit
latrine, pit latrine with slab, composting toilet (http://www.wssinfo.org/definitions-
methods/watsan-categories/.

Jamban Sehat

Fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutus mata rantai penularan penyakit.

Natural Leader

Anggota masyarakat baik individu maupun kelompok masyarakat yang memotori gerakan STBM di
masyarakat tersebut.

ODF

Open Defecation Free (bebas dari buang air besar sembarangan), adalah kondisi ketika setiap
individu dalam komunitas tidak buang air besar sembarangan.
Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMM-RT)

Suatu proses pengolahan, penyimpanan dan pemanfaatan air minum dan air yang digunakan untuk
produksi makanan dan keperluan oral lainnya, serta pengelolaan makanan yang aman di rumah
tangga yang meliputi 5 (lima) kunci keamanan pangan yakni: (i) menjaga kebersihan, (ii) memisahkan
pangan matang dan pangan mentah, (iii) memasak dengan benar, (iv) menjaga pangan pada suhu
aman, dan (v) menggunakan air dan bahan baku yang aman.

Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga (PLC-RT)

Proses pengelolaan limbah cair yang aman pada tingkat rumah tangga untuk menghindari terjadinya
genangan air limbah yang berpotensi menimbulkan penyakit berbasis lingkungan.

Penciptaan Lingkungan yang Kondusif (Enabling Environment)

Menciptakan kondisi yang mendukung tercapainya sanitasi total, melalui dukungan kelembagaan,
regulasi, dan kemitraan antar pelaku STBM, termasuk didalamnya pemerintah, masyarakat, lembaga
swadaya masyarakat, institusi pendidikan, institusi keagamaan dan swasta.

Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (PS-RT).

Proses pengelolaan sampah dengan aman pada tingkat rumah tangga dengan mengedepankan
prinsip mengurangi, memakai ulang dan mendaur ulang. Pengelolaan sampah yang aman adalah
pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaurulangan atau pembuangan dari material sampah
dengan cara yang tidak membahayakan kesehatan masyarakat dan lingkungan.

Peningkatan Kebutuhan Sanitasi (Demand Creation)

Upaya sistematis untuk meningkatkan kebutuhan menuju perubahan perilaku yang higienis dan
saniter.

Peningkatan Penyediaan Sanitasi (Supply Improvement)


Adalah meningkatkan dan mengembangkan percepatan penyediaan akses terhadap produk dan
layanan sanitasi yang layak dan terjangkau dalam rangka membuka dan mengembangkan pasar
sanitasi.

Pemicuan

Upaya untuk menuju perubahan perilaku masyarakat yang higiene dan saniter melalui
pemberdayaan masyarakat dengan metodepartisipatory berprinsip pada pendekatan CLTS
(Community-Led Total Sanitation).

Sanitasi Dasar

Sarana sanitasi rumah tangga yang meliputi sarana buang air besar, sarana pengelolaan sampah dan
limbah rumah tangga.

Sanitasi Total

Suatu kondisi ketika suatu komunitas:

Tidak buang air besar (BAB) sembarangan;

Mencuci tangan pakai sabun;

Mengelola air minum dan makanan yang aman;

Mengelola sampah dengan benar;

Mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman.

SBABS/Stop BABS/SBS

Stop Buang Air Besar Sembarangan (stop open defecation).


STBM

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (Community Based Total Sanitation), adalah pendekatan untuk
merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode
pemicuan.

Verifikasi

Proses penilaian dan konfirmasi untuk mengukur pencapaian seperangkat indikator yang dijadikan
standar.

. Kata Pengantar Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah aksi terpadu
untuk menurunkan angka kejadian diare dan meningkatkan higienitas dan kualitas kehidupan
masyarakat Indonesia. STBM dapat mendukung tercapainya Millennium Development Goals (MDGs)
tahun 2015. Pemerintah Indonesia mencanangkan 20.000 desa kegiatan STBM sampai dengan tahun
2014. Pelaksanaan STBM dilakukan menggunakan tiga komponen pendekatan yaitu Penciptaan
Lingkungan yang mendukung, Peningkatkan Kebutuhan sanitasi (Demand) dan Peningkatan
penyediaan sanitasi (Supply) seperti tergambar dalam diagram dibawah ini. Pen ingkatan 
Dukungan politis, lingkun gan yang ko ndusif  Peningkatan kapasitas,  Pembiayaan,  Monev Ins
tusionalisasi Penin gkatan Peningkatan Kebutuhan sanitasi penyediaan san itasi  Riset Pasar, 
Pemicuan,  Strategi  Komunikasi Pemasaran, Perubahan Perilaku /ICC  Opsi pilihan 
Kewirausahaan Lingkup sanitasi dalam STBM meliputi 5 pilar yaitu: 1. Stop BAB sembarangan, 2. Cuci
tangan Pakai Sabun, 3. Pengelolaan Air minum dan makanan dalam rumahtangga, 4. Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga dan, 5. Pembuangan saluran limbah cair rumah tangga secara aman. Dalam
upaya meningkatkan kebutuhan sanitasi (demand) masyarakat terhadap sanitasi dilakukan melalui
perubahan perilaku hygiene dan sanitasi masyarakat. Untuk merubah perilaku ini digunakan 2
metode pendekatan yaitu metode promosi sanitasi menggunakan materi komunikasi perubahan
perilaku (Behavior Change Communication/BCC) dan metode pemicuan menggunakan metode CLTS
(Community Lead Total Sanitation). 2

4. Modul ini disusun sebagai materi training pemicuan perubahan perilaku menggunakan
metodeCLTS, terutama untuk memicu perubahan perilaku pada pilar 1 stop BAB sembarangan dan
pilar 2membiasakan perilaku Cuci tangan pakai sabun.Modul ini terdiri dari 3 bagian. Bagian – 1,
membangun komitmen dan seleksi lokasi sertafasilitator. Bagian – 2, pelaksanaan pelatihan
pemicuan dan Bagian – 3, berkaitan dengan referensibeberapa jenis permainan. Tentu masih sangat
memungkinkan untuk dikembangkan sesuai situasidan kondisi daerah masing-masing. 3

5. Definisi dan Pengertian Dasar1. Kondisi Sanitasi Total adalah kondisi ketika suatu komunitas (i)
tidak buang air besar sembarangan; (ii) mencuci tangan pakai sabun; (iii) mengelola air minum dan
makanan yang aman; (iv) mengelola sampah dengan aman; dan (v) mengelola limbah cair rumah
tangga dengan aman.2. Sanitasi dalam dokumen ini meliputi kondisi sanitasi total di atas.3. Sanitasi
dasar adalah sarana sanitasi rumah tangga yang meliputi sarana buang air besar, sarana pengelolaan
sampah dan limbah rumah tangga.4. Berbasis masyarakat adalah kondisi yang menempatkan
masyarakat sebagai pengambil keputusan dan penanggungjawab dalam rangka
menciptakan/meningkatkan kapasitas masyarakat untuk memecahkan berbagai persoalan terkait
upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian, kesejahteraan, serta menjamin keberlanjutannya.5.
ODF (Open Defecation Free) Stop BABS (Stop Buang air besar Sembarangan) adalah kondisi ketika
setiap individu dalam suatu komunitas tidak buang air besar di sembarang tempat, tetapi di fasilitas
jamban sehat.6. Jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutus mata
rantai penularan penyakit.7. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) adalah perilaku cuci tangan secara
benar dengan menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir.8. Sarana CTPS adalah sarana untuk
melakukan perilaku cuci tangan pakai sabun yang dilengkapi dengan sarana air mengalir, sabun dan
saluran pembuangan air limbah.9. Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMM-RT)
adalah suatu proses pengolahan, penyimpanan dan pemanfaatan air minum dan air yang digunakan
untuk produksi makanan dan keperluan oral lainnya, serta pengelolaan makanan yang aman di
rumah tangga yang meliputi 5 (lima) kunci keamanan pangan yakni: (i) menjaga kebersihan, (ii)
memisahkan pangan matang dan pangan mentah, (iii) memasak dengan benar, (iv) menjaga pangan
pada suhu aman, dan (v) menggunakan air dan bahan baku yang aman.10. Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga (PS-RT) adalah proses pengelolaan sampah dengan aman pada tingkat rumah tangga
dengan mengedepankan prinsip mengurangi, memakai dan mendaur ulang. Pengelolaan sampah
yang aman adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaurulangan atau pembuangan
dari material sampah dengan cara yang tidak membahayakan kesehatan masyarakat dan
lingkungan.11. Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga (PLC-RT) adalah proses pengelolaan limbah
cair yang aman pada tingkat rumah tangga untuk menghindari terjadinya genangan air limbah yang
berpotensi menimbulkan penyakit berbasis lingkungan.12. Pemerintah daerah adalah gubernur,
bupati, atau walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.13.
Pemerintah pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang
memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.14. Peningkatan kebutuhan sanitasi
adalah upaya sistematis untuk meningkatkan kebutuhan menuju perubahan perilaku yang higienis
dan saniter.15. Peningkatan penyediaan sanitasi adalah meningkatkan dan mengembangkan
percepatan penyediaan akses terhadap produk dan layanan sanitasi yang layak dan terjangkau
dalam rangka membuka dan mengembangkan pasar sanitasi. 4

6. 16. Penciptaan lingkungan yang kondusif adalah menciptakan kondisi yang mendukung
tercapainya sanitasi total, yang tercipta melalui dukungan kelembagaan, regulasi, dan kemitraan
antar pelaku STBM, termasuk didalamnya pemerintah, masyarakat, lembaga swadaya masyarakat,
institusi pendidikan, institusi keagamaan dan swasta.17. Sanitasi komunal adalah sarana sanitasi
yang melayani lebih dari satu keluarga, biasanya sarana ini dibangun di daerah yang memiliki
kepadatan tinggi dan keterbatasan lahan.18. Verifikasi adalah proses penilaian dan konfirmasi untuk
mengukur pencapaian seperangkat indikator yang dijadikan standar.19. LSM/NGO adalah organisasi
yang didirikan oleh perorangan atau sekelompok orang secara sukarela yang memberikan pelayanan
kepada masyarakat umum tanpa bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari kegiatannya.20.
Natural leader merupakan anggota masyarakat baik individu maupun kelompok masyarakat, yang
memotori gerakan STBM di masyarakat tersebut.21. Rencana Tindak Lanjut (RTL) merupakan
rencana yang disusun dan disepakati oleh masyarakat dengan didampingi oleh fasilitator.22.
Pemicuan adalah upaya untuk menuju perubahan perilaku masyarakat yang higiene dan saniter
melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode partisipatory berprinsip pada pendekatan CLTS
(Community-Led Total Sanitation)23. Desa/kelurahan yang melaksanakan STBM adalah
desa/kelurahan intervensi pendekatan STBM dan dijadikan target antara karena untuk mencapai
kondisi sanitasi total dibutuhkan pencapaian kelima pilar STBM. Ada 3 indikator desa/kelurahan yang
melaksanakan STBM: (i) Minimal telah ada intervensi melalui pemicuan di salah satu dusun dalam
desa/kelurahan tersebut; (ii) Ada masyarakat yang bertanggung jawab untuk melanjutkan aksi
intervensi STBM seperti disebutkan pada poin pertama, baik individu (natural leader) ataupun
bentuk komite; (iii) Sebagai respon dari aksi intervensi STBM, masyarakat menyusun suatu rencana
aksi kegiatan dalam rangka mencapai komitmen-komitmen perubahan perilaku pilar-pilar STBM,
yang telah disepakati bersama; misal: mencapai status SBS.24. Desa/Kelurahan ODF (Open
Defecation Free) / Stop BABS (Stop Buang air besar Sembarangan) adalah desa/kelurahan yang 100%
masyarakatnya telah buang air besar di jamban sehat, yaitu, mencapai perubahan perilaku kolektif
terkait Pilar 1 dari 5 pilar STBM.25. Desa/Kelurahan Berperilaku Hygiene lainnya, selain menyandang
status ODF, 100% rumah tangga memiliki dan menggunakan sarana jamban yang ditingkatkan dan
telah terjadi perubahan perilaku untuk pilar lainnya seperti memiliki dan menggunakan sarana cuci
tangan pakai sabun dan 100% rumah tangga mempraktikan penanganan yang aman untuk makanan
dan air minum rumah tangga.26. Desa/kelurahan Sanitasi Total selain menyandang status
Berperilaku Hygiene lainnya, 100% rumah tangga melaksanakan semua pilar. Desa/kelurahan yang
telah mencapai perubahan perilaku kolektif terkait seluruh Pilar 1-5 STBM, artinya mencapai status
Sanitasi Total.Untuk poin 23 – 26 merupakan langkah-langkah perkembangan visi STBM terkait
dengan perubahanperilaku hygiene dan sanitasi masyarakat, belajar dari pengalaman global yang
memperlihatkan bahwabeberapa perilaku hygiene yang tidak dapat dipromosikan untuk seluruh
rumah tangga secara bersamaan.Promosi perubahan perilaku kolektif harus berfokus pada satu atau
dua perilaku yang berkaitan pada saatbersamaan. 5

7. BAGIAN – 1, MEMBANGUN KOMITMEN DAN SELEKSI LOKASI SERTA FASILITATOR A. PENDEKATAN


KEPADA PEMERINTAH DAERAH PENGANTAR: Pendekatan kepada pemerintah daerah sangat
diperlukan. Pada tahapan ini dilakukan penggalian informasi awal tentang program-program serta
upaya pemerintah daerah terutama terkait program hygiene dan sanitasi yang telah dilaksanakan di
suatu daerah. Pada tahapan ini pula dapat menggali kondisi kepemimpinan atau siapa yang paling
berpengaruh di lingkungan/ komunitas daerah tersebut, kondisi geografi/ sosial/ budaya/ fisik, dan
institusional lain yang mempengaruhi program hygiene dan sanitasi. Komitmen harus menjadi
perhatian penting bagi Pemerintah Daerah. TUJUAN:  Mendapat komitmen dan dukungan dari
pemerintah daerah untuk keberlanjutan program sanitasi melalui pendekatan STBM  Pemetaan
awal kondisi hygiene dan sanitasi daerah WAKTU: 1-3 kali pertemuan METODE: Pertemuan dalam
skala kecil, interview kepada petugas Kesling dan Promkes Dinas Kesehatan setempat. PROSES: 
Melakukan diskusi dengan stakeholder utama di Dinas Kesehatan Kabupaten untuk mendapatkan
data dan informasi terkait dengan program hygiene dan sanitasi di daerah bersangkuan.  Kembali
menjelaskan tentang kerugian ekonomi jika sanitasi buruk dan manfaat yang diperoleh Pemerintah
jika menerapkan STBM dengan memberikan rangkuman 1-2 lembar tentang situasi tersebut. B.
PEMILIHAN LOKASI DAN CALON FASILITATOR PENGANTAR Penentuan area di tingkat kabupaten
didiskusikan dengan pihak dinas kesehatan kabupaten setempat sesuai kriteria yang ditetapkan dan
peminatan dari daerah terpilih. Di setiap kecamatan, tim fasilitator dipilih dari beberapa unsur
seperti, pendidik, kalangan medis (bidan/perawat), sanitarian/promkes, pengusaha, tokoh yang
berpengaruh di masyarakat, Organisasi masyarakat, dll. Informasi, latar belakang dan jumlah
fasilitator sangat tergantung kepada potensi setiap daerah dan untuk memastikan bahwa informasi
yang dikumpulkan secara lokal tidak terfokus pada satu area tertentu saja. TUJUAN  Pemilihan
lokasi dan sasaran (fasilitator) sebagai agen perubahan 6

8.  Menciptakan lingkungan yang kondusif mulai dari daerah dan tim fasilitator yang berkomitment
untuk mensukseskan program sanitasi melalui pendekatan STBMWAKTU: Dapat ditentukan oleh
pemerintah daerahMETODE: Desk Review (dapat diakses dari data-data yang ada di daerah) dan
Diskusi.PROSES: Diskusikan dengan Dinas Kesehatan Kabupaten tentang kriteria peserta yang perlu
dilatih dan berkomitmen dalam peran-peran pemicuan di komunitas. Sampaikan unsur-unsur yang
penting dari peserta supaya tidak hanya dari Dinas Kesehatan, tetapi ada dari unsur pendidik,
sanitarian, kalangan medis, kader handal di tingkat, organisasi masyarakat sipil, dll. Lakukan diskusi
dengan Kepala Dinas Kesehatan atau bidang yang menangani supaya calon peserta mendapat
perhatian dan penugasan khusus dalam pengembangan program STBM di kabupatennya. 7

9. Bagian 2: Pelaksanaan Pelatihan Pemicuan A. SESI - PEMBUKAAN Pada sessi ini dapat diminta
pemerintah daerah atau bisa diwakili oleh pimpinan yang berpengaruh di lingkungan tersebut untuk
memberikan kata sambutan dan pengarahan, sebagai bentuk persetujuan serta dukungan terhadap
pelatihan ini. Misalnya Bupati atau Kepala Dinas Kesehatan dapat berperan dalam sessi ini.
Pembukaan menjadi bagian penting untuk menunjukkan komitmen Pemerintah Daerah dalam
menjalankan program STBM. TUJUAN: Memperoleh dukungan dari pemerintah daerah untuk
keberlangsungan pelatihan WAKTU: 30 menit METODE: sesuai dengan kebijakan lokal, namun
umumnya dalam bentuk upacara sederhana. MATERI: Laporan Ketua Panitia Sambutan: Tim Pusat
dan Bupati Do’a Sekilas tentang Program STBM ALAT BANTU: OHP atau LCD PROSES: Sangat
tergantung dengan pola acara yang ditentukan dan dipilih oleh Pemerintah Kabupaten, namun
secara umum proses pembukaan adalah sebagai berikut:  Salam pembuka  Laporan Ketua Panitia
tentang Kerangka Acuan Pelatihan dan kesiapan pelaksanaan pelatihan  Sambutan Tim Pusat untuk
menegaskan kebijakan-kebijakan khususnya yang terkait dengan pelaksanaan program STBM dan
pelatihan ini  Sambutan Bupati untuk menegaskan dukungan Pemerintah Kabupaten dalam rangka
pelaksanaan program ini, sehingga meningkatkan motivasi peserta dan pihak terkait dalam
mensukseskan program ini. Pada kesempatan ini, Bupati membuka secara resmi pelatihan, juga
peluncuran program ini.  Pembacaan do’a.  Penjelasan singkat tentang Program STBM oleh
Konsultan.  Salam penutup. Acara kemudian diistirahatkan (15 menit) untuk memberi waktu
kepada para tamu undangan beristirahat sejenak sebelum meninggalkan tempat pelatihan.
CATATAN PENTING: Acara pembukaan bisa dimanfaatkan pula untuk sosialisasi dan advokasi
program STBM kepada para pihak di tingkat kabupaten, sehingga pemahaman dan dukungan
terhadap program di tingkat kabupaten bisa optimal. 8

10. B. SESI - ORIENTASI PELATIHAN SPB-B.1 PERKENALAN DAN PENCAIRAN SUASANA PENGANTAR:
Perkenalan merupakan proses yang sangat penting dalam suatu pelatihan. Fasilitator harus
menyiapkan suasana para peserta untuk saling mengenal satu sama lain, termasuk fasilitator sendiri,
sehingga tercipta suasana akrab dan dinamika positif. Pada saat perkenalan ini tidak saja saling
mengenal semata tetapi dapat mencairkan suasana sehingga tercipta suasana kondusif yang
mendukung para peserta dapat dengan leluasa mengungkapkan gagasan, ide serta pengalamannya.
Proses belajar akan lebih kaya dengan pembuktian yang ada di masyarakat. Untuk pelatihan CLTS,
perkenalan ini merupakan pintu masuk yang sangat penting. Perkenalan dinamis akan membantu
memahami masalah-masalah yang berkaitan dengan perilaku hidup bersih dan sehat dan juga
masalah kesehatan secara umum (hygiene and sanitation). TUJUAN: o Mencairkan situasi kaku
hubungan antar peserta, sehingga mudah bekerjasama dan kondusif. o Terjadinya interaksi antar
peserta dan fasilitator secara lebih mendalam dan dinamis. o Terbentuknya sikap kesetiakawanan,
keterbukaan dan kebersamaan antar seluruh peserta. WAKTU: 30 menit METODE: Permainan kreatif
ALAT BANTU: (tergantung kepada permainan yang digunakan). Misalnya:  Spidol  Kertas Plano 
Kertas metaplan  Bola Plastik/Bola yang terbuat dari kertas Koran PROSES: Perkenalan bisa
dilakukan beberapa cara, berikut ini 2 alternatif yang bisa digunakan:  Bagilah seluruh partisipan
(peserta, fasilitator dan panitia) menjadi beberapa kelompok (5-6 kelompok). Di setiap kelompok
setiap individu memperkenalkan dirinya kepada anggota kelompok lainnya (nama lengkap, nama
panggilan dan lembaga asalnya serta bisa ditambahkan hal-hal lain seperti: tanggal lahir, status
perkawinan, jumlah anak, hobby, bintang film yang disukai, dll.). Perkenalan bisa dilanjutkan ke
tingkat pleno, misalnya dengan cara meminta kesediaan anggota-anggota kelompok yang memiliki
keyakinan bisa memperkenalkan seluruh anggota kelompoknya. Jika seluruh anggota kelompok
telah diperkenalkan, cobalah bersama dengan seluruh partisipan untuk menghafal bersama 9

11. nama seluruh partisipan pelatihan. Perkenalan bisa dipuncaki dengan langkah menanyakan:
siapa yang paling banyak hafal nama partisipan? Mintalah kepada partisipan yang mengatakan
paling banyak hafal nama partisipan untuk membuktikan kemampuannya menghafal nama
partisipan dengan cara menyebut nama dan menunjuk orangnya satu per satu. Mintalah partisipan
berpasang-pasangan, tetapi disarankan untuk berpasangan dengan partisipan lain yang
belum/kurang dikenal. Kemudian setiap individu saling memperkenalkan diri kepada pasangannya
(nama lengkap, nama panggilan, lembaga asal, tanggal lahir, status perkawinan, jumlah anak, dsb.).
Jika setiap pasangan sudah selesai saling memperkenalkan dirinya, mintalah setiap pasangan untuk
memperkenalkan ke tingkat pleno dengan cara setiap orang memperkenalkan secara rinci tentang
pasangannya. Jika seluruh pasangan telah diperkenalkan, cobalah seluruh partisipan untuk
menghafal bersama nama seluruh partisipan pelatihan. Perkenalan bisa dipuncaki dengan langkah
menanyakan: siapa yang paling banyak hafal nama partisipan? Dan mintalah kepada partisipan yang
mengatakan paling banyak hafal nama partisipan untuk membuktikan kemampuannya menghafal
nama partisipan dengan cara menyebut nama dan menunjuk orangnya satu per satu. Pencairan
suasana ditujukan untuk membangun hubungan antar partisipan yang kondusif (suasana kesetaraan:
tidak kaku, tidak formal, tidak ada sekat-sekat) untuk mencapai tujuan pelatihan dalam tingkat
optimal. Pada akhir session ini, pastikanlah bahwa seluruh partisipan sudah saling mengenal dan
memiliki hubungan yang akrab.CATATAN PENTING:Ada kemungkinan beberapa partisipan tidak mau
terlibat dalam perkenalan dan pencairansuasana ini. Ajaklah secara persuasif (dengan melibatkan
partisipan lainnya) agar mereka mauterlibat. Jangan paksa mereka, tetapi jangan pula membatalkan
proses karena beberapaindividu tidak bersedia terlibat.Untuk mempercepat perkenalan, peserta
diminta menulis nama panggilan dan asal instansipada secarik kertas dengan spidol dan ditempelkan
pada dada sebelah kiri.SPB-B.2 PEMETAAN PEMAHAMAN DAN KAPASITAS
PESERTAPENGANTARPemetaan kapasitas peserta di awal pelatihan akan sangat membantu melihat
sejauhmanapelatihan memberi makna dalam peningkatan kapasitas peserta. Pemetaan juga
membantuagar materi/pengetahuan yang akan disampaikan oleh para fasilitator dapat
sepenuhnyadiserap peserta tanpa ada satu diantara peserta merasa lebih tahu dari yang lain.
Demikian jugauntuk para fasilitator agar lebih memahami situasi kelas dan peserta pelatihan
secaramenyeluruh. 10

12. TUJUAN: Diperolehnya gambaran awal tingkat pemahaman pengetahuan dan ketrampilan
peserta berdasarkan penilaian pribadi terhadap materi pelatihan dan sebagai bahan evaluasi di akhir
pelatihan. Diperolehnya gambaran tentang materi apa saja yang perlu mendapat penekanan lebih
(terkait pemahaman, ketrampilan, strategi, metode, langkah-langkah, dll.)WAKTU: 30
menitMETODE:Penugasan individual secara partisipatory menggunakan 2 cara yang dapat dipilih
yaitu: Cara 1: menempatkan diri pada salah satu jari raksasa yang dibuat di lantai, atau Cara 2:
memberi tanda (pakai spidol) atau menempelkan dot (kertas warna) pada lembar kertas lebar yang
ditempel di dinding.ALAT BANTU:Kertas potong (meta plan) untuk menuliskan materi yang
dipetakan (1 lembar untuk 1pernyataan) dan menulis tingkatan (prosentasi) penguasaan materi oleh
peserta. (Cara1): Tali/kapur tulis/spidol untuk menggambar jari tangan raksasa sebagai tempat
untuk berdiri peserta dalam mengklasifikasi dirinya, atau (Cara2): Spidol/dot (jika mungkin untuk
setiap peserta) dan Kertas karton manila atau Sticky cloth untuk menulis atau menempelkan dot-dot
pilihan klasifikasi diri peserta.PROSES:a. Tuliskan materi pelatihan yang akan dipetakan pada kertas
potong (meta plan) satu materi pada satu kertas dengan tulisan balok besar. Contoh “KONSEP DAN
STRATEGI STBM”, “METODE CLTS”, “KETRAMPILAN MEMICU”, “METODE MONEV”, dll. tergantung
pokok bahasan yang perlu dipetakan.b. Tuliskan pada kertas potong tingkatan/klasifikasi
pengetahuan/ketrampilan peserta. Contoh: “0 – 20%”, “21-40 %”, “41-60%”, “61-80%” dan “81-
100%”.c. Cara-1: Buatlah gambar telapak tangan raksasa dengan 5 jari (jempol, telunjuk, jari tengah,
jari manis dan kelingking) menggunakan tali, kapur tulis atau spidol. Letakkan masing masing
klasifikasi pada jari jari tangan tersebut yaitu mulai tingkatan “0 – 20%” pada kelingking, kemudian
tingkat berikutnya pada jari manis dan seterusnya hingga tingkat paling tinggi “81-100%” pada jari
jempol. Tanyakan kepada peserta seberapa besar tingkat pemahamannya pada materi yang akan
diberikan pada pelatihan ini. Tanyakan secara bertahap, (satu persatu materi). Contoh: “Seberapa
besar anda mengetahui tentang “KONSEP DAN STRATEGI STBM?. Kemudian mintalah kepada semua
peserta untuk menempatkan dirinya pada salah satu jari yang dipilih sesuai penilaian terhadap diri
sendiri terkait penguasaan materi yang ditanya. Hitung dan catat ada berapa orang yang berdiri pada
masing masing jari. Bisa ditanyakan juga secara acak kenapa peserta memilih berdiri pada jari
tertentu. 11

13. Masing-masing Jari dapat diartikan: 1. Jempol: sudah tahu CLTS dan sudah trampil dalam
memicu, dan mampu untuk menularkan pengetahuan CLTS kepada orang lain. 2. Telunjuk: sudah
pernah melakukan pemicuan, program STBM pendekatannya CLTS 3. Jari Tengah: Tahu tentang
prinsip-prinsip CLTS, tahu tentang instrumennya, dan juga tahu tentang elemen-elemennya, dan apa
saja yang membuat orang mau berubah 4. Jari manis: Tahu (dari membaca) dan pernah mendengar
(dari teman), tahu prinsip-prinsipnya, tetapi tidak tahu tentang elemen-elemennyad. Cara-2: Siapkan
tabel besar pada kertas karton atau sticky cloth, berisi beberapa kolom (sesuai jumlah materi yang
dipetakan) dan 5 baris untuk meletakkan klasifikasi tingkat penguasaan peserta terhadap materi
sperti “0–20%” pada baris paling bawah, kemudian tingkat berikutnya pada baris ke 4 dan
seterusnya hingga tingkat paling atas, “81-100%” pada baris ke satu. Tanyakan kepada peserta
seberapa besar tingkat penguasaannya pada materi yang akan diberikan pada pelatihan ini.
Tanyakan secara bertahap, (satu persatu materi). Contoh: “Seberapa besar anda mengetahui
tentang “KONSEP DAN STRATEGI STBM?. Kemudian mintalah kepada semua peserta untuk memberi
tanda/menempelkan dot pada baris yang dipilih sesuai penilaian terhadap diri sendiri terkait
penguasaan materi yang tercantum pada kolom pertama. Hitung dan catat ada berapa orang yang
memberi tanda pada masing masing baris. Bisa ditanyakan juga secara acak kenapa peserta memilih
baris tertentu.e. Pemetaan ini dilakukan kembali pada sesi akhir pelatihan sebagai bahan evaluasi
untuk melihat kemajuan yang berhasil diraih oleh masing-masing peserta sesuai yang
dirasakannya.SPB-B.3 HARAPAN DAN KEKHAWATIRANPENGANTARSessi ini dirancang untuk
memberikan kesempatan kepada peserta untuk membahas harapandan kekhawatiran mereka
selama mengikuti pelatihan. Harapan yang dimaksud adalah harapanpara peserta sebagai output
pelaksanaan kegiatan, biasanya berupa tambahan pengetahuandan peningkatan kwalitas diri.
Sedangkan yang dimaksud dengan kekhawatiran pesertabiasanya berupa kekhawatiran akan proses
yang kurang disukai, waktu yang tidak mencukupidan tantangan lainnya yang mungkin akan
dihadapi.Sessi ini penting dilakukan sebagai bahan masukan bagi tim fasilitator untuk bisa
menindaklanjuti harapan dan kekhawatiran apa yang dapat dan yang tidak dapat diakomodir oleh
timfasilitator. Informasi ini juga berguna sebagai indikator evaluasi akhir pelatihan dengan
melihatkembali harapan dan kekhawatiran peserta, apa yang bisa dicapai dan yang
tidak.TUJUAN:Setelah sessi ini selesai diharapkan peserta dapat: 12

14. o Memperoleh gambaran harapan yang ingin dicapai peserta selama pelatihano Memperoleh
gambaran ranah harapan peserta (pemahaman, ketrampilan, strategi, metode, langkah-langkah
dll.)o Memperoleh gambaran kekhawatiran peserta yang perlu diantisipasi selama
pelatihan.WAKTU: 45 MenitMETODE:o Penggalian Informasio Diskusi kelompoko Curah
PendapatALAT BANTU: Kertas potong untuk menuliskan pernyataan-pernyataan (1 lembar untuk 1
pernyataan) sejumlah sesuai keperluan, dalam 2 warna yang berbeda untuk pernyataan HARAPAN
dan KEKHAWATIRAN. Spidol (jika mungkin untuk setiap peserta) Sticky cloth untuk menempelkan
kertas-kertas pernyataan.PROSES:1. Bagi peserta ke dalam 4 kelompok. Setiap kelompok diminta
mendiskusikan tentang HARAPAN dan KEKHAWATIRAN setiap individu dalam pelatihan. Setiap
pernyataan ditulis dalam 1 lembar kertas potong dengan membedakan antara pernyataan HARAPAN
dan KEKHAWATIRAN. Pernyataan yang sama cukup dituliskan 1 kali, sehingga tidak perlu terjadi
duplikasi dalam kelompok.2. Mintalah peserta meletakkan hasil diskusinya di lantai, pisahkan dalam
area yang berbeda antara pernyataan-pernyataan HARAPAN dan KEKHAWATIRAN.3. Ajaklah peserta
untuk berkonsentrasi pada pernyataan-pernyataan HARAPAN. Sambil mengklarifikasi kejelasan
setiap pernyataan, ajaklah peserta mengelompokkan rumusan- rumusan tersebut ke dalam
beberapa jenis, yakni: PEMAHAMAN, METODE, KETRAMPILAN, STRATEGI/LANGKAH-LANGKAH, dan
lain-lain. Tempelkanlah pernyataan- pernyataan sesuai jenisnya pada sticky cloth yang telah
disiapkan.4. Lanjutkan dengan membahas pernyataan-pernyataan KEKHAWATIRAN, namun sebatas
mengklarifikasikan maksudnya dan membahas secara cepat tentang langkah untuk antisipasi,
kemudian menempelkannya di sticky cloth.CATATAN PENTING:1. Bisa jadi rumusan HARAPAN
peserta ada yang hanya bisa dicapai pasca pelatihan. Hal ini tidak perlu dipermasalahkan, karena
akan terklarifikasi pada saat pembahasan Tujuan dan Alur Pelatihan. 13

15. 2. Demikian pula untuk pernyataan KEKHAWATIRAN, bisa jadi muncul pernyataan yang terlalu
jauh ke depan, misalnya: takut uji coba gagal atau takut di lapangan nantinya tidak berhasil. Tetaplah
melakukan pembahasan pernyataan serupa itu, karena akan menjadi modal untuk implementasi
program.SPB-B.4 TUJUAN DAN ALUR PELATIHANPENGANTAR:Pada sessi ini Fasilitator akan
menjelaskan seluruh rangkaian kegiatan mulai dari hari pertamasampai berakhirnya kegiatan. Apa
saja yang harus dipersiapkan peserta, sehingga seluruhproses kegiatan dapat dipahami dan para
peserta dapat mengikuti seluruh rangkaian kegiatanyang telah direncanakan. Pelatihan dan
pembahasan seluruh materi dilakukan secarakomprehensif minimal selama 3 hari, berikut 1 hari
praktek di lapangan.TUJUAN:Pada akhir sesi, peserta memahami seluruh rangkaian kegiatan yang
terkait satu dan lainnyasehingga dapat menyiapkan diri untuk mengikuti seluruh kegiatan dengan
semangatketerbukaan dan ingin belajar serta berbagi pengalaman.WAKTU: 30 menitMETODE:o
Pemaparan fasilitatoro DiskusiMATERI:o Rumusan Tujuan Pelatihano Lembar Alur PelatihanDiagram
Alur Pelatihan (seperti bagan di bawah)ALAT BANTU: OHP/LCD/Papan FlipchartPROSES: Fasilitator
menjelaskan maksud dan tujuan diagram alur (tampilkan dalam visual besar atau power point).
Pelatihan ini dirangkai dalam beberapa hari yang setiap sessinya diperlukan keterlibatan/ sumbang
pikiran, ide serta pengalaman dari semua peserta. Kegiatan ini merupakan pembahasan dan
pembelajaran bersama dan tidak ada agenda/panduan baku. Isi materi dapat disesuaikan
perkembangan setiap harinya. Fasilitator menjelaskan bagaimana mengidentifikasi masalah serta
bagaimana solusi-nya kemudian akan dipecahkan bersama pada forum diskusi interaktif. 14

16.  Pada proses kesepakatan dan perencanaan bersama, maka peserta akan diajak merangkai dan
mengidentifikasi kegiatan apa, cara yang dapat dikembangkan di masyarakat setempat. Hal tersebut
termasuk materi dan bagaimana melakukannya.  Jelaskan bagaimana rencana tindak lanjutnya,
serta mereview setiap kegiatan pada akhir sessi. ALUR TAHAPAN PELATIHAN FASILITATOR STBM
INTEGRASI PEMICUAN STOP BABS DAN CTPS Bagian – 1 Membangun Komitmen & Seleksi Bagian – 2
Pelaksanaan Pelatihan Pemicuan Lokasi & Fasilitator Pendekatan kepada pemerintah daerah
Pendekatan CLTS dalam komponen Praktek Lapangan perilaku higienis (BAB+CTPS) Memilih Lokasi
dan PEMBUKAAN 4. Diskusi pleno dengan (lanjutan) masyarakat dan parapihak. Seleksi calon 3. Tinja
dan Penyakit Fasilitator ORIENTASI Menular PELATIHAN 4. Penerapan pendekatan Praktek Lapangan
Refleksi, CLTS & upaya perubahan 1. Perkenalan & Pencairan Pembelajaran oerilaku higienis Suasana
1. Persiapan lapangan Praktek Lapangan 2. Pemetaan pemahaman 2. Pelaksanaan praktek & RTL
Pelatihan 3. Harapan dan Kekhawatiran pemicuan dan perencanaan Tahapan Proses 4. Tujuan dan
Alur Pelatihan masyarakat Fasilitasi di Pemetaan 5. Kontrak Belajar 3. Kompilasi temuan hasil
Masyarakat praktek lapangan. pemahaman akhir, evaluasi 1. Tahapan Pemicuan pelatihan dan
Pendekatan CLTS 2. Alat utama PRA dalam CLTS penutupan dalam komponen 3. Elemen pemicu
perilaku higienis 4. Demonstrasi alat-alat PRA (BAB+CTPS) 5. Do and don’t 3. Sejarah Program PHBS
4. Tangga perubahan perilaku dan pilar STBM. H – 1bln H1 H2 H3 H4Salah satu contoh diagram alur,
minimum kebutuhan, dapat disesuaikan dengan lokasi dan agenda setempat. SPB-B.5 KONTRAK
BELAJAR PEGANTAR: Kontrak belajar merupakan hal penting untuk membantu memperlancar proses
belajar di kelas. Kontrak belajar merupakan kesepakatan bersama yang dibangun oleh para peserta
dan sifatnya mengikat seluruh komponen yang terlibat dalam proses pelatihan. Hal-hal yang dibahas
dalam kontrak belajar adalah kesepakatan aturan waktu, etika dalam menyampaikan pendapat, tata
cara berpakaian serta aturan-aturan main lain yang mendukung kelancaran proses pelatihan
berlangsung. 15

17. TUJUAN:Setelah sessi ini diharapkan ada kesepakatan tentang: Kontrak belajar yang mengikat
seluruh peserta Aturan main selama pelatihan Membangun kenyamanan peserta selama proses
belajar dan berbagi pengalaman.WAKTU: 30 MenitMETODE:o Pemaparan fasilitatoro Curah
PendapatMATERI: Jadwal PelatihanALAT BANTU: Papan dan Kertas Flipchart atau Laptop dan
LCDPROSES:Kesepakatan tentang jadwal harian pelatihan1. Siapkan jadwal/agenda pelatihan pada
lembar flipchart atau media lain yang dapat dilihat oleh seluruh peserta, tampilkan 2 skenario
(misalkan ), scenario 1 pelatihan dilaksanakan selama 3 hari efektif dan skenario 2, pelatihan
dilaksanakan selama 2 hari efektif. Pilihan scenario didasarkan atas kondisi di masing-masing daerah.
Catatan: jadwal/agenda disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan.2. Jelaskan jadwal harian
tersebut3. Jelaskan hubungan sistematis antara materi yang satu dengan lainnya4. Jelaskan bahwa
jadwal ini telah disusun sedemikian rupa agar proses pelatihan dapat diaplikasikan secara utuh serta
apa keterkaitan antar setiap sessi.5. Jelaskan peran berbagai pihak (Peserta, Fasilitator dan Panitia)
dalam rangka keberhasilan pelatihan ini.6. Fasilitator mengarahkan bahwa kesepakatan jam belajar
harus dapat memenuhi seluruh kebutuhan akan materi yang telah disampaikan melalui Alur
lokakarya sebelumnya. Catatan: Hal yang lumrah, bahwa peserta akan meminta waktu belajar yang
singkat tanpa memperhitungkan lama waktu untuk menerima seluruh materi pembelajaran.7.
Kemudian mintalah pendapat peserta, apakah proses dan jadwal sudah dapat disetujui/disepakati
bersama atau ada usulan dari peserta untuk lebih menyesuaikan jadwal dengan keadaan-keadaan
peserta dan bukan mempersingkat waktu, dsb.8. Mintalah pendapat peserta tentang aturan-aturan
dasar yang bisa mendukung kelancaran proses pelatihan berlangsung. Misalnya:  Tidak merokok
selama proses pelatihan berlangsung  Hadir tepat waktu (jam mulai/berakhir pelatihan dapat
ditentukan bersama) 16

18.  Tidak membunyikan Telephone secular selama pelatihan berlangsung (kalaupun ingin tetap
diaktifkan, cukup dengan setting nada getar) dsb.9. Sepakati aturan main tersebut, dan jelaskan
bahwa aturan main yang disusun tersebut mengikat semua peserta (termasuk fasilitator). Bila
memungkinkan, sepakati pula sangsi yang akan diberikan jika ada yang melanggar aturan main
tersebut.10. Setelah disepakati, tempelkan kontrak belajar dan aturan main ini ditempat yang
mudah terlihat agar bisa selalu terbaca oleh peserta pelatihan.11. Jika dibutuhkan, ajaklah peserta
berpartisipasi sebagai:  Time keeper  Ice breaker  Evaluator 17

19. C. SESI – PENDEKATAN CLTS DALAM KOMPONEN PERILAKU HIGIENIS (BAB+CTPS) SPB-C.1
PEMETAAN SEJARAH PROGRAM PHBS (HYGIENE) DAN SANITASI PENGANTAR Kegiatan ini untuk
memetakan pemahaman dan persepsi individu maupun kelompok tentang perilaku higienis di
masyarakat yang terkait dengan 5 pilar STBM, termasuk di lingkungan sekolah. Lebih luasnya
bagaimana program-program yang telah ada dapat efektif untuk tujuan perubahan perilaku.
TUJUAN: Setelah sessi ini diharapkan: o Peserta mengidentifikasi perilaku hidup bersih dan sehat di
masyarakat (termasuk lingkungan sekolah) yang terkait dengan pilar-pilar STBM. o Peserta
memperoleh informasi tentang keberhasilan, kekuatan, kelemahan dan keberlanjutan proyek PHBS
dan/atau sanitasi sebelumnya. o Peserta memahami perbedaan paradigma antara program-program
yang lalu dengan kecenderungan saat ini. WAKTU: maksimal 120 menit METODE: Alternatif 1
Alternatif 2  Diskusi kelompok  Presentasi tentang proyek  Presentasi Kelompok  Diskusi
kelompok  Diskusi Pleno  Diskusi pleno  Presentasi / penjelasan MATERI: Pengalaman
pengelolaan proyek-proyek hygiene dan sanitasi yang pernah dilaksanakan di kabupaten/kota dan
telah berlangsung/selesai. ALAT BANTU: o Sarana dan prasarana untuk presentasi sesuai dengan
ketersediaan setempat seperti: Kertas plano, spidol, kertas metaplan, dll. PROSES: Alternatif – 1 (jika
mayoritas peserta telah memiliki pengalaman terlibat dalam pelaksanaan proyek/program higiene
dan sanitasi sebelumnya): a. Ajukan pertanyaan kepada peserta tentang proyek sanitasi yang pernah
dan sudah selesai dilaksanakan di kabupaten/wilayah ini. Sepakatilah dengan peserta 2-3
program/proyek 18

20. yang akan dianalisa bersama tentang KELEBIHAN, KEKURANGAN, KEBERLANJUTAN dan
PERUBAHAN YANG TERJADI DI LOKASI pasca proyek tersebut.b. Minta peserta berbagi dalam 2-3
kelompok sesuai dengan keterlibatan atau pemahamannya terhadap program/proyek yang akan
dianalisa. Minta peserta yang tidak pernah terlibat atau kurang paham terhadap program/proyek
yang akan dianalisa untuk bergabung di salah satu kelompok. Aturlah agar jumlah peserta setiap
kelompok relative berimbang termasuk laki dan perempuannya.c. Minta setiap kelompok untuk
menganalisa/mendiskusikan program/proyek yang menjadi pilihannya (selama 30 menit) dengan
pokok-pokok kajian, sebagai berikut:  KELEBIHAN  KEKURANGAN  KEBERLANJUTAN 
PERUBAHAN YANG TERJADI DI LOKASId. Setelah seluruh kelompok menyelesaikan diskusinya, minta
masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya selama 10 menit. Berikan kesempatan
kepada peserta lain untuk mengajukan pertanyaan klarifikasi, tetapi bukan pertanyaan diskusi.e.
Kembangkanlah diskusi pleno untuk mengkaji setiap program/proyek yang sudah dipresentasikan
terkait dengan hal-hal sebagai berikut: o Perkembangan apa yang diharapkan terjadi di masyarakat?
o Dukungan apa yang diberikan oleh program/proyek kepada masyarakat? o Siapa yang memberikan
contoh-contoh model sarana? o Siapa sasaran utama (penerima manfaat) program/proyek? o
Bagaimana pendekatan yang dikembangkan? o Siapa yang merancang kegiatan program/proyek?.f.
Di akhir diskusi, bersama peserta, fasilitator merangkum perubahan paradigma proyek sanitasi
pengalaman terdahulu dan orientasi ke depan. Sebagai contoh perubahan yang terjadi dari program
terdahulu kepada kecenderungan saat ini seperti terlihat didalam tabel di bawah ini (isi tabel ini
hanya sebagai contoh, bukan kondisi standar): Program-program terdahulu Kecenderungan saat ini
(biasanya Target Oriented) Perkembangan jumlah sarana Perubahan perilaku dan kesehatan Subsidi
Solidaritas social Model-model sarana disarankan oleh Model-model sarana digagas dan pihak luar
dikembangkan oleh masyarakat Sasaran utama adalah kepala keluarga Sasaran utama adalah
masyarakat desa secara utuh Top down Bottom up Fokus pada: Jumlah jamban Fokus pada:
Berhentinya BAB di sembarang tempat Pendekatannya bersifat ‘blue print’ Pendekatannya lebih
fleksibel.Alternatif – 2. (Jika hanya sebagian kecil peserta yang memiliki pengalaman terlibat
dalampelaksanaan proyek/program sanitasi sebelumnya) 19

21. a. Sebelum proses di dalam kelas (bisa sehari atau beberapa jam sebelumnya), mintalah kepada
beberapa peserta (3-4 orang) yang berpengalaman dalam pengelolaan proyek/program sanitasi
(yang telah selesai) untuk mempersiapkan presentasi pengalamannya tentang proyek/program
tersebut, terutama mengenai hal-hal sebagai berikut:  KELEBIHAN  KEKURANGAN  PENCAPAIAN
PADA AKHIR PROYEK/PROGRAMb. Berikanlah kesempatan kepada beberapa peserta yang telah
ditugasi, untuk mempresentasikan pengalamannya tentang proyek/program sanitasi yang pernah
dikelolanya, masing-masing sekitar 10 menit.c. Jika presentasi sudah selesai, berikanlah kesempatan
(10 menit) kepada peserta yang ingin mengajukan pertanyaan klarifikasi (memperjelas informasi
saja). Jagalah proses agar tidak masuk ke tingkat analisa.d. Bagilah peserta ke dalam beberapa
kelompok sesuai jumlah proyek/program yang telah dipresentasikan. Mintalah kepada setiap
kelompok untuk berperan ceritanya sebagai Konsultan Internasional dari negara lain yang sedang
melakukan kajian, dan mintalah kepada setiap peserta yang telah mempresentasikan
pengalamannya untuk berperan sebagai Project Director. Tugaskanlah kepada setiap kelompok
Konsultan Internasional untuk melakukan wawancara mendalam (selama 15 menit) kepada Project
Director (satu kelompok mewawancarai satu project director). Adapun topik wawancara terutama
berpusat kepada topik:  KEBERLANJUTAN  PERUBAHAN YANG TERJADI DI LOKASI  APAKAH ADA
DESA YANG SUDAH 100% BEBAS DARI BAB DI TEMPAT TERBUKA?e. Berikanlah kesempatan kepada
setiap kelompok (Konsultan Internasional) untuk mempresentasikan temuan-temuannya dari hasil
wawancara yang dilakukannya, termasuk kesimpulannya tentang keberhasilan proyek/program yang
dikaji utamanya terkait dengan keberlanjutan (operation and maintenance serta pengembangan)
dan keberhasilan memfasilitasi masyarakat mencapai 100% bebas dari BAB di tempat terbuka.
Waktu untuk presentasi setiap kelompok sekitar 5 menit saja.f. Setelah seluruh kelompok (Konsultan
Internasional) mempresentasikan hasil kajiannya, kembangkanlah diskusi pleno untuk membahas
beberapa hal berikut ini:  Perkembangan apa yang diharapkan terjadi di masyarakat?  Dukungan
apa yang diberikan oleh program/proyek kepada masyarakat?  Siapa yang memberikan contoh-
contoh model sarana?  Siapa sasaran utama (penerima manfaat) program/proyek?  Bagaimana
pendekatan yang dikembangkan?  Siapa yang merancang kegiatan program/proyek?  Bagaimana
keberlanjutan program? Jika tidak berlanjut, mengapa? 20

22.  Apakah ada yang berhasil memfasilitasi desa yang 100% bebas dari BAB di tempat terbuka? Jika
tidak, mengapa?g. Di akhir diskusi, bersama-sama dengan peserta, Fasilitator merangkum
perubahan paradigma proyek sanitasi pengalaman terdahulu dan orientasi ke depan. Sebagai contoh
perubahan yang terjadi dari program terdahulu ke kecenderungan saat ini seperti terlihat didalam
tabel di bawah ini (isi tabel ini hanya sebagai contoh, bukan kondisi standar): Program-program
terdahulu Kecenderungan saat ini (biasanya Target Oriented) Perkembangan jumlah sarana
Perubahan perilaku dan kesehatan Subsidi Solidaritas social Model-model sarana disarankan oleh
Model-model sarana digagas dan pihak luar dikembangkan oleh masyarakat Sasaran utama adalah
kepala keluarga Sasaran utama adalah masyarakat desa secara utuh Top down Bottom up Fokus
pada: Jumlah jamban Fokus pada: Berhentinya BAB di sembarang tempat Pendekatannya bersifat
‘blue print’ Pendekatannya lebih fleksibel. CATATAN PENTING: Berikanlah tekanan-tekanan pada
beberapa hal berikut ini: 1. Perubahan sikap dan perilaku lebih memungkinkan untuk terjadinya
perkembangan sarana dibandingkan sebaliknya. 2. Dukungan subsidi sanitasi mendorong
ketergantungan, sehingga keberlanjutan melemah. 3. Program/proyek yang dirancang oleh
masyarakat sendiri, akan meningkatkan rasa percaya diri dan tanggung jawab mereka.SPB-C.2
TANGGA PERUBAHAN PERILAKU PILAR-PILAR STBMPENGANTAR:Kondisi perilaku sanitasi masyarakat
yang menjadi sasaran intervensi pelaksanaan STBMtentunya berbeda satu dengan lainnya. Kondisi
ini akan sangat mempengaruhi upaya intervensimaupun capaian perubahan perilakunya. Sasaran
perubahan perilaku dalam STBM sendirimeliputi 5 pilar perilaku yaitu 1). Menghentikan kebiasaan
BAB sembarangan, 2). Membiasakancuci tangan memakai sabun dan air mengalir, 3). Mengelola air
minum dan makanan secaraaman, 4). Mengelola sampah rumah tangga dengan aman dan 5).
Mengelola limbah cair darirumah tangga dengan aman. Pencapaian suatu masyarakat pada status
Sanitasi Total adalahpada kondisi suatu masyarakat telah mencapai ke-lima pilar STBM. Status
Sanitasi Totaltersebut tentunya tidak dicapai secara sekaligus tetapi memerlukan tahapan proses.
Tanggaperubahan perilaku STBM dapat menggambarkan proses pencapaian tahapan status
untukmencapai suatu komunitas masyarakat yang telah ber Sanitai Total. 21

23. TUJUAN:Peserta mampu menjelaskan tahapan perkembangan perubahan perilaku hygiene dan
sanitasiyang bisa dikembangkan oleh masyarakat.WAKTU: Maksimal 30 menitMETODE:- Pemaparan-
Diskusi PlenoMATERI: Matriks/Bagan Tangga Perubahan Perilaku dalam STBMPROSES:Dengan
menggunakan matriks/bagan Tangga Perubahan Perilkau STBM yang diperbesar(sehingga bisa dilihat
secara jelas oleh peserta dalam satu ruangan), jelaskanlah tahapan-tahapannya sambil
mengidentifikasi indikator-indikator pencapaiannya baik terkait perubahanperilaku maupun
peningkatan akses. Tegaskanlah beberapa hal penting berikut ini: Upaya perubahan perilaku STBM
ini hendaklah dimulai dari pilar pertama Stop BABS baru kemudian beranjak ke pilar-pilar lainnya
misalnya CTPS. Karena pilar ini sangat dominan dalam pemutusan alur kontaminasi. Konsep
pemberdayaan yang diterapkan dalam pendekatan STBM juga akan memudahkan pencapaian pilar-
pilar lain pada tahap berikutnya. Pada kondisi pilar pertama sudah tercapai (komunitas dalam
status Stop BABS/ODF) maka untuk tahapan-tahapan berikutnya tidaklah berarti proses
pengembangan harus dimulai dari pilar berikutnya secara berurutan. Pengembangan bisa dimulai
dari pilar manapun sesuai permasalahan utama, potensi dan kemampuan masyarakat.SPB-C.3 TINJA
DAN PENYAKIT MENULAR3.1. DIAGRAM – F PENGANTAR Salah satu cara dalam merancang pola
pembelajaran perilaku higienis dan sanitasi sebaiknya berisi hasil pengamatan mengenai penyakit,
sikap dan perilaku yang ada di masyarakat sekitar. Topik yang perlu diberikan adalah mengenai
hubungan antara persoalan higienis dan sanitasi dengan penyakit yang ditimbulkan, dalam hal ini
bagaimana tinja dapat masuk ke dalam mulut manusia serta media penyebarannya dan bagaimana
mencegahnya; Penyakit berbasis lingkungan yang banyak muncul di masyarakat dapat digali dari
peserta pelatihan dan bagaimana cara menghindari penyebaran penyakit yang disebabkan oleh tinja.
22

24. TUJUAN:Peserta pelatihan diharapkan dapat: Mengidentifikasi penyakit-penyakit berbasis


lingkungan yang diakibatkan oleh perilaku masyarakat yang buruk, dampak serta upaya
pencegahannya. Gambaran bagaimana Tinja dapat masuk ke mulut manusia Menggali alasan
kenapa perilaku STBM belum maksimalWAKTU: 30 menitMETODE: Demo alur kontaminasi
(Diagram F) Diskusi interaktif (dapat dilakukan berkelompok)ALAT BANTU/Media:Kertas Plano,
Spidol, Sticky Cloth, kertas metaplan, gambar-gambar dalam Diagram FPROSES:a. Fasilitator dapat
membagi peserta pelatihan ke dalam kelompok-kelompok kecil misalnya; pembagian kelompok
dapat dibagi berdasarkan: 1) Kelompok Masyarakat Desa ODF 2) Kelompok Masyarakat Desa Non
ODF 3) Sekolah dari lingkungan ODF 4) Sekolah dari lingkungan Non ODFb. Tanyakan kepada peserta
apakah salah-satu anggota keluarga pernah kena diare dan tanyakan perasaannya, dan tindakan apa
yang dilakukan anggota keluarga yang lain?. Hal ini untuk membangkitkan emosi (takut anaknya
kena penyakit, kehilangan anaknya karena tidak tertolong) agar lebih peduli dengan keadaan
lingkungannya, agar tidak tercemar.c. Beberapa kelompok dapat dibekali dengan gambar-gambar
diagram F, sementara kelompok lain dapat dibiarkan berdiskusi sesuai pengetahuan dan
pengamatan masing2, untuk kemudian dituangkan dalam bentuk gambar. Hal ini nanti dapat
menjelaskan kepada peserta pelatihan bahwa tanpa dibekali gambar-gambar (Diagram F), peserta
dapat menggambarkan Alur Kontaminasi.d. Hasil diskusi dapat ditempel di dinding (sticky cloth, jika
ada) dan masing-masing perwakilan kelompok menjelaskan hasilnya.e. Pada tahap ini fasilitator
dapat membahas bagaimana banyak jalur yang mungkin menjadikan tinja akhirnya masuk ke mulut
misalnya:  Tinja dapa tmeresap ke sumber air sumur melalui tanah  BAB di sungan menyebabkan
Sumber air tercemar, dipakai untuk mandi, gosok gigi, mencuci makanan  Lalat yang membawa
kotoran ke makanan 23

25.  Tangan setelah dipergunakan untuk cebok, tetapi tidak CTPS f. Fasilitator akan menggali
kembali baimana caranya agar tinja tidak masuk ke mulut hal tersebut yang dinamakan pencegahan,
agar penyakit-penyakit seperti Diare, ISPA, dan Cacingan dapat dicegah. Penjelasan awal; bagaimana
kotoran manusia yang merupakan sumber penyakit (seperti: diare, kulit, pernafasan/ISPA, tipus,
penyakit mata, disentri, polio, kecacingan) dapat masuk ke dalam mulut. Fasilitator hanya
menampilkan/menggambar Gambar awal yaitu gambar kotoran manusia dan gambar mulut.3.2.
BLOCKING, CARA PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT PENGANTAR: Penyakit-penyakit yang
disebabkan oleh perilaku manusia di atas sebenarnya dapat dihindari/dicegah dengan cara yang
sangat sederhana dan murah. Hal ini dapat dijelaskan melalui pendekatakan partisipatif tanpa harus
mengajarkan kepada peserta pelatihan. TUJUAN: Peserta pelatihan dapat mengerti perilaku
baik/cara pencegahan/blocking untuk menghindari penyebaran penyakit. METODE: Diskusi
interaktif, WAKTU: 25 menit. ALAT BANTU:  Kertas metaplan  Spidol  Selotip PROSES: a.
Fasilitator meminta peserta pelatihan untuk menambahan gambar blocking/ pencegahan pada
gambar Diagram F yang telah dibuat sebelumnya misalnya: “Pencegahan pertama dan utama
adalah: BAB di jamban” b. Fasilitator akan menanyakan kembali “jika masyarakat telah BAB di
Jamban apakah masih mungkin tinja masuk ke mulut?” Pada sessi ini diharapkan fasilitator lebih
mengembangkan pertanyaan-pertanyaan sehingga dapat menggali pengetahuan bloking lebih
banyak dari peserta pelatihan tanpa harus menggurui peserta. c. Kemungkinan jawabannya adalah:
masih mungkin, jika;  Jarak lubang penampungan tinja dengan Jamban terlalu dekat, maka tinja
dapat meresap melalui tanah ke sumber air (minimal jaraknya 10-15 meter, kecuali di 24

26. daerah padas, tergantung lapangan/lingkungannya atau telah menggunakan septic- tank yang
betul-betul kedap air).  Melalui jari tangan, jika setelah cebok tidak Cuci Tangan Pakai Sabun, maka
Blocking kedua dengan CTPS. Jari tangan yang terkena kotoran tinja harus dicuci dengan air mengalir
dan sabun sebelum kita mengambil makanan (setelah BAB, setelah dari kebon/sawah). 
Blocking/pencegahan ketiga adalah Mengelola makanan dan minuman, misal dengan mencuci,
menutup makanan dan mencuci wadahnya, juga memasak air untuk minum. Catatan: Yang paling
penting dan mudah dilakukan adalah pencegahan melalui CTPS dan bagaimana upaya peserta
bersama-sama untuk berkomitment membentuk kebiasaan CTPS menjadi budaya sehari-hari dan
ditularkan kepada orang terdekatnya. Cerita pengalaman di Jombang: Fasilitator berkunjung ke
sekolah dan bertanya apakah anak-anak melakukan CTPS di sekolah, di sekolah tersebut ada fasilitas,
dan para siswa sangat paham akan pentingnya CTPS, tetapi tidak ada sabun tersedia di sana. Setelah
diajak berdiskusi dengan gembira dan tanpa paksaan, para murid sepakat untuk iuran dan membeli
sabun, yang kemudian dipakai bersama-sama di sekolah mereka. Hal tersebut menjadi pembelajaran
bahwa anak siswa SD-pun dapat mandiri dan tidak perlu meminta dari sekolah/guru.d. Penyegaran:
Setelah sesi di atas, peserta pelatihan umumnya mulai jenuh. Fasilitator diharapkan dapat
menghilangkan kejenuhan dengan cara memberikan acara selingan PENYEGARAN (ice breaking).
Tujuan:  Menghilangkan kelelahan  Membuat peserta kembali segar dan bersemangat untuk sesi
selanjutnya Metode Mendengarkan dan menyanyi bersama lagu CTPS dan teks lagu ditayangkan
melalui tulisan besar pada kertas plano atau melalui Power Point. Catatan Fasilitator: Metode ini
juga dapat dikembangkan ketika pola pembelajaran CTPS kepada anak-anak yang dapat dilakukan
melalui lagu (dengan cara gembira dan ceria) 25

27. Langkah-langkah: 1. Fasilitator dapat memutar lagu CTPS yang diperdengarkan kepada seluruh
peserta pelatihan, ditayangkan bersama teks lagu tersebut 2. Peserta diminta untuk menghafalkan
lagu tersebut, dan meminta peserta untuk membuat kreasi lagu masing-masing terkait perilaku
/kebiasaan CTPS. Contohnya: (disadur dari lagu ayo Tepuk Tangan) Kalau kau mau sehat cuci tangan
Kalau kau mau sehat cuci Tangan Cuci Tangan Pakai sabun dengan air mengalir Cuci Tangan Pakai
Sabun…! 3. Lagu tersebut dapat diajarkan dan dinyanyikan bersama-sama di kelas.SPB-C.4
PENERAPAN PENDEKATAN CLTS DAN UPAYA PERUBAHAN PERILAKUHIGIENIS (BAB DAN CTPS).
PENGANTAR Pendekatan CLTS dianggap dapat menunjang keberhasilan STBM, dalam merubah
perilaku masyarakat. Belajar dari pengalaman berbagai daerah di Indonesia dan juga negara
berkembang lainnya, dapat menjadi pemicu untuk percepatan program sanitasi secara menyeluruh.
CLTS merupakan metode/pendekatan yang inovatif untuk memobilisasi masyarakat agar tidak
melakukan kebiasaan buang air besar sembarangan. Masyarakat difasilitasi untuk menilai dan
menganalisa sendiri dan kemudian merumuskan sendiri apa yang harus dilakukan untuk mencapai
perubahan perilaku tersebut. Kemudian metode/pendekatan ini dikembangkan untuk dapat
mempercepat perubahan perilaku higienis lainnya seperti Cuci Tangan Pakai Sabun. Pendekatan
sebelumnya yang berorientasi subsidi sebagai insentif menciptakan budaya ketergantungan
terhadap subsidi dan akhirnya penyebaran penyakit berbasis lingkungan terus berlanjut. Sebaliknya
CLTS berfokus pada perubahan perilaku untuk memastikan perbaikan nyata dan berkelanjutan
dengan cara investasi pada mobilisasi/pemberdayaan masyarakat dan bukan pada pemberian
fasilitas/hardware kepada individu/rumah tangga. Kesadaran bahwa selama masih ada BABS
(meskipun satu orang saja), masih beresiko tertular penyakit. Metode CLTS inipun nantinya
diterapkan di Sekolah, dimana murid berpartisipasi aktif dalam mengembangkan dan mempercepat
program sanitasi di sekolah. Pembelajaran yang berpusat pada anak artinya karakteristik dan
kebutuhan anak menjadi acuan dalam proses pembelajaran. Guru berfungsi sebagai fasilitator yang
memfasilitasi kebutuhan belajar anak dalam memahami persoalan-persoalan sanitasi dan higienis.
26

28. 4.1. PENGALAMAN CLTS DI BERBAGAI NEGARA/DAERAHTUJUAN: Peserta memahami


pengertian metode CLTS Peserta memperoleh gambaran pengalaman penerapan CLTS di berbagai
negara/ daerahWAKTU: maksimal 120 menitMETODE: Pemutaran film Refleksi atas pengalaman
program sanitasi di Indonesia Penjelasan konsep CLTS dan pengalaman di berbagai negara/daerah
Diskusi PlenoMATERI: Film: Awakening (Indonesia)/ CLTS di Maharashtra (India) Materi: CLTSALAT
BANTU: VCD Player, screen.PROSES:a. Putarlah film (sebelumnya berikan pengantar bahwa peserta
diminta untuk menyimak apa yang dilihatnya di film tersebut).b. Diskusikan dengan peserta
pengalaman atau pengetahuan apa yang didapat dari film tersebut.c. Lanjutkanlah dengan
penjelasan tentang Konsep CLTS dan Pengalaman di Berbagai Negara/Daerah.d. Bukalah ruang bagi
proses tanya jawab dan diskusi pleno untuk memperjelas berbagai hal yang mungkin diragukan oleh
peserta.Catatan: Dari Film yang telah diputar, peserta diminta untuk menyampaikan apa yang
diamati. Tugas pemandu bukan menyuluh tetapi menyadarkan masyarakat itu sendiri sehingga: o
Pertama, dapat menjalin hubungan kebersamaan adalah merupakan cara yang paling efektif. Tanpa
diperintah masyarakat bisa melaksanakan pembuatan jamban-nya dengan usaha sendiri, o Kedua,
bersama masyarakat menuju ke tempat yang kurang sehat, kemudian ditunjukkan kepada
masyarakat agar mereka sadar apakah yang dilakukan itu baik atau tidak, o Pemetaan, wilayah
buang air besar (dimana tempat masyarakat BAB), o Hitung tinja, agar tahu jumlah tinja sehingga
menimbulkan rasa malu dan jijik, 27

29. o Selanjutnya adalah analisa dan dialog serta rencana kerja; apa yang harus dilakukan
masyarakat, kemudian terjadi kesepahaman tentang kesadaran masyarakat untuk tidak BAB
sembarangan, o Ada penghargaan dari pihak luar (pemerintah) bagi wilayah yang sudah tidak BAB
sembarangan. Fasilitator mengingatkan berdasarkan point-point tersebut tentang proses dari
pendekatan CLTS, yang telah dipahami oleh peserta melalui Film yang diputar. Inisiatif kesadaran
masyarakat, kebersamaan, berdiskusi dengan masyarakat kemudian dianalisa, dipancing dengan
bertanya kepada masyarakat, misalnya: o Apa yang Ibu/Bapak rasakan dengan kondisi seperti ini
(fasilitator/pemandu diusahakan untuk tidak memperlihatkan rasa bau, jijik dll, agar masyarakat
sendiri yang merasakannya). o Bertanya lagi kepada yang lain misalnya; “jika tetangganya melakukan
perilaku BAB di sekitar lingkungan kita, apa yang dirasakan merasa tega tidak….?” Dst. (hal ini
penting untuk memancing kebersamaan dan rasa peduli terhadap lingkungan sekitarnya). Biarkan
masyarakat yang menilai masyarakat lain, sehingga terjadi reaksi dan interaksi dinamis diantara
masyarakat).4.2. PRINSIP-PRINSIP CLTSTUJUAN: Peserta memahami, menerima dan berkomitmen
untuk memegang prinsip-prinsip CLTS.WAKTU: Maksimal 90 menit.METODE:1. Presentasi /
penjelasan2. Diskusi kelompok3. Diskusi plenoMATERI:Prinsip – prinsip CLTS: non subsidi,
masyarakat sebagai pemimpin, tidak mengajari, tidakmemaksa dan tidak mempromosikan,
totalitasALAT BANTU:Potongan–potongan kartu (metaplan), spidol, flipchart, kertas A4 untuk
menggambar dansticky cloth.PROSES: Awali dengan melempar pertanyaan: a. Siapa yang tadi pagi
masih BAB sembarangan? b. Siapa yang SEMINGGU lalu masih BAB sembarangan? c. Siapa yang
SEBULAN lalu masih BAB sembarangan? 28

30. d. Siapa yang SETAHUN – 10 TAHUN lalu masih BAB sembarangan? Faktanya adalah, pada
umumnya kita pernah melakukan BAB sembarangan,meskipun sudah lama sekali terjadinya, dan
faktanya lagi bahwa sampai sekarang masihbanyak masyarakat yang BAB sembarangan. Mereka
sangat paham, kapan, dimana danbagaimana melakukan BAB sembarangan. Masyarakat yang BAB
sembarangan itu akanlebih tahu dibanding kita disini. Jika kita datang ke masyarakat tersebut untuk
menganalisa, tentang BABsembarangan, maka yang harus memberitahu kita adalah masyarakat, dan
kita justru harusbelajar dari mereka. Kesimpulannya: KITA akan datang ke masyarakat dengan tujuan
belajar seolahsebagai MURID, sedangkan masyarakat akan berada pada posisi seolah sebagai GURU.
Halinilah yang mendasari prinsip metode CLTS yang tidak mengajari/menggurui. Selama
inipendekatan kita sering dengan mengajari dan menyuluh masyarakat. Melalui pelatihan inikita
bersama-sama merubah pendekatan mengajari masyarakat menjadi belajar darimasyarakat dengan
metode CLTS yang lebih mudah untuk merubah perilaku masyarakat. Fasilitator meyakinkan
peserta harus siap untuk: a. Belajar dari masyarakat b. Tidak mengajari masyarakat c. Tidak
menyuluh kepada masyarakat d. Selalu kritis e. Senang mendengar f. Sering bertanya g. Selalu
sabar Kemudian Fasilitator menjelaskan “prinsip dasar CLTS”, dan membuka diskusi yang berkaitan
dengan materi.4.3. TIGA (3) FONDASI PRA DALAM CLTSTUJUAN: Peserta memahami konsep 3
fondasi PRA dalam CLTS. Peserta memahami dan berkomitmen merubah sikap dan kebiasaan
dalam memfasilitasi masyarakat dari “konsep atas – bawah” (upper – lower) menjadi “pembelajaran
bersama”.WAKTU: 30 MenitMETODE:- Pemaparan Fasilitator- Diskusi Kelompok- Diskusi Pleno 29

31. MATERI:Visualisasi 3 pilar PRA: segitiga komponen perubahan perilaku (personal, institusional,
danprofesional) sharing dan metode.PROSES: Fasilitator menjelaskan tentang 3 pilar PRA yang
menjadi dasar CLTS. Fokuskan pada perubahan perilaku dan kebiasaan Mulai arahkan peserta
bahwa perubahan sikap dan perilaku kebiasaan dari fasilitator (di komunitas) adalah hal yang
terpenting, karena jika perubahan telah terjadi maka 2 fondasi lainnya yaitu akan terjadi berbagi info
dan pengalaman serta metode bisa dilaksanakan.4.4. Tingkatan PartisipasiTUJUAN:Mengeksplorasi
variasi dan wilayah sudut pandang peserta pelatihan tentang keikutsertaanmasyarakat dan
mendapatkan pengertian umum pada tipe dan tingkat partisipasimasyarakat yang dibutuhkan pada
CLTS.WAKTU: 30 MenitMETODE:- Presentasi/Pemaparan Fasilitator- Diskusi Kelompok- Diskusi
PlenoALAT BANTU: Potongan-potongan kartu (metaplan) Spidol Flipchart Kertas A4 untuk
menggambar Sticky cloth (jika ada), hasil dapat ditempel di dinding ruang kelasMATERI:Visualisasi 4
tingkatan partisipasi masyarakatPROSES: Minta masing-masing peserta menggambarkan contoh
partisipasi masyarakat dari pengalaman sendiri yang mereka pahami dalam bentuk gambar (masing-
masing mengambil selembar kertas dan alat tulis/gambar). 30

32.  Sementara mereka membuat gambar, trainer menyiapkan kartu-kartu yang bertuliskan
tingkatan partisipasi yang terdiri dari 4 kriteria (tingkat terendah sampai dengan tertinggi):
Menerima Informasi Membuat keputusan secara Diajak Berunding bersama-sama antara masyarakat
dan pihak luar Mendapatkan wewenang atas kontrol sumber daya dan keputusan Tempelkan
keempat tingkatan kelompok tersebut pada dinding atau kain yang sudah diberi perekat (sticky
cloth). Tanpa memberikan tingkatan partisipasi Jika peserta selesai menggambar, minta untuk
menempelkan gambar-gambar tersebut di dinding. Minta mereka menjelaskan maksud dari gambar-
gambar tersebut, minta untuk mengelompokkan gambar mereka kedalam kelompok-kelompok
tingkat partisipasi mana yang ada dalam keempat kelompok tersebut. Minta peserta untuk
membuat peringkat tingkat partisipasi dari yang terendah sampai tertinggi (dimulai dengan tingkat
terendah dan tertinggi, baru kemudian yang ada diantaranya). Tanyakan pada tingkat partisipasi
mana yang dibutuhkan dalam proses pelaksanaan CLTS. Fasilitasikan beberapa diskusi tentang hal
tersebut sekitar 5-10 menit, kemudian minta peserta untuk memilih (voting) tentang tingkatan yang
seharusnya ada, Akhiri dengan konsensus dari hasil pilihan tersebut. 31

33. D. SESI – TAHAPAN PROSES FASILITASI DI MASYARAKAT PENGANTAR Pemicuan didasarkan pada
rangsangan kolektif terhadap rasa jijik dan malu menghadapi fakta- fakta yang sederhana tentang
buang air besar sembarangan dan akibat negative yang ditimbulkannya serta ditanggung oleh
seluruh komunitas. Asumsi dasar yang dipakai adalah bahwa tidak ada manusia yang tidak bergerak
ketika mereka mengetahui bahwa mereka telah makan tinja orang lain atau tinja dirinya sendiri.
Tujuan dari apa yang dilakukan fasilitator adalah benar-benar membantu para anggota komunitas
agar mereka dapat melihat perilaku mereka sendiri bahwa buang air besar sembarangan adalah
menjijikkan dan berakibat pada lingkungan hidup yang buruk dan tidak sehat dan pada akhirnya
berakibat fatal pada kehidupan manusia itu sendiri. Tentu semua tergantung pada komunitas
bersangkutan untuk mengambil keputusan bagaimana cara mereka menangani masalah dan mencari
jalan keluar atau tindakan yang sesuai dengan semangat dan kemampuan mereka. Fasilitator akan
menyediakan alat-alat bantu (tools) untuk memicu warga dalam melakukan perubahan dan rencana
tindakan secara kolektif. TUJUAN 1. Peserta memahami tahapan proses fasilitasi di masyarakat. 2.
Peserta memahami alat-alat PRA yang digunakan untuk proses pemicuan. 3. Peserta menemukan
dan menyepakati elemen-elemen pemicu dan faktor-faktor penghambat pemicuan (serta alat yang
paling sesuai untuk masing-masing elemen pemicuan) baik yang bersifat umum maupun spesifik
lokal. 4. Peserta memiliki ketrampilan dasar memfasilitasi CLTS dengan alat-alat utama yang
disepakati. 5. Peserta memahami dan berkomitmen tentang apa yang harus dilakukan dan apa yang
harus dihindari saat fasilitasi di masyarakat (do and don’t). WAKTU: Maksimum 270 menit (termasuk
simulasi alat-alat utama PRA dalam CLTS) METODE: - Diskusi Kelompok terfokus (FGD) - Simulasi -
Diskusi Plano ALAT BANTU:  Kertas potong (metaplan) untuk menuliskan pernyataan-pernyataan
dan simulasi alur kontaminasi  Bubuk Kapur/tepung beberapa warna (untuk peta sosial)  Air
minum untuk peragaan kontaminasi  Air bersih untuk peragaan kontaminasi  Tepung kanji yang
telah diolah menjadi lem  Cairan Obat merah atau yodium  Ember/kobokan 32

34. SPB-D.1 GAMBARAN UMUM TAHAPAN PEMICUANPROSES: Tanyakan kepada peserta siapa
yang sudah pernah melakukan pemicuan?. Jika ada yang berpengalaman, minta bercerita secara
singkat bagaimana dilakukan sejak persiapan (sebelum ke lapangan). Fasilitator merangkum cerita
tersebut menjadi urutan/tahapan dalam rangkaian pemicuan (lihat dan gunakan bahan bacaan)
yaitu kegiatan-kegiatan Pra Pemicuan – Pemicuan dan Pasca Pemicuan. Lakukan diskusi “apa yang
penting pada tahap PRA PEMICUAN?”, “apa yang penting pada tahap PEMICUAN” dan “apa yang
penting pada tahap PASCA PEMICUAN?”. Rangkum hasil diskusi dan gunakan bahan bacaan dan
perkuat pengalaman peserta.SPB-D.2 ALAT-ALAT UTAMA PRA DALAM CLTSPROSES: Tanyakan
kepada peserta siapa yang pernah mengenal dan mengimplementasikan metode Participatory Rural
Appraisal (PRA). Jika sebagian ada yang sudah mengenal, minta peserta untuk menyebutkan alat-
alat PRA apa saja yang dipakai untuk fasilitasi di masyarakat, yang berkaitan dengan program
sanitasi. Jika belum ada yang mengenal PRA, kenalkan secara ringkas alat-alat utama PRA yang akan
dipakai seperti pemetaan, transect walk, alur kontaminasi, dll. Berikan penjelasan singkat berkaitan
dengan tujuan dari alat tersebut. Jelaskan bahwa alat-alat tersebut bukan tujuan, tetapi hanya
sebagai alat bantu bagaimana masyarakat bisa mengambil keputusan dan merencakan
perubahan.SPB-D.3 ELEMEN-ELEMEN PEMICU DAN FAKTOR-FAKTOR
PENGHAMBATPEMICUANPROSES: Bagi peserta menjadi 4 kelompok, kemudian minta mereka
mendiskusikan dalam kelompok (selama 15-20 menit) topik berikut ini: 1) Kelompok 1 dan 2:
Elemen-elemen apa yang bisa digunakan untuk memicu masyarakat dalam perubahan di bidang
sanitasi? 2) Kelompok 3 dan 4: Hal-hal apa saja yang menjadi penghambat dalam pemicuan di
masyarakat? Setiap jawaban dituliskan dalam lembar-lembar kertas (metaplan), setiap lembar
untuk 1 pernyataan. Minta masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya: 33

35. 1) Mulailah dengan kelompok 1 dan 2, lakukanlah klarifikasi dan pendalaman agar tidak ada
elemen-elemen yang relevan namun tidak terungkap 2) Kembangkan diskusi pleno untuk
merumuskan bersama alat-alat PRA yang tepat untuk digunakan dalam pemicuan setiap elemen. 3)
Lanjutkan dengan kelompok 3 dan 4, lakukan juga klarifikasi dan pendalaman agar tidak ada hal-hal
yang relevan namun tidak terungkap. 4) Kembangkan diskusi pleno untuk menegaskan bahwa hal-
hal tersebut harus kita hindari dalam proses pemicuan disertai alasannya. Kembangkan diskusi
mendalam untuk menemukan elemen-elemen dan hal-hal yang spesifik terkait dengan komunitas
tertentu yang mungkin tidak tepat pada komunitas lainnya. Lakukan penggalian juga tentang
metode-metode pemicuan lain yang bisa dikembangkan, misalnya: penggunaan
pertunjukan/kesenian rakyat, pelibatan anak-anak dalam kampanye, lembaga dan kegiatan
keagamaan, dll. Kumpulkan pernyataan-pernyataan yang telah disepakati (elemen pemicu dan hal
penghambat) atau mintalah peserta menuliskannya kembali dalam bentuk yang lebih
besar/menyolok, dan tempatkanlah di area yang strategis, sehingga peserta akan bisa terus
membaca dan menginternalisasikan dalam diri masing-masing. Catatan: Untuk membiasakan bila
masih ada waktu cukup, per-kelompok dapat menyusun pertanyaan- pertanyaan kunci dari masing-
masing elemen pemicuan. Ini bertujuan untuk mengasah keterampilan penggalian elemen saat
praktek lapang nanti.SPB-D.4 DEMONSTRASI ALAT-ALAT UTAMA PRA DALAM CLTSPROSES:
Lanjutkan dengan demonstrasi (sebagai sarana belajar langsung bagi peserta dalam memfasilitasi
masyarakat dan mengenal lebih dekat bagaimana alat-alat digunakan serta diskusi-diskusi tentang
hal-hal penting yang terkait, mencakup tools berikut ini: 1) Pemetaan sosial 2) Transect walk 3)
Penghitungan jumlah tinja per hari, minggu, bulan, tahun, dst. 4) Alur kontaminasi 5) Pencemaran air
minum 6) Pencemaran air mandi dan cuci 7) Gangguan pada privacy perempuan, dll. Ingatkan terus
bahwa alat tersebut bukan tujuan, sehingga tidak ada urutan yang kaku. Semua sangat tergantung
situasi dan kondisi masyarakatnya.Adapun panduan proses demo alat-alat utama PRA seperti pada
box dibawah ini. 34

36. Panduan Bermain Peran dalam Demonstrasi Alat-Alat Utama PRA1. Mintalah sekitar 10 – 15
orang peserta (laki-laki dan perempuan) secara sukarela untuk berperan sebagai warga masyarakat
suatu dusun dan mereka rata-rata masih melakukan praktek buang air besar sembarangan. Demo ini
akan difasilitasi fasilitator pelatihan (Pelatih).2. Sebelum proses dimulai, mintalah kepada peserta
yang lain untuk menyimak proses simulasi dengan cermat, dan bila perlu mencatat langkah-
langkahnya serta kata-kata kunci penting dalam proses ini.3. Demo dimulai dengan Pemetaan Sosial,
sehingga tergambarkan: batas wilayah pemukiman dan lahan pertanian/usaha, sebaran rumah
warga, lokasi jamban dan BAB terbuka, akses setiap rumah terhadap jamban atau lokasi BAB
terbuka, lokasi dan jenis sumber air minum dan air untuk keperluan rumah tangga lainnya, serta
informasi lain yang relevan.4. Lanjutkan dengan simulasi Transect dalam bentuk yang sederhana,
dengan tekanan pada kunjungan ke lokasi BAB terbuka, dan tekankan bahwa tidak seorang pun
boleh menutup hidungnya saat kunjungan ini.5. Lanjutkanlah simulasi: Menghitung jumlah tinja (per
hari, minggu, bulan, tahun), alur kontaminasi (Diagram F), kontaminasi air bersih, kontaminasi air
minum, dan gangguan privacy pada perempuan serta pandangan agama tentang BAB terbuka.6.
Bangunlah suasana klimaks dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan bertingkat dalam rangka
mendorong perubahan: “Bagaimana perasaan saudara-saudara hidup dengan suasana seperti ini?
Apakah saudara-saudara ingin berubah?” Bilamana komunitas menyatakan tak akan berubah,
kembangkan pertanyaan-pertanyaan yang lebih tajam untuk memicu rasa malu –takut penyakit –
rasa bersalah, dst. Bila tetap tidak ada perubahan sikap, (ini upaya akhir) lanjutkan dengan
pernyataan: “Terima kasih atas pelajaran yang saudara-saudari berikan kepada saya. Ini sangat
berharga. Saya akan pulang, dan menuliskan pengalaman ini kemudian menceritakannya kepada
teman-teman saya di desa saya, bahwa ternyata masyarakat disini masih senang berak di kebun/
sungai/ semak-semak. Dan bila diijinkan, sayapun akan memuat cerita ini di surat kabar atau
majalah”.7. Bila ternyata masyarakat terlihat tergugah dan terpicu, lanjutkanlah dengan proses
memfasilitasi perencanaan oleh masyarakat, dengan pertanyaan- pertanyaan bertingkat: o Siapa
saja yang akan memulai perubahan? (semua orang yang mau berubah dicatat dalam kertas. o Dalam
bentuk apa? o Kapan dimulai? Kapan selesai? o Kapan masyarakat mentargetkan komunitas ini
bebas dari kebiasaan BAB di tempat terbuka?8. Tegaskanlah pada bagian akhir simulasi ini, bahwa
perwakilan masyarakat (sekitar 6 orang dari setiap dusun) akan diundang dalam lokakarya di
kabupaten untuk membagikan pengalamannya kepada peserta lokakarya. Simulasi berakhir. 35

37. SPB-D.5 “APA YANG HARUS DILAKUKAN (DO) DAN DIHINDARI (DON’T)”DALAM CLTSPROSES:
Setelah peserta memiliki pemahaman tentang proses fasilitasi CLTS dari demo tersebut, ajak peserta
untuk membahas apa kiat-kiat yang harus dikembangkan selama fasilitasi di masyarakat, sehingga
proses fasilitasi berjalan lancar dan efektif. Ingatkan peserta dengan Hal-hal yang harus dilakukan
(DO) dan hal-hal yang patut dihindari (DON’T) dalam CLTS. Gunakan bahan bacaan untuk
merangkum diskusi termasuk memperkuat pandangan peserta.CATATAN PENTING: Elemen-elemen
Pemicu dan Hal-hal yang Menghambat untuk setiap komunitas bisa jadi ada perbedaan. Hal ini
menjadi penting untuk digali, agar pemicuan bisa terlaksana secara optimal, selain elemen-elemen
yang umum berlaku di komunitas mana pun. Pastikan peserta paham alur fasilitasi umumnya
dimulai dengan Pemetaan Sosial, namun seterusnya sangat fleksibel dengan situasi yang
berkembang. 36

38. E. SESI – PRAKTEK LAPANGAN DAN PERENCANAAN BERSAMA MASYARAKAT SPB-E.1 PERSIAPAN
LAPANGAN 1.1. Pembentukan Kelompok PENGANTAR Sesi ini bertujuan untuk memperkuat
pengetahuan dan keterampilan peserta dalam menerapkan pendekatan CLTS, sehingga kegiatan ini
banyak dilakukan dalam diskusi dan praktek di kelompok. Sesi praktek lapang ini diawali dengan
pembentukan kelompok praktek lapang, dilanjutkan dengan persiapan lapang, simulasi dalam
kelompok, praktek lapang itu sendiri, refleksi dan review proses dan hasil dari kegiatan praktek
lapang tersebut. TUJUAN: Tersusunnya kelompok-kelompok praktek lapang yang komposisinya
mencakup seluruh komponen tim kabupaten. WAKTU: 30 menit. METODE: Pemilihan demokratis.
MATERI: ----- ALAT BANTU: Kertas plano PROSES: a) Jelaskanlah kepada peserta, bahwa pada hari
ketiga akan dilaksanakan Praktek Lapang Fasilitasi CLTS (Pemicuan dan Perencanaan) di Komunitas.
Peserta akan dibagi menjadi kelompok kecil (catatan: untuk kepentingan praktek lapang idealnya
anggota kelompok tidak lebih dari 6 orang1) Setiap kelompok diharapkan merupakan gabungan dari
individu-individu yang mewakili berbagai komponen yang ada (berdasarkan bidang keahlian, unsur
instansi atau lokasi kerja, dan seterusnya), sehingga diharapkan semua kelompok memikili kapasitas
yang berimbang. b) Laksanakanlah proses pembentukan/pembagian kelompok, dengan cara
membentuk barisan memanjang ke belakang sesuai jumlah kelompok yang disepakati. Penting untuk
membagi peserta berdasar komposisi (gender) dan unsur peserta. Misal, peserta dari bidang
kesehatan mengambil tempat dahulu untuk berbaris di kelompok yang1 Ini akan terkait dengan
jumlah lokasi praktek lapang yang harus dipersiapkan. Bila total peserta ada 25 orang, maka akan
baik bila kelompok dapat dibagi menjadi 4 kelompok dan telah disiapkan 4 komunitas yang akan
menjadi sasaran praktek lapang. Perlu diingat bahwa setiap kelompok harus didampingi oleh
fasilitator yang paham tentang pendekatan CLTS. 37

39. berbeda, selanjutnya dari unsur teknis, bidang perencanaan, dan selanjutnya. Perhatikanlah pula
aspek gender, sehingga tidak terjadi sebaran tidak merata jenis kelamin tertentu.c) Tulislah di papan
tulis/ kertas plano daftar nama anggota setiap kelompok.1.2. Persiapan Kelompok (Penyusunan
strategi/Panduan Praktek Lapangan dan Simulasi Kelompok )TUJUAN:1. Tersusunnya panduan dan
strategi praktek lapang2. Peserta siap memfasilitasi proses CLTS di masyarakat dan sekolah.WAKTU:
Maksimum 180 menitMETODE: Simulasi Penugasan dan pendampingan.MATERI: Komposisi tim
dalam memfasilitasi CLTS di komunitas Panduan Fasilitasi CLTS di KomunitasALAT BANTU: Bahan-
bahan untuk simulasi Pemetaan Sosial Kertas potong (metaplan) Kertas plano Spidol besar dan
kecil Flagband Ember untuk tempat air bersih Air mineral dalam kemasan gelas (2
gelas/kelompok) Video cameraPROSES:a) Jelaskan bahwa selanjutnya peserta akan melaksanakan
praktek lapang. Untuk itu setiap kelompok harus mempersiapkan diri (menyusun panduan dan
berlatih bila perlu).b) Berikan gambaran tentang komposisi tugas anggota tim yang biasanya
digunakan dalam memfasilitasi CLTS di komunitas, sebagai berikut:  Fasilitator Utama; yang menjadi
motor utama proses fasilitasi, 1 orang  Assistent Facilitator: membantu fasilitator utama dalam
memfasilitasi proses sesuai dengan kesepakatan awal atau tergantung pada perkembangan situasi, 
Pencatat proses; bertugas mencatat proses dan hasil untuk kepentingan dokumentasi /pelaporan
program 38

40.  Penjaga alur proses fasilitasi; bertugas mengontrol agar proses sesuai alur dan waktu, dengan
cara mengingatkan fasilitator (dengan kode-kode yang disepakati) bilamana ada hal-hal yang perlu
dikoreksi.  Penata Suasana/Pengaman; menjaga suasana ‘serius’ proses fasilitasi, misalnya dengan
mengajak anak-anak bermain agar tidak mengganggu proses (sekaligus juga bisa mengajak mereka
terlibat dalam kampanye sanitasi, misalnya dengan: menyanyi bersama, meneriakkan slogan, yel-yel,
dsb.), mengajak berdiskusi terpisah partisipan yang mendominasi atau mengganggu proses, dsb. c)
Minta wakil dari komunitas (yang sengaja diundang pada persiapan ini) atau panitia untuk
menjelaskan lokasi praktek lapang dan gambaran awal lokasi, rencana keberangkatan (waktu,
perlengkapan yang harus dibawa, kendaraan, alur perjalanan, dll.). d) Berikan penugasan kepada
setiap kelompok untuk mempersiapkan diri dan dampingi sesuai dengan keperluan. e) Bila masih
ada cukup waktu, lakukan simulasi fasilitasi atau pendalaman CLTS baik di tingkat kelompok atau
gabungan seluruh peserta. Minta salah satu kelompok untuk menjadi tim fasilitator dan peserta
lainnya sebagai masyarakat (10 – 15 orang). CATATAN PENTING:  Dalam fasilitasi sebenarnya,
urutan tidaklah dibakukan, namun pemetaan sosial semestinya dilakukan pertama  Lokasi
pemetaan sosial sebaiknya di lahan terbuka (halaman), namun hasilnya hasrus segera dipindahkan
ke kertas plano  Lokasi pemicuan dengan alat-alat oral faecal, menghitung tinja, dll. tidaklah harus
di ruang pertemuan tertutup, tetapi sebaiknya di lokasi-lokasi yang bisa mengoptimalkan rasa jijik,
takut penyakit, berdosa, dll.SPB-E.2 PELAKSANAAN PRAKTEK PEMICUAN DAN PERENCANAAN
DIMASYARAKATTUJUAN: Masyarakat memahami permasalahan sanitasi di komunitasnya dan
berkomitmen untuk memecahkannya secara swadaya Tersusunnya rencana kegiatan masyarakat
dalam rangka pemecahan masalah sanitasi di komunitasnya Terpilihnya panitia lokal komunitas
yang mengkoordinir kegiatan masyarakat.WAKTU: 7-8 jam di komunitasMETODE:1) Praktek di
komunitas oleh kelompok-kelompok dengan alat/tools:  Pemetaan 39

41.  Transek  FGD  Simulasi  Pemilihan demokratis2) Pemantauan dan umpan balik lapangan
oleh Pelatih: Observasi dan asistensi terhadap praktek fasilitasi yang dilakukan peserta.MATERI:
Panduan Pemicuan CLTS di Komunitas Outline penulisan pembelajaran dan pelaporan
lapangan.ALAT BANTU: set kit untuk praktek lapanganPROSES:Karena kegiatan praktek lapang yang
dilakukan peserta ini merupakan kegiatan riil (bukansimulasi), maka kesalahan proses dan hasil
sedapat mungkin diminimalisir. Fungsi fasilitator/pelatih yang melakukan observasi dan asistensi
adalah menjamin agar proses dan hasil fasilitasiyang dilakukan peserta benar dan optimal. Langkah-
langkah yang bisa ditempuh perludisepakati dengan para peserta yang memfasilitasi di tingkat
komunitas, agar proses dan hasilsesuai yang diharapkan namun eksistensi peserta sebagai fasilitator
haruslah dijaga (apalagiakan terus memfasilitasi komunitas tersebut). Bila memungkinkan, setiap
kelompok sebaiknyadidampingi oleh 1-2 fasilitator/ pelatih yang hanya berkonsentrasi untuk
kelompok tersebut.CATATAN PENTING: Ingatkanlah, bahwa esok hari perwakilan masyarakat (6
orang per dusun atau total 12 orang per desa, dengan perimbangan laki-laki dan perempuan)
diundang dan akan dijemput (jam 09.00 pagi) untuk menyampaikan pengalamannya (kondisi sanitasi
hingga saat ini) dan rencana ke depan kepada seluruh peserta pelatihan di tempat penyelenggaraan
pelatihan, sekaligus makan siang bersama. Wakil masyarakat akan diantar kembali ke dusun/desa
sekitar jam 14.00 dari tempat pelatihan. Untuk itu, peta lapangan dan rencana kegiatan sebaiknya
disalin ke kertas (plano) sebagai bahan presentasi masyarakat.SPB-E.3 KOMPILASI TEMUAN HASIL
PRAKTEK LAPANGAN DAN PELAPORANPEMBELAJARANTUJUAN: Tersusunnya item-item
pembelajaran dari praktek lapang setiap kelompok Tersusunnya laporan proses dan hasil praktek
lapang setiap kelompokWAKTU: Maksimum 120 menitMETODE: Diskusi kelompokMATERI: Hasil
praktek lapang. 40

42. ALAT BANTU: Kertas plano dan peralatan lain sesuai kreatifitas pesertaPROSES:a) Jelaskanlah,
bahwa sebelum bertemu masyarakat (pleno selanjutnya) akan dilakukan refleksi temuan praktek
lapang. Untuk itu setiap kelompok perlu menyusun laporan yang menggambarkan proses dan hasil
serta pembelajaran yang diperoleh dari praktek lapang tersebut. Berikan penegasan, bahwa peserta
boleh berkreasi dalam menyajikan laporannya. Untuk membantu dalam memetik pembelajaran,
berikanlah penjelasan tentang analisis yang bisa membantu menemukan pembelajaran dimaksud,
misalnya: analisa SWOT (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) atau analisis praktek baik.b)
Persilahkan masing-masing kelompok melaksanakan tugasnya.c) Fasilitator/Pelatih pendamping di
lapangan dari setiap kelompok, tetap mendampingi agar tugas benar-benar terselesaikan dengan
baik.CATATAN PENTING:Fasilitator pendamping dalam penyusunan laporan sebaiknya adalah
fasilitator yangmendampingi dalam praktek lapangan supaya bisa membantu memberikan umpan
balik.SPB-E.4 DISKUSI PLENO DENGAN MASYARAKAT DAN PARAPIHAKTUJUAN: Dipahaminya
rencana kegiatan masyarakat oleh seluruh komponen tim kabupaten. Meningkatnya motivasi
masyarakat untuk melaksanakan rencana kegiatan yang mereka susun. Disepakatinya komitmen
semua pihak untuk keberhasilan pencapaian rencana kegiatan masyarakat.WAKTU:Maksimum 120
menitMETODE: Presentasi masyarakat Diskusi pleno Feedback progresif.MATERI:Presentasi
kondisi sanitasi saat ini dan rencana ke depan dari setiap komunitas.ALAT BANTU:Semua visual hasil
pemicuan ditempel di dinding. Matriks kompetisi antar kelompok.PROSES:a) Jelaskanlah tujuan
sessi.b) Persilakan wakil masyarakat yang akan memulai presentasi untuk mempresentasikan kondisi
sanitasi di komunitasnya dan rencana mereka ke depan (waktu tersedia sekitar 20 41

43. menit untuk setiap kelompok). Jika diperlukan berikan kesempatan kepada peserta yang telah
memfasilitasi kemarin untuk menambahkan.c) Pada setiap akhir presentasi kelompok, lakukanlah
penegasan-penegasan untuk meningkatkan motivasi masyarakat, misalnya: mengajak peserta
memberi applaus, menegaskan tentang tanggal bebas BAB terbuka untuk setiap komunitas,
menunjukkan para natural leader yang akan memotori gerakan masyarakat, dll.d) Pada akhir session
berikanlah penegasan-penegasan untuk membangun komitmen bersama semua pihak dalam upaya
pencapaian bebas BAB terbuka di tingkat yang lebih luas 42

44. F. SESI – REFLEKSI, PEMBELAJARAN PRAKTEK LAPANGAN DAN RENCANA TINDAK LANJUT
PELATIHAN SPB-F.1 REFLEKSI TEMUAN PRAKTEK LAPANGAN TUJUAN:  Mengidentifikasi beberapa
hambatan yang ditemui dalam pemicuan dan upaya yang penting dilakukan kedepan. 
Mengidentifikasi pembelajaran penting yang diperoleh selama pemicuan dalam praktek lapangan.
WAKTU: Maksimum 120 menit METODE:  Presentasi kelompok  Berbagai cerita sukses dan cerita
menantang dalam pemicuan  Diskusi pleno MATERI: Laporan praktek lapang masing-masing
kelompok ALAT BANTU: Sesuai keperluan presentasi PROSES: a) Jelaskanlah tujuan session. Tegaskan
bahwa waktu yang tersedia untuk setiap kelompok sekitar 20 menit (10 menit presentasi dan 10
menit untuk diskusi penajaman). b) Berikanlah kesempatan kepada kelompok yang ingin memulai
presentasi dan tanya jawab pendalaman khususnya tentang pembelajaran yang diperoleh. Lanjutkan
sampai seluruh kelompok mempresentasikan laporannya. c) Diskusikan dalam pleno tentang
pembelajaran bersama yang diperoleh, khususnya tentang ‘apa yang seharusnya dilakukan’, ‘apa
yang seharusnya dihindari’ serta ‘apa yang spesifik bisa dikembangkan di daerah setempat’. SPB-F.2
PENYUSUNAN RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) DAN KOMITMEN BERSAMA TUJUAN:  Peserta
memahami kegiatan tindak lanjut dan pengembangan kegiatan ke depan (scaling- up)  Tersusunnya
rencana tindak lanjut tim kabupaten dalam rangka pendampingan implementasi rencana kegiatan
masyarakat yang telah terpicu dan pengembangan kegiatan CLTS di lokasi lainnya. WAKTU:
Maksimum 120 menit 43

45. METODE: Diskusi kelompok Diskusi sharing antara tim Puskesmas atau Tim KabupatenMATERI:
Matrik RTLALAT BANTU:Kertas planoPROSES:a) Jelaskanlah tujuan session. Sebelum dimulai
penyusunan RTL, Fasilitator mengingatkan bahwa pencapaian status ODF (bebas BABS) bukan tujuan
akhir dari CLTS, tapi sebagai entry point untuk kegiatan lainnya, termasuk pencapaian TOTAL
SANITASI. Fasilitator juga memberikan gambaran tentang pengalaman perluasan kegiatan sebagai
upaya scaling-up.b) Bagi peserta ke dalam beberapa kelompok berdasarkan peserta. Misalnya
kelompok Desa I, Kelompok Desa II dan Kelompok Kabupaten atau Kelompok Puskesmas-I dsb.c)
Tugas setiap kelompok untuk menyusun RTL dalam rangka pengembangan pemicuan,
pendampingan pelaksanaan rencana masyarakat yang telah terpicu dan pengembangan ke area
yang lebih luas. Sediakan waktu 30 menit untuk menyusun RTL ini. Format yang bisa digunakan,
contohnya: Kegiatan Tujuan Waktu Biaya Penanggungjawaba) Mintalah setiap kelompok
mempresentasikan RTL-nya dan berikanlah kesempatan untuk klarifikasi bersama agar tidak terjadi
tumpang tindih dan pertentangan rencana antar kelompok dalam satu kabupaten.b) Berikan
penegasan-penegasan dan pengembangan yang mungkin dilakukan dalam RTL bersama di tingkat
kabupaten. Tegaskanlah bahwa motor utama kegiatan adalah mereka, karena merekalah yang akan
terus bersama masyarakat di kabupaten ini. Pada sesi ini juga penting untuk membangun
kesepakatan, termasuk membentuk tim inti yang bertanggung jawab dalam memonitor pelaksanaan
RTL dan juga pengembangan program STBM kedepan.c) Gali kemungkinan memonitor hasil
pemicuan dimasa depan misalnya: Membiasakan diri CTPS harus terus menerus diingatkan, bentuk
kegiatannya antara lain: disekolah: a. Murid diberi PR untuk membuat prakarya sarana yang
nantinya akan dipakai di rumah. b. Gambar bertema Cuci Tangan, bagaimana cara CTPS, akibat jika
tidak CTPS, atau gambar kuman, telapak tangan dll. c. Gambar adalah media yang paling disukai anak
kelas 1-5. d. Gambar CLTS dengan tugas membuat cerita lingkungan bersih, kebiasaan BAB
sembarangan, cara/kebiasaan CTPS. e. Mengunjungi guru TK dan SD, praktek bersama guru dan
murid f. Mengembangkan lagu CTPS bersama murid dengan referensi lagu popular g. Murid
memonitor keluarganya CTPS, kemudian berkembang ke tetangganya 44

46. h. Kalender CTPS (usulan PKK), bisa di sekolah dan di rumah tangga, terutama di
dasawisma/Posyandu yang telah jalan. Contoh tabel monitoring CTPS. Sebelum Setelah Sebelum
Waktu Penting CTPS Setelah bermain Makan BAB memasak Senin √ √ √ √ Selasa Rabu Kamis Jumat
Sabtu Minggu Beri contreng (√) jika se ap hari telah melakukan kegiatan CTPS. Waktu pentingnya
dapat ditentukan bersama.G. SESI – PEMETAAN PEMAHAMAN AKHIR, EVALUASI PELATIHAN DAN
PENUTUPAN SPB-G.1 PEMETAAN PEMAHAMAN AKHIR PESERTA DAN PEMBELAJARAN TUJUAN 
Mendapatkan gambaran akhir tingkat pemahaman pengetahuan dan ketrampilan peserta
berdasarkan penilaian pribadi terhadap materi pelatihan.  Mendapatkan gambaran tentang materi
apa saja yang masih perlu mendapat perhatian selanjutnya selama pendampingan (program berjalan
di lapangan – on the job) melalui klinik pendampingan, review dan refleksi, dll. WAKTU: 20 menit
METODE: sama dengan yang digunakan pada SPB-B.2. di awal proses pelatihan ALAT BANTU: sama
dengan yang digunakan pada SPB-B.2 PROSES:  Khusus jika menggunakan cara-2 (seperti di awal
proses pemetaan pemahaman awal). Pada kertas pemahaman yang sudah ditempel di dinding,
tutup/tempel kolom yang sudah diisi (pemahaman awal) dengan kertas supaya tidak mempengaruhi
pengisian tingkat pemahaman akhir setiap peserta.  Minta setiap peserta secara teratur mengisi
kolom tingkat pemahaman akhir dari setiap materi secara bertahap. Pengisian dengan alat/bahan
yang sama (stiker dot atau spidol atau yang lainnya tergantung apa yang digukana pada saat
pemeatan awal peserta.  Buka kertas yang ditutup “tingkat pemahaman awal”, kemudian lakukan
presentasi singkat kepada semua peserta dari setiap materi.  Jelaskan sejauh mana peningkatan
pemahaman rata-rata peserta dari setiap materi. Coba tanyakan secara spontan “apa factor
utamanya perubahan tersebut?”. 45

47.  Jika perubahan pemahaman sangat signifikan, ajak peserta merayakan dengan bertepuk
tangan dan berikan selamat bahwa peserta telah mampu meningkatkan kapasitas mereka dalam
pemicuan dan pemahaman STBM secara umum.SPB-G.2 EVALUASI PELATIHANTUJUAN:
Mendapatkan masukan dari peserta tentang tingkat keberhasilan pelatihan dan saran- saran untuk
perbaikan. Mengidentifikasi pembelajaran utama yang diperoleh peserta selama pelatihan.WAKTU:
30 menitMETODE: Self evaluasi (partisipatif) Penulisan dalam kartuMATERI: Aspek evaluasi dan
pembelajaran utama yang diperoleh peserta selama pelatihan.ALAT BANTU: Sesuai metode yang
digunakan.PROSES: Tergantung metode yang digunakan (tertulis, lisan, kombinasi gerakan dan
lisan, dsb.). Komponen-komponen yang perlu dievaluasi, biasanya mencakup: pencapaian tujuan
pelatihan, kegunaan/manfaat pelatihan terhadap pekerjaan peserta, partisipasi peserta selama
pelatihan, ketrampilan fasilitator dalam mendinamisir proses, tingkat layanan panitia, dukungan
materi tertulis, dukungan konsumsi dan akomodasi, dll. Skala penilaian bisa menggunakan:
prosentase atau gradasi kepuasan (sangat puas s/d sangat tidak puas) dan sebagainya. Setiap
peserta diminta menuliskan dalam 1 kartu metaplan tentang “pembelajaran utama apa yang
diperoleh selama pelatihan dan mendukung kerja-kerja di lapangan”.SPB-G.3 PENUTUPANTUJUAN:
Pelatihan ditutup secara resmi dan memperoleh penguatan dukungan komitmen dari Pemerintah
Kabupaten. Mendapatkan informasi kejelasan wujud komitmen Pemerintah Kabupaten dalam
mendukung tindak lanjut penerapan CLTS dalam program STBM.WAKTU: 30 menitMETODE: (sesuai
dengan kebijakan lokal, namun umumnya dalam bentuk upacara sederhanadan yel-yel komitmen
penutup). 46

48. MATERI: Laporan Ketua Panitia Sambutan Tim Pusat Sambutan Bupati Do’aALAT BANTU:
Sett up ruangan sebisa mungkin informal dan tetap disesuaikan dengan budayabirokrasi Pemerintah
Kabupaten/Propinsi setempat.PROSES:Sangat tergantung dengan pola acara yang ditentukan dan
dipilih oleh PemerintahKabupaten/Propinsi, namun secara umum proses penutupan sederhana dan
dibangun informaladalah sebagai berikut: Salam pembuka Laporan Ketua Panitia tentang telah
selesainya kegiatan pelatihan (proses dan hasilnya). Sambutan Tim Pusat untuk menegaskan
dukungan dan harapan akan keberhasilan pelaksanaan program STBM di daerah. Sambutan Bupati
untuk menegaskan kembali dukungan Pemerintah Kabupaten dalam rangka pelaksanaan program
STBM, sehingga meningkatkan motivasi peserta dan pihak terkait dalam mensukseskan program ini.
Sekaligus pada kesempatan ini, Bupati menutup secara resmi pelatihan. Pembacaan doa, Salam
penutup. Foto bersama Bupati dan seluruh peserta dan panitia. 47

49. BAGIAN 3 REFERENSI BEBERAPA JENIS PERMAINANAda beberapa jenis permainan yang bisa
digunakan untuk mencairkan suasana, diantaranya: Berhitung bersama cara ‘India’ Dalam formasi
lingkaran berdiri, mintalah peserta berhitung mulai dari 1, 2, 3 dan seterusnya dengan ketentuan
sebagai berikut: Saat menyebut angka 4 setiap individu harus meletakkan salah satu tangannya (kiri
atau kanan) di dada secara menyilang. Giliran selanjutnya untuk angka 5 akan diteruskan oleh
individu di sampingnya sesuai dengan arah silang tangannya yang dapat angka 4. Jika tangan kanan
yang diangkat dan menyilang ke kiri, maka individua sebelah kiri yang menyebut angka 5 (dan
sebaliknya), maka individu sebelah kanan harus meneruskan ke angka berikutnya. Individu yang
mendapati dirinya kena menyebut angka 5 (dan kelipatannya) harus memperagakan aktivitas lain,
misalnya: menunduk sembari memberi salam, kemudian angka berikutnya diteruskan sesuai dengan
arah penghitungan yang sedang berkembang. Partisipan yang salah atau terlambat dalam menyebut
angka dirinya dikeluarkan dari lingkaran dan setelah terkumpul sekitar 3-5 orang diberikan hukuman
sesuai kesepakatan. Lakukan refleksi bersama tentang apa yang memperlancar dan menghambat
dalam permainan ini. Tujuh ‘boom’ Langkah-langkahnya sama, namun pada hitungan 7 (atau
kelipatannya) peserta tidak menyebut angka melainkan berteriak ‘boom’. Berbaris sesuai kriteria
Mintalah partisipan berbagi menjadi 4 atau 5 kelompok, dan mintalah setiap kelompok berbaris
memanjang ke belakang. Tugaskanlah dalam beberapa kali tahapan agar setiap kelompok membuat
barisan sesuai kriteria yang anda tentukan, misal: berurutan dari depan ke belakang dari yang paling
tua sampai yang paling muda, dari yang paling pendek sampai yang paling tinggi, dari yang paling
panjang rambutnya sampai yang paling pendek, dan seterusnya. Sediakan waktu 10 detik untuk
setiap tugas (kriteria), kemudian periksalah kebenaran barisan setiap kelompok dan buatlah scoring
di papan tulis. Setelah beberapa tahap, hitunglah bersama seluruh partisipan score masing-masing
kelompok. Sepakatilah siapa Juara I, II, III dan seterusnya. Lakukan refleksi bersama dengan
pertanyaan: Apa yang membuat sukses para juara? Apa yang menghambat kelompok dengan score
terendah? dan banyak lagi permainan lainnya yang bisa dikembangkan dan disesuaikan dengan
kebutuhan lapangan. 48

Anda mungkin juga menyukai