Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Farmasi adalah suatu profesi kesehatan yang berhubungan dengan
pembuatan dan distribusi dari produk yang berkhasiat obat, ini meliputi seni dan
ilmu pengetahuan dari sumber alam atau sintetik menjadi material atau produk
yang cocok dipakai untuk mencegah, dan mendiagnosa penyakit. Dalam farmasi
juga mempelajari berbagai ilmu terapan, diantaranya adalah matematika, fisika,
biologi, kimia, dan masih banyak cabang ilmu lainnya. Ilmu yang mendasari dari
farmasi yaitu farmasetika (Anief, 2005).
Menurut Syamsuni (2006) Farmasetika merupakan ilmu yang mempelajari
tentang cara penyediaan obat meliputi pengumpulan, pengenalan, pengawetan,
dan pembakuan bahan obat-obatan, seni peracikan obat, serta pembuatan sediaan
farmasi menjadi bentuk tertentu hingga siap digunakan sebagai obat, serta
perkembangan obat yang meliputi ilmu dan teknologi pembuatan obat.
Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang digunakan oleh
semua mahluk hidup bagian dalam maupun bagian luar, guna mencegah,
meringankan, maupun menyembuh penyakit. Secara umum menurut bentuk
sediaannya, obat terbagi atas 3 macam yaitu sediaan cair, sediaan semi padat dan
sediaan padat (Ansel, 1989).
Obat dalam penggunaannya ada yang digunakan secara oral atau diluar
badan. Penggunaan obat pemakaian dalam pemberian obatnya dilengkapi dengan
etiket putih sedangkan penggunaan obat luar dilengkapi dengan etiket berwarna
biru. Contoh obat pemakaian luar seperti salep, sedangkan pemakaian dalam
seperti kapsul.
Menurut Syamsuni (2005), kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari
obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Kapsul banyak digunakan
dalam pemakaian obat dalam karena kapsul dapat menutupi rasa dan bau yang
tidak enak pada saat diminum. Sediaan dalam bentuk kapsul sangat
menguntungkan selain karena rasa dan bau yang tidak mengenakkan, dapat
tertutupi sehingga semakin mudah untuk ditelan atau dikonsumsi. Selain itu juga,
lebih cepat mengerjakannya dibanding sediaan lain berupa tablet dan pil yang
memerlukan zat tambahan.
Disamping bentuknya yang menarik dan praktis, keuntungan lainnya dari
sediaan kapsul yaitu, dokter dapat mengkombinasikan beberapa macam obat dan
dosis yang berbeda sesuai kebutuhan pasien. Pada umumnya kapsul terbuat dari
gelatin yang mudah larut dalam lambung, tetapi dapat juga dibuat dari pati atau
bahan lain yang sesuai.
Gelatin terbuat dari tulang sapi, kulit sapi, kulit babi dan kulit ikan. Pada
pembuatan, kapsul berasal dari gelatin dari tulang sapi dan kulit sapi sedikit
digunakan karena mahal, sulit didapat, dan membutuhkan waktu yang lama untuk
pengerjaaannya. Sehingga gelatin yang banyak digunakan dalam pembuatan
kapsul adalah dari kulit babi. Karena murah, mudah didapat, dan membutuhkan
waktu cepatdalam pengerjaannya. Sedangkan gelatin yang terbuat dari kulit ikan
masih dalam pengembangan dan penelitian.
Peracikan sediaan obat berupa kapsul yang memenuhi persyaratan
farmasetika penting diketahui untuk dapat diterapkan pada pelayanan
kefarmasian.
1.2 Maksud Percobaan
Percobaan ini dimaksudkan agar mahasiswa dapat mengetahui dan
memahami cara pembuatan kapsul yang baik dan benar dengan menggunakan
metode tertentu.
1.3 Tujuan Percobaan
dari percobaan ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui proses
pembuatan sediaan kapsul, dapat membuat sediaan kapsul menggunakan metode
pengisian dengan tangan dan mampu memahami keuntungan serta kerugian dari
bentuk sediaan kapsul.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 TEORI UMUM
2.1.1 Pengertian
Menurut Syamsuni (2006), kapsul adalah bentuk sediaan padatan yang
terbungkus dalam suatu cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang
umumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapat juga dibuat dari pati atau bahan lain
yang sesuai. Sedangkan menurut Depkes RI (1979), kapsul adalah bentuk sediaan
obat terbungkus cangkang kapsul, keras atau lunak.
2.1.2 Macam-macam Kapsul
Macam-macam kapsul menurut Anief (1986), yaitu:
1. Kapsul gelatin keras
Kapsul gelatin keras merupakan kapsul yang mengandung gelatin, gula,
dan air. Kapsul dengan tutup diberi warna-warna. Diberi tambahan warna adalah
untuk dapat menarik dan dibedakan warnanya. Menurut besarnya, kapsul diberi
nomor urut dari besar ke kecil sebagai berikut : no. 000; 00; 0: 1; 2; 3.
2. Kapsul cangkang lunak
Kapsul lunak merupakan kapsul yang tertutup dan diberi warna macam-
macam. Perbedaan komposisi kapsul gelatin lunak dengan kapsul gelatin keras
yaitu gula diganti dengan plasticizer yamg membuat lunak, 5% gula dapat
ditambahkan agar kapsul dapat dikunyah. Sebagai plastisizer digunakan gliserin
dan sorbital atau campuran kedua tersebut, atau polihidris alcohol lain.
3. Kapsul cangkang keras
Kapsul cangkang keras biasanya diisi dengan serbuk, butiran, atau granul.
Bahan semi padat atau cairan dapat juga diisikan ke dalam kapsul cangkang keras,
tetapi jika cairan dimasukkan ke dalam kapsul, salah satu teknik penutupan harus
digunakan untuk terjadinya kebocoran. Kapsul cangkang keras dapat diisi dengan
tangan. Cara ini memberikan kebebasan bagi penulis resep untuk memilih obat
tunggal atau campuran dengan dosis tepat yang paling baik bagi pasien.
Fleksibilitas ini merupakan kelebihan kapsul cangkang keras dibandingkan bentuk
sediaan tablet atau kapsul cangkang lunak.
2.1.3 Cara pembuatan kapsul
Cara pembuatan kapsul menurut Syamsuni (2006) yaitu:
1. Dengan tangan
Cara ini merupakan cara paling sederhana karena menggunakan tangan
tanpa bantuan alat lain. Cara ini sering digunakan di apotik untuk melayani resp
dokter, dan sebaiknya menggunakan sarung tangan untuk mencegah alergi yang
mungking timbul. Untuk memasukkan obat ke dalam kapsul dapat dilakukan
dengan membagi serbuk sesuai dengan jumlah kaspsul yang diminta. Selanjutnya,
tiap bagian serbuk tadi di masukkan kedalam kapsul lalu ditutup.
2. Dengan alat bukan mesin
Alat yang dimaksud ini adalah alat yang menggunakan tangan manusia.
Dengan alat ini, akan didapatkan kapsul lebih seragam dan pengerjaan yang lebih
cepat karena dapat dihasilkan berpulu-puluh kapsul. Alat ini terbagi atas 2 bagian,
yaitu bagian yang tetap dan bagian yang bergerak.
Cara pengisiannya yaitu :
a. Buka bagian-bagian kapsul
b. Badan kapsul dimasukkan ke dalam lubang pada bagian obat yang
tidak bergerak/tetap.
c. Taburkan serbuk yang akan dimasukkan ke dalam kapsul
d. Ratakan dengan bantuan alat keras film.
e. Tutup kapsul dengan cara
3. Dengan alat mesin
Untuk memproduksi kapsul secara besar-besaran dan menjaga
keseragaman kapsul, perlu digunakan alat otomatis mulai dari membuka, mengisi
sampai menutup kapsul.
2.1.4 Syarat-sayrat kapsul
1. Keseragaman bobot
Cara untuk kapsul yang berisi obat kering. Timbang 20 kapsul. Timbang
kapsul satu persatu. Keluarkan isi semua kapsul, timbng seluruh bagian kapsul,
hitung bobot isi kapsul dan bobot rata-rata tiap isi kapsul. Perbedaaan dalam
kapsul bobot isi tiap kapsul terhadap bobot rata-rata tiap isi kapsul tidak boleh
lebih dari yang ditetapkan kolom A dan setiap 2 kapsul tidak lebih dari yang
ditetapkan kolom B.
Perbedaan bobot isi kapsul dalam %
Bobot rata-rata isi kapsul
A B

120 mg atau lebih 10% 20%


lebih dari 120 mg ± 7,5 % ± 15 %
Cara untuk kapsul yang berisi bahan obat cair atau pasta, timbang 10
kapsul. Timbang lagi 10 kapsul satu persatu. Keluarkan semua isi semua kapsul,
cuci cangkang kapsul dengan eter P. buang cairan, cucian, biarkan hingga tidak
berbau eter, timbang seluruh bagian cangkang kapsul. Hitung bobot isi kapsul dan
bobot rata-rata tiap isi kapsul. Perbedaan dalam persen bobot ini tiap kapsul
terhadap bobot rata-rata tiap isi kapsul tidak lebih dari 7,5%.
2. Waktu hancur
Lakukan pengujian waktu hancur menggunakan alat dan seperti tertera
pada kompresi. Kecuali dinyatakan lain, waktu yang dipelukan untuk
menghancurkan kelima kapsul tidak boleh lebih dari 15 menit.
3. Penyimpanan
Dalam wadah tertutup rapat, sebaiknya berisi zat pengerin, di tempat yang
sejuk.
2.1.5 Cara penyimpanan kapsul
Cara penyimpanan kapsul menurut Syamsuni (2006) yaitu:
Cangkang kapsul kelihatannya keras, tetapi sebenarnya masih
mengandung air dengan kadar 10-15% (FI ed. IV) dan 12-16% menurut literature
lain. Jika disimpan di tempat yang lembab, kapsul akan menjadi lunak dengan
melengket satu sama lain serta sukar dibuka karena kapsul itu dapat menyerap air
dari udara yang lembab. Sebaliknya, jika disimpan di tempat yang terlalu kering,
kapsul itu akan kehilangan airnya sehingga menjadi rapuh dan mudah pecah.
Oleh karena itu, penyimpnan kapsul sebaiknya dalam tempat atau ruangan
yang :
1. Tidak terlalu lembab atau dingin dan kering.
2. Terbuat dari botol-gelas, tertutup rapat, dan diberi bahan pengering (siliki
gel).
3. Terbuat dari wadah botol-plastik, tertutup rapat, dan diberi bahan
pengering (silikagel)
4. Terbuat dari aluminium-foil dalam blister atau strip.
Cara penyimpanan kapsul menurut Dirjen POM (1995)
1. Disimpan dalam wadah rata
2. Tidak tembus cahaya
3. Pada suhu kamar terkendali
2.1.6 Keuntungan dan kerugian
Keuntungan dan kerugian menurut Syamsuni (2006)
a. Keuntungan :
1. Bentuknya menarik dan praktis.
2. Cangkang kapsul tidak berasa sehingga dapat menutupi obat yang
berasal dan berbau tidak enak.
3. Mudah ditelan dan cepat hancur atau larut dalam perut sehingga obat
cepat diabsorpsi.
4. Dokter dapat mengombinasikan beberapa macam obat da dosis yang
berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan pasien.
5. Kapsul dapat diisi dengan cepat karena tidak memerlukan bahan zat
tambahan atau penolong seperti pada pembutan pil mupun tablet.
b. Kerugian
1. Tidak bisa untuk zat-zat yang mudah mengup karena pori-pori kapsul
tidak dapat menahan penguapan.
2. Tidak bisa untuk zat-zat yang hidrokopis (menyerap lembab)
3. Tidak bisa untuk zat-zat yang dapat bereaksi dengan cangkang kapsul.
4. Tidak bisa untuk balita.
5. Tidak bisa dibagi-bagi.
2.2 URAIAN BAHAN
1. Alkohol (Depkes RI, 1979)
Nama resmi : `AETHANOLUM
Nama lain : Alkohol, etanol, ethyl alcohol
Rumus molekul : C2H6O
Rumus struktur :

Berat molekul : 46,07 g/ml


Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap
rgerak; bau kha rasa panas, mudah terbakar, dan
memberikan nyala biru yang tidak berasap.
Khasiat : Sebagai zat tambahan, juga dapat membunuh
kuman.
Kegunaan : Sebagai antiseptic, pembersih alat-alat yang
digunakan saat praktikum.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya dan jauh dari nyala api.
2. Paracetamol (Depkes RI, 1979)
Nama resmi : ACETAMINOPHENUM

Nama lain : Acetamiofen/paracetamol


Rumus struktur :

Rumus molekul : C8H9NO2


Berat molekul : 151,16 gr/ml
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih, tidak berbau,
rasa sedikit pahit.
Khasiat : Analgetikum (pereda nyeri ringan), dan
antipretikum (menurunkan suhu tubuh atau
penurun demam)
Kegunaan : Sebagai bahan pembuatan obat kapsul
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlinndung dari
cahaya.
3. Mefenamic acid (Depkes RI, 1979)
Nama resmi : MEFENAMIC ACID
Nama lain : Asam mefenamat
Rumus molekul : C15H15NO3
Rumus struktur :

Berat molekul : 241,29 g/ml


Pemerian : Serbuk hablur, atau hampir putih, melebur pada

suhu 230 C
Khasiat : Sebagai obat analgesik
Kegunaan : Sebagai bahan sediaan kapsul
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
4. GG (Depkes RI, 1979)
Nama resmi : GLYCERIL GUAIACOLAS
Nama lain : Glyceril guaicolat
Rumus molekul : C10H14O4
Rumus struktur :

Berat moekul : 198,22 g/mol


Pemerian : Serbuk hablur; putih hingga agak ke abuan;
hampir tidak berbau atau berbau lemah; rasa
pahit.
Khasiat : Ekspetoran
Kegunaan : Sebagai salah satu bahan dalam pembuatan
sediaan kapsul.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
BAB III
METODE KERJA
3.1 Waktu dan Pelaksanaan Praktikum
Dilaksanakannya praktikum pembuatan “Kapsul” ini pada tanggal 8
November 2020. Pukul 15.00-19.00 WITA yang bertempat di Laboratorium
Teknologi Farmasi, Jurusan Farnasi, Fakultas Olahraga dan Kesehatan,
Universitas Negeri Gorontalo.
3.2 Alat
Alat-alat yang digunakan saat praktikum kapsul antara lain Lumpang dan
alu, lap halus, neraca analitik dan sudip.
3.3 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan saat praktikum antara lain alkohol 70%,
paracetamol, mefenamic acid, glyceryl guaiacolate, kertas perkamen, cangkang
kapsul keras, plastik obat, etiket dan tisu.
3.4 Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan
2. Dibersihkan alat menggunakan alkohol 70%
3. Digerus mefenamic acid menggunakan lumpang dan alu searah jarum
jam
4. Mefenamic acid diangkat dengan sudip jika sudah halus
5. Ditimbang mefenamic acid yang halus sebanyak 1,25 tab
6. Digerus paracetamol menggunakan lumpang dan alu searah jarum jam
7. Paracetamol jika sudah halus diangkat dengan sudip
8. Ditimbang paracetamol yang halus sebanyak 2,5 tab
9. Glyceryl guaiacolate digerus menggunakan lumpang dan alu searah
jarum jam
10. Diangkat Glyceryl guaiacolate dengan sudip jika sudah halus
11. Glyceryl guaiacolate yang halus ditimbang sebanyak 2,5 tab
12. Disisihkan mefinamid acid, paracetamol, dan glyceryl guaiacolate
yang sudah ditimbang menggunakan kertas perkamen
13. Dicampurkan mefinamid acid, paracetamol, dan glyceryl guaiacolate
yang telah di timbang
14. Sediaan yang sudah di campur dimasukkan ke dalam wadah cangkang
kapsul dengan menggunakan metode tangan.
15. Sediaan kapsul dimasukkan ke dalam plastic obat yang telah diberikan
etiket
BAB IV
HASIL DAN PEMBHASAN

4.1 Hasil

Kapsul

4.1.1 Perhitungan Bahan


a) PCT = 250 mg
b) Mefenamic Acid = 1/4 tab
c) Glyceryl Gualacolate = 1/2 tab
Sediaan yang diminta yaitu 5, maka:
250 mg
a) PCT = x 5 = 2,5 tab
500 mg
1
b) Mefenamic Acid = x 5 = 1,25 tab
4
1
c) Glyceryl Gualacolate = x 5 = 2,5 tab
2
4.1.2. Perhitungan Dosis
a).Paracetamol (Pemakaian maksimal Parasetamol untuk dewasa adalah 4
gram per-hari. Toksisitas pada hati dapat pula terjadi ketika pemakaian
bersamaan dengan alkohol) (AHFS, 2005).
n 20
X DM = X 500 mg
20 20
= 500 mg
250 mg
%OD = X 100%
500 mg
=50 % (Tidak OD)
b).Mefenamic acid (pada dosis kecil (sampai 500 mg) mempunyai efek
retensi asam urat, sedangkan bila dosis diberikan 3–4 kali (1500–2000 mg)
maka akan menimbulkan efek yang berlawanan yaitu memperlancar
ekskresi asam urat) (Tjay & Rahardja, 2007).
n 20
X DM = X 500 mg
20 20
= 500 mg
125
%OD = X 100%
500
= 0,25 mg
c).Glyceryl Guaiacolate (menurut Desai et al (2008) dosis maksimum
untuk anak-anak kurang dari 10 250 mg per dosis, Dosis maksimum untuk
anak-anak yang lebih dari 10 tahun 500 mg per dosis).
n 20
X DM = X 400 mg
20 20
= 400 mg
200
%OD = X 100%
500
= 0,4 mg
4.2. Pembahasan
Menurut Depkes RI (1979), kapsul adalah bentuk sediaan obat terbungkus
cangkang kapsul, keras atau lunak. Cangkang kapsul dibuat dari Gelatin dengan
atau tanpa zat tambahan lain.
Kapsul adalah sediaan padat yang terbungkus dalam suatu cangkang keras
atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapat
juga dibuat dari pati atau bahan lain yang sesuai (Syamsuni,2006).
Gelatin bersifat stabil diudara bila dalam keadaan kering, akan tetapi
mudah mengalami peruraian oleh mikroba bila menjadi lembab dan bila disimpan
dalam larutan berair. Oleh karena itu, kapsul gelatin yang lunak mengandung
lebih banyak uap air daripada kapsul keras, pada pembuatannya ditambahkan
bahan pengawet untuk mencegah timbulnya jamur dalam cangkang kapsul.
Biasanya kapsul keras gelatin mengandung air antara 9-12 %. Bilamana disimpan
dalam lingkungan dengan kelembapan yang tinggi, penambahan uap air akan
diabsorbsi oleh kapsul dan kapsul keras akan rusak dari bentuk kekerasannya.
Sebaliknya dalam lingkungan udara yang sangat kering, sebagian uap air yang ada
didalam kapsul gelatin mungkin akan hilang, dan kapsul menjadi rapuh bahkan
akan remuk bila dipegang (Ansel,1985).
Menurut Chaerunnisa (2009), Bentuk kapsul bermacam-macam misalnya
bulat, oval, panjang dan silinder. Biasanya kapsul dibuat dari gelatin USP yang
dikeruhkan dengan TiO2 (putih) dan diberi warna bervariasi sesuai yang
diinginkan untuk membedakan isinya. Biasanya tutup wadahnya diberi warna
yang berbeda. Ukuran kapsul juga dibedakan oleh panjang dan diameter dari
kapsul yang dinyatakan dalam angka-angka. Kapasitasnya tergantung dari jenis
zat yang dimasukkan. Biasanya bisa voluminiud, kapasitasnya lebih kecil.
Ukuran kapsul menunjukkan ukuran volume dari kapsul dan dikenal ada 8 macam
ukuran, yaitu 000, 00, 0, 1, 2,3,4 dan 5. Ukuran 000 adalah ukuran kapsul untuk
hewan, sedangkan untuk pasien, ukuran terbesar adalah 00.
Sebelum memulai praktikum pembuatan kapsul, langkah pertama yaitu
menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Alatnya antara lain yaitu
lumpang dan alu, lap halus, neraca analitik dan sudip, adapun bahannya yakni
alkohol 70%, paracetamol, mefenamic acid, glyceryl guaiacolate, kertas
perkamen, cangkang kapsul keras, plastik obat, etiket dan tisu.
Bersihkan alat terlebih dahulu dengan alkohol 70% karena menurut
Pratiwi (2008) alcohol 70% berfungsi sebagai disinfektan dan atiseptik.
Sedangkan menurut Handoko (2007) efektivitas alkohol 70% sebagai disinfektan
terhadap kuman pada membran stetoskop, dengan menyemprot dan menggenangi
membran stetoskop selama 10 menit terbukti mampu memproduksi jumlah koloni
kuman sampai 91% tiap membran stetoskop.
Pada praktikum ini digunakan zat aktif, parasetamol, mefenamat acid dan
glyceryl guaicolate. Menurut Lusiana Darsono (2002), Parasetamol
(asetaminofen) merupakan obat analgetik non narkotik dengan cara kerja
menghambat sintesis prostaglandin terutama di Sistem Syaraf Pusat (SSP) .
Parasetamol digunakan secara luas di berbagai negara baik dalam bentuk sediaan
tunggal sebagai analgetik-antipiretik maupun kombinasi dengan obat lain dalam
sediaan obat flu, melalui resep dokter atau yang dijual bebas. Indikasi dari zat
aktif parasetamol ini, parasetamol merupakan pilihan lini pertama bagi
penanganan demam dan nyeri sebagai antipiretik dan analgetik. Parasetamol
digunakan bagi nyeri yang ringan sampai sedang. Mekanisme kerja dari
parasetamol adalah hambatan terhadap enzim siklooksigenase (COX,
cyclooxygenase) dan penelitian terbaru menunjukkan bahwa obat ini lebih selektif
menghambat COX-2. Meskipun mempunyai aktivitas antipiretik dan analgesik,
tetapi aktivitas antiinflamasinya sangat lemah karena dibatasi beberapa faktor,
salah satunya adalah tingginya kadar peroksida dapat lokasi inflamasi. Hal lain,
karena selektivitas hambatannya pada COX-2, sehingga obat ini tidak
menghambat aktivitas tromboksan yang merupakan zat pembekuan darah.
Asam mefenamat merupakan derivat asam antranilat dan termasuk ke
dalam golongan obat anti inflamasi nonsteroid (AINS). Dalam pengobatan, asam
mefenamat digunakan untuk meredakan nyeri dan rematik. Obat ini cukup toksik
terutama untuk anak-anak dan janin, oleh karena itu asam mefenamat tidak boleh
dipakai selama lebih dari 1 minggu dan sebaiknya jangan digunakan untuk anak-
anak yang usianya di bawah 14 tahun, indikasinya yaitu meredakan nyeri ringan
sampai sedang sehubungan dengan sakit kepala, sakit gigi, dismenore primer.
Selain itu, digunakan pula pada keadaan yang termasuk: nyeri akibat trauma, nyeri
otot, dan nyeri sesudah operasi (Munaf, 1994).
Gliseril guaiakolat atau guaifenesin merupakan salah satu obat batuk
ekspektoran. Gliseril guaiakolat diusulkan untuk memiliki tindakan ekspektoran
melalui peningkatan output cairan saluran pernafasan, menambah aliran sekresi
yang kurang kental, mendorong tindakan yang siliaris dan memfasilitasi
pengangkatan lendir yang kering. Indikasinya yaitu  meredakan batuk berdahak
(sebagai ekspektoran),(Smith, 2010).
Setelah semua bahan telah disiapkan, mulailah menggerus bahan satu
persatu dengan mendahulukan dari bobot yang paling besar kemudian yang kecil,
hal ini dilakukan agar partikel didalamnya memiliki kehalusan yang sama rata.
Pertama geruslah semua bahan yang akan dipakai dalalam pembuatan kapsul ini,
antara lain mefenamic acid, paracetamol, dan Glyceryl guaiacolate menggunakan
lumpang dan alu searah jarum jam. Hal ini perlu di perhatikan, karena menurut
Lachman (1988), Suatu zat yang digerus akan mengalami perubahan menjadi
bentuk partikel yang lebih kecil atau lebih halus sehingga luas permukaannya
akan meningkat. Jika ditambah dengan zat lain pun, maka pencampuran yang
merata dan homogen akan mudah tercapai. Peningkatan luas permukaan dan
homogenitas zat aktif inilah yang akhirnya akan menentukan kerja optimal suatu
obat. Setelah semua bahan telah dihaluskan, timbanglah sesuai ukuran yang
tertera dalam resep. Langkah berikutnya yaitu menyiapkan kertas perkamen
sebanyak 6 lembar untuk menaruh bahan-bahan yang telah digeruskan
sebelumnya. Cara pengisian kapsul dalam percobaan ini menggunakan metode
tangan. Menurut Syamsuni (2006), Cara pengisian menggunakan metode tangan
ini merupakan cara yang paling sederhana. Cara ini sering digunakan di apotek
untuk melayani resep dokter. Pada pengisian dengan cara ini sebaiknya digunakan
sarung tangan untuk mencegah alergi yang mungkin timbul akibat petugas tidak
tahan terhadap obat tersebut. Untuk memasukan obat, dapat dilakukan dengan
membagi dahulu sesuai dengan jumlah kapsul yang diminta, kemudian tiap bagian
serbuk tadi dimasukkan kedalam badan kapsul dan ditutup. Langkah selanjutnya
sediaan kapsul yang telah jadi dimasukkan ke dalam plastic obat sertakan dengan
etiket putih.
Kemungkinan kesalahan dalam praktikum ini yaitu penggerusan yang
tidak halus dan homogen khasiat obat akan kurang efektif dan dalam pengisian
kapsul harus menggunakan sarung, jika tidak maka tangan yang lembab
menyebabkan kapsul menjadi lembek.
4.3 Nama Latin
Dr.kirana siregar
SIP:020/152/SIP.Tu/V/2016
Praktek:jl.Teuku Umar No.8 Gorontalo
Telepon (9411)359608
Gorontalo 6,November 2020
R/
PCT 250 mg
Mefenamic Acid ¼ tab
Glyceryl Gualacolate ½ tab

Pro : ny.Nanda
Umur : 20 tahun

Menurut Syamsuni (2006)


Singkatan Nama Latin Arti
R/ Recipe Ambillah
250 Duo quinquaginta 250
¼ Pars quattuor ¼
½ Pars duo ½
Mg Miligrama Milligram
Pro Pro Untuk
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kapsul dapat didefnisikan sebagai bentuk sediaan padat, dimana suatu
macam obat atau lebih yang dimasukkan kedalam cangkang atau wadah kecil
yang dapat larut dalam air. kapsul terdiri dari kapsul cangkang keras dan kapsul
cangkang lunak. cangkang umumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapat juga dibuat
dari bahan lain yang sesuai. Cara pembuatan kapsul terdiri dari Dan cara
pembuatan kapsul, yang pertama menyiapkan alat dan bahan, yang kedua
membersihkan alat dengan menggunakan alkohol 70%, ketiga menghitung semua
bahan obat yang akan digunakan kedalam lumpang, yang kelima menggerus
sampai homogen semua bahan, yang keenam pada obat yang bersalut harus
digerus dengan lumpang yang berbeda dan diayak terlebih dahulu sebelum obat
dicampur dengan obat yang lainnya.
5.2 Saran
5.2.1 Untuk Jurusan
Diharapkan agar dapat melengkapi fasilitasnya berupa bahan-bahan yang
menunjang dalam proses praktikum agar hubungan asisten dan praktikum yang
dilaksanakan dapat berjalan dengan lancer.
5.2.2 Untuk Asisten
Asisten dan praktikan diharapkan tidak ada komunikasi yang terlewat
selama proses praktikum agar hubungan asisten dan praktikan diharapkan selalu
terjaga keharmonisannya agar dapat terjaga keharmonisannya dan agar dapat
tercipta suasana kerja sama yang baik.
5.2.3 Untuk Praktikan
Praktikan diharapkan saat praktikum selanjutnya bias melaksanankan
praktiku m lebih baik lagi dan tidak membuat kesalahan dalam menghitung dosis
obat yang diminta. selain itu, berhati-hatilah dalam mencampur obat dan juga
didalam praktikum keseriusan diutamakan.
5.2.4 Untuk Laboratorium
Dapat memberikan dukungan dalam hal kelengkapan alat-alat
laboratorium agar praktikan dapat melaksanakan praktikan dengan lebih maksimal
DAFTAR PUSTAKA
AHFS, 2005, Drug Information, American Society of Health-System Pharmacists.

Anief, M., 2005, Farmasetika, 29-30, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Anief, M., 1986.Ilmu farmasi. Jakarta: UI Press.


Ansel, H.C., 1985. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: Universitas
Indonesia Press
Ansel, H.C.,1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim, Asmanizar, Iis Aisyah, Edisi keempat, Jakarta, UI Press.
Chaerunnisa, Anis, dkk. (2009). Farmasetika Dasar: Konsep Teoritis dan
Aplikasi Pembuatan Obat. Bandung: Widya Padjajaran
Departemen Kesehatan RI, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Jakarta
Dirjen POM.1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Mark K Smith., (2010). Teori Pembelajaran dan Pengajaran: Mengukur
Kesuksesan Anda dalam Proses Belajar Mengajar Bersama Psikolog
Pendidikan Dunia. Jogjakara: Mirza Media Pustaka.
Munaf, Sjamsuir. (1994). Catatan Kuliah Farmakologi Bagian II. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Lachman, L., Schwartz, J.B., and Lieberman H.A., 1989, Pharmaceutical Dosage
Forms., Tablets, 2nd Ed, 492, Marcell Dekker Inc., New York
Lusiana Darsono. 2002. Diagnosis dan Terapi Intoksikasi Salisilat dan
Parasemol. Bandung: Unviversitas Kristen Maranatha.
Pratiwi, Sylvia., T., 2008, Mikrobiologi Farmasi, Jakarta, Erlangga.
Syamsuni H.A., 2005, Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Syamsuni H.A., 2006, Ilmu Resep, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
T. Hani Handoko. 2007. Mengukur Kepuasan Kerja. Jakarta:Erlangga.
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1 : Alat dan Bahan

1. Alat

No Nama Alat Gambar Fungsi

Sebagai
1. Lap Halus pengalas Alat
dan Bahan

2. Lumpang Alu Untuk


Sudip menggerus obat

Untuk
menimbang
3. Neraca Analitik bahan kimia
berupa zat padat
atau serbuk
yang akan di
gunakan
Untuk
mengambil
bahan – bahan
4. Sudip kimia berupa zat
padat atau
bubuk

2. Bahan

No Nama Bahan Gambar Fungsi

1. Alkohol 70% Digunakan


untuk
membersihkan
alat

Untuk
2. Cangkang menyimpan
Kapsul serbuk obat

Sebagai sumber
informasi dalam
3. Etiket penggunaan
obat

Meredakan
batuk dan
4. Glyceryl melancarkan
Guaiacolate pengeluaran
dahak di saluran
napas
untuk
5. Kertas meletakkan dan
Perkamen menimbang
bahan obat yang
sudah digerus
Untuk
meredakan
6. Mefenamic nyeri, seperti
Acid sakit gigi, sakit
kepala, dan
nyeri haid.

7. Paracetamol Untuk penurun


demam dan
pereda nyeri

Sebagai tempat
untuk
8. Plastik Klip menyimpan
kapsul atau
kemasan kapsul

9. Tisu Untuk
membersihkan
alat

lampiran 2 : Diagram Alir

Sediaan Tablet
- Disiapkan alat dan bahan
- Dibersihkan alat menggunakan alkohol 70%
- Digerus obat Mefenamic Acid, Paracetamol dan Glyceryl
Guaiacolate tablet dilumpang dan alu satu persatu sampai halus
- Dicampurkan seluruh sediaan obat menggunakan lumping dan
alu
- Disisihkan diatas kertas perkamen dan dibagi sesuai dengan
perintah yang diberikan
- Dimasukkan sediaan kedalam wadah kapsul
- Ditutup wadah kapsul menggunakan tutup kapsul

Sediaan Kapsul

Lampiran 3 : Skema Kerja


Menggerus obat Membersihkan Menyiapkan alat
satu persatu alat menggunakan dan bahan
menggunakan alkohol 70%
lumpang dan alu

Menimbang obat Mencampur obat- Menyisihkan obat


yang telah halus obat yang telah di yang sudah
menggunakan timbang dicampur ke atas
neraca analitik kertas perkamen

Mentutup wadah .Masukkan sedian Membagi obat


kapsul dengan yang sudah di yang sudah
campur ke dalam dicampur sesuai
tutup kapsul
wadah cangkang dengan perintah
kapsul
Memasukkan Membersihkan
sedian kapsul ke kembali alat yang
dalam klip plastik telah digunakan
yang telah
diberikan etiket
Lampiran 4 : Resep Dan Etiket

a. Resep

b. Etiket

Anda mungkin juga menyukai