Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH MIKROBIOLOGI

“SEL PROKARIOTIK”

DISUSUN OLEH :
MAR’ATUL AZIZAH S. NAWAI
G70119002

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “Sel
Prokariotik” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.

Dan Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak yang tlah membantu secara
langsung maupun tak llangsung dalam penyusunan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan mengenai “Sel Prokariotik”. Penulis menyadari bahwa terdapat
kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Palu, 20 Februari 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Prokariota atau prokaryote berasal dari bahasa yunani, pro yang berarti sebelum
dan karyone atau kernel berarti nukleus. Sel prokariot merupakan sel tunggal
yang menjadi ciri khas dari kingdom monera yaitu bakteri dan archae. Sel ini
sering terlihat dalam rantai agregat atau sel yang mengelompokkan diri menjadi
ratusan.

Secara umum sel prokariot lebih kecil dari pada sel eukariot karena prokariot
memiliki struktur yang lebih sederhana dengan tidak adanya organel-organel
seperti nucleus, mitokondria dan plastid, namun pada sel prokariot terdapat suatu
struktur yang berfungsi sama dengan mitokondria dan plastid, yaitu mesosom
dan kromator. Organel-organel yang terdapat pada sel prokariot adalah
mesosom, sitoplasma, ribosom dan materi inti (DNA dan RNA). Semua organel
tersebut tidak terselubung dengan membran serta tidak ada membrane yang
memisahkan daerah inti dengan bagian sel lainya, sehingga pada bagian inti sel
seperti materi genetik (DNA atau RNA) terkonsentrasi pada suatu daerah yang
disebut nucleoid dan secara langsung inti sel tersebut mengadakan kontak
dengan protoplasma. Untuk menghasilkan kinerja yang maksimal pada sel,
prokariot mengalami kompartemenisasi yakni pengelompokan senyawa-senyawa
dalam suatu unit fungsional.

Organisme prokariotik tersebar di bumi dalam jumlah yang Sangat banyak.


Mereka dapat hidup dengan memanfaatkan lebih banyak sumber energy
dibandingkan organisme lainnya dan dapat hidup hampir di semua lingkungan
bumi selama ada air. Prokariotik telah berdiversifikasi besar-besaran dalam
waktu yang lama. Metabolisme prokariotik jauh lebih bervariasi dibandingkan
dengan eukariotik, sehingga terdapat banyak tipe prokariotik. Misalnya,
disamping melakukan fotosintesis atau menghasilkan senyawa organik sebagai
energi, prokariotik juga mendapat energi dari senyawa anorganik seperti H2S
atau yang lainnya, sehingga membuat prokariotik bisa bertahan hidup di
lingkungan sedingin permukaan salju Antartika, sepanas lubang hydrothermal
dasar laut, sumber air panas serta di tempat ekstrem lainnya.

I.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Sel prokariotik ?
2. Bagaimana asal usul sel prokariotik ?
3. Bagaimana struktur dan fungsi sel prokariotik ?
4. Bagaimana pengelompokkan sel bakteri ?
5. Bagaimana pengelompokkan dari cyanobacteria dan archaebacteria ?
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Pengertian Sel Prokariotik


Sel prokariotik merupakan bentuk kehidupan yang terkecil dan memiliki
metabolisme paling bervariasi. Kata prokariotik sendiri berarti “ sebelum
nukleus” yaitu suatu organisme bersel satu tanpa memiliki nukleus. Hal ini
berarti bahwa sel prokariotik ini merupakan nenek moyang dari sel eukariotik,
karena dia ada sebelum sel eukariotik ada. Sel prokariotik ini memiliki tiga
komponen dasar diantaranya yaitu: plasmalemma, ribosom, dan nukleoid.
Beberapa prokariotik tidak memiliki kapsul yang menyelubungi dinding sel,
kecuali prokariot yang dapat berfotosintesis. Sel prokariotik ini dapat
mengabsorbsi bahan organik untuk pertumbuhannya. Sel prokariotik memiliki
ukuran antara 1 – 10 µm. Masing – masing sel prokariotik dapat menghasilkan
sel baru dengan cara membelah diri dan menghasilkan spora atau melakukan
pertunasan

II.2 Asal Usul Sel Prokariotik


Sel prokariotik merupakan sel yang memiliki struktur lebih sederhana
dibandingkan dengan sel eukariotik, karena hanya memiliki sel tunggal atau
uniseluler. Inti sel pada prokariotik tidak memiliki membran oleh karena itu
disebut nucleoid.
Para ahli menduga bahwa makhluk hidup yang pertama kali muncul di bumi
adalah prokariotik, yang berkembang sebelumnya dari protobion. Asal usul
organisme dimulai dari protein yang terbentuk melalui proses evolusi kimia.
Protein yang menyusun sel akan berkembang menjadi proteneoid dan
selanjutnya melalui evolusi biologi berkembang menjadi protobion dan
selanjutnya prokariotik. Hal ini jelas mematahkan pendapat yang menyebutkan
sebelumnya bahwa kehidupan muncul secara spontan dari materi yang tidak
hidup.

Ketika sel purba baru seperti protobion terbentuk, maka reaksi metabolik yang
rumit itu belum tentu dapat dilakukan oleh sel, atau lebih tepatnya sel belum
memerlukan protein seperti halnya organisme lain yang telah berkembang.
Karena pada masa itu sel dapat mengambil molekul-molekul berbahan organik
yang diperlukan langsung dari lingkungannya. Akan tetapi lama kelamaan,
seiring dengan waktu yang berjalan maka bahan organik di lingkungan semakin
berkurang. Hal ini menyebabkan sebagian sel mulai membentuk enzim-enzim
agar dapat mengambil molekulmolekul organik yang dibutuhkan. Sejalan
dengan bertambahnya waktu, enzim-enzim di dalam sel semakin beragam
jenisnya sehingga reaksi-reaksi metabolik di dalam sel juga berkembang
menjadi semakin kompleks.

II.3 Struktur dan Fungsi Sel Prokariotik


Bagian dari sel prokarotik pada komponen plasmalemma atau membran sel
terdapat sitoplasma dan nukleoid sedangkan bagian luarnya terdapat dinding sel
yang berfungsi untuk mengokohkan dan memberi bentuk kepada sel.
Mycoplasma merupakan salah satu jenis prokariotik yang tidak memiliki
dinding sel tetapi memiliki plasmalemma dengan ketebalan 10 nm.

Adapun contoh dari sel prokariotik ini ialah pleuropneumonia–like organism


(PPLO), bakteri, alga biru (Cyanobacteria, blue green algae), dan archaea. Sel
prokariotik ini kebanyakan jenisnya memiliki dinding sel di sekitar membran
plasma. Sel ini memiliki struktur yang sederhana tetapi memiliki jenis variasi
yang banyak. Berikut merupakan bagian-bagian sel prokariot dan fungsinya :
1. Dinding sel
Dinding sel merupakan bagian paling luar dari sel dan terdiri atas tiga
bagian yakni kapsul, dinding sel dan membrane plasma. Dinding sel ini
tersusun atas peptidoglikan, polisakarida, lemak dan protein. Fungsi dari
dinding sel adalah memberi bentuk dari sel, tempat pertukaran zat dan
reproduksi, sebagai pelindung dan jalan keluar masuknya molekul.
2. Sitoplasma
Sitoplasma tersusun atas Air, nutrisi / zat makanan terlarut, lemak, protein,
mineral, serta enzim-enzim. Enzim pada Sitoplasma berguna untuk
metabolisme sel dan pencernaan ekstraseluler.
3. Mesosom
Membran plasma yang melekuk kedalam atau invaginasi merupakan
Mesosom yang berguna untuk sintesa dinding sel, pembelahan dan tempat
oksidasi makanan yang akan menghasilkan energy. Mesosom terletak di
dekat dinding sel dan baru terbentuk saat sel bakteri mengalami pembelahan
biner. Enzim pernapasan pada membrane mesosom berperan dalam reaksi-
reaksi oksidasi untuk menghasilkan energy.
4. Membran plasma
Selaput tipis yang membatasi organel-organel sel dengan lingkunganya
disebut sebagai membrane plasma. Membran ini tersusun atas molekul
lemak dan protein sekaligus sebagai pelindung molecular sel dengan
lingkunganya. Fungsi lain dari membrane plasma mengatur lalu lintas
molekul dan ion dari dan kedalam sel.
5. Nukleoid
RNA atau DNA merupakan materi genetic dari sel bakteri yang membentuk
lingkaran atau sirkuler dan tunggal. DNA sirkular yang lebih kecil dan
berada di luar kromosom dari sel bakteri disebut plasmid.
 DNA
DNA atau asam deoksiribonukleat merupakan persenyawaan yang
tersusun atas gula deoksiribosa, fosfat, dan basa-basa nitrogen. DNA
berfungsi sebagai pembawa informasi genetik, yaitu sifat-sifat yang
harus diwariskan kepada keturunannya. Oleh sebab itu, DNA disebut
pula sebagai materi genetik.
 RNA
RNA atau asam ribonukleat merupakan persenyawaan hasil transkripsi
DNA. Jadi, bagian tertentu DNA melakukan transkripsi membentuk
RNA. RNA membawa kodekode genetik sesuai pesanan DNA.
Selanjutnya, kode-kode genetik itu akan diterjemahkan dalam bentuk
urutan asam amino dalam proses sintesis protein. Demikianlah struktur
sel prokariotik pada bakteri E. coli. Ternyata, bakteri mempunyai
bagian-bagian sel yang rumit. Setiap bagian sel ini mempunyai peranan
yang penting bagi kelangsungan hidup sebuah sel. Namun, bagian-
bagian sel itu tidak dapat berdiri sendiri dalam menjalankan fungsi
sebuah sel, melainkan harus bekerja sama dengan bagian sel lain
membentuk satu kesatuan.
6. Ribosom
Ribosom merupakan organel berupa granula yang mengapung dalam
sitoplasma yang berfungsi sebagai sintesis protein. Susunanya terdiri atas
RNA dan protein yang berukuran sangat kecil yakni 15-20 nm.
7. Flagella dan pili (fimbriae)
Sebagian bakteri memiliki flagella(organ pergerakan) yakni pada bakteri
basilus dan spirilus. Flagella tersusun atas protein flagillin. Pili memiliki
ukuran yang lebih kecil dari flagella sehingga hanya bisa dilihat dengan
mikroskop electron. Pili berfungsi untuk melekatkan diri pada jaringan
hewan atau tumbuhan yang merupakan penghasil nutrientnya. Keduanya

merupakan organ yang menonjol pada permukaan.


II.4 Klasifikasi Sel Bakteri
Salah satu contoh organisme prokariotik adalah bakteri. Di dalam sel bakteri,
telah berlangsung reaksi-reaksi yang cukup rumit, bahkan memiliki tiga reaksi
penting untuk memperoleh energi terjadi di dalam selnya. Respirasi dan
fotosintesis yang berlangsung pada eukariotik juga dapat dilakukan sejumlah
bakteri.

Bakteri umumnya berbentuk 1-sel atau sel tunggal atau uniseluler, tidak
mempunyai klorofil berkembangbiak dengan pembelahan sel atau biner. Karena
tidak mempunyai klorofil, bakteri hidup sebagai jasad yang saprofitik ataupun
sebagai jasad yang parasitik. Tempat hidupnya tersebar di mana-mana, yaitu di
udara, di dalam tanah, didalam air, pada bahan-bahan, pada tanaman ataupun
pada tubuh manusia atau hewan. Klasifikasi bakteri dapat didasarkan pada
beberapa jenis penggolongan, yaitu ;
 Klasifikasi Bakteri Patogen
Bergey’s Manual ed. 8 terakhir membagi Prokariota dalam 4 divisi utama,
berdasarkan ciri khas dinding selnya yaitu :
I. Gracilicutes : Bakteri Gram Negatif
II. Firmicutes : Bakteri Gram Positif
III. Tenericutes : Bakteri tanpa dinding sel
IV. Archaebacteria
Dimana I, II dan III termasuk kedalam Eubacteria
 Klasifikasi Berdasarkan Genetika
Perkembangan-perkembangan dalam biologi molekuler memungkinkan
diperolehnya informasi mengenai kekerabatan organisme-organisme pada
tingkat genetic berdasarkan :
I. Komposisi basa DNA
II. Homologi sekuens DNA dan RNA Ribosoma
III. Pola-pola metabolism stabil yang dikontrol oleh gen
IV. Polimer-polimer pada sel V. Struktur organel dan pola regulasinya
 Klasifikasi Berdasarkan Ekspresi Fenotipe :
I. Morfologi Sel
II. Morfologi Koloni
III. Sifat terhadap pewarnaan
IV. Reaksi pertumbuhan
V. Sifat pertumbuhan
 Klasifikasi Berdasarkan Bentuk Sel :
I. Bentuk bulat (coccus)
II. Bentuk batang
III. Bentuk spiral
IV. Bentuk vibrio
 Klasifikasi Terhadap Sifat Pewarnaan :
I. Pewarnaan sederhana
II. Pewarnaan diferensial
III. Pewarnaan khusus
 Klasifikasi berdasarkan Sifat Pertumbuhan :
I. Aerob
II. Anaerob
III. Mikroaerofilik
 Klasifikasi berdasarkan metabolisme :
I. Bakteri Autotrophic
II. Bakteri Heterotrophic

1. Archaebacteria (Archaea)
Archaea merupakan kelompok bakteri yang berbeda dari prokaryotik lainnya,
perbedaannya pada molekul RNA ribosomal 16S-nya, morfologis, dan
fisiologis. Membran Archaea berbeda dengan membran bakteri pada
umumnya karena mengandung ether yang berangkai dengan lipid dan terikat
pada gliserol. Dieter-gliserol dan tetraeter-digliseriol merupakan tipe lipid
utama yang dijumpai pada membran sel Archaea. Membran Archaea
mengandung lipid-lipid non-polar, adapun dinding selnya tidak mengandung
murei. Archaea memiliki kemampuan dalam mengatur ketebalan membran
selnya. Dinding sel Archaea mengandung asam muramat dan D-asam amino,
dan peptidoglikan. Beberapa spesies yang lain mungkin mengandung
pseudopeptidoglikan, polisakarida, glikoprotein atau protein. Metabolisme
Archaea bervariasi, ada yang khemoorganotrof dan adapula yang ototrof.
Secara umum tipe metabolisme yang terdapat dalam Archaea mirip dengan
yang ada pada Eubacteria.

Salah satu contoh utama dari Archaea adalah kelompok bakteri metanogenik.
Kelompok bakteri tersebut mampu membentuk metana melalui reduksi
karbondioksida, bersifat anaerob obligat yang menggunakan elektron dari
oksidasi hidrogen atau senyawa organik sederhana seperti asetat dan metanol.
Bakteri metanogenik mampu mengkonversi substrat berupa CO2, senyawa-
senyawa metil, atau asetat menjadi gas metana. Proses konversi ini
digambarkan sebagai suatu tipe respirasi anaerobik. Bakteri metanogenik
tidak mampu menggunakan senyawa karbohidrat, protein atau senyawa
organik kompleks lainnya. Seringkali kelompok bakteri ini berasosiasi
dengan mikroorganisme lain yang berperan dalam menjaga konsentrasi
oksigen yang rendah dan menyediakan karbondioksida serta asam-asam
lemak. Bentuk asosiasi ini antara lain dijumpai pada rumen. Beberapa contoh
bakteri metanogenik, yaitu Methanobacillus, Methanococcus, dan
Methanosarcina.

Halobacterium dan Halococcus merupakan anggota Archaea yang memiliki


kemampuan metabolisme fototrofik untuk mensintesis ATP yang dilakukan
oleh bakteri orhodopsin yang merupakan protein membran, dan memiliki
sifat halofilik ditunjukkan oleh kemampuannya tumbuh jika tersedia
sekurangnya 15% NaCl.
Sulfolobus merupakan Archaea yang berperan dalam siklus sulfur sebagai
agen pengoksidasi sulfur. Sulfolobus mampu tumbuh secara ototrofik
menggunakan sulfur elemental sebagai sumber energi. Pada umumnya
Sulfolobus adalah termofilik, dengan suhu optimum 70-750 C. Berdasarkan
karakternya Sulfolobus sering dijumpai pada mata air panas dan lingkungan
yang asam.

Archaea hipertermofilik merupakan bagian terbesar dari jasad prokaryotik


termofilik yang dikenal. Keseluruhannya memerlukan senyawa sulfur
tereduksi untuk metabolisme. Dalam banyak kasus bentuk senyawa sulfur
tereduksi digunakan sebagai akseptor elektron untuk melangsungkan respirasi
anaerob.

Thermoplasma merupakan prokaryota tanpa dinding sel dan mirip


mikoplasma. Thermoplasma merupakan jasad asidofilik, aerobik
khemoorganotrof dan termofilik. Umumnya jasad ini dijumpai pada bekas
tambang batubara. Membran selnya mengandung lipopolisakarida yang
terdiri dari lipid dengan empat gugus eter, manosa, dan glukosa. Kelompok
fisiologis utama Archaebacteria, yaitu: termofilik (termasuk termoasidofilik),
pereduksi sulfat, matanogenik dan halofilik ekstrem.

Kelompok-kelompok fisiologis ini tidak berhubungan dengan kedudukan


filogeninya. Pereduksi sulfat merupakan kelompok Archaea yang paling luas
sebarannya. Perhatian banyak ditujukan pada kelompok ini mengingat
kemampuannya dalam meningkatkan kandungan sulfur pada minyak bumi
sehingga saat digunakan lebih banyak sulfur yang dilepaskan ke udara, akibat
lainnya yaitu meningkatnya biaya penyulingan minyak karena sulfida yang
terbentuk akan menyebabkan komponen penyulingan mudah aus.

2. Cyanophyta (Alga Hijau-Biru) / Cyanobacteria


Cyanophyta alga biru atau ganggang belah atau ganggang lendir
(Chyanopyceae, Schizophyceae, Myxophyceae) merupakan divisi alga yang
paling primitive. Cyanophyta adalah organisme prokariotik mikroskopis yang
sudah dapat berfotosintesis, seperti tumbuhan tingkat tinggi. Sel-sel tubuhnya
ada yang bersel tunggal (uniseluler), ada yang berkoloni, ada pula yang bersel
banyak (multiseluler). Cyanophyta multiseluler membentuk bangungan yang
berupa benang halus (filament).

Berbeda dengan bakteri pada umumnya yang bersifat uniseluler (sel tunggal),
bentuk tubuh Cyanobacteria ada yang multiseluler dan ada pula yang
uniseluler. Tubuh Cyanobacteria yang multiseluler berbentuk filamen
(benang), contohnya Oscillatoria, Microcoleus, Rivularia, Plectonema
boryanum, dan Anabaena. Cyanobacteria uniseluler ada yang berbentuk bulat
soliter (sendiri) dan ada pula yang berkoloni. Ukuran tubuh Cyanobacteria
berkisar 1 mm – 60 mm, sehingga mudah diamati dengan mikroskop cahaya
biasa. Oscillatoria princeps merupakan Cyanobacteria berbentuk benang
dengan ukuran tubuh terbesar. Cyanobacteria yang berbentuk benang disebut
juga trikoma, terdiri atas sel-sel yang tersusun seperti rantai.

Pengelompokkan cyanobacteria atau cyanophyta yaitu sebagai berikut :


 Chroococcales
Berbentuk tunggal atau kelompok tanpa spora, warna biru kehijau-hijauan
umumnya alga ini membentuk selaput lendir pada cadas atau tembok yang
basah. Setelah pembelahan, sel-sel tetap bergandengan dengan perantaraan
lendir tadi, dan dengan demikian terbentuk kelompok-kelompok atau
koloni.
 Chamaesiphonales
Alga bersel tunggal atau merupakan koloni berbentuk benang, mempunyai
spora. Benang-benang itu dapat putus-putus merupakan hormogonium,
yang dapat merayap dan merupakan koloni baru.Spora terbentuk dari isi
sel (endospora). Setelah keluar dari sel induknya, spora dapat menjadi
tumbuhan baru. Untuk menghadapi kondisi yang buruk dapat membentuk
sel-sel awetan dengan menambah zat makanan cadangan serta
mempertebal dan memperbesar dinding sel.
Contoh : Chamaesiphon confervicolus
 Nostocales
Sel-selnya merupakan koloni berbentuk benang, atau diselubungi suatu
membran. Benang-benang itu melekat pada substratnya, tidak bercabang,
jarang mempunyai percabangan sejati, lebih sering mempunyai
percabangan semu. Benang benang itu selalu dapat membentuk
hormogonium. Contoh : Oscillatoria , Rivularia , Anabaena, Spirulina 
BAB III

PENUTUP

I.1 Kesimpulan

Sel prokariotik merupakan bentuk kehidupan yang terkecil dan memiliki


metabolisme paling bervariasi. Kata prokariotik sendiri berarti “ sebelum
nukleus” yaitu suatu organisme bersel satu tanpa memiliki nukleus. Hal ini
berarti bahwa sel prokariotik ini merupakan nenek moyang dari sel eukariotik,
karena dia ada sebelum sel eukariotik ada. Sel prokariotik ini memiliki tiga
komponen dasar diantaranya yaitu: plasmalemma, ribosom, dan nukleoid. Salah
satu contoh organisme prokariotik adalah bakteri. Di dalam sel bakteri, telah
berlangsung reaksi-reaksi yang cukup rumit, bahkan memiliki tiga reaksi penting
untuk memperoleh energi terjadi di dalam selnya. Adapun contoh dari sel
prokariotik ini ialah pleuropneumonia–like organism (PPLO), bakteri, alga biru
(Cyanobacteria, blue green algae), dan archaea.
DAFTAR PUSTAKA

Putri, M.H., Sukini., dan Yodong. 2017. Mikrobiologi. Jakarta : Pusdik SDM
Kesehatan.

Rahmadina, dan Febriani,H. 2017. Biologi Sel : Unit Terkecil Penyusun Tubuh
Makhluk Hidup. Surabaya : CV. Selembar Papyrus.

Susilowati, R.P. 2019. Kajian Sel dan Molekuler. Purwokerto : CV.Pena Persada.

Anda mungkin juga menyukai