Anda di halaman 1dari 5

C.

Jalur Biosintesis Terpenoid


Menurut Heliawati, L (2018) Secara umum biosintesa terpenoid terjadinya 3
reaksi dasar, yaitu :
1. Pembentukan isoprena aktif berasal dari asam asetat melalui asam
mevalonat.
2. Penggabungan kepala dan ekor unit isoprene akan membentuk mono-,
seskui-, di-, sester, dan poli-terpenoid.
3. Penggabungan ekor dan ekor dari unit C-15 atau C-20 menghasilkan
triterpenoid dan steroid.

Semua terpena disintesis dari dimetilalil diposfat dan isopentenil diposfat.


Kedua senyawa yang disintesis terdiri dari 5 karbon, dalam pertukaran dalam
beberapa tahap dari 3 molekul asetil-KoA. Asam asetat setelah diaktifkan oleh
koenzim A melakukan kondensasi jenis Claisen menghasilkan asam
asetoasetat. Senyawa yang dihasilkan ini dengan asetil koenzim A melakukan
kondensasi jenis aldol menghasilkan rantai karbon bercabang sebagaimana
ditemukan pada asam mevanolat (Heliawati, L., 2018).
Gambar 1.1 Mekanisme Biosintesis Terpenoid
Reaksi-reaksi berikutnya ialah fosforilasi, eliminasi asam fosfat dan
dekarboksilasi menghasilkan IPP yang selanjutnya berisomerisasi men-jadi
DMAPP oleh enzim isomerase. IPP sebagai unit isopren aktif ber-gabung
secara kepada ke-ekor dengan DMAPP dan penggabungan ini merupakan
langkah pertama dari polimerisasi isopren untuk menghasilkan terpenoid.
Penggabungan ini terjadi karena serangan elektron dari ikatan rangkap IPP
terhadap atom karbon dari DMAPP yang kekurangan elektron diikuti oleh
penyingkiran ison pirofosfat. Serangan ini menghasilkan geranil pirofosfat
(GPP) yakni senyawa antara bagi semua senyawa monoterpen (Heliawati, L.,
2018).

Penggabungan selanjutnya antara satu unit IPP dan GPP, dengan mekanisme
yang sama seperti antara IPP dan DMAPP, menghasilkan farnesil pirofosfat
(FPP) yang merupakan senyawa antara bagi semua senyawa seskuiterpen.
Senyawa-senyawa diterpen diturunkan dari geranil-geranil pirofosfat (GGPP)
yang berasal dari kondensasi antara atau satu unit IPP dan GPP dengan
mekanisme yang sama pula. Ditinjau dari segi teori reaksi organik sintesa ini
hanya menggunakan beberapa jenis reaksi dasar untuk menghasilkan senyawa-
senyawa terpenoid, satu persatu hanya melibatkan beberapa jenis reaksi
sekunder pula. Reaksi-reaksi sekunder ini lazimnya ialah hidrolisa, siklisasi,
oksidasi, reduksi dan reaksi-reaksi spontan yang dapat berlangsung dengan
mudah dalam suasana netral dan pada suhu kamar, seperti isomerisasi,
dehidrasi, dekarboksilasi dan sebagainya (Heliawati, L., 2018).

Strategi keseluruhan biosintesis terpenoid dari dimetilalil difosfat dan


isopentenil difosfat secara ringkas sebagai berikut ;
1. Kedua C5 diposfat dikonversi menjadi geranil diposfat, monoterpen
C10. Geranil diposfat merupakan senyawa awal untuk semua
monoterpen
2. Geranil diposfat dikonversi menjadi farnesil diposfat, seskuiterpen,
dengan penambahan unit C5. Farnesil diposfat merupakan senyawa awal
untuk semua seskuiterpen dan diterpen.
3. Dua molekul dari farnesil dikonversi menjadi squalene, triterpen C30.
Squalene merupakan senyawa awal untuk semua triterpen dan steroid.

Meskipun ada banyak perbedaan struktural di antara terpen, semuanya berasal


dari kerangka C isopren yang sama. Tulang punggung terpen disintesis dari
dua prekursor: isopentenil pirofosfat (IPP) dan dimetilalil pirofosfat (DMAPP)
melalui jumlah ulangan yang berbeda, penyusunan ulang, dan siklisasi. Jalur
asam mevalonat (MVA), yang terjadi pada mitokondria dan jalur metileritritol
fosfat (MEP) yang terjadi di kloroplas dan plastida lainnya (Anggraito, Y,U.,
et al, 2018).
Berikut adalah gambaran skematik biosintesis terpen pada sel-sel tumbuhan
tingkat tinggi melalui jalur asam mevalonat dan metileritritol fosfat :
Asam mevalonat Metileritritol
fosfat

Hemiterpen (C5)
Isopentenil PP (IPP) (C5)
Dimetilalil PP
(DMAPP) (C5)

Monoterpen (C10)
Iridoid

Seskuiterpen (C15)

Diterpen (C20)

Sesterterpen (C25)

Triterpenoid (C30)

Steroid (C18-C30)
Tetraterpen (C40) Karotenoid

Anda mungkin juga menyukai