Anda di halaman 1dari 22

Laporan

PRAKTEK KERJA LAPANGAN


ASUHAN GIZI KLINIK RUMAH SAKIT TANI NELAYAN

Oleh:

Disusun Oleh :

Aulia Dwi Cantika


751341117032

JURUSAN DIPLOMA III GIZI


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES GORONTALO
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha


Esa yang telah melimpahkan nikmat, taufik serta hidayah-Nya yang sangat besar
sehingga penulis pada akhirnya bisa menyelesaikan laporan Praktik Kerja
Lapangan tepat pada waktunya.
Rasa terima kasih juga diucapkan kepada Clinical Instruktur Ibu Yuyan
Rosa, S.ST dan Clinical Teacher Bapak Novian Swasono Hadi, SST, MPH yang
selalu memberikan dukungan serta bimbingannya sehingga Laporan Praktik Kerja
Lapangan ini dapat disusun dengan baik. Semoga Laporan Praktik Kerja
Lapangan yang telah penulis susun ini turut memperkaya pengetahuan ilmu gizi
dan pengalaman para pembaca.

Selayaknya kalimat yang menyatakan bahwa tidak ada sesuatu yang


sempurna. Penulis juga menyadari bahwa Laporan Praktik Kerja Lapangan ini
juga masih memiliki banyak kekurangan. Maka dari itu penulis mengharapkan
saran serta masukan dari para pembaca sekalian jika menemukan kesalahan demi
penyusunan yang lebih baik lagi.

Gorontalo, 15 April 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Tujuan......................................................................................................1
C. Manfaat....................................................................................................2
BAB II GAMBARAN UMUM PASIEN............................................................3
A. Identitas Pasien........................................................................................3
B. Data Subjektif..........................................................................................3
C. Data Objektif...........................................................................................4
D. Diagnosa Medis.......................................................................................5
BAB III PERENCANAAN PELAYANAN GIZI.............................................6
A. Pengkajian Gizi.......................................................................................6
B. Diagnosa Gizi..........................................................................................7
C. Rencana Intervensi Gizi..........................................................................7
D. Monitoring dan Evaluasi Gizi.................................................................9
BAB IV TINJAUAN PUSTAKA........................................................................11
A. Definisi....................................................................................................11
B. Etiologi....................................................................................................12
C. Gambaran Klinis.....................................................................................12
D. Patofisiologi............................................................................................12
E. Penatalaksanaan Medis...........................................................................13
F. Manajemen Diet......................................................................................13
BAB V PEMBAHASAN......................................................................................15
A. Diagnosa Medis.......................................................................................15
B. Hasil Monitoring Skrining Gizi...............................................................15
C. Evaluasi Asuhan Gizi..............................................................................15

iii
BAB IV PENUTUP..............................................................................................16
A. Kesimpulan..............................................................................................16
B. Saran........................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................17

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Antropometri ...........................................................4


Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Fisik .........................................................................4
Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Klinis ......................................................................4
Tabel 4. Hasil Pemeriksaan Laboratorium ..........................................................5
Tabel 5. Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan ......................9

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Program Studi Diploma III Gizi merupakan institusi yang mendidik
tenaga professional dalam bidang gizi. Berdasarkan surat keputusan Kepala
Badan PPSDM Kesehatan Kemenkes RI nomor HK.02.03/I/IV/2/16013/2014
tanggal 30 Desember 2014 tentang kurikulum inti, yaitu : 1) Pelaksana
Asuhan Dietetik 2) Pelaksana Kegiatan Program Gizi Masyarakat 3)
Pelaksana Pelayanan Gizi Institusi 4) Asisten Peneliti.
Kurikulum Pendidikan Tinggi (KPT) Pendidikan Program DIII Gizi
tahun 2014 tersebut mengamanatkan bahwa mahasiswa diwajibkan untuk
mengikuti Praktik Kerja Lapangan (PKL) Program Intervensi Gizi
Masyarakat (PIGM), Asuhan Gizi Klinik (AGK), Sistim Penyelenggaraan
Makanan Institusi (SPMI) serta Praktik Kerja Lapangan (PKL) Manajemen
Program Intervensi Gizi Masyarakat. Praktik Kerja Lapangan ini merupakan
bentuk pembelajaran untuk mempraktikkan teori dalam rangka mencapai Ahli
Madya Gizi.
Praktik kerja lapangan Asuhan Gizi Klinik (AGK) memberikan
pengalaman kerja di RS A/B/C dalam melaksanakan kegiatan manajemen
asuhan gizi klinik (Nutritional care Process/NCP) pada pasien rawat inap dan
rawat jalan dengan bimbingan instruktur menuju kemandirian. PKL AGK
dilakukan untuk mendukung tercapainya profil lulusan sebagai Pelaksana
Asuhan Dietetik. Setelah melaksanakan kegiatan praktik ini, mahasiswa
mampu melaksanakan asuhan gizi di Rumah Sakit kelas A/B/C di bawah
bimbingan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Pada akhir Praktik Kerja Lapangan (PKL) peserta didik mampu
melaksanakan Asuhan Gizi Klinik pada pasien di rumah sakit kelas A/B/C

1
yang meliputi analisis tentang pengkajian, perencanaan, evaluasi dan
menyusun serta menyajikan laporan studi kasus.
2. Tujuan Khusus
Peserta didik mampu :
a. Melaksanakan manajemen asuhan gizi klinik kepada pasien anak dan
dewasa di ruang rawat inap rumah sakit dengan penyakit tanpa
komplikasi (pengkajian, perencanaan, dan evaluasi).
b. Melaksanakan manajemen asuhan gizi klinik kepada pasien anak dan
dewasa di ruang rawat inap rumah sakit dengan penyakit komplikasi
(pengkajian, perencanaan, dan evaluasi).
c. Melaksanakan studi kasus secara perorangan kepada pasien di rumah
sakit dengan penyakit komplikasi serta mampu membuat perencanaan
diet pasien.
d. Melaksanakan konsultasi dan penyuluhan gizi terhadap pasien rawat
jalan di rumah sakit.
e. Bersikap professional dan bertanggung jawab dalam manajemen asuhan
gizi klinik.
f. Mengatur waktu bekerja yang efisien dalam manajemen asuhan gizi
klinik.
g. Bekerjasama dengan anggota tim kesehatan (Tim asuhan nutrisi).

C. Manfaat
1. Mahasiswa lebih menguasai situasi lapangan terkait dengan pekerjaan
sebagai ahli gizi di rumah sakit.
2. Mahasiswa lebih meningkatkan kemampuan dalam membuat
penatalaksanaan diet yang tepat untuk pasien.
3. Mahasiswa lebih menguasai teknik dalam asuhan gizi bersama profesi lain.

2
BAB II
GAMBARAN UMUM PASIEN

A. Identitas Pasien
Nama : Saleh Rahman
Tanggal Lahir : 1 Novermber 1980
Umur : 38 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Diagnosa MRS : Nephrotic Syndrome
Diet RS : Makanan Lunak

B. Data Subjektif
1. Riwayat Penyakit
a. Dahulu : Px pernah mengalami batu ginjal 15 tahun yang
lalu, 7 bulan yang lalu px masuk rumah sakit dengan diagnosa
Nephrotic Syndrome dan edema di seluruh tubuh.
b. Sekarang : Px didiagnosa Nephrotic Syndrome dengan
keluhan nyeri pada daerah lutut hingga belakang lutut serta terdapat
edema di pergelangan kaki.
c. Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada
2. Riwayat Nutrisi
a. Dahulu
Tidak memiliki kebiasaan makan tetap, setiap hari makann
gorengan, seperti tahu dan tempe, ikan tuna, ikan kembung, dan ikan
teri, makan sayur kangkung setiap hari dan jarang makan buah,
mengkonsumsi teh minimal 1 hari sekali, dan pernah rutin
mengkonsumsi obat herbal.

3
b. Sekarang
Energi : 1128,5 kkal (45% dari kebutuhan)
Protein : 47,3 gram (108% dari total kebutuhan)
Lemak : 27,26 gram (57% dari total kebutuhan)
Karbohidrat : 176,78 gram (38% dari total kebutuhan)
3. Sosial Ekonomi
Pasien adalah seorang wiraswasta dan sudah memiliki istri yang
bekerja sebagai PNS, jumlah anak yaitu 1 orang.

C. Data Objektif
1. Hasil Pemeriksaan Antropometri
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Antropometri
Pemeriksaan Antropometri Hasil
Berat Badan 48 kg
Tinggi Badan 165 cm
Berat Badan Ideal 58,5 kg
Status Gizi (IMT) 17,86 kg/m2 (Kurus)

2. Hasil Pemeriksaan Fisik dan Klinis


Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik Hasil
Keadaan Umum Normal
Kesadaran Normal

Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Klinis


Pemeriksaan Klinis Hasil Satuan Keterangan
0
Suhu 37 C Normal
Nadi 80 x/mnt Normal
Tekanan darah 100/70 mmHg Normal

3. Hasil Pemeriksaan Laboratorium


Tabel 4. Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan Ket
Albumin 1,1 4-5,2 g/dl ↓

4
Kreatinin 2,9 <1,5 mg/dl ↑
Ureum 35 10-50 mg/dl N

D. Diagnosa Medis
Pasien didiagnosa Nephrotic Syndrome

5
BAB III
PERENCANAAN PELAYANAN GIZI

A. Pengkajian Gizi
1. Diagnosa Medis
Nephrotic Syndrome
2. Keluhan Utama
Nyeri pada daerah lutut hingga belakang lutut serta terdapat edema di
pergelangan kaki.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Nephrotic Syndrome
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Px pernah mengalami batu ginjal 15 tahun yang lalu, 7 bulan yang lalu px masuk
rumah sakit dengan diagnosa Nephrotic Syndrome dan edema di seluruh tubuh
dan pernah diberi edukasi gizi.
5. Skrining Gizi
Pemx Anthropometri
BB = 48,6 kg
TB = 165 cm
BBI = 58,5 kg
IMT = 17,86 kg/m2 (Kurus)
Pemx Laboratorium
Albumin = 1,1 g/dl
Kreatinin = 2,9 mg/dl
Ureum = 35 mg/dl
Pemx Fisik/Klinis
KU : Normal
Tensi : 100/70 mmHg
Suhu : 370C
Nadi : 80 x/ menit

6
6. Riwayat Gizi Sekarang
Hasil recall :
Intake energi 45%
Intake protein 108%
Intake lemak 57%
Intake KH 38%
7. Riwayat Gizi Dahulu
- Tidak memiliki kebiasaan makan tetap
- Setiap hari makann gorengan, seperti tahu dan tempe, ikan tuna, ikan
kembung, ikan teri
- Makan sayur kangkung setiap hari dan jarang makan buah
- Px mengkonsumsi teh minimal 1 hari sekali.
- Pernah rutin mengkonsumsi obat herbal.

B. Diagnosa Gizi
a. NI.1.4 Asupan energi inadekuat terkait dengan penurunan berat badan
ditandai dengan hasil IMT 17,86 kg/m2 (kurus).
b. NI.5.1 Peningkatan kebutuhan zat gizi protein terkait dengan kelainan
fungsi ginjal ditandai dengan hasil lab albumin rendah.
c. NI.2.1. Asupan oral tidak adekuat terkait dengan mual dan nafsu makan
kurang ditandai dengan hasil recall Energi 53%, Lemak 57%, dan
Karbohidrat 38%.
d. NB.1.2 Perilaku dan kepercayaan yang salah terkait dengan tidak
menerapkan terapi gizi yang telah diberikan ditandai dengan konsumsi
gorengan setiap hari, dan pernah minum obat herbal secara rutin.

C. Rencana Intervensi Gizi


1. Kebutuhan Energi dan Zat Gizi
10
BBA = x 54 = 48,6 kg
100
BB 48,6 48,6
IMT = = = = 17,86 kg/m2
TB ² 1,65 ² 2,72

7
BBI = (TB – 100) – 10% (TB – 100)
= (165 – 100) – 10% (165 – 100)
= 65 – 6.5 = 58,5 kg
E = 35 x BBI = 35 x 58,5 = 2047,5 kkal
P = 0,75 x BBI = 0,75 x 58,5
= 43,87 gr x 4 = 175,48 : 2047,5
= 8,57% = 9%
L = 20% x Energi Total
= 20% x 2047,5kkal
= 409,5/9 = 45,5 g
KH = 71% x Energi Total
= 71% x 2047,5 kkal
= 1453,725/4 = 363,43 g
a. Kebutuhan Energi : 2047,5 kkal
b. Kebutuhan Zat Gizi
P = 43,87 gr
L = 45,5 gr
KH = 363,43 gr

2. Tujuan Diet
a. Mengganti kehilangan protein terutama
albumin.
b. Mengurangi edema dan menjaga
keseimbangan cairan tubuh.
c. Mengontrol berat badan pasien agar mrnjadi
normal.
d. Mencukupi kebutuhan zat gizi pasien selama
dirawat di rumah sakit.
3. Prinsip Diet
a. Diet rendah garam
b. Diet rendah protein

8
c. Diet rendah lemak
d. Cukup cairan
4. Syarat Diet
a. Energi cukup yaitu menggunak-an ketentuan
rumus nefrotik sindrom.
b. Energi 35 x BBI
c. Protein 0,75 x BBI
d. Lemak 20% dari total energi
e. Karbohidrat sebagai sisa kebut-uhan energi
yaitu 71%
f. Cairan disesuaikan dengan ban-aknya cairan
yang dikeluarkan melalui urine

Tabel 5. Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan


Bahan Makanan Dianjurkan Tidak Dianjurkan
Sumber karbohidrat Nasi, bihun, jagung, -
kentang, makaroni, mi,
tepung-tepungan,
singkong, ubi, selai,
madu, permen
Sumber protein Telur, daging, ikan, ayam Kacang - kacangan dan
susu hasil olahannya seperti
tempe dan tahu
Sumber lemak Minyak jagung, minyak Kelapa, santan, minyak
kacang tanah, minyak kelapa, mentega biasa
kela-pa sawit, minyak dan l-emak hewan
kedelai, margarin dan
mentega rendah garam
Sumber vitamin dan Semua sayur dan buah -
mineral

D. Monitoring dan Evaluasi Gizi

9
Antropometri
Mengontrol kenaikan BB hingga ideal
Biokimia
Albumin/pemeriksaan
Kreatinin/pemeriksaan
Ureum/pemeriksaan
Fisik/klinis
Memperthankan keadaa-n tubuh yang normal

Dietary
E/cukup
P/rendah
L/sedang
KH/cukup

10
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Sindrom nefrotik (SN) adalah keadaan klinis yang ditandai oleh
proteinuria masif, hipoproteinemia, edema, dan dapat disertai dengan
hiperlipidemia. Penyakit yang mengubah fungsi glomerulus sehingga
mengakibatkan kebocoran protein (khususnya albumin) ke dalam ruang
Bowman akan menyebabkan terjadinya sindrom ini. Etiologi SN secara garis
besar dapat dibagi 3, yaitu kongenital, glomerulopati primer/idiopatik, dan
sekunder mengikuti penyakit sistemik seperti pada purpura Henoch-Schonlein
dan lupus eritematosus sitemik. Sindrom nefrotik pada tahun pertama
kehidupan, terlebih pada bayi berusia kurang dari 6 bulan, merupakan
kelainan kongenital (umumnya herediter) dan mempunyai prognosis buruk.

Sindrom nefrotik (SN) pada anak yang didiagnosis secara


histopatologik sebagai lesi minimal, sebagian besar memberikan respons
terhadap pengobatan steroid (sensitif steroid). Sedangkan SN lesi nonminimal
sebagian besar tidak memberikan respons terhadap pengobatan steroid
(resisten steroid).1-4 International Study of Kidney Disease in
Children (ISKDC) membuat panduan gambaran klinis dan laboratorium
untuk memperkirakan jenis lesi pada anak yang menderita SN. Gambaran
klinis dan laboratorium tersebut adalah usia saat serangan pertama, jenis
kelamin, hipertensi, hematuria, rerata kadar kreatinin, komplemen C3, dan
kolesterol serum. Seperti telah diketahui, bentuk histopatologik memberikan
gambaran terhadap respons pengobatan steroid, seperti jenis glomerulonefritis
mesangial proliferatif (GNMP) sebesar 80-85% adalah resisten seroid.
Sampai saat ini, belum terdapat data gambaran histopatologik di Indonesia,
sehingga pada sindrom nefrotik resisten steroid (SNRS) dan sindrom nefrotik
sensitif steroid (SNSS) akan memberikan gambaran klinis yang berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh ISKDC. Kadar protein nonalbumin
diikutsertakan pula dalam penelitian ini karena belum pernah diteliti

11
sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk menilai hubungan antara berbagai
gambaran klinis dan laboratorium secara bersama-sama dengan respons
terhadap pengobatan steroid (SNRS dan SNSS). (Behrman, 2000)

B. Etiologi
Sindrom nefrotik dapat disebabkan oleh Glomerulonefritis primer dan
sekunder akibat infeksi, keganasan, penyakit jaringan penghubung, akibat
obat atau toksin dan akibat penyakit sistemik. Penyebab sekunder akibat
infeksi yang sering dijumpai misalnya pada glomerulonefritis pasca infeksi
streptokokus atau infeksi virus hepatitis B, akibata obat misalnya obat anti
inflamasi non-steroid atau preparat emas organis, dan akibat penyakit
sistemik misalnya pada lupus eritromatosus sistemik dan diabetes mellitus
(Prodjosudjadi, 2006).

C. Gambaran Klinis
Gambaran klinis SN ditandai dengan proteinuria masif (>40mg/m2
/jam), hipoalbuminemia (<2,5 g/dL), edema, dan hiperlipidemia. Sebagian
besar (90%) SN merupakan SN yang idiopatik. Sisanya (10%) merupakan SN
sekunder yang berhubungan dengan kelainan glomerulus seperti nefropati
membranosa dan glomerulonefritis membranoprolifratif (Trihono, 2008).

D. Patofisiologi
Patofisiologi sindrom nefrotik (SN) didasarkan pada kerusakan
membran glomerulus ginjal, sehingga meningkatkan permeabilitas
glomerulus. Kapiler glomerulus dilapisi oleh fenestrated endothelium, dilapisi
oleh epitel glomerulus atau podosit, serta terdapat celah filtrasi di antara
podosit. Ketiga struktur tersebut membentuk glomerular filtration barrier.
Kerusakan pada permukaan endotel, membran dasar glomerular, atau podosit
akan menyebabkan perubahan fungsi filtrasi glomerulus, sehingga terjadi
proteinuria atau albuminuria. Selain itu, hilangnya albumin menyebabkan
penurunan tekanan koloid plasma, yang berakibat muncul edema pada SN.

12
Hipotesis lain penyebab edema adalah retensi natrium primer pada tubulus
renal (Nishi, 2014)

Mutasi pada beberapa protein podosit telah diidentifikasi pada SN


bawaan. Faktor plasma dapat mengubah permeabilitas glomerulus, terutama
pada pasien sindrom nefrotik yang resisten terhadap steroid. Sebuah studi in
vitro, menunjukkan bahwa podosit mengekspresikan reseptor untuk IL-4 dan
IL-13. Aktivasi reseptor tersebut mengganggu permeabilitas glomerulus,
sehingga mengakibatkan proteinuria. SN juga dikaitkan dengan perubahan
metabolisme lipid dan dislipidemia, penurunan aktivitas lipoprotein lipase di
endotelium, otot, dan jaringan adiposa, serta penurunan aktivitas lipase hati
dan peningkatan kadar enzim PCSK9 (Tumlin, 2018)

E. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan sindrom nefrotik meliputi terapi spesifik untuk
kelainan dasar atau ginjal atau penyakit penyebab (pada sindrom nefrotik
sekunder), mengurangi atau menghilangkan proteinuria, memperbaiki
hipoalbuminemia serta mencegah dan mengatasi komplikasi nefrotiknya
(Haycock, 2003).
Pengobatan sindrom nefrotik terdiri dari obat-obatan kortikosteroid
dan imuosupresif yang ditujukan terhadap lesi pada ginjal, diet tinggi protein
dan rendah garam, diuretik, infuse albumin intravena, pembatasan aktivitas
selama fase akut serta menjauhkan pasien dari sumber-sumber infeksi.
Penatalaksanaan dalam jangka panjang sangat penting, karena banyak
penderita akan mengalami eksaserbasi dan remisi berulang selama ebrtahun-
tahun, tetapi dengan semakin lanjutnya hialinisasi glomerulus makan
proteinuria akan semakin berkurang sedangkan azotemia semakin berat
(Haycock, 2003)
F. Manajemen Diet
Penderita sindrom nefrotik sejak dahulu diberikan diet protein tinggi
dan rendah garam, dengan harapan dapat meningkatkan sintesa albumin.

13
Biasanya protein diberikan sebanyak 3-3,5 gr/KgBB/hari. Pemberian protein
diatas jumlah ini tidak direkomendasi pada sindrom nefrotik karena
pemberian protein yang terlalu tinggi akan mempercepat terjadinya gagal
ginjal pada penyakit yang kronis. Diet rendah garam diberikan untuk
menurunkan derajat edema dan sebaiknya kurang dari 35% kalori berasal dari
lemak untuk mencegah obesitas selama terapi steroid, dan mengurangi
hiperkolesterolemia (Singadipoera, 1993).

14
BAB V
PEMBAHASAN
A. Diagnosa Medis
Pasien didiagnosa menderita Nephrotic Syndrome atau suatu penyakit
kelainan ginjal dimana ginjal sudah tidak bisa berfungsi dengan baik lagi,
sehingga mengakibatkan kadar protein dalam urin menjadi tinggi.

B. Hasil Monitoring Skrining Gizi


1. Melakukan penimbangan
berat badan secara teratur sehingga bisa mengontol kenaikan berat badan
hingga mencapai berat badan ideal.
2. Melakukan pemeriksaan
biokimia albumin dan kreatinin hingga mencapai hasil normal.
3. Meningkatkan keadaan tubuh
yang lemah dan mual dengan penerapan diet.
4. Menanyakan kepatuhan diet
pasien.

C. Evaluasi Asuhan Gizi


Evaluasi asuhan gizi yaitu melihat apakah ada perubahan semenjak
diberikan konseling dan terapi gizi. Seperti melihat kembali makanan yang
dikonsumsi pasien apakah sudah sesuai dengan diet yang ditentukan, dalam
hal ini pasien juga menjadi sasaran utama karena akan melihat perkembangan
totalitas tubuh dan kondisi pasien.

15
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pasien merupakan penderita
penyakit Nephrotic Syndrom dan pernah masuk rumah sakit dengan
diagnose yang sama.
2. Kebiasaan makan pasien
belum tepat karena masih sering mengkonsumsi gorengan dan jarang
mengkonsumsi sayur.
3. Hasil recall intake oral pasien
inadekuat.
4. Pasien akan diberi diet
Sindrom Nefrotik.

B. Saran
1. Institusi sebaiknya lebih
memperhatikan jenis menu dan bahan makanan yang akan diberikan
kepada pasien agar lebih memenuhi kebutuhan.
2. Pasien menerapkan diet yang
sesuai dengan penyakit.
3. Pasien menghindari makanan
yang dilarang dan makan makanan yang dianjurkan.
4. Pasien sebaiknya mengontrol
berat badan secara rutin agar terlihat perubahan berat badan hingga
menjadi ideal.
5. Pasien sebaiknya menerapkan
perilaku sehat dengan makanan makanan gizi seimbang, sesuai dengan
penyakit, menghindari perilaku merokok dan rajin berolahraga.

16
DAFTAR PUSTAKA

Behrman, R.E. MD, dkk. 2000. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Volume  3 Edisi 15.


Jakarta: EGC.

Haycock, G. 2003. Clinical Paediatric Nefrology, 3rd edition. Ney York: Oxford
University Press

Nishi S, Ubara Y, Utsunomiya Y, Okada K, Obata Y. Evidence-based clinical


practice guidelines for nephrotic syndrome 2014. Clin Exp Nephrol. 2016;
20: 342–370.

Prodjosudjadi, Wiguno. 2006. Sindrom Nefrotik. Pada Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, edisi 4. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI.

Singadipoera, B. 1993. Nefrologi anak. Bandung : Bagian Ilmu Kesehatan Anak


FK Unpad
Trihono PP, Alatas H, Tambunan T, Pardede SO. Konsensus tata laksana sindrom
nefrotik idiopatik pada anak. Unit Kerja Koordinasi Nefrologi Ikatan
Dokter Anak Indonesia. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2008.
Tumlin JA, Campbell KN. Proteinuria in Nephrotic Syndrome: Mechanistic and
Clinical Considerations in Optimizing Management. Am J Nephrol. 2018;
47(suppl 1): 1–2.

17

Anda mungkin juga menyukai