Anda di halaman 1dari 8

INFEKSI JAMUR

dr. Nurrahmi Aisyah

MIKOSIS MIKOSIS
MIKOSIS PROFUNDA
SUPERFISIAL INTERMEDIATE
Dermatofitosis Misetoma
Tinea kapitis Sporotrikosis
Tinea korporis Aktinomikosis
Tinea Kruris Kromomikosis
Tinea pedis dan Fikomikosis Subkutis
manus Kandidosis / Rhinosporodiosis
Tinea unguium
Tinea barbae Kandidiasis Histoplasmosis
Aspergilosis
Tinea imbrikata
Non Dermatofitosis Kriptococcis
Pitiriasis Vesicolor Nokardiosis
Piedra hitam Balstomikosis
Piedra putih
Tinea nigra
Otomikosis

Jamur berkembang pada daerah yang lembab dari tubuh, dimana dua permukaan kulit
bertemu: diantara jari, pada area genital, ketiak, dan dibawah payudara. Infeksi jamur pada
kulit (dermatofit) sebagian besar terjadi pada lapisan paling atas dari kulit.
Infeksi jamur dapat disebabkan oleh faktor-faktor :

 Penggunaan antibiotik: Antibiotik mengurangi bakteri menguntungkan yang hidup


pada tubuh, mengubah keseimbangan flora normal. Jamur dapat menggunakan
kesempatan ini untuk berkoloni.
 Penggunaan kortikosteroid: Kortikosteroid mengurangi peradangan dan digunakan
untuk mengobati berbagai penyakit kulit. Bagaimanapun juga, obat ini menekan
respon kekebalan dan meningkatkan kondisi untuk terjadinya pertumbuhan jamur.
 Kondisi Kesehatan: Diabetes dan beberapa kanker, seperti leukemia membuat
seseorang mudah terkena infeksi jamur.
 Gangguan sistem kekebalan tubuh: Sistem kekebalan tubuh yang terganggu akan
kesulitan dalam menangkal semua jenis infeksi. Demikian juga halnya dengan infeksi
jamur akan semakin sulit untuk diatasi.
 Faktor lingkungan: Kelembaban merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan
reproduksi jamur. Paparan jamur lebih sering terjadi pada area komunitas yang
lembab seperti ruang loker atau kamar mandi. 

Jenis-jenis Infeksi Jamur pada Kulit

Ada tiga generasi dermatofit: Trichophyton, Microsporum dan Epidermophyton. Infeksi kulit
dan kuku (onychomychosis) yang melibatkan dermatofit sering disebut infeksi Tinea atau
kurap.

 Athlete’s foot 
 Infeksi kuku 
 Barber's itch
 Jock itch
 Kurap/ Tinea corporis, Tinea capitis
 Tinea versicolor

Obat-obatan untuk Infeksi Jamur pada Kulit

Antifungi (anti jamur) dapat digunakan secara eksternal (topikal) atau oral tergantung
dari jenis infeksi yang diderita. 
Obat-obatan untuk infeksi jamur diantaranya:

1. Antijamur/ anti-yeast untuk infeksi kulit (topikal). Bentuk sediaan dapat berupa krim,
lotion, salep, sabun, shampoo atau spray. Obat-obatan: Benzoic acid, benzoyl
peroxide, bifonazole, chloroxylenol, ciclopirox olamine, clioquinol, clotrimazole,
econazole nitrate, fluconazole, isoconazole, ketoconazole, miconazole nitrate,
nystatin, selenium sulfide, sertaconazole, sulconazole nitrate, terbinafine, tolnaftate,
undecenoate, zinc pyrithione.
2. Antijamur/ anti-yeast untuk infeksi kuku (topikal). Bentuk sediaan dapat berupa
larutan, lacquer, atau paint. Obat-obatan: Amarolfine, Tioconazole, Salicylic acid.
3. Kombinasi antijamur/ antibakteri (topikal). Bentuk sediaan krim atau salep. Obat:
miconazole nitrate/ hydrocortisone. Kortikosteroid topikal tidak diindikasikan
sebagai monoterapi.
4. Antijamur sistemik jika infeksi meluas. Obat-obatan: Terbinafine, itraconazole,
nystatin, griseofulvin (penggunaan untuk anak-anak.
 TINEA KRURIS
Tinea Cruris adalah dermatofitosis pada sela paha, perineum dan sekitar anus. Kelainan
ini dapat bersifat akut atau menahun, bahkan dapat merupakan penyakit yang
berlangsun seumur hidup. Lesi kulit dapat terbatas pada daerahgenito-krural saja atau
bahkan meluas ke daerah sekitar anus, daerah gluteus dan perut bagian bawah atau
bagian tubuh yang lain. Tinea cruris mempunyai nama lain eczema marginatum, jockey
itch, ringworm of the groin, dhobie itch.
Penyebab utama dari tinea cruris Trichopyhton rubrum (90%) danEpidermophython
fluccosum Trichophyton mentagrophytes (4%), Trichopyhton tonsurans (6%) (Boel,
Trelia.Drg. M.Kes.2003).
Cara penularan jamur dapat secara angsung maupun tidak langsung. Penularan langsung
dapat secara fomitis, epitel, rambut yang mengandung jamur baik dari manusia,
binatang, atau tanah. Penularan tidak langsung dapat melalui tanaman, kayu yang
dihinggapi jamur, pakaian debu. Agen penyebabjuga dapat ditularkan melalui
kontaminasi dengan pakaian, handuk atau sprei penderita atau autoinokulasi dari tinea
pedis, tinea inguium, dan tinea manum. Jamur ini menghasilkan keratinase yang
mencerna keratin, sehingga dapat memudahkan invasi ke stratum korneum. Infeksi
dimulai dengan kolonisasi hifa atau cabang-cabangnya didalam jaringan keratin yang
mati. Hifa ini menghasilkan enzim keratolitik yang berdifusi ke jaringan epidermis dan
menimbulkan reaksi peradangan. Pertumbuhannya dengan pola radial di stratum
korneum menyebabkan timbulnya lesi kulit dengan batas yang jelas dan meninggi
(ringworm). Reaksi kulit semula berbentuk papula yang berkembang menjadi suatu
reaksi peradangan.
Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya kelainan di kulit adalah:
 Faktor virulensi dari dermatofita
Virulensi ini bergantung pada afinitas jamur apakah jamur antropofilik, zoofilik,
geofilik. Selain afinitas ini massing-masing jamur berbeda pula satu dengan yang lain
dalam hal afinitas terhadap manusia maupun bagian-bagian dari tubuh
misalnya: Trichopyhton rubrum jarang menyerang rambut, Epidermophython
fluccosum paling sering menyerang liapt paha bagian dalam.
 Faktor trauma
Kulit yang utuh tanpa lesi-lesi kecil lebih susah untuk terserang jamur.
 Faktor suhu dan kelembapan
Kedua faktor ini jelas sangat berpengaruh terhadap infeksi jamur, tampak pada
lokalisasi atau lokal, dimana banyak keringat seperti pada lipat paha, sela-sela jari
paling sering terserang penyakit jamur.
 Keadaan sosial serta kurangnya kebersihan
Faktor ini memegang peranan penting pada infeksi jamur dimana terlihat insiden
penyakit jamur pada golongan sosial dan ekonomi yang lebih rendah sering
ditemukan daripada golongan ekonomi yang baik
 Faktor umur dan jenis kelamin

MANIFESTASI KLINIS

Anamnesis

Keluhan penderita adalah rasa gatal dan kemerahan di regio inguinalis dan dapat
meluas ke sekitar anus, intergluteal sampai ke gluteus. Dapat pula meluas ke supra
pubis dan abdomen bagian bawah. Rasa gatal akan semakin meningkat jika banyak
berkeringat. Riwayat pasien sebelumnya adalah pernah memiliki keluhan yang sama.
Pasien berada pada tempat yang beriklim agak lembab, memakai pakaian ketat,
bertukar pakaian dengan orang lain, aktif berolahraga, menderita diabetes mellitus.
Penyakit ini dapat menyerang pada tahanan penjara, tentara, atlit olahraga dan individu
yang beresiko terkena dermatophytosis.

Pemeriksaan Fisik

Efloresensi terdiri atas bermacam-macam bentuk yang primer dan sekunder. Makula


eritematosa, berbatas tegas dengan tepi lebih aktif terdiri dari papula atau pustula. Jika
kronis atau menahun maka efloresensi yang tampak hanya makula hiperpigmentasi
dengan skuama diatasnya dan disertai likenifikasi. Garukan kronis dapat menimbulkan
gambaran likenifikasi.

Manifestasi tinea cruris :

1. Makula eritematus dengan central healing di lipatan inguinal, distal lipat paha, dan
proksimal dari abdomen bawah dan pubis
2. Daerah bersisik
3. Pada infeksi akut, bercak-bercak mungkin basah dan eksudatif
4. Pada infeksi kronis makula hiperpigmentasi dengan skuama diatasnya dan disertai
likenifikasi
5. Area sentral biasanya hiperpigmentasi dan terdiri atas papula eritematus yang
tersebar dan sedikit skuama
6. Penis dan skrotum jarang atau tidak terkena
7. Perubahan sekunder dari ekskoriasi, likenifikasi, dan impetiginasi mungkin muncul
karena garukan
8. Infeksi kronis bisa oleh karena pemakaian kortikosteroid topikal sehingga tampak
kulit eritematus, sedikit berskuama, dan mungkin terdapat pustula folikuler
9. Hampir setengah penderita tinea cruris berhubungan dengan tinea pedis

PENATALAKSANAAN

Pada infeksi tinea cruris tanpa komplikasi biasanya dapat dipakai anti jamur topikal saja
dari golongan imidazole dan allynamin yang tersedia dalam beberapa formulasi.
Semuanya memberikan keberhasilan terapi yang tinggi 70-100% dan jarang ditemukan
efek samping. Obat ini digunakan pagi dan sore hari kira-kira 2-4 minggu. Terapi
dioleskan sampai 3 cm diluar batas lesi, dan diteruskan sekurang-kurangnya 2 minggu
setelah lesi menyembuh. Terapi sistemik dapat diberikan jika terdapat kegagalan dengan
terapi topikal, intoleransi dengan terapi topikal. Sebelum memilih obat sistemik
hendaknya cek terlebih dahulu interaksi obat-obatan tersebut. Diperlukan juga
monitoring terhadap fungsi hepar apabila terapi sistemik diberikan lebih dari 4 mingggu.

Obat secara topikal yang digunakan dalam tinea cruris adalah:


Golongan Azol
Clotrimazole (Lotrimin, Mycelec)

Merupakan obat pilihan pertama yang digunakan dalam pengobatan tinea cruris karena
bersifat broad spektrum antijamur yang mekanismenya menghambat pertumbuhan ragi
dengan mengubah permeabilitas membran sel sehingga sel-sel jamur mati.

Pengobatan dengan clotrimazole ini bisa dievaluasi setelah 4 minggu jika tanpa ada
perbaikan klinis. Penggunaan pada anak-anak sama seperti dewasa. Obat ini tersedia
dalam bentuk kream 1%, solution, lotion. Diberikan 2 kali sehari selama 4 minggu.
Tidakada kontraindikasi obat ini, namun tidak dianjurkan pada pasien yang menunjukan
hipersensitivitas, peradangan infeksi yang luas dan hinari kontak mata.

Mikonazole (icatin, Monistat-derm)

Mekanisme kerjanya dengan selaput dinding sel jamur yang rusak akanmenghambat
biosintesis dari ergosterol sehingga permeabilitas membran sel jamur meningkat
menyebabkan sel jamur mati. Tersedia dalam bentuk cream 2%, solution, lotio, bedak.
Diberikan 2 kali sehari selama 4 minggu. Penggunaan pada anak sama dengan dewasa.
Tidak dianjurkan pada pasien yang menunjukkan hipersensitivitas, hindari kontak
dengan mata.

Econazole (Spectazole)

Mekanisme kerjanya efektif terhadap infeksi yang berhubungan dengan kulit yaitu
menghambat RNA dan sintesis, metabolisme protein sehingga mengganggu
permeabilitas dinding sel jamur dan menyebabkan sel jamur mati. Pengobatan dengan
ecnazole dapat dilakukan dalam 2-4 minggu dengan cara dioleskan sebanyak 2kali atau 4
kali dalam sediaan cream 1%.. Tidak dianjurkan pada pasien yang menunjukkan
hipersensitivitas, hindari kontak dengan mata.

Ketokonazole (Nizoral)

Mekanisme kerja ketokonazole sebagai turunan imidazole yang bersifat broad spektrum
akan menghambat sintesis ergosterol sehingga komponen sel jamur meningkat
menyebabkan sel jamur mati. Pengobatan dengan ketokonazole dapat dilakukan selama
2-4 minggu. Tidak dianjurkan pada pasien yang menunjukkan hipersensitivitas, hindari
kontak dengan mata.

Oxiconazole (Oxistat)

Mekanisme oxiconazole kerja yang bersifat broad spektrum akan menghambat sintesis
ergosterol sehingga komponen sel jamur meningkat menyebabkan sel jamur mati.
Pengobatan dengan oxiconazole dapat dilakukan selama 2-4 minggu. Tersedia dalam
bentk cream 1% atau bedak kocok. Penggunaan pada anak-anak 12 tahun penggunaan
sama dengan orang dewasa. Tidak dianjurkan pada pasien yang menunjukkan
hipersensitivitas dan hanya digunakan untuk pemakaian luar.

Sulkonazole (Exeldetm)

Sulkonazole merupakan obat jamur yang memiliki spektrum luas. Titik tangkapnya yaitu
menghambat sintesis ergosterol yang akan menyebabkan kebocoran komponen sel,
sehingga menyebabkan kematian sel jamur. Tersedia dalam bentuk cream 1% dan
solutio. Penggunaan pada anak-anak 12 tahun penggunaan sama dengan orang dewasa
(dioleskan pada daerah yang terkena selama 2-4 minggu sebanyak 4 kali sehari).

Golongan alinamin
 Naftifine (Naftin)
 Terbinafin (Lamisil)

Tersedia dalam cream 1%,bedak,solution. Dioleskan 2kali sehari selama 2-4


minggu(Wiederkehr, Michael. 2008).

Pengobatan secara sistemik dapat digunakan untuk untuk lesi yang luas atau gagal
dengan pengobatan topikal, berikut adalah obat sistemik yang digunakan dalam
pengobatan tinea cruris:

1. Ketokonazole
2. Itrakonazole
3. Griseofulfin
Pemberian secara oral pada dewasa 250g/hari selama 2 minggu). Pada anak pemberian
secara oral disesuaikan dengan berat badan:

 12-20kg :62,5mg/hari selama 2 minggu


 20-40kg :125mg/ hari selama 2 minggu
 >40kg:250mg/ hari selama 2 minggu

Edukasi kepada pasien di rumah :

 Anjurkan agar menjaga daerah lesi tetap kering


 Bila gatal, jangan digaruk karena garukan dapat menyebabkan infeksi.
 Jaga kebersihan kulit dan kaki bila berkeringat keringkan dengan handuk dan
mengganti pakaian yang lembab
 Gunakan pakaian yang terbuat dari bahan yang dapat menyerap keringat seperti
katun, tidak ketat dan ganti setiap hari.
 Untuk menghindari penularan penyakit, pakaian dan handuk yang digunakan
penderita harus segera dicuci dan direndam air panas.

Anda mungkin juga menyukai