Anda di halaman 1dari 105

SPESIFIKASI TEKNIK

PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

BAB I
SPESIFIKASI TEKNIS UMUM

1.1 Ruang Lingkup Pekerjaan


1.1.1 Kualifikasi badan usaha dengan persyaratan IUJK dan SBU: Kualifikasi
Usaha Kecil, Klasifikasi Bangunan Sipil;
1.1.2 Ruang lingkup pekerjaan Pembangunan IPLT Kabupaten Jember antara
lain:
a. Pekerjaan Persiapan
b. Pekerjaan Bangunan IPLT
c. Pekerjaan Pos Jaga
d. Pekerjaan PJU
e. Pekerjaan Kantor dan Laboratorium
f. Pekerjaan Jalan Paving
g. Pekerjaan Jalan Beton
h. Pekerjaan Dinding Penahan
i. Pekerjaan Gudang
j. Pekerjaan Pagar
k. Pekerjaan Gapura
l. Pekerjaan Area Parkir
m. Pekerjaan Bangunan Menara Air
n. Pekerjaan Ground Water Tank
o. Pekerjaan Saluran Drainase
p. Pekerjaan Buffer zone
q. Pekerjaan Pembersihan Akhir Lapangan dan Tes Uji Coba
r. Pekerjaan K3

1.2 Pekerjaan Utama


Pekerjaan utama yang diuraikan dalam metode pelaksanaan pekerjaan adalah
sebagai berikut:

No Pekerjaan Utama
1 Pekerjaan Bangunan IPLT
a. Pekerjaan Bangunan Kolam SSC

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 1


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

b. Pekerjaan Beton Kolam ABR


c. Pekerjaan Beton Kolam Fakultatif
d. Pekerjaan Beton Kolam Maturasi
e. Pekerjaan Beton Kolam Wetland
f. Pekerjaan Beton Kolam SDB
g. Pekerjaan beton Kolam Desinfektan
h. Pekerjaan Bak Kontrol
2 Pekerjaan Kantor dan Laboratorium
3 Pekerjaan Jalan Paving
4 Pekerjaan Dinding Penahan

1.3 Daftar Personil Manajerial


Memiliki kemampuan menyediakan personel manajerial untuk organisasi
pelaksanaan proyek, yaitu sebagai berikut:

No Tingkat Jabatan dalam Pengalaman Sertifikat Kompetensi


Pendidikan/Ijazah pekerjaan yang Kerja Kerja
akan Profesional
dilaksanakan (Tahun)

1 D-3, T.Sipil /T. Project Manager 3 (tiga) SKT Pembuatan Fasilitas


Lingkungan Sampah dan Limbah (TT
012)

2 D-3, T.Sipil /T. Manajer Teknis 3 (tiga) SKT Bangunan Limbah


Lingkungan Permukiman (TT 023)

3 D-3, Ekonomi Manajer 3 (tiga) -


Keuangan
Administrasi
Teknik

4 D-3, .Sipil /T. Quality Control 3 (tiga) SKT Pembuatan Fasilitas


Lingkungan Sampah dan Limbah (TT
012)

5 D-3, Teknik Pelaksana 2 (dua) Sertifikat K3 Konstruksi


Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
(K3)

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 2


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

1.4 Daftar Peralatan Utama


Memiliki kemampuan menyediakan peralatan utama untuk pelaksanaan pekerjaan,
yaitu sebagai berikut:

No Jenis Kapasitas Jumlah Kepemilikan/Status


minimal

1 Excavator Backhoe 0,8 m3 2 Unit Milik Sendiri/Sewa/Sewa Beli

2 Tandem Roller 6 ton 1 Unit Milik Sendiri/Sewa/Sewa Beli

3 Bulldozer 100 Hp 1 Unit Milik Sendiri/Sewa/Sewa Beli

4 Dump Truck 8 m3 4 Unit Milik Sendiri/Sewa/Sewa Beli

5 Genset 12,5 Kva 2 Unit Milik Sendiri/Sewa/Sewa Beli

1.5 Uraian Umum


a. Sebelum memulai pelaksanaan, pemborong wajib mempelajari dengan
seksama gambar kerja dan syarat pelaksanaan serta Berita Acara penjelasan
pekerjaan. Selain itu pemborong wajib pula membuat metoda kerja, time
schedule, daftar peralatan yang dimiliki serta personil yang terlibat dan harus
mengikuti seluruh peraturan yang masih berlaku di Indonesia.
b. Setelah pekerjaan selesai dilaksanakan pemborong harus menyerahkan as
built drawing kepada pengawas. Gambar as built drawing ini digambar
dalam kertas kalkir ukuran A1.
c. Pemborong diwajibkan melaporkan kepada pengawas setiap ada perbedaan
ukuran diantara gambar-gambar, perbedaan antara gambar kerja dan
rencana kerja dan syarat - syarat (RKS) untuk mendapatkan keputusan.
Tidak dibenarkan sama sekali bagi pemborong memperbaiki sendiri
perbedaan tersebut di atas. Akibat dari kelalaian pemborong dalam hal ini
sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemborong.
d. Daerah kerja (construction area) akan diserahkan kepada pemborong
(selama pelaksanaan) dalam keadaan seperti diwaktu pemberian kerja dan
dianggap bahwa pemborong mengetahui benar - benar mengenai.
- Letak bangunan yang akan dibangun
- Batas-batas persil / kaveling maupun keadaannya pada waktu itu

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 3


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

- Keadaan kontur tanah.


e. Pemborong wajib menyerahkaan pekerjaannya hingga selesai dan lengkap
yaitu membuat (menyuruh membuat) memasang serta memesan maupun
menyediakan bahan - bahan bangunan alat - alat kerja dan pengangkutan,
membayar upah kerja dan lain-lain yang bersangkutan dengan pelaksanaan.
f. Pemborong wajib menyediakan sekurang-kurangnya 1 (satu) salinan gambar
-gambar dan RKS di tempat pekerjaan untuk dapat digunakan setiap saat
oleh pemilik proyek dan pengawas.
g. Atas perintah pengawas, kepada pemborong dapat dimintakan membuat
gambar -gambar penjelasan dan perincian membuat bagian - bagian khusus,
semuanya atas beban pemborong. Gambar tersebut setelah disetujui oleh
pengawas secara tertulis membuat gambar pelengkap dari pelaksanaan.
h. Setiap pekerjaan yang akan dimulai pelaksanannya maupun yang sedang
dilaksanakan, pemborong diwajibkan berhubungan dengan pengawas, untuk
ikut menyaksikan sejauh tidak ditentukan lain, untuk mendapatkan
pengesahan/ persetujuan.
i. Setiap usul perubahan dari pemborong ataupun persetujuan pengesahan
dari pengawas dianggap berlaku, sah serta mengikat jika dilakukan secara
tertulis.
j. Semua bahan yang akan dipergunakan untuk pelaksanaan pekerjaan proyek
ini harus benar - benar baru dan diteliti mengenai mutu, ukuran dan lain -
lain yang disesuaikan standar peraturan - peraturan yang dipergunakan di
dalam RKS ini. Semua bahan - bahan tersebut diatas harus mendapat
pengesahan/persetujuan dari pengawas sebelum akan dimulai
pelaksanaannya.
k. Ketelitian dan kerapihan kerja dan sangat dinilai (bobotnya tinggi) oleh
pengawas, terutama yang menyangkut pekerjaan penyelesaian maupun
perapihan (finishing works).
l. Pengawasan terus menerus terhadap pelaksanaan penyelesaian/ perapihan,
harus dilakukan oleh tenaga - tenaga dari pihak pemborong yang benar -
benar ahli.
m. Semua barang-barang yang tidak berguna selama pelaksanaan pembangunan
harus dikeluarkan dari lapangan pekerjaan.
n. Pengendalian lalu lintas

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 4


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

- Pengendalian lalu lintas harus sesuai dengan persyaratan pengaturan dan


pengendalian lalu lintas.
- Kontraktor harus bertanggungjawab untuk semua akibat dari lalu lintas yang
diizinkan melewati tanah dasar. Semua lalu lintas selain mesin-mesin konstruksi
yang langsung terlibat dalam penempatan lapisan di atasnya harus dicegah
melewati tanah dasar setelah penyelesaian dan penerimaan.
o. Cara menimbun bahan - bahan di lapangan maupun di gudang harus
memenuhi syarat teknis, dan dapat dipertanggungjawabkan.

1.6 Lingkup Pekerjaan


Lingkup Pekerjaan Pembangunan IPLT Kabupaten Jember adalah sebagai
berikut :
a. Pembuatan Kolam IPLT, dengan rincian pekerjaan sebagai berikut :
- Pekerjaan Pembangunan Kolam SSC.
- Pekerjaan Pembangunan Kolam ABR.
- Pekerjaan Pembangunan Kolam Fakultatif.
- Pekerjaan Pembangunan Kolam Maturasi.
- Pekerjaan Pembangunan Kolam Wetland.
- Pekerjaan Pembangunan Kolam Drying Area.
- Pekerjaan Pembangunan Kolam Desinfektan.
- Pekerjaan Pembangunan Bak Kontrol.
b. Pembuatan Bangunan Pendukung dengan rincian pekerjaan sebagai
berikut :
- Pekerjaan Jalan Operasional (Paving).
- Pekerjaan Jalan Operasional (Beton).
- Pekerjaan Bangunan Menara Air
- Pekerjaan Ground Water Tank
- Pekerjaan Saluran Drainase.
- Pekerjaan Buffer zone
- Pekerjaan Pembersihan Akhir Lapangan dan Tes Uji Coba
- Pekerjaan K3

c. Pembuatan Fasilitas Penunjang dengan rincian pekerjaan sebagai


berikut:
- Pekerjaan Bangunan Pos Jaga.

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 5


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

- Pekerjaan Bangunan Kantor dan Laboratorium


- Pekerjaan Bangunan Gudang.
- Pekerjaan Bangunan Gapura.
- Pekerjaan Area Parkir
- Pekerjaan Dinding Penahan Tanah.
- Pekerjaan Lampu Penerangan Jalan (PJU).
- Pekerjaan Pagar Pembatas.

1.7 Pekerjaan Persiapan

1.3.1 Kantor Pengawas, Kantor Pemborong dan Gudang

a. Pemborong wajib menyediakan kantor pengawas, tempat para staf pengawas


melakukan tugasnya, yang menjadi tanggungan pemborong.
b. Kantor pengawas tersebut merupakan bangunan sementara dengan lantai
rabat beton diplester, konstruksi rangka kayu, dinding multipleks, penutup
atap asbes semen gelombang, diberi pintu dan jendela secukupnya untuk
pengawasan dan pencahayaan. Letak kantor pengawas harus cukup dekat
dengan kantor pemborong tetapi terpisah dengan tegas.
c. Kantor pengawas (direksi keet) dijelaskan sebagai berikut :
Ruang Direksi dengan luas 2 x 3 m yang terbagi :
d. Kantor untuk pemborong diproyek dibuat oleh pemborong sendiri, luas
ruangan minimal 6 x 10 m. Pemborong juga membuka/menyediakan fasilitas
ruangan untuk para pemborong atau kontraktor - kontraktor khusus yang akan
melaksanakan pekerjaan di luar lingkup pekerjaan.
e. Gudang bahan-bahan serta tempat penimbunan material yang harus
terlindung seperti pasir, besi beton, dan lain - lain dibuat secukupnya dan
dapat dikunci. Khusus untuk gudang semen agar lantainya dibuat bebas dari
kelembaban udara, minimal 30 cm di atas permukaan lantai plesteran .

1.3.2 Papan Nama Proyek


a. Pemborong diwajibkan memasang papan nama proyek ditempat lokasi proyek
dan dipancangkan di tempat yang mudah dilihat umum.
b. Pemasangan papan nama proyek dilakukan pada saat dimulainya pelaksanaan
proyek dan dicabut kembali setelah mendapat persetujuan pemilik proyek.
c. Bentuk, ukuran, dan isi papan nama proyek akan ditentukan

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 6


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

kemudian oleh pengawas.


d. Batas - batas pemindahan barang - barang tersebut di atas dikerjakan oleh
pemborong atas biayanya.

1.3.3 Pengukuran dan Pematokan


a. Pemborong harus mengerjakan pematokan dan pengukuran untuk menentukan
batas-batas pekerjaan serta garis-garis kemiringan tanah sesuai dengan
gambar rencana.
b. Dari pengukuran ini dibuat gambar kerja yang memuat tentang pembagian
lokasi/areal kerja untuk disetujui pengawas, sehingga jadwal pelaksanaan
pekerjaan berikutnya dapat dilaksanakan. Bilamana ada perbaikan dari
pengawas, maka Pemborong harus melaksanakan pengukuran ulang. Dalam
pengukuran ini harus ada patok referensi tetap yang tidak boleh diganggu. Patok -
patok yang ada akan digunakan terdiri dari 2 macam patok :
- Patok utama yang terbuat dari beton dengan ukuran 20 x 20 x 70 cm,
- Patok - patok yang lain digunakan untuk pembatas site, terbuat dari
pipa PVC pralon dan diberi tulang besi bergaris tengah 12 mm, dicor
beton 1 : 2 : 3 dan diberi tanda koordinat.
c. Sebelum dimulainya pekerjaan tersebut, pemborong harus memberitahukan
kepada pengawas dalam waktu tidak kurang dari 48 (empat puluh delapan) jam
sebelumnya, secara tertulis.
d. Pekerjaan pematokan yang telah selesai diukur oleh pemborong, dimintakan
persetujuan pengawas. Hanya hasil pengukuran yang telah disetujui oleh
pengawas yang dapat digunakan sebagai dasar pekerjaan selanjutnya.
e. Pada keadaan dimana ada penyimpangan dari gambar pelaksanaan, pemborong
harus mengajukan 3 (tiga) gambar penampang dari daerah yang dipatok itu.
f. Pengawas akan membubuhkan tanda tangan persetujuan pada satu lembar
gambar tersebut dan mengembalikannya kepada pemborong, gambar ini
merupakan gambar pelengkap dan merupakan satu kesatuan dengan gambar
nyata.
g. Apabila terdapat revisi, maka setelah diperbaiki pemborong mengajukan
kembali kepada pengawas untuk dimintakan persetujuan.
h. Gambar tersebut (butir g di atas) harus digambar di atas kertas kalkir dengan 3
lembar hasil reproduksinya. Ukuran maupun huruf yang dipakai pada gambar
harus sesuai dengan ketentuan pengawas dan dijadikan gambar pelaksanaan
pengganti gambar lama.
SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 7
SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

1.3.4 Pembersihan dan Penebangan Pohon


a. Pembersihan di luar batas lapangan pekerjaan ini tidak diberikan pembayaran
kepada pemborong, kecuali pekerjaan semacam itu di atas permintaan
pengawas. Penebangan pohon dilakukan seperlunya, pohon - pohon rindang
atau tanaman ornamen tertentu dipertahankan dari penebangan.
b. Semua pohon - pohon, batang-batang pohon, akar - akar dan lain sebagainya
yang ditebang harus dibongkar sampai kedalaman 50 cm di bawah permukaan
lahan seperti tripping dan permukaan akhir (ditentukan oleh permukaan mana
yang lebih rendah), dan bersama - sama dengan segala bentuknya harus
dibuang pada tempat – tempat yang tampak dari tempat pekerjaan, menurut
cara yang praktis yang telah disetujui pengawas.
c. Seluruh kerusakan, termasuk kerusakan pagar milik orang lain yang terjadi
pada saat pembersihan harus diperbaiki oleh pemborong atas tanggung jawab
sendiri. Pada pelaksanaan pembersihan, pemborong harus hati - hati untuk
tidak mengganggu setiap patok - patok pengukur, atau tanda-tanda lainnya.
Pekerjaan pembersihan terdiri dari pembersihan segala macam tumbuh -
tumbuhan, pohon-pohon, semak-semak, tanaman lain, sampah - sampah dan
bahan-bahan lain yang menggangu, termasuk pencabutan akar - akar, sisa -
sisa konstruksi, sisa - sisa material dari sisa - sisa pekerjaan, dan hal - hal
lainnya sehubungan dengan persiapan pelaksanaan pekerjaan berikutnya,
kecuali bila pengawas menentukan lain.

1.3.5 Pembuangan Tanah dan Sampah


Material - material yang tidak dikehendaki (seperti sampah, sisa - sisa bahan,
akar - akar dan lain - lain) atau tanah yang tidak diizinkan pengawas untuk
dipakai, harus disingkirkan/ dibuang keluar daerah lokasi proyek, sedemikian
rupa sehingga tidak mengganggu jalannya pekerjaan atau lingkungan
sekitarnya.

1.3.6 Mobilisasi dan Demobilisasi


a. Mobilisasi Personil
1) Kontraktor harus memobilisasi personil sesuai dengan ketentuan sebagai
berikut :
- Mobilisasi personil dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan
dengan persetujuan Pengawas Kegiatan/ Pengawas Pekerjaan. Untuk

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 8


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

tenaga inti harus mengacu pada daftar personel inti (key personel)
yang dilampirkan dalam berkas penawaran.
- Mobilisasi Kepala Penyedia Jasa yang memenuhi jaminan
kualifikasi (sertifikasi) menurut cakupan pekerjaannya.
- Dalam pengadaan tenaga kerja dengan kemampuan dan keahlian
sesuai dengan yang diperlukan maka prioritas harus diberikan kepada
pekerja setempat.
b. Mobilisasi Peralatan
Kontraktor harus memobilisasi peralatan sesuai dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Penggunaan alat berat dan pengoperasian peralatan/kendaraan sudah
mengikuti aturan perizinan yang ditetapkan oleh Dinas Angkutan Lalu lintas
Jalan Raya, pihak Kepolisian dan Badan Lingkungan
2) Mobilisasi dan pemasangan peralatan sesuai dengan daftar peralatan yang
tercantum dalam Penawaran, dari suatu lokasi asal ke tempat pekerjaan
di mana peralatan tersebut akan digunakan menurut Kontrak ini.
3) Bilamana setiap alat berat yang dianggap telah selesai melaksanakan
tugasnya dan tidak mungkin digunakan lagi maka alat berat tersebut segera
dikembalikan.
4) Penyedia Jasa melaksanakan operasional dan pemeliharaan
kendaraan/peralatan harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan pabrik
pembuatnya dan tidak mencemari air dan tanah.
c. Mobilisasi Material
Kontraktor harus memobilisasi material sesuai dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Mobilisasi material sesuai dengan jadwal dan realisasi pelaksanaan fisik.
2) Material yang akan didatangkan dari luar lokasi pekerjaan harus terlebih
dahulu diambil contohnya untuk mendapatkan persetujuan dari Pengawas
Kegiatan/Pengawas Pekerjaan ( Material request dan approval).
d. Demobilisasi
Kegiatan Demobilisasi berupa pembongkaran tempat kerja oleh Penyedia Jasa
pada saat akhir kontrak termasuk pemindahan semua instalasi, peralatan dan
perlengkapan dari tanah milik Pemerintah dan pengembalian kondisi tempat
kerja menjadi kondisi semula seperti sebelum pekerjaan dimulai.

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 9


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

1.3.7 Penyediaan Air dan Listrik Kerja


a. Air untuk bekerja harus disediakan Kontraktor dengan membuat sambungan dari
PDAM atau disuplai dari luar.
b. Air harus bersih, bebas dari debu, lumpur, minyak dan bahan-bahan kimia lainnya
yang merusak. Penyediaan air harus sesuai dengan petunjuk dan persetujuan
Pengawas/Pengawas.
c. Listrik untuk bekerja harus disediakan Kontraktor dan diperoleh dari sambungan
sementara PLN setempat/ diesel untuk pembangkit tenaga listrik penggunaan
sementara selama masa pembangunan atas persetujuan Pengawas.
d. Daya listrik juga disediakan untuk suplai Kantor Pengawas lapangan/Direksi Keet.
e. Segala biaya atas pemakaian daya dan air diatas adalah beban kontraktor.

1.3.8 Pekerjaan Lain - Lain


Sesuai petunjuk Pengawas Pekerjaan/Pengawas Kegiatan, jika terdapat pekerjaan yang
belum disyaratkan dalam pekerjaan persiapan, maka Kontraktor wajib untuk
melaksanakan atas biaya Kontraktor.

1.8 Pelaksanaan Peil, Ukuran Tinggi dan Ukuran Dasar


a. Sebelum pelaksanaan dimulai, pemborong diwajibkan mempelajari dengan
seksama gambar-gambar, uraian dan syarat dan lainlainnya.
b. Pemborong diwajibkan melaporkan kepada pengawas pelaksanaan,setiap ada
perbedaan-perbedaan ukuran diantara gambar-gambar dan uraian dan syarat-
syarat untuk mendapatkan keputusan. Tidak dibenarkan sama sekali bagi
pemborong untuk memperbaiki sendiri perbedaan-perbedan tersebut di atas.
Akibat-akibat dari kelalaian pemborong dalam hal ini, sepenuhnya menjadi
tanggungjawab pemborong.
c. Pemborong bertanggungjawab penuh atas tepatnya pelaksanaan pekerjaan
menurut peil-peil dan ukuran-ukuran yang ditetapkan dalam gambar-gambar
dan uraian dan syarat-syarat pelaksanaan ini.
d. Setiap akan memulai suatu bagian pekerjaan, pemborong harus memberitahu
pengawas pelaksanaan, untuk diperiksa terlebih dahulu ketepatan peil, ukuran
dan sebagainya.
e. Mengingat setiap kesalahan baik peil maupun ukuran pada satu bagian
pekerjaan akan selalu dapat mempengaruhi bagian-bagian pekerjaan/
selanjutnya, maka ketepatan peil dan ukuran tersebut mutlak perlu

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 10


Perencanaan Teknis TPA Kota
SPESIFIKASI TEKNIK Pasuruan
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

diperhatikan sungguh-sungguh.
f. Kelalaian Pemborong dalam hal ini tidak akan ditolerir dan pengawas
pelaksanaan berhak memerintah untuk memperbaiki/membongkar pekerjaan
yang telah dilakukan atas beban pemborong.
g. Pemborong diwajibkan senantiasa mencocokkan ukuran-ukuran satu sama
lainnya dalam tiap bagian pekerjaan, dan segera melaporkan kepada pengawas
pelaksanaan setiap terdapat selisih/perbedaan ukuran. Pemborong tidak
dibenarkan untuk membetulkan sendiri kekeliruan tersebut tanpa persetujuan
pengawas pelaksanaan
h. Sebagai peil dasar/induk pekerjaan ini adalah peil setempat yang telah dibuat
oleh konsultan.
i. Penetapan titik/peil dilakukan pemborong di lapangan dengan alat teropong
waterpass atau theodolite yang baik dan ditera kebenarannya terlebih dahulu.
j. Ketidakcocokan antara gambar dan keadaan di lapangan harus segera
dilaporkan kepada pengawas pelaksana untuk diperiksa.
k. Kebenaran hasil pengukuran sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemborong.
Adanya pengawasan dari pengawas tidak mengurangi tanggung jawab
tersebut.Pengukuran sudut siku hanya dilakukan dengan pesawat theodolite.
Pengukuran siku dengan benang secara azas segitiga pytagoras hanya dilakukan
untuk bagian-bagian ruang yang kecil menurut pertimbangan pengawas
pelaksanaan.
l. Papan bangunan (bowplank) harus dipasang pada patok-patok kayu yang nyata
dan kuat bertancap di dalam tanah, sehingga tidak bisa bergerak-gerak
ataupun berubah-ubah. Setelah pemasangan papan bangunan selesai, harus
dilaporkan kepada pengawas untuk diperiksa sebelum pekerjaan selanjutnya
dilakukan.

1.9 Pekerjaan Jalan Masuk Proyek


Jalan masuk ke lokasi pekerjaan, termasuk pada sarana pelengkap lain harus
disiapkan oleh pemborong. Pemborong wajib memelihara semua sarana
tersebut, dan semua biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan tersebut
menjadi tanggungjawab pemborong. Pada akhir pekerjaan, atas perintah
pengawas maka segala sarana tersebut kalau tidak dipergunakan lagi, harus
dibongkar, dirapihkan kembali seperti semula, atau seperti yang disyaratkan
oleh pengawas

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 11


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

1.10 Administrasi Dan Tata Cara Pelaksanaan Pekerjaan

1.6.1 Cara Kerja dan prosedur pelaksanaan Pekerjaan.


a. Kontraktor wajib memeriksa kebenaran kondisi pekerjaan, meninjau lokasi,
melakukan pengukuran-pengukuran, kesesuaian alat berat dan jalur kendaraan untuk
kegiatan pembangunan, waktu pelaksaan pekerjaan dan mempertimbangkan seluruh
lingkup pekerjaan yang dibutuhkan untuk penyelesaian pekerjaan.
b. Kontraktor harus menugaskan tenaga ahli, tenaga pendukung, tenaga pelaksana
pekerjaan yang cakap, terampil dan berpengalaman dibidangnya, membuat struktur
organisasi pelaksana pekerjaan dan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-
masing.
c. Kontraktor harus menugaskan tenaga lapangan sesuai dengan Kontrak, yang harus
selalu berada dilapangan baik di saat jam kerja atau lembur terutama untuk
pekerjaan yang beresiko tinggi dan memerlukan pengawasan yang ketat.
d. Kontraktor harus selalu menjaga disiplin dan aturan yang baik diantara pekerja/
karyawannya maupun dengan pihak Konsultan Pengawas dan pemberi tugas.
e. Kontraktor harus menyediakan peralatan, perlengkapan, alat-alat pengangkut yang
memadai serta wajib mengawasi dan mengatur pekerjaan dengan perhatian penuh
dan menggunakan kemampuan terbaiknya.
f. Kontraktor bertanggung jawab penuh atas seluruh cara pelaksanaan pekerjaan,
metode, teknik, urut-urutan dan prosedur, serta pengaturan semua bagian pekerjaan
yang tercantum dalam Kontrak.
g. Seluruh pekerjaan yang dilaksankan oleh kontraktor harus mendapat persetujuan dan
pengawasan dari Konsultan Pengawas.
h. Pembenahan/ perbaikan kembali yang harus dilaksanakan Kontraktor, jika :
- Komponen-komponen pekerjaan pokok maupun finishing mengalami
kerusakan atau kekurangsempurnaan dalam pelaksanaan pekerjaan.
- Komponen-komponen konstruksi lainnya atau keadaan lingkungan diluar
pekerjaan pokoknya yang mengalami kerusakan akibat pelaksanaan
konstruksi (misal ; saluran, jalan/paving, halaman dan lain-lainnya).

1.6.2 Rapat Koordinasi Lapangan.


a. Rapat koordinasi lapangan di adakan di Direksi keet, setiap 2 minggu sekali atau
sesuai kebutuhan atau kondisi di lapangan.

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 12


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

b. Rapat di pimpin oleh Konsultan Pengawas, dengan mengundang kontraktor


pelaksanan pekerjaan, Tim teknis, Pengawas Lapangan, pihak pengguna (user),
Konsultan Perencana, serta pihak-pihak lain yang terkait.
c. Rapat koordinasi lapangan membahas tentang kemajuan pelaksanaan
pekerjaan, hasil risalah rapat koordinasi lapangan sebelumnya, tenaga kerja,
waktu pelaksanaan, usulan dan masukan, hasil tinjauan lapangan serta hal-hal
lain yang terkait dengan pembangunan.
d. Konsultan Pengawasmembuat Risalah Rapat (Minute of meeting) yang dilampiri
dengan daftar hadir peserta rapat untuk dibagikan kepada seluruh pserta rapat.

1.6.3 Keamanan dan Keselamatan Kerja (K3)


1.6.3.1 UMUM
1) Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi yang selanjutnya disingkat
K3 Konstruksi adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja pada pekerjaan konstruksi.
2) Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi yang
selanjutnya disingkat SMK3 Konstruksi adalah bagian dari sistem
manajemen organisasi pelaksanaan pekerjaan konstruksi dalam rangka
pengendalian risiko K3 pada setiap pekerjaan konstruksi.

3) Pekerjaan Konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian


kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang
mencakup bangunan gedung, bangunan sipil, instalasi mekanikal dan
elektrikal serta jasa pelaksanaan lainnya untuk mewujudkan suatu
bangunan atau bentuk fisik lain dalam jangka waktu tertentu.
4) Ahli K3 Konstruksi adalah tenaga teknis yang mempunyai kompetensi
khusus di bidang K3 Konstruksi dalam merencanakan, melaksanakan dan
mengevaluasi SMK3 Konstruksi yang dibuktikan dengan sertifikat
pelatihan dan kompetensi yang diterbitkan oleh lembaga atauinstansi
yang berwenang sesuai dengan Undang-Undang.
5) Petugas K3 Konstruksi adalah petugas di dalam organisasi Pengguna Jasa
dan/atau organisasi Penyedia Jasa yang telah mengikuti
pelatihan/bimbingan teknis SMK3 Konstruksi, dibuktikan dengan surat
keterangan mengikuti pelatihan/bimbingan teknis SMK3 Konstruksi.

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 13


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

6) Potensi bahaya adalah kondisi atau keadaan baik pada orang, peralatan,
mesin, pesawat, instalasi, bahan, cara kerja, sifat kerja, proses produksi
dan lingkungan yang berpotensi menimbulkan gangguan, kerusakan,
kerugian, kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran dan penyakit
akibat kerja.
7) Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan,
alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja.
8) Risiko K3 Konstruksi adalah ukuran kemungkinan kerugian terhadap
keselamatan umum, harta benda, jiwa manusia dan lingkungan yang
dapat timbul dari sumber bahaya tertentu yang terjadi pada pekerjaan
konstruksi.
9) Manajemen Risiko adalah proses manajemen terhadap risiko yang
dimulai dari kegiatan mengidentifikasi bahaya, menilai tingkat risiko dan
mengendalikan risiko.
10) Biaya SMK3 Konstruksi adalah biaya yang diperlukan untuk menerapkan
SMK3 dalam setiap pekerjaan konstruksi yang harus diperhitungkan dan
dialokasikan oleh Penyedia Jasa dan Pengguna Jasa.
11) Rencana K3 Kontrak yang selanjutnya disingkat RK3K adalah dokumen
lengkap rencana penyelenggaraan SMK3 Konstruksi dan merupakan satu
kesatuan dengan dokumen kontrak suatu pekerjaan konstruksi, yang
dibuat oleh Penyedia Jasa dan disetujui oleh Pengguna Jasa, untuk
selanjutnya dijadikan sebagai sarana interaksi antara Penyedia Jasa
dengan Pengguna Jasa dalam penyelenggaraan SMK3 Konstruksi.

1.6.3.2 KEGIATAN SMK3 KONSTRUKSI


Kontraktor wajib menerapkan program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3),
yang menyangkut keamanan dan keselamatan pekerja, bangunan dan lingkungan
sekitarnya, dengan memberikan :
a. Penyiapan Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kontrak (RK3K), terdiri
dari:
 Pembuatan Manual, Prosedur< instruksi Kerja< ijin Kerja dan Formulir;
b. Menugaskan tenaga ahli K3 yang dibantu dengan staff dan petugas lalu lintas
untuk menangani kegiatan K3 di lapangan.
c. Alat pelindung kerja;
 Tali Keselamatan (Life Line);
Berfungsi sebagai pelindung diri ketika bekerja/berada di atas ketinggian
SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 14
SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

 Pembatas Area (Restricted Area).


d. Penyediaan peralatan keselamatan kerja seperti:
- Topi Pelindung (Safety Helmet);
Berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang bisa mengenai kepala
secara langsung
- Sepatu pelindung (Safety Shoes);
Berfungsi untuk mencegah kecelakaan fatal yang menimpa kaki karena
Benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia dan sebagainya.
- Sepatu karet (Safety Shoes);
Berfungsi untuk pekerja yang melakukan pekerjaan yang berada di area
Basah agar pekerja tidak terpleset atau tergelincir (becek atau berlumpur).
- Pelindung Pernafasan dan Mulut (Masker);
Berfungsi sebagai penyaring udara yang di hirup saat bekerja di tempat
dengan kualitas udara buruk (misal berdebu, beracun,dsb)
- Sarung Tangan (Safety Gloves);
Berfungsi sebagai alat pelindung tangan padda saat bekerja di tempat atau
situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan
- Pelindung Jatuh (Fall Arrester).
Berfungsi sebagai alat melindungi para pekerja dari posisi saat kehilangan
keseimbangan atau saat terjatuh pada saat bekerja di ketinggian. dsb sesuai
kebutuhan dan tuntutan pekerjaan.
e. Penerapan prosedur K3, menyangkut inspeksi, pelaksanaan, dan pasca
pelaksanaan pekerjaan konstruksi bangunan untuk menghindari kegagalan
proses pembangunan seperti : kekuatan perancah, pelaksanaan pekerjaan yang
beresiko kecalakaan tinggi dsb.
f. Pemberian rambu dan petunjuk dilapangan, meliputi : petunjuk lokasi, arahan,
peringatan dan larangan sesuai kondisi dilapangan.
g. Penyediaan Fasilitas P3K (Pertolongan pertama pada kecelakaan/First Aid)) dan
Evakuasi, yaitu kewajiban untuk menyediakan obat, fasilitas dan ruang medik
sederhana untuk luka akibat kecelakaan ringan serta penyediaan jalur evakuasi
dan titik kumpul evakuasi bila terjadi kondisi darurat.
h. Membagi Zona dilapangan dan Aksebilitas sesuai kebutuhan, meliputi zona:
pabrikasi, gudang, kantor proyek, Direksi keet, tempat istirahat pekerja, toilet
dan sanitasi, akses material, lalu-lintas sekitar lingkungan, pemisahan barang
yang tidak terpakai, sampah kegiatan konstruksi, barang berbahaya dsb.

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 15


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

i. Membatasi ijin bagi pihak-pihak yang tidak berkepentingan memasuki lokasi


kegiatan pembangunan.
Kontraktor diwajibkan mentaati dan mengikuti tata cara pelaksanaan sesuai
dengan yang tertulis pada peraturan- peraturan tersebut dan disesuaikan dengan
bahan, unit mesin atau peralatan yang dipasangnya. Bila terjadi kesimpang-siuran
dalam hal standar yang harus diikuti, kontraktor harus melapor pada Konsultan
Pengawas untuk mendapat kejelasan tentang hal tersebut.

No Jenis Pekerjaan Identifikasi Bahaya


1 Pekerjaan Instalasi Pengolahan Terjatuh ke dalam galian
Lumpur Tinja (IPLT) Tertimbun Galian
Tergelincir atau terpleset
Tertimpa sesuatu benda dari atas
2 Pekerjaan Dinding Penahan Tertimbun Galian
Tanah Tergelincir atau Terpleset
Tertimpa sesuatu benda dari atas

1.6.4 Jaminan Sosial Tenaga Kerja & Asuransi


Kontraktor wajib mengikutsertakan para pekerja dalam program Jaminan
Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JK) BPJS Ketenaga kerjaan.
Kontraktor bertanggung jawab penuh bila terjadi kegagalan dalam pembangunan,
dan diperbolehkan mengikutsertakan penjaminan dalam program asuransi
Construction All Risk (CAR).

1.6.5 Surat Peringatan keterlambatan, Sangsi dan Denda.


a. Bila terjadi keterlambatan pelaksanaan pekerjaan di lapangan sampai dengan atau
lebih dari 10%, maka akan dikeluarkan Surat Peringatan Pertama (SP-1), dan diadakan
rapat koordinasi dan pembahasan dengan Konsultan Pengawasdan, Tim Teknis untuk
menemukan solusi/ penyelesaian/langkah yang harus diambil oleh kontraktor
pelaksana baik melalui reschedule, penambahan tenaga kerja, pengadaan material
maupun penambahan jam kerja (lembur). Untuk memperbaiki kinerjanya kontraktor
diberi waktu 2 minggu setelah diterbitkannya surat Peringatan Pertama.
b. Bila dalam jangka waktu yang ditentukan masih belum ada peningkatan atau
kontraktor mengabaikan Surat Peringatan Tersebut maka Konsultan Pengawas dapat
menerbitkan Surat Peringatan Ke Dua (SP-2) dan dilakukan Rapat Koordinasi dan
Pembahasan. Kontraktor diberikan waktu 2 minggu atau sesuai kesepakatan dalam

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 16


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

rapat (selama masih dalam lingkup schedule / jadwal pelaksanaan pekerjaan) untuk
membenahi kinerjanya.
c. Selanjutnya bila dalam batas waktu yang ditentukan belum ada perubahan atau
kontraktor mengabaikan Surat Peringatan ke Dua tersebut, maka Konsultan
Pengawasdapat menganggap kontraktor pelaksana tidak mampu menyelesaikan
pekerjaan dan dapat menerbitkan Surat Peringatan ke Tiga (SP-3) yang disertai
dengan hasil perhitungan bobot pekerjaan yang telah diselesaikan oleh kontraktor
sampai akhir waktu pelaksanaan pekerjaan. dan dilakukan rapat pembahasan dengan
mengundang seluruh pihak yang terkait untuk mengambil keputusan dan kemungkinan
pemberian sangsi, denda ataupun pemutusan kontrak pelaksanaan pekerjaan.
d. Sangsi dan denda akan ditentukan oleh pihak pemilik pekerjaan sebagai pemberi
tugas.

1.6.6 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan


a. Kontraktor Pelaksana berkewajiban menyusun dan membuat jadual pelaksanaan
dalam bentuk barchart yang dilengkapi dengan grafik prestasi yang direncanakan
berdasarkan butir-butir komponen pekerjaan sesuai dengan penawaran.
b. Pembuatan rencana jadual pelaksanaan ini harus diselesaikan oleh Kontraktor
Pelaksana selambat-lambatnya 10 hari setelah dimulainya pelaksanaan di lapangan
pekerjaan. Penyelesaian yang dimaksud ini sudah harus dalam arti telah
mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas dan Pemilik Pekerjaan.
c. Selama waktu belum ada jadwal pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor Pelaksana harus
melaksanakan pekerjaannya dengan berpedoman pada rencana pelaksanaan
mingguan yang harus dibuat pada saat dimulai pelaksanaan. Jadwal pelaksanaan 2
mingguan ini harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.
d. Jadual Pelaksanaan Pekerjaan yang telah disetujui harus dipasang pada kantor Direksi
keet, diupdate sesuai kemajuan pekerjaan dilapangan setiap minggu dan selalu
dilampirkan pada setiap laporan kemajuan pekerjaan.
e. Bila pada saat pelaksanaan pekerjaan, kontraktor pelaksana mengalami
keterlambatan pekerjaan maka akan di beri indikasi nilai minus (-) dan bila
mengalami kemajuan akan diberi indikasi (+).

1.6.7 Penambahan Waktu Pelaksanaan Pekerjaan


a. Kontraktor Pelaksana dapat mengajukan penambahan waktu pelaksanaan pekerjaan
bila terjadi :
- Adanya permasalahan sosial, teknis maupun administratif yang
menyebabkan kontraktor tidak dapat melaksanakan pekerjaan
SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 17
SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

- Faktor dan kondisi lain diluar kemampuan kontraktor sesuai Kontrak


Pelaksasanaan Pekerjaan.
- Penambahan/pengurangan item dan volume pekerjaan.
- Perubahan disain.
- Permohonan untuk penambahan waktu dilengkapi dengan kronologis dan
perhitungan waktu yang hilang (tidak dapat dimanfaatkan), dan
kebutuhan waktu untuk menyelesaikan pekerjaan.
b. Konsultan Pengawasakan memeriksa dan membuat rekomendasi penambahan waktu
yang wajar sesuai hasil analisis untuk penyelesaian pekerjaan.
c. Usulan dan Hasil analisis dan rekomendasi penambahan waktu dapat diajukan ke
pihak pemberi tugas untuk mendapat keputusan, melalui serangkaian kegiatan
Pemeriksaan pekerjaan, Pembuatan Berita Acara dan pembuatan Addendum.

1.6.8 Pekerjaan Tambah Kurang


a. Pekerjaan Tambah Kurang dpat dilaksanakan bila terjadi perubahan item dan volume
pekerjaan, perubahan disain, eskalasi harga yang dinyatakan oleh pemerintah atau
kondisi force mayor.
b. Pekerjaan Tambah atau Kurang dapat di laksanakan oleh Kontraktor maksimal 10 %
atau sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang ada.
c. Pekerjaan Tambah atau Kurang dapat berupa pengalihan pekerjaan, sehingga tidak
terjadi penambahan biaya (balance).
d. Pekerjaan Tambah Kurang diusulkan oleh Kontraktor dan diperiksa oleh Konsultan
Pengawas dengan back up perhitungan lapangan, gambar perubahan, instruksi
lapangan.
e. Untuk mendapat persetujuan harus dilakukan rapat koordinasi dan pembahasan dan
Pemeriksaan Pekerjaan dengan membuat Berita Acara Pekerjaan Tambah Kurang.
f. Berita Acara Pekerjaan Tambah Kurang selanjutnya dapat dipergunakan untuk
pembuatan Addendum.

1.6.9 Laporan kemajuan Pekerjaan


a. Kontraktor harus membuat laporan harian, yang harus diketahui oleh Konsultan
Pengawas meliputi : jenis pekerjaan, jumlah tenaga kerja, jenis dan jumlah bahan,
jenis dan jumlah peralatan, serta kondisi cuaca.
b. Kontraktor pada setiap minggunya harus membuat Laporan Mingguan (Weekly
Progress), yang berisi rincian realisasi kemajuan pekerjaan mingguan, rekapitulasi
kemajuan pekerjaan mingguan, serta nilai pekerjaan (volume terpasang) yang

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 18


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

menunjukkan prosentase pekerjaan yang telah dicapai dan posisi (status) kemajuan
atau keterlambatan pekerjaan mingguan. Laporan mingguan diketahui dan disetujui
oleh Konsultan Pengaws dan pemilik pekerjaan.
c. Hasil Laporan harian dan mingguan pada setiap bulannya akan dibuat menjadi
Laporan Kemajuan Bulanan (Monthly Progress) oleh konsultan pengawas, yang berisi
rincian realisasi kemajuan pekerjaan bulanan, rekapitulasi kemajuan pekerjaan
bulanan, nilai pekerjaan (volume terpasang) yang menunjukkan prosentase pekerjaan
yang telah dicapai dan posisi (status) kemajuan atau keterlambatan pekerjaan
bulanan, foto kegiatan, risalah rapat dan berita acara kegiatan. Laporan mingguan
diketahui dan disetujui oleh Konsultan Pengawas dan pemilik pekerjaan.

1.6.10 Foto Kegiatan


a. Kontraktor harus melaksanakan pembuatan foto dan dokumentasi kegiatan, sebelum
pekerjaan dimulai, selama pekerjaan dilaksanakan dan setelah pekerjaan
dilaksanakan.
b. Pemotretan dilaksanakan dalam berbagai arah dan jarak dengan mencantumkan
lokasi, jenis pekerjaan dan tanggal pemotretan.
c. Foto kegiatan disusun sesuai tanggal pelaksanaan pemotretan dan jenis pekerjaan
dalam satu album foto kegiatan.
d. Foto kegiatan dibagi sesuai kemajuan proses kegiatan mulai dari 0-25%, 26-50%, 51-
75% dan 76-100%.
e. Dokumentasi Video selama pelaksanaan kegiatan.

1.6.11 Shop Drawing


a. Shop Drawing (gambar kerja) harus dibuat oleh Kontraktor sebelum pekerjaan
dilaksanakan, dengan memperhatikan gambar perencanaan dan kondisi di lapangan.
b. Shop Drawing harus diperiksa, dicheck dan direview oleh Konsultan Pengawas dengan
memperhatikan gambar kerja dan kondisi di lapangan.
c. Shop Drawing harus sudah mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas, pemilik
Pekerjaan dan Konsultan Perencana bila diperlukan. Bila shop drawing tidak disetujui
maka kontraktor pelaksana harus merivisi, mengganti atau membuat shop drawing
baru sesuai dengan catatan dari Konsultan Pengawas. Shop Ddrawing akan
dilampirkan dalam Ijin Pentahapan Pekerjaan.

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 19


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

1.6.12 Ijin Pemakain Bahan/ Material Bangunan


a. Sebelum memulai pekerjaan atau bagian pekerjaan, Kontraktor harus mengajukan
contoh bahan untuk mendapat persetujuan (Material Aproval) dari Konsultan
Pengawas, User dan Konsultan Perencana untuk mendapatkan persetujuan, Format
Ijin Pemakaian Bahan berisi: jenis pekerjaan, nama bahan, lokasi pemasangan bahan,
ukuran bahan, mutu/ spesifikasi bahan, hasil test bahan dari produsen atau dari
laboratorium independen bila dikehendaki.
b. Bahan-bahan yang tidak memenuhi ketentuan seperti disyaratkan atau yang
dinyatakan ditolak oleh Konsultan Pengawas, tidak boleh digunakan dan harus segera
dikeluarkan dari halaman pekerjaan.
c. Apabila bahan-bahan yang ditolak oleh Konsultan Pengawasternyata masih
dipergunakan oleh Kontraktor, maka Konsultan Pengawas dapat memerintahkan untuk
membongkar kembali bagian pekerjaan yang menggunakan bahan tersebut. Semua
kerugian akibat pembongkaran tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Kontraktor.
d. Jika terdapat perselisihan mengenai kualitas bahan yang dipakai, Konsultan Pengawas
berhak meminta kepada Kontraktor Pelaksana untuk memeriksakan bahan itu ke
Laboratorium Balai Penelitian Bahan yang resmi dengan biaya Kontraktor. Sebelum
ada kepastian hasil pemeriksaan dari Laboratorium, Kontraktor tidak diizinkan untuk
melanjutkan bagian-bagian pekerjaan yang menggunakan bahan tersebut.
e. Penyimpanan bahan-bahan harus diatur dan dilaksanakan sedemikian rupa sehingga
tidak mengganggu kelancaran pelaksanaan pekerjaan dan terhindarnya bahan-bahan
dari kerusakan.

1.6.13 Ijin Pentahapan Pekerjaan


a. Kontraktor harus mengajukan Ijin Pentahapan Pekerjaan (Request), untuk masing-
masing rencana pekerjaan, yang meliputi: jenis pekerjaan, lokasi pekerjaan, volume
pekerjaan, metode pelaksanaan pekerjaan, peralatan, jumlah tenaga kerja, dan
waktu pelaksanaan pekerjaan.
b. Selanjutnya Konsultan Pengawas bersama kontraktor akan melihat/ memeriksa
kondisi lapangan dan membuat check list pekerjaan, bila masih ada kekurangan maka
pekerjaan harus ditunda dan harus dilakukan perbaikan-perbaikan.
c. Bila Ijin Pentahapan disetujui oleh Konsultan Pengawas maka kontraktor pelaksana
dapat segera melaksanakan pekerjaan sedang bila tidak disetujui maka harus ijin
pelaksanan harus diperbaharui dan dilakukan perbaikan kembali terhadap kondisi di
lapangan.

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 20


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

d. Apabila Kontraktor Pelaksana melaksanakan pekerjaan tanpa Ijin dari Konsultan


Pengawasmaka pekerjaan dinyatakan tidak sah, dan dapat dibongkar sesuai dengan
rekomendasi dari konsultan Pengawas. Semua kerugian akibat pembongkaran
tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.
e. Jika terdapat perselisihan mengenai kualitas pekerjaan, Konsultan Pengawasberhak
meminta kepada Kontraktor Pelaksana untuk memeriksakan sample pekerjaan pada
Laboratorium independen dengan biaya Kontraktor. Sebelum ada kepastian hasil
pemeriksaan dari Laboratorium, Kontraktor tidak diizinkan untuk melanjutkan
bagian-bagian pekerjaan yang menggunakan bahan tersebut.

1.6.14 Test Laboratorium dan Testing Commisioning.


a. Kontraktor harus melaksanakan Test Laboratorium untuk pekerjaan beton atau
melampirkan hasil test dari produsen/ pabrikan untuk pekerjaan lain yang
dipersyaratkan.
b. Untuk pekerjaan Instalasi Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing, kontraktor harus
melaksanakan pengujian fungsi masing-masing instalasi sampai instalasi tersebut
berfungsi dengan baik sesuai dengan persyaratan msing-masing jenis pekerjaan,
untuk instalasi yang berhubungan dengan keselamatan umum dipersyaratkan
mendapat Ijin/ Sertifikasi dari Instansi/ Dinas/ Departemen yang berwenang.

1.6.15 As Build Drawing


a. Sebelum Serah Terima Pekerjaan Tahap I (STT-I), Kontraktor Pelaksana sudah harus
menyelesaikan gambar sesuai pelaksanaan pembangunan (As Build Drawing) yang
terdiri dari :
- Gambar hasil pelaksanaan pekerjaan di lapangan sesuai revisi shop
drawing/sesuai kondisi pelaksanaan pembanguan.
- Gambar rancangan yang tidak mengalami perubahan dalam pelaksanaannya.
b. Konsultan Pengawas akan memeriksa As build Drawing dengan teliti sebelum disetujui
c. As Build Drawing harus mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawasdan dan
Pemilik pekerjaan.

1.6.16 Diagram Instalasi, Petunjuk Penggunaan, Garansi dan Pelatihan.


a. Buku Petunjuk Penggunaan (Manual Book) berisi :
- Petunjuk/Cara kerja manual dan otomatis peralatan mekanikal,
elektrikal, plumbing.
- Brosur dan manual guide dari produsen/ pabrikan.
- Petunjuk Keselamatan dan penanganan kerusakan/ gangguan.
SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 21
SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

- Peta dan Tata cara evakuasi bila terjadi situasi emergency.


b. Kontraktor harus memasang skema /diagram instalasi dan petunjuk penggunaan
untuk peralatan elektronik dan mekanik, meliputi : Panel Listrik dan Pompa,
c. Kontraktor harus melaksanakan pelatihan/ training pada user, terutama untuk
melaksanakan operasional peralatan mekanikal dan elektrikal.
d. Garansi secara parsial untuk jenis pekerjaan, peralatan dan instalasi/servis
disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan dan dibuktikan dengan adanya kartu garansi
dari produsen, ataupun aplikator.

1.6.17 Serah Terima Pekerjaan Tahap I


a. Serah Terima Pekerjaan dapat dilaksanakan bila batas waktu pelaksanaan pekerjaan
selesai sesuai jadual yang ditentukan. Konsultan Pengawas dan Kontraktor Pelakana
wajib membuat check list dan laporan untuk kemajuan pekerjaan sesuai progres
terakhir, As built drawing, kartu garansi, sebagai materi kelengkapan untuk
pemeriksaan pekerjaan dan pembuatan Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan untuk
Serah Terima Pekerjaan Tahap I.
b. Setelah semua persyaratan dapat dipenuhi maka dilakukan Serah Terima Pekerjaan
Tahap I dengan Pembuatan Berita Acara Serah Terima Pekerjaan Tahap I.

1.6.18 Masa Pemeliharaan & Serah Terima Pekerjaan Tahap II.


a. Jangka waktu masa pemeliharaan adalah 180 hari setelah Serah Terima Tahap I,
selama masa pemeliharaan kontraktor masih berkewajiban untuk melakukan
pengamanan, perbaikan dan pemeliharaan, instalasi IPLT, komponen-komponen
bangunan, baik struktur, arsitektur maupun MEP yang mengalami kerusakan atau
memerlukan penyempurnaan.
b. Sebelum serah terima Tahap II, Konsultan Pengawas dan Kontraktor berkewajiban
melakukan checklist terhadap pekerjaan yang harus diperbaiki ataupun diganti.
Kontraktor wajib melaksanakan perbaikan sebelum diadakan serah terima pekerjaan
tahap II, dengan melakukan Pemeriksaan pekerjaan bersama Tim Teknis selaku
Pemberi tugas.
c. Pembuatan Berita Acara Serah Terima Pekerjaan Tahap II, dari Kontraktor Pelaksana
ke pemberi tugas.

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 22


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

BAB II
SPESIFIKASI TEKNIS
BANGUNAN KOLAM IPLT

2.1. Dimensi Geomatrik


a. Elevasi dan Bench mark
Semua elevasi yang dimaksud adalah terhadap LWS, kecuali dinyatakan lain. Semua
elevasi harus dinyatakan dalam meter dengan ketelitian sampai dua desimal.
Kontraktor wajib membuat sedikitnya 6 (enam) buah bench mark di sekitar lokasi
proyek yang ditunjuk Pengawas Teknik/Konsultan. Bench mark yang terpasang harus
diikatkan terhadap referensi yang ada yang disetujui Konsultan. Ikatannya harus
merupakan ikatan sempurna dari poligon tertutup. Bila diperlukan, Kontraktor harus
menambahkan sendiri bench mark tambahan untuk pelaksanaan pekerjaan.
b. Dimensi
Semua dimensi dalam gambar dinyatakan dalam satuan metrik. Tidak ada tambahan
akibat konversi dari satuan lainnya ke sistem metrik. Semua gambar dan komunikasi
harus dinyatakan dalam sistem metrik.
c. Toleransi
Toleransi pengukuran untuk pekerjaan penyiapan site landfill ini adalah :
 Pekerjaan Galian
 Vertikal : 0,25 m
 Horisontal : 0,25 m
 Pekerjaan Timbunan
 Vertikal : 0,05 m
 Horisontal : 0,05 m
 Pekerjaan Urugan dan Pemadatan
 Vertikal : 0,03 m
 Horisontal : 0,03 m

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 23


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

2.2. Pekerjaan Tanah

2.2.1 Umum
a. Pekerjaan tanah meliputi pekerjaan yang berhubungan dengan pengupasan dan
penimbunan atau pembuangan tanah, batu-batu atau material lain dari atau ke
tempat proyek, atau pembongkaran dan pembersihan bekas-bekas saluran air,
selokan parit dan pembuangan bekas-bekas tanah longsor dan yang
berhubungan dengan pekerjaan yang dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi,
menurut gambar pelaksanaan atau petunjuk pengawas.
b. Pada lokasi yang akan diurug, pemborong harus melakukan stripping terlebih
dahulu, sehingga mendapatkan permukaan tanah asli yang bebas dari segala
bentuk kotoran, humus, akar-akar atau sisa-sisa material lain yang dapat
membusuk.
c. Bila yang akan didirikan bangunan kontraktor harus melakukan pengupasan,
ketebalan pengupasan ini minimum 30 cm dari permukaan tanah asli untuk
tanah yang cukup baik tetap memperhatikan syarat-syarat tersebut diatas.
Tanah bekas stripping ini harus dibuang/disingkirkan sesuai dengan petunjuk
pengawas.
d. Untuk semua pekerjaan urugan yang tidak memakai pasir urug, harus
menggunakan tanah yang baik dan bersih dari tanaman, akar-akaran, brangkal-
brangkal, puing-puing dan segala macam kotoran lainnya.
e. Pekerjaan pengurugan terdiri dari pekerjaan mengurug tanah, sesuai dengan
syarat-syarat serta ketentuan-ketentuan pada RKS ini dan gambar-gambar
pelaksanaan yang disetujui pengawas. Gambar pelaksanaan menunjukkan
antara lain gambar-gambar profil melintang memanjang, kemiringan dan
dimensi-dimensi dengan jelas.

2.2.2 Sumber Penggunaan Material


a. Material untuk timbunan site/lokasi terdiri dari material-material yang sesuai
untuk keperluan itu dan disetujui oleh pengawas.
b. Apabila tanah untuk pengurugan harus diambil dari luar site, maka tanah yang
diambil harus dari satu sumber dan harus dilakukan test laboratorium meliputi
: compactor (standar proctor) kandungan bahan-bahan organik, plastisitas dan
harus mendapat persetujuan pengawas.
c. Material lebih atau material yang tidak dapat dipakai harus dibuang sesuai
dengan ketentuan yang telah dicantumkan dalam RKS ini atau menurut

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 24


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

petunjuk pengawas. Material yang ada dalam keadaan basah, dimana dalam
keadaan kering dapat dipakai harus dikeringkan lebih dahulu/sampai mencapai
kadar air optimum baru kemudian digunakan untuk timbunan.
d. Material penimbunan dari tanah asli yang didatangkan dengan memenuhi
persyaratan, antara lain :
- Bukan termasuk tanah lempung (clay)
- Memenuhi persyaratan plastisitas
- Bersih dari bahan-bahan organik
e. Bila digunakan pada pekerjaan stabilisasi timbunan atau lereng atau dalam
situasi lainnya dimana kekuatan geser adalah penting, tetapi berlaku kondisi
pemadatan normal, maka timbunan dengan bahan-bahan terpilih dapat
merupakan timbunan batuan atau kerikil berlempung yang bergradasi baik atau
tanah liat berpasir atau tanah liat yang memiliki plastisitas rendah. jenis
bahan-bahan yang terpilih dan disetujui oleh pengawas akan bergantung pada
kecuraman dari lereng yang akan dibangun atau ditimbun atau pada tekanan
tanah yang harus dipikul.
f. Sebelum pekerjaan pengurugan dimulai, pengawas dapat memerintahkan untuk
pemadatan permukaan yang telah dibersihkan itu dengan kepadatan yang te lah
dicantumkan dalam RKS ini.

2.2.3 Tanah Dasar dari Material yang Kurang Baik


Bila pengawas menghendaki, pemborong harus menggali tanah yang kurang
baik mutunya sampai kedalaman yang dianggap cukup oleh pengawas sebelum
pekerjaan konstruksi timbunan maupun bangunan dimulai. Sebelum pekerjaan
pengurugan dimulai, pengawas dapat memerintahkan untuk memadatkan
permukaan tanah yang telah dibersihkan itu dengan kepadatan yang tercantum
dalam RKS ini.

2.2.4 Penghamparan dan Pemadatan


a. Material untuk pengurugan didapat dari jenis yang telah disetujui pengawas
akan dihamparkan berlapis-lapis dengan ketebalan perlapis 30 cm lalu
dipadatkan. Untuk pekerjaan pemadatan ini, pemborong harus melaksanakan
sedemikian rupa, sehingga kepadatan yang direncanakan dapat tercapai,
dengan memperhatikan kadar air optimum dari material timbunan tersebut.
b. Untuk melaksanakan hamparan, maka pemborong harus melindungi dari
curahan hujan, panas matahari yang mengakibatkan perubahan kadar air

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 25


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

optimum. Bila hamparan ini kena hujan, maka pemborong harus mengupas
kembali hamparan tersebut.
c. Dalam pekerjaan penghamparan dan pemdatan ini pemborong harus
melaksanakannya dengan sistem pentahapan atau pembagian lokasi per zone.
Untuk itu pemborong harus menyampaikan rencananya kepada pengawas untuk
disetujui pelaksanaannya.
d. Pekerjaan Pemadatan "Fill"
- Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan maka setiap
lapisan harus dipadatkan secara menyeluruh dengan alat pemadat yang
cocok dan layak serta disetujui oleh pengawas sampai suatu kepadatan
yang memenuhi persyaratan.
- Pelaksanaan pemadatan dilakukan lapis demi lapis. Tiap lapis tidak boleh
dari 35 cm tebal sebelum dipadatkan atau 30 cm setelah dipadatkan.
- Pemadatan tanah dan pembentukan permukaan (shaping) dilakukan dengan
tandem roller/ vibro roller yang beratnya 8 ton sampai 10 ton, atau yang
lainnya dengan mendapatkan persetujuan dari perencanaan sebelum tanah
harus dipadatkan.
- Pemadatan tanah timbunan akan dilakukan hanya bila kadar air bahan -
bahan berada dalam batas antara 3% kurang daripada kadar air optimum
sampai 1% lebih daripada kadar air optimum. Kadar air optimum tersebut
harus ditentukan sebagai kadar air dimana kepadatan kering maksimum
diperoleh bila tanah tersebut dipadat sesuai dengan AASTHO T99.
- Selama pemadatan harus dikontrol terus kadar airnya, sebelum pemadatan
kadar air dari fill material harus sama dengan kadar air optimum dari hasil
test compaction modified proctor dari contoh fill material.
- Apabila kadar air bahan timbunan/fill material lebih kecil dari kadar air
optimum, maka fill material harus diberi air sehingga menyamai kadar
optimum. Sebaliknya apabila kadar air bahan timbunan/fill material lebih
besar dari kadar air optimum maka fill material harus dikeringkan terlebih
dahulu atau ditambah dengan bahan timbunan yang lebih kering.
- Pengujian kepadatan harus dibuat setiap lapisan timbunan yang dipadatkan
sesuai dengan AASTHO T191 dan bila hasil setiap pengujian menunjukkan
bahwa kepadatan kurang daripada kepadatan yang disyaratkan maka
kontraktor harus membetulkan pekerjaan tersebut sesuai dengan ketentuan
diatas. Pengujian harus dibuat sampai kedalaman lapisan sepenuhnya pada

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 26


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

lokasi yang diarahkan oleh pengawas, tetapi satu dengan yang lainnya tidak
terpisah lebih 50 cm. Untuk urugan kembali disekeliling struktur atau pada
parit gorong-gorong, sekurang-kurangnya satu pengujian untuk satu lapisan
urugan kembali yang ditempatkan harus dilaksanakan. Pada timbunan,
sekurang-kurangnya satu pengujian harus dilaksanakan pada setiap 150
meter kubik timbunan yang ditempatkan.
- Pemadatan harus dilakukan pada cuaca baik, bila hujan dan terjadi
penggenangan air maka pemadatan harus dihentikan, diusahakan supaya air
dapat mengalir dengan membuat saluran-saluran drainase.
Setiap lapisan dari daerah yang dipadatkan harus ditest dengan field
density test untuk mengetahui kepadatan tanah yang dicapai serta
moisture content. Dapat dilakukan satu test untuk setiap 1500 m2 per lapis
field density test dengan cara sand cone.
e. Pemadatan tanah pada daerah "Cut"
- Untuk daerah cut, maka tanah digaru/digali lagi minimum sedalam 30 cm
kemudian dipadatkan hingga mencapai 100% compacted dari modified
proctor. Syarat pemadatan dengan daerah fill.
f. Khusus untuk pemadatan pada daerah jalan
- Kontraktor harus melakukan pemadatan daerah cut/fill pada badan jalan
sampai dengan peil permukaan sub base.
- Harus selalu dihindarkan terjadinya genangan-genangan air pada daerah
badan jalan selama lapisan-lapisan konstruksi jalan tersebut dikerjakan.

2.2.5 Percobaaan Pemadatan


a. Sebelum dimulai pekerjaan pemadatan yang sesungguhnya, pemborong harus
mengirimkan sampel tanah urug yang akan dipakai, dan setelah disetujui
pengawas kemudian diadakan test di laboratorium untuk mendapatkan nilai
kadar air optimum dan standar penggilasan dengan road roller/walls yang akan
digunakan.
b. Tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan kadar air optimum yang akan
dipakai dan hubungan antara jumlah penggilasan dengan kepadatan yang dapat
dicapai contoh material urugan tersebut.
c. Pemborong wajib melaksanakan field density test sesuai dengan ASTM D 1556
(sand cone method) di lokasi pemadatan yang dilaksanakan. Lokasi tempat test
ini akan ditentukan oleh pengawas. Lapisan pemadatan berikutnya belum
dapat dilaksanakan sebelum field density test dilakukan. Semua biaya
SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 27
SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

laboratorium/test adalah tanggungjawab pemborong.

2.2.6 Kepadatan yang harus dicapai untuk konstruksi urugan


Kepadatan yang dicapai untuk konstruksi urugan adalah sebagai berikut :
- Tiap lapisan tanah setinggi 20 cm atau sesuai dengan ASTM D 1556 (san cone
method).

2.2.7 Kadar Air


a. Material urugan yang tidak mengandung air yang cukup untuk dapat mencapai
kepadatan yang dikehendaki, harus ditambah air dengan alat penyemprot
(sprinkler) dan dicampur sampai kadar air lebih tinggi dari seharusnya, tidak
boleh dipadatkan sebelum cukup dikeringkan dan disetujui pengawas untuk
dipakai.
Cara-cara mengeringkan tanah basah tersebut dapat dengan cara digelar/
dihampar atau cara-cara lain yang umum dipakai.
b. Test kadar air di lapangan dilakukan dengan alat pengetes yang cepat dan
disediakan oleh pemborong.
c. Pekerjaan pemadatan urugan tanah tadi harus dilaksanakan pada kadar air
optimum sesuai dengan sifat-sifat dan alat-alat pemadat yang tersedia.
Pada pelaksanaan, pemborong harus mengambil langkah - langkah yang
diperlukan agar pada pekerjaan tersebut air huj an dapat mengalir dengan
lancar dan harus dipersiapkan kemungkinan adanya pengerutan atau
pengembangan.

2.2.8 Urugan Pasir


a. Urugan pasir harus disirami semua lantai atau plat dasar dengan stemper
hingga padat.
b. Urugan pasir dilakukan di bawah semua lantai atau plat dasar dengan tebal
urugan sesuai dengan gambar, termasuk lantai rabat, sehingga diperoleh peil -
peil yang dikehendaki.
c. Urugan pasir dilakukan juga pada bekas galian pondasi sebelah dalam bangun
dengan ketebalan sesuai dengan gambar rencana, dan di bawah pondasi, pipa
dan lain-lain sesuai dengan gambar.

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 28


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

2.3. Pekerjaan Galian

2.3.1 Umum
a. Pekerjaan ini mencakup penggalian, penanganan, pembuangan tanah, humus atau
cadas atau material lain.
b. Pekerjaan ini diperlukan untuk pembentukan tempat kerja sesuai dengan ketinggian
dan penampang melintang yang ditunjukkan dalam gambar atau yang diperintahkan
oleh Pengawas Teknik.
c. Kecuali untuk kepentingan pembayaran, ketentuan dari Seksi ini berlaku untuk
seluruh pekerjaan galian yang dilakukan sehubungan dengan Kontrak, dan seluruh
galian dapat merupakan salah satu dari :
 Galian biasa
 Galian padas
 Galian/dredging sungai
d. Galian biasa mencakup seluruh galian yang tidak diklasifikasi sebagai galian padas
atau galian sungai.
e. Galian padas mencakup galian dari batu dengan volume 1 m3 atau lebih dan seluruh
padas atau bahan lainnya yang digali tanpa penggunaan alat bertekanan udara,
pemboran, atau peledakan. Galian ini tidak termasuk bahan yang menurut pendapat
Pengawas Teknik dapat dilepaskan dengan penggaruk yang ditarik oleh traktor
dengan berat minimum 15 ton dan tenaga kuda netto sebesar 180 HP.
f. Galian/dreging sungai mencakup seluruh pekerjaan dredging pada daerah sungai.
g. Data bor dan profil tanah yang disajikan dalam dokumen tender adalah informasi
umum. Variasi dan/atau interpretasi diperbolehkan sepanjang tidak mempengaruhi
kontrak. Sebelum pekerjaan dimulai, kontraktor harus menyerahkan gambar
penampang memanjang yang menunjukkan tanah dasar yang ada.
h. Kontraktor dianggap telah memenuhi pekerjaan bila material substansi yang digali
telah dibuang sampai pada batas yang ditunjukkan dalam gambar atau ketentuan
lain.
i. Kontraktor harus melakukan penggalian dan membuang substansi apapun yang
ditemukan hingga kedalaman yang ditentukan dalam gambar atau hingga kedalaman
yang perlu untuk pelaksanaan konstruksi yang layak dan penyelesaian pekerjaan.
j. Kontraktor dianggap telah memasukkan dalam jadwal kecepatan yang diizinkan
untuk melingkupi seluruh faktor yang mungkin timbul selama atau dalam hubungan
dengan penggalian dan pembuangan sisa-sisa.

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 29


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

2.3.2 Survei
a. Pada waktu yang telah disepakati untuk memulai pekerjaan galian, Kontraktor di
bawah pengawasan Konsultan, harus memeriksa dan melakukan survei dengan
peralatan yang disetujui pada lokasi pekerjaan.
b. Level yang disepakati harus dicatat dan ditandatangani oleh Konsultan dan
Kontraktor.

2.3.3 Peralatan
a. Peralatan yang digunakan Kontraktor harus memenuhi persyaratan minimal yang
ditentukan.
b. Jika pemakaian peralatan lain tidak diizinkan oleh Konsultan, Kontraktor harus
menggunakan peralatan yang telah diusulkan dalam tender atau telah disetujui
untuk digunakan ketika kontrak ditandatangani. Kontraktor harus menyerahkan
rencana kerja detail pelaksanaan pekerjaan sehubungan dengan mobilisasi
peralatan.
c. Peralatan yang dipakai pada saat pelaksanaan harus diajukan pada rencana kerja
dan disetujui oleh Pengawas Teknik sebelum dioperasikan.

2.3.4 Toleransi Dimensi


a. Galian harus dilakukan sesuai dengan ukuran, ketinggian, dan kemiringan seperti
yang ditunjukkan dalam gambar dengan kelandaian akhir, arah dan formasi sesudah
galian tidak boleh bervariasi dari yang ditentukan lebih dari 25 cm pada setiap titik.
b. Permukaan galian yang telah selesai dan terbuka terhadap aliran air permukaan
harus cukup rata dan harus memiliki cukup kemiringan untuk menjamin drainase
yang bebas dari permukaan itu tanpa terjadi genangan atau menggunakan pelindung
plastik sebagaimana tercantum di dalam Gambar Perencanaan.

2.3.5 Pelaporan dan Pencatatan


a. Untuk setiap pekerjaan galian, sebelum memulai pekerjaan Kontraktor harus
menyerahkan gambar perincian potongan melintang yang menunjukan tanah asli
sebelum operasi pembabatan dan penggarukan dilakukan kepada Pengawas Teknik.
b. Kontraktor harus menyerahkan kepada Pengawas Teknik gambar perincian dari
seluruh struktur sementara yang diusulkannya atau yang diperintahkan untuk
digunakan, seperti skor, turap, cofferdam, dan tembok penahan dan harus
memperoleh persetujuan Pengawas Teknik dari gambar tersebut sebelum
melaksanakan pekerjaan galian yang dimaksudkan akan dilindungi oleh struktur
yang diusulkan tersebut.

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 30


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

c. Setelah masing-masing galian untuk tanah dasar, formasi atau fondasi selesai,
Kontraktor harus memberitahu Pengawas Teknik, dan bahan landasan atau meterial
lain tidak boleh dipasang sebelum disetujui oleh Pengawas Teknik.

2.3.6 Jaminan Keselamatan Pekerjaan Galian


a. Kontraktor harus memikul seluruh tanggung jawab untuk menjamin keselamatan
pekerja yang melaksanakan pekerjaan galian serta penduduk sekitar.
b. Selama masa pekerjaan galian, suatu lereng yang harus mampu menahan aktivitas
pekerjaan disekitarnya, termasuk struktur atau mesin harus dipertahankan
sepanjang waktu. Skor serta turap yang memadai harus dipasang, jika tepi
permukaan galian tidak stabil.
c. Peralatan berat untuk pemindahan tanah, pemadatan atau keperluan lainnya tidak
boleh diijinkan berada atau beroperasi lebih dekat dari 1,5 m dari tepi galian
terbuka.
d. Tembok ujung cofferdam atau cara lainnya untuk menghindarkan air dari daerah
galian harus dirancang dengan benar dan cukup kuat untuk menjamin tidak terjadi
keruntuhan mendadak, yang mungkin dapat membanjiri tempat kerja secara cepat.
e. Pada setiap saat sewaktu pekerja atau yang lainnya berada dalam galian yang
mengharuskan kepala mereka berada di bawah permukaan tanah, Kontraktor harus
menempatkan Konsultan keamanan pada tempat kerja yang tugasnya hanya
memonitor kemajuan dan keamanan. Pada setiap saat peralatan galian cadangan
(yang belum dipakai) serta perlengkapan P3K harus tersedia pada tempat kerja
galian.

2.3.7 Jadwal Kerja


a. Perpanjangan jadwal pekerjaan oleh Kontraktor harus disetujui oleh Pengawas
Teknik.
b. Bila lalu lintas pada jalan terpaksa terganggu karena peledakan atau operasi
pekerjaan lainnya, Kontraktor harus mendapatkan persetujuan sebelumnya
terhadap jadwal untuk gangguan tersebut dari penguasa setempat dan juga dari
Pengawas Teknik.

2.3.8 Perbaikan Pekerjaan Galian Yang Tidak Memuaskan


Pekerjaan galian yang tidak memenuhi toleransi yang diberikan dalam Pasal 2.3.4 di
atas harus diperbaiki oleh Kontraktor sebagai berikut :
a. Material yang berlebih harus dibuang dengan penggalian lebih lanjut.

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 31


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

b. Daerah dimana telah tergali lebih, atau daerah retak atau lepas, harus diurug
kembali dengan timbunan pilihan atau lapis fondasi agregat seperti yang
diperintahkan Pengawas Teknik.

2.3.9 Penambahan Kedalaman Galian


a. Apabila dalam pelaksanaan galian Pengawas Teknik merasa perlu untuk
memperdalam galian, maka Pengawas Teknik berhak memerintahkan kepada
Kontraktor untuk menambah kedalaman galian.
b. Penambahan biaya penambahan kedalaman galian hanya dihitung, jika penambahan
tersebut diperintahkan Pengawas Teknik atau Konsultan.
c. Penambahan kedalaman galian diukur dengan cara yang ditetapkan Konsultan
disesuaikan dengan kondisi setempat. Pengukuran dibulatkan ke bawah sampai
dengan 25 cm.
d. Jika penambahan pekerjaan berupa penambahan kedalaman membutuhkan waktu
tambahan dari time schedule, Kontraktor diijinkan memperpanjang jadwal
pekerjaan tersebut, selama waktu tambahan yang logis dengan jalan mengirim
permohonan tertulis kepada Pengawas Teknik/Konsultan.

2.3.10 Pengurangan Kedalaman Galian


a. Konsultan Pengawas atas persetujuan Konsultan Perencana berhak memerintahkan
Kontraktor untuk menghentikan galian sebelum kedalaman rencana jika dianggap
perlu.
b. Pengukuran pengurangan volume pekerjaan akibat pengurangan kedalaman galian
sama dengan cara perhitungan penambahan kedalaman galian.
c. Kontraktor tidak diijinkan menyimpan sisa waktu akibat pengurangan kerja ini untuk
time schedule-nya.

2.3.11 Penggunaan Dan Pembuangan Material Galian


a. Seluruh material yang dapat dipakai yang digali dalam batas-batas dan cakupan
proyek dimana memungkinkan harus digunakan secara efektif untuk formasi
timbunan atau urugan kembali.
b. Material galian yang mengandung tanah organis tinggi, peat, sejumlah besar akar,
atau benda tumbuhan lain serta tanah yang kompresif yang menurut pendapat
Pengawas Teknik akan menyulitkan pemadatan dari material pelapisan atau yang
mengakibatkan terjadinya kerusakan atau penurunan yang tidak dikehendaki, harus
diklasifikasikan tidak memenuhi untuk digunakan sebagai timbunan dalam
pekerjaan permanen.

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 32


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

c. Setiap material galian yang berlebih untuk kebutuhan timbunan, atau tiap material
yang tidak disetujui oleh Pengawas Teknik sebagai bahan timbunan harus dibuang
dan diratakan dalam lapis yang tipis oleh Kontraktor daerah yang diperintahkan
Pengawas Teknik.
d. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk seluruh pengaturan dan biaya untuk
pembuangan material yang berlebihan atau tidak memenuhi syarat, termasuk
pengangkutan dan perolehan ijin dari pemilik tanah dimana pembuangan dilakukan.

2.3.12 Pengembalian Bentuk Dan Pembuangan Pekerjaan Sementara


a. Material bekas yang diperoleh dari pekerjaan sementara tetap merupakan milik dari
Kontraktor atau bila memenuhi syarat yang disetujui oleh Pengawas Teknik, dapat
dipergunakan untuk pekerjaan permanen dan dibayar dalam Mata Pembayaran yang
bersangkutan dalam Daftar Penawaran.
b. Setiap pemakaian material galian yang bersifat sementara waktu diijinkan untuk
ditempatkan dalam saluran air harus dibuang seluruhnya setelah pekerjaan berakhir
sedemikian rupa sehingga tidak menganggu saluran air.
c. Seluruh tempat bekas galian bahan atau sumber bahan yang digunakan oleh
Kontraktor harus ditinggalkan dalam keadaan rapi dengan tepi dan lereng yang
stabil.

2.3.13 Prosedur Penggalian


a. Penggalian harus dilaksanakan hingga garis ketinggian dan elevasi yang ditentukan
dalam gambar atau ditunjukkan oleh Pengawas Teknik dan harus mencakup
pembuangan seluruh material dalam bentuk apapun yang dijumpai, termasuk
tanah, padas, batu bata, batu, beton, tembok dan perkerasan yang lama.
b. Dimana material yang terbuka pada garis formasi atau permukaan lapis tanah dasar
atau fondasi dalam keadaan lepas atau tanah gambut material lainnya yang tak
memenuhi dalam pendapat Pengawas Teknik, maka material tersebut harus
dipadatkan dengan benar atau seluruhnya dibuang dan diganti dengan timbunan
yang memenuhi syarat, sebagaimana diperintahkan Pengawas Teknik.
c. Galian lapisan tanah atas setebal + 30 cm atau material tanah yang mengandung
humus harus diletakkan ditempat yang telah ditentukan oleh Pengawas Teknik.
d. Jika material padas atau lapisan keras yang sukar dibongkar dijumpai pada garis
formasi untuk selokan berpasangan atau untuk fondasi struktur, maka material
tersebut harus digali 15 cm lebih dalam hingga ke permukaan yang mantap dan
merata. Tidak boleh ada tonjolan-tonjolan padas dari permukaan tersebut dan
seluruh pecahan padas yang diameternya lebih besar dari 15 cm harus dibuang, dan
SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 33
SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

harus diurug lagi dengan meterial yang dipadatkan yang disetujui oleh Pengawas
Teknik.
e. Penggalian padas harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tepi dari galian harus
dibiarkan pada kondisi yang aman dan serata mungkin. Padas yang lepas yang dapat
menjadi tidak stabil atau menimbulkan bahaya terhadap pekerjaan atau orang harus
dibuang.

2.3.14 Blasting
a. Peledakan sebagai cara pembongkaran padas hanya boleh digunakan jika, menurut
pendapat Pengawas Teknik, tidak praktis menggunakan alat bertekanan udara atau
penggaruk hidraulis. Pengawas Teknik dapat melarang peledakan dan
memerintahkan padas untuk digali dengan cara lain, jika menurut pendapatnya,
peledakan berbahaya bagi manusia atau struktur yang berdekatan.
b. Bila diperintahkan oleh Pengawas Teknik, Kontraktor harus menyediakan anyaman
pelindung ledakan untuk melindungi orang, benda dan pekerjaan selama
penggalian. Jika dipandang perlu, peledakan harus dibatasi waktunya seperti yang
diuraikan oleh Pengawas Teknik.

2.3.15 Penggalian Untuk Sumber Material


a. Galian untuk mendapatkan sumber material harus digali sesuai dengan ketentuan
dari Spesifikasi ini.
b. Persetujuan untuk membuka sumber galian baru atau pengoperasian yang lama
harus diperoleh dari Pengawas Teknik secara tertulis sebelum operasi penggalian
dimulai.
c. Galian tidak boleh dilakukan pada daerah yang dilindungi atau daerah yang
diperlukan untuk keperluan lainnya.
d. Galian tidak boleh mengganggu drainase alam atau rancangan lainnya.

2.3.16 Pengukuran dan volume penggalian


Volume akhir penggalian dihitung dengan membandingkan peta situasi pengukuran awal
dan sesudah digali. Volume yang dipakai untuk pembayaran termin dihitung dari gambar
kerja yang diberikan dan penambahan maupun pengurangan volume galian.
a. Bagi keperluan perhitungan prestasi pekerjaan yang berhubungan dengan
pembayaran tahapan termin, pengukuran dilaksanakan oleh kontraktor dan
dilakukan bersama-sama dengan Konsultan.
b. Pengukuran peta situasi awal dan peta situasi akhir dilaksanakan berdasarkan
referensi yang sama. Referensi ditentukan Pengawas Teknik.

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 34


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

c. Ukuran satuan untuk mobilisasi dan demobilisasi peralatan yang digunakan untuk
galian yang ditentukan di sini adalah dalam lump sum. Jadwal yang dimasukkan
dalam Bill of Quantity harus memuat semua biaya untuk transportasi peralatan dari
dan menuju lokasi dan depresiasi selama periode yang diperlukan. Jika tidak
dinyatakan dalam kontrak, ukuran tersebut harus dianggap termasuk biaya pajak,
asuransi dan semua tagihan/biaya yang diperlukan untuk prosedur-prosedur yang
berhubungan dengan pekerjaan ini.
d. Ukuran satuan untuk galian harus dalam meter kubik insitu dari tanah yang digali,
dihitung berdasarkan level yang disepakati dan pekerjaan selesai. Kecuali adanya
penambahan dan pengurangan yang diperintahkan Pengawas Teknik. Kelebihan
ataupun kekurangan galian tidak diperhitungkan jika galian yang terselesaikan tidak
dalam toleransi yang ditentukan.
Schedule rate harus dimasukkan ke dalam Bill of Quantity, kecuali biaya dalam
pembayaran terpisah, biaya untuk material, tenaga kerja, dan semua pekerjaan lain
yang dibutuhkan.

2.4. Pekerjaan Timbunan Dan Pemadatan


2.4.1 Umum
2.4.1.1 Uraian
a. Istilah timbunan apabila tidak dijelaskan secara khusus, berarti dimaksudkan untuk
timbunan tanah dan atau timbunan sampah.
b. Pekerjaan ini mencakup pengambilan, pengangkutan, penghamparan dan
pemadatan tanah atau bahan berbutir yang disetujui untuk konstruksi timbunan
atau untuk timbunan umum yang diperlukan untuk membuat bentuk dimensi
timbunan, antara lain ketinggian yang sesuai dengan persyaratan atau penampang
melintangnya.
c. Segala perubahan dari spesifikasi ini harus dikonsultasikan secara tertulis kepada
Konsultan dan harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan untuk
memulai pekerjaan.
d. Timbunan yang dicakup oleh ketentuan dalam Seksi ini harus dibagi menjadi dua
jenis, yaitu timbunan biasa dan timbunan pilihan. Timbunan pilihan akan digunakan
di daerah berair dan lokasi serupa dimana material yang plastis sulit untuk
dipadatkan dengan baik. Timbunan pilihan dapat juga digunakan untuk stabilisasi
lereng atau pekerjaan pelebaran jika diperlukan lereng yang curam karena
keterbatasan ruang, dan untuk pekerjaan timbunan lainnya dimana kekuatan
timbunan adalah faktor yang kritis.
SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 35
SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

e. Pekerjaan timbunan dengan material yang dipasang sebagai landasan pada saluran
beton, juga tidak termasuk material drainase berpori yang dipakai untuk maksud
drainase bawah permukaan atau untuk mencegah hanyutnya butir halus akibat
filtrasi.

2.4.1.2 Survei
a. Sebelum pekerjaan timbunan dimulai, harus dilakukan survei topografi. Level yang
disepakati harus dicatat dan ditandatangani oleh Konsultan dan Kontraktor.
b. Kontraktor harus membuat hasil survei dalam bentuk gambar tampak dan
penampang dengan skala yang disetujui oleh konsultan. Gambar penampang harus
pada interval 10 m. Konsultan harus memverifikasi dan memeriksa gambar tampak
dan penampang.

2.4.1.3 Peralatan
a. Kontraktor harus mengajukan metoda kerja termasuk output kerja harian, jumlah,
tipe dan kapasitas peralatan yang akan dioperasikan kepada Konsultan.
b. Pemilihan peralatan harus mempertimbangkan kondisi lapangan dan lingkungan.

2.4.2 Pekerjaan Timbunan


2.4.2.1 Lingkup
a. Pekerjaan ini terdiri dari pengambilan, pengangkutan, penempatan dan pemadatan
tanah atau bahan-bahan butiran yang disetujui untuk timbunan atau pengurugan
kembali pada lokasi timbunan badan jalan. Galian dan urugan atau timbunan, pada
umumnya diperlukan sesuai garis kelandaian dan ketinggian dari penampang
melintang yang telah disetujui.
b. Timbunan/urugan kering (di atas elevasi HWS) memakai material lempung seperti
yang disyaratkan dan memenuhi kepadatan yang disyaratkan pada spesifikasi ini.

2.4.2.2 Toleransi Dimensi


a. Kelandaian dan ketinggian yang diselesaikan setelah pemadatan tidak akan melebihi
tinggi 30 mm lebih rendah dari yang ditentukan atau disetujui.
b. Semua permukaan timbunan akhir yang tidak terlindung harus cukup halus dan rata
serta mempunyai kemiringan yang cukup untuk menjamin pengaliran bebas dari air
permukaan.
c. Permukaan lereng timbunan yang selesai tidak akan berbeda dari garis profil yang
ditentukan dengan melebihi 100 mm dari ketebalan yang dipadatkan.

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 36


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

d. Timbunan tidak boleh dihamparkan dalam ketebalan lapisan yang dipadatkan


melebihi 300 mm.

2.4.2.3 Standar Rujukan


a. Kontraktor harus menyelesaikan semua pengujian di bawah pengawasan Konsultan
dan harus mengajukan laporan dalam waktu 1 (satu) minggu setelah masing-masing
pengujian dilaksanakan.
b. Pengujian mencakup:
 Analisis Saringan : AASHTO T 88 - 78, ASTM D422
 Pemadatan Lapangan : AASHTO T 99 - 74, ASTM D698, D1557
 Penetapan Batas Cair Tanah : AASHTO T 89 - 68, ASTM D423
 Penetapan Batas Plastis : AASHTO T 90 - 70, ASTM D424
 CBR : AASHTO T 193-74, ASTM D1883-73
 Sand cone : ASTM D-1556
 Test Mineralogi.

2.4.2.4 Pengajuan
a. Kontraktor harus mengajukan hal-hal berikut kepada Konsultan sebelum suatu
persetujuan untuk memulai pekerjaan dapat diberikan oleh Konsultan.
 Gambar penampang melintang terinci yang menunjukkan permukaan yang
dipersiapkan bagi timbunan yang akan ditempatkan.
 Hasil pengujian kepadatan yang memberikan hasil pemadatan yang baik dari
permukaan yang dipersiapkan dimana timbunan itu akan ditempatkan.
- Kontraktor harus mengajukan hal-hal berikut pada konsultan sekurang-kurangnya 14
(empat belas) hari sebelum tanggal yang diusulkan dari penggunaan bahan-bahan
yang diajukan untuk digunakan sebagai timbunan.
 Dua contoh masing-masing seberat 50 kg dari bahan-bahan, salah satu akan
ditahan oleh konsultan untuk rujukan selama perioda kontrak.
 Pernyataan tentang asal dan komposisi dari setiap bahan-bahan yang diusulkan
untuk digunakan sebagai timbunan bersama dengan data pengujian
laboratorium yang membuktikan bahwa bahan-bahan tersebut memenuhi sifat
yang ditentukan.
- Kontraktor harus mengajukan hal berikut secara tertulis kepada Konsultan segera
setelah penyelesaian setiap bagian pekerjaan dan sebelum setiap persetujuan
diberikan untuk penempatan bahan-bahan lain di atas timbunan.
 Hasil pengujian kepadatan.

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 37


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

 Hasil pengujian pengukuran permukaan dan data pengukuran membuktikan


bahwa permukaan berada dalam toleransi yang ditentukan.

2.4.2.5 Perbaikan Pekerjaan Yang Tidak Memenuhi Syarat


a. Timbunan akhir yang tidak sesuai dengan penampang melintang yang ditentukan
atau disetujui atau dengan toleransi permukaan yang ditentukan, harus diperbaiki
dengan menggaruk permukaan tersebut dan membuang atau menambah bahan-
bahan sebagaimana diperlukan, disusul dengan pembentukan pemadatan kembali.
b. Timbunan yang terlalu kering untuk pemadatan dalam batas kadar air yang
ditentukan atau sebagaimana diarahkan oleh konsultan, harus dikoreksi dengan
menggaruk bahan-bahan disusul dengan penyiraman dengan jumlah air secukupnya
dan mencampur secara keseluruhan dengan sebuah mesin perata (grader) atau
peralatan lain yang disetujui.
c. Timbunan yang terlalu basah untuk pemadatan dalam batas kadar air yang
ditetapkan atau sebagaimana diarahkan oleh Konsultan, harus dikoreksi dengan
menggaruk bahan-bahan disusul dengan pengerjaan dengan mesin perata berulang-
ulang atau peralatan lainnya yang disetujui, dengan selang istirahat antara
pekerjaan, di bawah kondisi cuaca kering. Kalau tidak atau bila pengeringan yang
cukup tak dapat dicapai dengan pengerjaan dan membiarkan bahan terlepas, maka
Konsultan dapat memerintahkan agar bahan-bahan tersebut dikeluarkan dari
pekerjaan dan diganti dengan bahan-bahan kering yang memadai.
d. Timbunan yang menjadi jenuh karena hujan atau banjir atau sebaliknya setelah
dipadatkan secara memuaskan sesuai dengan spesifikasi ini, pada umumnya tak
akan memerlukan pekerjaan perbaikan asalkan sifat bahan-bahan dan kerataan
permukaan masih memenuhi persyaratan spesifikasi ini.
e. Perbaikan timbunan yang tidak memenuhi persyaratan sifat atau kepadatan bahan-
bahan dari spesifikasi ini harus sebagaimana diarahkan oleh Konsultan dan dapat
meliputi pemadatan tambahan, penggarukan kemudian disusul dengan pengaturan
kadar air dan pemadatan kembali atau pembuangan dan penggantian bahan-bahan.

2.4.2.6 Pemulihan Pekerjaan Setelah Pengujian


Semua lubang pada pekerjaan akhir yang dibuat oleh pengujian kepadatan atau lainnya
harus ditimbun kembali oleh Kontraktor tanpa penundaan dan dipadatkan sampai
persyaratan toleransi permukaan dan kepadatan dari spesifikasi ini.

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 38


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

2.4.2.7 Pembatasan Cuaca


Timbunan tidak boleh ditempatkan, dihampar atau dipadatkan sewaktu hujan turun,
dan tak ada pemadatan yang boleh dilakukan setelah hujan atau sebaliknya bila kadar
air bahan-bahan berada di luar batas yang ditentukan.

2.4.2.8 Bahan-Bahan
Bahan-bahan timbunan harus dipilih dari sumber yang disetujui.
a. Bahan Timbunan
 Bahan timbunan terdiri dari timbunan tanah yang digali dan disetujui oleH
Konsultan sebagai bahan-bahan yang memenuhi syarat untuk penggunaan dalam
pekerjaan permanen. Material yang digunakan adalah material silty clay yang
memenuhi klasifikasi USCS sebagai material CL, ML, atau SM (khusus untuk
timbunan di bawah muka air tanah). Clay fraction (< 0.002 mm) bahan-bahan
timbunan harus memenuhi minimal 25% yang ditunjukkan dari hasil analisis
saringan.
 Tanah yang mempunyai sifat mengembang (shrinkage) sangat tinggi yang
mempunyai suatu nilai aktivitas lebih besar daripada 1,0 atau suatu derajat
pengembangan yang digolongkan oleh AASHTO T 258 sebagai sangat tinggi atau
ekstra tinggi, tidak akan digunakan sebagai bahan timbunan secara langsung
kecuali apabila dilakukan perbaikan tanah terlebih dahulu sesuai usulan seorang
Ahli Geoteknis. Nilai Aktivitas harus diukur sebagai Indeks Plastisitas, IP (AASHTO
T90) dan Persentase Ukuran Tanah Liat (AASHTO T88).
 Indeks Plastisitas, IP (AASHTO T90) dari material timbunan harus lebih kecil dari
15 % dan batas cair, LL harus lebih kecil dari 45% (AASHTO T90).
 Material yang telah dipadatkan menurut Modified Proctor, harus memiliki:
- Undrained Shear Strength (Cu) untuk sample tanah yang dijenuhkan lebih
besar dari 50 kPa atau sample tanah kering setelah dipadatkan > 120 kPa.
- Specific Grafity (Gs) lebih besar dari 2,6
- Kepadatan kering minimum harus mencapai kepadatan minimal 95 % Modified
Proctor maximum density untuk bahan timbunan umum, dan 98 % Modified
Proctor maximum density untuk bahan timbunan subgrade jalan.
- Bahan Lapisan Kedap harus memiliki karakteristik sebagai berikut :
 Jenis tanah MH, Ml, CH, CL.
 Prosentase butiran halus > 50%
 Liquid Limit 35 % – 60 %
 Indeks plastisitas vs liquid limit > garis A
SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 39
SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

 Permeabilitas lebih kecil dari 1 x 10-7 cm/det.


- Bahan lapisan penutup harian dan lapisan antara dan akhir
 Bahan penutup harian dan antara harus memiliki permeabilitas maksimum 1
x 10-6 cm/det.
 Sedangkan untuk bahan penutup akhir harus memiliki permeabilitas
maksimum sebesar 1 x 10-7 cm/det.

2.4.2.9 Penempatan dan Pemadatan Timbunan


1. Persiapan Tempat Kerja
a) Sebelum menempatkan timbunan pada suatu daerah maka semua operasi
pembersihan dan pembongkaran, termasuk penimbunan lubang yang tertinggal
pada waktu pembongkaran akar pohon harus telah diselesaikan dan bahan-bahan
yang tidak memenuhi syarat harus telah dikeluarkan sebagaimana telah
diperintahkan oleh Konsultan. Seluruh areal harus diratakan secukupnya sebelum
penimbunan dimulai.
b) Di mana ukuran tinggi timbunan adalah satu meter atau kurang, maka daerah
pondasi timbunan tersebut harus dipadatkan secara penuh (termasuk
penggarukan dan pengeringan atau pembasahan bila diperlukan) sampai lapisan
atas 150 mm dari tanah memenuhi persyaratan kepadatan yang ditentukan untuk
timbunan yang akan ditempatkan di atasnya.
c) Bila timbunan tersebut akan dibangun di atas tepi bukit atau ditempatkan pada
timbunan yang ada, maka lereng-lereng yang ada harus dipotong untuk
membentuk terasering dengan ukuran lebar yang cukup untuk menampung
peralatan pemadatan sewaktu timbunan ditempatkan dalam lapisan horisontal.
2. Penempatan Timbunan
a) Timbunan harus ditempatkan pada permukaan yang dipersiapkan dan disebarkan
merata serta bila dipadatkan akan memenuhi toleransi ketebalan lapisan yang
diberikan. Di mana lebih dari satu lapisan yang akan ditempatkan, maka lapisan
tersebut harus sedapat mungkin sama tebalnya.
b) Timbunan tanah harus dipindahkan segera dari daerah galian tambahan ke
permukaan yang dipersiapkan dalam keadaan cuaca kering. Penumpukan tanah
timbunan tidak akan diizinkan selama musim hujan, dan pada waktu lainnya
hanya dengan izin tertulis dari Konsultan.
c) Dalam penempatan timbunan di atas atau pada selimut pasir atau bahan-bahan
drainase porous lainnya, maka harus diperhatikan untuk menghindari
pencampuran adukan dari kedua bahan-bahan tersebut. Dalam hal pembentukan

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 40


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

drainase vertikal, maka suatu pemisah yang luas antara kedua bahan-bahan
tersebut harus dijamin dengan menggunakan acuan sementara dari lembaran
baja tipis yang secara bertahap akan ditarik sewaktu penempatan timbunan dan
bahan drainase porous dilaksanakan.
d) Di mana timbunan akan diperlebar, maka lereng timbunan yang ada harus
dipersiapkan dengan mengeluarkan semua tumbuhan permukaan dan harus
dibuat terasering sebagaimana diperlukan sehingga timbunan yang baru terikat
pada timbunan yang ada hingga memuaskan Konsultan. Timbunan yang
diperlebar kemudian harus dibangun dalam lapisan horisontal sampai pada
ketinggian tanah dasar. Tanah dasar harus ditutup dengan sepraktis dan secepat
mungkin dengan lapis pondasi bawah sampai ketinggian permukaan jalan yang
ada untuk mencegah pengeringan dan kemungkinan peretakan permukaan.
e) Sebelum sebuah timbunan ditempatkan, seluruh rumput dan tumbuhan harus
dibuang dari permukaan atas di mana timbunan tersebut ditempatkan dan
permukaan yang sudah dibersihkan dihancurkan dengan pembajakan atau
pengupasan sampai kedalaman minimum 20 cm.
3. Pemadatan
a) Apabila diperlukan pelaksanaan pekerjaan pemadatan harus dilakukan pada
musim kering guna mendapatkan kualitas pemadatan yang disyaratkan.
b) Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan maka setiap lapisan
harus dipadatkan secara menyeluruh dengan alat pemadat yang cocok dan layak
serta disetujui oleh Konsultan sampai suatu kepadatan yang memenuhi
persyaratan yang ditentukan.
c) Pemadatan tanah timbunan akan dilakukan hanya bila kadar air bahan-bahan
berada dalam batas antara 2 % lebih daripada kadar air optimum (wet of
optimum). Kadar air optimum tersebut harus ditentukan sebagai kadar air di
mana kepadatan kering maksimum diperoleh bila tanah tersebut dipadatkan
sesuai dengan AASHTO T-180.
d) Semua timbunan batuan harus ditutup dengan lapisan dengan tebal 200 mm dari
bahan-bahan yang bergradasi baik yang berisi batu-batu tidak lebih besar dari 50
mm dan mampu mengisi semua sela-sela bagian atas timbunan batuan. Lapisan
penutup ini harus dibangun sesuai dengan persyaratan untuk timbunan tanah.
e) Setiap lapisan timbunan yang ditempatkan harus dipadatkan sebagaimana
ditentukan, diuji untuk kepadatan dan diterima oleh Konsultan sebelum lapisan
berikutnya ditempatkan.

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 41


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

f) Timbunan harus dipadatkan dimulai dari tepi luar dan dilanjutkan ke arah sumbu
timbunan dengan suatu cara yang sedemikian rupa sehingga setiap bagian
menerima jumlah pemadatan yang sama.
g) Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai/dimasuki oleh alat pemadat
biasa, harus ditempatkan dalam lapisan horisontal dari bahan-bahan lepas tidak
lebih dari 150 mm tebal dan seluruhnya dipadatkan dengan menggunakan alat
pemadat tangan mekanis (mechanical tamper) yang disetujui. Perhatian khusus
harus diberikan guna menjamin pemadatan yang memuaskan di bawah dan di
tepi pipa untuk menghindari rongga-rongga dan guna menjamin bahwa pipa
ditunjang sepenuhnya.
1. Perlindungan Timbunan Yang Sudah Dipadatkan Kontraktor harus menjaga dan
melindungi timbunan yang sudah dipadatkan dari segala pengaruh yang merusak
mutu timbunan.
a) Kontraktor harus memelihara talud dan timbunan terhadap terjadinya longsoran
lokal pada talud. Apabila terjadi kelongsoran lokal pada talud, maka Kontraktor
harus memperbaikinya dalam waktu 24 jam setelah ada instruksi dari Pengawas
Teknik/Konsultan. Semua biaya perbaikan talud yang diperlukan menjadi
tanggungan Kontraktor.
b) Apabila Pengawas Teknik memandang perlu, maka Pengawas Teknik berhak
memerintahkan pengujian tambahan pada sebagian atau keseluruhan timbunan
yang sudah diuji dan diterima. Apabila terbukti bahwa timbunan tersebut
mengalami penurunan mutu sehingga tidak memenuhi Spesifikasi Teknis ini,
maka Kontraktor wajib atas biayanya sendiri memperbaiki timbunan tersebut
sampai memenuhi Spesifikasi Teknis ini, maka Kontraktor wajib atas biayanya
sendiri memperbaiki timbunan tersebut sampai memenuhi Spesifikasi Teknis ini
dan menanggung biaya pengujian yang diperintahkan Pengawas Teknik.

2.4.2.10 Jaminan Kualitas


1. Pengawasan Kualitas Bahan
a) Jumlah data penunjang untuk hasil pengujian yang diperlukan untuk persetujuan
awal kualitas bahan-bahan harus sebagaimana diarahkan oleh Konsultan, tetapi
harus termasuk semua pengujian yang relevan yang telah ditentukan, sekurang-
kurangnya tiga contoh yang mewakili sumber bahan-bahan yang diajukan yang
terpilih untuk mewakili serangkaian kualitas bahan-bahan yang akan diperoleh
dari sumber tersebut.

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 42


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

b) Menyusul persetujuan mengenai kualitas bahan-bahan timbunan yang diajukan,


maka pengujian kualitas bahan-bahan tersebut harus diulangi lagi atas
kebijaksanaan tenaga Konsultan, dalam hal mengenai perubahan yang diamati
pada bahan-bahan tersebut atau pada sumbernya.
c) Suatu program rutin pengujian pengawasan mutu bahan-bahan harus
dilaksanakan untuk mengendalikan keanekaragaman bahan yang dibawa ke
tempat proyek. Jangkauan pengujian tersebut harus sebagaimana diarahkan oleh
Konsultan tetapi untuk setiap 1000 meter kubik timbunan yang diperoleh dari
setiap sumber.
2. Persyaratan Pemadatan untuk Timbunan
Ketebalan hamparan untuk setiap lapisan yang akan dipadatkan adalah 300 mm.
3. Percobaan Pemadatan
a) Kontraktor harus bertanggung jawab untuk pemilihan peralatan dan metoda
untuk mencapai tingkat pemadatan yang ditentukan. Dalam hal bahwa
Kontraktor tidak mampu untuk mencapai kepadatan yang disyaratkan, maka
pemadatan berikutnya belum boleh dilaksanakan, kecuali dengan seizin
Konsultan Pengawas.
b) Suatu percobaan lapangan harus dilaksanakan dengan jumlah lintasan alat
pemadat dan kadar air harus diubah-ubah sampai kepadatan yang ditentukan
tercapai dan disetujui Konsultan. Hasil percobaan lapangan ini kemudian harus
digunakan untuk menentukan jumlah lintasan yang disyaratkan, jenis alat
pemadat dan kadar air untuk semua pemadatan yang selanjutnya.

2.4.2.11 Pengukuran
a. Timbunan akan diukur sebagai jumlah meter kubik bahan-bahan yang dipadatkan
yang diterima lengkap di tempat. Volume yang diukur harus didasarkan pada gambar
penampang melintang yang disetujui dari profil tanah atau profil galian sebelum
suatu timbunan ditempatkan serta pada garis, kelandaian dan ketinggian dari
pekerjaan timbunan akhir yang ditentukan dan disetujui. Metoda perhitungan
volume bahan-bahan harus merupakan metoda luas bidang ujung rata-rata, dengan
menggunakan penampang melintang dari pekerjaan yang berjarak tidak lebih dari 25
meter.
b. Timbunan yang ditempatkan di luar garis dan penampang melintang yang disetujui,
termasuk setiap tambahan timbunan yang diperlukan sebagai akibat pekerjaan
terasing atau pengikatan timbunan pada lereng yang ada atau sebagai akibat
penurunan pondasi, tidak akan diukur untuk pembayaran, kecuali :

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 43


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

 Timbunan diperlukan untuk mengganti bahan-bahan yang kurang sesuai atau lunak
atau untuk mengganti bahan-bahan batuan atau keras lainnya.
 Tambahan timbunan diperlukan untuk membetulkan pekerjaan yang kurang
memuaskan atau kurang stabil atau gagal dalam hal bahwa Kontraktor tidak
dianggap bertanggung jawab.
c. Pekerjaan timbunan kecil yang menggunakan timbunan biasa dinyatakan sebagai
bagian dari pos pekerjaan tanah tidak akan diukur untuk pembayaran sebagai
timbunan di bawah bab ini.
d. Timbunan yang digunakan di luar batas kontrak dari konstruksi timbunan atau untuk
mengubur bahan-bahan yang tidak memenuhi syarat atau tidak terpakai, tidak akan
dimasukkan dalam pengukuran timbunan.
e. Bila bahan-bahan galian yang digunakan untuk timbunan, maka bahan-bahan ini akan
dibayar sebagai timbunan.
f. Timbunan yang telah disetujui dan diterima oleh Konsultan sebagi drainase porous
akan diukur dan tidak akan dimasukkan ke dalam pengukuran timbunan di dalam bab
ini.
g. Jumlah timbunan yang diukur akan dibayar untuk setiap meter kubik timbunan.
Biaya tersebut sudah termasuk pekerjaan persiapan, penyelesaian dan penempatan
material, keuntungan jasa kontraktor serta semua kegiatan untuk mencapai hasil
kerja yang sebaik-baiknya.

2.5. Dinding Penahan Tanah


Dinding penahan tanah untuk perlindungan tanah longsor (stabilitas lereng) dengan
spesifikasi sebagai berikut :
a. Tinggi dinding penahan tanah bervariasi , disesuaikan dengan gambar perencanaan.
b. Batu yang dipergunakan berukuran 15 - 20 cm.

2.6. Pekerjaan Beton


2.6.1 Umum
Pekerjaan beton harus dilaksanakan sesuai dengan persyaratan persyaratan yang
tercantum di dalam Peraturan Beton Inonesia (PBI NI-2 1971). Pemborong harus
melaksanakan pekerjaannya dengan ketepatan dan ketelitian yang tinggi menurut
spesifikasi gambar kerja dan instruksi-instruksi dari pengawas pelaksanaan.
Pengawas pelaksanaan berhak untuk memeriksa/mengawasi setiap pekerjaan yang
dilakukan oleh pemborong. Pengawas pelaksanaan berhak untuk melakukan
pemeriksaan, dan setiap kegagalan pengawas pelaksanaan tidak membebaskan

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 44


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

pemborong dari tanggungjawabnya. Semua pekerjaan-pekerjaan yang jelek atau


tidak memenuhi uraian dan syarat-syarat peleksanaan (spesifikasi) harus
dibongkar dan diganti dari yang ditentukan (contoh) dan harus disetujui pengawas
pelaksanaan sebelum dipakai. Pengawas pelaksanaan akan menyimpan contoh-
contoh yang telah disetujui sebagai standar untuk memeriksa selanjutnya. Semua
material yang tidak disetujui pengawas harus segera dikeluarkan dari tempat
pekerjaan atas biaya pemborong.

2.6.2 Material
Semua material harus mempunyai kualitas yang terbaik dan memenuhi syarat SK-
SNI 03-2847 Tahun 2003 dan SK-SNI 7394 Tahun 2008. Pemborong harus menyediakan
contoh dari material-material yang akan digunakan untuk menghasilkan beton,
untuk dimintakan persetujuan dari pengawas, dan tidak boleh memesan/mengirim
dahulu sebelum persetujuan diberikan. Pengawas akan menyimpan contoh - -
contoh yang telah disetujui sebagai standar, dengan maksud untuk
memeriksa/mencocokkan pengiriman-pengiriman selanjutnya.
Pemborong tidak diizinkan mengirimkan material-material dengan perbedaan yang
besar dari standar sampel tanpa persetujuan dari pengawas. Semua material yang
ditolak oleh pengawas harus segera dikeluarkan dari tempat pekerjaan atas biaya
pemborong.

2.6.3 Semen
a. Semen yang digunakan adalah jenis Portland Cement type I yang memenuhi
syarat-syarat yang ditentukan dalam N.I.8 1972 dan Standard Industri
Indonesia (SII 0013-81). Semen harus diperoleh dari satu pabrik yang telah
disetujui pengawas dan dikirimkan ke tempat pekerjaan dengan kantong
tersegel dan utuh. Bila karena sesuatu hal terpaksa menggunakan semen dari
pabrik lain, harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari pengawas.
b. Bila pengawas menganggap perlu pemborong harus mengirimkan surat
pernyataan dari pabrik yang menyetakan tipe, kualitas dari semen beserta
manufacture's test certificate yang menyatakan memenuhi semua syarat-
syarat yang ditentukan N.I.8. Semen yang menggumpal, sweeping atau kantong
yang robek/rusak ditolak untuk disegel.
c. Semen harus disimpan dalam gudang/silo dengan ventilasi yang cukup dan
tidak bocor, serta diletakkan di atas lantai yang ditinggikan minimal 30 cm
dari tanah. Kantong-kantong semen tidak diperbolehkan ditumpuk/ditimbun

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 45


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

Ukuran ayakan Lolos, %


(US standard sieve)
No. 4 100%
No. 8 92– 100 %
No. 16 65 - 85 %
No. 30 35– 55 %
No. 50 15– 30 %
No. 100 0– 12 %
No. 200 %
melebihi 2 (dua) meter dan setiap pengiriman diberi tanda pengenal sehingga
dapat dipakai sesuai dengan tanggal pengiriman.
d. Pemborong harus mengirimkan laporan dari pengujian-pengujian semen di
laboratorium kepada pengawas secara rutin. Laboratorium yang ditunjuk untuk
pengetesan tersebut, terlebih dahulu harus disetujui pengawas.

2.6.4 Agregat Halus (Pasir)


a. Agregat halus untuk pekerjaan beton yang akan dipakai pada proyek ini harus
sesuai dengan persyaratan pada PBI atau ASTM.
b. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (ditentukan
terhadap kering), dan yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian yang
dapat melalui ayakan 0,063 mm atau ayakan No. 200 bila test sesuai dengan
ASTM C 117.
c. Agregat halus harus bersih dan bebas dari segala macam kotoran baik dalam
organis lumpur, tanah, karang, garam dan sebagainya. pasir laut sama sekali
tidak boleh dipergunakan.
d. Pemborong harus mengajukan contoh agregat halus yang akan dipergunakan
untuk mendapatkan persetujuan pengawas. Test-test yang harus dilakukan
terhadap contoh di atas berupa :
- test gradasi sesuai dengan ASTM C 136
- test abrou-holder (larutan NaOH)
- test-test lainnya bila memang dianggap perlu oleh pengawas
e. Bahan agregat halu harus disimpan di tempat bersih, keras permukaannya dan
dicegah supaya tidak terjadi pengotoran dan pencampuran satu sama lain.
f. Persyaratan-pesyaratan agregat halus di atas dari ayat a s/d f berlaku juga
untuk beton ready mix.

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 46


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

2.6.7 Agregat Kasar (Kerikil atau Koral)


a. Agregat kasar untuk pekerjaan beton yang akan dipakai pada proyek ini harus
sesuai dengan persyaratan pada PBI 1971 atau ASTM.
b. Klasifikasi dan gradasi agregat kasar sebagai berikut :
- Agregat kasar type A1 : (besar)
Ukuran ayakan Lolos, %
(US standard sieve)
1 Inch 100%
3/4 Inch 90 - 98 %
1/2 Inch 30 - 45 %
3/8 Inch 0 - 10 %
No. 4 0-5%

- Agregat kasar type A2 : (medium)


Ukuran ayakan Lolos, %
(US standard sieve)
1/2 Inch 100%
3/8 Inch 90 - 98 %
No. 4 30 - 45 %
No. 8 0 - 10 %

c. Agregat tersebut tidak mengandung lumpur melebihi dari 1% (ditentukan


terhadap berat kering). yang diartikan dengan lumpur adalah bagian -bagian
yang dapat lolos melalui ayakan 0,063 mm atau ayakan no. 200 bila ditest
sesuai dengan ASTM C 117. Apabila kadar lumpur melampaui 1% maka agregat
kasar harus dicuci.
d. Agregat kasar harus terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tidak berpasir.
Agregat kasar yang mengandung butir-butir pipih hanya dapat dipakai bila
butir-butir pipih tersebut tidak melampaui 20% dari berat agregat seluruhnya.
Yang dimaksud butir agregat pipih adalah perbandingan antara lebar dengan
tebalnya lebih besar dari pada 3 (tiga). Butir-butir agregat kasar harus bersifat
kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca, seperti
terik matahari dan hujan.
e. Pemborong harus mengajukan contoh agregat kasar yang akan dipergunakan
untuk dapat persejutuan pengawas. Test-test yang harus dilakukan terhadap
contoh di atas berupa :
- test dengan mesin sesuai dengan ASTM C 131 Resistance to abrasion of
small size coarse

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 47


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

- test gradasi sesuai dengan ASTM A 136


- test gradasi untuk kadar lumpur sesuai dengan ASTM C 117
- test - test lainnya bila dianggap perlu dan semuanya menjadi tanggung
jawab pemborong
f. Agregat tersebut harus disimpan di tempat yang saling terpisahkan di
permukaan tanah yang bersih, padat serta kering dan harus dicegah terhadap
pengotoran dan pencampuran.
g. Persyaratan-persyaratan agregat kasar di atas dari ayat a s/d g berlaku juga
untuk beton ready mix.

2.6.8 Baja Tulangan


a. Bahan
Baja tulangan yang dipakai adalah minimal harus sesuai dengan PBI 1971. Mutu,
ukuran dan jenis tersebut di atas adalah sebagai berikut :

Jenis α au (0,2)
Diameter Mutu
Batang

Lebih kecil atau sama Polos U.24 2.400 kg/cm2


dengan (<) 12 mm Profil U.39 3.900 kg/cm2
Lebih besar atau sama
Keterangan : 12 mm
dengan (>)
α au = Tegangan lelah karakteristik
0,2 = Tegangan karakteristik yang memberikan tegangan tetap
0,2%.
Baja tulangan yang dipakai adalah setaraf produksi Krakatau Steel. Kawat
beton : Kawat pengikat baja tulangan harus terbuat dari baja lunak dengan
diameter minimal 1 mm yang telah dipijarkan terlebih dahulu, dan tidak
bersepuh seng.
b. Penggantian diameter
- Penggantian dengan diameter lain, hanya diperkenankan atas
persetujuan tertulis dari pengawas.
- Bila penggantian disetujui maka luas penampang yang diperlukan tidak
boleh kurang dari yang tercantum dalam gambar atau perhitungan.
- Biaya yang diakibatkan oleh penggantian tulangan terhadap yang ada
gambar sejauh bukan kesalahan gambar adalah tanggungan pemborong.

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 48


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

c. Pelaksanaan
- Baja dan kawat seperti dimaksud di atas harus bebas dari kotoran -
kotoran, karat, cat, kulit giling serta bahan lain yang akan mengurangi
daya lekat terhadap beton.
- Membengkok akan meluruskan baja tulangan harus dilakukan dalam
keadaan dingin serta dipotong dan dibengkokkan sesuai dengan gambar.
- Semua tulangan harus dipasang dengan posisi yang tepat sehingga tidak
berubah tempat atau bergeser sebelum dan selama pengecoran. Selimut
tulangan minimum 3 cm.
- Sambungan dan panjang lawatan baja tulangan harus sesuai buku
pedoman perencanaan untuk struktur beton bertulang biasa dan
struktur tembok bertulang untuk gedung 1983.
- Baja tulangan yang tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkan dari
lapangan dalam waktu 24 jam setelah ada perintah tertulis dari
pengawas.
- Penyambungan tulangan dengan diameter lebih besar atau sama dengan
20 mm baik untuk kolom maupun balok, setiap panjang 6 m selang-
seling dilakukan sesuai dengan buku pedoman perencanaan untuk
struktur tembok bertulang untuk gedung 1983.
d. Penyimpanan
Penyimpanan besi beton dimaksudkan untuk mencegah terjadinya karat,
dengan cara meletakkannya di atas papan atau balok kayu sehingga tidak
langsung di atas tanah, untuk penyimpanan waktu lama maka besi beton harus
disimpan di bawah atap.
e. Test dan sertifikat
- Untuk mendapatkan jaminan atas kualitas atau mutu baja tulangan
sesuai dengan RKS ini, maka pada saat pemesanan baja tulangan
pemborong harus menyerahkan sertifikat resmi dari laboratorium.
- Setiap jumlah pengiriman 20 ton baja tulangan harus diadakan test
periodik minimal 3 contoh untuk setiap diameter batang baja tulangan.
Pengambilan contoh baja tulangan akan ditentukan oleh pengawas.
- Semua pengetesan tersebut di atas, harus dilakukan di laboratorium
Lembar Uji Konstruksi BPPT (LUK BPPT) Serpong atau Laboratorium
lainnya yang direkomendasi oleh pengawas dan minimal sesuai dengan
standar/peralatan lain yang setaraf.

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 49


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

- Semua biaya pengetesan tersebut ditanggung oleh pemborong.

2.6.9 Pekerjaan Pengisi Dilatasi (Bila Diperlukan)


Bahan untuk pengisisan dilatasi dipergunakan bahan setaraf sikaflexla atau
feabseal 2 part dengan spesifikasi teknis sebagai berikut :
- Bahan untuk pengisian delatasi (joint delatation)
 Warna : Abu-abu
 Elastisitas: Permanen
 Kekerasan: Shore A durometer 28 kurang lebih 5 Sifat perekatan pada
beton tetap baik dalam jarak suhu 20 sampai 60 derajat celcius.
Tahan terhadap asam, alkali, lemak dan bahan yang berasal dari
Hydrocarbon.
 Memenuhi standar : DIN 18540 BS 4252 : 1967, BS 5 : 1980 JIS A 5757
- Setelah plat lantai beton maupun plat atap menjadi kering, maka
lobang delatasi segera dibersihkan dari segala macam kotoran
- Pasang back up material (stirr up foam)
- Pasang masking tape pada sisi beton
- Priming dengan sika primer
- Selanjutnya bahan delatasi ini dimasukkan ke dalam lubang tersebut
dengan mengikuti petunjuk dari pabriknya
- Disarankan agar pemasangan dikerjakan oleh licenced applicator.

2.6.10 Bahan Campuran Tambahan


a. Penggunaan bahan campuran beton hanya seizin pengawas dan harus sesuai dengan
pasal 3.8 bab 2 PBI 1971 dan ASTM C 494 Chemical Admixtures for Concrete
b. Bahan campuran beton yang dipakai hanya type A dan D dan sesuai ASTM C 494.

2.6.11 Air
Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung minyak,
asam, alkali, garam-garam, bahan-bahan organis dan bahanbahan lain yang
merusak beton atau baja tulangan. Dalam hal ini sebaiknya dipakai air bersih yang
dapat diminum.

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 50


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

2.6.12 Mutu Beton


Mutu beton yang dipergunakan adalah :
 K – 175
 K – 225
 K – 300
 K – 350
Untuk menjamin kestabilan mutu beton, dianjurkan memakai beton ready mixed.

2.6.13 Rencana Campuran Beton (Concrete Mix Design)


a. Lima minggu sebelum pekerjaan pengecoran beton dimulai, pemborong harus
membuat design procedure dan prelimary test atas biaya sendiri untuk
mendapatkan mutu seperti yang disyaratkan. campuran harus menggunakan
perbandingan berat antara semen, pasir, kerikil, dan air.
b. Perencanaan campuran hendaknya mengikuti persyaratan PBI ayat 4.6. dan
dievaluasi kekuatan karakteristiknya menurut ayat 4.5.
c. Bilamana karena sesuatu hal sumber atau kualitas dari semen dan/atau
agregat diganti, maka harus dicari lagi campuran yang baru sehingga tetap
memenuhi syarat, sesuai ayat-ayat di atas.
d. Jumlah semen yang dipakai 340 kg per m3 beton, dan pada pondasi, pipa caps
dan luifel atap jumlah minimum tersebut adalah 375 kg/m3 beton.
e. Dalam hal dipakai beton beton ready mix, maka semua syarat-syarat dalam
standard spesification for ready mixed concrete AASHTO designation H. 157-74
harus dipenuhi.

2.6.14 Pengujian Beton dan Peralatannya


a. Pemborong harus menyediakan alat-alat yang diperlukan dan tempat untuk
melakukan percobaan berikut :
- Slump test
- Test specimens
- Cetakan-cetakan baja untuk membuat kubus-kubus beton
- Test kadar lumpur
- Pemborong juga menyediakan peralatan untuk menentukan moisture
content dari agregat halus, timbangan dan alat lain. Alat yang perlu

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 51


Perencanaan Teknis TPA Kota
SPESIFIKASI TEKNIK Pasuruan
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

untuk melakukan percobaan-percobaan berikut.


b. Pengujian slump dilakukan segera setelah beton keluar dari mixer minimum 5
cm dan maksimum 10 cm untuk campuran koral beton dan maksimum 12 cm
untuk campuran dengan crushed stones.
c. Atas biaya sendiri pemborong harus membuat, merawat dan mengangkut
semua test specimens ke laboratorium yang ditentukan/disetujui oleh
pengawas pelaksanaan untuk dilakukan resion test pada 7 hari, 14 hari, dan 28
hari.
d. Setiap kubus test harus bersih dan ditandai secara tetap dengan nomor kode
dan hari pembuatan, bersama-sama dengan tanda dari bagian pekerjaan mana
sample diambil. Sistem dari pengukuran dan penandaan dari kubus akan
ditentukan oleh pengawas pelaksanaan.
e. Pemborong harus memberikan material untuk pembuatan sample, dari semua
test yang diperlukan pada bagian ini dalam spesifikasi. Kontraktor harus
menyampaikan semua hasil test tersebut kepada pengawas secara rutin. Segala
hal biaya yang menyangkut pengetesan tersebut adalah biaya kontraktor.

2.6.15 Beton Bertulang

2.6.15.1 Kekuatan dan Penggunaan Beton


a. Beton struktural
Meliputi beton konstruksi balok. Untuk mencapai mutu K. 300 dan K.350,
Pemborong wajib membuat adukan sesuai dengan proporsi trial mix yang
disetujui.
b. Beton non struktural
- Beton dengan adukan 1 pc + 3 ps + 5 krl
- meliputi beton lantai kerja, tebal 5 cm, tidak dicor ke dalam
cetakan
- Beton dengan adukan 1 pc + 3 ps + 5 krl
- meliputi rabat beton, sesuai dengan gambar kerja
- Beton dengan adukan 1 pc + 3 ps + 5 krl
- meliputi kolom atau beton bertulang yang mempunyai ukuran maksimal
15 cm, kanstin, neut kaki kusen kayu, pengisi lubang angker dan sudut -
sudut beton dan lain-lain.
- Beton mortal dengan adukan 1 pc + 2 ps + 5 krl

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 52


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

K adalah tegangan tekan hancur karakteristik untuk kubus beton 15 x 15


x 15 cm pada usia 28 hari. Evaluasi penentuan karakteristik ini
digunakan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam PBI 1971.

2.6.15.2 Campuran tambahan


Selain bahan seperti sudah ditentukan pada ayat 3.6.7. RKS ini, bahan campuran
lainnya yang digunakan hanya jika disetujui oleh pengawas secara khusus dan
tertulis.

2.6.15.3 Pengadukan
Semua pengadukan beton harus dilakukan dengan mesin pengaduk yang
berkapasitas tidak kurang dari 600 liter dan dilengkapi dengan alat timbangan
berat.
a. Bahan
- Untuk penyelesaian beton exposed harus dibuat dari plywood dengan tebal
12 mm dan dapat dipakai untuk 2 kali pengecoran beton. Plywood ini
diberi perkuatan kaso 5/7 untuk menjaga kestabilan dari bekisting
tersebut.
- Lain-lain jenis tersebut diatas harus dengan persetujuan pengawas
- Untuk acuan beton yang tertutup finishing harus dibuat dari kayu klas II
tebal sesuai kebutuhan dan dapat dipakai untuk 2 kali pengecoran beton,
acuan ini diberi penguat kaso 5/7 untuk menjaga kestabilan dari bekisting
tersebut.
- Untuk perkerasan bekisting (acuan) tersebut, apabila diperlukan pengawas
dapat meminta kontraktor menghitungnya dan kemudian disetujui
pengawas.
b. Konstruksi
- Bekisting-bekisting tidak boleh bocor dan cukup kaku mencegah
pergeseran atau perubahan/kelongsoran penyangga. Permukaan bekisting
halus halus dan rata, tidak boleh melendut atau cekung. Sambungan -
sambungan bekisting harus diusahakan agar lurus dan rata dalam arah
horisontal dan vertikal
- Tiang penyangga anti lendutan (cambres) harus dibuat sebaik mungkin dan
mampu menunjang seperti yang dibutuhkan, tanpa adanya kerusakan atau
overstress ataupun pergeseran tempat pada bagian konstruksi yang

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 53


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

dibebani.
- Struktur dari tiang-tiang penyangga harus ditempatkan pada posisi
sedemikian rupa, sehingga konstruksi ini benar-benar kuat dan kaku untuk
menunjang berat sendiri dan beban-beban yang berada di atasnya selama
pelaksanaan
- Kecuali detail-detail yang berlainan pada gambar, bekisting untuk semua
balok dan pelat lantai dilaksanakan dengan mengikuti anti lendut ke atas
sebagai berikut :
- Semua balok atau/dan pelat lantai 0,2% lebar bentang pada tengah -tengah
bentang. Semua balok cantilever dan pelat lantai 0,4% dari bentang,
dihitung dari ujung bebas.
c. Baut
d. Baut-baut tie rod yang diperlukan untuk ikatan-ikatan dalam beton harus
diatur sedemikian rupa sehingga bila bekisting dibongkar kembali, maka semua
besi tulangan akan berada 4 cm dari permukaan beton. Kawat pengikat tidak
diizinkan pada beton exposed yang akan berhubungan langsung dengan
keadaan alam, dimana dapat menimbulkan warna yang tidak merata. Semua
bekisting harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menggunakan paku
tanpa merusak beton.
e. Pembersihan
Semua bekisting harus dibersihkan sebelum dipergunnakan. Pekerjaan harus
dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak akan terjadi kemungkinan adanya
beton yang keropos dan lain-lain kerusakan/cacat pada beton. Segera sebelum
beton dicor pada beberapa bagian dari bekisting, bagian dalam dari bagian itu
harus dibersihkan dari semua material lain, termasuk air. Tiap-tiap bagian dari
bekisting, bagian-bagian yang struktural harus diperiksa oleh pengawas
pelaksanaan segera sebelum beton dicor di bagian itu. Khusus untuk acuan
kolom dan dinding beton atau balok-balok tinggi, pada tepi bawahnya harus
dibuat bukaan atau dua sisinya untuk mengeluarkan kotoran yang mungkin
terdapat pada dasar kolom/dinding tersebut. Bukaan ini boleh ditutup setelah
diperiksa dan disetujui oleh pengawas pelaksanaan.
f. Pelapisan (coating)
Sebelum pemasangan besi beton bertulang bekisting yang dipergunakan untuk
beton yang tidak diplester lagi (exposed concrete) harus dilapisi dengan
minyak yang tidak meninggalkan bekas pada beton. Bekisting untuk b eton

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 54


Perencanaan Teknis TPA Kota
SPESIFIKASI TEKNIK Pasuruan
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

biasa (yang perlu diplester lagi permukaannya) harus dibasahi air dengan
seksama sebagai pengganti minyak sebelum beton dicor.
g. Pembongkaran
Bangunan tidaak boleh mengalami perubahan bentuk, kerusakan atau
pembebanan yang melebihi beban dengan rencana pembongkaran bekisting
pada beton. Pertanggungjawaban atas keselamatan pada waktu pembongkaran
tiap bagian bekisting atau penyangga berada dipihak pemborong.
h. Waktu minimum untuk pembongkaran bekisting.
Waktu minimum dari saat selesainya pengecoran beton sampai dengan
pembongkaran bekisting dari bagian-bagian struktur ditentukan dari percobaan
kubus benda uji yang memberikan kuat desak minimum sebagai berikut :

Waktu minimum pembongkaran


Bagian struktur
bekisting
Sisi balok dan dinding (hari)
1
Penyanggah 21
pelat lantai
Penyanggah balok 21

2.6.15.4 Pembuatan Beton dan Peralatannya


a. Pemborong bertanggungjawab seluruhnya atas pembuatan campuran beton
yang baik/unform dan memenuhi syarat-syarat yang ditentukan. Untuk
memenuhi syarat-syarat ini, pemborong atas biaya sendiri harus menyediakan
dan menggunakan, mesin pencampur beton (beton molen) yang baik,
volumetric system untuk mengukur air dengan tepat yang disetujui pengawas.
b. Pengaturan untuk pengangkutan, penimbangan dan pencampuran material -
material harus dengan persetujuan pengawas.
c. Mencampur beton dengan tidak menggunakan perbandingan berat (timbangan),
tidak diperbolehkan.
d. Mixer harus betul-betul kosong sebelum menampung/menerima material untuk
adukan selanjutnya, harus dibersihkan dan dicuci bila mixer tidak dipakai lebih
lama dari 30 menit dan pada setiap akhir pekerjaan. Mixer juga harus
dibersihkan dan dikosongkan lebih dulu, bila beton yang akan dibuat berbeda
mutunya.
e. Pencampuran kembali dari beton yang sebagian sudah terjatuh/mengeras tida k
diizinkan. Demikian juga penambahan air pada adukan beton yang sudah jadi
SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 55
SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

(dari hasil mixer) dengan tujuan memudahkan pengerjaan dan sebagainya


tidak diizinkan.

2.6.15.5 Penolakan Pekerjaan Beton


a. Pengawas berhak menolak pekerjaan yang tidak memenuhi syarat. Pemborong
harus mengganti atau memperbaiki/membongkar pekerjan beton yang tidak
memenuhi syarat, atas biaya sendiri, sesuai dengan instruksi yang diberikan
oleh pengawas pelaksanaan.
b. Percobaan compressive strength dari pengujian kubus harus
memenuhi syarat sebagai berikut :
- Sr adalah deviasi standard rencana.
- Tidak boleh lebih dari 1 (satu) nilai diantara 20 nilai hasil
pemeriksaan benda uji berturut-turut, terjadi kurang dari α' bk.
- Tidak boleh satupun rata-rata dari 4 hasil pemeriksaan benda uji berturut-
turut, terjadi kurang dari (α' bk + 0,82 Sr).
- Selisih antara nilai tertinggi dan terendah diantara 4 (empat) hasil
pemeriksaan benda uji berturut-turut tidak boleh lebih besar dari 4,3 Sr.
- Dalam segala hal, hasil pemeriksaan 20 benda uji berturut-turut harus
memenuhi (α' bk = α' bm - 1,64 Sr).
c. Bila compressive strength test dari kelompok kubus test gagal memenuhi
syarat di atas, maka pengawas pelaksanaan akan menolak semua pekerjaan-
pekerjaan beton dari kubus-kubus tersebut diambil.

2.6.15.6 Pengangkutan dan Pengecoran Beton


a. Pengecoran beton tidak boleh dimulai sebelum pengawas memeriksa dan
menyetujui cetakan, bekisting (formwork), tulangan, angker-angker dan lain-
lain, dimana beton akan dituangkan/dicor. Tempat dimana beton akan
dituangkan harus bebas dari segala macam kotoran, puing-puing, potongan-
potongan, kayu, air dan sebagainya.
b. Air (genangan) harus dibuang dari tempat/ruangan yang akan diisi/dicor
beton. Air yang mengalir ke dalam galian harus dikontrol/dibuang dengan cara
yang disetujui pengawas pelaksanaan.
c. Isi dari mixer yang dikeluarkan pada suatu operasi continous harus diangkut
tanpa menimbulkan degradasi. Beton harus diangkut dalam gerobak yang
bersih dan kedap air. Metoda yang digunakan harus disetujui pengawas
pelaksanaan, setelah pemborong mengajukan proposal/usulan cara-cara

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 56


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

pengangkutan.
d. Alat-alat dan tempat yang digunakan untuk pengangkutan beton harus
diberikan dan dicuci bila pekerjaan terhenti lebih lama dari 30 menit dan pada
setiap akhir pekerjaan. Semua campuran beton di tempat pekerjaan harus
diletakkan/dicor dan dipadatkan pada tempatnya dalam waktu 40 menit
setelah penuangan air ke dalam mixer.
e. Beton pada umumnya tidak boleh dijatuhkan bebas/dituangkan dari ketinggian
lebih besar dari 1,5 m. pengecoran harus dilaksanakan denga n menghindari
timbulnya degradasi dan menjamin suatu pengecoran yang tidak terputus.
Beton harus diletakkan dalam lapisan tidak lebih dari 60 cm tebalnya dan
dipadatkan sesuai ketentuan di bawah ini tanpa timbulnya
degradasi/pemisahan. pengecoran dari satu unit atau bagian dari pekerjaan
harus dilaksanakan dengan satu operasi yang continous atau sampai
construction joint tercapai.
f. Beton, acuan atau penulangan tidak boleh diganggu selama minimal 24 jam
setelah pengecoran, kecuali dengan izin pengawas pelaksanaan. Semua
pengecoran harus dilaksanakan di siang hari dan pengecoran beton dari suatu
bagian pekerjaan jangan dimulai apabila tidak dapat diselesaikan pada siang
hari, kecuali atas izin Pengawas Pelaksanaan boleh dikerjakan pada malam
hari. Izin ini tidak boleh diberikan, bila sistem penerangan yang dipersiapkan
Pemborong belum disetujui Pengawas Pelaksanaan.
g. Dalam hal dinding, kolom beton atau bagian-bagian yang dianggap tinggi, tidak
boleh dicor dari atas, tetapi harus dari samping melalui satu bukaan pada
ketinggian yang disetujui. Saluran curah untuk pengecoran tidak boleh
dipergunakan, kecuali jaraknya dekat dan hanya dengan persetujuan pengawas
pelaksanaan. Bila hal ini disetujui pengawas pelaksanaan, maka saluran itu
harus dibuat dari logam (metal) atau bahan dihaluskan, agar dapat
mengalirkan adukan beton dengan lancar, sedangkan kemiringan
saluran/talang tersebut tidak lebih curam dari perbandingan 1 (satu) tegak
dan 2 (dua) mendatar.
h. Siar pelaksanaan harus ditempatkan sedemikian sehingga tidak banyak
mengurangi kekuatan konstruksi. Bila siar-siar pelaksanaan tidak ditunjukkan
dalam gambar-gambar rencana, maka tempattempatnya harus disetuji oleh
pengawas.
i. Penyimpanan tempat siar daripada yang dinyatakan dalam gambar harus

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 57


Perencanaan Teknis TPA Kota
SPESIFIKASI TEKNIK Pasuruan
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

disetujui pengawas.
j. Penempatan air (penyambungan pengecoran) pada dinding yang berfungsi
menampung air, harus dipasang water stop dari type yang terlebih dahulu
disetujui pengawas.

2.6.15.7 Pemadatan Beton


a. Beton harus dipadatkan keseluruhan dengan mechanical vibrator yang
dikerjakan oleh orang-orang yang berpengalaman dan telah mendapatkan
trainning untuk pekerjaan tersebut. Pekerjaan beton yang telah selesai harus
merupakan suatu massa yang bebas dari lubang-lubang degradasi atau kropos-
kropos (honey combing).
b. Vibrator yang dipakai harus dari type rotary out of balance dengan frekuensi
tidak kurang dari 6.000 cycles per menit. harus diperhatikan agar pemadatan/
penggetaran semua bagian beton tidak menyebabkan degradasi dari material -
material akibat over vibration. Vibration tidak boleh dipergunakan pada
tulang-tulang, terutama tulang-tulangan yang telah masuk pada beton yang
mulai mengeras.
c. Banyaknya vibrator yang dipergunakan harus disesuaikan dengan volume dan
kecepatan pengecoran. Pemborongan juga harus menyediakan paling sed ikit 1
vibrator tambahan/cadangan untuk mengganti yang rusak pada waktu yang
sedang dipakai.

2.6.15.8 Beton Kedap Air


Untuk pembuatan beton kedap air (sesuai dengan gambar-gambar), maka Kontraktor
terlebih dahulu harus meminta persetujuan Konsultan Pengawas perihal bahan
waterproofing (additive) sebagai campuran dalam adukan beton dan proporsi
adukannya.
Kontraktor bertanggungjawab atas pekerjaan pembuatan beton kedap air tersebut.
Apabila dikemudian hari terdapat bocor atau terjadi rembesan, maka Kontraktor harus
mengadakan perbaikan-perbaikan dengan biaya Kontraktor sendiri. Prosedur perbaikan
tersebut harus sesuai dengan petunjuk dari Konsultan Pengawas sedemikian rupa
sehingga tidak merusak bagian-bagian lain yang sudah selesai.

2.6.15.9 Beton Ready Mix


a. Dalam hal menggunakan beton ready mix, maka perusahaan/produsen pengirim
harus sudah mendapat persetujuan Pengawas/Pengawas. Untuk hal ini Kontraktor

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 58


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

harus segera menyampaikan Nama, Alamat dari perusahaan tersebut untuk


mendapat persetujuan.
b. Sebelum mengadakan pengiriman awal produsen ready mix lewat Kontraktor harus
sudah menyampaikan porsi campuran/ jobmix desain kepada Pengawas dan catatan
tentang porsi campuran tersebut harus dapat diberikan kepada Pengawas sebelum
pengecoran.
c. Jika salah satu dari persyaratan dalam spesifikasi ini tidak dipenuhi oleh pemasok,
Pengawas dapat menarik kembali persetujuannya dan mengharuskan Kontraktor
mengganti pemasok.
d. Beton harus diangkut dengan truk mixer yang terus menerus berputar dengan
kecepatan sesuai ketentuan pabrik.
e. Kontraktor harus mengatur agar Pengawas dapat memeriksa alat pembuat beton
ready mix bilamana diperlukan.
f. Pada dokumen pengiriman harus dicantumkan waktu pengadukan dan penambahan
air, dikirim bersama pengemudi truk dan diparaf oleh pencatat waktu yang
bertanggung jawab di tempat pengadukan (batching plant). Penambahan air setelah
keluar dari tempat pengadukan harus dibawah pengawasan Pengawas. Sama sekali
tidak diperkenankan penambahan air pada waktu pengecoran.
g. Di lapangan harus dibuat catatan meliputi :
 Waktu kedatangan truk mixer.
 Waktu pengadukan dan penambahan air di batching plant.
 Waktu ketika beton dituangkan atau di cor-kan.
 Mutu beton atau kekuatan yang ditentukandan ukuran agregat maksimum.
 Posisi dimana beton di cor.
 Identifikasi silinder uji yang diambil dari truk tersebut.
 Slump (faktor kompaksi).

2.6.15.10 Perlindungan Terhadap Cuaca Alam


a. Cuaca Panas
Bila perlu dipergunakan rangkaian instalasi penahanan angin, naungan, fog
spraying, memerciki dengan air, menggenangi dengan air ataupun me nutup
dengan penutup basah yang berwarna muda dapat dibuat bagian yang telah
selesai dicor, dan tindakan perlindungan yang sedemikian harus segera diambil
setelah pengecoran dan pekerjaan akhir selesai dikerjakan.
b. Musim Hujan

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 59


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

- Tidak diperbolehkan mengecor selama turun hujan lebat, dan beton


yang baru dicor harus segera dilindungi dari curahan hujan. Sambungan
harus dilindungi seperti yang dijelaskan dalam spesifikasi ini.
- Sebelum pengecoran berikutnya dikerjakan maka seluruh beton yang
terkena hujan/aliran air hujan harus diperiksa, diperbaiki dan
dibersihkan dulu dari beton-beton yang tercampur/terkikis air hujan.
Pengecoran selanjutnya harus mendapat izin pengawas pelaksanaan
terlebih dahulu.

2.6.15.11 Perawatan
a. Beton baru harus dilindungi dari hujan lebat, aliran dan dari kerusakaan yang
disebabkan oleh alat-alat. Semua beton hendaknya selalu dalam keadaan
basah, selama paling sedikit 7 hari, dengan cara menyiramkan air pada pipa
yang berlubang atau cara lain yang menjadikan bidang permukaan beton itu
selalu dalam keadaan basah.
b. Bekisting kayu dibiarkan tinggal agar beton itu tetap basah selama perawatan
untuk mencegah retak pada sambuungan dan penegringan beton yang terlalu
cepat. Air yang dipergunakan untuk perawatan harus bersih dan sama sekali
bebas dari unsur-unsur kimia yang dapat menyebabkan kerusakan atau
perubahan warna pada beton.

2.6.15.12 Cacat pada Beton


Meskipun hasil pengujian kubus-kubus memuaskan, pemberi tugas mempunyai
wewenang untuk menola konstruksi beton yang cacat
seperti berikut.
a. Konstruksi beton yang sangat keropos.
b. Konstruksi beton tidak sesuai dengan bentuk yang direncanakan atau posisinya
tidak seperti yang ditunjukkan oleh gambar.
c. Konstruksi beton yang tidak tegak lurus atau rata seperti yang direncanakan.
d. Konstruksi beton yang berisikan kayu atau benda lainnya.

2.6.15.13 Pembongkaran Bekisting (cetakan)


a. Pembongkaran harus dilakukan dengan cara sedemikian rupa hingga menjamin
seluruhnya keamanan beton yang telah dicor. Bagian struktur beton vertikal yaitu
sisi balok kolom praktis, dapat dibongkar bekistingnya setelah 72 jam dengan
persyaratan bahwa betonnya telah cukup mengeras sehingga tidak ada kemungkinan
cacat, setelah mendapat ijin dari Pengawas. Bagian struktur beton yang disangga
SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 60
SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

dengan batang penyangga tidak boleh dibongkar begesting maupun tiang


penyangganya sebelum elemen struktur tersebut mencapai kekuatan minimal untuk
memikul berat sendiri berikut bahan-bahan pelaksanaan di atasnya. Dalam keadaan
apapun bekisting tidak boleh dibongkar sebelum mencapai 14 (empat belas) hari
pada beton yang memakai rawatan begesting baru boleh dibongkar setelah rawatan
berakhir.
b. Selama proses pengerasan, beton tiap hari harus disiram dengan cukup air, selama
minimum 1 (satu) minggu berturut-turut.

2.7. Pekerjaan Pasangan Batu Kali


Pasangan batu belah untuk pondasi dan dinding penahan.
a. Pasangan batu belah pada pondasi lajur seluruh konstruksi bangunan penahan
dinding lantai satu, harus dikerjakan dengan pasangan batu kali belah (kreuksteen)
dengan perekat 1pc : 4ps.
b. Batu kali harus berukuran kurang dari 0,30 m dan tidak posous. Sebelum dipasang
harus terlabih dahulu dibuat basah dan dibersihkan dari kotoran.
c. Pekerjaan pasangan harus dengan varband yang baik. Lubang-lubang diantara batu-
batu besar harus diisi dengan batu pecahan (kerikil).
d. Tidak boleh sekali-kali memukul batu di pekerjaan dengan martil yang besar
(terkecuali di luar bouwplank).
e. Bahan-bahan perekat sebelum diaduk harus terlebih dahulu diayak dengan ayakan
dari kawat loket dengan ukuran renggang 0,5 cm dan diletakkan dengan sudut paling
kecil 50o
f. Gatar-gatar tempat berpijak tidak boleh menembus tembok.

2.8. Pekerjaan Pembangunan Kolam IPLT

2.8.1 Kolam SSC ( Solid Separator Chamber )


a. Lingkup pekerjaan
Pekerjaan Kolam SSC mencakup pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut :
- Pekerjaan tanah
- Pekerjaan pondasi telapak beton
- Pekerjaan dinding dan lantai beton
- Pembuatan screen penyaring dan pintu air dari kayu di lapisi stainless anti karat
- Pemasangan dan pembuatan rangka atap dan penutup atap

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 61


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

Spesifikasi teknis tentang pekerjaan tanah, pekerjaan beton dan pekerjaan pondasi
dapat dilihat dalam uraian Bab II (Spesifikasi Teknis Pekerjaan Sipil).
Kolam SSC ini terbuat dari pasangan beton bertulang, sesuai dengan gambar
perencanaan.
b. Perpipaan
- Pipa influen dan efluen dibuat dan ditetapkan sebagaimana tercantum di dalam
gambar rencana
- Pipa dari bahan baja atau besi tuang
- Pipa ini dipasang menembus dinding bak dan ruang inlet pada posisi ketinggian
seperti yang ditunjukkan di dalam gambar perencanaan.
c. Valve dan Pintu air
- Setiap cabang pipa dari pertemuan antara pipa-pipa dari istalasi pengolahan
sebelumnya dilengkapi dengan valve
- Ukuran dan diameter valve sesuai dengan diameter pipanya
- Valve yang dipilih adalah valve yang terbuat dari besi cor
- Setiap valve dilengkapi dengan manhole yang dilengkapi dengan konstruksi
penutup
- Penutup dibuat dari pelat baja yang bisa dibuka dan dilengkapi dengan kunci
gembok
- Pintu air terbuat dari balok kayu tb = 8/12 cm; p = 80 cm

2.8.2 Kolam ABR


a) Kolam ABR
 Kolam ABR terbuat dari konstruksi beton bertulang, sesuai dengan gambar
perencanaan.
 Ketebalan dinding dan lantai kolam disesuikan gambar rencana, sehingga dapat
dimanfaatkan untuk kegiatan pemeliharaan (maintenance) kolam. Sudut-sudut
samping dasar bak tidak berbentuk 90˚ akan tetapi dibuat miring, permukaan
dasar kolam dibuat realtif datar.
 Outlet dari kolam anaerob berupa limpasan sesuai dengan gambar, Level dinding
kolam limpasan secara hidrologis harus akurat, agar fungsi pengaturan aliran
sesuai dengan yang diinginkan.
 Media Filter menggunakan Bioball Ø45 mm dan jaring - jaring

2.8.3 Kolam Fakultatif


a) Kolam Fakultatif

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 62


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

 Kolam fakultatif terbuat dari konstruksi beton bertulang, sesuai dengan gambar
perencanaan.
 Intlet ke kolam fakultatif berupa limpasan dari kolam ABR.
 Ketebalan lantai/dasar kolam 30 cm, dinding kolam dengan tebal 25 cm namun
pada sisi atas dibuat melebar dengan dimensi 40 cm, sehingga dapat
dimanfaatkan untuk kegiatan pemeliharaan (maintenance) kolam. Sudut-sudut
samping dasar bak tidak berbentuk 90˚ akan tetapi dibuat miring. Permukaan
dasar kolam dibuat realtif datar.
 Outlet dari kolam fakultatif berupa limpasan sesuai dengan gambar, Level
dinding kolam limpasan secara hidrologis harus akurat, agar fungsi pengaturan
aliran sesuai dengan yang diinginkan.

2.8.4 Kolam Maturasi


 Kolam maturasi terbuat dari konstruksi beton, sesuai dengan gambar
perencanaan.
 Inlet ke kolam maturasi berupa limpasan dari dinding kolam fakultatif sesuai
dengan gambar.
 Ketebalan lantai/dasar kolam 30 cm, dinding kolam dengan tebal 25 cm namun
pada sisi atas dibuat melebar dengan dimensi 40 cm, sehingga dapat
dimanfaatkan untuk kegiatan pemeliharaan (maintenance) kolam. Sudut-sudut
samping dasar bak tidak berbentuk 90˚ akan tetapi dibuat miring. Permukaan
dasar kolam dibuat miring.
 Lumpur sedimen dibuatkan tempat penampungan di sekitar Instalasi Pengolahan
Lindi.
 Outlet dari kolam maturasi berupa limpasan sesuai dengan gambar, Level
dinding kolam limpasan secara hidrologis harus akurat, agar fungsi pengaturan
aliran sesuai dengan yang diinginkan

2.8.5 Kolam Wetland


 Wetland (Constructed Wetland), konstruksi beton bertulang, sesuai dengan
gambar perencanaan.
 Inlet ke constructed wetland berupa limpasan dari dinding kolam maturasi
sesuai dengan gambar.
 Ketebalan lantai/dasar kolam 30 cm, dinding kolam dengan tebal 25 cm Sudut-
sudut samping dasar bak tidak berbentuk 90˚ akan tetapi dibuat miring.
Permukaan dasar kolam dibuat realtif datar.

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 63


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

 Sisi bawah wetland diisi dengan kerikil 20-30 cm, dengan ketebalan/ketinggian
30 cm, diatasnya dihamparkan media tanam berupa campuran tanah dan pasir.
Tanaman yang ditanam berupa tanaman air seperti: rumput gajah, kana, melati
air, rumput payung, enceng gondok dsb.
 Outlet wetland terdiri dari : pipa pervorated (PVC AW 4”) dengan kemiringan 1-
3 % yang ditanam pada dasar wetland (Subsurrface Flow System/SFS) dan
limpasan pada sekat atas dinding beton selebar 80 cm (Free Water
Surface/FWS).

2.8.6 Kolam Drying Area


b) Kolam Drying Area
 Kolam drying area terbuat dari konstruksi beton bertulang, sesuai dengan
gambar perencanaan.
 Intlet ke kolam drying area berupa limpasan dari kolam ABR.
 Ketebalan lantai/dasar kolam 30 cm, dinding kolam dengan tebal 20 cm namun
pada sisi atas dibuat melebar dengan dimensi 40 cm, sehingga dapat
dimanfaatkan untuk kegiatan pemeliharaan (maintenance) kolam. Sudut-sudut
samping dasar bak tidak berbentuk 90˚ akan tetapi dibuat miring. Permukaan
dasar kolam dibuat realtif datar.
 Outlet dari kolam drying area berupa limpasan sesuai dengan gambar, Level
dinding kolam limpasan secara hidrologis harus akurat, agar fungsi pengaturan
aliran sesuai dengan yang diinginkan.

2.8.7 Kolam Desinfectan/Clorinator


 Bak klorinator, merupakan proses akhir pengolahan lindi sebelum di buang ke
badan air, terbuat dari sesuai dengan gambar perencanaan.
 Inlet ke bak clorinator, berasal dari pipa pervorated wetland dan limpasan air
dari dinding pembatas constructed wetland.
 Pada bagian, dalam bak clorinator, dijajar tabung clorinator dengan material
pipa pervarated PVC AW 4”, dimana pada sisi dalamnya di beri lapisan/gulungan
kasa nyamuk dan diisi dengan tablet clorinator/kaporit.
 Outlet bak clorinator berupa pipa PVC 4 “, menuju badan air (saluran/sungai)
terdekat.

2.8.8 Railling IPLT dan Papan Nama

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 64


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

Pada keliling Instalasi Pengolahan Limbah Tinja ( IPLT ), di beri pembatas berupa
Railling yangterbuat dari pipa GIP 2” dan 2,5” dengan plat base ukuran 10 x 10 tebal 8
mm. dengan finish cat duco menggunakan sprayer, warna kuning.

Untuk papan nama masing-masing kolam, dibuat dari pipa GIP 2”, dengan pipa strip
galvanish dengan ketebalan 5 mm, untuk papan nama menggunkan plat alumunium
ukuran 40 x 60 cm, dengan warna dasar hijau dan tulisan warna putih.menggunakan cat
duco (menggunkan Sprayer)

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 65


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

BAB III
SPESIFIKASI TEKNIS
BANGUNAN PENDUKUNG

3.1 Pekerjaan Jalan Operasional

3.2.1 Pekerjaan Jalan Paving


a. Bahan
Paving yang dipakai adalah paving press dengan ukuran 10 x 20 tebal 8 cm
dengan kekuatan tekan K 300 kg / cm2.
Kansteen beton cetak/kerb/beton pengunci dengan ukuran sesuai gambar.
b. Toleransi Dimensi
Perbedaan ukuran paving rata – rata tidak lebih dari 2 mm setiap paving.
Kerataan permukaan masing – masing paving tidak lebih dari 0,3 mm.
Kemiringan permukaan untuk keperluan drainage dibuat rata – rata max.2 %
kearah pembuangan kecuali pada tikungan menyesuaikan gambar.
Alur paving sesuai standar pabrik.
Ketebalan rata – rata minimal 6 cm.
Paving yang tidak memenuhi standar toleransi tidak diterima (ditolak).
Ukuran paving menyesuaikan dengan gambar rencana.
c. Pengujian contoh Paving block.
Contoh paving block yang akan dipasang kuat tekannya harus
diuji terlebih dahulu dilaboratorium yang direkomendasikan oleh Pengawas.
Contoh Paving yang diuji adalah yang akan dipasang di lapangan di
ambil secara acak.
Setiap kurang lebih 30 m2 paving block yang akan dipasang harus
diwakili 1 buah benda uji untuk pengetesan kuat tekan.
Jumlah benda uji paving keseluruhan minimal 10 buah.
Berdasarkan SNI 03-2403-1991 tentang Tata Cara Pemasangan Blok Beton Terkunci
untuk Permukaan Jalan, secara umum yang dimaksud dengan pekerjaan blok beton
terkunci ( paving blok ) adalah pemasangan paving baru, bongkaran paving lama,
perataan / leveling tanah dasar bawah lapisan pasir, penyediaan alat bantu, bahan,
tenaga kerja dan uji laboratorium dipandang perlu untuk mengetahui mutu kuat
tekan (kelas paving block). Pada proyek atau kegiatan yang berada di lingkungan

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 66


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

pemerintahan, contoh paving block yang dipergunakaan harus diserahkan kepada


Pengawas dan Pengawas pekerjaan untuk disetujui terlebih dahulu sebelum
didatangkan ke lokasi kegiatan.

d. Pengiriman dan Penyimpanan


Semua bahan harus disimpan dengan baik dari kerusakan pada saat pengiriman unit
– unit paving blocks dijaga agar tidak terjadi retak, patah dan rusak pada sudut,
tepi/lingir, dan bersih.

Penyiapan bahan akan membantu pelaksanaan pekerjaan ini agar lancar dan
ekonomis, ikhwal yang berkaitan dengan pekerjaan ini adalah sebagai berikut :

 Penempatan material block terkunci ( paving block ), pasir alas, pasir


pengisi harus dekat dengan lokasi pemasangan, bilamana paving blok
disimpan secara bertumpuk maka tinggi penumpukan jangan terlalu tinggi,
maksimal 1,5 m;
 Pengadaan peralatan , bahan dan tenaga kerja harus sesuai dengan volume
pekerjaan;
 Untuk menghindari genangan air di musim hujan agar dibuatkan saluran
sementara;
 Plastik digunakan untuk penutup paving blok yang sudah terpasang tetapi
belum sempat terisi dengan pasir pengisi.

e. Peralatan dan Bahan


Peralatan utama yang diperlukan dalam pelaksanaan pemasangan blok beton
terkunci ( paving block ) adalah :

 Benang kasur atau benang Plastik ;


 Sapu lidi;
 Sikat ijuk;
 Gerobak barang seperti yang dipakai untuk mengangkut pasir ;
 Lori dengan bangku kayu;
 Alat potong block mekanis atau hidrolis;
 Waterpass atau selang plastik transparan;
 Palu kayu;
 Pemadat pengetar ( vibro compactor );
 Potongan-potongan besi beton yang ujungnya telah dibuat pipih untuk
membantu menggeser-geserkan blok pada waktu penyesuaian celah;
SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 67
SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

 Jidar kayu panjang 2-3 m.

b. bahan
Klasifikasi Blok Beton terkunci ( paving block ) didasarkan atas bentuk,
ketebalan, kekuatan dan warna
 Klasifikasi berdasarkan bentuk
Bentuk paving block beton terkunci secara garis besar terbagi atas 2 macam,
yaitu block beton terkunci bentuk segi empat dan segi banyak. Dari segi
permukaan atas, semua block beton terkunci harus berpinggul dan pada tepi
susunan block terkunci biasanya ditutup dengan pasak yang berbentuk topi
uskup.
c. Metode Pelaksanaan Pekerjaan Paving blok.
Pelaksanaan pemasangan paving blok dibagi dalam beberapa tahap, seperti
dibawah ini :

Pekerjaan Persiapan

1 Pemeriksaan Pondasi

Sebelum pelaksanaan pemasangan paving block perlu dilakukan pemeriksaan terhadap


pondasi. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :

 Permukaaan pondasi yang berhubungan dengan pasir alas harus rata, tidak
bergelombang dan rapat; pasir alas tidak boleh digunakan untuk memperbaiki
ketidak-sempurnaan pondasi.
 Permukaan pondasi untuk jalan kendaraan harus mempunyai kemiringan 2,5%
untuk trotoar 2%
 Lebar pondasi harus cukup sampai dibawah beton pembatas atau penyokong

2 Lokasi Titik Awal


 Titik awal ini penting diperhatikan khususnya lokasi dengantanah miring;
pemasangan ini harus berawal dari titik terendah agar paving bloak yang telah
terpasang tidak bergeser;
 Pemasangan secara berurutan yang dimulai dari satu sisi; hindarkan pemasangan
secara acak.

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 68


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

3 Benang Pembantu

Agar pemasangan bisa dilaksanakan secara baik dan cermat, maka perlu ada alat
pembantu yaitu benang pembantu. Benang pembantu dapat dipasang setiap jarak 4 m
sampai 5 m. Bilamana pada lokasi pemasangan terdapat lubang saluran, bak bunga atau
konstruksi lain, maka harus ada benang pembantu tambahan agar pola block terkunci
tetap dapat dipertahankan.

4. Pemasangan Beton Pembatas Dan Beton Penyokong

Beton pembatas atau biasa disebut beton kanstin adalah salah satu bagian perkerasan
block beton terkunci yang fungsinya menjepit dan menahan lapisan paving block agar
tidak tergeser pada waktu menerima beban, sehingga blok tetap saling mengunci. Beton
pembatas harus terpasang sebelum penebaran pasir alas. Bentuk beton pembatas
bermacam-macam dan proses pembuatannya beraneka-ragam ada yang dari beton
pracetak, beton cor ditempat, baik secara manual atau dengan alat slipform. Untuk
perkerasan paving blok mutu beton pembatas yang berhubungan dengan jalur lalu lintas
kendaraan minimum fc’ 25,0 MPa. Bilamana digunakan beton pembatas dari beton
pracetak, beton pembatas harus dipasang di atas beton penyokong agar terjadi ikatan
yang baik antara beton pembatas dan pondasisehingga tidak mudah tergeser. Untuk itu
dilakukan hal sebagai berikut :

1. tebarkan selapis beton penyokong setebal minimum 7 cm;


2. pasang beton pembatas di atas beton penyokong tersebut sewaktu masih dalam
keadaan basah, sehingga ketinggian dan kelurusaan beton pembatas sesuai
dengan benang pembantu;
3. tambahkan adukan beton pada bagian belakang beton pembatas;
4. setelah beton penyokong dalam keadaan setengah kering, barulah ditimbun
dengan tanah, mutu beton penyokong minimum fc’ 17,5 MPA;
5. beton pembatas sering dikombinasikan dengan tali air dan mulut air sebagai
saluran untuk membuang air hujan; apabila pertemuan antara beton pembatas
dan lapisan blok tidak diberi tali air biasanya beton pembatas mudah terkena
gesekan roda kendaraan.
6. Penebaran Pasir Alas
Pasir alas adalah pasir dengan ketebalan tertentu sebagai alas perletakan paving
blok. Pasir alas harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 69


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

1. Butiran pasir alas adalah pasir kasar dengan besar butir maksimum 9,5
mm seperti pasir beton, tajam, keras dan bersih dari lumpur, garam atau
kotoran lain;
2. Pada saat penebaran harus dalam keadaan kering atau kadar air kurang
dari 10% dan bersifat gembur;
3. Tebal pasir berkisar antara 5 sampai 6 cm dan setelah dipadatkan tidak
boleh lebih 5 cm; untuk mendapatkan ketebalan yang seragam, agar
menggunakan alat perata yaitu jidar kayu dengan mengikuti rel pembantu
dari blok beton yang disusun sejajar memanjang ; selain itu juga dapat
digunakan benang pembantu sebagai referensi.
4. Pasir alas ini tidak boleh digunakan untuk mengisi lubang-lubang pada
pondasi untuk memperbaiki tinggi pondasi;
5. Lapis atas pondasi di bawah pasir alas harus diratakan dan diperbaiki
sebelum penebaran pasir alas dimulai
6. Untuk jalan dengan lebar kurang dari 3 m, beton pembatas yang dipasang
dapat berfungsi sebagai rel pembantu;
7. Untuk jalan dengan lebar lebih dari 3 m, perataan pasir alas dilaksanakan
secara tahap;
8. Sebaiknya pasir alas diletakkan secara gundukan kecil di daerah lokasi
pemasangan agar sewaktu menarik jidar tidak terlalu berat dan dapat
memudahkan pelaksanaan;
9. Pasir alas yang sudah dirataakan dijaga agar tidak terganggu seperti
terinjak atau dipakai menumpuk bahan;
10. Setiap tahap, luas maksimim adalah 30 m2 dengan demikian pada sore
hari dapat tertutup seluruhnya oleh paving blok;
11. Untuk pekerjaan yang akan dilanjutkan maka pasir alas disisakan 1 m dari
baris terakhir paving blok;
12. Pasir alas yang belum sempat ditutup oleh paving blok, keesokan harinya
agar digemburkan dan diratakan kembali;

volume pasir yang diperlukan sebagai pasir alas setebal 50 mm adalah ± 5 m3


setiap 100 m2 paving blok. Pola Pemasangan baris pertama harus dijaga
dengan hati-hati. Untuk membentuk pola yang baik, unit paving blok harus
mengikuti benang pembantu dengan sudut yang tepat terhadap beton
pembatas. Lubang-lubang pinggir kemudian diisi dengan pemadatan. Bila
pemasangan dari dua arah tidak dapat dihindarkan atau karena pola harus

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 70


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

dipertahankanpada tikungan, terutama pada penggunaan pola tulang ikan,


maka sudut pada pola pertemuan atau perubahan sudut diberi pembatas
dengan pola susun bata melintang.Pola Pemasangan Paving BlockPola
pemasangan paving block disesuaikan dengan tujuan penggunannya. Pola
yang umum dipergunakan ialah susun bata ( strecher) , anyaman tikar (
basket wave ), tulang ikan ( herring bone ), untuk perkerasan jalan
diutamakan penggunaan pola tulang ikan karena mempunyai daya penguncian
yang lebih baik.

Ketahanan aus dari paving juga diuji dengan menggunakan


Mesin aus (SNI.03-0028-1987). Cara uji ubin semen. Ketahanan aus
maksimal0,149 mm/menit.
Penyerapan Air dari paving juga perlu diuji sehingga di
dapat penyerapan air rata-rata maksimal 6%.
Paving block dan kansteen cetak yang tidak memenuhi persyaratan
kuat tekan berdasarkan hasil pengujian di laboratorium , tidak
akan diterima (ditolak).
d. Persyaratan Pasir
- Pasir Perata Berfungsi
Sebagai lapis perata yang dimaksudkan untuk memberi
kesempatan Paving block memposisikan diri terutama dalam proses
penguncian.
- Pasir Pengisi
Pasir pengisi ini diisikan pada celah – celah diantara Paving
block dengan fungsi utama memberikan kondisi kelulusan air,
menghindarkan bersinggungannya .
e. Persyaratan dan tata cara pemasangan paving
Pasir alas seperti yang dipersyaratkan segera digelar diatas lapisan
base. Kemudian diratakan dengan jidar kayu sehingga mencapai kerataan yang
seragam dan harus mengikuti kemiringan yang sudah dibentuk sebelumnya
pada lapisan base.
Pemasangan paving harus kita mulai dari satu titik/garis diatas lapisan
pasir alas.
Tentukan kemiringan dengan menggunakan benang yang kita tarik tegang
dan kita arahkan melintang sebagai pedoman garis A dan memanjang
sebagai garis B, kemudian kita buat pasangan kepala masing-masing

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 71


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

diujung benang tersebut.


Pemasangaan paving harus segera kita lakukan setelah penggelaran pasir alas.
Hindari terjadinya kontak langsung antar block dengan membuat jarak celah/naat
dengaan spasi 2-3 mm untuk pengisian pasir halus.
Memasang paving harus maju, dengan posisi si pekerja diatas block
yang sudah terpasang.
Pengisian pasir halus harus segera kita lakukan setelah pamasangan paving dan
segera dilanjutkan dengan pemadatan paving.
Pemadatan paving dilakukan dengan menggunakan alat plat compactor yang
mempunyai plat area 0,35 s/d 0,50 m2 dengan17 gaya sentrifugal
sebesar 16 s/d 20 kN dan getarandengan frekwensi 75 s/d 100 MHz. Pemadatan
hendaknya dilakukan secara simultan bersamaan dengan pemasangan paving
dengan minimal akhir pemadatan meter dibelakang akhir pasangan.Jangan
meninggalkan pasangan paving tanpa adanya pemadatan, karena hal
tersebut dapat memudahkan terjadinya deformasi dan pergeseran garis. Akibat
adanya sesuatu yang melintas melewati pasangan tersebut. pemadatan
sebaiknnya kita dua putaran, yang pertama di tujukan untuk memadatkan pasir
alas

penurunan 5 - 15 mm (pasir yang dipakai).Pemadatan putaran kedua, disertai


dengan menyapu pasir pengisi celah/naat block, dan masing-masing putaran
dilakukan paling sedikit 2 lintasan.
f. Hasil akhir
Bidang pasang paving rata atau tidak bergelombang, padat , tidak cacat, (
pecah / patah terbagi )
Alur –alur harus lurus dengan ukuran yang sama Siar terisi penuh dengan pasir
halus / mortar.
Air mengalir lancar kesaluran drainage jalan dengan kemiringan maximal 2%
Permukaan paving harus bersih dari bekas – bekas semen dan
kotoran lainnya.

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 72


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

3.2 Pekerjaan Sipil/ Struktur

3.2.1 Pekerjaan Beton Bertulang


a. Pekerjaan beton dalam pelaksanaan harus memenuhi persyaratan yang termuat
dalam Peraturan Beton Bertulang Indonesia, SK-SNI 03-2847 Tahun 2003 dan SK-SNI
7394 Tahun 2008, baik mengenai material koral, pasir, semen dan baja maupun
pelaksanaannya. Hal-hal yang belum diatur dalam ketentuan-ketentuan yang
tercantum dalan SK-SNI, maka dipakai standar ACI, ASTM dan AASTHO,
b. Mutu Beton.
Untuk beton bertulang kekuatan yang disyaratkan dalam pekerjaan ini adalah
berdasarkan kekuatan karakteristik (K).
 K-350 Kekuatan Karakteristik 350 kg/cm2, Pemakaiannya untuk bagian-bagian
konstruksi gedung seperti pondasi setempat, pondasi pile cap, strauss, Sloof,
kolom, balok dan plat beton.
 K-250 Kekuatan Karakteristik 250 kg/cm2 untuk bagian yang bersifat struktural,
Pemakaiannya untuk bagian-bagian konstruksi gedung seperti Sloof, kolom, balok
dan plat beton.
 K-225 Kekuatan Karakteristik 250 kg/cm2 untuk bagian yang bersifat struktural,
Pemakaiannya untuk bagian-bagian konstruksi gedung seperti Sloof, kolom, balok
dan plat beton.
 K-175 Kekuatan Karakteristik 175 kg/cm2 untuk bagian yang tidak bersifat
struktural (lantai kerja/beton rabat) dengan perbandingan campuran 1 semen : 3
pasir : 5 batu pecah.
c. Percobaan Campuran (Mixed Design)
 Sebelum pelaksanaan pekerjaan pembetonan, Pemborong terlebih dahulu harus
mengadakan percobaan campuran (mixed design) untuk melihat mutu
karakteristik beton yang dicapai, slump yang diperkenankan adalah berharga 7–
10 cm.
 Jika hasilnya dibawah dari yang disyaratkan, Pemborong harus mengadakan
percobaan kembali dengan memilih agregat pasir dan batu pecah yang mutunya
lebih baik.
 Bilamana kekuatan karakteristik telah dicapai dengan agregat tersebut, untuk
selanjutnya pemakaiannya dapat disetujui Pengawas.
 Segala perubahan dalam masa pelaksanaan terhadap agregat yang sudah
disetujui harus mendapatkan persetujuan Pengawas/Pengawas.

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 73


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

 Jumlah sampel yang harus disediakan oleh Pemborong untuk tiap seri
pengetesan/percobaan akan ditentukan Pengawas atau dengan persetujuan
Pengawas.
d. Pekerjaan Bekisting :
Untuk mendapatkan bentuk, penampang, ukuran dari beton seperti yang diminta
dalam gambar konstruksi, bekisting harus dikerjakan dengan baik, teliti, dan kokoh.
 Bekisting untuk pekerjaan beton, dibuat dari kayu kelas 2 yang berkualitas baik,
lurus, dan tidak pecah-pecah.
 Bekisting harus direncanakan sedemikian rupa sehingga nanti diperoleh
penampang beton yang baik.
 Untuk itu, Pemborong harus merencanakan konstruksi bekisting agar kedap
adukan (mortartight), tidak melengkung bila menerima beban dari adukan basah,
tulangan dan lain-lain serta tidak berubah bentuk akibat pemadatan adukan
dengan vibrator.
 Untuk lantai dasarnya, bekisting harus rata, lurus, dan kokoh.
 Konstruksi dari bekisting, seperti sokongan-sokongan perancah dan lain-lain yang
memerlukan perhitungan harus diajukan kepada Pengawas untuk diperiksa,
disetujui, dan dilaksanakan.
 Sebelum pengecoran dimulai dari bagian dalam, bekisting harus bersih dan kering
dari air limbah dan minyak.
 Pembersihan dan pengeringan harus sedemikian rupa sehingga terjamin mutu
beton yang diharapkan dan untuk jaminan bahwa bagian dalam bekisting betul-
betul kering harus digunakan kompresor.
 Finishing beton bertulang, untuk permukaan beton harus dilakukan sesuai
petunjuk Pengawas/Pengawas Lapangan.
 Pembongkaran bekisting beton tidak boleh dilakukan sebelum waktu pengerasan
sesuai dipenuhi dan pembongkarannya dilakukan hati-hati dan tidak merusak
beton yang sudah mengeras, dengan terlebih dahulu mendapatkan persetujuan
Pengawas

3.2.2 Pekerjaan Baja Tulangan


a. Gambar rencana kerja untuk baja tulangan, meliputi rencana pemotongan,
pembengkokan, sambungan, penghentian, dan lain-lain, untuk semua pekerjaan
tulangan, harus dipersiapkan oleh Pemborong untuk mendapatkan persetujuan
terlebih dahulu dari Pengawas sebelum pelaksanaan. Semua detail harus memenuhi
persyaratan seperti yang dicantumkan dalam gambar kerja dan syarat-syarat yang
SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 74
SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

harus diikuti menurut Peraturan Beton Bertulang Indonesia. Parameter-parameter


pengenal harus minimal sama seperti persyaratan dalam gambar kerja dan bilamana
parameter tersebut akan diganti, maka jumlah luas penampang per satuan lebar
beton harus minimal sama denga luas penampang rencana, sebelum melakukan
perubahan-perubahan harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Pengawas.
b. Semua pembongkaran tulangan harus dilakukan sebelum penempatan pada posisi
rencana. Tidak diperkenankan membengkok tulangan bila sudah ditempatkan
kecuali apabila hal itu terpaksa dan sudah mendapatkan persetujuan Pengawas.
c. Tulangan harus ditempatkan dengan teliti dengan posisi sesuai rencana, dan harus
dijaga jarak antara tulangan dengan bekisting untuk mendapatkan tebal selimut
beton (beton decking) yang cukup. Pemborong harus mempergunakan penyekat
(spacer), dudukan (chairs) dari blok-blok, maka mutu beton yang bersangkutan
dengan campuran adukan 1 : 2 semua tulangan harus diikat dengan baik dan kokoh
sehingga dijamin tidak bergeser pada waktu pengecoran.
d. Sebelum melaksanakan pengecoran, semua tulangan harus diperiksa terlebih dahulu
untuk memastikan ketelitian penempatannya, kebersihan dan untuk mendapatkan
perbaikan bilamana perlu. Tulangan yang berkarat harus segera dibersihkan atau
diganti bilamana dianggap oleh Pengawas akan melemahkan konstruksi. Pengecoran
tidak diperkenankan apabila belum diperiksa dan disetujui oleh Pengawas.
e. Khusus untuk tebal selimut beton, dudukan harus kuat dan jaraknya sedemikian
sehingga tulangan tidak melengkung dan beton penutup tidak kurang dari yang
disyaratkan. Toleransi yang diperkenankan untuk penyimpangan terhadap
horizontalnya adalah ± 4 mm.

3.2.3 Pekerjaan Pengecoran


a. Pekerjaan pengecoran beton harus dilaksanakan sekaligus dan harus dihindarkan
penghentian pengecoran kecuali bila sudah dipertimbangkan pada tempat-tempat
yang aman dan sebelumnya sudah mendapat persetujuan dari Pengawas.
Pemborong harus sudah mempersiapkan segala sesuatunya untuk pengamanan,
perlindungan dan lain-lain yang dapat menjamin kontinuitas pengecoran.
b. Untuk mendapatkan campuran beton yang baik dan merata, Pemborong harus
memakai mesin pengaduk (molen). Mesin pengaduk beton harus cukup untuk
melayani volume yang direncanakan. Mesin pengaduk harus dibersihkan dengan air
dan dihindarkan dari pengotoran minyak, sebelum dipakai.

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 75


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

c. Bilamana perlu, Pemborong diperkenankan untuk menggunakan concrete pump,


gerobak-gerobak dorong untuk mengangkut adukan ke tempat yang akan dicor.
Pengangkutan beton tidak diperkenankan dengan ember-ember.
d. Sebelum pengecoran dimulai, semua peralatan material serta tenaga yang
diperlukan sudah harus siap dan cukup untuk suatu tahap pengecoran sesuai dengan
rencana yang sebelumnya disetujui Pengawas. Tulangan, jarak, bekisting, dan lain-
lain harus dijaga dengan baik sebelum dan selama pelaksanaan pengecoran.
e. Segera setelah beton dituangkan ke dalam bekisting, adukan harus dipadatkan
dengan concrete vibrator yang jumlahnya harus mencukupi. Penggetaran dengan
concrete vibrator dapat dibantu dengan pencocokan, apabila dengan concrete
vibrator tidak mungkin dilakukan dan harus mendapatkan persetujuan dari
Pengawas/Pengawas terlebih dahulu.
f. Pengecoran hanya boleh berhenti di tempat-tempat yang diperhitungkan aman dan
telah direncanakan terlebih dahulu dan sebelumnya mendapat persetujuan dari
Pengawas. Untuk menyambung suatu pengecoran, pengecoran sebelumnya harus
sudah dibersihkan permukaannya, dan dibuat kasar dengan sikat baja agar
sempurna sambungannya dan sebelum adukan beton dituangkan, permukaan yang
akan disambung harus disiram dengan air semen dengan campuran 1 PC : 0,5 air.
g. Sebelum waktu pengerasan, beton harus dihindarkan dari pengeringan dan
melindunginya dengan menggenangkan air di permukaannya atau ditutup dengan
karung-karung yang senantiasa dibasahi air, terus-menerus selama paling tidak 10
hari setelah pengecoran.
h. Apabila cuaca meragukan, sedangkan Pengawas/Pengawas tetap menghendaki agar
pengecoran tetap harus berlangsung, maka pihak Pemborong harus menyediakan
alat pelindung/terpal yang cukup untuk melindungi tempat yang sudah/akan dicor.
i. Untuk setiap jumlah 5 m3 pengecoran, Pemborong diwajibkan mengambil contoh
(sampel) untuk pemeriksaan kekuatan tekan kubus, pemeriksaan slump test, dengan
prosedur sebagaimana ditentukan di dalam Peraturan Beton Bertulang Indonesia.
Slump yang diperkenankan dalam pelaksanaan adalah antara 7-10 cm dan faktor air
semen maximum 0,5. Kubus-kubus yang diambil harus dijaga agar dapat mengeras
dengan baik. Demikian pula kubus beton yang diambil selama pengecoran harus
diuji kekuatan tekannya di laboratorium dan hasilnya dilaporkan secara tertulis
kepada Pengawas untuk dievaluasi.
j. Apabila hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa mutu beton kurang dari yang
disyaratkan, Pemborong diharuskan mengambil core-sample dari bagian-bagian
konstruksi yang diragukan. Jumlah core-sample untuk setiap pemeriksaan adalah 3
SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 76
SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

buah, dan selanjutnya akan diperiksa di laboratorium. dan diambi lankah untuk
perkuatan/penyempurnaan konstruksi.
k. Additive dapat dipergunakan sepanjang tidak menyebabkan kelainan-kelainan pada
beton, dengann persetujuan dari Pengawas/Pengawas.

3.2.4 Pekerjaan Pondasi Plat Setempat


a. Uraian Pekerjaan
Adalah pekerjaan pondasi plat beton setempat sesuai spesifikasi dan gambar
rencana, meliputi : pengadaan tenaga kerja, pengadaan peralatan yang
dipergunakan untuk menyelesaikan pekerjaan ini.
Yang termasuk dalam pekerjaan pondasi setempat ialah :
- Pembuatan urugan pasir setebal 5 cm dipadatkan.
- Lantai kerja dengan komposisi adukan 1 : 3 : 5 setebal 5 cm.
- Pembuatan semua pondasi setempat sesuai gambar kerja.
- Pemasangan semua stek yang diperlukan sesuai gambar kerja.
b. Bahan/Produk
- Mutu beton K.350.
- Mutu baja BJTD U39 untuk tulangan dengan diameter lebih besar atau sama
dengan 16 mm dan BJTP U24 untuk tulangan 12 mm atau lebih kecil.
- Menggunakan pasir dan lantai kerja sebagai dasar perletakan pondasi.
c. Pelaksanaan
- Semua pekerjaan pondasi baru boleh dikerjakan apabila galian tanah telah
diperiksa ukuran dan kedalamannya dan disetujui Pengawas.
- Pondasi telapak beton diletakkan pada tanah keras dengan kedalaman seperti
yang ditunjukkan pada gambar rencana.
- Untuk mendapatkan elevasi/kedalaman tanah keras, perlu dilakukan
penggalian tanah dengan menggunakan alat yang memadai.
- Bila pada lubang-lubang galian terdapat banyak air tergenang karena air
tanah dan air hujan, maka sebelum pasangan dimulai terlebih dahulu air
harus dipompa dan dibuang di daerah lain yang tidak mengganggu pekerjaan
dan dasar lubang dikeringkan.

3.2.5 Pekerjaan Pondasi Batu Kali


a. Uraian
Pekerjaan pondasi batu kali adalah semua pekerjaan pondasi batu kali yang
ditentukan sesuai dengan spesifikasi dan gambar rencana meliputi: elevasi,

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 77


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

kelandaian dan ukuran, termasuk dalam pekerjaan ini adalah pengadaan tenaga
kerja, pengadaaa peralatan yang diper-gunakan untuk menyelesaikan pekerjaan ini.
Yang termasuk pekerjaan pondasi ialah :
- Pembuatan pondasi batu kosong (aanstampeng).
- Pembuatan pondasi batu kali 1:4 atau sesuai Gambar Kerja.
- Pemasangan semua stek dan angker yang diperlukan sesuai Gambar Kerja.
b. Bahan/Produk
- Adukan yang dipergunakan 1Pc : 4Ps.
- Adukan 1Pc : 4Ps dipergunakan untuk semua pekerjaan pondasi batu kali setinggi
20 cm dari permukaan atas pondasi.
- Penampang batu maksimum 30cm dengan minimum tiga muka pecahan.
c. Pelaksanaan
- Semua pekerjaan pondasi baru boleh dikerjakan apabila galian tanah telah
diperiksa ukuran dan kedalamannya sesuai gambar perencanaan dan disetujui
.Bila pada lubang-lubang galian terdapat banyak air tergenang karena air tanah
dan air hujan, maka sebelum pasangan dimulai terlebih dahulu air harus dipompa
dan dibuang di daerah lain yang tidak mengganggu pekerjaan dan dasar lubang
dikeringkan.
- Jika pemasangan pondasi terpaksadiberhentikan, maka ujung penghentian
pondasi harus bergigi agar penyambungan berikutnya terjadi ikatan yang kokoh
dan sempurna.
- Di dalam pondasi sama sekali tidak boleh terdapat rongga-rongga udara/celah-
celah antar batu kali.

3.2.6 Pekerjaan Sloof, Balok, Plat Lantai, Plat Dinding Dan Kolom
a. Mutu beton yang disyaratkan untuk pekerjaan balok dan lantai struktur adalah K-
350, K-300 dan K-225.
b. Tulangan yang direncanakan untuk pekerjaan ini adalah besi beton struktur adalah
mutu U 24 dan U 32 atau menurut gambar kerja. Bilamana Pemborong hendak
memakai baja tulangan lebih tinggi dari yang disyaratkan, Pemborong harus
mengajukannya kepada Pengawas untuk mendapatkan persetujuan.
c. Konstruksi bekisting harus cukup kokoh agar tidak terjadi perubahan-perubahan
bentuk pada waktu pengecoran maupun masa pengerasan. Pemborong harus
mengajukan rencana konstruksi bekisting kepada Pengawas/Pengawas untuk
diperiksa dan disetujui.

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 78


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

d. Ukuran penampang jadi beton tidak boleh kurang dari apa yang disyaratkan dalam
gambar kerja dan penyimpangan tidak boleh lebih dari 1 % dari ukuran yang
bersangkutan.
e. Selimut beton yang disyaratkan untuk seluruh pekerjaan balok dan lantai beton
tidak boleh kurang dari 5 cm atau sesuai gambar kerja.
f. Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, Pemborong harus mengikuti persyaratan-
persyaratan yang ditentukan yang tercantum dalam Pasal 33. Pekerjaan beton
bertulang dan ketentuan-ketentuan lain harus sesuai dalam PBI 1971 NI.2.

3.2.7 Pekerjaan Konstruksi Atap Baja Kolam Drying Area


a. Rangka atap menggunakan rangka cremona hollow besi 40x40 dirakit dilapangan,
sebelum dibawa kelokasi baja ini sudah dicat anti karat .
b. Tiang atap menggunakan double canal C 100.50.20.2,3 dengan kualitas baja U-32
dengan kualitas sesuai dengan standar SII dan sebaiknya Konstruksi baja diproduksi
diworkshope dan dirakit dilapangan, sebelum dibawa kelokasi baja ini sudah dicat
anti karat .
c. Pekerjaan las harus sesuai dengan standar mutu SNI yang sudah disesuaikan pada
tahun terakhir.
d. Pemasangan gording sesuai dengan gambar dan dipasang setelah seluruh struktur
portal terpasangan dengan baik dan sudah disetujui oleh pengawas untuk
melanjutkan pekerjaan pemasangan gording dan ikat angin ( breasing ).

Konstruksi atap baja bangunan garasi kendaraan dan tempat cuci kendaraan dengan
spesifikasi sebagai berikut :
- Gording CNP 150 x 65 x 20 x 2.3 mm
- Regel Rangka L. 50.50.5 + Aksesoris
- Kuda - Kuda WF 200 x 100 x 5.5 x 8 mm
- Kolom WF 200 x 100 x 8 x 11 mm

3.2.8 Pekerjaan Rangka Atap, Penutup Atap Dan Lisplank

Peutup atap dan lisplank bangunan garasi kendaraan dan tempat cuci kendaraan
menggunakan material dengan spesifikasi sebagai berikut :
- Atap zincalume, tebal 0,4 mm.
- Lisplank zincalume, tebal 0,4 mm.
- Flashing, plat alumunium 0,3 mm.

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 79


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

Rangka atap, Peutup atap dan lisplank bangunan kantor beserta bangunan gapura
menggunakan material dengan spesifikasi sebagai berikut :
- Reng & Usuk Rangka Galvalum dan Accessories
- Penutup atap genteng

Rangka atap, Peutup atap dan lisplank bangunan Pos jaga, Gudang menggunakan
material dengan spesifikasi sebagai berikut :
- Listplank GRC Board 3/30
- Penutup atap asbes gelombang besar

3.2.9 Pekerjaan Atap Dak Beton, Water Proofing, Roof Drain

Dak atap beton dipergunakan untuk atap bangunan operasional Pos Jaga dengan
spesifikasi sebagai berikut:
a. Beton bertulang mutu K 225, sesuai gambar perencanaan.
b. Water proofing, coating jenis polymer.
c. Screeding.
d. Roof drain cast iron 4”.

3.3 Pekerjaan Arsitektur

3.3.1 Pekerjaan Pasangan


Pekerjaan pasangan meliputi :
a) Pasangan pondasi batu kali, dengan campuran 1 pc : 4 psr, direncanakan pada
seluruh pondasi dan seluruh sloof bangunan.
b) Pasangan bata merah 1/2 bata, dengan campuran 1 pc : 5 psr, dan 1 pc : 4 psr
untuk dinding trasram.

3.3.2 Pekerjaan Dinding, Plesteran, Dan Acian


a) Pekerjaan Dinding :
 Pekerjaan dinding merupakan pekerjaan pasangan ½ Bata. Material yang
digunakan harus memenuhi syarat sesuai tercantum dalam Persyaratan Bahan.
Spesi yang digunakan untuk pekerjaan pasangan bata adalah campuran 1 PC : 5
PS.
 Batu bata sebelum dipasang harus direndam terlebih dahulu sampai gelembung-
gelembungnya habis (jenuh air) dan tidak diperbolehkan menggunakan batu bata
yang belum direndam air. Batu bata harus berkualitas baik dan tidak retak-retak.
 Pasangan batu bata merah dengan luas lebih dari 6 m2 harus diselingi kolom
praktis.
SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 80
SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

 Pasangan rapat air dari batu bata campuran 1 pc : 4 psr digunakan pada tempat-
tempat sesuai dengan gambar.
 Pasangan batu bata merah dengan campuran 1 pc : 5 psr dipasang pada tempat-
tempat yang tertera pada gambar.
 Campuran trasram 1 PC : 4 PS digunakan untuk :
- Semua dinding, setinggi 30 cm di atas sloof.
- Dinding yang berhubungan dengan air, setinggi 180 cm di atas lantai.
 Pekerjaan pasangan batu bata harus dibuat dengan rapi dengan ketebalan spesi
1–2 cm.
b) Pekerjaan Plesteran dan Acian :
 Plesteran dinding dengan campuran 1 pc : 4 psr dan pada tempat-tempat
tertentu sesuai dengan ditunjukkan dalam gambar.
- Permukaan yang akan diplester harus dibersihkan terlebih dahulu dan disiram
air sampai jenuh.
- Semua permukaan yang rapat air diplester dengan campuran 1 pc : 2 psr.
- Semua permukaan beton yang kelihatan diplester dengan campuran
1 pc : 3 psr.
- Pekerjaan plesteran baru boleh dilaksanakan apabila pekerjaan-pekerjaan
lainnya yang berkaitan dengan pekerjaan ini sudah selesai dilaksanakan.
- Setelah diplester, seluruh permukaan dinding diaci dengan campuran 1 pc : 6
mill.

3.3.3 Pekerjaan Kusen Alumunium, Daun Pintu/Jendela Dan Kaca


a. Kusen alumunium untuk pintu, jendela dan bovenlight adalah kusen alumunium
dengan dimensi frame: 4”x1¾”, tebal 1,2 mm, warna Silver, produk setara
Aleksindo, Indal
b. Untuk daun pintu alumunium, menggunakan Profil pintu :
 Ambang atas profil 4,5x6,5 cm.
 Ambang bawah 4,5x11,5 cm.
 Tiang samping 4,5x6,5 cm, menggunakan tiang moher
 Bidang pengisi kaca polos 8 mm, sealent.
 Pada tiang pintu ganda/double diberi moher.
c. Untuk pintu flush door, menggunakan :
 WPC (Wood Plastic Composite), tebal 4 cm finish melamin,
 Daun pintu WPC, produk: duma, angzdoor, tilus dan produk lain yang setara.

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 81


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

d. Daun jendela, dan bovenlight menggunakan frame alumunium extrusion untuk


jendela dan bovenlight yang mengantisipasi kebocoran saat hujan.
e. Pemasangan kaca disesuaikan gambar perencanaan, semua kaca menggunakan kaca
bening dengan tebal 5 mm, 6 mm, 8 mm, kecuali ditentukan lain dalam gambar,
produk setara dengan ASAHIMAS, dan tidak boleh ada cacat.
f. Semua pekerjaan pembuatan dan pemasangan kusen, pintu dan jendela Aluminium
harus dilakukan oleh pabrik penghasil dari bahan yang dipergunakan dengan mock
up untuk memperoleh persetujuan pengawas lapangan
g. Semua bahan kusen, daun pintu/ jendela aluminium, boleh dibawa ke lokasi bila
pekerjaan konstruksi sudah mencapai tahap pemasangan kusen, pintu/ jendela
h. Pemasangan sambungan harus tepat tanpa celah sedikitpun
i. Semua detail pertemuan daun pintu dan jendela harus runcing (adu manis) halus
dan rata, serta bersih dari goresan-goresan serta cacat-cacat yang mempengaruhi
permukaan
j. Detail Pertemuan Kusen Pintu dan Jendela harus lurus dan rata serta bersih dari
goresan-goresan serta cacat yang mempengaruhi permukaan
k. Pemasangan harus sesuai dengan gambar rancangan pelaksanaan dan brosur serta
persyaratan teknis yang benar
l. Setiap sambungan atau pertemuan dengan dinding atau benda yang berlainan
sifatnya harus diberi “sikafleks”
m. Frame alumunium telah terpasang harus tetap terlindungi dan tetap terjamin
kebersihannya.

3.3.4 Pekerjaan Plafond


a. Rangka plafond yang digunakan adalah terbuat dari rangka hollow metal 40 x 40
mm, dilengkapi dengn hanger (penggantung plafond), sesuai dengan gambar.
Penutup plafond menggunakan gypsum dengan ketebalan 9 mm. Pertemuan antara
plafond dengan dinding dipasang list gypsum/cornice, profil 7/10 dicat sewarna
dinding /plafond.
b. Bahan penutup plafond menggunakan gypsum tanpa nat dengan sambungan
c. Pemasangan list gypsum pada bagian pinggir plafond gypsum dangan menggunakan
paku/skrup dan casting.
d. Rangka plafond dibuat sedemikian rupa sehingga mendapatkan permukaan yang
datar/tidak melengkung.

3.3.5 Pekerjaan Pengunci

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 82


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

a. Setiap daun pintu menggunakan 3 (tiga) engsel dengan kualitas baik dan daun
jendela menggunakan 2 (dua) engsel, tipe Butt hinge Ball Bearing 4x3x2,5 mm,
stainless steel 2 BB US 32 D.
b. Untuk daun jendela dan bovenlight menggunakan engsel tipe Butt Hinge Ball
Bearing 3x2,5x2 mm, stainless steel 2 BB US 32 D.
c. Pintu tunggal, menggunakan swing lockcase, double cylinder untuk daun pintu WPC
dan single cylinder untuk daun pintu alumunium, silver, lever handle.
d. Pintu pintu ganda, menggunakan roller lockcase, untuk pintu alumunium, silver,
pull handle 300 mm, dipasang flush bolt atas 12” dan bawah 6”.
e. Window hook 10” dan spring knip 378 dipasang pada jendela.

3.3.6 Pekerjaan Penutup Lantai, Dinding Dan Plint


a. Sebelum keramik dipasang, harus menunjukkan contoh dan warna kepada Pengawas
untuk dimintakan persetujuan
b. Keramik yang dIgunakan adalah keramik untuk lantai kelas I kualitas baik dengan
ukuran 40 x 40 cm untuk lantai bangunan kantor, ukuran 30 x 30 cm untuk lantai
bangunan pos jaga, ukuran 20 x 20 cm untuk lantai kamar mandi dan dinding kamar
mandi menggunakan keramik ukuran 20 x 30 cm. Pemasangan lantai keramik diatas
cor beton bertulang, menggunakan campuran 1 PC : 2 PS. Sebelum dipasang
keramik direndam sampai jenuh. Nat harus lurus dan saling siku dengan yang
lainnya dan diisi adukan semen warna yang sesuai. Pemasangan lantai keramik harus
rata dan tidak bergelombang.
c. Plint keramik 8/40 dari bahan yang sama dengan lantai dipasang di bagian sisi
bawah dinding.
d. Spesi untuk pasangan tegel menggunakan campuran 1 pc : 4 psr, untuk yang rapat
air 1 pc : 2 psr.
e. Keramik jenis stop nose (anti slip) harus digunakan pada pemasangan keramik
bagian pertemuan antrede dan uptrede setiap anak tangga untuk faktor keamanan.
f. Pemasangan keramik harus rata dengan nat-nat yang sama dan lurus satu sama
lainnya.
g. Nat-nat ditutup dengan grouting, pekerjaan dilaksanakan setelah pemasangan
keramik benar-benar baik dan kering.

3.3.7 Pekerjaan Pengecatan


a. Sebelum pengecatan dilaksanakan, lantai harus dicuci dan dijaga agar debu tidak
beterbangan. Alat pembersih seperti lap harus disediakan dalam jumlah cukup.

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 83


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

Sewaktu pelaksanaan pengecatan lantai harus ditutupi sedemikian sehingga


terhindar dari cipratan-cipratan cat.
b. Pengecatan dinding / tembok exterior, Kontraktor tidak diperkenankan untuk
mengecat sampai permukaan plesteran dinding benar-benar kering. Permukaan
plesteran yang belum rata tidak boleh dicat. Bidang plesteran yang dicat harus
diperbaiki dengan pendempulan/ plesteran yang sama. Retak-retak harus ditambal
dengan bahan penutup. Retak-retak yang lebar harus dipotong bersama-sama
dengan pinggirannya dan ditambal dengan plesteran yang baru. Sebelum diratakan
dengan bahan penutup, tembok harus digosok dengan amplas sampai rata dan halus.
Pengecatan diawali dengan cat alkali resistant primer untuk menutup pori, anti
lumut/jamur yang harus dilakukan dengan baik sesuai dengan petunjuk dari pabrik
cat yang bersangkutan, setelah cat alkali mengering dilakukan pemeriksaan
terhadap kerataan pengecatan, bidang-bidang yang belum terkena cat di cat ulang
sampai tertutup cat alkali, setelah cat cukup rata dan mengering maka dilakukan
pengecatan cat akhir wheatershield satu lapis terlebih dahulu sampai mengering
dan diulang lapis kedua sampai warna benar-benar rata.
c. Pengecatan interior, Pengerjaan pengecatan harus mengikuti cara yang ditentukan.
Dengan cat dasar (under coat) wall Filler pada dinding dengan pengamplasan,
kemudian dicat finish menggunakan cat interior acrylic emultion paint. Pengecatan
dilakukan lapis demi lapis sehingga didapat hasil akhir yang rata.
d. Pengerjaan pengecatan besi/railling tangga, harus dicat dengan zinkromat primer
dengan ketebala 40 micron. permukaan harus rata dan halus dengan pengampelasan
terlebih dahulu, bagian yang retak harus ditutup dengan dempul yang khusus
setelah kering baru dilaksanakan pekerjaan pengecatan. Dengan cat dasar dan finish
dengan 2 kali lapis penyemprotan.

3.3.8 Instalasi Air Bersih Dan Sanitair


a. Semua instalasi air bersih dari PVC Kelas AW dengan diameter sesuai yang tertera
pada gambar dan tertanam didalam tembok.
b. Untuk instalasi air kotor dari PVC kelas AW dengan ukuran sesuai yang tertera di
dalam gambar dan tertanam.
c. Saluran pembuangan air hujan terbuat dari PVC kelas AW, diteruskan ke got
pembuangan.
d. Kloset jongkok dipasang ukuran medium dan sebelumnya harus menunjukkan contoh
kepada Pengawas.
e. Kran air, kran wudlu dan kran laboratorium.

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 84


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

f. Bak cuci stainless steel, 1 bak untuk laboratorium.


g. Floor drain Stainless steel.
h. Instalasi air bersih disambung dari eksistng Tandon atas (elevated reservoir) melalui
pipa distribusi, sampai mengalir. Baik pada kran toilet, tempat wudlu dan bak cuci
laboratorium.

3.3.9 Pipa Vertikal Air Hujan & Saluran Keliling Air Hujan

Pipa air hujan dan saluran keliling bangunan operasional, jalan operasional (Paving dan
beton), kantor dan laboratorium, menggunakan material dengan spesifikasi sebagai
berikut :
a. Pipa PVC AW Φ 4”.
b. Klem pipa pada dinding.
c. Skrup, mur baut, fisher, Dyna Bolt.
d. Untuk Saluran keliling bangunan menggunakan Buis beton U 30 x 100 cm.
e. Untuk Saluran Keliling (Drainase) Area IPLT menggunakan Buis Beton U 40 x 100 cm.

3.3.10 Pekerjaan Instalasi Listrik


a. Instalasi listrik dipasang sampai menyala.
b. Saklar dinding harus merupakan tipe untuk pasangan rata dinding dengan merk
setara Broco.
c. Semua instalasi harus tertanam di dalam tembok dan untuk diatas plafon kabel
harus dibungkus dalam pipa.
d. Penyambungan harus dilakukan dalam kotak-kotak. Kabel-kabel disambung sesuai
dengan warna-warna atau namanya masingmasing.
e. Setiap saluran kabel dalam bangunan dipergunakan pipa conduit minimum ö 5/8 ”
dan setiap percabangan harus menggunakan junction box yang sesuai.
f. Ujung pipa kabel yang masuk dalam panel dan junction box harus dilengkapi dengan
socket sehingga pipa tidak mudah dicabut dari panel.
g. Semua panel listrik dengan merk Merlin Gerin.
h. Jenis kabel yang digunakan untuk tegangan rendah yaitu tipe NYY, NYFGBY, NYA,
dan harus sesuai standar SII dan SPLN dengan merk setara Supreme, sebelumnya
ditunjukkan kepada Pengawas.
i. Untuk instalasi penerangan dan stop kontak umumnya dipasang kabel NYA atau NYM
dengan penampang 2,5 mm2 dengan conduit PVC.

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 85


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

j. Stop kontak biasa dipakai satu phase, dipasang rata dinding setinggi 30 cm atau 150
cm dari lantai dengan merk setara Broco.
k. Stop kontak khusus yang dipakai adalah stop kontak satu atau tiga phase dan harus
mempunyai terminal phase netral dan pentanahan.
l. Syarat kualitas, jenis, dan ukuran harus dipasang sesuai gambar. m. Harus dilakukan
pengujian atau pengetesan kekuatan tegangan dan tahanan isolasi sebelum diserah
terimakan.

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 86


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

BAB IV
SPESIFIKASI TEKNIS
FASILITAS PENUNJANG

4.1 Pekerjaan Mekanikal


4.2.1 Umum
Semua bagian peralatan yang bergerak dalam air misalnya pin, spindel dan bagiannya
harus dibuat dari logam tahan karat. Semua bagian yang langsung berhubungan dengan
berbagai unsur kimia harus tahan terhadap karat atau abrasi akibat bahan kimia
tersebut dan juga harus tetap dapat mempertahankan sifat-sifatnya tanpa menjadi aus,
akibat waktu, cahaya atau sebab lain.
Perhatian khusus diberikan pada pencegahan timbulnya kerusakan bila dua logam tahan
karat bersentuhan, dengan cara memilih material yang sesuai kekerasannya dan
penyelesaian permukaannya, dan dengan memberikan pelumas. Bila dipakai perunggu
maka tidak boleh mengandung seng. Harus pula diperhatikan agar tidak timbul karat
pada dua logam berlainan berdekatan maka harus dipilih sedemikian sehingga
perkaratan dwilogam ditekan sesedikit mungkin.
Semua peralatan harus beroperasi tanpa getaran yang berlebihan dan dengan sedikit
suara ribut. Semua bagian yang berputar balans dinamis sehingga ketika dijalankan
dengan kecepatan dan pembebanan beberapapun tidak menimbulkan getaran akibat
kurangnya keseimbangan. Semua bagian yang dapat aus atau rusak karena debu harus
ditutup sepenuhnya dalam rumah-rumah tahan debu.
Permukaan-permukaan yang harus dicat atau dilapisi pelindung karat harus dalam
kondisi yang halus, tidak bersudut tajam, mengandung cacat atau benjolan dan semua
pengelasan sudah dihaluskan, semua tepi dan sudut dibulatkan. Semua batang baja,
profil dan pelat harus bersih dan lurus sebelum dikerjakan. Pelurusan atau peralatan,
jika perlu, harus dikerjakan dengan suatu proses dan cara yang tidak akan merusak
logam. Bagian yang tidak lurus dan melengkung akan ditolak. Baja yang telah
dipanaskan sebagian harus dikuatkan (didinginkan), kecuali jika akan dipakai di bagian-
bagian kecil. Bagian-bagian yang sudah selesai harus benar-benar lurus, tidak
mengandung tekukan, lengkungan dan sambungan-sambungan yang terbuka. Semua
lubang baut harus disejajarkan dengan permukaan yang akan digabungkan supaya

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 87


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

dudukan mur dan kepala baut dapat baik. Penyambungan yang berlebihan harus
dibuang dari permukaan yang bergabung dan pheripheri. Semua pipa dan alat-alat
bantunya (fittings) dipasang secara lurus dan simetris supaya bagus dipandang.
Toleransi dan spasi harus ditunjukkan pada gambar-gambar kerja dan harus dipatuhi.

4.2.2 Baut, Mur dan Ring


Kecuali jika dinyatakan lain, semua baut, mur dan ring harus terbuat dari baja yang
digalvanis. Baut-baut harus dilengkapi dengan ulir meteres sesuai dengan rekomendasi
ISO R 68 dan draft rekomendasi 782. Bilamana diperlukan, baut-baut harus diberi ring
dari baja galvanis yang mempunyai diameter sama serta mur dengan diameter sama.
Ringharus memenuhi rekomendasi ISO R 272.
Baut-baut harus cukup panjang sehingga satu ulir akan terlihat di atas mur ketika sudah
dikencangkan sepenuhnya. Ring-ring, alat pengunci dan susunan anti vibrasi harus
disediakan dimana perlu dan harus disetujui oleh pengawas/tenaga ahli. Bilamana baut
melewati bagian struktural maka harus diberikan pasang gelang dimana perlu untuk
menjamin agar tidak terJadi tegangan tekuk pada baut. Jika dikuatirkan terjadi korosi
maka baut dan mur harus didesain sedemikian sehingga tegangan maksimum dalam
baut dan mur tidak melebihi setengah dari tegangan leleh material dalam segala
kondisi.

4.2.3 Pelat Nama dan Label


Bilamana mungkin, setiap item instalasi harus memakai label permanen pada posisi
yang jelas, dimana tertera nama produsen, tipe, nomor seri instalasi dan detik-detik
pembebanan dan tugas operasi item tersebut. Label yang mencantumkan nomor
pengenal fungsi atau instalasi juga harus dipasang. Label-label tersebut harus dari
material yang non hidrokopis dan disetujui pengawas/tenaga ahli. Tiap panel harus
diberi label yang mencantumkan tugas tiap instrumen, relai atau item peralatan kontrol
yang dipasang di dalam maupun di luar.
Label-label panel yang dipasang diluar harus dari plastik transparan dengan huruf dan
angka dicetak di belakang dan dihitami. Permukaan belakang tiap label harus dilapisi
cat yang warnanya akan ditentukan oleh pengawas/tenaga ahli. Label yang dipasang
diluar dari material yang dilaminasi dapat juga dipakai asal disetujui oleh
pengawas/tenaga ahli. Label panel yang dipasang di dalam harus dicat putih, huruf
serta angka diukir dan dihitami, material yang dilaminasi atau diukir di belakang dan
diisi mungkin dapat dipakai.

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 88


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

Label-label harus diberikan sesuai dengan persyaratan-persyaratan di atas atau dengan


cara lain, dimana perlu untuk menentukan panel atau bagian panel, untuk menguraikan
atau mengidentifikasikan sirkuit atau komponen sirkuit untuk memberikan peringatan
akan bahaya dan bilamana diperlukan di tempat-tempat lain dalam spesifikasi ini.
Label-label bahaya harus memakai huruf merah di atas dasar putih. Bila ada peralatan
yang dapat ditarik, bagian yang tetap dan bagian yang bergerak harus ditandai dengan
benar. Detail-detail cara penulisan yang diusulkan harus diserahkan kepada
pengawas/tenaga ahli untuk disetujui terlebih dahulu sebelum dibuat label.

4.2.4 Penyelesaian Permukaan


a. Bagian-bagian dari besi dan baja pada umumnya harus dicat atau digalvanis
menurut spesifikasi. Bagian-bagian yang berada di dalam ruangan boleh diberi
kromium atau sepuhan tembaga-nikel. Permukaan yang sudah dilapisi harus
dilindungi terhadap abrasi atau kerusakan lain ketika ditangani, diuji, disimpan
dirakit, dikapalkan dan dipasang.
b. Untuk pelapisan dan pelurusan pipa dan alat-alat tertentu harus dilihat pada
bagian "Pipa-pipa dan hal-hal khusus ".
c. Bagian-bagian yang mengkilap dan permukaan-permukaan tumpuan harus
seluruhnya digosok dan dilindungi dari korosi dengan memberikan zat pencegah
karat atau gemuk dengan titik leleh tinggi sebagaimana disetujui oleh
pengawas/tenaga ahli, sebelum dipak.
d. Bagian-bagian yang ditanam dan bagian-bagian yang akan dicor di dalam beton
harus dibersihkan sampai memuaskan pengawas/tenaga ahli dan sebelum dipak
harus dilindungi dengan metode yang disetujui oleh pengawas/tenaga ahli. Besi
atau baja yang akan dicor dalam beton tidak boleh dicat dan jika ada yang dicat
harus dibersihkan.
e. Semua pekerjaan besi dan baja, termasuk tubuh-tubuh klep, perpipaan dan
perlengkapan dan pekerJaan baja struktural harus dibersihkan sehingga ke dasar
logam dan dilapisi cat dasar sebagaimana ditetapkan. Pekerjaan baja, termasuk
pipa perlengkapan harus disiapkan dengan shot blasting dan diberi cat dasar atau
lapisan dalam waktu 2 jam sesudah blasting.
f. Semua material pengecatan harus dipakai dan diterapkan sesuai dengan instruksi
produsen. Pada saat penawaran kontraktor harus memberikan detil mengenai
material cat dasar dan akhir yang akan dipakai. Semua lapisan cat dasar yang
dipakai harus sesuai untuk jenis lapisan akhirnya.

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 89


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

g. Cat atau lapisan pelindung lainnya sama sekali tidak boleh diterapkan pada
permukaan yang basah atau lembab, sebelum lapisan berikutnya diterapkan,
minimum sudah ada tenggang waktu 24 jam, kecuali bila ditetapkan lain oleh
produsennya. Lapisan-lapisan berturut-turut harus dapat mudah dibedakan dalam
warna dan kegelapannya.
h. Besi dan pekerjaan baja yang tidak digalvanisir harus tetap terendam dalam air
atau yang-terbuka diudara luar dalam lubang inspeksi (manholes) atau di daerah
yang kelembabannya tinggi dan harus diberi dua lapis teremail epoxy. Blla
berhubungan dengan air bersih, besi dan pekerjaan baja harus diberi dua lapis
email atau cat yang disetujui.
i. Besi dan baja yang tidak tampak dalam suatu bangunan harus diberikan lapisan
dasar bitumen dan dua lapis email bitumen yang disetujui.
j. Sebelum pengecatan, kontraktor harus menyerahkan kepada pengawas/tenaga ahli
detail cara yang akan dipakai, lengkap berikut bagan warna untuk lapisan akhir,
guna disetujui. Warna untuk berbagai pipa dan bagian instalasi akan ditetapkan
oleh pengawas/tenaga ahli.
k. Kontraktor dapat memilih untuk melaksanakan pengecatan sebagian atau
seluruhnya di tempat pembuatan atau (sesudah intalasi) di lapangan. Untuk kedua
pilihan itu kontraktor tetap bertanggungjawab untuk memenuhi persyaratan dalam
spesifikasi.
l. Sebelum akhir periode pemeliharaan, semua pekerjaan cat yang rusak harus
diperbaiki, kecuali jika akibat aus.
m. Semua material yang harus digalvanis harus berdimensi tepat seperti yang
diperlihatkan pada gambar atau ditentukan lain. Semua pelubangan, pembubutan,
pengeboran, pemasangan skrup dan pembersihan kotoran harus selesai sebelum
proses galvanisir dimulai. Bagian-bagian yang akan digalvanis harus dihembus dulu
(shot blasting). Bagian-bagian tersebut harus digalvanis, dalam waktu tidak lebih
dari 2 jam setelah shot blasting. Semua galvanisasi harus dilakukan dengan proses
celup panas sesuai dengan IS0 1459, 1460, 1461 tidak boleh dipakai proses
alternatif tanpa persetujuan dari pengawas/tenaga ahli. Komponen-komponen yang
selanjutnya mungkin akan berhubungan dengan minyak, tidak boleh digalvanisasi.
Pelapisan seng harus merata, bersih, halus dan bebas dari kida-kida (spangle).

4.2.5 Kondisi Khusus Untuk Instalasi


Kontraktor harus memasang semua peralatan dan material yang harus disuplai olehnya
menurut kontrak. Kontraktor harus memasang/menegakkan instalasi sesuai dengan arah

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 90


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

dan taraf yang diperlukan dan harus menjamin, bila instalasi tersebut tetap dalam
posisi ketika sedang dibangun dan ia tidak boleh melimpahkan tanggungjawab kepada
kontraktor sipil.
Jika pekerjaan berhubungan atas atau bersentuhan dengan instalasi yang disuplai
menurut kontrak lain yang terpisah, kontraktor harus memastikan agar pekerjaan yang
dilaksanakan oleh kontraktor lain konsisten dengan pekerjaannya. Jika terjadi
kontraktor menganggap bahwa suatu pekerjaan yang sedang atau sudah dilaksanakan
dapat memberikan pengaruh buruk pada pekerjaan, ia harus segera melaporkannya
secara tertulis kepada pengawas
Spesi semen (grout), bila diperlukan, harus diaduk dan dicorkan oleh kontraktor.
Setelah spest tersebut mengeras, pengencangan akhir baut-baut dan pengecekan garis
serta taraf harus merupakan tanggungjawab kontraktor.
Pondasi, bilamana diperlukan, harus disediakan oleh kontraktor sipil dan harus
memenuhi persyaratan kontraktor serta gambar-gambar yang diberikan oleh kontraktor.
Bilamana dapat diterapkan, lantai dan plints harus dihilangkan dan disiapkan untuk
menampung baut-baut pondasi atau saluran-saluran yang dipasang oleh kontraktor,
dengan persetujuan pengawas/tenaga ahli.
Pembuatan lubang-lubang melalui dinding dan lantai serta saluran atau cowakan dalam
dinding dan lantai harus dilaksanakan oleh kontraktor. Untuk maksud ini, kontraktor
harus segera setelah menerima Surat Perintah Kerja, mengatur segala sesuatu yang
diperlukan bersama dengan kontraktor sipil dan harus menandai semua pekerjaan
bangunan serta menyediakan semua informasi atau gambar dan yang diperlukan untuk
fondasi, blok-blok angker, lubang-lubang, cowakan, saluran dan lain-lain dan harus
bertanggungjawab atas ketepatan informasi. Pengeboran lubang-lubang untuk kontrak
tusuk (nam plug) dan alat-alat pemasangan lainnya tidak merupakan pekerjaan
bangunan dan harus dilaksanakan oleh dan menjadi tanggungjawab kontraktor. Lubang-
lubang sebaiknya dibuat dengan bor putar bukan dengan tipe perkusi. Alat cartridge
dengan single shot hanya boleh digunakan bila disetujui oleh pengawas/tenaga ahli.
Setiap kerusakan yang ditimbulkan pada permukaan oleh kontraktor pada waktu
pelaksanaan, harus diperbaiki oleh kontraktor atas biaya sendiri, sampai dianggap
memuaskan oleh pengawas/tenaga ahli. Kontraktor harus menyediakan semua perancah
(scaffolding) yang diperlukan.
Semua peralatan mekanis harus dipasang, distel dan diuji menurut instruksi dari
produsen dan sebagaimana diuraikan di sini. Semua bagian yang harus dipasang harus
dibersihkan seluruhnya. Semua bahan-bahan pengepakan, karat, kotoran, pasir dan
benda asing lainnya harus dibuang, semua lubang dan alur-alur untuk pelumasan harus
SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 91
SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

dibersihkan, dan harus benar-benar bebas dari material yang berbahaya. Bila unit-unit
atau item-item dikapalkan sebagai unit yang terpadu, unit-unit tersebut akan diperiksa
oleh pengawas/tenaga ahli sebelum dipasang. Pembongkaran, pembersihan dan
pelumasan akan diperlukan bila paduan tersebut, harus ditempatkan dalam kondisi
yang bersih dan diberi pelumas secukupnya. Baut-baut dan skrup-skrup harus
dikencangkan secara mantap dan merata, harus diperhatikan agar ulir-ulir tidak
menerima tegangan berlebih, dengan memakan gaya berlebih atau kunci yang
panjangnya berlebih. Ulir-ulir semua baut, mur dan sekrup harus dilumasi sebelum
dipasang. Pada waktu menangani peralatan harus diperhatikan agar peralatan jangan
sampai jatuh terhempas, atau terseret. Bila perlu dipakai mata pengikat khusus untuk
pengangkatan. Peralatan sama sekali tidak boleh diangkat dengan kait atau rantai yang
dipasang pada poros atau bagian lain yang dapat bergerak. Tiap mesin atau unit
struktural diluruskan dengan tepat dengan memakai shim baja atau metoda lain yang
disetujui supaya tidak terjadi tekuk pada bagian yang tergerak atau distorse pada salah
satu bagian sebelum dipasang pada tempatnya. Pelurusan (alignment) semua bagian
terhadap satu sama lain harus tepat, dengan batas-batas toleransi yang diperlukan.
Masing-masing harus dipasang menurut ketinggian yang tepat seperti diperlihatkan pada
gambar. Semua blok dan pengganjalan yang dipakai untuk menahan pada waktu
instalasi bagian-bagian yang harus disemen, harus diangkat sebelum penyemenan
terakhir, kecuali jika diperintahkan lain oleh pengawas/tenaga ahli. Balok dan
pengganjalan yang ditinggalkan dalam pondasi atas persetujuan pengawas/tenaga ahli,
harus terbuat dari baja atau besi.
Semua pondasi dan pelat tumpuan mesin serta tumpuan peralatan lainnya pada
permukaan beton harus ditanam dalam spesi semen yang tidak susut dan bila perlu,
lubang-lubang inti untuk baut-baut angker harus sepenuhnya disemen dengan spesi
semen yang tidak susut. Spesi semen telah diluruskan sebelum bagian peralatan telah
diluruskan diratakan dan dikencangkan pada posisi akhirnya.

4.2.6 Manual Petunjuk Untuk Operasi dan Pemeliharaan


Selambat-lambatnya 60 hari sebelum instalasi dijalankan, kontraktor harus
menyerahkan kepada pengawas 6 (enam) set manual petunjuk operasi dan
pemeliharaan untuk masing-masing lapangan, dalam bahasa Indonesia yang meliputi
tiap peralatan atau susunan peralatan yang termasuk dalam kontrak.
Tiap manual harus dijilid menjadi beberapa jilid, masing-masing harus lengkap dengan
indeks dan memakai penjilidan yang kokoh.

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 92


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

Kontraktor tidak boleh menyampaikan data sebelum seluruh material yang diperlukan
telah dirakit dan diikat sebagaimana ditetapkan. Manual itu berisi :
a). Jadwal perlumasan
b). Prosedur dan jadwal pemeliharaan preventif yang dianjurkan
c). Suku cadang yang dianjurkan untuk pemeliharaan peralatan selama 5 (lima) tahun
operasi normal
d). Daftar-daftar bagian-bagian peralatan, dengan judul dan nomor identifikasi lengkap
dengan pandangan yang diperbesar untuk tiap susunan
e). Instruksi bongkar pasang
f). Nama dan lokasi pemasok terdekat dengan tempat-tempat suku cabang
g). Prosedur untuk mengatasi gangguan, pengujian dan untuk start (menghidupkan).
Di samping itu, instruksi operasi harus berisi cetakan diagram sirkuit as-built yang
dapat diproduksi, skema-skema dan gambar instalasi yang diperlukan untuk bagian
elektris dan instrumentasi dari spesifikasi ini. Kumpulan brosur dari produsen, lembar-
lembar instruksi, bagan-bagan dan lain-lain tidak akan diterima sebagai pengganti
manual instruksi operasi dan pemeliharaan, tetapi dapat diterima sebagai tambahan.

4.2.7 Suku Cadang Umumnya


Kontraktor harus menyediakan satu set suku cadang yang mungkin akan diperlukan
untuk pemeliharaan instalasi selama jangka waktu 5 (lima) tahun operasi normal.
Semua suku cadang harus baru, belum pernah dipakai, dan harus tepat dapat
menggantikan suku cadang yang sudah dipakai dan harus ditangani serta dipak untuk
penyimpanan jangka lama dalam kondisi cuaca setempat. Tiap suku cadang harus
ditandai dengan jelas atau diberi label pada bagian luar packing-nya, dengan uraian
dan gunanya jika lebih dari satu suku cadang dipak dalam satu kotak maka harus diberi
uraian umum mengenai isinya pada bagian luar kotak tersebut, serta satu daftar
terinci. Semua kotak atau packing-packing lain harus diberi tanda dan nomor dengan
cara yang disetujui untuk tanda pengenal. Semua kotak harus dibuka untuk diperiksa
oleh pengawas/tenaga ahli bilamana dikehendaki dan harus di desain sedemikian
sehingga pembukaan dan pengepakan kembali dapat dilakukan dengan mudah.
Dalam penawaran harus disertakan satu daftar lengkap mengenai suku-suku cadang.
Kontraktor harus mengganggap rekomendasi dari produsen sebagai persyaratan
minimum.

4.2.8 Pemeriksaan dan Test

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 93


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

Semua mesin-mesin berikut perlengkapannya harus diperiksa dan diuji coba di pabrik
sebelum dikirim. Setelah pemasangan mesin-mesin selesai, Kontraktor harus mengetes
ulang di lapangan/di lokasi. Semua uji coba harus mendapat persetujuan
pengawas/tenaga ahli.
Kontraktor harus bertanggung jawab tentang uji coba di pabrik atau di lokasi, dan harus
dapat memperlihatkan kefungsian masing-masing peralatan pada pengawas/tenaga
ahli.
Pengawas/tenaga ahli harus diperbolehkan untuk memeriksa semua peralatan/mesin-
mesin pada saat diuji coba. Sertifikat kalibrasi instrumen/alat-alat ukur yang dipakai
dalam pengetesan ini harus mendapat persetujuan dari pengawas/tenaga ahli. Jika
selama uji coba di pabrik dan di lokasi terdapat cacat maka kontraktor harus mengganti
komponen yang cacat tersebut dan menguji coba ulang.
Kontraktor harus menyerahkan hasil uji coba di pabrik maupun di lokasi (4 copy) pada
pengawas/tenaga ahli. Semua tenaga kerja, peralatan uji coba dan kalibrasi
peralatan/alat ukur yang dipakai pada pengetesan (di pabrik/di loksi) maupun biaya
pengetesan merupakan tanggung jawab atau disediakan oleh kontraktor.
Semua pompa harus di uji coba sesuai dengan standar yang berlaku misalnya ISO,
meliputi kondisi berikut ini :
a). Semua pompa digerakkan oleh motor listrik
b). Prosedur uji coba harus mendapat persetujuan dari pengawas/tenaga ahli
c). Semua pompa harus diuji coba pada 4 (empat) atau lebih kondisi kerja, yaitu :
- Kapasitas nol
- Kapasitas nominal
- Kapasitas maksimal yang diperbolehkan
- Kapasitas minimal yang diperbolehkan
d). Karakteristik masing-masing pompa yang harus diuji coba meliputi :
- Kapasitas aliran air
- Head
- Efisiensi
- Daya listrik yang diserap
e). Semua motor listrik harus diuji coba sebelum dikirim, sedangkan prosedur uji coba
motor listrik di pabrik, sesuai dengan standar yang berlaku di negara asal
(pembuat motor listrik).
Sertifikat uji coba pabrik tentang performance dan natural motor listrik harus
diserahkan pada pengawas/tenaga ahli. Semua motor listrik yang bekerja atas dasar

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 94


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

otomatis harus diuji coba fungsinya. Kontraktor harus melakukan uji coba tentang
tata nama isolasi motor pada masing-masing jasanya dengan arde (IEC 34).
f). Setelah pompa berikut perlengkapannya dipasang, karakteristik yang sama pada
saat pompa diuji coba di pabrik harus diuji coba kembali di lokasi.
g). Uji coba tahanan isolasi pada masing-masing motor listrik antara phase dengan
arde (IEC 34), jika harga tahanan isolasi motor listrik jauh di bawah harga tahanan
pada saat diuji coba di pabrik maka kontraktor harus memperbaiki motor tersebut
dengan cara pengeringan yang biasa dipakai.
h). Pengujicobaan lain meliputi, arah rotasi, kelurusan sumber poros motor, dan
setelah pompa bekerja selama 4 jam perlu diperiksa suara maupun getaran dan
juga temperatur yang timbul pada sistem bantalan dan pemanasan lokal pada
motor winding.

4.2 Pekerjaan Elektrikal

4.2.1 Umum
Berikut ini hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan elektrikal secara umum, antara
lain:
a. Pekerjaan-pekerjaan yang tercakup dan spesifikasi teknis ini meliputi penyediaan
seluruh pekerjaan, perlengkapan, peralatan dan melaksanakan seluruh pekerjaan
sistem listrik; service yang menyangkut disain; konstruksi; pengujian; penyerahan
dan pemeliharaan sistem instrumentasi.
b. Gambar-gambar dan spesifikasi adalah merupakan bagian yang saling melengkapi
dan sesuatu yang tercantum didalam gambar dan spesifikasi bersifat mengikat.
c. Seluruh pekerjaan instalasi listrik yang akan dilaksanakan harus dikerjakan oleh
orang yang mempunyai bidang keahlian dalam bidang tersebut, dan mempunyai
reputasi yang baik, berpengalaman dalam bidangnya, serta perusahaan tersebut
terdapat sebagai instalasi resmi PLN dengan memegang pas instalasi kelas tertinggi
(B) yangmasih berlaku untuk tahun terakhir yang berjalan.
d. Seluruh pekerjaan instalasi harus dikerjakan menurut peraturan umum instalasi
listrik (PUIL) di Indonesia/ Peraturan PLN edisi yang terakhir sebagai petunjuk dan
juga-peraturan yang berlaku pada daerah setempat dan standar-standar/kode
lainnya yang diakui.

4.2.2 Lingkup Pekerjaan

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 95


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

Pekerjaan yang tercakup dalam spesifikasi teknis ini meliputi penyediaan seluruh
perlengkapan dan material dan pengadaan seluruh peralatan, tenaga kerja,
perlengkapan dan pelaksanaan seluruh operasi dan service yang menyangkut disain,
konstruksi, pengujian, penyerahan dan pemeliharaan sistem instrumentasi dan listrik
yang semuanya harus sesuai dengan spesifikasi teknis ini dan dengan gambar-gambar
serta persyaratan dan kondisi kontrak.
Pekerjaan dibatasi pada pemasangan instalasi listrik, panel listrik dan kelengkapannya
sedang untuk penyambungan daya ke panel utama (Main Dstribution Panel/MDP),akan
menjadi tugas dan tanggung jawab Pemerintah Kota Pamekasan.

4.2.3 Peraturan dan Ketentuan yang Berlaku


Seluruh instalasi harus memenuhi persyaratan-persyaratan dan peraturan-peraturan
berikut ini :
a. Seluruh peraturan yang dikeluarkan oleh PLN setempat.
b. Semua standar, peraturan dan ketentuan yang berlaku yang dikeluarkan oleh
Nederlands Normalisatie Institute (NSI) khususnya NEN 1010. Peraturan-peraturan
untuk instalasi bertegangan rendah (tidak melampaui 500 V) dan NEN 1014,
rekomendasi untuk sistem perlindungan terhadap petir. Seluruh material dan
peralatan harus memenuhi persyaratan-persyaratan berikut :
 Semua peraturan yang dikeluarkan oleh PLN.
 Standar yang dikeluarkan oleh Comite Europeen des Normes Electro
Technique (CENELEC) atau, jika tidak ada standar demikian, standar dari
International Electrical Commision (IEC) atau jika tidak ada, pedoman-
pedoman NNI yang dapat diterapkan.
 Peraturan Umum Instalasi Listrik Indonesia (PUIL 2000). Kontraktor harus
mendapatkan informasi seluas-luasnya guna memenuhi persyaratan di atas.
Bilamana terdapat ketidaksesuaian/pertentangan antara satu pedoman dengan
pedoman lainnya yang tersebut di atas, maka keputusan pengawas/tenaga ahli
mengenai pedoman mana yang harus diterapkan akan menjadi ketentuan
akhir.

4.2.4 Gambar-Gambar
Spesifikasi ini harus dibaca bersama dengan gambar-gambar yang diusulkan oleh
kontraktor. Kontraktor harus selalu membuat pencatatan kabel dan gambar-gambar
guna memberikan detail-detail yang persis dari rencana seluruh kabel bawah tanah
termasuk penampang-penampang lokasi relatif semua kabel.

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 96


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

Pencatatan dan gambar-gambar ini dalam bentuk asli atau satu copy harus diserahkan
kepada pengawas/tenaga ahli untuk memperoleh persetujuannya dan setelah disetujui
menjadi milik pengawas.
Kontraktor harus membuat semua diagaram garis tunggal yang diperlukan, gambar-
gambar rencana letak peralatan, diagram-diagram elementer, diagram-diagram
penyambungan satu sama lain (interconnection), gambar-gambar letak kabel kontrol
dan gambar-gambar rencana letak panel pengontrol yang berhubungan dengan sistem
instrumentasi elektris.
Pada saat penyerahan penawaran kontraktor harus menyertakan diagram-diagram garis
tunggal (single line diagram), gambar-gambar rencana letak peralatan, dan daftar
material untuk pekerjaan ini secara lengkap. Daftar tersebut harus mencantumkan
pabrikan dan merek kelas material.

Gambar-gambar dasar diperlukan untuk :


a) Alat penghubung dan pembagi 380/220 V.
b) Data komponen.
c) Panel-panel pengontrol.
Gambar-gambar ini harus memberikan informasi yang memadai untuk mengevaluasi
cocok tidaknya material yang diusulkan, apakah memenuhi spesifikasi ini atau tidak dan
harus meliputi :
a) Tampak muka, samping, belakang dan atas
b) Lokasi jalan masuk konduit dan pelat-pelat akses
c) Data komponen
d) Diagram hubungan, diagram terminal, diagram hubungan elektrik intern, ukuran
konduktor, dan lain-lain
e) Metoda pengangkeran.
Data katalog harus diserahkan guna melengkapi daftar peralatan bersama dengan
penawaran dan gambar-gambar kerja. Potongan-potongan kata1og, buletin, brosur-
brosur dan lainnya yang sejenis atau photo copy dari halaman-halaman yang terpakai
harus diserahkan bagi material yang tidak dimintakan gambar kerjanya. Contohnya
adalah sakelar tekan, sakelar apung, elektroda.

4.2.5 Label dan Penandaan Peralatan

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 97


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

Setiap papan distribusi harus dilengkapi dengan daftar sirkuit. Untuk tiap sirkuit harus
diperlihatkan penandaan dan nomor dari alat-alat yang memakai arus listrik pada
sirkuit dan ukuran serta jenis sekering.
Setiap sakelar jarak jauh yang berada diluar pandangan sirkuit yang dikontrolnya harus
mempunyai sebuah label terpasang yang menyatakan fungsi presisinya serta nomor
sirkuit. Semua label harus dibuat dari Traffolyte yang dilaminasi atau yang sejenis,
penulisan harus memakai huruf berwarna hitam di atas lakar putih.
Detail-detail pensil pada daftar kertas tidak akan diperbolehkan. Bagian-bagian yang
mengandung transformator bertegangan tinggi dan ruang yang berisi alat penghubung
dan pembagi bertegangan tinggi atau ujung-ujung kabel harus ditandai dengan
peringatan/tanda bahaya sebagaimana dipakai oleh PLN.

4.2.6 Suplai Tenaga Listrik


Tenaga listrik akan disuplai oleh PLN dengan memnfaatkan sambungan sambungan
listrik yang ada, dan bila diperlukan dapat dilakukan penambahan daya yang akan
menjadi tanggung jawab Pemerintah Kota Pamekasan. Kebutuhan besarnya daya listrik
disesuaikan dengan rencana pengembangan. Sambungan daya harus dapat melayani
panel bangunan, pompa resirkulasi, lampu penerangan yang akan dibangun di TPA
Angsanah. Selain Suplai listrik dari PLN, Pemerintah Kota Pamekasan juga dapat
menyediakan fasilitas genset (generator set).

4.2.7 Pekerjaan Instalasi Listrik


a. Instalasi listrik dipasang sampai menyala.
b. Saklar dinding harus merupakan tipe untuk pasangan rata dinding dengan merk
setara Clipsal, Legrand Panasonic.
c. Semua instalasi harus tertanam di dalam tembok dan untuk diatas plafon kabel
harus dibungkus dalam pipa.
d. Penyambungan harus dilakukan dalam kotak-kotak. Kabel-kabel disambung sesuai
dengan warna-warna atau namanya masing-masing.
e. Setiap saluran kabel dalam bangunan dipergunakan pipa conduit minimum  5/8”
dan setiap percabangan harus menggunakan junction box yang sesuai.
f. Ujung pipa kabel yang masuk dalam panel dan junction box harus dilengkapi dengan
socket sehingga pipa tidak mudah dicabut dari panel.
g. Semua panel listrik dengan merk Merlin Gerin.

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 98


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

h. Jenis kabel yang digunakan untuk tegangan rendah yaitu tipe NYY, NYFGBY, NYA,
dan harus sesuai standar SII dan SPLN dengan merk setara Supreme, sebelumnya
ditunjukkan kepada Pengawas.
i. Untuk instalasi penerangan dan stop kontak umumnya dipasang kabel NYA atau NYM
dengan penampang 2,5 mm2 dengan conduit PVC.
j. Stop kontak biasa dipakai satu phase, dipasang rata dinding setinggi 30 cm atau
150 cm dari lantai dengan merk setara Broco.
k. Stop kontak khusus yang dipakai adalah stop kontak satu atau tiga phase dan harus
mempunyai terminal phase netral dan pentanahan.
l. Syarat kualitas, jenis, dan ukuran harus dipasang sesuai gambar.
m. Harus dilakukan pengujian atau pengetesan kekuatan tegangan dan tahanan isolasi
sebelum diserahterimakan.

4.2.8 Perkabelan
a. Kontraktor harus mensuplai, memasang dan menghubungkan semua kabel
sebagaimana diperlukan dalam disain sedemikian sehingga seluruh sistem elektris
dan instrumentasi akan beroperasi sepenuhnya dalam segala hal. Seluruh type
kabel, tingkat voltase dan ukuran-ukuran harus dipasang sesuai diukur pada
pengujian kabel dipabrik. Kontraktor bertanggung jawab untuk mempertahankan
spesifikasi kabel seperti diukur pada pengujian kabel di pabrik. Penyimpanan,
penanaman, instalasi dan penyambungan semua jenis kabel harus benar-benar
sesuai dengan rekomendasi vendor.
b. Kontraktor harus menetapkan pengaturan fasa sistem elektris PLN dan selanjutnya
mempertahankan pengaturan fasa tersebut.
c. Kontraktor harus mempekerjakan tenaga yang ahli dalam penyambungan kabel,
jika perlu dari suatu perusahaan khusus, untuk melaksanakan penyambungan dan
pengaturan hubungan sebagaimana diperlukan.
Kontraktor harus menyerahkan daftar pengalaman setiap tenaga ahli yang
diusulkan kepada pengawas/tenaga ahli untuk mendapatkan persetujuan. Bilamana
dibuat sambungan solder, maka solder harus mempunyai titik leleh 180° C atau
lebih, jika tidak harus dipakai sambungan kerut (crimped connection). Semua
sambungan kabel dan pemotongan kabel harus dilaksanakan sesudah terlebih dulu
dipasang gelang penekan (gland) kabel yang sesuai.
d. Sesudah pemotongan, ujung-ujung kabel harus segera disegel untuk menghindari
pengaruh udara lembab, sampai dibuat hubungan yang permanen.

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 99


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

e. Semua gelang penekan harus dari jenis kompresi (dengan kompresi terpisah
pada sarung dalam, perisai dan sarung luar), tahan cuaca dan tidak tembus air. Ban
pengikat ke tanah yang merupakan bagian kabel harus diikatkan ke tanah. Bila
kabel mempunyai sarung PVC luar, maka gelang penekan harus diberi selubung
PVC.
f. Semua inti pengontrol, kabel alarm dan signal harus ditandai dengan gelang
bermotor atau berhuruf pada kedua tepi terminal alat, yang menunjukkan nomor-
nomor sirkuit. Semua kabel harus ditandai dengan nomor kabel masing-masing,
yang dicap pada suatu label kuningan dan dipasang pada kabel di tiap ujung gelang
penekan (gland). Di samping itu label-label timbul harus dipasang pada kabel-kabel
di bawah tanah pada interval 30 meter dan pada kedua sisi kabel dan pada
sambungan-sambungan.

4.2.9 Sistem Jaringan


Sistem jaringan listrik direncankan dengan tegangan 380 V/220 V, 50 Hz, 3 phase 5
Kwatt.

4.2.10 Sistem Distribusi 380 V


Kontraktor harus mensupply, memasang dan menghubungkan sistem distribusi dan
supply tenaga listrik 380 V selengkapnya, termasuk perkabelan yang diperlukan, dengan
kualifikasi sebagai berikut :
a. Desain sesuai gambar-gambar meliputi peralatan utama dan alat-alat lain untuk
stasiun pompa semua beban yang ada. Kontraktor harus melengkapi desain ini dan
selanjutnya menyertakan dalam penawaran pensuplaian, instalasi dan hubungan
alat-alat lainnya yang diperlukan untuk melengkapi desain proses pengolahan.
Kontraktor selanjutnya harus menyatakan bahwa beban yang diizinkan yang tertera
pada motor-motor dan alat-alat/ beban-beban lainnya sama dengan pada gambar.
Jika tidak maka ukuran-ukuran kabel harus dipilih sesuai dengan kriteria berikut :
 Kapasitas pengaliran arus dari kabel-kabel harus ditetapkan sesuai dengan
tabel-tabel dari produsen, tetapi setelah menerapkan faktor penurunan beban
yang diizinkan (derating factor) sebagaimana diberikan dalam tabel berikut,
pemilihan harus berdasarkan temperatur lingkungan sebesar 40 C dan tanah-
tanah termis 200.
 Kapasitas kabel diatas tersebut harus sama atau lebih besar dari beban yang
diizinkan dari sekering proteksi kabel / setting dari relai arus lebih.

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 100


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

 Penurunan volatase pada tabel, dihitung dari terminal panel utama ke terminal
motor tidak boleh melampaui 5 %. Demikian juga penurunan voltase ke alat
penerangan tetap tidak boleh melampaui 2 %.
b. Semua pusat pengontrol motor harus diberi ruang cadangan ± 10 %.
c. Kedua pemutus arus udara masuk dari alat pembagi dan penghubung bervoltase
rendah harus dikaitkan secara elektris guna mencegah operasi pararel pada kedua
supply listrik tersebut.
Bila pemutus arus tersebut bertipe tabung cetak maka harus dikaitkan secara mekanis
juga. Hal tersebut tetap berlaku baik dimana supply tenaga listrik berasal dari dua
genset (dengan satu cadangan) atau dari PLN dengan satu genset cadangan. Putusnya
aliran pada saluran utama harus ditandai dengan alarm yang terlihat dan terdengar.

4.2.11 Grounding dan Bonding (Penghantaran ke Tanah dan Ikatan)


Yang berikut ini harus disediakan :
a. Ring tertutup dari tembaga ulin 50 mm dengan selubung PVC, kabel grounding
utama, yang melewati semua bangunan pada instalasi sistem dan kantor. Dalam
ring ini harus tercakup satu titik hubungan tanah atau lebih dengan cara dua
hubungan.
b. Tiap titik hubungan tanah harus terdiri dari sejumlah elektroda hubungan tanah
yang cukup untuk menjamin adanya tahanan ke tanah sebesar 5 ohm per titik.
Elektroda tanah harus diberi jarak minimum dua kali kedalaman benam. Titik-titik
hubungan ke tanah harus dibuat untuk memungkinkan pemeriksaan hubungan.
c. Semua struktur metal yang tidak mengandung arus, termasuk batang tanah dari
semua alat penghubung dan pembagi, titik-titik netral peralatan mekanis, harus
dihubungkan masing-masing ke kabel ring tanah dengan memakai kabel tembaga
ulirn25 mm berselubung PVC, atau untuk peralatan listrik dengan kabel penghantar
arus tidak lebih dari 10 mm , dengan memakai kabel tembaga ulin 10 mm
berselubung PVC. Hubungan bawah tanah kering utama harus memakai tipe las
thermis dan harus dilapisi epoxy sebelum ditutup kembali. Semua flens pekerjaan
pipa harus diikat menjadi satu dengan memakai kabel tembaga berselubung PVC.
Hubungan dengan peralatan harus memakai lugs (sepatu kabel) dilas thermis pada
kabel dan dibaut pada alat dengan tidak memakai baut pondasi. Hubungan dengan
konstruksi baja yang permanen harus memakai tipe las thermis.

4.2.12 Sistem Kontrol, Indikasi dan Instrumentasi

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 101


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

a. Bagian spesifikasi teknis ini menguraikan persyaratan umum dan fungsional untuk
pengontrol motor pompa, berbagai indikasi sistem dan instrumen-instrumen.
Lingkupnya mencakup (tapi tidak terbatas pada) hal-hal berikut :
 Indikasi dan pengontrol motor pompa
 Panel pengontrol pada rumah generator
 Perkabelan dan kawat yang diperlukan sehubungan dengan sistem subyek
 Perpipaan dan tabung-tabung instrumen
 Instrumen-instrumen lain.
b. Pompa-pompa
Pompa-pompa harus dilengkapi dengan :
 Pada bagian yang relevan dari pusat pengontrol motor, untuk tiap pompa satu
tombol tekan start berwarna hijau, tombol tekan stop berwarna merah dan
indikasi on/off dengan nyala hijau (on), nyala merah (off) dan suatu indikator
digital pencatat jam operasi.
 Pada tiap pompa sebuah tombol tekan warna merah yang harus bisa dikunci
dalam posisi stop.
 Semua pompa harus dapat berhenti melalui pressure swicth dengan cara ini,
sistem ini harus dapat beroperasi secara automatik dan secara manual pada
saat tekanan tinggi.
 Pompa yang beroperasi pertama harus bisa beroperasi secara bergantian, agar
pompa tersebut tidak selalu beroperasi pertama kali. Maka sistem ini harus
dapat diprogram untuk penyalaan secara bergantian dengan jangka waktu 1
(satu) minggu sekali.
 Letak masing-masing pompa jaraknya berdekatan, maka pada masing- masing
pompa dilengkapi dengan panel kontrol. Kemudian dihubungkan ke panel kontrol
utama yang diletakkan di bangunan ruang genset.
 Start dan stop otomatis dengan memakai sakelar taraf (level).
 Pada motor, sebuah sakelar pemilih yang otomatis.
c. Kontraktor harus menyediakan semua pengontrol dan indikator yang ditetapkan,
sebagaimana diperlukan untuk memudahkan pemeriksaan terhadap status operasi
berbagai pompa dan peralatan mekanis yang berhubungan dengan proses.
Dalam merencanakan fasilitas ini, kontraktor harus mematuhi persyaratan-
persyaratan berikut :
 Motor-motor yang memakai peralatan start di lokasi lain dari pada pompa, harus
dilengkapi dengan tombol tekan stop pada pompa tersebut.

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 102


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

 Motor-motor yang dapat dihidupkan (start) di tempat yang lain daripada pompa
harus dilengkapi dengan tombol tekan stop yang dapat dikunci pada pompa
tersebut.
 Status operasi pompa dan atau peralatan, yang sangat penting untuk mutu air
yang sudah diolah, harus ditunjukkan dengan tanda pada panel pengontrol
dalam bangunan utilitas. Kerusakan pada sistem ini harus diberitahukan dengan
alarm pada panel ini.
 Lokasi berbagai posisi pengontrol motor harus dipilih sedemikian sehingga
memudahkan operasi rutin setiap hari.
d. Hal-hal berikut ini harus disediakan :
 Pada MCC (Pusat Pengontrol Motor) untuk pompa yang ada.
 Sebuah alarm yang dapat didengar dan dilihat, untuk menunjukkan tinggi muka
air/lumpur dalam bak.
 Semua alarm yang mengeluarkan bunyi harluc dilengkapi dengan tombol untuk
mematikannya, sedangkan-lampu indikator merah harus tetap menyala sampai
kondisi gangguan diperbaiki. Lampu merah indikator tersebut harus merupakan
lampu putar yang dipasang di atas MCC yang bersangkutan.
 Semua perkabelan dan kawat-kawat harus dipasang dan diputus sesuai dengan
persyaratan yang diberikan dalam paragraf "Perkabelan".

4.2.13 Kabel-Kabel
Kabel-kabeal bervoltase tinggi harus diberi kawat tembaga, isolator XLPE (cross linked
polyethylene) dan selubung luar PVC. Kabel dengan tiga inti harus diberi perisai kawat
baja di bawah selubung luar sedangkan kabel satu inti tidak perlu. Semua kabel harus
cocok untuk voltase terminal 12/20 KV.

4.2.14 Instrumen
Pompa air atau lumpur harus dilindungi terhadap air rendah dengan sebuah sakelar
yang dioperasikan terapung dan dipasang pada dinding ruang endap pompa,
sebagaimana ditunjukkan dalam gambar. Tiap pompa harus mempunyai sakelar taraf
rendahnya sendiri. Sekelar taraf rendah tidak boleh dipakai untuk langsung mematikan
pompa.
Pelampung harus dibuat dari baja tahan barat AISI 316. Rumah sakelar harus dibuat dari
baja tahan karat AISI 316 atau kuningan. Pelampung harus dihubungkan dengan rumah
sakelar melalui batang baja tahan karat AISI 316 dan engsel. Sakelar harus bertipe
magnetis.

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 103


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

4.2.15 Pekerjaan Lain-lain


a. Setelah pekerjaan selesai menjelang diadakan penyerahan bangunan, Pemborong
harus mengadakan pembersihan lapangan baik di dalam maupun di luar bangunan
dan sekitar site tersebut.
b. Semua pekerjaan yang dilaksanakan pada bangunan ini walaupun ada bagian yang
tidak tersebut dalam bestek ini, dan gambar-gambar detail yang bersangkutan akan
tetapi merupakan penyelesaian kesatuan pekerjaan ini adalah kewajiban
Pemborong untuk melaksanakannya atas perintah Pengawas/Konsultan Pengawas.

4.2 Pekerjaan Lain-Lain


a. Segala peraturan yang tercantum dalam bestek ini dan gambar-gambar serta risalah
Aanwijzing merupakan lampiran dari kontrak yang tidak dapat dipisahkan dan
merupakan satu kesatuan, untuk hal ini Kontraktor dianggap mengerti.
b. Peralatan-peralatan tambahan yang diperlukan, walaupun tidak digambarkan atau
disebutkan dalam Spesifikasi ini, haru disediakan oleh Kontrator, sehingga Instalasi
dapat bekerja dengan baik dan dapat dipertanggung jawabkan tanpa tambahan
biaya.
c. Kontraktor harus memintakan Ijin-ijin yang diperlukan dalam pekerjaan fisik ataupun
instalasi atas tanggungan sendiri kepada Instansi berwenang yang terkait dengan
pekerjaan ini.
d. Bagian-bagian yang termasuk dalam pekerjaan yang secara teknis tidak dapat
dipisahkan/diabaikan/dihilangkan, tetapi belum disebutkan dalam bestek/gambar,
tetap harus dilaksanakan Kontraktor tanpa biaya tambahan hingga sistem yang
dilaksanakan tersebut berfungsi dengan baik.
e. Bila ada hal-hal yang tidak tercantum dalam gambar kerja dan RKS sehingga
meragukan Kontraktor untuk melaksanakan pekerjaan, maka Kontraktor harus
menanyakan kepada Konsultan Pengawas segera untuk mendapatkan penjelasan dan
keputusan.
f. Apabila terdapat perbedaan spesifikasi bahan/material, maka yang dipakai adalah
spesifikasi bahan/material yang tertinggi/terbaik. Oleh sebab itu Kontraktor dan
Konsultan Pengawas diharuskan menginformasikan perbedaan ini kepada Konsultan
Perencana untuk dimintakan persetujuan sebelum kontrak kerja ditandatangani.
g. Dalam pelaksanaan pekerjaan seluruh sistem harus berjalan dengan baik. Kelalaian
Kontraktor yang mengakibatkan sistem tidak berjalan dengan baik sepenuhnya
menjadi tanggungjawab Kontraktor.

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 104


SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN IPLT KABUPATEN JEMBER

h. Uraian pekerjaan yang belum termuat dalam ketentuan dan syarat-syarat ini tetapi
didalam pelaksanaannya harus ada, maka pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan
setelah ada perintah tertulis dari Pejabat Pembuat Komitmen dan akan
diperhitungkan dalam pekerjaan tambah.
i. Apabila jenis pekerjaan yang semula diestimasi oleh Konsultan Perencana perlu
dikerjakan dan sudah termuat dalam Daftar Rencana Anggaran Biaya, tetapi menurut
pertimbangan Pemberi Tugas yang dapat dipertanggungjawabkan tidak perlu lagi
dilaksanakan, maka atas perintah tertulis dari Pemberi Tugas pekerjaan tersebut
tidak dilaksanakan dan akan diperhitungkan sebagai pekerjaan kurang.

SATUAN KERJA PELAKSANAAN PPW II PROVINSI JAWA TIMUR 105

Anda mungkin juga menyukai