Anda di halaman 1dari 15

ASPEK LEGAL DAN ETIK DALAM KEPERAWATAN GERONTIK LANSAI DAN

TUGA PERKEMBANGAN KELUARGA

OLEH

KELOMPOK 3 :
1. TRESA ERNIKA ANGLINA SITORUS
2. RINCE HOTNIDA SIHALOHO

STIKes SANTA ELISABETH MEDAN


T.A 2020 / 2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan gerontik adalah suatu pelayanan profesional yang berdasarkan ilmu
dan kiat/tekhnik keperawatan yang berbentuk bio-psiko-sosial-spritual dan kultural yang
holistic yang ditujukan kepada klien lanjut usia baik sehat maupun sakit pada tingkat
individu.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa etik keperawatan adalah istilah
yang digunakan untuk merefleksikan bagaimana seharusnya manusia berperilaku, apa
yang seharusnya dilakukan seseorang terhadap orang lain khususnya dalam memberikan
suatu pelayanan profesional yang berdasarkan ilmu dan kiat/tekhnik keperawatan yang
berbentuk bio-psiko-sosial-spritual dan kultural yang holistic yang ditujukan kepada klien
lanjut usia baik sehat maupun sakit pada tingkat individu

Pada tahun 2000 jumlah lansia di Indonesia diproyeksikan sebesar 7,28% pada
yahun 2020 menjadi sebesar 11,34 % (BPS, 1992). Berdasarkan data Biro Sensus
Amerika memperkirakan Indonesia akan mengalami pertambahan warga lansia terbesar
di seluruh dunia pada tahun 1990-2025, yaitu sebesar 414% ( Kinsella dan Taeuber, 1993
).
Menurut Dinas Kependudukan Amerika Serikat (1999), jumlah populasi lansia 60 tahun
atau lebih diperkirakan hamper mencapai 600 juta orang dan diproyeksikan akan menjadi
2 milliar pada tahun 2050, pada saat itu lansia akan melebihi jumlah populasi anak ( 0-
14 ). Proyeksi penduduk oleh Biro Pusat Statistik menggambarkan bahwa antara tahun
2005-2010 jumlah lansia akan sama dengan jumlah anak balita, yaitu sekitar 19 juta jiwa
atau 8,5% dari seluruh jumlah penduduk.

Pada sebuah provinsi di Cina disebutkan terdapat populasi lansia yang sebagian
berusia lebih dari 100 tahun masih hidup dengan sehat dan sedikit prevalensi
kepikunanny. Menurut mereka, rahasianya adalah menghindari makanan modern, banyak
mengkomsumsi sayur an buah. Aktivitas fisik yang tinggi, sosialisasi dengan warga
lainnya, serta hidup ditempat yang sangat bersih dan jauh dari populasi udara.
Hal ini merupakan tantangan bagi kita semua untuk dapat mempertahankan kesehatan
dan kemandirian para lansiaagar tidak menjadi beban bagi dirinya, kelurag maupun
masyarakat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah yang disimpulkan adalalah :


1. Apa saja Aspek legal dan etik dalam keperawatan gerontik lansia dan tugas
perkembangan keluarga ?
2. Bagaimana Masalah legal yang berpengaruh pada lansia?
3. Apa saja Strategi pencapaian kesehatan mental untuk masa tua dan sukses ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Aspek legal dan etik dalam keperawatan gerontik lansia dan tugas
perkembangan keluarga
2. Untuk mengetahui Masalah legal yang berpengaruh pada lansia
3. Untuk mengetahui Strategi pencapaian kesehatan mental untuk masa tua dan sukses
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. ASPEK LEGAL DAN ETIK DALAM KEPERAWATAN GERONTIK


1. Aspek legal keperawatan gerontik
Aspek legal yaitu peraturan perundang-undangan yang berlaku di : Indonesia.
UU RI No 13 Th 1998, tentang kesejahteraan lansia (GBHN’98-2003). Undang-
undang nomor 4 tahun 1965 tentang Pemberian bantuan bagi Orang Jompo (Lembaran
Negara Republik Indonesia tahun 1965 nomor 32 dan tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia nomor 2747). Salah satu pasalnya berbunyi “seseorang dapat
dinyatakan orang jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55
tahun, tidak mempunyai pekerjaan atau tidak mencari nafkah sendiri untuk keperluan
hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain.”
Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 ini berisikan antara lain :
a) Hak, kewajiban, tugas dan tanggung jawab pemerintah, masyarakat dan kelembagaan.
b) Upaya pemberdayaan.
c) Uaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia potensial dan tidak potensial.
d) Pelayanan terhadap Lanjut Usia.
e) Perlindungan sosial.
f) Bantuan sosial.
g) Koordinasi.
h) Ketentuan pidana dan sanksi administrasi.
i) Ketentuan peralihan.
Arah pembangunan : Peningkatan kualitas penduduk lansia untuk mewujudkan
integritas sosial penduduk lansia dengan masyarakat lingkungannya.
 Hak Lansia
1. Meningkatkan kesejahteraan sosial, meliputi :
a. Pelayanaan keagamaan dan mental spiritual.
b. Pelayanan kesehatan.
c. Kesempatan kerja.
d. Diklat.
e. Kemudahan dan penggunaan fasilitas, serta sarana dan prasarana
umum.
f. Mengamalkan dan mentransformasikan kemampuannya ke
generasi penerus.
g. Memberi keteladanan dalam segala aspek kehidupan untuk
generasi penerus.
2. Sama dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara.
 Kebijakan Khusus untuk Lansia
1. PBB NO 045/206 TH 1991 ; 1 Oktober “International Day For The Elderly’.
2. PERGERI (The Indonesian Society Of Gerontology, 14 Desember 1984).
3. GBHN 1993 : Lansia dapat didayagunakan untuk pembangunan.
4. HALUN : Mulai Th 1996, 29 Mei 1945, Radjiman Widiodiningrat (Lansia) :
“Perlu falsafah Negara (Pancasila), pandangan jauh ke depan dan wawasan luas.

2. ETIK KEPERAWATAN GERONTIK


Kode Etik dalam Praktik Keperawatan :
a. Tanggung jawab terhadap klien.
b. Tanggung jawab terhadap tugas.
c. Tanggung jawab terhadap sesama perawat.
d. Tanggung jawab terhadap profesi keperawatan.
e. Terhadap pemerintah, bangsa dan tanah air.
Hal yang Perlu Diperhatikan oleh Perawat berkaitan dengan kode etik :
a) Perawat harus memberikan rasa hormat kepada klien tanpa memperhatikan suku,
ras, golongan, pangkat, jabatan, status sosial, masalah kesehatan.
b) Menjaga rahasia klien.
c) Melindungi klien dari campur tangan pihak lain yang tidak kompeten, tidak etis,
praktik illegal.
d) Perawat berhak menerima jasa dari hasil konsultasi dan pekerjaannya.
e) Perawat menjaga kompetensi keperawatan.
f) Perawat memberikan pendapat dan menggunakannya.
g) Kompetensi individu serta kualifikasi dalam meberikan konsultasi.
h) Berpartisipasi aktif dalam meningkatkan standar professional.
i) Perawat melakukan kolaborasi dengan profesi kesehatan lain atau ahli dalam
rangka meningkatkan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat
termasuk lansia.
Prinsip Etika Keperawatan Lansia :
Beberapa prinsip etika yang harus dijalankan dalam pelayanan pada lansia adalah (Kane
et al, 1994, Reuben et al, 1996) :
a. Empati : Istilah empati menyangkut istilah “simpati atas dasar pengertian yang
dalam” artinya upaya pelayanan pada lansia harus memandang seseorang lansia
yang sakit dengan pengertian, kasih sayang dan memahami rasa penderitaan yang
dialami oleh penderita tersebut.
b. Non Malefience dan beneficence. Pelayanan lansia selalu didasarkan pada
keharusan untuk mengerjakan yang baik dan harus menghindari tindakan yang
menambah penderitaan. Sebagai contoh, upaya pemberian posisi baring yang
tepat untuk menghindari rasa nyeri, pemberian analgesik (kalau perlu) yang
cukup, pengucapan kata-kata hiburan merupakan contoh berbagai hal yang
mungkin mudah dan praktis untuk dikerjakan.
c. Otonomi yaitu prinsip bahwa seorang individu mempunyai hak untuk menentukan
nasibnya, dan mengemukakan keinginannya sendiri. Tentu saja hak tersebut
mempunyai batasan, tetapi dibidang geriatric hal tersebut berdasar pada keadaan,
apakah lansia dapat membuat keputusan secara mandiri dan bebas. Dalam etika
ketimuran, seringkali ini dibantu oleh pendapat keluarga dekat. Jadi secara hakiki,
prinsip otonomi berupaya untuk melindungi penderita yang fungsional masih
kapabel (sedangkan nonmalificence dan beneficence lebih bersifat melindungi
penderita yang inkapabel).
d. Keadilan yaitu prinsip pelayanan pada lansia harus memberikan perlakuan yang
sama bagi semua. Kewajiban untuk memperlakukan seorang penderita secara
wajar dan tidak mengadakan pembedaan atas dasar karakteristik yang tidak
relevan.
e. Kesungguhan hati yaitu suatu prinsip untuk selalu memenuhi semua janji yang
diberikan pada seorang lansia.
B. TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN LANSIA
Menurut Carter dan McGoldrick (1988), tugas perkembangan keluarga dengan
lansia adalah sebagai berikut .
 Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan.
Pengaturan hidup bagi lansia merupakan suatu faktor yang sangat penting
dalam mendukung kesejahteraan lansia. Perpindahan tempat tinggal bagi lansia
merupakan suatu pengalaman traumatis, karena pindah tempat tinggal akan mengubah
kebiasaan-kebiasaan yang selama ini dilakukan oleh lansia dilingkungan tempat
tinggalnya. Selain itu, dengan pindah tempat tinggal berarti lansia akan kehilangan teman
dan tetangga yang selama ini berinteraksi serta telah memberikan rasa aman pada lansia.
Kondisi ini tidak dialami oleh semua lansia, karena pindah tempat tinggal
yang telah dilakukan dengan persiapan yang memadai dan perencanaan yang matang
terhadap lingkungan baru bagi lansia, tentu akan berdampak positif bagi kehidupan lansia

 Pemeliharaan ikatan keluarga antargenerasi


Ada kecenderungan bagi lansia untuk menjauhkan diri dari hubungan
sosial, tetapi keluarga tetap menjadi fokus interaksi lansia dan sumber utama dukungan
sosial. Oleh karena lansia menarik diri dari aktifitas dunia sekitarnya, maka hubungan
dengan pasangan , anak-anak, cucu, serta saudaranya menjadi lebih penting.

 Meneruskan untuk memahami eksistensi usia lanjut.


Hal ini dipandang penting, bahwa penelaahan kehidupan memudahkan
penyesuaian terhadap situasi-situasi sulit yang memberikan pandangan terhadap kejadian-
kejadian dimasa lalu. Lansia sangat peduli terhadap kualitas hidup mereka dan berharap
agar dapat hidup terhormat dengan kemegahan dan penuh arti (Duvall,1977).
C. MASALAH LEGAL YANG BERPENGARUH PADA LANSIA
a. Tujuan perawatan meliputi:
1. Mempertahankan kesehatan serta kemampuan dari mereka yang usianya telah lanjut
dengan jalan perawatan,pencegahan.
2. Membantu mempertahankanserta membesarkan gaya hidup atau emangat hidup klien
lanjut usia.
3. Menolong dan merawat klien lanjut usia yang menderita penyakit atau mengalami
gangguan tertentu (kronis maupun akut).
4. Merangsang para petugas kesehatan (dokter,perawat) untuk dapat mengenal dan
meneggakkan diagnose yang tepat dan dini,bila mereka menjumpai suatu kelainan
tertentu.
5. Mencari upaya semaksimal mungkin,agar para klien lanjut usia yang menderita suatu
penyakut/gangguan,masih dapat mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa perlu
suatu pertolongan (memelihara kemandirian secara maksimal).

b. Landasan penanganan lanjut usia meliputi:

 UNDANG-Undang Dasar 1945,pasal 27 ayat 2 dan pasal 34.


 Undang-Undang No.9 tahun 1960, tentang Pokok-Pokok Kesehatan Bab 1
pasal 1 ayat 1.
 Undang-Undang No.4 tahun 1965, tentang Pemberian Bantuan Penghidupan
Orangtua.
 Undang-Undang no.5 tahun 1974, tentang Pokok-Pokok Pemerintah di
daerah.
 Undang-Undang No.6 tahun 1974, tentang ketentuan-Ketentuan Pokok
Kesejahteraan Sosial.
 Keputusan Presiden RI No.44 tahun 1974.
 Program PBB tentang lanjut usia, anjuran Kongres Internasional WINA tahun
1983.
 GBHN 1983/ Pelita IV.
 Keputusan Menteri Sosial RI No.44 tahun 1974, tentang Organisasi dan Tata
Kerja departemen sosial Propinsi.
 Undang-undang No.10 tahun 1992, tentang Perkembangan Kependudukan
dan Pembangunan Keluarga Sejahtera.
 Undang-Undang no.11 tahun 1992 tentang dana Pensiun.
 Undang-undang No.23 tahun 1992 tentang kesehatan.entang Garis-Garis
besar Haluan Negara
 Ketetapan MPR No.II/MPR/1993 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara.
 Keputusan Menteri Sosial RI No.27 tahun 1995 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Depertemen Sosial.
 Delapan jalur pemerataan dan pelayanan kesehatan.
 Hari Lanjut Usia Nasional yang dicanangkan oleh Bapak Presiden tanggal 29
Mei 1996 di semarang.
 Undang-Undang Kesejahteraan No. 13 tahun 1998, tentang Kesejahteraan
Lanjut Usia.

c. Beberapa alasan timbulnya perhatian kepada lanjut usia


Meliputi:
 Pensiunan dan masalah-masalahnya.
 Kematian mendadak karena penyakit jantung dan sroke.
 Meningkatnya lanjut usia.
 Pemerataan pelayanan kesehatan.
 Kewajiban Pemerintah terhadap orang cacat dan jompo.
 Perkembangan ilmu:
 Gerontology
 Geriatric
 Program PBB.
 Konferensi internasional di WINA tahun 1983.
 Kurangnya jumlah tempat tidur di rumah sakit.
 Mahalnya obat-obatan
 Tahun Lanjut Usia Internasional 1 oktober 1999.

d. Kegiatan asuhan keperawatan dasar bagi lanjut usia

Kegiatan ini menurut Depkes (1993 Ib), dimaksudkan untuk memberikan bantuan,
bimbingan, pengawasan, perlindungan, dan pertolongan kepada lanjut usia secara indovidu
maupun kelompok. Seperti di rumah/lingkungan keluarga, Panti werda maupun puskesmas, yang
diberikan oleh perawat. Untuk asuhan keperawatan yang masih dapat dilakukan oleh anggota
keluarga atau petugas sosial yang bukan tenaga keperawatan, diperlukan latihan sebelumnya atau
bimbimbingan langsung pada waktu tenaga keperawatan melakukan asuhn keperawatan di
rumah atau panti (Depkes,1993 1b).

e. Pendekatan perawatan lanjut usia


 PENDEKATAN FISIK

Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia dapat dibagi atas dua bagian, yakni:

 Klien lanjut usia yang masih aktif, dimana keadaan fisiknya masih mampu bergerak
tanpa bantuan orang lain, sehingga untuk kebutuhannya sehari-hari masih mampu
melakukan sendiri.
 Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun, dimana keadaan fisiknya
mengalmi kelumpuhan atau sakiy. Perawat harus mengetahui dasar perawatan klien
lanjut usia ini terutama tentang hal-hal yang berhubungan dengan kebersihan
perorangan untukmempertahankan kesehatannya.

 PENDEKATAN PSIKIS

Disini perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan


edukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter
terhadap segala segala sesuatu yang asing sebagai penampung rahasia yang pribadii dan
sebagai sahabat yang akrab. Perawat hendaknya memiliki kesabaran dan ketelitian dalam
memberikan kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk
keluhhan agar mereka merasa puas.

 PENDEKATAN SOSIAL

Menadakan diskusi dan tukar pikiran serta bercerita merupakan salah satu upaya perawat
dalam pendekatan sosial. Memberikan kesempatan untuk berkumpul bersama sesame klien
lanjut usia berarti menciptakan sosialisasi mereka. Jadi pendekatan sosial ini merupakan
suatu pegangan bagi perawat bahwa orang yang dihadapi adalah makhluk sosial yang
membutuhkan orang lain.

 PENDEKATAN SPIRITUAL

Perawat harus bisa memberikan kepuasan batin dalam hubungannya dengan tuhan atau
agama yang dianutnya, terutama bila klien lanjut usia dalam keadaan sakit,atau mendekati
kematian.

D. STRATEGI PENCAPAIAN KESEHATAN MENTAL UNTUK MASA TUA DAN


SUKSES

Teori aktivitas social tentang penuaan diperkirakan dapaat memberikan konstribusi paling besar
terhadap masa tua yang sukses. Teori ini mengemukakana bahwa lansia yang mengalami penuaan
optimal akan tetp aktif dan tidak mengalami penyusutan daklam kehidupan social mereka

Beberapa factor yang sangat penting yang berhubungan dengan kondisi pencapaian kesehatan
mental :

1. Kesehatan fisik
2. Aktivitas fisik
3. Aktifitas mental
4. Aktifitas social
5. Dukungan social
1. Kesehatan fisik
Dua factor yang utama yang mempengaruhi kesehatan mental adalah kesehatan fisik dan sumber
sumber keuangan. keduanya saling berhubungan karena kesehatan fisik yang optimum sering
berhubungan dengan jumlah uang yang telah dihabiskan oleh seseoerang dalam perawatan
kesehatan

 Strategi untuk masa tua yang sukses


a. Mempertahankan kesehatan dengan gaya hidup yang sehat
b. Berusaha untuk tetap aktif baik secara fisik maupun mental
c. Tetap mampu untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi terhadap perubahan
d. Mengembangkan minat minat yang baru
e. Berpartisipasi dalam aktifitas ( Kerja / sukarela )
f. Memiliki penghasilan yang adekuat untuk memenuhi KDM
g. Menghindari situasi yang dapat menimbulkan stress
h. Mempunyai otonomi dan tak tergantung
i. Melakukan apa yang diinginkan
j. Memiliki sesuatu yang ingin dicapai setiap hari

 10 kiat penuaan yang sehat


a. Makan makanan seimbang
b. Olahraga teratur
c. Melakukan pemeriksaan fisik secara teratur
d. Jangan merokok
e. Lakukan pengamanan di rumah untuk mencegah jatuh
f. Pertahankan kontak dengan keluarga dan teman teman dan tetap aktif melalui pekerjaan
rekreasi dan komunitas
g. Hindari pemajaman berlebihan terhadap matahari dan dingin
h. Jangan minum minuman beralkohol
i. Simpan catatan pribadi dan finansial
j. Pertahankan sikap positif terhdap kehidupan dan tetap menikmati kehidupan

2. Aktifitas fisik
 Salah satu komponen yang sangat menguntungkan dari program kesehatan mental adalah
olahraga
 olahraga yang rutin dengan pemanasan dan pendinginan lansia dapat mengharapkan
kemungkinan yang lebih besar untuk menjalani tahun tahun selanjutnya dengan kondisi kesehatan
yang baik
 aktifitas fisik yang dilakukan terutama diluar rumah dapat meningkatkan sikap mengurangi stress
dan kesepian , tidur lebih baik dan mencegah perasaan depresi
 Sinar matahari membantu penyerapan kalsium dan sangat penting membantu pencegahan

3. Aktifitas mental
 Pensiun
 Pekerjaan paruh waktu

4. Aktivitas social
 Aktivitas sukarela
a. Mereka saling memiliki waktu , kemampuan , pengalama kadang kadang keuangan pribadi
untuk terlibat dalam aktifitas berkaitan dengan kebijakan public
b. Banyak dari lansia memiliki spesialisasi pengetahuan dan pengalama professional untuk
mempengaruhi kebijakan public
c. Pelayanan sukarela akan membawa lansia pada perasaan dibutuhkan

 Hubungan seksual
a. Aktivitas seksual memungkinkan untuk dilakukan menyenangkan dan tidak boleh dianggap
sesuatu yang tidak biasa atau abnormal bagi pria dan wanita
b. Jika mereka tidak memiliki masalah kesehatan dan jika terdapat pasangan atau kondisi
lingkungan yang dapat memerima
c. Beberapa penyesuaian perlu dilakukan mengingat kondisi kadang kadang sentuhan
dan rangkulan merupakan bagian yang sangat penting dari suatu hubungan

5. Dukungan social
a. Komponen penting dari masa tua sukses dan kesehatan mental adalah adanya system
pendukung yang efektif
b. Sumber pendukung utama merupakan anggota keluarga ( Pasangan, anak anak , saudara
kandung atau cucu )
c. Sumber pendukung ( tetangga, teman dekat)
d. Beberapa lansia yang sebelumnya aktif ditempat ibadah biasanyan ingin melanjutkan
kegiatan religious

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Keperawatan gerontik adalah suatu pelayanan profesional yang berdasarkan ilmu
dan kiat/tekhnik keperawatan yang berbentuk bio-psiko-sosial-spritual dan kultural yang
holistic yang ditujukan kepada klien lanjut usia baik sehat maupun sakit pada tingkat
individu.
Aspek legal yaitu peraturan perundang-undangan yang berlaku di : Indonesia. UU
RI No 13 Th 1998, tentang kesejahteraan lansia (GBHN’98-2003). Undang-undang
nomor 4 tahun 1965 tentang Pemberian bantuan bagi Orang Jompo (Lembaran Negara
Republik Indonesia tahun 1965 nomor 32 dan tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia nomor 2747). Salah satu pasalnya berbunyi “seseorang dapat dinyatakan orang
jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak
mempunyai pekerjaan atau tidak mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya
sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain.”

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan.
Untukitu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
untukmelengkapi makalah ini. Semoga bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

1. Darmojo, Boedhi, dan Martono, Hadi. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia
Lanjut), Edisi 2. 2000. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
2. Nugroho, Wahjudi. 2000. Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta: EGC.
3. R, Rully. 2002. Fasilitas dan Pelayanan Kesehatan Lansia di RSU dalam Perspektif
HAM. Jakarta: Harian Suara Pembaharuan.
4. SKM, Hardiwinoto, Stiabudi, Tony. Pandaun Gerontologi, Tinjauan Dari Berbagai
Aspek. 2005. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
5. Anonim.2016.Http://repository.unhas.ac.id/bitsream/handle/123456789/6604
/Buku%2520Kerja%2520Praktek%2520Profesi%2520Keperawatan
%2520Gerontik.pdf diakses pada 10 Okt 2017 pukul 19:00 WIB

Anda mungkin juga menyukai