Anda di halaman 1dari 35

MENURUNKAN RESIKO CEDERA AKIBAT JATUH KAPERAWATAN

KESEHATAN DI RUMAH SAKIT

OLEH :

1. Meldawati Sitanggang

2. Maria Utary Sea Putri

3. Togi Marito Santa Monika Manullang

DIII KEPERAWATAN

STIKes SANTA ELISABETH MEDAN

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan. Makalah ini yang berjudul “Menurunkan Resiko Cedera Akibat Jatuh
Kaperawatan Kesehatan Di Rumah Sakit”.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.

Medan, 10 November 2020

Penulis

Kelompok 9
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Rumah Sakit merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang
bertujuan untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang lebih baik.
Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit merupakan pemenuhan kebutuhan dan
tuntutan dari pemakai jasa pelayanan (pasien) yang mengharapkan penyembuhan
dan pemulihan yang berkualitas dan penyediaan pelayanan kesehatan yang
nyaman dan aman (Wirawan, 2012). Era global seperti saat ini tuntutan pelayanan
kesehatan termasuk pelayanan keperawatan yang profesional dengan standar
internasional. Pelayanan tidak lagi hanya berfokus pada kepuasan pasien tetapi
lebih penting lagi adalah keselamatan pasien (patient safety). Harapan pelayanan
profesional yang bermutu tinggi yang berfokus pada keselamatan (safety) dan
kepuasan pasien dapat terlaksana (KARS, 2011). Keselamatan pasien (Patient
Safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi
penilaian risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko
pasien, pelaporan dan analisis pasien, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
(DepKes, 2008). Pelaksanaan program keselamatan pasien dalam pelayanan
rumah sakit dipengaruhi oleh berbagai faktor yang terdiri dari: organisasi dan
manajemen, lingkungan kerja yang bersifat blaming dan beban kerja berlebih,
team work, faktor tugas seperti ketersediaan SOP dan faktor individu yang
meliputi pengetahuan, keterampilan, sikap dan kondisi fisik/mental (Cahyono,
2008).
1.2 Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini ialah :
1. Bagaimana Prosedur melakukan tindakan pencengahan pada pasien resiko
jatuh.
2. Prosedur pemasangan gelang resiko jatuh ?
3. Bagaimana Prosedur evakuasi?
4. Bagaimana Prosedur cara transfortasi pasien?
5. Bagaimana Prosedur bed making dengan pasien diatas tempat tidur?
6. Bagaimana Memandikan pasien diatas tempat tidur Mengeramasi rambut
pasien di tempat tidur?
7. Bagaimana Perawatan tangan dan kaki?
8. Bagaimana Melakukan tepid water sponge?
9. Bagaimana Prosedur restraint pasien di tempat tidur?
10. Bagaimana Proses assesmen/penilain pasien kritis di IGD Rumah Saklit?

1.3 Tujuan penulisan


Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui :
1. Prosedur melakukan tindakan pencengahan pada pasien resiko jatuh.
2. Prosedur pemasangan gelang resiko jatuh
3. Prosedur evakuasi
4. Prosedur cara transfortasi pasien
5. Prosedur bed making dengan pasien diatas tempat tidur
6. Memandikan pasien diatas tempat tidur Mengeramasi rambut pasien di tempat
tidur
7. Perawatan tangan dan kaki
8. Melakukan tepid water sponge
9. Prosedur restraint pasien di tempat tidur
10. Proses assesmen/penilain pasien kritis di IGD Rumah Sakl
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.3.1 Prosedur melakukan tindakan pencengahan pada pasien resiko jatuh.


1. Definisi Jatuh
Jatuh merupakan suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata
yang melihat kejadian sehingga penderita mendadak terbaring atau
terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa
kehilangan kesadaran (Darmojo, dalam syahailatua, 2013). Jatuh
merupakan suatu kejadian yang menyebabkan subyek yang sadar menjadi
berada pada permukaan tanah tanpa disengaja dan tidak termasuk jatuh
akibat pukulan keras, kehilangan kesadaran atau kejang (Stanley, dalam
syahailatua, 2013).
2. Penyebab jatuh
Willians, Perry & Watkins (2010), menyatakan bahwa penyebab jatuh
terdiri dari:
 Penurunan kekuatan dan keseimbangan, gaya berjalan buruk dan
kelemahan fisik.
 Masalah Kaki dan alas kaki.
 Defisit sensorik, misalnya masalah penglihatan, pendengaran yang
buruk.
 Masalah kognitif dan persepsi.
 Kondisi medis, misalnya penyakit akut, stroke, penurunan kognitif,
hipotensi postural.
 Takut jatuh.
 Riwayat jatuh.
 Tergesa-gesa, lingkungan diubah, ruang dan tata letak furnitur,
pencahayaan yang buruk.
3. Dampak Jatuh
Jatuh dapat meningkatkan morbiditas maupun mortalitas. Seseorang yang
terjatuh akan mengalami berbagai macam cedera, terjadi kerusakan fisik
maupun psikologis. Kerusakan fisik yang paling ditakuti akibat dari jatuh
adalah fraktur hip. Jenis fraktur lain yang sering terjadi adalah fraktur
pergelangan tangan, fraktur lengan atas dan pelvis serta terjadinya
kerusakan jaringan lunak. Dampak psikologis yang ditimbulkan dari
kejadian jatuh adalah syok (syok dapat terjadi setelah seseorang
mengalami jatuh) dan rasa takut akan jatuh berulang banyak konsekuensi
termasuk ansietas, dapat pula kehilangan rasa percaya diri, pembatasan
dalam aktivitas sehari-hari serta dapat mengakibatkan fallfobia atau fobia
jatuh. Membuat strategi pencegahan jatuh penting ditingkatkan awal
setelah stroke dan membutuhkan pemahaman yang akurat tentang resiko
jatuh dan prediktor.(Stanley, dalam Milla, 2013; Miller, 2011).
4. Pencegahan Jatuh
Tinetti,dalam Currie (2007); Darmojo, dalam Milla (2013), menyatakan
bahwa usaha pencegahan jatuh merupakan langkah yang harus dilakukan
karena bila sudah terjadi jatuh pasti terjadi komplikasi. Ada tiga usaha
pokok untuk pencegahan jatuh yaitu, identifikasi faktor resiko, penilaian
keseimbangan dan gaya berjalan, serta mengatur atau mengatasi faktor
situasional:
a. Identifikasi faktor resiko, yaitu setiap seseorang perlu dilakukan
pemeriksaan untukmencari adanya faktor ekstrinsik resiko jatuh, perlu
dilakukan assesment keadaan sensorik, neorologis, muskuloskeletal
dan penyakit sistemik yang sering menyebabkan jatuh;
b. Penilaian keseimbangan dan gaya berjalan, yaitu setiap orang harus
dievaluasi bagaimana cara melakukan keseimbangan tubuhnya dalam
melakukan pergerakan pindah tempat, bila goyangan badan pada saat
berjalan sangat beresiko jatuh, maka diperlukan bantuan latihan
rehabilitas medis
c. Mengatur atau mengatasi faktor situasional, yaitu faktor situasional
yang bersifat serangan akut yang diderita lanjut usia dapat dicegah
dengan pemeriksaan rutin kesehatan lanjut usia secara periodik. Faktor
situasional bahaya lingkungan dapat dicegah dengan mengusahakan
perbaikan lingkungan. Dalam melakukan aktivitas seseorang tidak
boleh melampui batas, maka di anjurkan tidak melakukan aktivitas
fisik yang sangat melelahkan atau beresiko tingi untuk terjadinya
jatuh.
5. Implementasi pencegahan pasien resiko jatuh di rumah sakit,
pencegahan pasien resiko jatuh yaitu dengan penilian awal resiko jatuh,
penilaian berkala setiap adanya perubahan kondisi pasien, serta
melaksanakan langkah-langkah pencegahan pada pasien resiko jatuh.
Implementasi di rawat inap berupa proses identifikasi dan penilaian pasien
dengan resiko jatuh serta memberikan tanda identitas khusus kepada
pasien tersebut, misalnya gelang kuning, penanda resiko, serta informasi
tertulis kepada pasien atau keluarga paien. Berikut ini merupakan prosedur
pencegahan pasien risiko jatuh :
 MFS merupakan salah satu instrumen yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi pasien yang berisiko jatuh. Dengan menghitung skor
MFS pada 30 pasien dapat ditentukan dengan resiko pasien dar pasien
tersebut sehingga dengan demikian dapat diupayakan pencegahan
jatuh yang tidak diperlukan. Pengakjian resiko jatuh dilakukan pada
saat pasien baru masuk ruangan, setiap pergantian shif, pernah terjadi
jatuh, dilakukan bila ada perubahan status mental sesuai dengan
prosdur yaitu SPO.
 Pemasangan label segitiga merah untuk resiko tinggi dan label segitiga
kuning resiko rendah .
 Pemasangan gelang resiko jatuh yang dilakukan setelah penililaian
MFS
 Tempat tidur pasien, tempat tidur pasien merupakan salah satu alat
yang digunakan oleh pasien. Untuk mencegah resiko pasien jatuh dari
tempt tidur, maka tempat tidur dalam posisi rendah dan terdapat pagar
pengaman /sisi tempat tidur.
 Penggunaan restrain sesuai prosedur, restrain merupakan alat atau
tindakan pelindung untuk membatasi gerakan atau aktifitas pasien
secara bebas. Untuk menghindari jatuh dapat dimodifikasi dengan
memodifikasi lingkungan yang dapat mengrangi cedea seperti
memberi keamaanan pada empat tidur (Potter & Perry, 2010).

2.3.2 Prosedur pemasangan gelang resiko jatuh


a. Pengertian
Pemasangan gelang risiko adalah gelang yang dipasang setelah dilakukan
pengkajian awal / assesmen keperawatan dan dinyatakan berisiko.
b. Tujuan
Untuk mengetahui resiko - resiko yang sudah teridentifikasi pada pasien
c. Prosedur
1. Mengucapkan salam.
2. Menjelaskan maksud dan tujuan skrining / asesmen dan tindak lanjut
hasil skrining pemasangan gelang risiko kepada pasien.
3. Perawat yang bertugas / PJ Keperawatan akan melakukan skrining
awal / asesmen risiko kemudian melakukan skoring dan hasil skoring
di informasikan pada DPJP.
4. Melakukan verifikasi dengan meminta pasien untuk menyebutkan
nama, tanggal lahir, kemudian cocokkan dengan barcode gelang
identitas dan berkas rekam medis.
5. Menjelaskan kepada pasien/keluarga hasil skrining menunjukan
berisiko tinggi sehingga harus dipasang gelang risiko dan dijelaskan
pencegahannya dan dilanjutkan pemasangan gelang.
6. Memasangkan gelang risiko sesuai dengan hasil skrining. Seperti:
a. Gelang warna MERAH untuk risiko alergi
b. Gelang warrna KUNING untuk risiko jatuh, dipasang pada pasien
dengan total skor penilaian risiko tinggi:
 Pasien anak : total skor ≥12 (menggunakan skala humpy dumpty
 Pasien dewasa : total skor ≥ 51 (menggunakan skala morse fall)
 Pasien geriatrik : total skor ≥ 4 (menggunakan skala penilaian pasien
geriatrik)
c. Gelang warna UNGU untuk risiko “Do Not Resucitate” (DNR)
d. Gelang warna PUTIH untuk risiko kemoterapi / radioaktif)
7. Menginformasikan kepada pasien dan atau keluarga bahwa gelang
risiko ini harus selalu dipakai sampai pasien diperbolehkan pulang,
kecuali gelang risiko jatuh akan dilepas oleh petugas jika hasil scoring
rendah.
8. “Ucapkan terima kasih atas pengertian dan kerjasamanya”.
2.3.3 Prosedur evakuasi
a. Pengertian
Evakuasi pasien adalah kegiatan mengevakuasi
/memindahkan/mengamankan pasien dari lokasi kejadian bencana ke
lokasi aman/titik kumpul guna memperoleh pertolongan/perawatan lanjut.
b. Tujuan
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk mengamankan/
memindahkan pasien ke tempat aman/titik kumpul dan memberikan
pertolongan pertama di tempat aman.
c. Prosedur
1. Petugas tim evakuasi adalah perawat di masing-masing ruangan
atau staf di masing-masing bagian/instalasi.
2. Siapkan semua personil evakuasi di masing-masing
ruangan/instalasi.
3. Siapkan semua perlengkapan untuk evakuasi
4. Evakuasi pasien melalui jalur evakuasi.
5. Evakuasi pasien sesuai kondisi pasien:
 Pasien berjalan : dipapah oleh 2 orang.
 Pasien ibu hamil : menggunakan brangkar, didorong oleh 2
orang.
 Pasien ICU/NICU : menggunakan bed pasien / incubator,
didorong oleh 2 orang dan O₂ transfer yang dibawa oleh 1
orang
 Dahulukan pasien dari kondisi yang parah kemudian kondisi
yang ringan sesuai label
6. Evakuasi pasien menuju titik kumpul untuk memperoleh
perawatan lebih lanjut.
7. Pastikan pasien seluruh instalasi sudah dievakuasi semua dan
sudah mendapat perawatan lanjutan di IGD/TRIASE
 Golongan I : pasien tidak perlu pertolongan cepat diberi
pita warna hijau.
 Golongan II : tidak gawat perlu pertolongan segera diberi
pita warna kuning.
 Golongan III : gawat ada ancaman kematian diberi pita
warna merah.
 Golongan IV : pasien meninggal diberi pita warna hitam.
8. Pastikan semua pasien sudah mendapat perawatan/TRIASE.

2.3.4 Prosedur cara transfortasi pasien.


1. Pengertian
Pasien atas pertimbangan dokter/perawat/bidan memerlukan pelayanan
dirumah sakit baik untuk diagnostik penunjang ataupun terapi
2. Tujuan
Sebagai pedoman penatalaksanaan pengantaran pasien rujukan sampai ke
fasilitas rujukan.
3. Prosedur
 Petugas memastikan pasien perlu dirujuk sesuai dengan kriteria
pasienpasien yang perlu/harus dirujuk
 Petugas memastikan bahwa pasien dan keluarga pasien bersedia
dirujuk ke fasilitas rujukan
 Petugas memastikan pasien yang dirujuk perlu didampingi yang
kompeten serta diantar dengan ambulace sesuai dengan SOP
rujukan pasien emergensi
 Petugas berkoordinasi dengan fasilitas rujukan, memastikan
bahwa fasilitas rujukan bersedia menerima pasien yang dirujuk
 Petugas mempersiapkan dan melengkapi surat rujukan, surat
persetujuan rujukan, resume klinis sesuai dengan SOP persiapan
rujukan dan SOP rujukan dan membuat rincian penggunaan
ambulance sesuai dengan perda yang berlaku
 Petugas menjelaskan tentang administarasi yang harus dilengkapi
untuk rujukan 7. Keluarga melengkapi administrasi rujukan untuk
pasien yang tidak dijamin biaya ambulance, maka pasien dan
keluarganya berkewajiban melunasi biaya ambulance
 Petugas lain segera menghubungi sopir ambulance dan
menyiapkan alat medis dan obat-obat yang diperlukan dalam
proses rujukan
 Sopir ambulance memastikan ambulance dalam keadaan baik dan
layak.

2.3.5 Prosedur bed making dengan pasien diatas tempat tidur

a. Defenisi
Bed making adalah Tindakan mengganti alat tenun kotor dengan alat
tenun yang bersih pada tempat tidur klien dengan klien di atas tempat tidur
& pada tempat tidur kosong (Rabiah, 2011)

b. Prinsip – Prinsip Dasar Bed Making


Menurut Rabiah, 2011 prinsip – prinsip dasar bed making adalah sebagai
berikut :
 Menggunakan prinsip asepsis dengan menjaga alat tenun lama agar
jauh dari badan perawat ( tidak menempel pada seragam)
 Jangan mengibaskan alat tenun lama, karena hal ini dapat
menyebarkan mikroorganisme lewat udara
 Linen (alat tenun) lama jangan diletakan dilantai untuk menjegah
penyebaran infeksi
 Ketika mengganti alat tenun, gunakan prinsip body mechanics
 Jaga privasi, kenyamanan dan keamanan dari klien
 Tetap perhatikan keadaan umum pasien selama proses menyiapkan
tempat tidur
 Untuk meletakkan linen yang kotor gunakan kantong khusus
sebelum membuang kedalam keranjang
 Jika linen bersih menyentuh lantai segera ganti dengan yang baru
 Bila pasien kurang kooperatif gunakan rails
c. Tujuan Bed Making
 Untuk memberikan lingkungan yang bersih, tenang dan nyaman
 Mencegah terjadinya dekubitus dan mengontrol penyebaran
mikroorganisme
 mencegah/menghindari iritasi kulit dengan menciptakan alas
tempat tidur dan selimut yang bebas dari kotoran/lipatan
 meningkatkan gambaran diri dan harga diri klien dengan
menciptakan tempat tidur yang bersih, rapi dan nyaman
d. Indikasi Bad Making
a. Dilakukan untuk pasien yang tidak sadar.
b. Pasien yang mempunyai penyakit sesak nafas.
c. Bagi pasien yang akan di rawat inap.
d. Bagi pasien pasca bedah.
e. Dilakukan sepanjang hari, biasanya dilakukan setelah klien mandi,
selama klien mandi atau ketika klien keluar ruangan untuk tes bila
diperlukan sewaktu-waktu pada semua pasien yang dirawat
e. Kontra Indikasi Bad Making
Tidak dilakukan apabila yang tidak menginginkan untuk
dirapikan tempat tidurnya karena kadang ada pasien yang
beranggapan bahwa apabila dia banyak bergerak tubuhnya akan
merasa bertambah sakit.
f. Prosedur Pelaksanaan Bad Making
1. Alat dan Bahan
a. Tempat tidur, kasur, dan bantal
b. Seprai besar
c. Seprai kecil
d. Sarung bantal
e. Perlak
f. Selimut
g. Sarung tangan
h. Masker
i. Keranjang seprai
2. Prosedur Kerja
Cara menyiapkan tempat tidur tertutup adalah sebagai berikut :
a. Mencuci tangan
b. Meletakkan alat – alat tenun yang sudah dilipat dan disusun di atas
meja bersih.
c. Memasang alas kasur dan mengikatkan tali – talinya kearah dalam
rangka tempat tidur pada tiap sudut.
d. Meletakkan sprei dengan lipatan memanjang yang menentukan
garis tengahnya di tengah – tengah tempat tidur.
e. Memasukkan sprei pada bagian kepala lebih 25cm di bawah kasur,
kemudian dibuat sudut.
f. Memasukkan sprei pada bagian kaki kurang lebih 25cm di bawah
kasur, kemudian di buat sudut.
g. Jika sprei tidak sesuai ukurannya, maka masukan bagian kepala
lebih banyak dari pada bagian kaki.
h. Memasukkan sprei bagian sisi kebawah kasur (sisi tempat perawat
berdiri ).
i. Meletakkan perlak melintang kurang lebih 50cm dari garis kasur
bagian kepala, demikian juga sprei melintang, dan masukkan sama
– sama ke bawah kasur.
j. Meletakkan sprei atas secara terbalik dengan jahitan lebar di
bagian kepala mulai dari garis kasur ; masukkan bagian kaki ke
bawah kasur.
k. Melipat selimut kurang lebih 25cm dari garis kasur bagian kepala
dan masukan bagian kaki ke bawah kasur.
l. Melipat sprei atas bagian atas garis selimut.
m. Memasukkan bantal ke dalam sarungnya dan meletakkan bantal
dengan bagian yang tertutup ke jurusan pintu.
n. Menyelesaikan sisi yang lain seperti sisi yang tadi.
o. Memasang sprei penutup.
p. Mencuci tangan

2.3.5 Memandikan pasien diatas tempat tidur


a.  Prinsip Memandikan Pasien
 Bersih
 Menjaga privasi pasien
b. Tujuan Memandikan Pasien

 Membersihkan tubuh dari kotoran dan menghilangkan bau badan.

 Memberikan kesegaran fisik dan psikis serta rasa nyaman.

 Merangsang peredaran darah, syaraf dan merelaksasikan otot.

 Memelihara integritas kulit dan mencegah infeksi kulit.

 Memotivasi pasien dalam memenuhi kebutuhan perawatan dan


kebersihan dirinya.

c. Indikasi
 Setelah pembedahan
 Imobilitasi
 Mendapatkan perawatan intensif atau perawatan dengan
ketergantungan tinggi
 Untuk memenuhi kebutuhan hygiene pasien

d. Alat dan Bahan Memandikan Pasien


a. 2 buah baskom berisi air dingin/hangat kuku
b.  2 buah waslap
c. Sabun mandi dalam tempatnya
d. 2 buah handuk
e. Perlak (Zeil)
f. Selimut mandi
g. Pakaian pasien
h. Keranjang pakaian kotor
i. Pot urinal (jika diperlukan)
j. Minyak kayu putih
k. Bedak
l. Handscoon
m. Bak instrument
n. Botol/semprotan cebok (jika diperlukan)
e. Prosedur dan Teknik Memandikan
Memandikan biasanya dilakukan pada jam-jam tertentu sesuai dengan
kebijakan rumah sakit atau sesuai dengan kebutuhan.

1. Sebelum memulai memandikan, hal yang harus dipersiapkan adalah


peralatan.

2. Proses memandikan di tempat tidur pada pasien dengan


ketergantungan total adalah dengan membasuh daerah kepala dan
kemudian turun sampai ke anggota badan yang paling bawah.

3. Apabila pasien dalam keadaaan sadar penuh, tawarkan dahulu apakah


klien menghendaki untuk dimandikan, jika iya maka, tawarkan lagi
apakah klien memiliki sabun tersendiri terutama untuk wajah atau
klien tidak menghendaki menggunakan sabun sama sekali.

4. Proses memandikan diawali dengan mencuci tangan terlebih dahulu


dan memastikan privatisasi klien terjaga.

5. Dengan menggunakan sarung tangan, Letakkan perlak di daerah yang


mungkin terkena aliran air agar tidak mengotori tempat tidur.
6. Dengan menggunakan waslap yang telah dibasahi air usaplah wajah
klien dengan hati-hati dan pertahankan komunikasi yang baik,
kemudian gunakan sabun dan bilas dengan menggunakan air bersih
pada baskom lainnya serta seka dengan handuk bersih.

7. Saat membasuh dada, tangan dan perut, letak perlak adalah di bawah
tangan dan sedikit tertindih badan. Pada proses ini privasi klien
anggota bagian bawah harus tetap terjaga.

8. Apabila posisi klien dalam keadaan duduk maka, letakkan handuk di


pangkuan di atas paha klien.

9. Teknik ini dilanjutkan sampai daerah anggota tubuh yang paling


bawah.

10. Saat membasuh punggung, klien diposisikan miring kanan atau ke kiri.
Memposisikan seperti ini selain bertujuan untuk membasuh juga
sebagai kesempatan bagi klien dalam upaya latihan mobilisasi.

11. Pada saat memandikan ini, juga bisa dilakukan untuk mengganti baju
pasien.

f. Cara Kerja Memandikan Pasien

1. Jelaskan prosedur pada pasien

2. Cuci tangan.

3. Siapkan semua peralatan yang diperlukan.

4. Pastikan semua jendela dan pintu dalam keadaan tertutup

5. Atur posisi pasien.

6. Lepaskan pakaian tidur pasien dan letakkan di tempat pakaian kotor

 Longgarkan pakaian mulai dari leher


 Lepaskan pakaian menuruni lengan
 Pastikan bahwa pasien diselimuti dengan selimut mandi
 Jika pada saat itu pasien sedang diinfus:
- Lepaskan pakaian dari lengan yang tidak diinfus
- Gulung lengan pakaian itu ke belakang badan dan melewati
lengan dan lokasi yang diinfus. Hati-hati dengan selang infus.
- Lipat bahan pakaian itu dengan satu tangan sehingga tidak ada
tarikan atau tekanan pada selang dan perlahan-lahan turunkan
pakaian melewati ujung jari.
- Dengan tangan yang lain, angkat selang infus dari tiangnya dan
masukkan dalam lipatan pakaian pastikan untuk tidak
merendahkan botol infus. Tarik pakaiannya, kembalikan botol
infus ke tiang penggantungnya.

a. Bantulah pasien untuk bergerak ke sisi tempat tidur yang dekat dengan
anda. Mulailah dengan yang terjauh dari anda.

b. Lipat handuk wajah di tepi atas selimut mandi agar tetap kering. Pakai
sarung tangan jika perlu.

c. Buat sarung tangan dengan meliapat washcloth di sekitar tangan.

a. Basahi washcloth.
b. Basuh mata pasien, gunakan ujung handuk yang berbe.
c. Usap dari dalam keluar.
d. Jangan menggunakan sabun dekat mata.
e. Jangan menggunakan sabun pada wajah kecuali permintaan
pasien.

a. Bilas washclothcara memendikan dan beri sabun jika pasien


menginginkan. Peras washcloth, jangan meninggalkan sabun dalam
air.

b. Basuh dan bilas wajah, telinga dan lehernya dengan baik, gunakan
handuk untuk mengeringkannya.
c. Buka lengan pasien dari yang terjauh. Tutupi ranjang dengan handuk
mandi yang diletakkan di bawah lengan.

a.Basuh,dengan arah akral (ujung) ke arah axilla, bilas dan


keringkan lengan dan tangan.
b. Pastikan axilla bersih dan kering.
c.Ulangi untuk lengan yang terdekat.
d. Pakaikan deodorant dan bedak jika pasien memintanya atau
membutuhkannya.
e.Perawatan Kuku.

1. Letakkan tangan dalam baskom air, rendam kurang lebih


selama 2 menit dan sikat dengan beri sabun bila kotor. Basuh
tangan dengan hati-hati. Bilas dan keringkan. Tekan kutikula
(dasar kuku) dengan lembut menggunakan handuk ketika
mengeringkan jari tangan.

2. Letakkan tangan di nierbekken. Bersihkan kuku bagian


dalam stik manikur. Bentuk kuku dengan emery board. Hati-
hati jangan memotong kuku terlalu pendek. Jangan
memotong kuku jika pasien diabetes.

b. Tutupi dada pasien dengan handuk mandi. Kemudian lipat selimut


sampai ke pinggang di bawah handuk :

a. Basuh, bilas dan keringkan bagian dada .


b. Bilas dan keringkan lipatan di bawah payudara pasien wanita
untuk menghindari iritasi kulit.
c. Beri sedikit bedak jika perlu sesuai dengan ketentuan fasilitas.
d. Jangan biarkan bedak menempel.

a. Lipat selimut mandi sampai ke daerah pubis (tempat genitalia


eksterna). Basuh, bilas dan keringkan daerah abdomen. Lipat selimut
mandi ke atas untuk menutupi perut dan dada. Ambil handuk dari
bawah selimut mandi.

b. Minta pasien untuk menekuk lututnya, jika mungkin. Lipat handuk


mandi ke atas agar paha, tungkai dan kaki terbuka.

a. Tutupi ranjang dengan handuk mandi.


b. Letakkan baskom mandi di atas handuk
c. Letakkan kaki pasien di dalam baskom.
d. Basuh dan bilas tungkai dan kaki.
e. Pada saat memindahkan kaki, topang kaki dengan benar.

a. Angkat kaki dan pindahkan baskom ke sisi lain tempat tidur.


Keringkan tungkai dan kaki. Keringkan dengan baik sela-sela jari kaki.

b. Ulangi untuk tungkai dan kaki yang lain. Angkat baskom dari tempat
tidur sebelum mengeringkan tungkai dan kaki.

c. Lakukan perawatan kuku jika perlu. Usapkan lotion pada kaki pasien
yang berkulit kering.

d. Bantu pasien untuk miring ke arah yang berlawanan dengan anda.


Bantu pasien untuk bergerak ke tengah tempat tidur. Letakkan handuk
mandi memanjang berdekatan dengan punggung pasien.

a. Basuh, bilas dan keringkan leher, punggung dan bokong.


b. Gunakan usapan yang tegas dan memanjang ketika membasuh
punggung. Beri lotion, massage

a. Usapan punggung biasanya dilakukan pada saat ini. Bantu pasien


telentang.

b. Letakkan handuk di bawah bokong dan tungkai atas. Letakkan


washcloth, sabun, baskom,dan handuk mandi dalam jangkauan pasien.

c. Minta pasien untuk menyelesaikan mandinya dengan membersihkan


genitalianya. Bantulah pasien jika perlu. Anda harus mengambil alih
tanggung jawab tersebut, jika pasien mengalami kesulitan. Seringkali
pasien merasa enggan uuntuk meminta bantuan. Jika membantu
pasien, gunakan sarung tangan sekali pakai.

a. Untuk pasien wanita,basuh dari depan ke belakang, keringkan


dengan hati-hati.
b. Untuk pasien pria, pastikan untuk membasuh dan
mengeringkan penis, scrotum, dan daerah pangkal paha dengan
hati-hati.

a. Lakukan latihan rentang gerak sesuai perintah.

b. Tutupi bantal dengan handuk. Lakukan perawatan rambut, sisir atau


sikat rambut pasien. Perawatan mulut biasanya diberikan pada saat ini.

c. Letakkan handuk-handuk dan washcloth di tempat linen kotor.

d. Siapkan pakaian bersih. Jika pasien memakai infus, tanyakan pada


perawat sebelum melakukan prosedur. Tanyakan apakah pakaian :

a. dimasukkan melewati lengan yang terpasang infus atau


b. tidak memasukkan lengan hanya menutupi bahu (seperti jika
pasien memakai infus multiple atau pompa infus) jika keadaannya
seperti nomor 1, maka:
 Pegang lengan baju di sisi selang infus dengan satu tangan.
 Angkat botol infus dari tiangnya, pertahankan
ketinggiannya.
 Selipkan botol infus melalui lengan bahu dari bagian dalam
dan gantung kembali botol infus tersebut.
 Tarik baju sepanjang selang infus sampai ke tempat tidur.
 Masukkan pakaian melalui tangan. Lakukan dengan hati-
hati agar tidak mempengaruhi area infusan.
 Posisikan pakaian pada lengan yang terpasang selang infus.
Kemudian masukkan lengan yang satunya.

a. Bersihkan dan kembalikan alat-alat.

b. Letakkan washcloth dan handuk-handuk bersih di sandaran sisi tempat


tidur atau gantung.

c. Ganti linen setelah melakukan prosedur merapikan tempat tidur


occupied. Ganti dan letakkan linen kotor pada tempat linen kotor.

d. Lakukan semua tindakan penyelesaian prosedur.

e. Ingatlah untuk mencuci tangan anda.

f. Laporkan penyelesaian tugas dan mendokumentasikan waktu,


memandikan di tempat tidur dan reaksi pasien.

2.3.6 Mengeramasi ramut pasien di tempat tidur


a. Persiapan Alat:
 Handuk
 Perlak pengalas
 Ember berisi air hangat
 Perlak sebagai alat/alat pencuci rambut
 Ember kosong
 Sampo/sabun, sisir dan kapas
 Hair dryer (bila tersedia)
 Kain kasa
 Kapas
 Celemek untuk petugas
b. Tindakan
1. Tahap Pra Interaksi
2. Melakukan pengecekan program terapi
3. Mencuci tangan
4. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar
5. Tahap Orientasi
6. Memberikan salam dan menyapa nama pasien
7. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
8. Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien
9. Tahap Kerja
10. Cuci tangan
11. Menjaga privacy
12. Mengenakan sarung tangan dan celemek
13. Mengganti selimut klien dengan selimut mandi
14. Pasang perlak pengalas dibawah kepala dipinggir tempat tidur
15. Pasang talang/alat pencuci rambut dan arahkan ke ember kosong
16. Tutup telinga dengan kapas, tutup mata dengan kain kasa dan
dada dengan handuk sampai leher
17. Basahi rambut dengan air hangat
18. Cuci rambut dengan sampo/sabun
19. Bilas beberapa kali dengan air hangat
20. Melepas kain kasa penutup mata dan kapas penutup telinga
21. Keringkan rambut dengan handuk
22. Angkat perlak pengalas dan talang, lalu masukkan dalam ember
23. Sisir rambut pasien, sambil keringkan dengan handuk atau hair
dryer
24. Rapikan kembali tempat tidur
25. Bersihkan alat dan kembalikan pada tempatnya
26. Cuci tangan
27. Sikap bidan dalam melakukan tindakan mencuci rambut pasien,
hendaknya ramah, hormat, sopan dan hati-hati
c. Tahap Terminasi
 Mengevaluasi hasil tindakan
 Berpamitan dengan pasien
 Membereskan dan kembalikan alat ke tempat semula
 Mencuci tangan
 Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan).

2.3.7 Perawatan tangan dan kaki


1. Pengertian
Membersihkan kuku tangan dan kaki yang meliputi perendaman,
pemotongan, pengikiran untuk mempertahankan kesehatan kuku
tangan maupun kaki.
2. Tujuan
 Mencegah infeksi
 Mencegah bau kaki
 Mencegah cidera pada jaringan lunak
3. Indikasi
 Pada pasien dengan masalah pada kuku kaki dan tangan
 Pada lansia
 Pada anak-anak sampai orang orang dewasa
 Pada pasien diabetes
4. Persiapan alat :
 Baskom cuci
 Pengikir kuku
 Handuk mandi
 Lotion
 Waslap
 Keset mandi sekali pakai
 Gunting kuku
 Sarung tangan sekali pakai
5. Prosedur pelaksanaan :
 Jelaskan prosedur pada klien
 Dapatkan perintah dokter bila kebijakan pelayanan
memerlukannya
 Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
 Atur peralatan pada meja tempat tidur, tarik tirai sekitar tempat
tidur atau tutup pintu ruangan
 Bantu klien duduk dikursi samping tempat tidur, tempatkan keset
mandi sekali pakai dilantai dibawah kaki klien
 Isi baskom cuci dengan air 43*c sampai 44*c
 Tempatkan baskom diatas keset mandi dan bantu klien
menempatkan kakinya kedalam baskom
 Atur meja tempat tidur pada posisi rendah dan tempatkan pada
pangkuan klien
 Isi baskom dengan air bersuhu 43*c sampai 49*c dan tempatkan
pada handuk kertas di meja tempat tidur
 Instruksikan kien untuk menempatkan jari-jarinya dalam baskom
dengan lengannya dalam posisi nyaman
 Biarkan jari kaki dan jari tangan klien terendam selama 10 menit
sampai 20 menit. Hangatkan ulang air dalam 10 menit
 Bersihkan dengan perlahan dibagian bawah kuku jari
 Dengan gunting kuku, gunting kuku jari tangan melintang dan rata
pada bagian atas jari. Bentuk kuku dengan mengikir kuku
 Singkirkan meja tempat tidur menjauhi klien
 Kenakan sarung tangan, dan sikat area kalus kaki klien dengan
waslap
 Bersihkan dengan perlahan bagian bawah kuku jari klien dengan
tongkat, angkat kaki dari baskom dan keringkan
 Bersihkan dan gunting sedikit kuku jari (lihat langkah 13) jangan
mengikir sudut kuku jari kaki
 Berikan lotion pada kaki klien
 Bersihkan dan kembalikan peralatan pada tempatnya
 Cuci tangan
 Catat prosedur dalam catatan perawatan dan laporkan setiap
observasi khusus

2.3.8 Melakukan tepid water sponge.


1. Pengertian
Terapi tepid sponge adalah suatu tindakan dimanana dilakukan penyekaan
keseluruh tubuh dengan menggunakn air hangat dengan suhu 32oC
sampai 37OC, yang bertujuan untuk menurunkan suhu tubuh yang di atas
normal yaitu 37,5oC (Widyawati & Cahyanti, 2010).
2. Tujuan
Menurut (Widyawati & Cahyanti, 2010) terapi tepid sponge memiliki
tujuan sebagai berikut:
 Memberikan pelepasan panas tubuh melalui cara evaporasi konveksi
 Memberikan efek vasodilatasi pada pembuluh darah
 Memberikan rasa nyaman pada anak

3. Indikasi
Menurut (Widyawati & Cahyanti, 2010) anak yang di berikan terapi tepid
sponge adalah anak yang mengalami peningkatan suhu tubuh di atas
normal yaitu lebih dari 37,5oC.

4. Kontraindikasi
Kontraindikasi pada terapi tepid sponge (Widyawati & Cahyanti, 2010)
adalah:
 Tidak ada luka pada daerah pemberian terapi tepid sponge
 Tidak diberikan pada neonates
5. Prosedur
Di bawah ini adalah prosedur pemberian terapi tepid sponge menurut (Kholid,
2013) sebagai berikut:
a. Persiapan Alat :
 Bangkok
 Air hangat dengan suhu 37̊C
 Thermometer mandi
 Waslap besar
 Handuk berukuran sedang
 Pengalas mandi
 Selimut mandi
 Etil alcohol (k/p)
 Thermometer
 Sarung tangan bersih
 Persiapan klien dan lingkungan:
 Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
 Jaga privasi klien
 Beri klien posisi supine di tempat tidur
b. Langkah-langkah :
 Mencuci tangan
 Memasang sarung tangan bersih
 Bantu klien melepas pakainnya
 Tempatkn alas mandi dibawah punggung klien
 Pasang selimut mandi diarea tubuh yang tidak dilakukan tepid water
sponge
 Cek kembali temperature air, rendam waslap dan handuk diperas
 Pasang waslap basah di bawah aksila dan selangkangan paha (karena
terdapat pembuluh darah besar) serta pasang pula handuk dibagian
tubuh anterior agar terjadi perpindahan panas dengan cara konduksi,
jika gunakan bak mandi “tub” rendam klien selama 20-30 menit
 Ganti waslap dan handuk tiap 5 menit
 Jika sudah selesai keringkan bagian tubuh klien
 Ukur kembali nadi dan temperature badan klien, observasi kembali
respon klien terhadap terapi
 Lanjutkan kembali tepid water spoongeini dibagian tubuh posterior
selama 3-5 menit. Kaji kembali nadi dan temperature setiap 15 menit
 Hentikan tindakan jika suhu tubuh klien sudah kembali dalam batas
normal jika suhu turun di bawah batas normal tindakan tidak
dilanjutkan
 Keringkan seluruh tubuh dan bantu klien memakai pakaian
 Alat-alat dan pasien dirapikan, ganti linen jika basah
 Lepaskan sarung tangan
 Cuci tangan
 Dokumentasikan prosedur.
2.3.9 Prosedur restraint pasien di tempat tidur.
1. Pengertian
Restrain adalah terapi dengan alat – alat mekanik atau manual untuk
membatasi mobilitas fisik klien, dilakukan pada kondisi khusus,
merupakan intervensi yang terakhir jika perilaku klien sudah tidak dapat
diatasi atau di kontrol dengan strategi perilaku maupun modifikasi
lingkungan (Widyodinigrat. R, 2009).
2. Jenis – Jenis Restrain
 Camisole (Jaket Pengekang)
 Manset / tali untuk pergelangan tangan dan kaki
3. Tujuan Pemasangan Restrain
 Menghindari hal – hal yang membahayakan pasien selama pemberian
asuhan keperawatan
 Memberi perlindungan kepada pasien dari kecelakaan (jatuh dari
tempat tidur)
 Memenuhi kebutuhan pasien akan keselamatan dan rasa aman (safety
and security needs)
4. Sasaran Pemasangan Restrain
 Pasien dengan penurunan kesadaran disertai gelisah
 Pasien dengan indikasi gangguan kejiwaan (gaduh gelisah)
5. Persiapan Alat
 Pilihlah restrain yang cocok sesuai kebutuhan
 Bantalan pelindung kulit/ tulang
6. Persiapan Pasien
 Kaji keadaan pasien untuk menentukan jenis restrain sesuai keperluan
7. Cara Kerja
 Perawat cuci tangan
 Gunakan sarung tangan
 Gunakan bantalan pada ekstremitas klien sebelum dipasang restrain
 Ikatkan restrain pada ekstremitas yang dimaksud
 Longgarkan restrain setiap 4 jam selama 30 menit
 Kaji kemungkinan adanya luka setiap 4 jam (observasi warna kulit
dan denyut nadi pada ekstremitas)
 Catat keadaan klien sebelum dan sesudah pemasangan restrain
2.3.10 Proses assesmen/penilain pasien kritis di IGD Rumah Saklit.
Asesmen gawat darurat merupakan asesmen medis yang dilakukan terhadap
pasien dengan kondisi gawat darurat (emergensi). Asesmen gawat darurat
dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Primary Survey
a. Penilaian tahap primary survey, meliputi :
 A = Airway adalah mempertahankan jalan napas dengan teknik
manual atau menggunakan slat bantu. Tindakan ini mungkin
akan banyak memanipulasi leher sehingga harts diperhatikan
untuk menjaga stabilitas tulang leher (cervical spine control).
 B = Breathing adalah menjaga pemafasankentilasi dapat berlangsung
dengan baik.
 C = Circulation adalah mempertahankan sirkulasi bersama
dengan tindakan untuk menghentikan perdarahan (hemorrhage
control).
 D = Disability adalah pemeriksaan untuk mendapatkan kemungkinan
adanya gangguan neurologic.
 E = Exposure/environmental control adalah pemeriksaan pada seluruh
tubuh penderita untuk melihat jejas atau tanda-tanda kegawatan yang
mungkin tidak terlihat dengan menjaga supaya tidak terjadi
hipotermi.
 Selama primary survey, keadaan yang mengancam nyawa harus
dikenali, dan resusitasinva dilakukan pada saat itu juga.
 Prioritas penanganan untuk pasien usia muda maupun usia
lanjut adalah sama. Salah satu perbedaannya adalah bahwa pada usia
muda ukuran organ relatif lebih kecil, dan fungsinya belum
berkembang secara maksimal.
 Pada ibu hamil prioritas tetap sama, hanya saja proses kehamilan
membuat proses fisiologis berubah karena adanya janin.
 Pada orang tua, Karena proses penuaan fungsi tubuh menjadi lebih
rentan terhadap trauma karena berkurangnya daya adaptasi tubuh
b. Anamnesa
Anamnesa yang dilakukan merupakan anamnesa singkat, cepat, dan
tepat (disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi pasien).
c. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik untuk pasien emergensi menggunakan penilaian
sebagai berikut :
1. A = Airway, menjaga airway dengan kontrol servikal (cervical
spine control)
Penilaian :
 Mengenal patensi airway.
 Penilaian cepat akan adanya obstruks
2. B = Breathing dan Ventilasi
Penilaian :
 Buka leher dan dada sambil menjaga imobilisasi leher dan
kepala.
 Tentukan laju dan dalamnya pemafasan.
 Inspeksi dan palpasi leher dan. toraks untuk
adanya deviasi trakea, ekspansi toraks simeteris atau tidak
simetris, pemakaian otot tambahan, dan tandatanda cedera
 Perkusi toraks untuk menentukan redup atau hipersonor.
 Auskultasi toraks bilateral
3. Circulation engan control perdarahan
Penilaian :
 Dapat mengetahui sumber perdarahan ekstemal yang fatal.
 Mengetahui sumber perdarahan internal.
 Nadi : Kecepatan, kualitas, keteraturan, pulsus paradoxus.
 Warna kulit.
 Tekanan darah (bila ada waktu).
4. Disability (Neurologic Evaluation)
Penilaian :
 Tentukan tingkat kesadaran memakai skor GCS.
 Nilai pupil untuk besarnya, isokor dan reaksi
5. Exposure/Environment
 Buka pakaian pasien tetapi cegah hipotermia
BAB lll

PENETUP

3.1 KESIMPULAN
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut
meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan
dapat mencegah terjadinya cedera yan disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang
seharusnya dilakukan. Salah satu cedera yang paling sering terjadi di
rumah sakit adalah akibat jatuh.
Langkah pencegahan pasien resiko jatuh antara lain mengupayakan
untuk menganjurkan pasien untuk meminta bantuan yang diperlukan,
menggunakan alas kaki anti slip, menyediakan kursi roda yang terkunci di
samping tempat tidur pasien, memastikan bahwa jalur ke kamar kecil
bebas dari hambatan dan terang, memastikan lorong bebas hambatan,
menempatkan alat bantu seperti walker/tongkat dalam jangkauan pasien,
memasang bedside rel, mengevaluasi kursi dan tinggi tempat tidur dan
mempertimbangkan efek puncak obat yang diresepkan yang
mempengaruhi tingkat kesadaran, mengamati lingkungan untuk kondisi
berpotensi tidak aman dan segera laporkan untuk perbaikan, jangan
membiarkan pasien beresiko jatuh tanpa pengawasan saat di daerah
diagnostik atau terapi, memastikan pasien yang diangkut dengan
brandcard/tempat tidur, posisi bedside rel dalam keadaan terpasang,
menginformasikan dan mendidik pasien dan /atau anggota keluarga
mengenai rencana perawatan untuk mencegah jatuh, berkolaborasi dengan
pasien atau keluarga untuk memberikan bantuan yang dibutuhkan.
3.2 SARAN
Diharapkan dengan wawasan seperti ini tenaga medis maupun non
medis dapat lebih peduli terhadap keselamatan pasien yang merupakan
prioritas dalam pelayanan di rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA

Lucas Country Emergency Medical Services. Tab 600: pre-hospital patient


assessment. Oleh : Toledo; 2010
Montana State Hospital Policy and Procedure. Patient assessment policy; 2009
Alimul, Aziz. 2004. Kebutuhan Dasar Manusia. EGC : Jakarta (1/10/2016-17:00)

Alimul hidayat, A. Aziz. 2006. Pengantar kebutuhan dasar manusia jilid 1. Salemba
medika: jakarta(5/10/2016-8.10)

Dita anggaraeni. Standard operasional prosedur pemasangan restain. 2018.


https://www.academia.edu/35429443/STANDAR_OPERASIONAL_PROSEDUR_P
EMASNGAN_RESTRAIN

Anda mungkin juga menyukai