Anda di halaman 1dari 6

IMAM ADRIAN RAKHMAN

C011191014/A

UNIT 731
“Inhuman Atrocities: The Exhibits of
Evidence of Crimes Committed by Unit 731 of The
Japanese Imperial Army”. Ditulis dalam enam
aksara (bahasa), China, Inggris, Jepang, Korea,
Mongolia dan Rusia. itu adalah enam aksara yang
terpampang nyata ketika kita mengunjungi
museum harbin, China.

A. Definisi
Unit 731 adalah suatu unit rahasia pengembangan senjata biologi yang dimiliki jepang
pada tahun 1973-1945. Unit ini dipimpin oleh jenderal Shiro yang berkantor di
pinggiran kota harbin kala itu. Organisasi ini membangun sekita 150 gedung, 5
perkemahan satelit dengan 3000 ilmuan.

B. Eksperimen
 Frosbite testing
 Vivisection of conscious pmsoners
(bedah makhluk hidup)
 Weapon test
 Sifilis experiments
 Rape and forced dregnancy
 Germ warfare (perang kuman)
C. Pelanggaran Etik
 Human Testing
 Contempt of court
 Manipulation Data
 Pelanggaran Kode Etik Nasional Biomedis

Menurut pedoman mengenai kode etik internasional untuk penelitian


biomedis yang melibatkan subjek manusia yang diterbitkan oleh CIOMS (The
Council for International Organizations of Medical Sciences), sebelum
meminta persetujuan seseorang untuk berpartisipasi dalam penelitian,
peneliti harus memberikan informasi-informasi sebagai berikut, dalam
bahasa yang dapat dipahami subjek9 : 1. Bahwa setiap individu diundang
untuk berpartisipasi sebagai subjek dalam penelitian, dan dalam tujuan serta
metode penelitian. 2. Perkiraan lama dari partisipasi subjek. 3. Manfaat yang
dapat diharapkan terjadi pada subjek atau orang lain sebagai hasil dari
penelitian tersebut. 4. Perkiraan resiko atau ketidaknyamanan pada subjek,
yang berkaitan dengan partisipasi dalam penelitian tersebut. 5. Prosedur atau
cara pengobatan alternatif yang dapat yang dapat menguntungkan bagi subjek
IMAM ADRIAN RAKHMAN
C011191014/A

ketika prosedur atau pengobatan tersebut diuji. 6. Sejauh mana kerahasiaan catatan
dimana subjek diidentifikasi akan dipertahankan. 7. Jika ada, sejauh mana tanggung
jawab peneliti untuk memberikan pelayanan medis kepada subjek tersebut. 8.
Bahwa terapi akan diberikan secara cuma-cuma untuk jenis cedera tertentu yang
berkaitan dengan penelitian. 9. Apakah subjek atau keluarga subjek atau mereka
yang menjadi tanggungan subjek atau dikompensasikan bagi kecacatan atau
kematian karena cedera. 10. Bahwa individu tersebut bebas untuk menolak
berpartisipasi dan bebas untuk menarik diri dari penelitian setiap saat tanpa sanksi
atau hilangnya manfaat yang seharusnya menjadi haknya.
IMAM ADRIAN RAKHMAN
C011191014/A

tuskegee syphilis experiment

Pada tahun 1932 hingga 1972,


nasib pria kulit hitam di Amerika
Serikat sungguh mengenaskan.
Beberapa yang jadi korban The
Tuskegee Study of Untreated Syphilis
misalnya, mereka dijadikan kelinci
percobaan hidup-hidup dengan ditulari
penyakit sifilis.
Banyak korban tak mengetahui
bahwa mereka jadi sasaran tindakan
malpraktik. Mereka hanya diberi tahu kalau sedang memiliki aliran darah yang buruk
saja, padahal, mereka sebenarnya diberi racun untuk menyembuhkan sifilis ini.
Orang-orang itu hanya diberi tahu bahwa mereka punya "darah kotor" ketimbang
dijelaskan bahwa mereka memiliki penyakit menular karena hubungan badan atau
sedang diteliti untuk penyakit itu. Studi itu ditujukan untuk meneliti apakah penyakit
itu berdampak beda antara lelaki kulit hitam dan kulit putih. Hingga studi berakhir
hanya 74 orang dari partisipannya yang hidup
Korban sendiri berasal dari kalangan miskin dan tak memiliki pendidikan yang
cukup mengenai kesehatan. Maka, ketika Tuskegee menawarkan makanan dan
pengobatan gratis, para pria kulit hitam ini pun mau-mau saja. Studi ini berlangsung
selama 40 tahun. Menurut Pusat pengendalian dan pencegahan penyakit AS, dinas
kesehatan meluncurkan penelitian mengenai efek kesehatan dari sifilis yang tidak
diobati. Sayangnya hal ini tidak diketahui oleh partisipan, baik yang mendapat
perawatan sifilis maupun yang tidak.
Peneliti melacak perkembangan penyakit pada 399 laki-laki kulit hitam di
Alabama, termasuk 201 laki-laki yang sehat. Ilmuwan mengungkapkan pada
partisipan bahwa diriya sedang dirawat karena memiliki ‘bad blood’. Partisipan ini
tidak pernah mendapatkan perlakuan yang memadai, bahkan sampai tahun 1947
ketika penisilin menjadi pilihan obat untuk mengobati sifilis.
IMAM ADRIAN RAKHMAN
C011191014/A

Arnold and Stern, 2006 New England Journal of Medicine


A. Definisi Etika

Etika sering
disamakan dengan
pengertian akhlak dan
moral, ada pula ulama
yang mengatakan
bahwa akhlak
merupakan etika
islam. Disini akan
dipaparkan perbedaan
dari ketiga istilah
tersebut. Secara
etimologis kata etika
berasal dari bahasa
Yunani yaitu ethos dan ethikos, ethos yang berarti sifat, watak, adat, kebiasaan,
tempat yang baik. Ethikos berarti susila, keadaban, atau kelakuan dan perbuatan
yang baik. Kata “etika” dibedakan dengan kata “etik” dan “etiket”. Kata etik
berarti kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak atau nilai
mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Adapun
kata etiket berarti tata cara atau adat, sopan santun dan lain sebagainya dalam
masyarakat beradaban dalam memelihara hubungan baik sesama manusia.

Sedangkan secara terminologis etika berarti pengetahuan yang membahas baik-


buruk atau benar-tidaknya tingkah laku dan tindakan manusia serta sekaligus
menyoroti kewajiban-kewajiban manusia. Dalam bahasa Gerik etika diartikan:
Ethicos is a body of moral principles or value. Ethics arti sebenarnya adalah
kebiasaan. Namun lambat laun pengertian etika berubah, seperti sekarang. Etika
ialah suatu ilmu yang membicarakan masalah perbuatan atau tingkah laku
manusia, mana yang dapat dinilai baik dan mana yang dapat dinilai buruk dengan
memperlihatkan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat dicerna akal pikiran.

B. Definisi Profesi
Djam’an Satori (2007: 1.3-1.4) menyatakan bahwa “Profesi adalah suatu
jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian (expertise) dari para anggotanya”.
Artinya, suatu profesi tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang. Orang yang
menjalankan suatu profesi harus mempunyai keahlian khusus dan memiliki
kemampuan yang ddapat dari pendidikan khusus bagi profesi tersebut.
Menurut Djam’an Satori (2007: 1.4), “Profesional menunjuk pada dua hal.
Pertama, orang yang menyandang suatu profesi, misalnya, “Dia seorang
profesional”. Kedua, penampilan seseorang dalam melakukan pekerjaannya yang
sesuai dengan profesinya.
IMAM ADRIAN RAKHMAN
C011191014/A

Menurut Djam’an Satori (2007: 1.4), menyebutkan “Profesionalisme menunjuk


pada komitmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan
profesionalannya dan terus menerus mengembangkan strategi-strategi yang
digunakan dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya”.

C. Definisi Profesionalisme
Profesionalisme berasal dari akar kata “profesi” . Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2008),
profesionalisme adalah “tindak
tanduk yang merupakan ciri
suatu profesi.” Sedangkan
profesi merupakan suatu
kelompok yang memiliki
kekuasaan tersendiri dan karena
itu mempunyai tanggung jawab
khusus. Suatu profesi disatukan
oleh latar belakang pendidikan
yang sama serta memiliki
keahlian yang tertutup dari orang
lain (Bertens, 2005). Orang yang bergabung dengan kelompok profesi memiliki
pengetahuan dan keahlian yang tidak dimiliki kebanyakan orang lain. Anggota
profesi ini diatur oleh kode etik dan menyatakan komitmen terhadap kemampuan,
integritas dan moral, altruism, dan dukungan demi kesejahteraan masyarakat.
(Cruess S.R & Cruess R.L., 2012)

Arnold dan Stern (2006) memberikan definisi bahwa profesionalisme ditunjukkan


melalui sebuah dasar kompetensi klinis, kemampuan berkomunikasi, pemahaman etika dan
hukum yang dibangun oleh harapan untuk melaksanakan prinsip-prinsip profesionalisme:
excellence (keunggulan), humanism (humanisme), accountability (akuntabilitas), altruism
(altruisme). Selanjutnya Arnold dan Stern memvisualisasikan definisi profesionalisme seperti
bagan di bawah ini. Dari bawah ke atas, terlihat bahwa clinical competence (kompetensi
klinis), communication skills (kemampuan berkomunikasi), dan ethical and legal
understanding (pemahaman hukum dan etik) menjadi sebuah dasar profesionalisme.
Sedangkan excellence (keunggulan), humanism(humanisme), accountability (akuntabilitas),
dan altruism (altruisme) merupakan tonggak profesionalisme. Dari beberapa definisi diatas,
maka dapat disimpulkan bahwa profesionalisme merupakan suatu penentu kualitas hubungan
dokter yang digambarkan melalaui seperangkat perilaku dan sangat bergantung dengan
kepercayaan. Hubungan ini tidak terbatas pada dokter dan pasien sebagai individu, tetapi juga
hubungan dokter sebagai sebuah kelompok profesi dengan individu, tetapi juga hubungan
dokter sebagai sebuah kelompok profesi dengan dengan masyarakat luas. Penulis
berpendapat bahwa, aplikasi profesionalisme juga tidak terbatas pada hubungan dokter
dengan eksternal profesinya, tetapi juga dapat digunakan dalam hubungan internal profesi.
IMAM ADRIAN RAKHMAN
C011191014/A

SUMBER BAHAN

http://ayosemangatmembaca.blogspot.com/2017/09/pengertian-etka-profesi-
profesionalisme.html

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/47041/Chapter
%20II.pdf;jsessionid=2E5A38F523F6C3FB87F7D31DB6CD45E8?sequence=4

https://anomali-xfile.blogspot.com/2017/04/eksperimen-sifilis-tuskegee.html

https://media.neliti.com/media/publications/163266-ID-tinjauan-yuridis-terhadap-tawanan-
perang.pdf

https://www.bbc.com/indonesia/majalah/2011/02/110221_japanprisoners

Anda mungkin juga menyukai