Anda di halaman 1dari 10

BAGIAN ILMU ORTHOPEDI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA


CASE REPORT
Sindrom Kompartmen pada Fraktur Tibia

Disusun Oleh:
APRIANI EKA SAPUTRI
111 2018 2120
Pembimbing : dr. Syarif Hidayatullah, Sp. OT, M.Kes

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU ORTHOPEDI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Nama Mahasiswa : Apriani Eka Saputri


Stambuk : 111 2018 2120
Bagian : Kepaniteraan Klinik Ilmu Orthopedi Fakultas
Kedokteran Universitas Muslim Indonesia
Judul Refarat : Sindrom Kompartmen pada Fraktur Tibia
Pembimbing : dr. Syarif Hidayatullah, Sp. OT, M.Kes

Menyatakan bahwa benar telah menyelesaikan Case Report yang berjudul “Sindrom

Kompartmen pada Fraktur Tibia” dan telah mendiskusikan serta diujikan dihadapan

pembimbing.

Makassar, 15 April 2020

dr. Syarif Hidayatullah, Sp. OT, M.Kes


I. Identitas Pasien
Nama : An. X
Umur : 5 Tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Agama : Kristen
Tanggal Masuk : 22 November 2015
I. ANAMNESIS

Keluhan Utama : nyeri pada paha kiri

Riwayat penyakit sekarang

Pasien datang ke UGD Hamad General Hospital di Qatar dengan keluhan

nyeri pada kaki kiri. Satu jam sebelumnya pasien mengalami kecelakaan

mobil yang dimana melukai kaki kirinya. Di UGD pasien dipasangkan splint

dan diberikan analgetik pada kaki kirinya. 5 jam setelah pemasangan splint.

Keluarga pasien complain di karenakan kaki kiri pasien bertambah sakit dan

tidak ada perubahan setelah mengkonsumsi obat. Pasien tidak mual dan

muntah, pusing(-), pingsan (-). Pasien kemudian di konsul ke bagian

orthopedic untuk penatalaksanaan lebih lanjut.

Riwayat penyakit terdahulu

Tidak ada

Riwayat pemakaian obat

Tidak ada
II. TANDA VITAL

Keadaan umum : tampak sakit sedang

GCS : 15

Tekanan darah : 130/80 mmHg

Nadi : 84x/I

Pernafasan : 18x/I

Suhu : 36,8

III. PEMERIKSAAN ORTHOPAEDIC

Status lokalis : Regio cruris sinistra

Look

Raut muka os kesakitan, tidak tampak penonjolan abnormal,

deformitas (+), edem (+), luka (-)

Feel

Teraba lebih hangat dibanding regio cruris dextra, nyeri tekan (+)

Move

Sulit dievaluasi karena nyeri

NVD

Sensibilitas baik, pulsasi a. tibialis posterior dan dan a. dorsalis pedis

tidak teraba, CRT > 2 detik


IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium

hb : 13 g/dl ( N : 14-18)

Ht : 40 % (40-50)

Leukosit : 6000/ul ( N : 4000-10.000)

Trombosit : 380.000/dl ( 150.000-400.000)

Pemeriksaan penunjang

V. Diagnosa dan tata laksana

Diagnosis : acute compartment syndrome

Fracture tibia

Terapi :

- fasciotomy

- intramedullary flexible nails


VI. Pembahasan

Fraktur tibia dapat terjadi pada tiga bagian yaitu proximal, tengah dan

distal.1 Fraktur yang biasa terjadi adalah fraktur spiral, oblique, transverse

dan kominuted.1 Fraktur tibia pada bagian diaphysis sering dikaitkan

dengan terjadinya komplikasi yaitu kompartemen syndrome 2. Sekitar 2

-12% sindrom kompartemen terjadi pada fraktur tibia Seperti pada kasus

diatas fraktur tibia yang tejadi adalah fraktur pada proksimal diafisis dan

fraktur yang terjadi adalah fraktur tranverse.

Kompartemen syndrome adaalah peningkatan tekanan dari suatu edema

progresif di dalam kompartemen osteofasial yang kaku dan secar anatomis

mengganggu sirkulasi otot-otot dan saraf-saraf intarkompartemen sehingga

dapat menyebabkan kerusakan jaringan intrakompartemen. Kondisi tersebut

terjadi karena peningkatan tekanan di dalam ruang anatomi yang sempit,

yang secara akut mengganggu sirkulasi, kemudian dapat mengganggu

fungsi jarimgan dalam ruangan tersebut. 3,4

Penyebab yang paling sering menyebabkan terjadinya compartment

syndrome adalah penggunaan otot yang terlalu berlebihan, gigitan ular,

fracture, burns, intra articular injection, pasien yang menggunakan

anticoagulant. 5

Secara anatomi, kompartemen yang ada di dalam tubuh dapat dibagi

menjadi dua bagian yaitu kompartemen lengan bawah dan kompartemen

tungkai bawah. Setiap kompartemen berisi otot-otot. 6 Berdasarkan kasus


yang dibahas adalah fracture tibia maka yang akan dijabarkan adalah

kompartemen tungkai bawah yang dimana terdiri dari 4 bagian, yaitu

kompartemen anterior (m. tibialis anterior, m extensor halluces longus, m.

extensor digitorum longus, dan m fibularis tertius), kompartemen lateral ( m.

fibullaris longus dan m. fibularis berevis), kompartemen posterior

profunda( m. popliteus, m flexor haluucis longus, m. flexor digitorum longus

dan m. tibialis posterior), dan kompartemen posterior superfisialis ( m.

gastrocnemius, m. soleus dan m. plantaris). Kompartemen anterior

merupakan bagian yang paling sering terjadinya kompartemen sindrom. 6

Patofisiologi dari sindrom kompartemen terdiri dari dua kemungkinan

mekanisme, yaitu berukurangnya ukuran kompartemen atau bertambahnya

isi kompartemen tersebut. Edema jaringan parah atau hematom yang

berkembang dapat menyebabkan bertambahnya isi kompartemen sehingga

memberi kontribusi pada mekanisme sindrom kompartemen. Fasia tidak

dapat bertambah volumenya jika terjadi pembengkakan pada sebuah

kompartemen akan meningkatkan tekanan dalam kompartemen tersebut.

Ketika tekanan dalam kompartemen melebihi tekanan darah di kapiler,

pembuluh darah akan kolaps. Hal ini akan mengalami iskemia dan mulai mati

dalam waktu beberapa jam. Iskemia jaringan akan menyebabkan edema

jaringan, edema jaringan dalam kompartemen syndrome yang menyebabkan

tekanan intrakompartemen meningkat yang mengganggu aliran balik vena

dan limfatik pada daerah yang cedera.6


Pada sindrom kompartemen didapatkan 6P yaitu pain, parstesia, palor,

paralisis dan puffine, akan tetapi ada yang menyebut sebagai poikilotermia

(dingin). Nyeri pada kompartemen sindrom tidak akan reda dengan

pemberian analgetik maupun morfin sekalipun. Sama halnya pada kasus

diatas yang dimana pasien merasakan nyeri walaupun telah diberikan


3,7
analgetik serta saat pemeriksaan fisik tidak terabanya pulsasi.

Tatalaksana yang daoat diberikan jika terdapat kecurigaan sindrom

kompartemen akut maka tindakan yang harus dilakukan mulau dari

menyingkirkan semua pembalut atau bebat yang ada pada ekstremitas yang

terganggu dan mengelevasikan tungkai setinggi jantung agar sirkulasi

kompartemen lebih lancer, apabila sindrom kompartemen telah ditegakkan

dapat dilakukan fasiotimi. Seperti pada kasus diatas penanganan yang

dilakukan adalah dengan melakukan tindakan fasiotomi. 8

Jika diagnosis sindrom kompartemen telah dibuat dan tindakan operasi

telah dilakukan maka prognosis dari pemulihan otot dan saraf di dalam

kompartmen sangat baik. Prognosis secara umum ditentukan dari cecera

yang menyebabkan sidrom kompartemen tersebut.

Jika diagnosis terlambat dilakukan maka dapat terjadi kerusakan saraf

oermanen dan hilangnya fungsi otot. Hal ini dapat terjadi pada pasien yang

tidak sadar atau dalamm pengaruh obat nyeri. Kegagalan untuk mengurangi

tekanan dapat berakibat nekrosis pada jaringan dalam kompartemen, karena

perfusi kapiler akan menurn dan menyebabkan hipoksia jaringan. Jika tidak
tertangani, sindrom kompartemen akut dapat mengarah pada keadaan yang
8
lebih abrah, termasuk rabdomiolisis dan gagal ginjal.

VII. KESIMPULAN

Fraktur tibia pada bagian diaphysis sering dikaitkan dengan terjadinya

komplikasi yaitu kompartemen syndrome. Sekitar 2 -12% sindrom

kompartemen terjadi pada fraktur tibia. Seperti pada kasus diatas fraktur tibia

yang tejadi adalah fraktur pada proksimal diafisis.

Pada sindrom kompartemen didapatkan 6P yaitu pain, parstesia, palor,

paralisis dan puffine, akan tetapi ada yang menyebut sebagai poikilotermia

(dingin). Nyeri pada kompartemen sindrom tidak akan reda dengan

pemberian analgetik maupun morfin sekalipun. Sama halnya pada kasus

diatas yang dimana pasien merasakan nyeri walaupun telah diberikan

analgetik serta saat pemeriksaan fisik tidak terabanya pulsasi.


REFERENSI

1. Kim, c., amendola, A. Netters spprt medicine. Library of congress of cataloging.

Philadelphia. Ed 2th. H 449

2. Pfeninger,J ., fowler, g. procedurs for primary care. Elsevier health sciences. Ed

3th. H. 1193

3. Skinner, HB. Current diagnosis & treatment in orthopedics 4 th edition. USA. The

McGraw Hill companies. 2006

4. Lee, m., marshall, S.musculoskeletal emergencies. Elsevier. 2012. H 348

5. Goideman, JM., General principles of orthopedic injury. Ed2th. H. 447

6. Moore KL, Dalley AF. Clinically Oriented anatomy. 5th ed. Philadelpia. H 250-251

7. Flores, M. signs and symptoms in family medicine. Mosby inc.2012. h 385

8. Sagman l. compartment pressure measurement. Medscape reference (online)

available at : http//emedicine Medscape.com ( 12 april 2020)

Anda mungkin juga menyukai