Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Di susun
Oleh :
Nesa arisa(180603137)
Novi liyasmi(180603124)
Dosen Pembimbing :
Cut kaslinda, S.H.I.,M.Ag
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat dan
Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana.
Makalah yang berjudul “Akad jasa”ini saya akui masih banyak kekurangan karena
pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh karena itu saya harapkan kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Tak ada gading yang tak retak. Begitu pula dengan tugas yang saya buat ini yang
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saya memohon maaf apabila ada kekurangan
ataupun kesalahan. Kritik dan saran sangat diharapkan agar tugas ini menjadi lebih baik serta
berdaya guna dimasa yang akan datang. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala
usaha kita. Amin.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................... 1
C. Tujuan Makalah.............................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................... 2
A. Pengertian Al-Wakalah................................................................... 2
B. Pengertian Al-Kafalah.................................................................... 4
G. Macam-macam Jasa........................................................................ 8
A. Kesimpulan..................................................................................... 10
B. Saran............................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jasa – jasa bank lainnya merupakan kegiatan perbankan yang kegiatan perbankan
yang ketiga. Tujuan pemberian jasa – jasa bank ini adalah untuk mendukung dan
memperlancar kegiatan menghimpun dana dan menyalurkan dan. Semakin lengkap jasa bank
yang diberikan, semakin baik. Dalan arti jika nasabah hendak melakukan suatu transaksi
perbankan, cukup di satu bank saja. Demikian pula sebaliknya jika jasa bank yang diberikan
kurang lengkap, maka nasabah terpaksa untuk mencari bank lain yang menyediakan jasa
yang mereka butuhkan.
Selain menjalankan transaksi untuk mencari keuntungan, bank syariah juga
melakukan transaki yang tidak untuk mencari keuntungan. Transaki ini tercakup dalam jasa
pelayanan fee based service . Beberapa bentuk layanan jasa yang disediakan oleh bank
Syariah untuk nasabahnya, antara lain jasa keuangan, agen, dan jasa non keuangan.
Termasuk dalam jasa keuangan, wakalah (pelimpahan kekuasaan kepada bank untuk
bertindak mewakili nasabah), kafalah (jaminan yang diberikan seseorang untuk menjamin
pemenuhan kewajiban pihak kedua).
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian Al-Wakalah, Al-Kafalah, Ar-Rahn, Al-Hawalah dan Al-Qardh ?
2. Apa Landasan Syariah Jasa ?
3. Apa saja Macam-macam Jasa ?
4. Bagaimana Aplikasi Jasa dalam Perbankan ?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui pengertian Al-Wakalah, Al-Kafalah, Ar-Rahn, Al-Hawalah dan
Al-Qardh
2. Bagaimana landasan Syariah Jasa
3. Mengetahui Macam-macam Jasa
4. Untuk mengetahui Aplikasi Jasa dalam Perbankan
BAB II
ii
PEMBAHASAN
A. Pengertian Al-Wakalah
Secara etimologi, Wakalah memiliki beberapa pengertian seperti (al-hifzh) yang
berarti perlindungan, (al-kifayah) yang berarti pencakupan, (al-dhamah) yang berarti
tanggungan atau (al-tafwidh) berarti pendelegasian atau pemberian kekuasaan atau
mewakilkan.
Wakalah berarti pelimpahan kekuasaan oleh seseorang/satu pihak sebagai pihak
pertama kepada orang/pihak lain sebagai pihak kedua dalam hal yang diwakilkan, dalam hal
ini pihak kedua hanya melaksanakan sesuatu sebatas kuasa atau wewenang yang diberikan
oleh pihak pertama kepadanya. Apabila kuasa itu telah dilaksanakan sesuai yang disyaratkan,
maka semua resiko dan tanggung jawab atas dilaksanakan perintah tersebut sepenuhnya
kembali menjadi pihak pertama atau pemberi kuasa. Wakalah juga berarti penyerahan,
pemberian mandat atau pendelegasian.
Para ulama memiliki pendapat yang berbeda tentang wakalah. Adapun pendapat
ulama mengenai wakalah adalah sebagai berikut:
Menurut Ulama Syafi’iyah, Wakalah adalah ungkapan yang mengandung arti
pendelegasian sesuatu oleh seseorang kepada orang lain agar orang lain tersebut
melakukan kegiatan yang telah dikuasakan atas nama pemberi kuasa.
Menurut Ulama Hanafiyah, Wakalah ialah seseorang menempati diri orang lain dalam
tasharuf (pengelolaan).1
Menurut Ulama Malikiyah, Wakalah adalah tindakan seseorang mewakilkan dirinya
kepada orang lain untuk melakukan kegiatan yang merupakan haknya, yang mana
kegiatan tersebut tidak dikaitkan dengan pemberian kuasa setelah wafat, sebab jika
kegiatan dikaitkan setelah pemberi kuasa wafat maka sudah termasuk wasiat.
Menurut Sayyid Sabiq, Wakalah adalah pelimpahan kekuasaan oleh seseorang kepada
orang lain dalam hal-hal yang boleh diwakilkan.2
1
Abdurrahman Al-Jaziri, Al-Fiqh ‘ala Muzahib al-arba’ah. Hlm 167
2
Sayyid Muhammad Syatha al-Dimyati, I’anat al-Talibin (Semarang: Toha Putra) Hlm 84
ii
Jadi, Wakalah adalah akad pemberian kuasa dari pemberi kuasa kepada penerima
kuasa untuk melaksanakan suatu tugas atas nama pemberi kuasa.3
Adapun dasar hukum wakalah adalah Al-Qur’an, Al-Hadist dan Ijma’.
- Al-Qur’an
“...Maka suruhlah salah seorang diantara kamu pergi ke kota dengan membawa uang
perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakala makanan yang lebih baik, maka hendaklah
dia membawa makanan itu untukmu...” (QS. Al-Kahfi : 19)
“Berkata Yusuf : Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir), sesungguhnya aku adalah
orang yang pandai menjaga lagi berpengetahuan.” (QS. Yusuf : 55)
- Al-Hadist
“Bahwasanya Rasulullah saw mewakilkan kepada Abu rafi’ dan seorang anshar untuk
mewakilinya mengawini Maimunah binti al-Harist.” (HR. Malik dalam al-Muwatha’)
“Sesungguhnya Rasulullah saw mengutus Assa’ah untuk memungut zakat.”
(HR. Bukhari dan Muslim)4
- Ijma’
Para ulama bersepakat dengan ijma’ atas diperbolehkannya wakalah. Mereka bahkan ada
yang cenderung mensunahkannya dengan alasan bahwa hal tersebut termasuk jenis ta’wun
atau tolong-menolong atas dasar kebaikan dan taqwa.5
3. Wakalah al ammah, perwakilan yang lebih luas dari al muqayyadah tetapi lebih
sederhana daripada al mutlaqah6
B. Pengertian Al-Kafalah
3
Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah (Jakarta: Zikrul Hakim) Hlm 33
4
Hendi Suhendi, Fiqh Mu’amalah, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2002), hlm.233-237.
5
Muhammad Syafi’I Antonio. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktek. (Jakarta: Gema Insani Press 2001)
Hlm 166.
6
Ismail, Perbankan Syari’ah, (Jakarta: KENCANA 2011) Hlm 105
ii
Al-Kafalah secara etimologi memiliki tiga makna yaitu مانJJ( الضjaminan), الحمالة
(beban), dan ( الزعامةtanggungan), namun secara menyeluruh ketiga kata ini memiliki garis
pengertian yaitu jaminan.
Kafalah adalah Akad dari pihak pertama dan pihak kedua dapat berupa perjanjian
yang mengikat dimana tidak dapat dibatalkan secara sepihak, pihak penjamin tersebut bisa
mendapatkan imbalan dari pihak yang tertanggung selagi tidak memberatkan pihak
tertanggung. Hal ini sesuai dengan fatwa DSN No.11/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Kafalah.
Pada asalnya, kafalah adalah padanan dari dhamman, yang berarti penjaminan
sebagaimana tersebut di atas. Namun dalam perkembangannya, Kafalah identik dengan
kafalah al-wajhi (personal guarantee, jaminan diri), sedangkan dhamman identik dengan
jaminan yang berbentuk barang/harta benda.7
Dasar hukum Al-Kafalah adalah Al-Qur’an, Al-Hadist dan Ijma’.
- Al-Qur’an
“Penyeru-penyeru itu berkata: "Kami kehilangan piala raja, dan siapa yang dapat
mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban unta, dan aku
menjamin terhadapnya." (QS. Surah Yusuf : 72 )
“Ya’kub berkata: sekali-kali aku akan melepaskannya (pergi) bersama-sama kamu sebelum kamu
janji yang teguh kepadaku atas nama Allah bahwa kamu pasti kembali kepadaku” (QS. Yusuf : 66)
- Al-Hadist
Dari Anas ia berkata: “Rasulullah saw telah merungguhkan baju besi beliau kepada seorang
Yahudi di Madinah, sewaktu beliau mengutang sya’ir (gandum) dari seorang Yahudi untuk
ahli rumah beliau.” (HR. Bukhari, Nasa’i, dan Ibnu Majjah)8
- Ijma’
Adapun dasar hukum kafalah menurut ijma’ ulama bahwa kaum muslimin telah
berijma’ atas pembolehan kafalah secara umum karna keperluan atau hajat manusia
kepadanya untuk saling menolong serta menolak bahaya dari orang yang berhutang.
7
Ahmad Isa Asyur,Fikih al-Muyassar fi al-Muamalah, (Terj). (Solo: Pustaka Mantiq, 1995).Hal. 276.
8
Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam (Jakarta: Sinar Baru Algesindo, 2003) Hlm 309
ii
a) Kafalah dengan jiwa dikenal dengan kafalah bi al-wajhi, yaitu adanya keharusan pada
pihak penjamin (al-kafil, al-dhamin atau al-za’im) untuk menghadirkan orang yang ia
tanggung kepada yang ia janjikan tanggungan (Makfullah).
b) Kafalah dengan harta, yaitu kewajiban yang harus ditunaikan oleh dhamin atau kafil
dengan pembayaran (pemenuhan) berupa harta.
C. Ar-Rahn (Mortage)
Ar-Rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas
peminjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis.
Dengan demikian, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil
kembali seluruh atau sebagian piutangnya.
Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa rhan adalah semacam jaminan utang atau
gadai
Rukun rahn yaitu:
a. Shighat atau ijab qabulb.
b. Aqid (yang menggadaikan/Rahin dan yang menerima gadai/Murtahin)
c. Barang yang dijadikan jaminan (marhun)
d. Adanya hutang
Adapun syarat- syarat yang harus terpenuhi pada setiap rukun Rahn yaitu:
a. Shighat, yaitu bisa dengan lisan atau tulisan. Misalnya dengan kalimat
“akugadaikan emasku ini dengan harga Rp. 500.000,-“, yang kemudian dijawab oleh
murtahin dengan kalimat “aku terima gadai emasmu dengan harga Rp.
500.000,-“. Bahkan hanya dengan menggunakan isyaratpun boleh.
b. Aqid, adapun syarat bagi yang berakad adalah ahli tasharruf, yaitu
mampun membelanjakan harta dan dalam hal ini memahami persoalan-persoalan
yang berkaitan dengan gadai. Keduanya juga harus lulus syarat al-ahliyah.
9
Rahman syafi’i. hal 131
ii
1. Sunnah
Imam bukhari dan muslim meriwayatkan dari abu hurairah bahwa rasululloh bersabda
:” menunda pembayaran bagi orang yang mampu adalah suatu kezaliman dan jika salah satu
dari kamu di ikutkan( di hawalah kan ) kepada orang yang mampu /kaya, terimalah hawalah
itu.”
2. Ijma
Ulama sepakat membolehkan hawalah, hawalah dibolehkan pada utang yang tidak
berbentuk barang / benda karena hawalah adalah perpindahan uang, maka harus pada uang
atau kewajiban finansial.
Manfaat Al-Hawalah
- Memungkinkan penyelesaian utang dan piutang dengan cepat dan simultan
- tersedianya talangan dana untuk hibah bagi yang membutuhkan
- dapat menjadi salah satu sumber pendapatan non pembiayaan bagi bank syariah
Dasar Hukum
- al-qur’an : qs al-hadiid:1
Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, Maka Allah akan
melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang
banyak
- Al-hadits
HR Ibnu majah no.2421, kitab al-ahkam ; ibnu hibban dan baihaki
artinya:” ibnu mas’ud meriwayatkan bahwa nabi saw berkata,” bukan seorang muslim yang
meminjamkan muslim lainnya dua kali kecuali yang satunya adalah senilai sedekah.”
- Ijma
kesepakatan ulama ini didasari oleh tabiat manusia yang tidak bisa hidup tanpa pertolongan
dan bantuan saudaranya.
Sumber Dana
1. Al-qardh yang diperlukan untuk membantu keungan nasabah secara cepat dan jangka
waktu pendek diambil dari modal bank
ii
2. Al-qardh yang diperlukan untuk membantu usaha sangat kecil dan keperluan sosial ,
bersumber dari dana zakat, infak dan sedekah. selain itu dapat dari pendapatan-
pendapatan yang diragukan .10
Manfaat Al-Qardh
1. Memungkinkan nasabah yang sedang dalam kesulitan mendesak untuk mendapat
talangan jangka pendek
2. Al-qardh al-hasan merupakan salah satu ciri pembeda antara bank syariah dan
konvensional yang didalamnya terkandung misi sosial disamping misi komersial
3. Adanya misi sosial kemasyarakatan ini akan meningkatkan citra baik dan meningkatkan
loyalitas masyarakat terhadap bank syariah.11
G. Macam-macam Jasa
Jasa jasa bank merupakan kegiatan perbankan yang ke tiga. Tujuan pemberian jasa
jasa bank ini adalah unntuk mendukung dan memperlancar kegiatn menghimpun dana dan
menyalurkan dana. Keuntungan dari transaksi dalam jasa-jasa bank ini disebut juga fee based.
Adapun keuntungan yang diperoleh dari jasa-jasa bank ini antara lain:
- Biaya administrasi
- Biaya kirim
- Biaya tagih
- Biaya provisi dan komisi
- Biaya iuran
- Biaya sewa
10
Muhammad syafi’i antonio. hal133
11
Warkum
ii
Merupakan jasa pengiriman uang lewat bank baik dalam kota, luar kota maupun
keluar negri. Lama pengiriman tergantung dari sarana yang digunakan. Sarana yang
digunakan dalam jasa transfer ini tergantung kemauan nasabah. Sarana yang dipilih akan
memengaruhi kecepatan pengiriman dan besar kecilnya biaya pengiriman. Sarana-sarana
yang bisa digunakan adalah: Surat, Telex, Telepon, Faximile dan Online Computer
Adapun keuntungan yang diperoleh oleh masing-masing pihak dalam transfer
ini adalah:
- Bagi Nasabah: Pengiriman uang lebih cepat, Aman sampai tujuan, Pengiriman dapat
dilakukan lewat telpon melalui pembebanan rekening dan Prosedur mudah dan aman.
- Bagi Bank: Biaya kirim, Biaya provisi dan komisi dan Pelayanan kepada nasabah
b. Bank Garansi
Yaitu jaminan pembayaran yang diberikan oleh bank kepada suatu pihak, baik
perorangan, perusahaan atau badan/lembaga lainnya dalam bentuk surat jaminan. Pihak-pihak
yang terlibat dalam fasilitas bank garansi yaitu: Pihak peminjam (Bank), Pihak terjamin
(Nasabah) dan Pihak penerima jaminan (Pihak ketiga)
c. Kliring (Clearing)
Merupakan jasa penyelesaian utang piutang antara bank dengan cara saling
menyerahkan warkat-warkat yang akan dikliringkan di lembaga kliring (penagihan warkat
seperti cek atau BG yang berasal dari dalam kota).
ii
bank yang lain, kecuali seizin nasabah. Pemberian kuasa berakhir setelah tugas dilaksanakan
dan disetujui bersama antara nasabah dengan bank. Garansi bank dapat diberikan dengan
tujuan untuk menjalin pembayaran suatu kewajiban pembayaran. Bank dapat
mempersyaratkan nasabah untuk menempatkan sejumlah dana untuk fasilitas ini, dan bank
menerima dana tersebut dengan prinsip wadi`ah. Bank mendapatkan imbalan atas jasa yang
diberikan.
ii
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas dapat kita ambil kesimpulan sebagai berikut:
- Wakalah berarti pelimpahan kekuasaan oleh seseorang/satu pihak sebagai pihak
pertama kepada orang/pihak lain sebagai pihak kedua dalam hal yang diwakilkan,
dalam hal ini pihak kedua hanya melaksanakan sesuatu sebatas kuasa atau wewenang
yang diberikan oleh pihak pertama kepadanya
- Kafalah adalah Akad dari pihak pertama dan pihak kedua dapat berupa perjanjian
yang mengikat dimana tidak dapat dibatalkan secara sepihak, pihak penjamin tersebut
bisa mendapatkan imbalan dari pihak yang tertanggung selagi tidak memberatkan
pihak tertanggung
- Ar-Rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas
peminjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis
- Al-Hawalah adalah pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain
yang wajib menanggungnya. dalam istilah para ulama yaitu pemindahan beban utang
dari muhil ( orang yang berutang ) menjadi tanggungan muhal alaih( orang yang
berkewajiban membayar utang)
- Al-Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta
kembali (meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan), saling membantu dan bukan
transaksi komersial
B. Saran
Demikianlah pembahasan dari makalah ini. Semoga bermanfaat bagi pembaca. Dan
saya mengharapkan kritik dan sarannya untuk kesempurnaan makalah ini. Sekian dan terima
kasih.
ii
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Isa Asyur, Fikih al-Muyassar fi al-Muamalah, (Terj). (Solo: Pustaka Mantiq, 1995)
Ridwan, Akad-akad pada Perbankan Syari’ah di Indonesia, cet. 1, Banda Aceh, Yayasan
PeNA, 2010.
Syafi’I Antonio, Muhammad., Bank Syari’ah, cet. 1, Jakarta: Gema Insani, 2001.
ii