UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2020 ABSTRAK M. SUPRIZAL JUSUF, 701620006. Reformasi birokrasi pemerintah daerah Kabupaten Buol. Mini Research Program Program Studi Administrasi Publik, Pascasarjana, Universitas Negeri Gorontalo.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisasis: 1) Menganalisis transparasi/kepercayaan
masyarakat terhadap Program Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Buol, 2) Mengidentifikasi peran pengambil keputusan dalam menentukan pelaksanaan program kerja yang menyentuh ke masyarakat, 3) Menganalisis Kualitas Layanan yang diberikan penyelenggara Negara kepada masyarakat, 4) Menganalisis prosfesionalisme penyelenggara Negara dalam memberikan pelayanan yang mudah, cepat, dan tepat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah data primer dan sekunder yang dikumpulkan dengan wawancara dan dokumen. Teknik analisis data yang digunakan yaitu Model Interaktif Miles & Huberman. Hasil penelitian menunjukkan: 1) Pengembangan reformasi birokrasi di pemerintahan Kabupaten Buol masih perlu diperbaiki, beberapa factor yang menjadi penyebab adalah komitmen pengambil kebijakan di tingkat SKPD, sumber daya yang kurang maksimal, alokasi anggaran yang belum memadai serta ketersediaan sarana dan prasana yang belum tersedia. 2) Dari empat unsur yang dikaji, baik dari unsur transparansi, akuntabilitas, pelayanan prima dan profesionaltas. Kesemuanya masih perlu ditingkatkan demi mewujudkan masyarakat yang adil dan sejahtera sehingga pemerintahan kabupaten buol dapat bersaing dengan daerah- daerah yang lain Kata Kunci: Reformasi, Birokrasi, Pemerintah Daerah BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Penyelenggaraan pelayanan publik merupakan upaya negara untuk memenuhi kebutuhan dasar dan hak-hak sipil setiap warga negara atas barang, jasa, dan pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Di Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan kepada negara agar memenuhi kebutuhan dasar setiap warganya demi kesejahteraannya, sehingga efektivitas suatu sistem pemerintahan sangat ditentukan oleh baik buruknya penyelenggaraan pelayanan publik. Penyelenggara pelayanan publik di Indonesia adalah semua organ negara seperti Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah (Provinsi, Kabupaten, Kota). Dalam hal ini, Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 pun pada aliena ke-4 secara tegas menyatakan bahwa salah satu tujuan didirikan Negara Republik Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan publik dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Faktor yang mempengaruhi tidak berjalannya pelayanan publik dengan baik yaitu: Masalah struktural birokrasi yang menyangkut penganggaran untuk pelayanan publik. Yang mempengaruhi kualitas pelayanan publik adalah adanya kendala kultural di dalam birokrasi. Selain itu ada pula faktor dari perilaku aparat yang tidak mencerminkan perilaku melayani, dan sebaliknya cenderung menunjukkan perilaku ingin dilayani. Kondisi birokrasi Indonesia saat ini sudah tidak sesuai dengan tuntutan organisasional yang baru. Di Indonesia, birokrasi di departemen atau pemerintahan paling rendah, yang diutamakan adalah masukan dan proses, bukan hasil. Karenanya, yang selalu diperhatikan oleh para pelaku birokrasi adalah jangan sampai ada sisa pada akhir tahun buku. B. Fokus dan Sub Penelitian Berdasarkan urain pada latar belakang diatas, maka maka yang menjadi fokus dan sub fokus penelitian ini adalah : 1) Bagaimana Reformasi Birokrasi Pemerintah Daerah Kabupaten Buol dikaji dari: a) Transparansi b) Akuntabilitas c) Pelayanan Prima d) Profesionalitas C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1) Menganalisis transparasi/kepercayaan masyarakat terhadap Program Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Buol, 2) Mengidentifikasi peran pengambil keputusan dalam menentukan pelaksanaan program kerja yang menyentuh ke masyarakat, 3) Menganalisis Kualitas Layanan yang diberikan penyelenggara Negara kepada masyarakat, 4) Menganalisis prosfesionalisme penyelenggara Negara dalam memberikan pelayanan yang mudah, cepat, dan tepat. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari pelaksanaan penelitian ini terdiri dari : 1. Manfaat Teoritis Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi penelitian-penelitian selanjutnya demi mengembangkan ilmu pengetahuan pada umumnya dan bidang reformasi birokrasi Pemerintah Daerah khususnya. 2. Praktis a. Dapat digunakan sebagai pedoman untuk melaksanakan kegiatan reformasi birokrasi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. b. Menjadi bahan referensi untuk menambah khazanah berfikir bagi para intelektual muda dalam pengembangan sektor pariwisata di indonesia. BAB II KAJIAN TEORI A. DESKRIPSI KONSEPTUAL FOKUS DAN SUB FOKUS 1. Reformasi Birokrasi Secara etimologi, birokrasi terdiri dari dua kata yakni bureau yang diambil dari bahasa Perancis yang berarti meja tulis atau tempat bekerjanya para pejabat dan cracy yang diturunkan dari kata kratein (bahasa Yunani) yang berarti mengatur. Kamus bahasa Indonesia juga memberikan definisi dari birokrasi yaitu sistem pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai pemerintah karena telah berpegang pada hierarki dan jenjang jabatan Birokrasi yang dicirikan oleh Weber tersebut, merupakan rumusan terhadap organisasi birokrasi pada umumnya. Dimana organisasi birokrasi tersebut hadir dalam organisasi birokrasi swasta maupun organisasi birokrasi Demikian pula dalam peraturan perundang-undangan, kata birokrasi sendiri tak dikenal dalam peraturan perundang-undangan yang digunakan oleh undang-undang dalam mengartikan organisasi birokrasi secara luas ini adalah mereka yang menyelenggarakan urusan negara dalam Pasal 1 butir 1 UU No. 28 tahun 1999 disebut sebagai penyelenggara negara. Penyelenggara negara menurut peraturan ini adalah pejabat negara yang menjalankan fungsi eksekutif, legislatif, atau yudikatif, dan pejabat lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, sedangkan birokrasi dalam arti kecil yang merujuk pada fungsi pemberian pelayanan secara langsung kepada masyarakat adalah mereka yang termasuk dalam korps pegawai negeri sipil yang berkerja berdasarkan jenjang karir dan profesionalisme. Dalam Pasal 1 butir 1 UU No. 43 tahun 1999 disebutkan bahwa pegawai negeri adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2. Reformasi Birokrasi di kaji dari : a. Transparansi Transparansi adalah prinsip menciptakan kepercayaan timbal-balik antara pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan didalam memperoleh Informasi adalah suatu kebutuhan penting masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengelolaan daerah. Berkaitan dengan hal tersebut pemerintah daerah perlu proaktif memberikan informasi lengkap tentang kebijakan dan layanan yang disediakannya kepada masyarakat. Transparansi adalah sebagai produk hukum yang memberikan jaminan untuk mengatur tentang hak memperoleh akses dan penyebar luasan informasi kepada publik. Apalagi transparansi memang telah menjadi semacam suatu etika pergaulan internasional yang mesti ada untuk menjamin terselenggaranya sistem pemerintahan yang akuntabel dan transparan merupakan salah satu kunci perwujudan good governance. Transparansi dalam publik disampaikan melaui media Cetak, Papan pengumuman dan melalui pemerintah Desa/kelurahan, namun karena kondisi sarana dan prasarana yang belum memadai sehingga program ini belum dapat diterapkan secara maksimal. Adapun faktor-faktor yang menghambat adalah adalah: minimnya kualitas sumber daya manusia, Sarana dan Prasarana, Pekerjaan dan Akses. b. Akuntabilitas Akuntabilitas sendiri merupakan sebuah konsep yang memfokuskan pada kapasitas organisasi sektor publik untuk memberikan jawaban terhadap pihak-pihak yang berkepentingan dengan organisasi tersebut. Dalam penegasan yang lebih spesifik, akuntabilitas merupakan kemampuan organisasi sektor publik dalam memberikan penjelasan atas tindakan-tindakan yang dilakukannya terutama terhadap pihak-pihak yang dalam sistem politik telah diberikan kewenangan untuk melakukan penilaian dan evaluasi terhadap organisasi publik tersebut (Starling, 2008: 169). Osborne (2010: 42) dan Christensen, et.al. (2007: 108) menjelaskan bahwa sejalan dengan penekanan akuntabilitas pada reinventing government, ternyata konsep akuntabilitas juga masuk sebagai fokus utama dalam Manajemen Publik Baru atau yang sering kali disebut dengan istilah New Public Management (NPM). Oleh karenanya, akuntabilitas dapat dikatakan sebagai faktor pembeda utama antara kajian Administrasi Publik Klasik (old Public Administration) dengan New Public Management. Hal ini bermakna bahwa akuntabilitas harus dilaksanakan oleh organisasi sektor publik moderen sebagai cerminan upaya meningkatnya keberpihakan terhadap kepentingan publik. c. Pelayanan Prima Secara sederhana, pelayanan prima (excellent service) dapat diartikan sebagai suatu pelayanan yang terbaik dalam memenuhi harapan dan kebutuhan pelanggan. Dengan kata lain, pelayanan prima merupakan suatu pelayanan yang memenuhi standar kualitas. Pelayanan yang memenuhi standar kualitas adalah suatu pelayanan yang sesuai dengan harapan dan kepuasan pelanggan/masyarakat. Dalam pelayanan prima terdapat dua elemen yang saling berkaitan, yaitu pelayanan dan kualitas. Kedua elemen tersebut sangat penting untuk diperhatikan oleh tenaga pelayanan (penjual, pedagang, pelayan, atau salesman). d. Professional Profesional artinya ahli dalam bidangnya. Jika seorang manajer mengaku sebagai seorang yang profesional maka ia harus mampu menunjukkan bahwa dia ahli dalam bidangnya. Harus mampu menunjukkan kualitas yang tinggi dalam pekerjaanya.Berbicara mengenai profesionalisme mencerminkan sikap seseorang terhadap profesinya. Secara sederhana, profesionalisme yang diartikan perilaku, cara, dan kualitas yang menjadi ciri suatu profesi. Seseorang dikatakan profesional apabila pekerjaannya memiliki ciri standar teknis atau etika suatu profesi (Oerip dan Uetomo, 2000 : 264-265). Istilah profesional itu berlaku untuk semua aparat mulai dari tingkat atas sampai tingkat bahwa.Profesionalisme dapat diartikan sebagai suatu kemampuan dan keterampilan seseorang dalam melakukan pekerjaan menurut bidang dan tingkatan masing-masing. Profesionalisme menyangkut kecocokan antara kemampuan yang dimiliki oleh birokrasi dengan kebutuhan tugas, terpenuhi kecocokan antara kemampuan dengan kebutuhan tugas merupakan syarat terbentuknya aparatur yang profesional. Artinya keahlian dan kemampuan aparat merefleksikan arah dan tujuan yang ingin di capai oleh sebuah organisasi (Kurniawan, 2005:74). B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian relevan yang pernah dilakukan dan berkaitan dengan penelitian ini, adalah sebagai berikut seperti yang tergambar dalam tabel 2.1 berikut: No Judul/ Fokus Penelitian Metode Penelitian Persamaan dan Peneliti/ Perbedaan Tahun 1. Reformasi Bagaimana Penelitian ini Pelaksanaan birokrasi dalam implementasi menggunakan jenis reformasi birokrasi rangka ukuran penelitian sebagaimana yang mewujudkan keberhasilan hukum normatif ditetapkan melalui good pelaksanaan yakni penelitian Peraturan Menteri governance reformasi birokrasi terhadap taraf Pemberdayaan ditinjau dari dalam Permenpan sinkronisasi hukum. Aparatur Negara dan peraturan dan Reformasi Penelitian hukum Reformasi Birokrasi menteri Birokrasi No. 20 normatif menurut No. 20 Tahun 2010 pemberdayaan tahun 2010? Soerjono Soekanto secara umum belum aparatur negara mencakup; mencapai hasil yang dan reformasi penelitian terhadap sangat memuaskan. birokrasi nomor azas-azas hukum, Asas/prinsip good 20 tahun 2010, penelitian terhadap governance belum Tome, 2012 sistematik hukum, diterapkan dengan penelitian terhadap baik pada indikator taraf sinkronisasi ukuran keberhasilan vertikal dan reformasi birokrasi. horizontal, Perlunya dilakukan perbandingan penataan sistem, hukum sejarah struktur, dan kultur hukum.9 birokrasi agar aparat birokrasi dapat bekerja sesuai dengan standar- standar yang telah ditetapkan tanpa harus masuk pada wilayah politik pemimpin organisasi birokrasi sebagaimana yang dipraktekkan pada masa orde baru dan bahkan sampai sekarang 2 Mewujudkan Bagaimana Penelitian ini Penyelenggaraan
Good Mewujudkan menggunakan kepemerintahan yang
Governance Good baik (good
governance), pada Melalui Governance dasarnya menuntut Pelayanan Melalui keterlibatan seluruh Publik, Pelayanan komponen pemangku Maryam. 2018 Publik? kepentingan, baik di lingkungan birokrasi maupun di lingkungan masyarakat, dekat dengan masyarakat dan dalam memberikan pelayanan harus sesuai dengan kebutuhan masyaraka BAB III METODE PENELITIAN
A. Latar & Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Buol. Peneliti tertarik mengambil penelitian dengan judul Reformasi Birokrasi Pemerintah Daerah Kabupaten Buol, alasan pelaksanaan penelitian ini didasarkan fenomena yang terjadi dilapangan pada saat peneliti melakukan observasi dan dibeberapa instansi pemeritah daeah. Waktu penelitian ini yaitu sejak melakukan observasi sampai pada penulisan laporan penelitian. B. Pendekatan, Jenis, & Prosedur Penelitian Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan motode penelitian kualitatif yang mana penelitian ini didasarkan pada pengumpulan, analisis dan interpretasi data yang bertujuan untuk memperoleh pemahaman mendalam dari fenomena tertentu yang diminati. 1) Metode ini dilakukan untuk Menganalisis transparasi/kepercayaan masyarakat terhadap Program Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Buol, 2) Mengidentifikasi peran pengambil keputusan dalam menentukan pelaksanaan program kerja yang menyentuh ke masyarakat, 3) Menganalisis Kualitas Layanan yang diberikan penyelenggara Negara kepada masyarakat, dan 4) Menganalisis prosfesionalisme penyelenggara Negara dalam memberikan pelayanan yang mudah, cepat, dan tepat. . C. Data & Sumber Data Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu : a. Sumber data primer yaitu dari pihak-pihak yang terlibat langsung dalam Reformasi Birokrasi Pemerintah Daerah di KABUPATEN BUOL yang berjumlah 10 orang. Table 3.1 No Jabatan Ket 1. Wakil Bupati Buol 1 Orang 2. Kepala Bappeda 1 Orang 3. Kepala Dinas Pariwisata 8 Orang
Teknik penentuan informan menggunakan metode purposive sampling yaitu
dengan cara mengambil subjek yang dianggap memiliki pengetahuan dan mampu memberikan informasi terkait dengan masalah yang diteliti. a. Sumber data sekunder penelitian ini yaitu dokumen-dokumen berupa regulasi seperti Peraturan presiden tengang reformasi birokrasi, dan Laporan-Laporan Pelaksanaan Kegiatan Lima Tahun terakhir. D. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik analisis Model Miles and Huberman. Pengumpulan data dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh (Miles and Huberman 1984). Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Tentang Latar Belakang Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Buol dibentuk berdasarkan undang-undang RI nomor 51 tahun 1999 tentang pembentukan kabupaten Buol, Morowali dan Banggai Kepulauan. Sebelumnya pada pembentukan Negara Indonesia Timur, Buol adalah daerah Swapraja yang tergabung dengan daerah Gorontalo. Selanjutnya melalui undang-undang Ri nomor 29 tahun 1959 gabungan Swapraja Tolitoli dan Swapraja Buol menjadi kabupaten Buol Tolitoli. Sejak tanggal 16 Februari 1966 melalui keputusan DPR-GR Propinsi Sulawesi Tengah, Buol diusulkan menjadi kabupaten dan keinginan ini terlaksana dengan pembentukan kabupaten Buol pada tanggal 12 Oktober 1999. Letak geografis kabupaten Buol terletak pada posisi 0,35⁰ -1,20⁰ Lintang Utara dan 120,12⁰ -122,09⁰ Bujur Timur. Secara administratif wilayah buol berbatasan dengan : Sebelah utara : Laut Sulawesi sekaligus berbatasan dengan Negara tetangga Philipina Sebelah selatan : Kabupaten Bualemo provinsi Gorontal dan kabupaten Parigi Moutong Sebelah timur : Kabupaten Gorontalo provinsi Gorontalo Sebelah barat : Kabupaten Tolitoli. Luas wilayah daratan Kabupaten Buol ±4.043,57 Km² dan luas laut ± 3.777 Km². Kabupaten Buol terdiri dari 11 kecamatan dengan 108 desa dan 7 kelurahan 2. Visi, Misi, Tujuan Dan Pemerintah Daerah Kabupaten VISI: “TERWUJUDNYA KESEJAHTERAAN DENGAN BERTUMPU PADA KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN RAKYAT”. MISI KABUPATEN BUOL 2017-202 1. Mewujudkan Keamanan Daerah, Iklim Demokrasi, Penegakan Supremasi Hukum dan Penataan Reformasi Birokrasi; 2. Mewujudkan Kualitas Hidup Manusia dan Masyarakat Maju, Mandiri dan Berkepribadian serta Beriman dan Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; 3. Mewujudkan Pengelolaan Sumber Daya Pertanian dan Maritim yang Optimal dan Berkelanjutan; 4. Mewujudkan Pembangunan Infrastruktur Daerah dan Kemandirian Energi Yang Berdaya Saing; 5. Mewujudkan Struktur Ekonomi yang Tangguh dan Memiliki Keunggulan Komparatif Berbasis Kewilayahan dan Ekonomi Kerakyatan; 6. Mewujudkan Pembangunan Perdesaan yang Mandiri Guna Menjaga Keseimbangan Pembangunan Desa – Kota; 7. Mewujudkan Pembangunan Konservasi dan Peningkatan Kualitas Lingkungan.
B. Hasil Penelitian & Pembahasan
1. Transparansi Secara umum, kepercayaan masyarakat akan kinerja pemerintah daerah sangatlah baik, hal ini ditandai dengan banyaknya program kerja pemerintah daerah yang melibatkan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam di kabupaten buol, selain itu penyampaian informasi kepada masyarakat sudah sangat baik dimana setiap pengambil kebijakan yang ada didaerah baik tingkat kabupaten, kecamatan maupun pemerintah desa selalu melakukan sosialisasi atau penyampaian kepada masyarakat secara berjenjang sehingga program kerja yang menyentuh langsung ke masyarakat bisa dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Meskipun demikian transparansi yang dilakukan oleh pemerintah daerah belum maksimal, buktinya masih banyak masyarakat yang resah belum mendapatkan informasi yang maksimal terkait giat kerja pemerintah daerah, baik program nasional maupun lokal. Banyaknya keluhan yang disampaikan ke pemerintah daerah tidak serta merta mendapatkan jawaban dari pihak-pihak terkait. Salah satu program kerja yang mendapatkan perhatian khusus dari masyarakat adalah program kerja pemerintah dalam menuntaskan kemiskinan melalui Perusahaan Daerah, masyarakat merasa pengelolaan asset daerah hanya terfokus ke daerah-daerah yang memiliki sumber daya alam yang baik, tetapi yang kurang baik tidak menjadi prioritas. 2. Akuntabilitas Akuntabilitas publik di kabupaten buol berjalan sudah sesuai system yang berlaku meskipun belum semua harapan masyarakat bisa diakomodir, kemampun daerah untuk selalu hadir dalam setiap permasalahan sudah sangat maksimal sehingga banyak persoalan- persoalan bisa terselesaikan dengan baik pula. Jika dipresentasikan kisaran 75% akuntabilitas pemerintah daerah bisa menjawab permasalahan yang terjadi, sisanya adalah persoalan-perosalan mendasar baik yang berkaitan dengan politik maupun persoalan hak hidup masyarakat pada umumnya. Kekurangan sumber daya yang kompatable dan alokasi anggaran yang belum memadai, menyebabkan beberapa persoalan tidak bisa ditindaklanjuti sampai selesai sehingga menjadi beban dan tanggungjawab untuk pemerintahan selanjutnya. 3. Pelayanan Prima Secara umum, kualitas layanan di Pemerintah Kabupaten Buol masih jauh dari standar pelayanan yang diharapkan. Hal ini disebabkan Karena beberapa factor yakni standar operasional prosedur yang belum diterapkan dengan maksimal, budaya atau perilaku organisasi yang belum peduli dengan kualitan layanan, sarana pendukung yang belum memadai dan beberapa kendala lainnya. Pelayanan prima menjadi keharusan bagi instansi public, karena masyarakat akan mudah menilai apakah pemerintah mampu memberikan pelayanan yang terbaik buat masyarakat, semakin baik pelayanan yang diberikan maka akan semakin baik image masyarakat terkait kinerja pemerintah, oleh karena itu peningkatan sarana dan prasana serta sumber daya yang memadai menjadi modal awal dalam meningkatkan kualitas layanan kemasyarakat. 4. Profesionalitas Gambaran professional aparat sipil negara dipemerintah kabupaten buol masih perlu dibenahi. Masih banyak yang bekerja tidak sesuai dengan latar belakang Pendidikan hal ini disebabkan untuk mengisi kekosongan tenaga yang ada selain itu karena adanya beberapa tenaga yang diisi oleh tenaga honorer yang kemampuan mereka bekerja cukup baik namun kemampuan mengatasi masalah boleh bisa diandalkan. Secara keseluruhan, dari seluruh tenaga SKPD yang ada beberapa instansi masih menujukkan profesionalitas yang rendah namun seiring waktu problematika ini mulai sedikit-sedikit bisa dikurangi, dikarenakan komitmen pemerintah daerah dalam upaya meningkatkan kualitas layanan di pemerintah daerah kabupaten buol. BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan & Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dikemukakan kesimpulan dam saran penelitian sebagai berikut : 1. Secara umum pengembangan reformasi birokrasi di pemerintahan kabupaten buol masih perlu diperbaiki, beberapa factor yang menjadi penyebab adalah komitmen pengambil kebijakan di tingkat SKPD, sumber daya yang kurang maksimal, alokasi anggaran yang belum memadai serta ketersediaan sarana dan prasana yang belum tersedia. 2. Dari empat unsur yang dikaji, baik dari unsur transparansi, akuntabilitas, pelayanan prima dan profesionaltas. Kesemuanya masih perlu ditingkatkan demi mewujudkan masyarakat yang adil dan sejahtera sehingga pemerintahan kabupaten buol dapat bersaing dengan daerah-daerah yang lain. DAFTAR PUSTAKA
Industri 4.0. Jurnal Wacana Kinerja: Kajian Praktis-Akademis Kinerja dan Administrasi Pelayanan Publik. TheJournalish : Social and Government Aprilya, Nandyta Dewi, 2020. Reformasi Birokrasi Dalam Penerapan Prinsip Akuntabilitas Pada Pemerintah Kota Tegal Tahun 2018. Hamid Tome, Abdul, 2012. Reformasi Birokrasi Dalam Rangka Mewujudkan Good Governance Ditinjau Dari Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2010. Law Journal Sam Ratulangi University. Hayat, 2020. Paradigma Good Governance Menuju Shared Governance Melalui Reformasi Birokrasi dan Inovasi Pelayanan Publik. Jurnal Aristo Lamangida, Trisusanti, 2018. Studi Implementasi Good Governance Pemerintahan Daerah Kabupaten Bone Bolango. Publik : (Jurnal Ilmu Administrasi) Lili Romli, 2008. Masalah reformasi birokrasi. Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS Tedi Sudrajat, 2009. Perwujudan Good Governance Melalui Format Reformasi Birokrasi Publik Dalam Perspektif Hukum Administrasi Negara. Jurnal Administrasi Negara. Prianto, Andi Luhur, 2011. Good Governance dan Formasi Kebijakan Publik Neo- Liberal. Otoritas : Jurnal Ilmu Pemerintahan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Nomor 25 Tahun 2016 Tentang Nomenklatur Jabatan Pelaksana Bagi Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan Instansi Pemerintah Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 26 Tahun 2020 tentang Pedoman Evaluasi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Teguh Kurniawan, 2008. Reformasi Birokrasi dan Good Governance: Kasus Best Practices dari Sejumlah Daerah di Indonesia. Jurnal Symposium A Quarterly Journal In Modern Foreign Literatures Yusuf, Andi Patta, 2019. Good Governance Dalam Pemerintahan. Musamus Journal of Public Administration