Anda di halaman 1dari 15

REFORMASI BIROKRASI PEMERINTAH DAERAH

KABUPATEN BUOL

MINI RESEARCH

M. SUPRIZAL JUSUF
701620004

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK


UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2020
ABSTRAK
M. SUPRIZAL JUSUF, 701620006. Reformasi birokrasi pemerintah daerah Kabupaten
Buol. Mini Research Program Program Studi Administrasi Publik, Pascasarjana, Universitas
Negeri Gorontalo.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisasis: 1) Menganalisis transparasi/kepercayaan


masyarakat terhadap Program Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Buol, 2) Mengidentifikasi
peran pengambil keputusan dalam menentukan pelaksanaan program kerja yang menyentuh
ke masyarakat, 3) Menganalisis Kualitas Layanan yang diberikan penyelenggara Negara
kepada masyarakat, 4) Menganalisis prosfesionalisme penyelenggara Negara dalam
memberikan pelayanan yang mudah, cepat, dan tepat. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah data primer dan sekunder yang
dikumpulkan dengan wawancara dan dokumen. Teknik analisis data yang digunakan yaitu
Model Interaktif Miles & Huberman.
Hasil penelitian menunjukkan: 1) Pengembangan reformasi birokrasi di pemerintahan
Kabupaten Buol masih perlu diperbaiki, beberapa factor yang menjadi penyebab adalah
komitmen pengambil kebijakan di tingkat SKPD, sumber daya yang kurang maksimal, alokasi
anggaran yang belum memadai serta ketersediaan sarana dan prasana yang belum tersedia.
2) Dari empat unsur yang dikaji, baik dari unsur transparansi, akuntabilitas, pelayanan prima
dan profesionaltas. Kesemuanya masih perlu ditingkatkan demi mewujudkan masyarakat yang
adil dan sejahtera sehingga pemerintahan kabupaten buol dapat bersaing dengan daerah-
daerah yang lain
Kata Kunci: Reformasi, Birokrasi, Pemerintah Daerah
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian


Penyelenggaraan pelayanan publik merupakan upaya negara untuk
memenuhi kebutuhan dasar dan hak-hak sipil setiap warga negara atas
barang, jasa, dan pelayanan administrasi yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik. Di Indonesia, Undang-Undang Dasar
1945 mengamanatkan kepada negara agar memenuhi kebutuhan dasar
setiap warganya demi kesejahteraannya, sehingga efektivitas suatu
sistem pemerintahan sangat ditentukan oleh baik buruknya
penyelenggaraan pelayanan publik. Penyelenggara pelayanan publik di
Indonesia adalah semua organ negara seperti Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah (Provinsi, Kabupaten, Kota). Dalam hal ini,
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 pun pada aliena ke-4 secara
tegas menyatakan bahwa salah satu tujuan didirikan Negara Republik
Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan publik dan
mencerdaskan kehidupan bangsa.
Faktor yang mempengaruhi tidak berjalannya pelayanan publik
dengan baik yaitu: Masalah struktural birokrasi yang menyangkut
penganggaran untuk pelayanan publik. Yang mempengaruhi kualitas
pelayanan publik adalah adanya kendala kultural di dalam birokrasi.
Selain itu ada pula faktor dari perilaku aparat yang tidak mencerminkan
perilaku melayani, dan sebaliknya cenderung menunjukkan perilaku ingin
dilayani. Kondisi birokrasi Indonesia saat ini sudah tidak sesuai dengan
tuntutan organisasional yang baru. Di Indonesia, birokrasi di departemen
atau pemerintahan paling rendah, yang diutamakan adalah masukan dan
proses, bukan hasil. Karenanya, yang selalu diperhatikan oleh para
pelaku birokrasi adalah jangan sampai ada sisa pada akhir tahun buku.
B. Fokus dan Sub Penelitian
Berdasarkan urain pada latar belakang diatas, maka maka yang
menjadi fokus dan sub fokus penelitian ini adalah :
1) Bagaimana Reformasi Birokrasi Pemerintah Daerah Kabupaten
Buol dikaji dari:
a) Transparansi
b) Akuntabilitas
c) Pelayanan Prima
d) Profesionalitas
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk:
1) Menganalisis transparasi/kepercayaan masyarakat terhadap Program
Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Buol,
2) Mengidentifikasi peran pengambil keputusan dalam menentukan
pelaksanaan program kerja yang menyentuh ke masyarakat,
3) Menganalisis Kualitas Layanan yang diberikan penyelenggara Negara
kepada masyarakat,
4) Menganalisis prosfesionalisme penyelenggara Negara dalam
memberikan pelayanan yang mudah, cepat, dan tepat.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari pelaksanaan penelitian ini terdiri dari :
1. Manfaat Teoritis
Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi
penelitian-penelitian selanjutnya demi mengembangkan ilmu pengetahuan
pada umumnya dan bidang reformasi birokrasi Pemerintah Daerah
khususnya.
2. Praktis
a. Dapat digunakan sebagai pedoman untuk melaksanakan kegiatan reformasi
birokrasi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
b. Menjadi bahan referensi untuk menambah khazanah berfikir bagi para
intelektual muda dalam pengembangan sektor pariwisata di indonesia.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. DESKRIPSI KONSEPTUAL FOKUS DAN SUB FOKUS
1. Reformasi Birokrasi
Secara etimologi, birokrasi terdiri dari dua kata yakni bureau yang
diambil dari bahasa Perancis yang berarti meja tulis atau tempat
bekerjanya para pejabat dan cracy yang diturunkan dari kata kratein
(bahasa Yunani) yang berarti mengatur. Kamus bahasa Indonesia juga
memberikan definisi dari birokrasi yaitu sistem pemerintahan yang
dijalankan oleh pegawai pemerintah karena telah berpegang pada hierarki
dan jenjang jabatan
Birokrasi yang dicirikan oleh Weber tersebut, merupakan rumusan
terhadap organisasi birokrasi pada umumnya. Dimana organisasi birokrasi
tersebut hadir dalam organisasi birokrasi swasta maupun organisasi
birokrasi Demikian pula dalam peraturan perundang-undangan, kata
birokrasi sendiri tak dikenal dalam peraturan perundang-undangan yang
digunakan oleh undang-undang dalam mengartikan organisasi birokrasi
secara luas ini adalah mereka yang menyelenggarakan urusan negara
dalam Pasal 1 butir 1 UU No. 28 tahun 1999 disebut sebagai
penyelenggara negara. Penyelenggara negara menurut peraturan ini
adalah pejabat negara yang menjalankan fungsi eksekutif, legislatif, atau
yudikatif, dan pejabat lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan
dengan penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, sedangkan birokrasi dalam arti kecil
yang merujuk pada fungsi pemberian pelayanan secara langsung kepada
masyarakat adalah mereka yang termasuk dalam korps pegawai negeri
sipil yang berkerja berdasarkan jenjang karir dan profesionalisme.
Dalam Pasal 1 butir 1 UU No. 43 tahun 1999 disebutkan bahwa
pegawai negeri adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah
memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang
dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara
lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
2. Reformasi Birokrasi di kaji dari :
a. Transparansi
Transparansi adalah prinsip menciptakan kepercayaan timbal-balik
antara pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan
menjamin kemudahan didalam memperoleh Informasi adalah suatu
kebutuhan penting masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengelolaan
daerah. Berkaitan dengan hal tersebut pemerintah daerah perlu proaktif
memberikan informasi lengkap tentang kebijakan dan layanan yang
disediakannya kepada masyarakat.
Transparansi adalah sebagai produk hukum yang memberikan
jaminan untuk mengatur tentang hak memperoleh akses dan penyebar
luasan informasi kepada publik. Apalagi transparansi memang telah
menjadi semacam suatu etika pergaulan internasional yang mesti ada
untuk menjamin terselenggaranya sistem pemerintahan yang
akuntabel dan transparan merupakan salah satu kunci perwujudan
good governance. Transparansi dalam publik disampaikan melaui
media Cetak, Papan pengumuman dan melalui pemerintah
Desa/kelurahan, namun karena kondisi sarana dan prasarana yang
belum memadai sehingga program ini belum dapat diterapkan secara
maksimal. Adapun faktor-faktor yang menghambat adalah adalah:
minimnya kualitas sumber daya manusia, Sarana dan Prasarana,
Pekerjaan dan Akses.
b. Akuntabilitas
Akuntabilitas sendiri merupakan sebuah konsep yang
memfokuskan pada kapasitas organisasi sektor publik untuk
memberikan jawaban terhadap pihak-pihak yang berkepentingan
dengan organisasi tersebut. Dalam penegasan yang lebih spesifik,
akuntabilitas merupakan kemampuan organisasi sektor publik dalam
memberikan penjelasan atas tindakan-tindakan yang dilakukannya
terutama terhadap pihak-pihak yang dalam sistem politik telah
diberikan kewenangan untuk melakukan penilaian dan evaluasi
terhadap organisasi publik tersebut (Starling, 2008: 169).
Osborne (2010: 42) dan Christensen, et.al. (2007: 108) menjelaskan
bahwa sejalan dengan penekanan akuntabilitas pada reinventing
government, ternyata konsep akuntabilitas juga masuk sebagai fokus
utama dalam Manajemen Publik Baru atau yang sering kali disebut
dengan istilah New Public Management (NPM). Oleh karenanya,
akuntabilitas dapat dikatakan sebagai faktor pembeda utama antara
kajian Administrasi Publik Klasik (old Public Administration) dengan
New Public Management. Hal ini bermakna bahwa akuntabilitas harus
dilaksanakan oleh organisasi sektor publik moderen sebagai cerminan
upaya meningkatnya keberpihakan terhadap kepentingan publik.
c. Pelayanan Prima
Secara sederhana, pelayanan prima (excellent service) dapat
diartikan sebagai suatu pelayanan yang terbaik dalam memenuhi
harapan dan kebutuhan pelanggan. Dengan kata lain, pelayanan prima
merupakan suatu pelayanan yang memenuhi standar kualitas.
Pelayanan yang memenuhi standar kualitas adalah suatu
pelayanan yang sesuai dengan harapan dan kepuasan
pelanggan/masyarakat. Dalam pelayanan prima terdapat dua elemen
yang saling berkaitan, yaitu pelayanan dan kualitas. Kedua elemen
tersebut sangat penting untuk diperhatikan oleh tenaga pelayanan
(penjual, pedagang, pelayan, atau salesman).
d. Professional
Profesional artinya ahli dalam bidangnya. Jika seorang manajer
mengaku sebagai seorang yang profesional maka ia harus mampu
menunjukkan bahwa dia ahli dalam bidangnya. Harus mampu
menunjukkan kualitas yang tinggi dalam pekerjaanya.Berbicara
mengenai profesionalisme mencerminkan sikap seseorang terhadap
profesinya. Secara sederhana, profesionalisme yang diartikan
perilaku, cara, dan kualitas yang menjadi ciri suatu profesi. Seseorang
dikatakan profesional apabila pekerjaannya memiliki ciri standar teknis
atau etika suatu profesi (Oerip dan Uetomo, 2000 : 264-265).
Istilah profesional itu berlaku untuk semua aparat mulai dari
tingkat atas sampai tingkat bahwa.Profesionalisme dapat diartikan
sebagai suatu kemampuan dan keterampilan seseorang dalam
melakukan pekerjaan menurut bidang dan tingkatan masing-masing.
Profesionalisme menyangkut kecocokan antara kemampuan yang
dimiliki oleh birokrasi dengan kebutuhan tugas, terpenuhi kecocokan
antara kemampuan dengan kebutuhan tugas merupakan syarat
terbentuknya aparatur yang profesional. Artinya keahlian dan
kemampuan aparat merefleksikan arah dan tujuan yang ingin di capai
oleh sebuah organisasi (Kurniawan, 2005:74).
B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian relevan yang pernah dilakukan dan berkaitan dengan penelitian ini,
adalah sebagai berikut seperti yang tergambar dalam tabel 2.1 berikut:
No Judul/ Fokus Penelitian Metode Penelitian Persamaan dan
Peneliti/ Perbedaan
Tahun
1. Reformasi Bagaimana Penelitian ini Pelaksanaan
birokrasi dalam implementasi menggunakan jenis reformasi birokrasi
rangka ukuran penelitian sebagaimana yang
mewujudkan keberhasilan hukum normatif ditetapkan melalui
good pelaksanaan yakni penelitian Peraturan Menteri
governance reformasi birokrasi terhadap taraf Pemberdayaan
ditinjau dari dalam Permenpan sinkronisasi hukum. Aparatur Negara dan
peraturan dan Reformasi Penelitian hukum Reformasi Birokrasi
menteri Birokrasi No. 20 normatif menurut No. 20 Tahun 2010
pemberdayaan tahun 2010? Soerjono Soekanto secara umum belum
aparatur negara mencakup; mencapai hasil yang
dan reformasi penelitian terhadap sangat memuaskan.
birokrasi nomor azas-azas hukum, Asas/prinsip good
20 tahun 2010, penelitian terhadap governance belum
Tome, 2012 sistematik hukum, diterapkan dengan
penelitian terhadap baik pada indikator
taraf sinkronisasi ukuran keberhasilan
vertikal dan reformasi birokrasi.
horizontal, Perlunya dilakukan
perbandingan penataan sistem,
hukum sejarah struktur, dan kultur
hukum.9 birokrasi
agar aparat birokrasi
dapat bekerja sesuai
dengan standar-
standar yang telah
ditetapkan tanpa harus
masuk pada wilayah
politik pemimpin
organisasi birokrasi
sebagaimana yang
dipraktekkan pada
masa orde baru dan
bahkan sampai
sekarang
2 Mewujudkan Bagaimana Penelitian ini Penyelenggaraan

Good Mewujudkan menggunakan kepemerintahan yang

Governance Good baik (good


governance), pada
Melalui Governance
dasarnya menuntut
Pelayanan Melalui
keterlibatan seluruh
Publik, Pelayanan
komponen pemangku
Maryam. 2018 Publik?
kepentingan, baik di
lingkungan birokrasi
maupun di lingkungan
masyarakat, dekat
dengan masyarakat
dan dalam
memberikan
pelayanan harus
sesuai dengan
kebutuhan masyaraka
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Latar & Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Buol. Peneliti tertarik mengambil
penelitian dengan judul Reformasi Birokrasi Pemerintah Daerah Kabupaten
Buol, alasan pelaksanaan penelitian ini didasarkan fenomena yang terjadi
dilapangan pada saat peneliti melakukan observasi dan dibeberapa instansi
pemeritah daeah. Waktu penelitian ini yaitu sejak melakukan observasi sampai
pada penulisan laporan penelitian.
B. Pendekatan, Jenis, & Prosedur Penelitian
Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
motode penelitian kualitatif yang mana penelitian ini didasarkan pada
pengumpulan, analisis dan interpretasi data yang bertujuan untuk
memperoleh pemahaman mendalam dari fenomena tertentu yang diminati.
1) Metode ini dilakukan untuk Menganalisis transparasi/kepercayaan
masyarakat terhadap Program Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten
Buol, 2) Mengidentifikasi peran pengambil keputusan dalam
menentukan pelaksanaan program kerja yang menyentuh ke
masyarakat, 3) Menganalisis Kualitas Layanan yang diberikan
penyelenggara Negara kepada masyarakat, dan 4) Menganalisis
prosfesionalisme penyelenggara Negara dalam memberikan pelayanan
yang mudah, cepat, dan tepat.
.
C. Data & Sumber Data
Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 (dua)
jenis, yaitu :
a. Sumber data primer yaitu dari pihak-pihak yang terlibat langsung dalam
Reformasi Birokrasi Pemerintah Daerah di KABUPATEN BUOL yang
berjumlah 10 orang.
Table 3.1
No Jabatan Ket
1. Wakil Bupati Buol 1 Orang
2. Kepala Bappeda 1 Orang
3. Kepala Dinas Pariwisata 8 Orang

Teknik penentuan informan menggunakan metode purposive sampling yaitu


dengan cara mengambil subjek yang dianggap memiliki pengetahuan dan
mampu memberikan informasi terkait dengan masalah yang diteliti.
a. Sumber data sekunder penelitian ini yaitu dokumen-dokumen berupa
regulasi seperti Peraturan presiden tengang reformasi birokrasi, dan
Laporan-Laporan Pelaksanaan Kegiatan Lima Tahun terakhir.
D. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik
analisis Model Miles and Huberman. Pengumpulan data dalam analisis
data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus
menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh (Miles and Huberman
1984). Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan
conclusion drawing/verification.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Tentang Latar Belakang Penelitian


1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kabupaten Buol dibentuk berdasarkan undang-undang RI nomor 51
tahun 1999 tentang pembentukan kabupaten Buol, Morowali dan Banggai
Kepulauan. Sebelumnya pada pembentukan Negara Indonesia Timur,
Buol adalah daerah Swapraja yang tergabung dengan daerah Gorontalo.
Selanjutnya melalui undang-undang Ri nomor 29 tahun 1959 gabungan
Swapraja Tolitoli dan Swapraja Buol menjadi kabupaten Buol Tolitoli. Sejak
tanggal 16 Februari 1966 melalui keputusan DPR-GR Propinsi Sulawesi
Tengah, Buol diusulkan menjadi kabupaten dan keinginan ini terlaksana
dengan pembentukan kabupaten Buol pada tanggal 12 Oktober 1999.
Letak geografis kabupaten Buol terletak pada posisi 0,35⁰ -1,20⁰
Lintang Utara dan 120,12⁰ -122,09⁰ Bujur Timur. Secara administratif
wilayah buol berbatasan dengan :
Sebelah utara : Laut Sulawesi sekaligus berbatasan dengan Negara
tetangga Philipina
Sebelah selatan : Kabupaten Bualemo provinsi Gorontal dan kabupaten
Parigi Moutong
Sebelah timur : Kabupaten Gorontalo provinsi Gorontalo
Sebelah barat : Kabupaten Tolitoli. Luas wilayah daratan Kabupaten
Buol ±4.043,57 Km² dan luas laut ± 3.777 Km².
Kabupaten Buol terdiri dari 11 kecamatan dengan 108
desa dan 7 kelurahan
2. Visi, Misi, Tujuan Dan Pemerintah Daerah Kabupaten
VISI: “TERWUJUDNYA KESEJAHTERAAN DENGAN BERTUMPU PADA
KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN RAKYAT”.
MISI KABUPATEN BUOL 2017-202
1. Mewujudkan Keamanan Daerah, Iklim Demokrasi, Penegakan Supremasi
Hukum dan Penataan Reformasi Birokrasi;
2. Mewujudkan Kualitas Hidup Manusia dan Masyarakat Maju, Mandiri dan
Berkepribadian serta Beriman dan Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
3. Mewujudkan Pengelolaan Sumber Daya Pertanian dan Maritim yang Optimal
dan Berkelanjutan;
4. Mewujudkan Pembangunan Infrastruktur Daerah dan Kemandirian Energi
Yang Berdaya Saing;
5. Mewujudkan Struktur Ekonomi yang Tangguh dan Memiliki Keunggulan
Komparatif Berbasis Kewilayahan dan Ekonomi Kerakyatan;
6. Mewujudkan Pembangunan Perdesaan yang Mandiri Guna Menjaga
Keseimbangan Pembangunan Desa – Kota;
7. Mewujudkan Pembangunan Konservasi dan Peningkatan Kualitas
Lingkungan.

B. Hasil Penelitian & Pembahasan


1. Transparansi
Secara umum, kepercayaan masyarakat akan kinerja pemerintah
daerah sangatlah baik, hal ini ditandai dengan banyaknya program
kerja pemerintah daerah yang melibatkan masyarakat dalam
pengelolaan sumber daya alam di kabupaten buol, selain itu
penyampaian informasi kepada masyarakat sudah sangat baik dimana
setiap pengambil kebijakan yang ada didaerah baik tingkat kabupaten,
kecamatan maupun pemerintah desa selalu melakukan sosialisasi atau
penyampaian kepada masyarakat secara berjenjang sehingga program
kerja yang menyentuh langsung ke masyarakat bisa dirasakan oleh
seluruh lapisan masyarakat.
Meskipun demikian transparansi yang dilakukan oleh pemerintah
daerah belum maksimal, buktinya masih banyak masyarakat yang
resah belum mendapatkan informasi yang maksimal terkait giat kerja
pemerintah daerah, baik program nasional maupun lokal. Banyaknya
keluhan yang disampaikan ke pemerintah daerah tidak serta merta
mendapatkan jawaban dari pihak-pihak terkait. Salah satu program
kerja yang mendapatkan perhatian khusus dari masyarakat adalah
program kerja pemerintah dalam menuntaskan kemiskinan melalui
Perusahaan Daerah, masyarakat merasa pengelolaan asset daerah
hanya terfokus ke daerah-daerah yang memiliki sumber daya alam
yang baik, tetapi yang kurang baik tidak menjadi prioritas.
2. Akuntabilitas
Akuntabilitas publik di kabupaten buol berjalan sudah sesuai system
yang berlaku meskipun belum semua harapan masyarakat bisa
diakomodir, kemampun daerah untuk selalu hadir dalam setiap
permasalahan sudah sangat maksimal sehingga banyak persoalan-
persoalan bisa terselesaikan dengan baik pula. Jika dipresentasikan
kisaran 75% akuntabilitas pemerintah daerah bisa menjawab
permasalahan yang terjadi, sisanya adalah persoalan-perosalan
mendasar baik yang berkaitan dengan politik maupun persoalan hak
hidup masyarakat pada umumnya.
Kekurangan sumber daya yang kompatable dan alokasi anggaran
yang belum memadai, menyebabkan beberapa persoalan tidak bisa
ditindaklanjuti sampai selesai sehingga menjadi beban dan
tanggungjawab untuk pemerintahan selanjutnya.
3. Pelayanan Prima
Secara umum, kualitas layanan di Pemerintah Kabupaten Buol
masih jauh dari standar pelayanan yang diharapkan. Hal ini disebabkan
Karena beberapa factor yakni standar operasional prosedur yang belum
diterapkan dengan maksimal, budaya atau perilaku organisasi yang
belum peduli dengan kualitan layanan, sarana pendukung yang belum
memadai dan beberapa kendala lainnya.
Pelayanan prima menjadi keharusan bagi instansi public, karena
masyarakat akan mudah menilai apakah pemerintah mampu
memberikan pelayanan yang terbaik buat masyarakat, semakin baik
pelayanan yang diberikan maka akan semakin baik image masyarakat
terkait kinerja pemerintah, oleh karena itu peningkatan sarana dan
prasana serta sumber daya yang memadai menjadi modal awal dalam
meningkatkan kualitas layanan kemasyarakat.
4. Profesionalitas
Gambaran professional aparat sipil negara dipemerintah kabupaten
buol masih perlu dibenahi. Masih banyak yang bekerja tidak sesuai
dengan latar belakang Pendidikan hal ini disebabkan untuk mengisi
kekosongan tenaga yang ada selain itu karena adanya beberapa tenaga
yang diisi oleh tenaga honorer yang kemampuan mereka bekerja cukup
baik namun kemampuan mengatasi masalah boleh bisa diandalkan.
Secara keseluruhan, dari seluruh tenaga SKPD yang ada beberapa
instansi masih menujukkan profesionalitas yang rendah namun seiring
waktu problematika ini mulai sedikit-sedikit bisa dikurangi, dikarenakan
komitmen pemerintah daerah dalam upaya meningkatkan kualitas
layanan di pemerintah daerah kabupaten buol.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan & Saran


Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dikemukakan kesimpulan
dam saran penelitian sebagai berikut :
1. Secara umum pengembangan reformasi birokrasi di pemerintahan kabupaten
buol masih perlu diperbaiki, beberapa factor yang menjadi penyebab adalah
komitmen pengambil kebijakan di tingkat SKPD, sumber daya yang kurang
maksimal, alokasi anggaran yang belum memadai serta ketersediaan sarana dan
prasana yang belum tersedia.
2. Dari empat unsur yang dikaji, baik dari unsur transparansi, akuntabilitas,
pelayanan prima dan profesionaltas. Kesemuanya masih perlu ditingkatkan demi
mewujudkan masyarakat yang adil dan sejahtera sehingga pemerintahan
kabupaten buol dapat bersaing dengan daerah-daerah yang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Shafiera, 2018. Reformasi Birokrasi 4.0 : Strategi Menghadapi Revolusi


Industri 4.0. Jurnal Wacana Kinerja: Kajian Praktis-Akademis Kinerja dan
Administrasi Pelayanan Publik. TheJournalish : Social and Government
Aprilya, Nandyta Dewi, 2020. Reformasi Birokrasi Dalam Penerapan Prinsip
Akuntabilitas Pada Pemerintah Kota Tegal Tahun 2018.
Hamid Tome, Abdul, 2012. Reformasi Birokrasi Dalam Rangka Mewujudkan Good
Governance Ditinjau Dari Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara
Dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2010. Law Journal Sam Ratulangi
University.
Hayat, 2020. Paradigma Good Governance Menuju Shared Governance Melalui
Reformasi Birokrasi dan Inovasi Pelayanan Publik. Jurnal Aristo
Lamangida, Trisusanti, 2018. Studi Implementasi Good Governance Pemerintahan
Daerah Kabupaten Bone Bolango. Publik : (Jurnal Ilmu Administrasi)
Lili Romli, 2008. Masalah reformasi birokrasi. Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS
Tedi Sudrajat, 2009. Perwujudan Good Governance Melalui Format Reformasi
Birokrasi Publik Dalam Perspektif Hukum Administrasi Negara. Jurnal
Administrasi Negara.
Prianto, Andi Luhur, 2011. Good Governance dan Formasi Kebijakan Publik Neo-
Liberal. Otoritas : Jurnal Ilmu Pemerintahan
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi
Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Nomor 25
Tahun 2016 Tentang Nomenklatur Jabatan Pelaksana Bagi Pegawai Negeri Sipil
Di Lingkungan Instansi Pemerintah
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 26
Tahun 2020 tentang Pedoman Evaluasi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi
Teguh Kurniawan, 2008. Reformasi Birokrasi dan Good Governance: Kasus Best
Practices dari Sejumlah Daerah di Indonesia. Jurnal Symposium A Quarterly
Journal In Modern Foreign Literatures
Yusuf, Andi Patta, 2019. Good Governance Dalam Pemerintahan. Musamus Journal
of Public Administration

Anda mungkin juga menyukai