Anda di halaman 1dari 12

DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR .................................................................................................1

BAB I  PENDAHULUAN………………………………………………………....

                    A. Latar Belakang………………………………………………….....2

                    B. Rumusan Masalah…………………………………………………2

                    C. Tujuan…………………………………………………………......2

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………..........

        1. Gerakan DI/TII

                    A.DI/TII Jawa Barat ............................................................................3

                    B. DI/TII Jawa Tengah ........................................................................3

                    C. DI/TII Sulawesi Selatan ..................................................................4

                     D.DI/TIIAceh .....................................................................................5

                     E. DI/TII Kalimantan Selatan .............................................................6

BAB III PENUTUP

A.    Kesimpulan…………………………………………………..10

B.     Saran…………………………………………………………10

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................11


  

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat-Nya
dan Kemurahan-Nya kami dapat menyelesaikan tugas ilmiah ini dengan baik dan
semampunya. Tujuan kami membuat tugas kinerja ini agar kami dapat memiliki
nilai kinerja ilmiah mengetahui tentang. Pembrontakan DI / TII dalam mata
pelajaran Sejarah. Selain itu juga tujuan kami yang lain adalah agar kami dapat
mengetahui penyebab dan perjuangan terjadinya pemberontakan (DI/TII,) serta
cara pemerintah pada saat itu untuk menanggulanginya.
Dalam pembuatan ini juga kami  mengucapkan terima kasih atas waktu yang telah
diberikan oleh Bu ustriS.Pd sebagai guru pembimbing pelajaran Sejarah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua teman – teman yang
membacanya untuk mengetahui pemberontakan yang pernah terjadi di Indonesia.
Maka dari itu kami berharap bagi pembaca/teman – teman yang membacanya
dapat memberi saran dan kritik bagi kami. Maaf apabila ada kata atau pun ada
kalimat yang salah digunakan dalam pengetikannya.

Pati, 15 Agustus 2015

Penulis
BAB I
A.   LATAR BELAKANG
Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat berawal dengan ditandatanganinya
Persetujuan Renville pada 17 Januari 1948 .Sekar Marijan Kartosuwiryo
mendirikan Darul Islam (DI) bersama pasukannya yang terdiri atas Hizbullah dan
Sabillah(kurang lebih sebanyak 4000 orang . Ia menolak untuk membawa
pasukannya ke Jawa Tengah dan tidak mengakui lagi keberadaan RI.

B.   RUMUSAN MASALAH
Bagaimana pemberontakan DI / TII ?
Apa yang melatar belakangi terjadinya pemberontakan ?
Bagaimana peran pemerintah dalam menghadapi ?
Siapa dalang dari peristiwa tersebut ?

C.   TUJUAN
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuandan diharapkan
bermanfaat bagi kita semua.Khususnya dalam ilmu sosial masyarakat. 
Dapat memberikan informasi tentang sejarah negara di masa silam mengenai DI / TII.
BAB II
PEMBAHASAN
1.     Gerakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII)

A. DI/TII Jawa Barat 


Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat berawal dengan ditandatanganinya
Persetujuan Renville pada 17 Januari 1948 .Sekar Marijan Kartosuwiryo
mendirikan Darul Islam (DI) bersama pasukannya yang terdiri atas Hizbullah dan
Sabillah(kurang lebih sebanyak 4000 orang . Ia menolak untuk membawa
pasukannya ke Jawa Tengah dan tidak mengakui lagi keberadaan RI. dan
tujuannya juga menentang penjajah Belanda di Indonesia. Akan tetapi, setelah
makin kuat, S.M.Kartosuwiryo memproklamasikan berdirinya Negara Islam
Indonesia (NII) pada tanggal 17 Agustus 1949 di Desa Cisayong,Jawa Barat dan
tentaranya dinamakan Tentara Islam Indonesia (TII) saat itu lah tidak sedikit rakyat
yang menjadi korban. Upaya pemerintah untuk menghadapi gerakan DI/TII
pemerintah bekerja sama dengan rakyat setempat.Dan dijalankan lah taktik dan
strategi baru yang disebut Perang Wilayah.Pada 1 April 1962 dilancarkan Operasi
Bharatayuda yaitu operasi penumpasan gerakan DI/TII. Dengan taktis Pagar Betis.
Pada tanggal 4 juni 1962, S.M.Kartosuwiryo beserta para pengikutnya berhasil
ditanggap oleh pasukan Siliwangi di Gunung Geber, Majalaya, Jawa Barat.Ia
sempat mengajukan grasi kepada Presiden,tetapi di tolak. Akhirnya
S.M.Kartosuwiryo dijatuhi hukuman mati di hadapan regu tembak dari keempat
angkatan bersenjata RI 16 Agustus 1962.

B. DI/TII Jawa Tengah 


Gerakan DI/TII di Jawa Tengah yang dipimpin oleh Amir Fatah dan Kyai
Sumolangu di bagian utara, yang bergerak di daerah Tegal, Brebes dan
Pekalongan. Inti kekuataanya adalah pasukan Hizbullah yang dibentuk di
Tegal,1946 dan pada 23 Agustus 1949, Amir Fatah memproklamasikan berdirinya
Darul Islam dan menyatakan brgabung dengan DI/TII
S.M.kartosuwiryo.Pasukannya dinamakan Tentara Islam Indonesia (TII) dengan
sebutan Batalion Syarif Hidayat Widjaja Kusuma(SHWK).Untuk menghancurkan
gerakan ini, Januari 1950 dibentuk Komando Gerakan Banteng Negara (GBN)
dibawah Letkol Sarbini. Pemberontakan di Kebumen dilancarkan oleh Angkatan
Umat Islam (AUI) yang dipimpin oleh Kyai Moh. Mahfudh Abdurrahman (Kyai
Sumolanggu) Gerakan ini berhasil dihancurkan pada tahun 1957 dengan operasi
militer yang disebut Operasi Gerakan Banteng Nasional dari Divisi Diponegoro.
Gerakan DI/TII itu pernah menjadi kuat karena pemberontakan Batalion 426 di
Kedu dan Magelang/ Divisi Diponegoro. Didaerah Merapi-Merbabu juga telah
terjadi kerusuhan-kerusuhan yang dilancarkan oleh Gerakan oleh Gerakan Merapi-
Merbabu Complex (MMC). Gerakan ini juga dapat dihancurkan. Untuk menumpas
gerakan DI/TII di daerah Gerakan Banteng Nasional dilancarkan operasi Banteng
Raiders.
          
            C. DI/TII Sulawesi Selatan 
Gerakan DI/TII di Sulawesi Selatan dipimpin oleh Kahar Muzakar.Latar belakang
pemberontakan ini berbeda dari yang terjadi di Jawa barat dan Jawa tengah. Pada
tanggal 30 April 1950 Kahar Muzakar mengirim surat kepada Pemerintah pusat
untuk membubarkan Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS) dan anggotanya
disalurkan ke dalam APRIS. Tenyata Kahar Muzakar menuntut agar Kesatuan
Gerilya Sulawesi Selatan dan kesatuan gerilya lainnya dimasukkan delam satu
brigade yang disebut Brigade Hasanuddin di bawah pimpinanya. Tuntutan itu
ditolak karena banyak diantara mereka yang tidak memenuhi syarat untuk dinas
militer. Pemerintah mengambil kebijaksanaan menyalurkan bekas gerilyawan itu
ke Corps Tjadangan Nasional (CTN). Pada saat dilantik sebagai Pejabat Wakil
Panglima Tentara dan Tetorium VII, Kahar Muzakar beserta para pengikutnya
melarikan diri ke hutan dengan membawa persenjataan lengkap dan mengadakan
pengacauan serta pada tahun 1952, ia menyatakan bahwa wilayah Sulawesi Selatan
menjadi bagian dari Negara Islam Indonesia pimpinan S.M.Kartosuwiryo di Jawa
Barat pada tanggal 7 Agustus 1953. Penumpasan pemberontakan Kahar Muzakar
memakan waktu lebih dari 14 tahun. Faktor yang menjadi penyebab lamanya
adalah rasa kesukuan yang ditanamkan dan gerombolan ini telah berakar di Hati
rakyat Kahar Muzakar dan gerombolannya mengenal sifat rakyat dan
memanfaatkan lingkungan alam yang sangat dikenalnya. Tanggal 3 Februari 1965,
Kahar Muzakar tertembak mati dalam sebuah kontak senjata dengan pasukan RI.
D. DI/TII Aceh
Adanya berbagai masalah antara lain masalah otonomi daerah, pertentangan
antargolongan, serta rehabilitasi dan modernisasi daerah yang tidak lancar menjadi
penyebab meletusnya pemberontakan DI/TII di Aceh.Daerah Aceh sebelumnya
menjadi daerah istimewa diturunkan statusnya menjadi daerah Karasidenan di
bawah provinsi Sumatera Utara. Gerakan DI/TII di Aceh dipimpin oleh Tengku
Daud Beureueh yang pada tanggal 21 September 1953 memproklamasikan daerah
Aceh sebagai bagian dari Negara Islam Indonesia dibawah pimpinan
S.M.Kartosuwiryo dan memutuskan hubungan dengan Jakarta. Pemberontakan
DI/TII di Aceh diselesaikan dengan diadakannya musyawarah Kerukunan Rakyat
Aceh pada tanggal 17 – 28 Desember 1962 atas inisiatif Pangdam I Bukit Barisan,
Kolonel Jasin. Dalam musyawarah ini, dibicarakan berbagai permasalahan yang
dihadapi dan kesalahpahaman yang terjadi.Akhirnya dari musyawarah bersama
tersebut ialah pulihnya kembali keamanan di daerah Aceh.

E. DI/TII Kalimantan Selatan


Pada akhir tahun 1950,Kesatuan Rakyat Jang Tertindas(KRJT) melakukan
penyerangan ke pos-pos TNI di Kalimantan Selatan. KRJT dipimpin seorang
mantan Letnan dua TNI yang bernama Ibnu Hadjar alias Haderi alias Angli.Ibnu
Hadjar sendiri kemudian menyerahkan diri. Akan tetapi , setelah merasa kuat dan
memperoleh peralatan perang, ia kembali membuat kekacauan dengan bantuan
Kahar Muzakar dan S.M.kartosuwiryo. Pada tahun 1954, Ibnu Hadjar diangkat
sebagai panglima TII wilayah Kalimantan. Akhirnya, Pemerintah melalui TNI
berhasil mengatasi gerakan yang dilakukan oleh Ibnu Hadjar pada tahun 1959 dan
Ibnu Hadjar berhasil ditangkap dan pada 22 maret 1965 dan ia dijatuhkan hukuman
mati oleh pengadilan militer.
Biografi Singkat 5 Pemimpin DI/TII
Sekar Marijan Kartosuwiryo (Jawa Barat)

Sekar Marijan Kartosuwiryo mendirikan Darul Islam (DI) dengan tujuan


menentang penjajah Belanda di Indonesia. Akan tetapi, setelah makin kuat,
Kartosuwiryo memproklamasikan berdirinya Negara Islam Indonesia (NII) pada
tanggal 17 Agustus 1949 dan tentaranya dinamakan Tentara Islam Indonesia
(TII).Upaya penumpasan dengan operasi militer yang disebut Operasi
Bharatayuda. Dengan taktis Pagar Betis. Pada tanggal 4 juni 1962, Kartosuwiryo
berhasil ditanggap oleh pasukan Siliwangi di Gunung Geber, Majalaya, Jawa
Barat. Akhirnya Kartosuwiryo dijatuhi hukuman mati 16 Agustus 1962.

Ibnu Hadjar (Kalimantan Selatan)

Ibnu Hadjar alias Haderi bin Umar alias Angli adalah seorang bekas Letnan Dua


TNI yang kemudian memberontak dan menyatakan gerakannya sebagai bagian
DI/TII Kartosuwiryo. Dengan pasukan yang dinamakannya Kesatuan Rakyat Yang
Tertindas, Ibnu Hadjar menyerang pos-pos kesatuan tentara di Kalimantan Selatan
dan melakukan tindakan-tindakan pengacauan pada bulan Oktober 1950. Untuk
menumpas pemberontakan Ibnu Hajar ini pemerintah menempuh upaya damai
melalui berbagai musyawarah dan operasi militer. Pada saat itu
pemerintah Republik Indonesia masih memberikan kesempatan kepada Ibnu
Hadjar untuk menghentikan petualangannya secara baik-baik, sehingga ia
menyerahkan diri dengan kekuatan pasukan beberapa peleton dan diterima kembali
ke dalam Angkatan Perang Republik Indonesia. Tetapi setelah menerima
perlengkapan Ibnu Hadjar melarikan diri lagi dan melanjutkan pemberontakannya.
Pada akhir tahun 1954, Ibnu Hajar membulatkan tekadnya untuk masuk Negara
Islam. Ibnu Hajar diangkat menjadi panglima TII wilayah Kalimantan. Perbuatan
ini dilakukan lebih dari satu kali sehingga akhirnya Pemerintah memutuskan untuk
mengambil tindakan tegas menggempur gerombolan Ibnu Hadjar. Pada akhir tahun
1959 pasukan gerombolan Ibnu Hadjar dapat dimusnahkan dan lbnu Hadjar sendiri
dapat ditangkap. Gerakan perlawanan baru berakhir pada bulan Juli 1963. Ibnu
Hajar dan anak buahnya menyerahkan diri secara resmi dan pada
bulan Maret 1965 Pengadilan Militer menjatuhkan hukuman mati kepada Ibnu
Hajar.

Daud Beureueh (Jawa Tengah)

Teungku Muhammad Daud Beureu'eh (lahir di


Beureu'eh, kabupaten Pidie, Aceh, 17 September 1899 – meninggal di Aceh, 10
Juni 1987 pada umur 87 tahun) atau yang nama lengkapnya adalah Teungku
Muhammad Daud Beureu'eh adalah mantan Gubernur Aceh, pendiri NII di Aceh
dan pejuang kemerdekaanIndonesia. Ketika PUSA (Persatuan Ulama Seluruh
Aceh) didirikan untuk menentang pendudukan Belanda, Daud Beureu'eh terpilih
sebagai ketuanya. Pada masa perang revolusi, Daud Beureu'eh menjabat
sebagaiGubernur Militer Aceh. Sejak 21 September 1953 sampai dengan 9
Mei 1962, ia melakukan pemberontakan kepada pemerintah dengan
mendirikan NII akibat ketidakpuasannya atas pemerintahan Soekarno. Namun
akhirnya ia kembali ke pangkuan Republik Indonesia setelah dibujuk kembali
oleh Mohammad Natsir.
Kahar Muzakkar (Sulawesi Selatan)

Abdul Kahar Muzakkar (ada pula yang menuliskannya dengan nama Abdul


Qahhar Mudzakkar; lahir diLanipa, Kabupaten Luwu, 24
Maret 1921 – meninggal 3 Februari 1965 pada umur 43 tahun; nama
kecilnyaLadomeng) adalah seorang figur karismatik dan legendaris dari
tanah Luwu, yang merupakan pendiriTentara Islam Indonesia di Sulawesi. Ia
adalah seorang prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang terakhir
berpangkat Letnan Kolonel atau Overste pada masa itu. Ia tidak menyetujui
kebijaksanaan pemerintahan presiden Soekarno pada masanya, sehingga balik
menentang pemerintah pusat dengan mengangkat senjata. Ia dinyatakan
pemerintah pusat sebagai pembangkan dan pemberontak. Pada awal tahun 1950-an
ia memimpin para bekas gerilyawan Sulawesi Selatan dan Sulawesi
Tenggara mendirikan TII (Tentara Islam Indonesia) kemudian bergabung
dengan Darul Islam (DI), hingga di kemudian hari dikenal dengan nama DI/TII
di Sulawesi Selatan dan Tenggara. Pada tanggal 3 Februari 1960, melalui Operasi
Tumpas, ia dinyatakan tertembak mati dalam pertempuran antara pasukan TNI dari
satuan Siliwangi 330 dan anggota pengawal Kahar Muzakkar di Lasolo. Namun
tidak pernah diperlihatkan pusaranya, mengakibatkan para bekas pengikutnya
mempertanyakan kebenaran berita kejadiannya. Menurut kisah, jenazahnya
dikuburkan di Kilometer 1 jalan raya Kendari,sulawesi tengara. Tapi sampai saat
ini banyak yang tidak percaya atas kepergiannya karena belum ada bukti nyata
tentang keberadaannya di sana.

 
Amir Fatah (Jawa Tengah)

Amir Fatah bernama lengkap Amir Fatah Wijaya Kusumah, adalah salah satu
pimpinan Hizbullah Fisabilillah di daerah Besuki, Jawa Timur sebelum
bergolaknya pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah. Ketika Perjanjian
Renville ditanda tangani oleh pihak Belanda dan Indonesia, maka semua kekuatan
Republik diharuskan hijrah ke Jawa Tengah, termasuk kesatuan Hizbullah dan
Fisabilillah yang dipimpinnya. Pada tahun 1950, ia memproklamirkan wilayahnya
merupakan bagian DI/TII Kartosuwiryo. Melalui operasi yang dilakukan
oleh TNI untuk sementara waktu kekuatan mereka melemah tetapi akibat ada
pembelot, kekuatan DI/TII Amir Fatah kembali kuat. Pada akhirnya pasukan Amir
Fatah dapat ditaklukkan di perbatasan Pekalongan - Banyumas .
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dalam pembahasan ini adalah sebagai
berikut:

1.Eksistensi ulama dalam masyarakat sebelum kehadiran Belanda ke Ace adalah


sangat besar artinya. Ulama tidak hanya dipandang sebagai orang yang memiliki
ilmu keagamaan semata, melainkan juga dianggap orang yang mampu menguasai
adat istiadat serta pengetahuan lainnya.

2.  Keterlibatan ulama sangat besar artinya terhadap kondisi sosial dan politik di
Aceh. Secara politis, sejak awal kemerdekaan ulama Aceh sudah memegang peran
yang sangat strategis, seperti yang dilakukan oleh Tgk. Muhammad Daud
Beureueh dalam memperjuangkan status Daerah Istimewa bagi Aceh.

3.   Pengaruh keterlibatan ulama Aceh dalam kancah politik adalah dapat menjadi
pelopor dalam menyuarakan aspirasi masyarakat Aceh (umat Islam). Ulama juga
ikut berperan dalam menggagas perdamaian di Aceh, seperti halnya dalam
penyelesaian DI/TII dan juga ikut pro aktif dalam mengupayakan perundingan
Helsinki, yaitu perundingan antara pemerintah RI dengan GAM.

Saran
1.  Diharapkan kepada para pembaca kiranya dapat mengambil suri tauladan dari
perjuangan para ulama Aceh dalam menyuarakan aspirasi umat Islam, serta turut
pro aktif dalam menggagas perdamaian di Aceh.
2. Diharapkan kepada para guru dan calon guru sejarah dapat lebih giat berupaya
untuk menanamkan semangat kebangsaan dan cinta tanah air. Upaya ini salah
satunya adalah dengan semakin memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa.

Anda mungkin juga menyukai