Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum


Direktorat Jendral (Dirjen) Perhubungan Darat (2005) dalam Peraturan
Dirjen Perhubungan Darat tentang Pedoman Teknis Perlintasan Sebidang Antara
Jalan dengan Jalur Kereta Api menyatakan bahwa Perlintasan sebidang adalah
perpotongan antara jalur kereta api dengan jalan raya. Perlintasan kereta api
seyogyanya tidak dibenarkan jika bertemu dengan jalan raya. Dalam Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No.56 Tahun 2009 pun disebutkan bahwa dalam
penyelenggaraan prasarana dan sarana perkeretaapian, perpotongan jalur kereta
api dengan jalan dibuat tidak sebidang. Keselamatan perjalanan kereta api
menjadi prioritas dibandingkan dengan moda transportasi yang lain.

2.2. Dampak Penutupan Perlintasan Sebidang


Penelitian mengenai analisis dampak penutupan perlintasan sebidang
sebelumnya sudah pernah dilakukan. Oleh karena itu, penelitian-penelitian
tersebut dapat dijadikan referensi untuk penelitian yang akan dilakukan.
Widodo (2012) dalam penelitianya membahas tentang penutupan
perlintasan sebidang di wilayah DKI Jakarta yang nantinya akan di bahas
mengenai dampak penutupan dan usaha menghilangkan traffic conflict di
perlintasan kereta api dengan jalan. Dalam penelitian tersebut menggunakan data
primer berupa data pergerakan kereta api di perlintasan yang diamati setiap jam.
Sedangkan data sekunder nya berupa data dari Dishub Provinsi DKI Jakarta. Hasil
dari penelitian

8
9

tersebut yaitu berupa dampak penutupan seperti Biaya Operasi Kendaraan, nilai
waktu dan waktu tempuh dan tingkat kecelakaan yang dibandingkan sebelum dan
sesudah penutupan perlintasan
Yusyadiputra dkk (2014) dalam jurnalnya menganalisis kinerja lalu lintas
jalan raya akibat penutupan pintu perlintasan kereta api dengan melakukan survei
dan pengolahan data menggunakan metode berdasarkan Manual Kapasitas Jalan
Indonesia (MKJI). Hasil dari penelitian tersebut yaitu didapatkan bahwa Jalan
Kaligawe mampu menampung lalu lintas saat terjadi penutupan pintu perlintasan
jika lama penutupan 3 – 4 menit, tetapi di Jalan Kaliwungu sudah tidak mampu
menampung arus lalu lintas jika lama penutupan 3 dan 4 menit karena t2 = 11,88
dan 15,85 menit. Disamping itu derajat kejenuhan (DS) di Jalan Kaligawe = 0,40
dan Kaliwungu = 0,75 , agar lalu lintas dapat berjalan baik perlu dilakukan
perubahan geometrik pada jalan Kaliwungu.
Hadis dan Sumarsono (2013) pada jurnalnya menganalisis lama waktu
tundaan dan panjang antrean rata-rata yang terjadi dengan jumlah konsumsi
bahan bakar. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan survei pada perlintasan
kereta api di Jalan Jenderal Urip Sumoharjo dan Jalan Hos Cokroaminoto,
Surakarta dengan teknik pengolahan data dengan menggunakan analisis regresi
linier berganda dengan konsumsi bahan bakar sebagai variabel tidak bebas dan
tundaan serta panjang antrean sebagai variabel bebas. Hasil penelitian
menunjukkan konsumsi BBM akibat penutupan perlintasan kereta api di Jalan
Urip Sumoharjo = 0,167 liter / smp dan Jalan HOS Cokroaminoto = 0,100 liter /
smp disebabkan oleh lama tundaan dan panjang antrean rata rata yang terjadi.
Ramanti (2017) dalam tugas akhirnya melakukan analisis volume lalu
lintas, tundaan, dan panjang antrian akibat penutupan perlintasan sebidang
Timoho 19 smp tiap lintasan. Hasilnya, didapatkan volume lalu lintas akibat
penutupan perlintasan sebidang dengan rentang waktu tertentu paling besar 3932
kendaraan/hari. Rata-rata besar tundaan adalah sebesar 75 detik dan panjang
antrian terbesar dari arah Selatan sebesar 210 m, dari arah Utara sebesar 110 m.
Purnama dkk (2017) dalam jurnal nya, mengdesain flyover yang
direncanakan untuk melewati kereta api pada perpotongan jalan Slamet Riyadi
10

dan perlintasan kereta api Purwosari. Metodologinya pertama dengan analisi


geometrik flyover lalu dengan perhitungan konstruksi metode Load and
Resistance Factor Design.
Aswad (2013) dalam jurnalnya, berusaha memberikan rekomendasi layak
tidaknya perlintasan sebidang antara jalan kereta api dengan jalan raya menurut
Keputusan Menteri Perhubungan No. 53 tahun 2000. Metode yang dilakukan
adalah dengan pekerjaan survei geometrik perlintasan sebidang maupun survei
lalu lintas. Hasilnya perlintasan sebidang yang ditinjau terbilang aman karena
memenuhi persyaratan.

2.3 Kinerja Ruas Jalan.


Penelitian tentang Analisis Kinerja Ruas Jalan pun sudah banyak
dilakukan. Berikut adalah penelitian-penelitian tersebut yang akan dijadikan
referensi nantinya.
Idris (2010) melakukan kajian terhadap kebutuhan fasilitasi jalur atau
jalur sepeda motor di ruas jalan arteri sekunder. Penelitian ini bertujuan untuk
menemukan indikator dan kriteria penetapan kebutuhan lajur sepeda motor
khususnya untuk ruas jalan arteri sekunder dengan tipe 4/2D atau 6/2 D.
Metodologi yang digunakan adalah berdasarkan referensi studi yang pernah
dilakukan yaitu dengan pendekatan analisis statistik. Hasil analisis menunjukkan
bahwa jika mendesain sepeda motor dengan tingkat pelayanan jalan
menggunakan marka jalan sebagai pembatas jalur.
Muhtadi (2010) dalam penelitiannya mencari tahu kinerja ruas jalan dari
Jalan Raya Peterongan, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang, Jawa
Timur. Metodologi yang digunakan yaitu dengan melakukan survei yang diolah
dengan MKJI 1997. Hasil yang didapatkan yaitu kapasitas dalam kondisi
eksisting dan kondisi baru. Begitu juga dengan NVK didapat dalam kondisi
eksisting = 0,8 dan kondisi baru = 0,42.
11

2.4 Penggunaan PTV VISSIM Sebagai Permodelan Lalu Lintas.


Utomo (2016) dalam Tugas Akhirnya mengevaluasi kinerja simpang
ring road Monumen Jogja Kembali dan memberi model alternatif dan solusi
untuk peningkatan kinerja simpang bersinyal di ring road Monumen Jogja
Kembali. Peneliti menggunakan metode survei dan percobaan permodelan lalu
lintas. Pengolahan data dilakukan dengan metode MKJI dan analisis hitungan
dimodelkan pada software VISSIM 8.0. Hasilnya didapatkan nilai Derajat
Kejenuhan (ds) beserta alternatif untuk mengevaluasi kinerja lalu lintas yang tentu
saja akan dimodelkan dengan VISSIM 8.0
Winnetou dan Munawar (2015) pada penelitiannya berusaha mengetahui
kehandalan software VISSIM untuk diterapkan dalam analisis kinerja ruas jalan
yang berguna mengevaluasi perhitungan metode MKJI 1997. Metode yang
digunakan yaitu survei di lapangan menghasilkan volume arus lalu lintas,
kecepatan tiap jenis kendaraan dan geometrik jalan. Setelah mendapatkan data,
analisis dengan mencari nilai kecepatan kendaraan menggunakan MKJI 1997,
software VISSIM dan kecepatan di lapangan. Hasilnya, proses kalibrasi sangat
berpengaruh pada VISSIM, kalibrasi dilakukan trial sebanyak 9 kali. Didapat trial
ke-7 karena volume kendaraannya sudah memenuhi proses validasi. Hal ini
menunjukkan bahwa VISSIM dapat memberikan hasil yang berbeda yaitu dengan
melakukan perubahan pada driving behaviour.
2.5 Keaslian Penelitian
Berdasarkan tinjauan dari penelitian-penelitian diatas, penelitian mengenai
analisis dampak penutupan perlintasan sebidang kereta api terhadap lalu lintas
jalan layang belum pernah dilakukan. Dalam penelitian-penelitian tersebut
mempunyai beberapa kesamaan dimana peneliti berusaha menganalisis dampak
penutupan perlintasan kereta api terhadap kinerja ruas jalan. Perbedaannya adalah
dalam penelitian ini, penulis mencoba mengkorelasikan perhitungan metode
MKJI 1997 dengan permodelan dengan software VISSIM 9.0.
Berdasarkan tinjauan pustaka dari beberapa penelitian dan tugas akhir
terdahulu, dapat disimpulkan hasil pada Tabel 2.1 berikut.
12

Tabel 2.1 Perbandingan Penelitian yang Telah Dilakukan dan yang Akan Dilakukan

Nama Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil


Kajian Penutupan Perlintasan
Biaya operasional total kendaraan
Sebidang antara Jalan Kereta Api
Perhitungan delay dengan survei langsung di pada Jl. KH Mas Mansyur
dengan Jalan Raya Pada Lokasi
Widodo (2012) lapangan dan melakukan perhitungan Biaya Rp27.763.623.289,1/tahun dan
Jalan KH. Mas Mansyur dan Jalan
Operasional. pada Jl. Abdul Syafie
Abdul Syafi`ie Provinsi Daerah
Rp7.705.053.512,25/tahun.
Khusus Ibukota Jakarta.
Jl. Kaligawe yang mempunyai
Pengaruh Penutupan Pintu
Pengumpulan data dengan metode observasi ds=0,4 mampu menampung lalu
Perlintasan Jalan Rel Terhadap
Yusyadiputra dkk. langsung di lapangan sedangkan pengolahan dan lintas jika lama penutupan 3-4
Kinerja Lalu Lintas Jalan Raya Di
(2014) analisis data berdasarkan MKJI (1997) dan metode menit. Sedangkan di Jl.
Perlintasan Kaligawe Semarang
shockwave. Kaliwungu yang mempunyai
dan Kaliwungu Kendal.
ds=0,75 tidak mampu
Hubungan Bahan Tundaan dan Pengumpulan data dilakukan survei langsung di
Panjang Antrean Terhadap lapangan dan analisis data dilakukan menggunakan Lama tundaan Jl. Urip Sumohajro
Hadis dan
Konsumsi Bahan Bakar Akibat analisis regresi linier berganda dengan konsumsi 429,65 detik dan Jl.Hos
Sumarsono (2013)
Penutupan Pintu Perlintasan bahan bakar sebagai variabel tidak bebas dan delay, Cokroaminoto 257,763 detik.
Kereta Api. serta panjang antrean sebagai variabel bebas.
Permodelan Lalu Lintas Pada Pengumpulan data dilakukan dengan survei Didapatkan berbagai nilai derajat
Utomo (2016) Simpang Bersinyal Jalan langsung di lapangan sedangkan analisis data kejenuhan dengan berbagai
Perkotaan Di Yogyakarta dilakukan dengan perhitungan MKJI (1997). alternatif yang ditawarkan.
Sumber: Widodo(2012), Yusyadiputra dkk.(2014), Hadis dan Sumarsono(2013), Utomo (2016)
13

Lanjutan Tabel 2.1 Perbandingan Penelitian yang Telah Dilakukan dan yang Akan Dilakukan
Nama Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil
Volume lalu lintas terbesar 3932
Inspeksi Keselamatan Di
kend./jam. Tundaan rata-rata
Perlintasan Sebidang Pada JPL
Ramanti (2017) Analisis data menggunakan PKJI 2014. sebesar 75 detik. Panjang antrian
349 km 163 + 758, Jalan Timoho,
arah Selatan sebesar 210 m dan
Yogyakarta.
arah Utara sebesar 110 m
Software VISSIM memberikan
Survei langsung dilakukan dengan survei langsung
Pengunaan Software VISSIM hasil yang berbeda yaitu
Winnetou dan untuk memperoleh data primer. Sedangkan data
Untuk Evaluasi Hitungan MKJI melakukan perubahan pada nilai
Munawar (2015) sekunder didapat dari foto udara dan jumlah
1997. driving behaviour sehingga dapat
penduduk.
menyesuaikan di berbagai tempat.
Didapatkan kesimpulan bahwa
untuk mendesain jalur untuk
Kriteria Lajur Sepeda Motor Metode yang digunakan menggunakan pendekatan
Idris (2010) sepeda motor disarankan
Untuk Ruas Jalan Arteri Sekunder. analisis statistik.
menggunakan marka jalan
sebagai pembatas jalur.
Desain Flyover Pada Perlintasan Didapatkan rencana desain
Metode yang digunnakan yaitu load and resistance
Purnama dkk. (2017) Sebidang Jalan Kereta Api Di flyover dengan dimensi yang
factor design.
Jalan Slamet Riyadi Surakarta. sudah ditentukan.
Sumber: Mulyono(2006), Winnetou dan Munawar(2015),Idris (2010), Purnama dkk. (2017)
14

Lanjutan Tabel 2.1 Perbandingan Penelitian yang Telah Dilakukan dan yang Akan Dilakukan
Nama Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil
Didapatkan kapasitas dalam 2
kondisi yaitu kondisi eksisting
Analisis Kapasitas, Tingkat Pengumpulan data melakukan survei langsung dan dan baru, sedangkan
Muhtadi (2010) Pelayanan, Kinerja dan Pengaruh analisis berdasarkan MKJI untuk melakukan didapatkan NVK = 0,8 dalam
Pembuatan Media Jalan. pengolahan data. kondisi eksisting dan
NVK=0,42 dalam kondisi
baru.
Berdasarkan persyaratan
kecepatan rata-rata kereta api,
Studi Kelayakan Perlintasan Pekerjaan survei untuk mendapatkan data geometrik selang waktu antara kereta api
Aswad (2013) Sebidang antara Jalan Kereta Api dan data lalu lintas. Analisis berdasarkan MKJI satu dengan yang lain, jalan
dengan Jalan Raya. sebagai pengolahan data. kelas III perlintasan tersebut
belum layak dijadikan
perlintasan tidak sebidang.
Sumber: Muhtadi (2010) dan Aswad (2013)
137

Anda mungkin juga menyukai