“Hg - Pb – Cn”
Dosen Pengampu:
Oleh:
Nabila Novitasari
1711.13251.300
Laporan
Disusun oleh:
Nabila Novitasari
NIM. 1711.13251.300
PENDAHULUAN
sumber pakan udang antara lain udang kecil (rebon), fitoplankton, copepoda,
polichaeta, larva kerang dan lumut. Udang dapat digunakan dalam mengetahui
pencemaran logam berat di air, karena udang selalu mencari makan di dasar air.
cukup baik untuk indikator polusi logam berat. Keracunan yang disebabkan oleh
merkuri, umumnya berawal dari kebiasaan memakan makanan dari laut, ikan
udang dan kerang yang telah terkontaminasi oleh senyawa merkuri atau merkuri
yang ada dalam bahanbahan makanan seperti beras dan gandum (Triana,
2012).
semakin banyak pula merkuri yang terakumulasi. Ini yang disebut proses
konsumsi yang tinggi. Badan Pusat Stastistik (2014) mencatat, tingkat konsumsi
beras Indonesia perkapita perminggu mencapai 1.57 kg. Tingkat konsumsi beras
menentukan mutu produk turunan ubi kayu. Pada semua bagian tanaman ubi
kayu baik daun, batang, dan umbi mengandung senyawa glukosida sianogenik
akan menghasilkan hidrogen sianida (HCN) yang bersifat racun (Burns et al.,
2012).
Kandungan logam berat pada ikan bersumber dari makanan dan lingkungan
perairan yang sudah terkontaminasi oleh logam berat. Kontaminasi makanan dan
lingkungan perairan tidak terlepas dari aktivitas manusia didarat maupun pada
perairan. Logam berat masuk ketubuh ikan melalui penyerapan pada permukaan
tubuh, secara difusi dari lingkungan perairan. Di sisi lain sifat ikan yang mencari
makan dari fitoplankton ataupun ikan-ikan yang kecil akan sangat mungkin
kabel, cat (sebagai zat pewarna), penyepuhan, pestisida, dan yang paling
banyak digunakan sebagai zat antiletup pada bensin. Pb juga digunakan sebagai
zat penyusun patri atau solder dan sebagai formulasi penyambung pipa yang
1.2 Tujuan
METODOLOGI
D. Pemeriksaan Sampel :
Alat
b. spatula 1 buah
g. saringan 1 buah
Bahan
c. masker 8 buah
d. tissue
e. alumunium foil
f. kassa
g. kertas strip
Reagent
Alat
b. spatula 2 buah
h. saringan 1 buah
Bahan
a. sampel uji (beras)
b. hand scoon
c. masker
d. tissue
e. alumunium foil
f. kertas strip
Reagent
Alat
b. spatula 1 buah
f. pH indicator 1 buah
h. saringan 1 buah
Bahan
b. hand scoon
c. masker
d. tissue
e. alumunium foil
f. kassa
Reagent
a. reagent pb-1
di neraca digital
perlakuan awal.
zone reaksi
b. Masukkan sampel yang telah dimbal ke dalam beaker glass yang berisi
d. Bilas tabung reaksi dengan sampel yang akan diuji dan masukkan 5 ml
sampel
f. Ambil test strips kemudian masukkan pada larutan yang akan diuji
selama 1 detik
g. Bandingkan Test strip tadi dengan skala warna yang ada pada tabung
HASIL PRAKTIKUM
Berdasarkan tabel 1 di peroleh hasil bahwa logam berat makanan sampel udang
kontrol sebagai perbanding terdapat hasil 0 mg/kg untuk merkuri murni sendiri 50
mg/kg. Untuk hasil ikan asin yaitu negative timbal, pada sampel beras juga
BAB IV
PEMBAHASAN
Merkuri
neraca digital.
menggunakan gelas ukur dan diberi label. Label ini berfungsi untuk
homogen. Hal ini bertujuan agar larutan dan juga reagent tercampur
dengan sempurna
9. Mengambil semua larutan sampel menggunakan pipet tetes dan
10. Lakukan pembacaan setelah beberapa saat pada color chart yang
Sianida
homogen
menggunakan gelas ukur dan diberi label. Label ini berfungsi untuk
Timbal
homogen
menggunakan gelas ukur dan diberi label. Label ini berfungsi untuk
7. Memasukkan test strip ke dalam tabung reaksi yang berisi larutan sampel
9. Membandingkan kertas test strip dengan skala warna yang ada pada
pemeriksaan merkuri, timbal dan sianida yaitu yang terdapat positif logam berat
adalah merkuri pada sampel udang dengan kadar 100 mg/l pada tabung
sampel , 50 mg/l pada tabung merkuri murni, sedangkan pereaksi 0 mg/l. Untuk
sampel ikan asin pada pemeriksaan timbal negative atau tidak terdapat logam
berat timbal, pada sampel beraas juga hasilnya negative kandungan sianida
maka aman untuk logam berat sehingga aman untuk dikonsumsi. Merkuri batas
aman pangan dalam golongan ikan menurut SNI 7387-2009 yaitu 1,0 mg/kg
sama halnya dengan peraturan BPOM Nomor 5 Tahun 2018 batas maksimum
logam berat merkuri pada pangan seperti ikan yaitu 1,0 mg/kg maka di nyatakan
sampel udang termasuk melebihi standart batas aman sehingga tidak boleh
Menurut SNI 7387-2009 Batas aman pada merkuri pangan seperti ikan udang
yaitu 1,0 mg/kg . batas aman pada timbal pangan pada ikan yaitu 0,40 mg/kg.
tergantung pada bagian mana dari logam berat tersebut yang terikat dalam tubuh
serta besarnya dosis paparan. Efek toksik dari logam berat mampu menghalangi
(Suyanto, 2010).
sumber pakan udang antara lain udang kecil (rebon), fitoplankton, copepoda,
polichaeta, larva kerang dan lumut. Udang dapat digunakan dalam mengetahui
pencemaran logam berat di air, karena udang selalu mencari makan di dasar air.
cukup baik untuk indikator polusi logam berat. Keracunan yang disebabkan oleh
merkuri, umumnya berawal dari kebiasaan memakan makanan dari laut, ikan
udang dan kerang yang telah terkontaminasi oleh senyawa merkuri atau merkuri
yang ada dalam bahanbahan makanan seperti beras dan gandum (Triana,
2012).
Merkuri merupakan salah satu logam berat yang berbahaya dan dapat terjadi
melalui proses cuaca/iklim, dari angin dan air. Senyawa merkuri dapat ditemukan
di udara, tanah dan air dekat tempat-tempat kotor dan berbahaya. Merkuri dapat
berikatan dengan senyawa lain seperti klorin, sulfur atau oksigen membentuk
organik yang paling populer adalah metil merkuri yang berpotensi menyebabkan
toksisitas terhadap sistem saraf pusat. Kejadian keracunan metil merkuri paling
besar pada makhluk hidup timbul di tahun 1950 an di Teluk Minamata, Jepang
Ikan sebagai salah satu biota air dapat dijadikan sebagai salah satu indikator
tingkat pencemaran yang terjadi di dalam perairan. Jika di dalam tubuh ikan telah
terkandung kadar logam berat yang tinggi dan melebihi batas normal yang telah
pembuangan limbah industri di sekitar tempat hidup ikan tersebut, seperti sungai,
danau, dan laut. Banyaknya larutan berwarna putih kecuali untuk merkuri sulfida
(dikenal sebagai sinabar) yang berwarna merah dan berubah menjadi hitam
merkuri metalik, merkuri sulfida, merkuri klorida dan metil merkuri (SNI 7387-
2009). Logam berat yang terserap dan terdistribusi pada ikan bergantung pada
bentuk senyawa dan konsentrasi polutan, aktivitas mikroorganisme, tekstur
sedimen, serta jenis dan unsur ikan yang hidup di lingkungan tersebut (Suyanto,
2010).
Sianida selalu ada dalam konsentrasi kecil pada banyak macam tumbuh-
kandungan sianida pada bahan makanan anatara lain umur dan penggunaan
pupuk tanaman muda lebih banyak mengandung sianida, dari pada tanaman tua
dan penggunaan pupuk seperti pupuk nitrat dapat menaikkan kadar sianida
langsung dan menghambat sistem antar ruang sel dan dosis yang mematikan
untuk tubuh yaitu 0,5-3,5 mg HCN/kg berat badan. Ada beberapa yang dapat
sebagai alat pernapasan ikan, juga digunakan sebagai alat pengatur tekanan
antara air dan dalam tubuh ikan (osmoregulasi). Jaringan tubuh organisme yang
cepat terakumulasi logam berat adalah jaringan insang, akibatnya ikan akan mati
lemas karena terganggunya proses pertukaran ion-ion dan gas gas melalui
insang (Mukono, 2002). Pengaruh toksisitas logam kedua adalah pada alat
ikan ini berfungsi untuk filtrasi dan mengekskresikan bahan yang biasanya tidak
dibutuhkan oleh tubuh, termasuk bahan racun seperti logam berat. Hal ini
jaringan (bioakumulasi). Proses akumulasi ini terjadi setelah absorbsi logam dari