PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah Untuk menunjang pertumbuhan perekonomian nasional diperlukan
dana yang cukup besar, sehingga sarana penyediaan dana yang dibutuhkan
masyarakat perlu diperluas. Secara konvensional dana yang diperlukan untuk
menunjang pembangunan tersebut disediakan oleh lembaga perbankan, akan tetapi
dewasa ini lembaga perbankan tidak dapat mencukupi kebutuhan akan dana tersebut,
sehingga dicari alternatif pembiayaan lain yang mana terciptalah lembaga penyandang
dana yang lebih fleksibel dan lebih moderat dari bank, yang dalam hal-hal tertentu
tingkat resikonya lebih tinggi. Inilah yang kemudian dikenal sebagai lembaga
pembiayaan, yang menawarkan model-model formulasi untuk pemberian dana.
Kehadiran lembaga pembiayaan ini tidak terlepas dari kenyataan semakin sulitnya
masyarakat bisnis untuk mendapatkan suntikan permodalan dari lembaga perbankan,
mengingat. keterbatasan jangkauan penyebaran kredit oleh bank-bank yang ada,
teutama di daerah-daerah. Secara formal pemerintah mengatur lembaga pembiayaan
ini melalui Keputusan Presiden No. 61 Tahun 1988 Tentang Lembaga Pembiayaan,
yang kemudian ditindak lanjuti dengan Keputusan Menteri Keuangan
No.1251/KMK.013/1988 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga
Pembiayaan sebagaimana telah diubah terakhir dengan keputusan Menteri Keuangan
No. 468/KMK.017/1995. Pemerintah memberikan kepada perusahaan pembiayaan
untuk melakukan kegiatan-kegiatan pembiayaan sebagai salah satu sumber
pembiayaan dalam rangka menunjang pertumbuhan dan stabilitas ekonomi. Dalam
Peraturan Perundang-Undangan tersebut bahwa kegiatanperusahaan pembiayaan
meliputi : 1. Sewa Guna Usaha (leasing) 2. Modal Ventura (ventura capital) 3.
Perdagangan Surat Berharga ( securities) 4. Anjak Piutang (factoring) 5. Usaha kartu
kredit, dan 6. Pembiayaan Konsumen1
B. RUMUSAN MASALAH
1
Munir Fuady, Hukum Tentang Pembiayaan Dalam Teori dan Praktek, Bandung: Citra Aditya Bakti,
Cetakan Pertama, 1995. hal 3
1
1. Jelaskan Pengertian Hukum Lembaga Pembiayaan?
2. Sebutakan Macam-macam Lembaga Pembiayaan?
3. Praktek Lembaga Keuangan?
C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Mengtahui Definisi dari Lembaga Pembiayaan
2. Mengetahui Macam-macam Lembaga Pembiayaan dan Praktek Lembaga Keuangan
BAB II
2
PEMBAHASAN
3
1. Sewa Guna Usaha (Leasing)
Istilah lain dari Sewa Guna Usaha yaitu “leasing”, dimana leasing itu berasal
dari kata lease (inggris) yang berarti menyewakan. Menurut Keputusan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor 1169/KMK.01/1991 tentang Kegiatan Sewa
Guna Usaha (Leasing), leasing adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk
penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance
lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan
oleh Lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara
berkala. Sedangkan Barang modal adalah setiap aktiva tetap berwujud, termasuk
tanah sepanjang di atas tanah tersebut melekat aktiva tetap berupa bangunan
(plant), dan tanah serta aktiva dimaksud merupakan satu kesatuan kepemilikan,
yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun dan digunakan secara
langsung untuk menghasilkan atau meningkatkan, atau memperlancar produksi
dan distribusi barang atau jasa oleh Lessee. Barang modal pada hal ini
berdasarkan pada pasal 11 UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan.
Menurut Mr. A.C. Goudsmit dan Mr. J.A.M.P. Keijser, leasing mempunyai ciri-
ciri sebagai berikut:
4
3. Hak Milik benda yang di-lease ada pada lessor. Hal ini berdampak penting di
bidang akuntansi seperti penyusunan di bidang hukum dalam hal pelaksanaan
perjanjian leasing, Benda yang menjadi objek leasing adalah benda-benda
yang digunakan dalam suatu perusahaan, yakni benda-benda yang diperlukan
dalam menjalankan perusahaan.jadi tidak saja mesin –mesin yang hanya dapat
digunakan untuk berproduksi akan tetapi bisa juga untuk komputer, dan
kendaraan bermotor
2. Anjak Piutang (Factoring)
5
(client) dan nasabah (customer) dalam mekanisme anjak piutang memiliki
pengertian yang sangat berbeda. Lain halnya dengan bank yang memiliki
nasabah atau customer, sedangkan perusahaan anjak piutang hanya memiliki
klien dalam hal ini supplier. Selanjutnya, klien yang memiliki nasabah atau
customer. Mekanisme anjak piutang ini sebenamya diawali dari adanya
transaksi jual beli barang atau jasa yang pembayarannya secara kredit.
b) Kegiatan factoring hanya berupa suatu kegiatan jual beli atau pengurusan
piutang.
c) Piutang atau tagihan itu merupakan tagihan jangka pendek dan berasal dari
transaksi perdagangan, dan umumnya mempunyai ciri-ciri di antaranya:
Piutang yang terdiri dari seluruh tagihan berdasarkan faktur-faktur dari
perusahaan yang belum jatuh tempo;
Piutang yang timbul dari surat-surat berharga yang belum jatuh tempo;
Piutang yang timbul dari suatu proses pengiriman barang.
3. Pembiayaan konsumen
Pembiayaan konsumen sebenarnya sama saja dengan kredit konsumen
(consumer credit). Yang membedakan terletak pada lembaga yang membiayainya.
Pada pembiayaan konsumen, biaya diberikan oleh perusahaan pembiayaan,
sedangkan kredit konsumen biaya diberikan oleh Bank. Menurut ketentuan pasal 1
6
angka 7 Perpres No 9 Tahun 2009 tentang lembaga pembiayaan: “Pembiayaan
Konsumen (Consumers Finance) adalah adalah kegiatan pembiayaan untuk
pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembayaran secara
angsuran”. Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat diuraikan unsur-unsur
pengertian pembiayaan konsumen, sebagai berikut:
a) Subjek adalah pihak-pihak yang terkait dalam hubungan hukum pembiayaan
konsumen, yaitu perusahaan pembiayaan konsumen (kreditur), konsumen
(debitur), dan penyedia barang (pemasok, supplier).
b) Objek adalah barang bergerak keperluan konsumen yang akan dipakai untuk
keperluan hidup atau keperluan rumah tangga.
c) Perjanjian adalah perbuatan persetujuan pembiayaan yang diadakn antara
perusahaan pembiayaan konsumen dan konsumen, serta jual beli antara
pemasok dan konsumen.
d) Hubungan kewajiban dan hak, dimana perusahaan pembiayaan konsumen
wajib membiayai harga pembelian barang keperluan konsumen dan membayar
tunai kepada pemasok untuk kepentingan konsumen, sedangkan konsumen
wajib membayar harga barang secara angsuran kepada perusahaan
pembiayaan konsumen, dan pemasok wajib menyerahkan barang kepada
konsumen.
e) Jaminan, jaminan utama berupa kepercayaan, jaminan pokok secara fidusia
berupa barang yang dibiayai, jaminan tambahan berupa pengakuan utang dari
konsumen.
Dalam pembiayaan konsumen ada beberapapihak yang terkait, Pihak-pihak
yang tersebut, antara lain:
1) Perusahaan Pembiayaan Konsumen
Perusahaan pembiayaan konsumen adalah badan usaha berbentuk
Perseroan Terbatas atau Koperasi, yang melakukan kegiatan pembiayaan
untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan sistem
pembayaran angsuran atau berkala oleh Konsumen.
2) Konsumen
Konsumen adalah pihak pembeli barang dari pemasok atas
pembayaran oleh pihak ketiga, yaitu perusahaan pembiayaan konsumen.
Konsumen tersebut dapat berstatus perseorangan (individual) dapat pula
perusahaan bukan badan hukum.
7
3) Pemasok
Pemasok adalah pihak penjual barang kepada konsumen atas
pembayaran oleh pihak ketiga, yaitu perusahaan pembiayaan konsumen.2
2
http://lembaga-pembiayaan-konsumen.blogspot.com/ (diakses pada tanggal 9 November 2019 pukul
12:02)
8
Keppres No.61 Tahun 1988 tentang Lembaga pembiayaan dicabut
dengan Perpres No 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan
Peraturan Menteri Keuangan RI No.84/PMK.012/2006.3
5. Perdagangan surat berharga
Surat-surat berharga yang diperdagangkan dalam pasar uang terbatas kepada
surat-surat berharga yang berjangka waktu sampai dengan 1 tahun, dan surat-surat
berharga tersebut memang lazim diterbitkan oleh bank, untuk selanjutnya
diperjualbelikan dan ditukarkan dengan uang tuani. Kitab Undang – Undang
Hukum Dagang (KUHD) juga mengatur beberapa jenis surat berharga sebagai alat
pembayaran dan dapat pula dilakukan oleh bank.Wesel ,cek,aksep,dan promes
adalah macam –macam surat berharga yang dimaksud.Namun seiring
perkembangan dunia yang semakin pesat maka terdapat jenis – jenis surat
berharga yang tidak diatur dalam KUHD. Surat berharga berbeda dengan surat
yang berharaga.Menurut Molengraff yang dikutip Purwosutjipto(1987)
mengatakan berharga adalah surat akta atau surat bukti ,yang menurut kehendak
penerbit atau ketentuan undang – undang adalah satu – satunya alat pengesahan
,setidak-tidaknya diperlukan untuk penagihan ,itu disebut surat berharga atau surat
yang berharga. Sehingga Molengraff dan Purwosutjipto tidak membedakan antara
surat berharga dan surat yang berharga. Lain halnya Molenggraff dan
Purwosutjipto ,Rasjim Wiraatmdja (1985) menyimpulkan bahwa surat berharga
adalah surat – surat yang bersifat dan mempunyai nilai seperti uang tunai dan
dapat ditukarkan dengan uang tunai. Kedua pendapat tersebut wajar terjadi karena
KUHD memang tidak memberikan devinisi yang tepat berkenaan dengan surat
berharga.Namun dalam Pasal 1 Undang – Undang N0.10 tahun 1998 tentang
Perubahan Undang – Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan disebutkan
dalam bulir 10 sebagai berikut :
Surat Berharga adalah surat pengakuan utang, wesel, saham obligasi, sekuritas
kredit, atau setiap derivatifnya,atau kepentingan lain, atau suatu kewajiban dari
penerbit, dalam bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar modal dan pasar
uang.
Dari pasal 1 bulir 10 Undang – Undang No.10 tahun 1998 tentang Perubahan atas
Undang – Undang N0.7 tahun 1992 tentang Perbankan dapat disimpulkan bahwa
surat berharga menurut undang – undang diatas adalah :
1. Umumnya diperdagangkan dalam dalam pasar modal dan pasar uang
2. .Dapat berupa tagihan utang ,surat berharga yang bersifat keangotaan ataupun
surat berharga yang bersifat kebendaan.4
6. Modal ventura
Terakhir adalah modal ventura Menurut KEPRES No. 61 Tahun 1998,
pengertian perusahaan modal ventura adalah suatu badan usaha yang melakukan
pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal ke dalam perusahaan yang menerima
bantuan pembiayaan.
3
http://rechthan.blogspot.com/2017/01/rangkuman-materi-usaha-kartu-kredit.html (diakses pada
tanggal 9 November 2019 pukul 12:20)
4
http://republicia.blogspot.com/2015/05/perdagangan-surat-berharga.html (diakses pada tanggal 9
November 2019 pukul 12:51)
9
Dasar Hukum Modal Ventura
Saat ini, modal ventura termasuk suatu lembaga pembiayaan yang masih
relatif baru. Modal ventura dijelaskan dalam KEPPRES No. 61 Tahun 1998
tentang Lembaga Pembiayaan, dan juga KEPMENKEU No. 1251/ KMK.013/
1998 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan.
Dua peraturan tersebut (KEPPRES dan KEPMENKEU) merupakan awal
sejarah dasar hukum modal ventura di Indonesia. Selain kedua peraturan di atas,
modal ventura juga dijelaskan dalam berbagai peraturan perundang-undangan,
baik yang bersifat perdata maupun yang bersifat publik.
1. Hukum Perdata
Dalam aktivitas bisnis, yang dimaksud dengan modal ventura adalah
perusahaan modal ventura (venture capital company) dan perusahaan
pasangan usaha (investee company). Dalam hukum perdata, terdapat 2 sumber
hukum sebagai dasar bisnis modal ventura, yaitu:
i) Asas Kebebasan Berkontrak
Hubungan hukum pada modal ventura selalu dibuat dalam kontrak
tertulis sebagai dokumen hukum yang menjadi dasar kepastian hukum
(legal certainty). Kontrak modal ventura merupakan dokumen hukum
utama (main legal document) yang dibuat dan berfungsi secara sah bagi
perusahaan modal ventura dan perusahaan pasangan usaha dengan
memenuhi syarat-syarat sebagaimana yang ditetapkan dalam Pasal 1320
KUH Perdata. Karena hukum kontrak dibuat secara sah, maka kontrak
tersebut berlaku sebagai UU bagi perusahaan modal ventura dan pihak
perusahaan pasangan usaha (Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata).
ii) Undang-Undang Hukum Perdata
Dasar hukum modal ventura berupa undang-undang di bidang hukum
perdata adalah KUH Perdata, UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas, UU Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, dan
UU Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
2. Hukum Publik
Sebagai bisnis jasa pembiayaan, modal ventura sangat erat
hubungannya dengan kepentingan publik, khususnya yang sifatnya
administratif. Itu sebabnya UU yang sifatnya publik diberlakukan pada bisnis
modal ventura. Perundang-undangan tersebut diantaranya; UU, peraturan
pemerintah, KEPPRES, dan keputusan menteri.
1. UU Bidang Hukum Publik
Dasar hukum utama modal ventura yaitu:
1) UU No. 5 tahun 1960 tentang Ketentuan Pokok Agraria dan peraturan
pelaksanaannya
2) UU No. 3 tahun 1983 tentang Wajib Daftar Perusahaan dan peraturan
pelaksanaannya
3) UU No. 12 tahun 1985
10
4) UU No. 7 tahun 1991
5) UU No. 8 tahun 1991 dan peraturan pelaksanaannya.
Leasing atau perusahaan sewa guna usaha adalah lembaga keuangan bukan
bank yang kegiatannya adalah menyediakan barang modal kepada individu atau
perusahaan yang belum mampu untuk membayar sendiri. Tetapi sebelum angsuran
lunas, hak barang yang diperjual belikan masih menjadi hak penjual. Meskipun
demikian, ketika kontrak leasing ditandatangani, semua fasilitas dan keguanaan
barang dapat dipergunakan oleh pembeli. Contoh perusahaan sewa guna usaha
(leasing) adalah PT. Wahana Ottomitra Multiartha (WOM), PT. BCA Finance dan
PT. Federal International Finance (FIF).6
Ada banyak alasan mengapa orang mengajukan leasing, salah satunya adalah
keterbatasan dana dalam membeli sebuah barang / kendaraan secara tunai. Pada
praktiknya, leasing cukup banyak digunakan dalam pembelian sebuah kendaraan,
khususnya mobil. Angka pengajuan leasing untuk kepemilikan mobil terbilang sangat
tinggi untuk negara Indonesia, hal ini dapat dilihat dari tingkat pengajuan yang setiap
tahunnya mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
Berikut ini adalah beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat akan mengajukan
leasing:
Persyaratan yang dibutuhkan pada saat pengajuan.
1. Besarnya suku bunga yang dibebankan
2. Jumlah uang muka yang diwajibkan.
3. Jumlah angsuran / cicilan yang harus dibayarkan.
5
https://www.maxmanroe.com/vid/finansial/pengertian-modal-ventura.html (diakses pada tanggal 9
November 2019 pukul 1:07)
6
https://blog.tunaikita.com/lembaga-keuangan-bukan-bank/ (diakses pada tanggal 9 November 2019
pukul 1:17)
11
4. Jumlah biaya asuransi yang harus dibayarkan.
5. Jumlah biaya administrasi yang akan dikenakan.
6. Jumlah angsuran pertama yang harus dibayarkan.
Pada dasarnya kendaraan yang masih dalam masa kredit belum dapat dikatakan
sebagai milik kreditur secara penuh, di mana bila dalam kasus tertentu seorang
kreditur mengalami kemacetan dalam hal pembayaran, maka pihak leasing sebagai
lembaga keuangan berhak untuk melakukan penyitaan. Banyak orang yang
berpendapat bahwa leasing adalah kredit, namun sebenarnya terdapat sebuah
perbedaan besar dalam kedua hal tersebut, yakni:
1. Di dalam sebuah perjanjian sewa seharusnya tidak ada uang muka, namun pada
kenyataannya semua leasing di Indonesia memiliki sejumlah uang muka yang
diterapkan dan dibebankan terhadap kreditur.
2. Di dalam sistem sewa seharusnya pihak penyewa tidak dikenai sejumlah biaya
tambahan, seperti: biaya perawatan mobil, biaya pajak, dan jenis biaya yang
lainnya. Sementara di Indonesia sendiri menerapkan ketentuan tersebut dalam
perjanjian.
3. Sebagaimana jenis kredit lainnya, pengajuan kredit mobil melalui leasing juga
akan dikenakan sejumlah ketentuan yang akan mempengaruhi segala sesuatu yang
berhubungan dengan perjanjian kredit tersebut. Penting sekali bagi Anda untuk
mencermati semua peraturan dan ketentuan yang terdapat di dalam perjanjian
kredit, agar tidak terjadi kesalahpahaman di kemudian hari.
4. Selain berbagai macam ketentuan dan aturan yang telah ditetapkan oleh leasing
dalam perjanjian kredit, Anda juga perlu melakukan evaluasi terhadap
kemampuan bayar yang Anda miliki. Hal ini patut menjadi sebuah perhatian
khusus, karena akan sangat mempengaruhi keadaan keuangan Anda secara
keseluruhan nantinya. Pastikan Anda memiliki kemampuan bayar sampai akhir
masa kredit, agar tidak terjadi penunggakan atau bahkan penyitaan terhadap mobil
yang sedang Anda kredit.
Salah satu langkah antisipasi yang bisa Anda lakukan untuk mengatasi hal ini adalah
dengan cara melakukan sebuah simulasi kredit, Anda dapat menyusunnya dengan
melihat simulasi kredit mobil bekas di bawah ini:
Contoh: Jika Anda berniat untuk mengajukan kredit sebuah mobil bekas dengan harga
Rp100 juta dengan beban bunga sebesar 8% per tahun dan masa kredit selama 3
tahun, maka Anda bisa melakukan perhitungan seperti berikut ini.
Harga mobil : Rp100 juta, Uang muka : Rp100 juta x 25% = Rp25 juta
Total hutang plus bunga : Rp75 juta + Rp18 juta = Rp93 juta
12
Jumlah cicilan per bulan : Rp75.000.000,- / 36 (bulan) = Rp2.083.000,-
Total cicilan pertama yang harus dibayarkan: (Uang muka : Rp25.000.000,-), (Cicilan
bulan pertama : Rp2.083.000,-)
(Biaya asuransi (dengan asumsi 1,8 / tahun) : 1,8% x 3 (tahun) x Rp75 juta =
Rp4.050.000,-), ( Biaya administrasi = Rp850.000,-), Maka total uang muka =
Rp29.900.000,-
Dalam pembelian mobil secara kredit, menyertakan asuransi adalah sebuah hal wajib
yang harus Anda lakukan. Ada 3 jenis asuransi yang bisa Anda jadikan sebagai
pilihan:
1. All Risk
All risk merupakan sebuah produk asuransi yang memiliki pertanggungan
penuh terhadap seluruh kerusakan yang dialami oleh kendaraan, di mana hal ini
juga mencakup pada kerusakan yang dialami oleh pihak ketiga yang mengalami
ataupun yang menyebabkan terjadinya kerusakan pada kendaraan.
Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa, bila terjadi kerusakan akibat adanya
tabrakan dengan mobil orang lain di jalan raya, maka asuransi juga akan
menanggung klaim atas kerusakan yang dialami oleh mobil orang lain tersebut.
Jenis kerusakan yang bisa diklaim antara lain akibat terjadinya: tabrakan,
tercebur ke sungai, jurang atau sawah, mangalami dampak huru-hara, bencana
alam, tertimpa pohon tumbang, tertimpa buah kelapa, kebakaran, kebanjiran, dan
yang lainnya.
2. Total Lost Only (TLO)
Total lost only adalah sebuah produk asuransi yang hanya menanggung
kerusakan total atau kerugian akibat adanya pencurian terhadap mobil. Yang
dimaksud dengan kerusakan total adalah di mana kondisi mobil mengalami
kerusakan hingga 90%, misalnya akibat tabrakan yang mengakibatkan mobil
sudah tidak berbentuk lagi. Namun pada umumnya asuransi TLO tidak menjamin
kerusakan yang dialami oleh mobil akibat adanya huru-hara, banjir, bencana alam
dan yang lainnya.
3. Asuransi Gabungan
Gabungan merupakan sebuah produk asuransi yang menjamin semua risiko
kerusakan yang dialami oleh kendaraan pada saat kecelakaan. Namun asuransi ini
tidak menjamin kerugian yang terjadi pada pihak ketiga (penyebab / korban
kecelakaan lainnya) dan juga kerusakan akibat bencana banjir serta kejadian huru-
hara lainnya.7
7
https://www.cermati.com/artikel/leasing-mobil-apa-itu-dan-bagaimana-cara-kerjanya (diakases pada
tanggal 9 November pukul 1:26)
13
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Hukum Lembaga Pembiayaan adalah hukum yang mengatur suatu kegiatan yang
dilakukan dalam bentuk penyediaan dana bagi konsumen untuk pembelian barang yang
pembayarannya dilakukan secara angsuran ataupun berkala oleh konsumen.
1. Leasing adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik
secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa
hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh Lessee selama jangka waktu tertentu
berdasarkan pembayaran secara berkala.
2. Menurut Kasmir dalam "Bank dan Lembaga Keuangan lainnya" (2002) menjelaskan
bahwa anjak piutang atau yang lebih dikenal dengan factoring adalah perusahaan yang
kegiatannya melakukan penagihan atau pembelian atau pengambilalihan atau pengelolaan
hutang piutang suatu perusahaan dengan imbalan atau pembayaran tertentu dari
perusahaan (klien)
3. Pembiayaan Konsumen (Consumers Finance) adalah adalah kegiatan pembiayaan untuk
pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembayaran secara
angsuran”.
4. Usaha kartu kredit adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam
bentuk penyediaan dana atau barang modal.
5. Modal ventura adalah suatu badan usaha yang melakukan pembiayaan dalam bentuk
penyertaan modal ke dalam perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan.
Praktek Lembaga Keuangan contohnya adalah Leasing atau perusahaan sewa guna usaha
adalah lembaga keuangan bukan bank yang kegiatannya adalah menyediakan barang modal
kepada individu atau perusahaan yang belum mampu untuk membayar sendiri
14
DAFTAR PUSTAKA
https://slideplayer.info/slide/3041120/
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/66127/Chapter%20II.pdf?
sequence=3&isAllowed=y
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/40169/Chapter%20I.pdf?
sequence=4&isAllowed=y
https://www.google.com/search?
q=pdf+buku+hukum+lembaga+pembiayaan&oq=pdf+buk+hukum+lembaga+pembiayaa
n&aqs=chrome..69i57j33l5.22028j0j8&sourceid=chrome&i e=UTF-8
15