Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM REKAYASA JALAN


MODUL XI

PERIODE III (2020/2021)

Kelompok 5
Nama Mahasiswa/NIM : Givson Gabriel/104118029

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS PERENCANAAN INFRASTRUKTUR
UNIVERSITAS PERTAMINA
2020
PENGUJIAN CAMPURAN ASPAL DENGAN MARSHALL TEST
Givson Gabriel*, Fathur Yufara5, Geraldo Josua5, Muhammad Faishal5, Ribka Maya5
5
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Perencanaan Infrastruktur, Universitas Pertamina
*Corresponding author: givsong@gmail.com

Abstrak : Pada tanggal 3 Desember 2020 pada pukul 09.00 – 11.00 telah dilaksanakan secara online melalui
Microsoft Teams praktikum Pengujian Campuran Aspal Dengan Marshall Test yang bertujuan untuk
mendapatkan nilai material campuran aspal dengan marshall test berdasarkan prosedur pelaksanaan dan
perhitungan SNI 06-2489-1991 serta menentukan nilai campuran material yang didapatkan terhadap aspal.
Pada pengujian ini digunakan dua sampel semen sebagai material campuran aspal. Didapatkanlah nilai berat
jenis semen yang diperlukan sebesar2.405 gram/mm3 untuk pemakaian hasil bagi semen terhadap aspal dari
uji marshall sebesar 262.076.
Kata kunci : Aspal, Semen, Campuran, Marshall Test, Sampel Hasil Bagi

Abstract : On December, 3 2020 at 11.00 - 13.00, it has been held out online through the
Microsoft Teams, Asphalt Softening Point Testing practicum Testing of Asphalt Mixtures
with Marshall Test which aims to obtain the value of the asphalt mixture material with the
Marshall test based on the implementation procedures and calculations of SNI 06-2489-1991
and determine the value of the material mixture obtained for asphalt. In this test, two cement
samples were used as an asphalt mixture material. It was obtained that the required density
of cement was 2.405 grams / mm3 for the use of the cement quotient against asphalt from
the Marshall test of 262,076.
Keywords: Asphalt, Cement, Mixture, Marshall Test, Quotient Sample

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pada struktur perkerasan lentur banyak aspek yang harus ditinjau, salah satunya
adalah material. Aspal merupakan bahan material penyusun sebuah perkerasan jalan,
baik untuk rigid pavement maupun flexural pavement. Tanpa aspal, tidak ada kestuan
yang didapat antar material satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, dalam
pembuatan perkerasan jalan, perlunya melakukan studi atau pengujian terhadap sifat
dari aspal sendiri, diantaranya uji campuran aspal. Dengan melakukan Pengujian
Campuran Aspal Dengan Marshall Test, didapatkanlah kuantitas dan kualitas yang
mengacu pada SNI 06-2489-1991, baik atau buruknya material didapatkan dari
identifikasi spesifikasi aspal.

2. Rumusan Masalah
a. Berapa nilai material campuran aspal dengan marshall test berdasarkan prosedur
pelaksanaan dan perhitungan SNI 06-2489-1991?
b. Bagaimana identifikasi nilai campuran material yang didapatkan terhadap aspal?

3. Tujuan Penelitian
a. Mendapatkan nilai material campuran aspal dengan marshall test berdasarkan
prosedur pelaksanaan dan perhitungan SNI 06-2489-1991.
b. Menentukan identifikasi nilai campuran material yang didapatkan terhadap aspal.

4. Dasar Teori

Agregat terdiri dari pasir, gravel, batu pecah, slag atau material lain dari bahan
mineral alami atau buatan. Agregat merupakan bagian terbesar dari campuran aspal.
Material agregat yang digunakan untuk konstruksi perkerasan jalan tugas utamanya
untuk menahan beban lalu lintas. Agregat dari bahan batuan pada umumnya masih
diolah lagi dengan mesin pemecah batu (stone crusher) sehingga didapatkan ukuran
sebagaimana dikehendaki dalam campuran. Agar dapat digunakan sebagai campuran
aspal, agregat harus lolos dari berbagai uji yang telah ditetapkan. Agregat adalah
suatu bahan yang keras dan kaku yang digunakan sebagai bahan campuran dan
berupa berbagai jenis butiran atau pecahan, termasuk didalamnya antara lain: pasir,
kerikil, agregat pecah, terak dapur tinggi dan debu agregat. Banyaknya agregat dalam
campuran aspal pada umumnya berkisar antara 90% sampai dengan 95% terhadap
total berat campuran atau 70% sampai dengan 85% terhadap volume campuran aspal.

Gambar 11. 1 Batas-Batas Gradasi Agregat


Aspal adalah material yang pada temperatur ruang berbentuk padat sampai
agak padat, dan bersifat termoplastis. Jadi aspal akan mencair jika dipanaskan sampai
temperatur tertentu, dan kembali membeku jika temperatur turun. Bersama dengan
agregat, aspal merupakan material pembentuk campuran perkerasan jalan.
Banyaknya aspal dalam campuran perkerasan berkisar antara 4-10% berdasarkan
berat campuran, atau 10-15% berdasarkan volume campuran. Rancangan campuran
bertujuan untuk mendapatkan resep campuran aspal beton dari material yang terdapat
di lokasi sehingga dihasilkan campuran yang memenuhi spesifikasi campuran yang
ditetapkan. Saat ini, metode rancangan campuran yang paling banyak dipergunakan
di Indonesia adalah metode rancangan campuran berdasarkan pengujian empiris,
dengan menggunakan alat Marshall.
Rancangan campuran berdasarkan metode Marshall ditemukan oleh Bruce
Marshall, dan telah distandarisasi oleh ASTM ataupun AASHTO melalui beberapa
modifikasi, yaitu ASTM D 1559-76, atau AASHTO T-245-90. Prinsip dasar metode
Marshall adalah pemeriksaan stabilitas dan kelelehan (flow), serta analisis kepadatan
dan pori dari campuran padat yang terbentuk. Alat Marshall merupakan alat tekan
yang dilengkapi dengan proving ring (cincin penguji) berkapasitas 22,2 KN (5000
lbs) dan flowmeter. Proving ring digunakan untuk mengukur nilai stabilitas, dan
flowmeter untuk mengukur kelelehan plastis atau flow. Benda uji Marshall
berbentuk silinder berdiameter 4 inchi (10,2 cm) dan tinggi 2,5 inchi (6,35 cm).
Prosedur pengujian Marshall mengikuti SNI 06-2489-1991, atau AASHTO T 245-
90, atau ASTM D 1559-76. Secara garis besar pengujian Marshall meliputi:
persiapan benda uji, penentuan berat jenis bulk dari benda uji, pemeriksaan nilai
stabilitas dan flow, dan perhitungan sifat volumetric benda uji. Pada persiapan benda
uji, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:
Jumlah benda uji yang disiapkan ditentukan dari tujuan dilakukannya uji
Marshall tersebut. AASHTO menetapkan minimal 3 buah benda uji untuk setiap
kadar aspal yang digunakan. Agregat yang akan digunakan dalam campuran
dikeringkan di dalam oven pada temperatur 105-110ºC. Setelah dikeringkan agregat
dipisah-pisahkan sesuai fraksi ukurannya dengan mempergunakan saringan.
Temperatur pencampuran bahan aspal dengan agregat adalah temperatur pada saat
aspal mempunyai viskositas kinematis sebesar 170 ± 20 centistokes, dan temperatur
pemadatan adalah temperatur pada saat aspal mempunyai nilai viskositas kinematis
sebesar 280 ± 30 centistokes. Karena tidak diadakan pengujian viskositas kinematik
aspal maka secara umum ditentukan suhu pencampuran berkisar antara 145 ºC-155
ºC, sedangkan suhu pemadatan antara 110 ºC-135 ºC.

METODE PENELITIAN
1. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum Pengujian Campuran Aspal dengan
Marshall Test, yaitu: cetakan benda uji (5 buah, diameter 10 cm (4”) dan tinggi 7,5
cm (3”) lengkap dengan pelat atas dan leher sambung), alat pengeluar benda uji
(untuk benda uji yang sudah dipadatkan dari dalam cetakan benda uji dipakai sebuah
ejector), penumbuk (dengan permukaan tumbuk rata berbentuk silinder dengan berat
4,536 kg (10 pound) dan tinggi jatuh bebas 45,7cm (18”)), landasan pemadat (terdiri
dari sebuah balok kayu (jati atau sejenis) berukuran 20 cm x 20 cm x 45 cm (8” x 8”
x 18”) yang dilapisi dengan sebuah plat baja berukuran 30 cm x 30 cm x 35 cm (12”
x 12’ x 1”) yang diikatkan pada lantai beton dengan 4 bagian siku), mesin tekan
lengkap dengan :
- kepala penekan berbentuk lengkung (Breaking Head).
- silinder cetak yang berkapasitas 2500 kg (5000 pound) dengan ketelitian 12,5
kg (25 pound) dilengkapi arloji tekan dengan ketelitian0,0025 cm (0,0001“).
- arloji kelelehan dengan ketelitian 0,25 mm (0,01”) dengan perlengkapannya.
Selanjutnya ada oven yang (dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai 200 ºC),
bak perendam/water bath (dilengkapi dengan pengatur suhu minimum 20º C), wajan
(untuk memanaskan agregat, semen aspal, dan campuran beton aspal), pengukur
suhu (dari logam (metal thermometer) berkapasitas 250ºC dengan ketelitian 0,5%
atau 1% dari kapasitas), timbangan (dilengkapi dengan penggantung benda uji
berkapasitas 2 kg dengan ketelitian 0,1 gr dan timbangan berkapasitas 5 kg dengan
ketelitian 1 gr), kompor, sendok pengaduk dan perlengkapan lainnya.
Bahan yang digunakan pada praktikum Pengujian Campuran Aspal dengan
Marshall Test, yaitu: agregat ¾” yang lolos saringan ¾”, agregat ½” yang lolos
saringan ½”, pasir yang lolos saringan no. 4, dan abu batu yang lolos saringan no.4

2. Cara Kerja
Diawali dengan Agregat dipisahkan dengan cara penyaringan kering ke dalam
fraksi-fraksi yang dikehendaki. Kemudian agregat dikeringkan, sampai beratnya
tetap pada suhu 105˚C. Lalu, penentuan suhu pencampuran dan pemadatan dimana
suhu pencampuran dan pemadatan ditentukan sehingga bahan pengikat yang dipakai
menghasilkan viskositas seperti tabel dibawah ini:
Tabel 11. 1 Ketentuan Campuran Aspal

Untuk tiap benda uji diperlukan agregat sebanyak 1200 gram, sehingga akan
menghasilkan tinggi benda uji 6,25 cm (2,5”). Wajan pencampur beserta agregat
dipanaskan 28ºC di atas suhu pencampur untuk semen aspal panas dan aduk sampai
rata, untuk semen aspal dingin pemanasan sampai 14˚C di atas suhu pencampuran.
Selanjutnya menghitung tiap fraksi agregat. Sementara itu semen aspal dipanaskan
sampai suhu pencampuran. Semen aspal dituangkan sebanyak yang dibutuhkan ke
dalam agregat yang sudah dipanaskan tersebut. Kemudian diaduk dengan cepat pada
suhu sampai agregat terlapis merata. Selanjutnya persiapan bahan untuk pemadatan
benda uji dengan perlengkapan cetakan benda uji dibersihkan beserta bagian muka
penumbuk dengan seksama dan panaskan. Selembar kertas saring atau kertas
penghisap yang sudah digunting menurut ukuran cetakan diletakkan ke dalam dasar
cetakan, kemudian seluruh campuran dimasukkan ke dalam cetakan dan tusuk-tusuk
campuran keras-keras dengan spatula yang dipanaskan atau diaduk dengan sendok
semen 15x keliling pinggirnya dan 10x dalamnya. Permukaan campuran diratakan
dengan mempergunakan sendok semen menjadi bentuk sedikit cembung. Waktu
akan dipadatkan suhu campuran dalam batas-batas suhu pemadatan. Lalu cetakan
diletakkan di atas landasan pemadat, dalam pemegang cetakan. Pemadatan dengan
alat penumbuk dilakukan sebanyak 75 kali tumbukan sesuai kebutuhan dengan tinggi
jatuh 45 cm (18”), selama pemadatan, sumbu palu pemadat ditahan agar selalu tegak
lurus pada alas cetakan. Keping atas dilepas dari lehernya, balikkan alat cetak berisi
benda uji dan dipasang kembali perlengkapannya. Permukaan benda uji yang sudah
dibalik ini ditumbuk dengan jumlah tumbukan yang sama. Sesudah pemadatan,
keping alas dilepaskan, ditunggu hingga benda uji dingin dan mengeras, kemudian
alat pengeluar benda uji dipasang pada permukaan benda uji ini. Dengan hati-hati
benda uji dikeluarkan dan diletakkan di atas permukaan rata yang halus. Dilanjutkan
dengan proses pengujian dengan benda uji dibersihkan dari kotoran-kotoran yang
menempel. Tanda pengenal diberikan pada masing-masing benda uji. Tinggi benda
uji diukur dengan ketelitian 0,1 mm. Benda uji ditimbang lalu direndam dalam air
selama 24 jam pada suhu ruang. Benda uji ditimbang dalam air untuk mendapatkan
isi. Benda uji ditimbang dalam keadaan kering-permukaan jenuh. Selanjutnya diukur
tinggi masing-masing benda uji (3 sisi). Benda uji beton aspal panas direndam dalam
bak perendam (water bath) selama 30 menit. Sebelum mengadakan pengujian,
batang (guide rod) dan permukaan dari kepala penekan (test head) dibersihkan.
Benda uji dikeluarkan dari bak perendam. Segmen atas dipasang di atas benda uji
dan letakkan kesemuanya dalam mesin penguji. Arloji kelelehan (flow meter)
dipasang pada kedudukan di atas salah satu batang penuntun dan diatur kedudukan
jarum penunjuk angka nol, sementara selubung tangkai arloji (sleeve) dipegang teguh
terhadap segmen kepala atas penekan (breaking shead). Selubung tangkai arloji
kelelehan tersebut ditekan pada segmen atas dari kepala penekan selama pembebanan
berlangsung. Sebelum pembebanan dilakukan, kepala penekan beserta benda ujinya
dinaikkan hingga menyentuh alas cincin penguji. Aturlah kedudukan jarum arloji
tekan pada angka nol. Berikan pembebanan pada benda uji dengan kecepatan tetap
50 mm/menit sampai pembebanan maksimum tercapai, atau pembebanan menurun
seperti yang dicapai. Selubung tangkai arloji kelelehan (sleeve) dilepaskan pada saat
pembebanan mencapai maksimum dan nilai kelelehan yang ditunjukkan oleh jarum
arloji kelelehan dicatat. Waktu yang diperlukan dan saat diangkatnya benda uji dari
rendaman air sampai tercapainya beban maksimum tidak boleh melebihi 30 detik.

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Hasil
Tabel 11. 2 Data Hasil Pengamatan I
% aspal thdp Tinggi benda Berat Berat dalam keadaan Berat dalam
No
campuran (a) uji (mm ) - (b) (gram) - (c) jenuh (gram) - (d) air (gram) - (e)
1 6 66.22 1122 1199 629
2 6 66.292 1192 1129 690

Tabel 11. 3 Data Hasil Pengamatan II


Data Berat Jenis Agregat Kasar
Agregat Kasar (Batu Nilai Agregat Kasar (Batu Nilai
Simbol Simbol
'3/4) Data '1/2) Data
Berat benda uji kering Berat benda uji kering
BK 937 BK 1000
oven (gram) oven (gram)
Berat benda uji kering Berat benda uji kering
BJ 1007 BJ 1007
permukaan permukaan
Berat benda uji dalam air BA 523 Berat benda uji dalam air BA 677
Berat jenis semu Berat jenis semu
(apparent specific 2.263 (apparent specific 3.096
gravity) gravity)
Berat jenis curah (bulk Berat jenis curah (bulk
1,936 3,030
specific gravity) specific gravity)
Penyerapan % 7.471% Penyerapan % 0.7%

Tabel 11. 4 Data Hasil Pengamatan III


Data Berat Jenis Agregat Halus
Nilai Agregat Halus (Abu Nilai
Agregat Halus (Pasir) Simbol Simbol
Data Batu) Data
Berat benda uji kering Berat benda uji kering
BK 419 BK 409
oven (gram) oven (gram)
Berat benda uji kering Berat benda uji kering
SSD 452 SSD 432
permukaan permukaan
Berat benda uji dalam
BA 1429 Berat benda uji dalam air BA 1229
air
Berat jenis semu Berat jenis semu
(apparent specific 3.521 (apparent specific 1.957
gravity) gravity)
Berat jenis curah (bulk Berat jenis curah (bulk
2.757 1.763
specific gravity) specific gravity)
Berat erlenmeyer diisi Berat erlenmeyer diisi air
B 1129 B 1029
air 25˚C (gram) 25˚C (gram)
Berat erlenmeyer + Berat erlenmeyer +
benda uji SSD + air Bt 1429 benda uji SSD + air 25˚C Bt 1229
25˚C (gram) (gram)
Penyerapan % 7.876% Penyerapan % 5.623%

Tabel 11. 5 Data Hasil Pengamatan IV


Data Pembacaan Arloji Stabilitas
Nama Waktu Kelelahan (r) -
Sampel (detik) (mm)
Sampel 1 42 3.6
Sampel 2 49 3.3

Tabel 11. 6 Data Hasil Pengamatan V


Data Nilai
Kalibrasi Alat 22.6
Kalibrasi Tinggi 1 0.882
Kalibrasi Tinggi 2 0.869
Berat Jenis Aspal
1.547
(gram/cm3)

Tabel 11. 7 Perhitungan f


Perhitungan Isi Benda Uji (f)
Sampel 1 Sampel 2
570 439

Tabel 11. 8 Perhitungan g


Perhitungan Berat Isi Benda Uji (g)
Sampel 1 Sampel 2
= 1122/570 = 1192/439
= 1.968 = 2.715

Tabel 11. 9 Perhitungan h


Berat Jenis Efektif Total (h)
100
= 25 31 19 25
Apparent SG ( )+( )+( )+( )
2.263 3.096 3.521 1.957
= 2.549
100
= 25 31 19 25
Bulk SG ( )+( )+( )+( )
1.936 3.030 2.757 1.763
= 2.262
= (2.549 + 2.262)/2
Berat Jenis Efektif
= 2.405
Tabel 11. 10 Perhitungan i
Perhitungan i
Sampel 1 Sampel 2
= (6 x 1.968)/1.547 = (6 x 2.715)/1.547
= 7.634 = 10.531

Tabel 11. 11 Perhitungan j


Perhitungan j
Sampel 1 Sampel 2
= ((100-6) x 1.968)/2.405 = ((100-6) x 2.715)/2.405
= 76.926 = 106.113

Tabel 11. 12 Perhitungan k


Perhitungan Jumlah Kandungan Rongga (k)
Sampel 1 Sampel 2
= |100 – 7.634 – 76.923| = |100 – 10.531 – 106.113|
= 15.439 = 16.644

Tabel 11. 13 Perhitungan l


Perhitungan Persen Rongga Terhadap Agregat (l)
Sampel 1 Sampel 2
= |100 – 76.923| = |100 – 106.113|
= 23.074 = 6.113

Tabel 11. 14 Perhitungan m


Perhitungan Persen Rongga Terisi Aspal (m)
Sampel 1 Sampel 2
= (100 x 7.634)/23.074 = (100 x 10.531)/6.113
= 33.087 = 172.280

Tabel 11. 15 Perhitungan n


Perhitungan Persen Rongga Terhadap Campuran (n)
Sampel 1 Sampel 2
= 100 – ((100 x 1.968)/2.405 = 100 – ((100 x 2.715)/2.405
= 18.164 = 12.886

Tabel 11. 16 Perhitungan p


Perhitungan Stabilitas (p)
Sampel 1 Sampel 2
= 42 x 22.599 = 49 x 22.599
= 949.1664 = 1107.3608
Tabel 11. 17 Perhitungan q
Perhitungan Stabilitas (q)
Sampel 1 Sampel 2
= 0.882 x 949.1664 = 0.869 x 1107.3608
= 837.165 = 962.297
= (837.165 + 962.297)/2
= 899.731

Tabel 11. 18 Perhitungan s


Perhitungan Hasil Bagi Marshall (s)
Sampel 1 Sampel 2
= 837.165/3.6 = 962.297/3.3
= 232.546 = 291.605
= (232.546 + 291.605)/2
= 262.0753893

Tabel 11. 19 Data Kesimpulan Marshall Test


No Sampel 1 Sampel 2
a (% aspal) - (%) 6 6
b (tinggi) - (mm) 66.22 66.292
c (berat) - (gram) 1122 1192
d (berat SSD) - (gram) 1199 1129
e (berat dalam air) - (gram) 629 690
f (isi benda uji) - (gram) 570 439
g (berat isi benda uji) - (gram) 1.968 2.715
h (berat jenis efektif) - (gram/mm3) 2.405
i 7.634 10.531
j 76.926 106.113
k (% kandungan rongga) 15.439 16.644
l (% rongga terhadap agregat) 23.074 6.113
m (% rongga terisi aspal) 33.087 172.280
n (% rongga terisi aspal) 18.164 12.886
o (waktu) 42 49
p 949.166 1107.361
q (stabilitas) 837.165 962.297
r (kelelahan plastis/flow) 3.6 3.3
s (hasil bagi marshall) 232.546 291.605

2. Pembahasan
Dari pengujian yang dilakukan berdasarkan SNI 06-2489-1991, didapatkan
sebuah nilai kadar material campuran aspal. Pada pengujian ini, digunakan dua jenis
material yang direncanakan untuk menjadi campuran aspal, yaitu semen. Dari
pengujian yang dilakukan, didapatkan nilai berat jenis semen yang diperlukan
sebesar 2.405 gram/mm3.
Dari nilai berat jenis material campuran yang didapatkan, yaitu berat jenis
semen sebesar 2.405 gram/mm3, didapatkanla hasil bagi dari pengujian marshall bagi
kedua sampel. Dari sampel 1 didapatkan hasil bagi sebesar 232.546 dan sampel 2
didapatkan hasil bagi sebesar 291.605. Dari kedua sampel tersebut, didapatkan rata-
rata hasil sebesar 262.076.

SIMPULAN
Pada praktikum Pengujian Pengujian Campuran Aspal dengan Marshall Test yang
dilaksanakan secara online melalui Microsoft Teams pada tanggal 3 Desember 2020 pada
pukul 09.00 – 11.00, secara bersama dilakukan praktikum berdasarkan prosedur pengujian
dan perhitungan SNI 06-2489-1991. Dilakukan pengujian ini bermaksud untuk mendapatkan
nilai campuran yang diperlukan dalam aspal untuk menambahkan kekuatan aspal. Material
yang digunakan yaitu semen dengan berat jenis yang diperlukan sebesar 2.405 gram/mm3.
Dari segi nilai berat jenis semen sebagai campuran aspal yang akan digunakan,
didapatkan nilai hasil bagi dari pengujian marshall. Dari sampel 1 didapatkan sebesar
232.546, lalu dari sampel 2 didapatkan 291.605. Sehingga, dari kedua sampel tersebut
diperlukan hasil bagi campuran semen terhadap aspal sebesar 262.076.

DAFTAR PUSTAKA
Badan, S. N. (1991). SNI 06-2489-1991 METODE PENGUJIAN CAMPURAN ASPAL
DENGAN ALAT MARSHALL. Jakarta: SNI.
Badan, S. N. (2015). SNI 6753:2015 Cara uji ketahanan campuran beraspal panas terhadap
kerusakan akibat rendaman. Jakarta: SNI.
Haryono, L. W. (2018). ANALISIS PROPERTIES MARSHALL DAN ITS PADA
CAMPURAN RAP HANGAT MENGGUNAKAN BAHAN ASPAL EMULSI. Solo:
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Saputra, M. D., & Teki, P. R. (2010). PERENCANAAN CAMPURAN ASPAL BETON
DENGAN MENGGUNAKAN FILLER TANAH (SILT). Semarang: Universitas
Diponegoro.

Anda mungkin juga menyukai