PENDAHULUAN
1
REHABILITASI PEMBANGUNAN GEDUNG KAMPUS SULAWESI
UTARA
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud Perencanaan ini sebagai Petunjuk bagi konsultan perencanaan yang memuat
masukan, azas, kriteria, keluaran dan proses yang harus dipenuhi dan diperhatikan serta
diinterprestasikan ke dalam pelaksanaan tugas perencanaan.
Dengan penugasan ini diharapkan penyedia Jasa konsultan dapat melaksanakan tanggung
jawabnya dengan baik untuk menghasilkan keluaran yang memadai dan diharapkan
memenuhi kriteria teknis bangunan yang layak dari segi mutu dan biaya.
Tujuan perencanaan ini adalah untuk mendapatkan suatu pedoman tahapan pelaksanaan
yang sistimatis sehingga mudah dilakukan kontrol dan evaluasi pada masing-masing tahapan
tersebut, dan juga untuk mendapatkan suatu produk desain / rancangan Perencanaan
Rehabilitasi Pembangunan Gedung Kampus Sulawesi Utara yang berkualitas dan mempunyai
struktural yang sesuai dengan fungsi bangunan tersebut.
1.4 SASARAN
Sulawesi Utara .
c. Adanya hasil perencanaan Rehabilitasi Pembangunan Gedung
Kampus Sulawesi Utara yang dapat digunakan secara optimal serta
memenuhi syarat fungsional, dengan tetap memperhatikan faktor efisiensi
dan efektifitas dalam pelaksanaannya.
1.5 LINGKUP KEGIATAN
a. Kegiatan Perencanaan
b. Lokasi Perencanaan
c. Lingkup Pendataan
d. Lingkup Analisa
bangunan
Sejarah singkat
Penyelenggaraan pendidikan kader pemerintahan di lingkungan Departemen Dalam
Negeri yang terbentuk melalui proses perjalanan sejarah yang panjang. Perintisiannya dimulai
sejak zaman pemerintahan Hindia Belanda pada tahun 1920, dengan terbentuknya sekolah
pendidikan Pamong Praja yang bernama Opleiding School Voor Inlandshe Ambtenaren ( OSVIA
) dan Middlebare Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren ( MOSVIA ). Para lulusannya
sangat dibutuhkan dan dimanfaatkan untuk memperkuat penyelenggaraan pemerintahan Hindia
Belanda. Dimasa kedudukan pemerintah Hindia Belanda, penyelenggaraan pemerintahan Hindia
Belanda dibedakan atas pemerintahan yang langsung dipimpin oleh kaum atau golongan pribumi
yaitu Binnenlands Bestuur Corps ( BBC ) dan pemerintahan yang tidak langsung dipimpin oleh
kaum atau golongan dari keturunan Inlands Bestuur Corps ( IBC ).
Pada masa awal kemerdekaan RI, sejalan dengan penataan sistem pemerintahan yang
diamanatkan oleh Undang Undang Dasar 1945, kebutuhan akan tenaga kader pamong praja
untuk melaksnakan tugas-tugas pemerintahan baik pada pemerintah pusat maupun daerah
semakin meningkat sejalan dengan tuntutan perkembangan
penyelenggaraan pemerintahannya. Untuk memenuhi kebutuhan akan kekurangan
tenaga kader pamong praja, maka pada tahun 1948 dibentuklah lembaga pendidikan dalam
lingkungan Kementrian Dalam Negeri yaitu Sekolah Menengah Tinggi ( SMT ) Pangreh Praja
yang kemudian berganti nama menjadi Sekolah Menengah Pegawai Pemerintahan Administrasi
Atas ( SMPAA ) di Jakarta dan Makassar.
Pada Tahun 1952, Kementrian Dalam Negeri menyelenggarakan Kursus Dinas C (KDC)
di Kota Malang, dengan tujuan untuk meningkatkan keterampilan pegawai golongan DD yang
siap pakai dalam melaksanakan tugasnya. Seiring dengan itu, pada tahun 1954 KDC juga
diselenggarakan di Aceh, Bandung, Bukittinggi, Pontianak, Makasar, Palangkaraya dan
Mataram. Sejalan dengan perkembangan penyelenggaraan pemerintahan yang semakin
kompleks, luas dan dinamis, maka pendidikan aparatur di lingkungan Kementerian Dalam
Negeri dengan tingkatan kursus dinilai sudah tidak memadai. Berangkat dari kenyataan
tersebut, mendorong pemerintah mendirikan Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) pada
tanggal 17 Maret 1956 di Malang, Jawa Timur. APDN di Malang bersifat APDN Nasional
berdasarkan SK Mendagri No. Pend.1/20/56 tanggal 24 September 1956 yang diresmikan oleh
Presiden Soekarno di Malang, dengan Direktur pertama Mr. Raspio Woerjodiningrat. Mahasiswa
APDN Nasional Pertama ini adalah lulusan KDC yang direkrut secara selektif dengan tetap
mempertimbangkan keterwakilan asal provinsi selaku kader pemerintahan pamong praja yang
lulusannya dengan gelar Sarjana Muda ( BA ).
Pada perkembangan selanjutnya, lulusan APDN dinilai masih perlu ditingkatkan dalam
rangka upaya lebih menjamin terbentuknya kader-kader pemerintahan yang ” qualified
leadership and manager administrative ”, terutama dalam menyelenggarakan tugas-tugas urusan
pemerintahan umum. Kebutuhan ini mendorong pemerintah untuk menyelenggarakan pendidikan
aparatur di lingkungan Departemen Dalam Negeri setingkat Sarjana, maka dibentuklah
Institut Ilmu Pemerintahan ( IIP ) yang
berkedudukan di Kota Malang Jawa Timur berdasarkan Keputusan Bersama Menteri
Dalam Negeri dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 8 Tahun 1967, selanjutnya
dikukuhkan dengan Keputusan Presiden Nomor 119 Tahun 1967. Peresmian berdirinya IIP di
Malang ditandai dengan peresmian oleh Presiden Soekarno pada tanggal 25 Mei
1967.
Pada tahun 1972 Institut Ilmu Pemerintahan ( IIP) yang berkedudukan di Malang
Jawa Timur dipindahkan ke Jakarta melalui Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 94
Tahun 1972. Pada tanggal 9 Maret 1972, kampus IIP yang terletak di Jakarta di resmikan oleh
Presiden Soeharto yang dinyatakan : ” Dengan peresmian kampus Institut Ilmu Pemerintahan,
mudah-mudahan akan merupakan kawah candradimukanya Departemen Dalam Negeri untuk
menggembleng kader-kader pemerintahan yang tangguh bagi Negara Kesatuan Republik
Indonesia ”
Seiring dengan pembentukan IIP yang merupakan peningkatan dari APDN Nasional di
Malang, maka untuk penyelenggaraan pendidikan kader pada tingkat akademi, Kementrian
Dalam Negeri secara bertahap sampai dengan dekade tahun 1970- an membentuk APDN di 20
Provinsi selain yang berkedudukan di Malang, juga di Banda Aceh, Medan, Bukittinggi,
Pekanbaru, Jambi, Palembang, Lampung, Bandung, Semarang, Pontianak, Palangkaraya,
Banjarmasin, Samarinda, Mataram, Kupang, Makassar, Menado, Ambon dan Jayapura.
Pada tahun 1988, dengan pertimbangan untuk menjamin terbentuknya wawasan nasional
dan pengendalian kualitas pendidikan Menteri Dalam Negeri Rudini melalui Keputusan No. 38
Tahun 1988 Tentang Pembentukan Akademi Pemerintahan Dalam Negeri Nasional. APDN
Nasional kedua dengan program D III berkedudukan di Jatinangor, Sumedang Jawa Barat yang
peresmiannya dilakukan oleh Mendagri tanggal
18 Agustus 1990. APDN Nasional ditingkatkan statusnya berdasarkan Kepres No. 42
Tahun 1992 tentang Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri, maka status APDN
menjadi STPN dengan program studi D III yang diresmikan oleh Presiden RI pada tanggal
18 Agustus 1992. Sejak tahun 1995, bertititk tolak dari keinginan dan kebutuhan untuk lebih
mendorong perkembangan karier sejalan dengan peningkatan eselonering jabatan dalam sistem
kepegawaian Republik Indonesia, maka program studi ditingkatkan menjadi program D IV.
Keberadaan STPDN dengan pendidikan profesi ( program D IV ) dan IIP yang
menyelenggarakan pendidikan akademik program sarjana ( Strata I ), menjadikan Departemen
Dalam Negeri memiliki dua (2) Pendidikan Pinggi Kedinasan dengan lulusan yang sama dengan
golongan III/a.
Kebijakan Nasional mengenai pendidikan tinggi sejak tahun 1999 antara lain yang
mengatur bahwa suatu Departemen tidak boleh memiliki dua atau lebih perguruan tinggi dalam
menyelenggarakan keilmuan yang sama, maka mendorong Departemen Dalam Negeri untuk
mengintegrasikan STPDN ke dalam IIP . Usaha pengintegrasiaan STPDN kedalam IIP secara
intensif dan terprogram sejak tahun 2003 sejalan dengan dikeluarkannya UU No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pengintegrasian terwujud dengan ditetapkannya Keputusan
Presiden Nomor 87 Tahun
2004 tentang Penggabungan STPDN ke dalam IIP dan sekaligus mengubah nama IIP menjadi
Institut Ilmu Pemerintahan ( IPDN ). Tujuan penggabungan STPDN ke dalam IIP tersebu, selain
untuk memenuhi kebijakan pendidikan nasional juga untuk meningkatkan efektivitas
penyelenggaraan pendidikan kader pamong praja di lingkungan Departemen Dalam Negeri.
Kemudian Kepres No. 87 Tahun 2004 ditindak lanjuti dengan Keputusan Mendagri No. 892.22-
421 tahun 2005 tentang Pelaksanaan Penggabungan dan Operasional Institut Pemerintahan
Dalam Negeri, disertai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 29 Tahun 2005 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja IPDN dan Peraturan Menteri Dalam Negeri 43 Tahun 2005 Tentang
Statuta IPDN serta peraturan pelaksanaan lainnya.
Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas
Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 2004 tentang Penggabungan Sekolah Tinggi Pemerintahan
Dalam Negeri ke dalam Institut Ilmu Pemerintahan menjadi IPDN, Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 36 Tahun 2009 tentang Statuta Institut Pemerintahan Dalam Negeri dan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Institut
Pemerintahan Dalam Negeri. Bahwa IPDN merupakan salah satu komponen di lingkungan
Kementerian Dalam Negeri yang melaksanakan tugas menyelenggarakan pendidikan tinggi
kepamongprajaan. Sejalan dengan tugas dan fungsi melaksanakan pendidikan tinggi
kepamongprajaan serta dengan mempertimbangkan tantangan, peluang dan pilihan-pilihan
strategik yang akan dihadapi dalam lima tahun kedepan, Renstra IPDN 2010-2014 disusun
dengan memperhatikan pencapaian program dan kegiatan yang dilakukan agenda pembangunan
pada lima tahun terakhir (2005¬2009), serta kondisi internal dan dinamika ekternal lingkup
IPDN.
Presiden Republik Indonesia pada tanggal 9 April 2007 mengeluarkan kebijakan dengan
menetapkan 6 (enam) langkah pembenahan yang segera dilakukan untuk membangun budaya
organisasi yang barn bagi IPDN. Kebijakan Presiders memperoleh dukungan dad DPR-RI.
Pada tahap selanjutnya, ditetapkan Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2009 tentang
Perubahan Atas Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 2004 tentang
Penggabungan Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri Ke Dalam Institut Ilmu
Pemerintahan menjadi IPDN mengamanatkan penataan sistem pendidikan tinggi
kepamongprajaan meliputi jenis pendidikan, pola pendidikan, kurikulum, organisasi
penyelenggara pendidikan, tenaga kependidikan dan peserta didik serta pembiayaan. Pendidikan
tinggi kepamongprajaan selain diselenggarakan di Kampus IPDN Pusat Jatinangor, serta Kampus
IPDN di Cilandak Jakarta, jugs diselenggarakan di Kampus IPDN Daerah yang
menyelenggarakan program studi tertentu sebagai satu kesatuan yang ticlak terpisahkan.
Untuk memenuhi persyaratan menjadi Institut, di IPDN telah dibentuk 2 (dua) Fakultas
yaitu Fakultas Politik Pemerintahan yang terdiri dari 2 (dua) jurusan yaitu jurusan Kebijakan
Pemerintahan dan Jurusan Pemberdayaan Masyarakat; Fakultas Manajemen Pemerintahan yang
terdiri dari 4 (empat) jurusan yaitu Jurusan Manajemen Sumber Daya Aparatur, Jurusan
Pembangunan Daerah, Jurusan Keuangan Daerah, dan Jurusan Kependudukan dan Catatan
Sipil.
Kampus IPDN di daerah tersebut berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
39 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja IPDN ditetapkan: Kampus IPDN Manado,
Kampus IPDN Kampus Makassar, Kampus IPDN Pekanbaru, dan Kampus IPDN Bukittinggi,
yang selanjutnya berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor: 892.1¬829 Tahun 2009
ditetapkan lokasi pembangunan kampus IPDN di daerah yaitu: di Kabupaten Minahasa Provinsi
Sulawesi Utara, di Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan, di Kabupaten Rokan Hilir
Provinsi Riau, dan di Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat, serta pada saat ini sedang
dipersiapkan pengembangan Kampus IPDN di Pontianak di Provinsi Kalimantan Barat, Kampus
IPDN di Mataram di Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Kampus IPDN di Jayapura Provinsi
Papua.
Kampus IPDN di daerah sejak tahun 2009 telah melaksanakan operasional
pendidikan dengan kapasitas Praja 100 Praja setiap kampus dengan penetapan Jurusan/Program
Studi yaitu: pertama, Kampus IPDN di Kab. Agam menyelenggarakan Program Studi Keuangan
Daerah, Kampus IPDN di Kab. Rokan Hilir menyelenggarakan program studi pembangunan
daerah, Kampus IPDN di Kab. Gowa menyelenggarakan Program Studi Pemberdayaan
Masyarakat, sedangkan kampus IPDN di Minahasa direncanakan menyelenggarakan Program
Studi Kependudukan dan Catatan Sipil.
Alasan program studi: Ditinjau dari sudut substansi pendidikan, STPDN diberi
otoritas untuk menyelenggarakan program pendidikan Profesional dan Akademik,
namun selama ini baru melaksanakan program Diploma IV Pemerintahan. Padahal
dengan adanya Otonomi Daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab,
diperlukan ahli-ahli pemerintahan daerah pada tingkat Magister.
Alasan yuridis: Ditinjau dari kebijakan pendidikan tinggi kedinasan lembaga
pendidikan di lingkungan Departemen Dalam Negeri serta berdasarkan Peraturan
Perundang-undangan yang berlaku (PP Nomor 60 Tahun 1999), terdapat cukup
alasan yuridis untuk mempertahankan dan mengembangkan STPDN dengan
membuka pendidikan S2.
Alasan akademik: Ditinjau dari segi akademik, STPDN saat ini mempunyai
otoritas, kapasitas dan kapabilitas untuk mengembangkan disiplin pemerintahan
sebagai ilmu dan keahlian. Jumlah dan kualitas tenaga pengajar, perpustakaan
maupun dukungan sarana maupun prasarana pendidikan untuk mengembangkan
program-program lain di luar program D-IV cukup memadai.
Alasan historis: STPDN yang berawal dari dua puluh APDN daerah
berdasarkan KEPRES No. 42 Tahun 1992, mempunyai pengalaman luas dan
strategis dalam pengelolaan pendidikan tinggi di jajaran Departemen Dalam
Negeri, yang sejak awal mempunyai komitmen untuk mendidik kader Pimpinan
Pemerintahan (Pamong Praja), melalui pendekatan Akademik dan Praktis. Untuk
kepentingan tersebut, kurikulum disusun,
disesuaikan dan ditingkatkan berdasarkan kebutuhan dan tuntutan
keilmuan, keterampilan dan kepribadian guna melaksanakan tugas di lingkungan
Pemerintahan Dalam Negeri secara proporsional dan profesional.
Alasan empiris: Alumni STPDN Program D-III dan D-IV sampai Angkatan Ke-
XII berjumlah 8.496 orang dengan penugasan yang tersebar pada seluruh
provinsi di Indonesia. Di antara mereka secara terbatas sudah melanjutkan S1 dan
S2 di Perguruan Tinggi Negeri atau Swasta. Mereka pada umumnya telah
menduduki jabatan pada jenjang menengah ke bawah pada jajaran pemerintahan
provinsi maupun daerah kabupaten/kota. Dengan demikian terbuka peluang untuk
menampung hasrat alumni untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi
sesuai tuntutan kebutuhan kedinasan.
(Sumber : Wikipedia)
Bab tentang Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja “Rehabilitasi Pembangunan
Gedung Kampus IPDN Sulawesi Utara (Konsultan Perencanaan)” , terdiri atas 3
(tiga) bagian :
b) Program Kerja
Dalam bagian program kerja ini akan diusulkan kegiatan utama dari pelaksanaan
pekerjaan, substansinya dan jangka waktu, pentahapan dan keterkaitannya,
target dan sasaran, dan tanggal jatuh tempo penyerahan laporan-laporan.
Program kerja yang diusulkan diharapkan konsisten dengan pendekatan teknis dan
metodologi, dan menunjukkan pemahaman terhadap Kerangka Acuan Kerja (KAK)
dan kemampuan untuk menerjemahkannya ke dalam rencana kerja. Program kerja
ini akan selalu konsisten dengan Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan.
c) Organisasi dan Personil
Dalam bagian organisasi dan personil ini akan diusulkan struktur dan komposisi
tim. Peserta harus menyusun bidang-bidang pokok dari pekerjaan, tenaga ahli inti
sebagai penanggung jawab, dan tenaga pendukung.
Berdasarkan Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang berfungsi sebagai petunjuk bagi
Konsultan Perencana yang memuat masukan, azas, kriteria dan proses yang harus
dipenuhi atau diperhatikan dan diinterprestasikan dalam pelaksanaan tugas. Dengan
penugasan ini diharapkan Konsultan Perencana dapat melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya dengan baik untuk menghasilkan keluaran yang dimaksud.
Untuk mencapai tujuan sesuai sasaran yang ditentukan di dalam kerangka Acuan Kerja
maka sebelum dibuat metode terperinci perlu ditentukan lebih dahulu prinsip-prinsip
dasar dan penyederhanaan pelaksanaan. Harus lebih dahulu dipastikan tujuan dan
prinsip yang benar sehingga keputusan yang akan diambil dapat mencapai sasaran.
Tanpa hal ini maka program yang dilaksanakan kemungkinan akan gagal dan tidak
efisien selama pelaksanaannya sehingga tujuan akhir tidak tercapai.
Sangat diperlukan membuat identifikasi dan mengerti ruang lingkup, pekerjaan yang
akan dilaksanakan nantinya sebelum memutuskan metode pelaksanaan yang
diperlukan.
Untuk mencapai tujuan sesuai sasaran yang ditentukan di dalam Kerangka Acuan Kerja
maka sebelum dibuat metode terperinci perlu ditentukan lebih dahulu prinsip-prinsip
dasar dan penyederhanaan pelaksanaan. Harus lebih dahulu dipastikan tujuan dan
prinsip yang benar sehingga keputusan yang akan diambil dapat mencapai sasaran.
Tanpa hal ini maka program yang dilaksanakan kemungkinan akan gagal dan tidak
efisien selama pelaksanaannya sehingga tujuan akhir tidak tercapai.
Sangat diperlukan membuat identifikasi dan mengerti ruang lingkup, pekerjaan yang
akan dilaksanakan nantinya sebelum memutuskan metode pelaksanaan yang
diperlukan.
Berdasar dari lingkup pekerjaan yang telah disampaikan melalui Kerangka Acuan Kerja
agar didapat hasil yang sesua dengan tujuan utama pekerjaan, maka dalam
penyusunan desain ini akan dilakukan metode :
1) Studi Observasi
Studi ini berupa pengumpulan data untuk diolah dalam perancangan ini. Pada
proses pekerjaan perencanaan ini data yang dibutuhkan antara lain, diagram
rancangan kebutuhan ruang, satuan keperluan ruang sehingga didapatkan luas
bangunan yang dibutuhkan, dan penggunaan ruang.
2) Studi Literatur
Adalah kajian penulis atas referensi-referensi yang ada baik berupa buku
maupun karya-karya ilmiah yang berhubungan dengan pekerjaan perenceanaan
ini. Beberapa referensi yang dibutuhkan untuk perancangan ini antara luasan
kebutuhan yang dibutuhkan setiap orang yang dibutuhkan untuk melakukan
aktifitasnya disesuaikan dengan tingkat pekerjaannya. Studi literature juga
dilakukan melalui internet untuk mencari literature mengenai contoh bangunan
kantor yang baiks dan mampu diterapkan di Indonesia dan tentu saja
menyesuaikan dengan kondisi Indonesia.
Pengolahan data dan analisa data yang kemudian digunakan sebagai masukan
dalam penghitungan secara manual dan dengan program simulasi bangunan
seperti Autodesk Ecotect Analysis maupun Design Builder untuk menganalisis
kesesuaian suhu dengan kebutuhan serta perancangan instalasi dengan program
AutoCad.
4) Studi Bimbingan
(2) Global
Proses pembakaran energi fosil menjadi listrik menimbulkan gas buang CO2
dalam jumlah besar yang dilepaskan ke atmosfer secara konstan dan terus
menerus yang pada akhirnya menimbulkan efek rumah kaca yang
mengakibatkan pemanasan global (global warming).
Saat ini Jakarta merupakan kota dengan kualitas udara yang berada pada urutan
ketiga terburuk dunia setelah Meksiko dan Panama, dan peningkatan polusi udara
tersebut mengakibatkan penurunan produkifitas dan peningkatan pembiayaan
kesehatan yang berarti terjadinya pemborosan anggaran keuangan negara.
II) Sustainable Design
Skala bangunan dan proporsi ruang terbuka harus memerhatikan koefisien dasar
bangunan (KDB) dan koefisien dasar hijau (KDH) yang berkisar 40-70 persen ruang
terbangun berbanding 30-60 persen untuk ruang hijau untuk bernapas dan menyerap
air.
c. Harmonisasi dengan masyarakat setempat, hal ini karena biasanya bangunan tidak
berdiri sendiri
SUISTAINABLE DESIGN
1. Site
Site merupakan faktor besar dalam penentuan sebuah desain. Berbagai faktor
berpengaruh tergantung pada site.
Landform/Microclimate
Sumber panas utama bagi permukaan bumi adalah matahari (Jacobson, 2002).
Setelah melewati atmosphere bumi sinar matahari diurai menjadi komponen-
komponen antara lain sinar inframerah yang menyebabkan naiknya suhu
dipermukaan bumi. Semua bagian setting yang menghambat sinar matahari baik
dalam bentuk gelombang panjang maupun energi thermal dianggap dapat
mengurangi suhu di permukaan bumi. Oleh karena itu dapat dihipotesakan
bahwa suhu di suatu lingkungan akan dipengaruhi oleh bayangan yang
ditimbulkan oleh bangunan dan vegetasi.
Topography
Dengan mengetahui topografi lahan akan memudahkan penentuan solusi desain
bangunan. Perataan lahan akan mempermudah desain bangunan yang sama
tinggi. Namun disisi lain dengan adanya perbedaan ketinggian tanah, akan
memberi kesan yang menarik dan berfariasi pada lingkungan. Pada tapak yang
memiliki perbedaan ketinggian atau topografi miring, pengelompokan bangunan
cenderung ditempatkan secara informal sesuai dengan kondisi konturnya. Dalam
pemecahan perancangan secara tradisional (konvensional) pada puncak bukit,
efek dari bentuk bangunan terlihat secara nyata yaitu jalan-jalan dan bagian
depan bangunan berbentuk kurva yang secara teratur mengikuti kontur.
Light-colored surfacing
Penggunaan warna dinding diberi warna muda karena mampu menyerap
sebagian radiasi matahari dengan baik daripada warna gelap. Bahan pelapis
dengan warna terang dapat mengurangi cooling load hingga 40 %. Untuk
permukaan gedung dapat dipilih material yang cenderung
memantulkan panas daripada
menyerapnya. Atau material yang mempunyai kemampuan insulasi yang tinggi
sehingga panas tidak masuk ke dalam interior bangunan.
Vegetative cooling
Membuat hijau di sekitar gedung/bangunan dengan memberi banyak lahan
tanaman, hal in dapat dilakukan dengan memberikan pepohonan di halaman
depan, belakang atau tengah gedung/bangunan (bila sudah terlanjur tidak ada
halaman tanahnya, dapat diberikan tanaman dalam pot) agar terjadi
penyaringan udara yang masuk ke gedung tersebut, sehingga terdapat udara
yang lebih segar. Dapat juga dengan memberikan unsur tanaman/pepohonan
pada atap gedung/bangunan, hal ini sudah mulai banyak dilakukan. Sehingga
berguna agar sinar matahari tidak dipantulkan tapi dapat diserap oleh
tumbuhan tersebut dan udara di bawah atap juga tidak terlalu panas.
Wind buffering/channeling
Dalam perencanaan orientasi tidak hanya perlu memperhatikan sinar matahari
yang mengakibatkan panas saja, melainkan juga arah angin yang memberi
kesejukan. Udara yang bergerak atau angin mampu menurunkan suhu dan
mempercepat proses penguapan sehingga memberikan efek penyegaran.
Kecepatan angin yang nikmat yaitu yang memiliki batas kecepatan 0,1-
0,15m/secon.
Evaporative cooling
Kecepatan aliran udara yang lebih rendah menghasilkan penurunan temperatur
dan efektifitas lebih tinggi serta memerlukan laju penguapan air lebih rendah.
Semakin tinggi temperatur dan semakin rendah RH, udara masuk semakin besar
penurunan temperatur dan efektifitas evaporative cooler; temperatur air yang
rendah membuat laju penguapan air berkurang. Evaporative cooler dan Air
Conditioner dapat dikolaborasikan untuk membuat pendingin ruangan yang
ramah lingkungan dan hemat energi serta udara yang dihasilkan karena kaya
Oksigen sangat baik dipakai terutama di rumah sakit.
Sumber: www.pinnacleint.com
Site Design
Solar orientation
Orientasi bangunan terhadap sinar matahari yang paling cocok dan menguntungkan
terdapat sebagai kompromi antara letak gedung berarah dari timur ke barat dan
yang terletak tegak lurus terhadap arah angin. Dari hasil penelitian Ken Yeang
didapatkan bahwa untuk iklim tropis, bangunan umumnya memiliki orientasi ke
utara - selatan dan serong 50 dari sumbu utara -selatan. Maka, mengorientasikan
bangunan pada arah utara-selatan di iklim tropis dengan menegakluruskan arah
datangnya angin bisa menjadi salah satu solusi.
Pemakaian beranda (veranda) sebagai ruang transisi dan ruang pelindung dari panas
matahari serta penggunaan sunshading juga dapat menjadi salah satu strategi yang
dapat digunakan dalam mensiasati arah datangnya sinar matahari dan angin.
Sumber: solarviews.com
Pedestrian orientation
Orientasi pedestrian didefinisikan sebagai rancangan lingkungan dalam sekala
manusia. Bangunan harus didesain untuk menciptakan perbedaan level dengan jalan
dan memberi kenyamanan bagi pejalan kaki. Pintu, pedestrian, jendela, dan
elemen pendukung jalan harus diperhitungkan untuk menciptakan kenyamanan bagi
pejalan kaki dan memberi ruang yang cukup.
Gambar 7. Pedestrian
Sumber: unionco.org
Sumber: unionco.org
Berjalan akan terasa nyaman jika pembangunan memakai dimensi yang tepat.
Kesesuaian ini dapat dilihat ketika seorang anak berjalan dengan aman atau seseorang
merasa nyaman bersepeda dan juga seseorang berjalan menuju kantor nya. Sebuah
pedestrian harus menawarkan berbagai rute untuk menuju keberbagai tempat pilihan.
Diperlukan ruang khusus pemberhentian pada pedestrian untuk mengatasi kepadatan
dan juga sebagai tempat istirahat bagi yang kelelahan. Pohon perindang sepanjang
jalan akan menambah rasa nyaman bagi pejalan kaki. Ruang pedestrian yang lapang
akan memudahkan dan terasa menyenangkan.
Sumber air yang berasal dari air olahan limbah selain mengurangi biaya pembelian di
PDAM juga mengurangi pemakaian yang berlebihan.
Wastewater collection
Membuat sistem pengolahan limbah domestik seperti air kotor (black water, grey
water) yang mandiri dan tidak membebani sistem aliran air kota. Sistem pengolahan
limbah ini berdiri sendiri dan memiliki sistem pengolahan limbah mandiri. Limbah-
limbah yang sudah terolah akan diresapkan kembali ke area pengolahan.
Sistem ini menguntungkan karena menambah jumlah air tanah di dearah tersebut.
Berbeda dengan sistem saluran air kota yang mengalirkan air ke sistem pembuangan
sehingga air tidak teresap ke tanah didearah tersebut.
Sumber: ww2.co.fulton.ga.us
Storm drainage
Strorm drainage bisa juga disebut sebagai saluran pembuangan kota. Saluran ini
memuat segala limbah buangan cair yang ada di jalan. Saluran pembuangan ini
berfungsi menampung air hujan yang turun dijalan untuk mengatasi banjir. Saluran ini
terpisah dengan saluran pembuangan limbah rumah tangga.
Saluran pembuangan (storm drainage) selain menampung air hujan, biasanya juga
bercampur dengan oli atau bahan bakar bensin atau solar yang tercecer di jalan. Pada
bukaan penerimaan saluran diberi penutup agar sampah sampah tidak masuk kedalam
saluran. Sehingga tidak mengganggu pembuangan.
Sumber: townofbethlehem.org
Energy Conservation
Terdapat enam prinsip dalam konstruksi yang berkelanjutan (Kibert, 1994), yaitu:
Sumber: analisis
Materials
Memilih material ramah lingkungan menjadi penting karena tidak hanya semata-mata
demi kelestarian alam, tetapi juga sebenarnya jauh lebih efisien dan hemat dari segi
estimasi biaya jangka panjang.
Pemilihan material yang ramah dapat dijabarkan menjadi dua hal yakni dari sisi
teknologi dan penggunaan. Dari sisi teknologi, pemilihan bahan sebaiknya menghindari
adanya toksin atau racun dan diproduksi tidak bertentangan dengan alam. Sebagai
contoh, minimalkan penggunaan material kayu, batu alam ataupun bahan bangunan
yang mengandung racun seperti asbeston.
Sedangkan dari sisi penggunaan, pemilihan material yang ramah lingkungan misalnya
menggunakan lampu hemat energi seperti semen instan yang praktis dan efisien, atau
pun memilih keran yang memakai tap yang hanya mengeluarkan air dalam volume
tertentu.
Selain memiliki sifat ramah lingkungan dan tidak mencemarkan material ramah
lingkungan sebaiknya terbuat dari bahan daur ulang, atau setidaknya tidak
menghabiskan sumber daya alam, bahkan dapat memberikan nilai tambah pada
lingkungan dan harus didukung 3R yaitu Reused (memanfaatkan kembali material yang
masih bisa dipakai) Reduce (mengurangi pemakaian material yang berlebihan) serta
Recycle (mendaur ulang material agat bermanfaat kembali).
Energy Efficiency
Glazing
Kaca yang dapat menghemat energi merupakan kaca yang didesain khusus. Beberapa
penelitian mengklaim bahwa terdapat beberapa jenis kaca yang dapat menyaring
radiasi panas matahari, hingga menghemat penggunaan pendingin udara.
Dari namanya nampak jelas, kaca ini tidak murni bening. Biasanya berwarna biru
kehijauan, perak atau abu-abu. Kaca ini dapat menyaring panas hingga suhu dalam
ruang tetap terjaga. Jenis kaca warna yang baik mempunyai sifat seperti kaca film
pada mobil. Ia mampu membuat Anda melihat pemandangan luar nampak jernih,
namun
menyaring jumlah cahaya yang masuk ke dalam ruangan.
Kaca ini sering dijumpai di gedung perkantoran. Kaca ini menyaring panas lebih
banyak daripada jenis lain. Ada satu kekurangan dari kaca pantul adalah pandangan
dari dalam akan kurang indah karena terjadi distorsi.
-e, Low Emissivity
Diartikan kaca rendah emisi. Kaca ini menjaga suhu di dalam ruang tetap tinggi.
Terdiri dari dua lapis. Pada bagian tengah diisi lapisan udara kosong dan lapisan metal
transparan.Kaca jenis ini pun memantulkan sinar ultraviolet. Untuk iklim Indonesia,
kaca macam ini tidak disarankan, karena hawa panas tetap berada di alam ruang.
Menjadikan ruang bertambah panas. Jenis ini populer digunakan di negara sub tropis.
Sumber: sklenarstvinonstop.cz
Insulation
Isolasi termal pada bangunan adalah faktor penting untuk mencapai kenyamanan
termal untuk penghuninya. Insulasi panas yang tidak diinginkan akan merugikan dan
dapat menurunkan efektifitas energi sistem pemanas atau pendingin. Dalam
pengertian lain isolasi dapat hanya penyesuaian pada bahan isolasi yang digunakan
untuk menghambat hilangnya panas ruang, seperti: selulosa, kaca wol, wol batuan,
plastik, busa urethane, vermikulit, dan tanah. Tetapi dapat juga menggunakan desain
khusus dan teknik khusus untuk mengatasi perpindahan panas atau konduksi, radiasi
dan konveksi.
Masalah kualitas konstruksi termasuk uap memadai hambatan, dan masalah dengan
rancangan-pemeriksaan. Selain itu, sifat dan densitas bahan isolasi itu sendiri sangat
penting. Sebagai contoh, menurut Leah Twings, Kualitas Manager Kepatuhan
Textrafine Isolasi, fiberglass bahan isolasi yang terbuat dari serat-serat pendek
berlapis kaca tidak begitu tahan lama seperti isolasi yang terbuat dari untaian serat
panjang kaca.
Efficient Lighting
Lampu pijar pada dasarnya merupakan lampu ruang yang menghasilkan panas selain
juga mengeluarkan cahaya. Hal ini sangat tidak efisien, membuang sebagian besar
energi yang di konsumsi dan menjadikannya sebagai panas yang tidak diinginkan.
Salah satu lampu yang merupakan lampu hemat energy adalah lampu LED.
Lampu LED menghemat energi yang digunakan sampai 48% (berarti penghematan
tagihan listrik) ditambah dengan kecilnya panas yang dihasilkan oleh lampu LED.
Hal ini membuat bangunan tidak perlu menyalakan mesin pendingin ruangan (AC)
dalam posisi maksimal, yang berarti terjadi penghematan lagi.
Sumber:mt2-stage.ecohomeresource.com
Sistem pencahayaan alami terutama dipakai pada siang hari dengan memanfaatkan
cahaya matahari. Pemasukan sinar matahari ke dalam ruangan diusahakan mencapai
tingkat kenyamanan pencahayaan tertentu seperti yang diharapkan. Pada prinsipnya,
dalam ruangan dengan lubang pencahayaan yang tetap, semakin ke dalam semakin
menurun intensitas cahaya yang diterima. Guna mencapai kualitas kenyamanan yang
diisyaratkan semakin lebar ruangan/bangunan, semakin luas pula lubang
pencahayaannya.
Untuk menanggulangi radiasi panas sinar matahari yang akan mengurangi kenyamanan
penghawaan dan menyebabkan kesilauan di daerah iklim tropis, selain diusahakan
sesedikit mungkin sisi bangunan dan bukaan-bukaan ruangan yang terkena sinar
matahari langsung, juga dengan membuat penghalang sinar matahari (sun shading,
sun screen).
1. Water
-run-off
Air limbah buangan sebisa mungkin dimanfaatkan tanpa harus ada yang terbuang ke
saluran pembuangan kota. Air limbah buangan dimanfaatkan sebagai penyiram
tanaman sekaligus dapat sebagai pupuk. Air limbah diresapkan di area tanaman. Kalau
muatan resapan berlebihan, baru dilakukan pembuangan ke saluran pembuangan kota.
Pemanfaatan grey water akan mengurangi pembebanan pada air tanah. Dengan
memanfaatakan lagi grey water sama halnya memanfaatkan air dua kali atau lebih
namun tepat dalam penggunaannya. Pemanfaatan grey water misalanya air buangan
dari wastafel dapat dimanfaatkan untuk penyiraman tanaman. Ataupun air bekas
cucian setelah mengalami proses penyaringan dapat pula dimanfaatkan untuk
menyirami taman.
Gambar 14. Pemanfaatan limbah rumah tangga
Sumber: calcleanearth.com
2. Waste Management
ini mengolah limbah padat, cair, gas atau radioaktif zat, dengan metode yang berbeda
dan bidang keahlian untuk masing-masing.
Ada sejumlah konsep pengolahan limbah yang paling umum, konsep-konsep luas yang
digunakan meliputi:
Waste hierarchy
Sumber: aggregatepros.com
Adalah suatu strategi yang untuk mempromosikan menyatukan semua biaya yang
berkaitan dengan produk selama produk tersebut masih ada (termasuk akhir biaya
pembuangan akhir) ke dalam harga produk. Hal ini dimaksudkan untuk memaksakan
tanggung jawaban atas seluruh siklus hidup produk dan kemasan yang dipasarkan.
Berarti perusahaan yang memproduksi, impor dan atau menjual produk yang
diperlukan untuk bertanggung jawab atas produk.
Prinsip di mana pihak yang mencemari membayar terhadap dampak terhadap
lingkungan yang terjadi. Sehubungan dengan pengelolaan limbah, umumnya ini
mengacu pada persyaratan limbah untuk membayar sesuai limbah yang dibuang.
Setiap bangunan harus mempunyai sistem proteksi pasif terhadap bahaya kebakaran yang
berbasis pada desain atau pengaturan terhadap komponen arsitektur dan struktur gedung
sehingga dapat melindungi penghuni dan benda dari kerusakan fisik saat terjadi kebakaran.
Penerapan sistem proteksi pasif didasarkan pada fungsi/klasifikasi resiko kebakaran, geometri
ruang, bahan bangunan terpasang, dan/atau jumlah dan kondisi penghuni dalam gedung.
(2) Kompartemenisasi dan konstruksi pemisah untuk membatasi kobaran api yang potensial,
perambatan api dan asap, agar dapat :
(a) melindungi penghuni yang berada di suatu bagian bangunan terhadap dampak
kebakaran yang terjadi ditempat lain di dalam bangunan.
(b) mengendalikan kobaran api agar tidak menjalar ke bangunan lain yang berdekatan.
Seluruh bukaan harus dilindungi, dan lubang utilitas harus diberi penyetop api (fire stop)
untuk mencegah merambatnya api serta menjamin pemisahan dan kompartemenisasi
bangunan.
Sistem proteksi aktif adalah peralatan deteksi dan pemadam yang dipasang tetap atau tidak
tetap, berbasis air, bahan kimia atau gas, yang digunakan untuk mendeteksi dan memadamkan
kebakaran pada bangunan.
Hidrant halaman diperlukan untuk pemadaman api dari luar bangunan gedung. Sambungan
slang ke hidran halaman harus memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh instansi
kebakaran setempat.
Sistem springkler otomatis harus dirancang untuk memadamkan kebakaran atau sekurang-
kurangnya mempu mempertahankan kebakaran untuk tetap, tidak berkembang, untuk
sekurang-kurangnya 30 menit sejak kepada springkler pecah.
Alat pemadam api ringan kimia (APAR) harus ditujukan untuk menyediakan sarana bagi
pemadaman api pada tahap awal. Konstruksi APAR dapat dari jenis portabel (jinjing) atau
beroda.
Sistem pemadaman khusus yang dimaksud adalah sistem pemadaman bukan portable
(jinjing) dan beroperasi secara otomatis untuk perlindungan dalam ruang-ruang dan atau
penggunaan khusus.
Sistem deteksi dan alarm kebakaran berfungsi untuk mendeteksi secara dini terjadinya
kebakaran, baik secara otomatis maupun manual.
Bila suatu eksit tidak dapat terlihat secara langsung dengan jelas oleh pengunjung atau
pengguna bangunan, maka harus dipasang tanda penunjuk dengan tanda panah
menunjukkan arah, dan dipasang di koridor, jalan menuju ruang besar (hal), lobi dan
semacamnya yang memberikan indikasi penunjukkan arah ke eksit yang disyaratkan.
Sistem peringatan bahaya dapat juga difungsikan sebagai sistem penguat suara (public
address), diperlukan guna memberikan panduan kepada penghuni dan tamu sebagai
tindakan evakuasi atau penyelamatan dalam keadaan darurat. Ini dimaksudkan agar
penghuni bangunan memperoleh informasi panduan yang tepat dan jelas.
Sistem Komunikasi
Penggunaan instalasi tata suara pada waktu keadaan darurat dimungkinkan asal memenuhi
pedoman dan standar teknis yang berlaku.
b. SISTEM TELEPON DAN TATA SUARA.
(1) Umum.
(a) Sistem instalasi komunikasi telepon dan sistem tata komukasi gedung, penempatannya
harus mudah diamati, dioperasikan, dipelihara, tidak membahayakan, mengganggu dan
merugikan lingkungan dan bagian bangunan serta sistem instalasi lainnya, serta
direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan standar, normalisasi teknik dan peraturan
yang berlaku.
(b) Peralatan dan instalasi sistem komunikasi harus tidak memberi dampak, dan harus
diamankan terhadap gangguan seperti interferensi gelombang elektro magnetik, dan lain-
lain.
(d) Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum mempunyai SNI, dapat digunakan
standar baku dan pedoman teknis yang diberlakukan oleh instansi yang berwenang
1) Tempat pemberhentian ujung kabel harus terang, tidak ada genangan air, aman dan
mudah dikerjakan.
2) Ukuran lubang orang (manhole) yang melayani saluran masuk ke dalam gedung untuk
instalasi telepon minimal berukuran 1,50 m x 0,80 m dan harus diamankan agar tidak
menjadi jalan air masuk ke gedung pada saat hujan dll.
3) Diupayakan dekat dengan kabel catu dari kantor telepon dan dekat dengan jalan besar.
(b) Penempatan kabel telepon yang sejajar dengan kabel listrik, minimal berjarak 0,10 m
atau sesuai ketentuan yang berlaku.
(d) Ruang batere sistem telepon harus bersih, terang, mempunyai dinding dan lantai tahan
asam, sirkulasi udara cukup dan udara buangnya harus dibuang ke udara terbuka dan tidak
ke ruang publik, serta tidak boleh kena sinar matahari langsung.
(a) Setiap bangunan harus dipasang sistem tata suara yang dapat digunakan untuk
menyampaikan pengumuman dan instruksi apabila terjadi kebakaran atau keadaan darurat
lainnya.
(b) Sistem peralatan komunikasi darurat sebagaimana dimaksud pada butir 1) di atas harus
menggunakan sistem khusus, sehingga apabila sistem tata suara umum rusak, maka sistem
telepon darurat tetap dapat bekerja.
(c) Kabel instalasi komunikasi darurat harus terpisah dari instalasi lainnya, dan dilindungi
terhadap bahaya kebakaran, atau terdiri dari kabel tahan api.
(d) Harus dilengkapi dengan sumber/pasokan daya listrik untuk kondisi normal maupun pada
kondisi daya listrik utama mengalami gangguan, dengan kapasitas dan dapat melayani
dalam waktu yang cukup sesuai ketentuan yang berlaku.
Suatu instalasi proteksi petir dapat melindungi semua bagian dari bangunan gedung, termasuk
manusia yang ada di dalamnya, dan instalasi serta peralatan lainnya terhadap bahaya
sambaran petir.
Sistem Kelistrikan
(1) Sistem tegangan rendah (TR) dalam gedung adalah 3 fase 220/380 Volt, dengan frekuensi
50 Hertz. Sistem tegangan menengah (TM) dalam gedung adalah 20 KV atau kurang,
dengan frekuensi 50 Hertz, mengikuti ketentuan yang berlaku.
Untuk gedung yang memiliki kapasitas daya listrik tersambung dari PLN minimal 200 KVA
disarankan agar sudah memiliki sistem jaringan listrik Tegangan Menengah 20 KV (jaringan
listrik TM 20 KV), sesuai pedoman bahwa mempunyai Kapasitas daya listrik ± 300 KVA s/d
600 KVA, dengan perhitungan 3 KVA per Tempat Tidur (TT).
(3) Harus tersedia peralatan UPS (;Uninterruptable Power Supply) untuk melayani apabila
jaringan PLN mati.
Persyaratan :
a. Harus tersedia Ruang UPS minimal 2 X 3 m2 (sesuai kebutuhan) terletak di Gedung dan
diberi pendingin ruangan.
(4) Sistem Penerangan Darurat (;emergency lighting) harus tersedia pada ruang-ruang
tertentu. (5) Harus tersedia sumber listrik cadangan berupa diesel generator (Genset).
Genset harus
disediakan 2 (dua) unit dengan kapasitas minimal 40% dari jumlah daya terpasang pada
masing-masing unit. Genset dilengkapi sistem AMF dan ATS.
(6) Sistem kelistrikan harus dilengkapi dengan transformator isolator dan kelengkapan
monitoring sistem IT kelompok 2E minimal berkapasitas 5 KVA untuk titik-titik stop kontak
yang mensuplai peralatan-peralatan medis penting (;life support medical equipment).
(7) Sistem Pembumian (;grounding system) harus terpisah antara grounding panel gedung dan
panel alat. Nilai grounding peralatan tidak boleh kurang dari 0,2 Ohm.
(1) Umum.
(a) Setiap bangunan harus mempunyai ventilasi alami dan/atau ventilasi mekanik/buatan
sesuai dengan fungsinya.
(b) Bangunan harus mempunyai bukaan permanen, kisi-kisi pada pintu dan jendela dan/atau
bukaan permanen yang dapat dibuka untuk kepentingan ventilasi alami.
(a) Jika ventilasi alami tidak mungkin dilaksanakan, maka diperlukan ventilasi mekanis seperti
pada bangunan fasilitas tertentu yang memerlukan perlindungan dari udara luar dan
pencemaran.
(b) Persyaratan teknis sistem ventilasi, kebutuhan ventilasi, mengikuti Persyaratan Teknis
berikut:
1) SNI 03 – 6572 - 2000 atau edisi terbaru; Tata cara perancangan sistem ventilasi dan
pengkondisian udara pada bangunan gedung.
2) SNI 03 – 6390 - 2000 atau edisi terbaru; Konservasi energi sistem tata udara pada
bangunan gedung.
Sistem Pengkondisian Udara
(1) Umum.
Untuk kenyamanan termal pada bangunan gedung harus memenuhi SNI 03-6572-2001 atau edisi
terbaru; Tata cara perancangan sistem ventilasi dan pengkondisian udara pada bangunan
gedung.
Sistem Pencahayaan
(1) Umum.
Setiap bangunan gedung untuk memenuhi persyaratan sistem pencahayaan harus mempunyai
pencahayaan alami dan/atau pencahayaan buatan/ mekanik, termasuk pencahayaan darurat
sesuai dengan fungsinya.
(a) Bangunan tempat tinggal, pelayanan, pendidikan, dan bangunan pelayanan umum
harus mempunyai bukaan untuk pencahayaan alami.
(b) Pencahayaan alami harus optimal, disesuaikan dengan fungsi bangunan dan fungsi
masing-masing ruang di dalamnya.
(a) Kenyamanan terhadap kebisingan adalah keadaan dengan tingkat kebisingan yang tidak
menimbulkan gangguan pendengaran, kesehatan, dan kenyamanan bagi seseorang dalam
melakukan kegiatan.
(b) Gangguan kebisingan pada bangunan gedung dapat berisiko cacat pendengaran. Untuk
memproteksi gangguan tersebut perlu dirancang lingkungan akustik di tempat kegiatan
dalam bangunan yang sudah ada dan bangunan baru.
(c) Untuk mendapatkan tingkat kenyamanan terhadap kebisingan pada bangunan harus
mempertimbangkan jenis kegiatan, penggunaan peralatan, dan/atau sumber bising
lainnya baik yang berada pada bangunan gedung maupun di luar bangunan.
(d) Setiap bangunan dan/atau kegiatan yang karena fungsinya menimbulkan dampak
kebisingan terhadap lingkungannya dan/atau terhadap bangunan yang telah ada, harus
meminimalkan kebisingan yang ditimbulkan sampai dengan tingkat yang diizinkan.
(e) Untuk kenyamanan terhadap kebisingan pada bangunan harus dipenuhi standar tata cara
perencanaan kenyamanan terhadap kebisingan pada bangunan gedung.
(f) Persyaratan kebisingan untuk masing-masing ruangan/ unit adalah sebagai berikut :
Ramp.
(1) Umum.
Ramp adalah jalur sirkulasi yang memiliki bidang dengan kemiringan tertentu, sebagai
alternative bagi orang yang tidak dapat menggunakan tangga.
0
(1) Kemiringan suatu ramp di dalam bangunan tidak boleh melebihi 7 , perhitungan
kemiringan tersebut tidak termasuk awalan dan akhiran ramp (curb
ramps/landing).
0
(2) Panjang mendatar dari satu ramp (dengan kemiringan 7 ) tidak boleh lebih dari
900 cm. Panjang ramp dengan kemiringan yang lebih rendah dapat lebih panjang.
(3) Lebar minimum dari ramp adalah 120 cm dengan tepi pengaman.
(4) Muka datar (bordes) pada awalan atau akhiran dari suatu ramp harus bebas dan
datar sehingga memungkinkan sekurang-kurangnya untuk memutar kursi roda dan
stretcher, dengan ukuran minimum 160 cm.
Bentuk-bentuk ramp, Kemiringan ramp
(6) Lebar tepi pengaman ramp (low curb) 10 cm, dirancang untuk menghalangi roda
dari kursi roda atau stretcher agar tidak terperosok atau ke luar dari jalur ramp.
Apabila berbatasan langsung dengan lalu lintas jalan umum atau persimpangan,
harus dibuat sedemikian rupa agar tidak mengganggu jalan umum.
(7) Ramp harus diterangi dengan pencahayaan yang cukup sehingga membantu
penggunaan ramp saat malam hari. Pencahayaan disediakan pada bagian ramp
yang memiliki ketinggian terhadap muka tanah sekitarnya dan bagian-bagian yang
membahayakan.
Tangga.
(1) Umum.
(1) Harus memiliki dimensi pijakan dan tanjakan yang berukuran seragam Tinggi
masing-masing pijakan/tanjakan adalah 15 – 17 cm.
0
(2) Harus memiliki kemiringan tangga kurang dari 60 .
(3) Lebar tangga minimal 120 cm untuk membawa usungan dalam keadaan darurat,
untuk mengevakuasi pasien dalam kasus terjadinya kebakaran atau ancaman bom
(4) Tidak terdapat tanjakan yang berlubang yang dapat membahayakan pengguna
tangga.
Tipikal tangga
Pegangan rambat pada tangga
(8) Untuk tangga yang terletak di luar bangunan, harus dirancang sehingga tidak ada
air hujan yang menggenang pada lantainya.
Sarana Evakuasi
(1) Umum.
Setiap bangunan harus menyediakan sarana evakuasi bagi orang yang berkebutuhan
khusus termasuk penyandang cacat yang meliputi :
(c) jalur evakuasi yang dapat menjamin pengguna bangunan untuk melakukan
evakuasi dari dalam bangunan secara aman apabila terjadi bencana atau
keadaan darurat.
(a) Untuk persyaratan sarana evakuasi pada bangunan harus dipenuhi standar tata
cara perencanaan sarana evakuasi pada bangunan gedung.
(b) Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum mempunyai SNI, dapat
digunakan standar baku dan pedoman yang diberlakukan oleh instansi yang
berwenang.
(1) Umum.
(a) Fasilitas dan aksesibilitas meliputi toilet, telepon umum, jalur pemandu, rambu
dan marka, pintu, ram, tangga, dan lif bagi penyandang cacat dan lanjut usia.
(b) Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas disesuaikan dengan fungsi, luas, dan
ketinggian bangunan.
Prasarana/Sarana Umum.
(1) Umum.
(b) Penyediaan prasarana dan sarana disesuaikan dengan fungsi dan luas bangunan,
serta jumlah pengguna bangunan
(a) SNI 03-1735-2000 atau edisi terbaru; Tata cara perencanaan akses bangunan dan
akses lingkungan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung.
(b) SNI 03-1746-2000 atau edisi terbaru; Tata cara perencanaan dan pemasangan
sarana jalan keluar untuk penyelamatan terhadap bahaya kebakaran pada
bangunan gedung.
(c) SNI 03-6573-2001 atau edisi terbaru; Tata cara perancangan sistem transportasi
vertikal dalam gedung (lif).
(f) Ketentuan teknis Ukuran, Konstruksi, Jumlah Fasilitas dan Aksesibilitas bagi
Penyandang Cacat.
(g) Dalam hal persyaratan di atas belum mempunyai SNI, dapat digunakan standar
baku dan pedoman teknis yang diberlakukan oleh instansi yang berwenang.
b. Material finishing
1) Perlu Pertimbangan low maintenanse
2) Perlu pertimbangan daya tahan
3) Tetap mempertimbangan tampilan artistik
2. PENDEKATAN KEBUTUHAN RUANG
Berbagai hal yang perlu diperhatikan dalam pendekatan kebutuhan fisik bangunan
kantor adalah sebagai berikut:
1. Pembagian ruang
Syarat-syarat dalam interior sebuah gedung memiliki ketentuan yang harus diikuti.
5. Standar ruang
Ukuran-ukuran ruang ditentukan oleh standar ruang yang mengalokasikan bidang dan
6. Sistem interior
Sistem interior merupakan penilaian terhadap sebuah bangunan dilihat dari segi
pencahayaan, penghawaan, akustik, kemananan bangunan dan perawatan yang perlu
dilakukan.
3. PENDEKATAN AKSESIBILITAS
1. PENCAPAIAN BANGUNAN
Pencapaian bangunan atau aksesbilitas adalah suatu kemudahan yang disediakan bagi
semua orang, termasuk yang memiliki ketidak-mampuan fisik—seperti misalnya,
penyandang cacat, lanjut usia, ibu hamil dan penyandang cacat akibat penyakit
tertentu—guna mewujudkan kesamaan kesempatan dalam segala aspek kehidupan dan
penghidupan pada suatu lingkungan terbangun.
Rute Aksesibel : suatu jalur lintasan tanpa penghalang yang langsung menghubungkan
suatu elemen dan ruang aksesi dari bangunan. Rute aksesibel interior dapat termasuk
koridor, lantai, ramp, lift. Rute aksesibel eksterior dapat termasuk ruang akses parkir,
ramp-curb, trotoir pada jalan kendaraan, ramp, dan lain.
Bangunan : setiap struktur yang digunakan atau dimaksudkan untuk menunjang atau
Bagian bangunan : bagian ruang dari bangunan seperti kamar, koridor, ruang untuk
kegiatan tertentu dsb.
Ruang Lantai Bebas : ruang lantai atau tanah yang tidak terhalang, minimum
diwajibkan untuk menampung sebuah kursi roda dan penggunanya.
Rambu : tanda-tanda yang bersifat verbal ( informasi yang dapat didengar), bersifat
visual (informasi yang berupa gambar), simbol, atau yang dapat dirasa/diraba, atau.
Ruang : suatu daerah yang dapat ditentukan batasnya, seperti kamar, toilet, hall,
tempat pertemuan, jalan masuk, gudang, dan lobby.
Jalur Pemandu : jalur yang digunakan bagi pejalan kaki, termasuk untuk penyandang
cacat yang memberikan panduan arah dan tempat tertentu.
o Ukuran dasar
o Jalur pedestrian
o Jalur pemandu
o Area parkir
o Landaian (ramp)
o Rambu
o Ukuran dasar
o Jalan pedestrian
o Jalur pemandu
o Area parkir
o Ramp
o Rambu
o Ukuran dasar
o Ramp
o Pintu
o Tangga
o Lift
o Kamar kecil
o Pancuran
o Wastafel
o Perabot
o Perlengkapan
o Rambu
1. Jalur Pedestrian
Jalan yang digunakan untuk berjalan kaki atau berkursi roda bagi penyandang
cacat, dirancang berdasar perbedaan terbesar orang untuk bergerak aman, bebas
dan tak terhalang.
Syarat:
i. Permukaan
Permukaan jalan harus stabil, kuat, tahan cuaca, bertekstur halus tetapi tidak licin.
Hindari sambungan atau konstraksi pada permukaan, kalaupun terpaksa ada,
tingginya harus tidak lebih dari 1,25 cm. Apabila menggunakan karpet ujungnya
harus kencang dan mempunyai trim yang permanen.
ii. Kemiringan/gradient
iv. Cahaya/penerangan
vi. Drainasi
Tidak mengganggu dan membahayakan. Dibuat tegak lurus dengan arah jalan tegak
lurus dengan arah jalan dengan lubang maksimal 1,5 cm. Mudah dibersihkan dan
lubang dijauhkan dari tepi ramp sehingga tidak mendatangkan bahaya .
Lebar minimum 95 cm untuk jalur searah dan 150 cm untuk dua arah. Jalur
pedestrian bebas dari pohon, rambu dan benda-benda pelengkap jalan yang
melintang.
Penting bagi penghentian roda kendaraan dan tongkat tuna netra ke arah area yang
berbahaya.Penyetop dibuat setinggi minimum 10 cm dan lebar 15 cm sepanjang
jalur pedestrian.
a. Jalur Pemandu
Jalur yang memandu tuna netra untuk berjalan dengan memanfaatkan tekstur ubin
pengarah dan tekstur ubin peringatan terhadap situasi di sekitar jalur yang bisa
Syarat:
iii. Daerah-daerah yang harus menggunakan ubin tekstur pemandu (guiding blocks) :
o Pada pemandu arah dari fasilitas umum ke stasiun transportasi umum terdekat.
iv. Pemasangan ubin tekstur untuk jalur pemandu pada pedestrian yang telah ada
perlu memperhatikan tekstur dari ubin eksisting sedemikian sehingga tidak terjadi
kebingungan tuna netra dalam merasakan tekstur ubin pemandu dan tekstur ubin
lainnya.
a. Area Parkir
Fasilitas parkir adalah tempat parkir kendaraan yang dikendarai oleh penyandang
cacat, sehingga diperlukan tempat yang lebih luas untuk naik turun kursi roda,
daripada tempat parkir yang biasa. Sedangkan daerah untuk menaik-turunkan
penumpang (Passenger Loading Zones) adalah tempat bagi semua penumpang,
termasuk penyandang cacat, untuk naik atau turun dari kendaraan.
Syarat:
o Kedalaman minimal dari daerah naik turun penumpang dari jalan atau
jalur lalu-lintas sibuk adalah 360 cm dan dengan panjang minimal 600
cm.
o Dilengkapi dengan fasilitas ramp, jalur pedestrian dan tanda-tanda bagi
penyandang tuna netra.
o Kemiringan maksimal 1 : 20 dengan permukaan yang rata di semua bagian.
o Diberi rambu yang biasa digunakan untuk mempermudah dan
membedakan dengan fasilitas serupa bagi umum
SISTEM DASAR TEKNIS PERENCANAAN
Dalam Proses perencanaan Gedung nanti kami akan menggunakan beberapa aplikasi Software
Desain seperti Autocad untuk menghasilkan beberapa gambar kerja dalam format gambar A3
1. Terciptanya sistem koordinasi yang baik antara Konsultan dengan Pemberi Tugas;
2. Terciptanya koordinasi yang baik antara unit-unit kerja yang terlibat dalam
penanganan pekerjaan ini;
Apabila faktor-faktor tersebut diatas dapat dipenuhi, maka berarti juga kelancaran
jalannya pekerjaan dapat secara keseluruhan terjamin.
Program kerja ini mencakup tahap persiapan awal, seluruh proses perencanaan dan
perancangan serta kewajiban yang harus dilaksanakan konsultan pada tahap pelaksanaan
konstruksinya/secara keseluruhan program kerja konsultan mencakup :
1. Mobilisasi
Sebagai langkah awal dari pelaksanaan pekerjaan ini. Konsultan akan menyusun program
kerja dan pedoman penugasan / pengelolaan tugas, penyediaan sumber daya dan lain-lain
yang harus dilaksanakan oleh semua pihak yang terlibat. Usulan ini harus mendapat
persetujuan dari pengelola proyek.
3. Persiapan Survei
Tahap ini merupakan langkah persiapan pelaksanaan survei lapangan maupun institusional
yang mencakup:
Pengamatan dan pengkajian arsitektur dan budaya serta perilaku merupakan hal yang
esensial sebagai dasar bagi pengembangan gagasan/idea perancangan suatu bangunan.
5. Studi Literatur
Studi literatur semua aspek yang berkaitan dengan perancangan bangunan. Studi yang
dilakukan akan meliputi program ruang, kegiatan, persyaratan environment, serta
persyaratan-persyaratan teknis lainnya. Hasil studi akan disesuaikan dengan kondisi
Kantor Pemerintahan di kompleks Pemerintahan atau tempat dimana objek pekerjaan.
Diskusi dengan calon pemakai (users) dilakukan untuk mendapatkan gambaran yang lebih
terinci akan spesifikasi dan karakteristik program, peralatan kegiatan serta kebutuhan-
kebutuhan khusus lainnya untuk masa sekarang maupun masa akan datang.
7. Survei Pengumpulan Data
Data dari Pemberi Tugas Beragam data, baik primer maupun sekunder, yang banyak
berkaitan dengan kegiatan administrasi kepemerintahan yang akan menempati bangunan
ini serta memenuhi kebutuhan pengembangan di masa mendatang, serta aspirasi staf akan
di kumpulkan melalui diskusi/wawancara dan observasi lapangan.
Secara rinci kebutuhan data dari pemberi tugas yang akan dikumpulkan meliputi:
Tahap Pra Perancangan merupakan tahapan penting dimana semua konsep-konsep dasar
dirumuskan. Semua tenaga Ahli dari berbagai disiplin yang dibutuhkan akan dilibatkan
dalam diskusi intensif untuk menyusun landasan perencanaan dan perancangan. Proses
perencanaan dan perancangan yang dilakukan lebih bersifat sintesis dengan
menggabungkan berbagai alternatif dan kombinasi alternatif yang semuanya akan
dituangkan dalam laporan dengan bentuk diagramatis yang sederhana.
Berbagai pekerjaan yang akan dilakukan pada tahap Pra perancangan mencakup:
Sebagai satu sistem bangunan yang utuh. Oleh karena penentuan dan penempatan
setiap sistem harus memperhitungkan sistem-sistem lainnya, sesuai dengan kriteria-
kriteria yang ada dalam konsep perancangannya. Sistem yang dipilih juga harus
memperhitungkan kemudahan pelaksanaannya.
5. Cost Limit
Cost limit akan disusun pada tahap pra-rancangan maupun tahap pengembangan
rancangan sebagai alat kontrol agar hasil rancangan sesuai dengan kelas atau kualitas
bangunan yang diinginkan.
Dalam tahapan ini semua hasil pra-rancangan yang telah dikomunikasikan dan disetujui
oleh pihak pemberi tugas akan diolah lebih lanjut menjadi dokumen tender yang akan
di jadikan dasar bagi pelaksanaan konstruksi. Kegiatan yang akan dilaksanakan dalam
2. Perhitungan Struktur
Spesifikasi teknis berisi penjelasan terinci tentang jenis, ukuran dan karakteristik teknis
setiap material (bahan) yang akan digunakan, mencakup bidang pekerjaan, untuk
memudahkan kemungkinan pelaksanaan konstruksi oleh beberapa sub kontraktor.
RAB berisi penjelasan terinci tentang harga setiap pekerjaan yang akan dilaksanakan di
lapangan beserta item dan volume pekerjaannya. Setiap material (bahan) yang akan
digunakan, mencakup bidang pekerjaan, untuk memudahkan kemungkinan pelaksanaan
konstruksi oleh beberapa sub kontraktor.
4. KELUARAN
Hasil yang diharapkan dari Rehabilitasi Pembangunan Gedung Kampus IPDN Sulawesi
Utara (Konsultan Perencanaan) adalah:
b. Dokumen Lelang yang dibagi menjadi 3 bagian yaitu Dokumen Gambar DED,Rencana
Kerja dan Syarat, dan Rencana Anggaran Biaya.
Waktu
Uraian Tahapan Pelibatan Target Output Asosiasi Pelaksanaan
No (Minggu Ke-)
Kegiatan Personil / Keluaran Pelaporan
1 2 3 4
- Laporan
- Pemahaman KAK
1 Tahap Persiapan Seluruh Personil - Rencana / Program Kerja
Pendahuluan
- Ahli Arsitektur
(TL)
- Ahli Sipil
- Ahli ME
- Ahli Desain Hasil Pendataan :
Interior - Dokumentasi Foto - Laporan Hasil
- Ass. Ahli Sipil Kondisi Eksisting Kawasan Pengukuran Topografi
- Ass. Ahli Desain (Primer) - Laporan
2 Tahap Pendataan Interior - Peta Delineasi Kawasan &
Penyilidakan Tanah
- Drafter/Operato r Topografinya (Primer)
CAD - Hasil Sondir Daya Dukung
- Surveyor Tanah (Primer)
- Administrasi - Data Lainnya
- Operator
Komputer
- Sopir
- Ahli Arsitektur
(TL)
- Ahli Sipil
- Ahli ME
Hasil Analisis :
- Ahli Desain
Tahap Studi - Analisis Kondisi Topografi
Interior
Interpretasi Data - Analisis Kondisi
- Ass. Ahli Sipil
Geologis/Sondir
sebagai Kajian - Ass. Ahli Desain
- Analisis Pencapaian, - Laporan
3 Awal Perencanaan Interior
Sirkulasi & Infrastruktur Penyilidikan Tanah
/ - Drafter/Operato r
CAD Esksisting
Perancangan/Ana - Analisis Karakter
lisa Data - Surveyor
- Administrasi Lansekap & View
- Operator Eksisting
Komputer
- Sopir
70
REHABILITASI PEMBANGUNAN GEDUNG KAMPUS SULAWESI
UTARA
Waktu
Uraian Tahapan Pelibatan Target Output Asosiasi Pelaksanaan
No
Kegiatan Personil / Keluaran Pelaporan (Minggu Ke-)
1 2 3 4
Hasil DED :
- Gambar-Gambar
Rancangan Final,
meliputi :
Site Development
Plan / Rencana
Tapak,
Tampak / Potongan
Tapak,
- Ahli Arsitektur Lay Out Rencana
(TL) Jaringan Infrastruktur
- Ahli Sipil / Utilitas Lingkungan,
- Ahli ME Lay Out Rencana
- Ahli Desain Penataan Komponen
Tahap Interior Bangunan dan
Penyusunan - Ass. Ahli Sipil Lingkungan,
Dokumen - Ass. Ahli Desain Denah-Tampak-
5 Rencana Teknis: Interior Potongan Komponen Draft Laporan Akhir
Detail - Drafter/Operato Bangunan Gedung
Engineering r CAD dan Bukan Gedung,
Design (DED) - Surveyor Image Visual
- Administrasi
Rancangan,3D, 2D
- Operator
Detail Contruction
Komputer
Drawings / Gambar
- Sopir
Detail Konstruksi,
- Perhitungan Biaya
Pembangunan
Lengkap (Engineering
Estimate), termasuk
Uraian Bill of Quantity
(BQ) dan Analisa Harga
Satuan Pekerjaan serta
Rincian Perhitungan
RAB;
Waktu
Uraian Tahapan Pelibatan Target Output Asosiasi Pelaksanaan
No
Kegiatan Personil / Keluaran Pelaporan (Minggu Ke-)
1 2 3 4
- Ahli Arsitektur
(TL)
- Ahli Sipil
- Ahli ME
- Ahli Desain
Interior
- Ass. Ahli Sipil Dokumen Lelang :
Tahap - Ass. Ahli Desain - Dokumen Lelang Untuk
6 Penyusunan - Laporan Akhir
Interior Pengadaan Pekerjaan
Dokumen Lelang - Drafter/Operato Konstruksi
r CAD
- Surveyor
- Administrasi
- Operator
Komputer
- Sopir
LAPORAN
PENDAHULUAN
Pelaksanaan pekerjaan perencanaan akan dilaksanakan oleh sebuah team kerja, yang
terdiri dari beberapa personal dengan berbagai disiplin keahlian yang menguasai
bidang masing-masing sesuai dengan kualifikasi fungsi dan tanggung jawab yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan perencanaan.
Maka kami mengusulkan sebuah team yang akan mampu memberikan layanan yang
baik dalam bidang teknis seperti dalam struktur organisasi dibawah ini .
Sasaran internal
Dalam arti koordinasi, evaluasi dan pengendalian pelaksanaan di dalam Tim Konsultan
sendiri, baik dalam tahap persiapan maupun tahap perencanaan. Koordinasi dilakukan
antara anggota tim dan angota tim dengan ketua tim sesuai tugas dan tanggung jawab
masing-masing anggota tim.
1. Pengguna Anggaran/PPK.
Dalam hal ini Pengguna Jasa, bertindak sebagai penanggung jawab pekerjaan dan
akan mempunyai peran dalam hal koordinasi khususnya secara administratif dan
teknis.
2. Konsultan
Direktur Perusahaan, bertanggung jawab atas masalah kontrak, manajemen
personil dan pembiayaan pekerjaan secara keseluruhan.
3. Team Leader, secara umum bertanggung jawab dalam hal-hal manajerial dan
koordinasi Tim maupun koordinasi terhadap seluruh pekerjaan seperti
menyiapkan program kerja, memberikan arahan dan petunjuk dalam
melaksanakan pekerjaan, memimpin tim dalam setiap diskusi dan koordinasi
dengan Pengguna Jasa, bertanggung jawab terhadap hasil pekerjaan tim, serta
secara khusus bertanggung jawab terhadap materi yang terkait bidang
keahliannya.
4. Ahli Sipil, Ahli ME, Ahli Desain Interior akan bertanggung jawab terhadap
pekerjaan bidang ilmunya masing-masing sesuai dengan apa yang ditetapkan
dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan sesuai dengan kebutuhan masing-masing
item pekerjaan.
D. TENAGA AHLI DAN TANGGUNGJAWABNYA
Untuk mendapatkan hasil kerja perencanaan yang optimal, diperlukan koordinasi team
yang baik, untuk itu perlu diberikan tugas dan tanggung jawab yang jelas pada setiap
personal sesuai dengan kedudukan kapasitas kerja sehingga tidak terjadi kesenjangan
dan tumpang tindih dalam melaksanakan tugas. Hal ini perlu mengingat prosedur dan
mekanisme kerja yang tejadi dengan pihak-pihak yang terlibat cukup banyak.
Sehingga terjalin kerjasama yang harmmonis dengan semua pihak.
Adapun tugas dari masing-masing personal sesuai dengan jabatanya adalah sebagai
berikut ;
A TEAM LEADER
9. Konsultasi dengan Dinas Teknis Bangunan atau Unit Satuan Kerja terkait
lainnya.
A. SURVEYOR
B. DRAFTER
C. TENAGA ADMINISTRASI
Tugas dan tanggung jawab seorang Administrasi antara lain:
D. OPERATOR KOMPUTER
Tugas dan tanggung jawab seorang Operator Komputer antara lain:
1. Memeriksa kelengkapan seperti rem, accu, oli, lampu, air radiator, ban dan
bahan bakar supaya dalam kondisi siap pakai.
2. Mengantarkan Team Leader/Tenaga Ahli dalam melaksanakan tugas sesuai
dengan perintah.
3. Memperbaiki kerusakan kecil kendaraan agar dapat berfungsi dengan baik.
4. Melakukan service dan pergantian suku cadang kendaraan yang sudah rusak.