UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2021 A. TAHAP 1: MELAKUKAN PROSEDUR PENILAIAN RISIKO Pada tahap 1 terdiri dari 7 bagian, yakni: 1. Identify relevant financial statement assertions Secara keseluruhan tujuan dari audit laporan keuangan adalah pernyataan opini apakah laporan keuangan klien disajikan secara wajar dan sesuai dengan GAAP. Assertion penting karena dapat membantu auditor dalam memahami bagaimana laporan keuangan mungkin salah saji dan membantu auditor mengumpulkan bukti. 2. Memahami entitas dan lingkungannya Untuk memberikan pendapat tentang apakah laporan keuangan suatu entitas disajikan secara wajar sesuai dengan SAK, auditor harus memahami substansi ekonomi yang mendasari bisnis entitas dan lingkungannya. oleh karena itu, penting untuk tim audit mengerti lingkungan kompetitif entitas di mana entitas menjual produk atau jasa, struktur biaya entitas, investasinya dalam kapasitas produktif, dan keputusannya mengenai investasi melalui penggunaan hutang, leases, atau ekuitas. 3. Make decisions about materiality Bagaimana konsep materialitas mempengaruhi proses audit? Pertama, auditor membuat pertimbangan tentang materialitas saat merencanakan untuk membuat keputusan penting tentang ruang lingkup audit. Auditor tidak perlu merencanakan audit untuk menemukan ommission atau kesalahan penyajian yang baik secara individual, atau secara agregat, tidak material. Dibutuhkan lebih banyak bukti untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa setiap kesalahan penyajian dalam persediaan tercatat 4. Melakukan prosedur analitis Prosedur analitis adalah evaluasi informasi keuangan yang dilakukan dengan studi tentang hubungan yang masuk akal antara data keuangan dan non keuangan. Standar auditing yang diterima secara umum mensyaratkan prosedur analitik yang akan dibentuk sebagai bagian dari perencanaan audit karena efektif dalam mengidentifikasi akun yang mungkin mengandung kesalahan penyajian laporan keuangan. 5. Mengidentifikasi risiko salah saji material termasuk risiko fraud Laporan audit standar menjelaskan bahwa audit dirancang untuk memperoleh keyakinan wajar bukan mutlak bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. karena audit tidak menjamin bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material, ada beberapa tingkat risiko bahwa laporan keuangan mungkin berisi salah saji yang tidak terdeteksi oleh auditor. 6. Mengembangkan strategi preliminary audit Auditor sering membuat keputusan awal tentang komponen model risiko audit dan mengembangkan strategi awal untuk pengumpulan bukti. Dalam audit berulang, auditor memulai audit dengan pengalaman sebelumnya dengan entitas. Setelah memperbarui pengetahuan tersebut untuk perubahan dalam entitas dan lingkungannya, dan melakukan beberapa prosedur perencanaan audit awal, auditor dapat mulai mengembangkan ekspektasi apakah pengendalian internal terus berfungsi seperti yang diharapkan, dan apakah ada faktor lain yang mungkin mengindikasikan potensi kesalahpahaman 7. Memahami internal control Auditor harus memperoleh pemahaman tentang sistem pengendalian internal entitas di setiap audit. auditor menggunakan pemahaman ini untuk: Mengidentifikasi jenis potensi salah saji. Pertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi risiko salah saji material Merancang nature,timing , dan extent prosedur audit lebih lanjut.
B. TAHAP 2: MENILAI RISIKO KESALAHAN MATERIAL
Tahap kedua ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu: Melihat hubungan risiko dengan potensi kesalahan penyajian laporan keuangan. Auditor harus menghubungkan faktor risiko yang diidentifikasi untuk melihat potensi terjadinya kesalahan penyajian dalam laporan keuangan, dan memahami efek-nya dalam laporan keuangan. Terdapat dua risiko yang harus dipahami, yaitu assertation level risks, yaitu tingkat risiko yang mempengaruhi hanya satu atau beberapa asertasi; dan financial statement risks, yaitu faktor risiko yang mempengaruhi laporan keuangan secara menyeluruh. Menentukan besarnya potensi kesalahan penyajian. Penentuan ini dilihat dari risiko-risiko yang berhubungan sebelumnya. Kesalahan kemudian dibedakan menjadi kesalahan immaterial dan potensi kesalahan yang terkumpul menjadi material. Oleh karena itu, auditor disarankan menggunakan penilaian professional. Menentukan kemungkinan kesalahan penyajian material. Dalam penentuan risiko dalam menghasilkan kesalahan material, auditor harus menentukan apakah risiko ini adalah inherent atau risiko pengendalian. Auditor kemudian harus waspada terhadap kesalahan material yang memiliki kemungkinan kecil terjadi. Menentukan risiko inherent yang signifikan. Risiko inheren yang signifikan ini biasanya ditentukan berdasarkan penilaian professional dari auditor sendiri dan tidak termasuk dengan konsiderasi auditor terhadap pengendalian internal.
C. TAHAP 3: RESPOND TERHADAP RISIKO YANG DINILAI
Berikut adalah respon umum berupa keputusan terhadap risiko yang dinilai, yaitu: Penyusunan pegawai dan supervise. Hal ini bisa dilakukan dengan penggunaan staff yang berpengalaman, spesialis, dan professional dalam keterikatan dan meningkatkan supervisi staff professional. Sifat pengujian audit. Sifat ini menentukan pilihan auditor dalam jenis bukti yang ingin mereka kumpulkan dalam audit. Prosedur ini terdiri atas risk assessment procedures, test of control, dan substantive tests. Waktu pengujian audit. Auditor dapat menetapkan tanggal pengujian pengendalian/substantive pada tanggal sementara, terkadang juga, auditor dapat melakukan sebuah pengujian tiba-tiba. Jangkauan pengujian audit. Ukuran sampel yang kecil yang digunakan, maka deteksi risiko semakin tinngi. Begitu pula sebaliknya. Respond terhadap risiko inherent. Tahap-tahap yang dilakukan sebagai respon efektif dalam risiko inheren yang siginifikan adalah (1) mengevaluasi efektivitas pengendalian internal terhadap risiko inheren; (2) auditor menguji efektivitas operasional dari pengendalian relevan terhadap risiko inheren; (3) auditor melakukan tes substantive yang responsive terhadap risiko ineheren signifikan; dan kecil kemungkinan prosedur analitis (sifat pengujian audit) dapat memberikan bukti asertasi terhadap risiko inheren siginifikan.
D. TAHAP 4: MELAKUKAN PROSEDUR AUDIT LEBIH LANJUT
Untuk melaksanakan renacana audit lebih lanjut, maka akan dilakukan orisedyr audit dengan pelayanan profesiional, yaitu: Prosedur penilaian risiko lebih lanjut. Penilaian risiko ini ditindaklanjuti bila bukti yang dikumpulkan berlawanan antar satu sama lain, atau bila terdapat memperoleh bukti kesalahan ppenyajian yang tidak konsisten dengan penilaian risiko sebelumnya. Tindak lanjut ini kemudian dilakukan untuk memahami risiko terlebih lanjut. Ujian pengendalian. Dalam pengujian ini, auditor tidak bisa hanya memperhatikan sebuah aktivitas pengendalian spesifik. Tetapi auditor harus mengumpulkan bukti kompeten yang cukup mengenai seluruh sistem pengendalian internal dan interaksi antar elemen pengndalian. Substantive tests. Pengujian ini dilakukan auditor untuk menurunkan rsiko audit dalam tingkat yang rendah dan memperoleh bukti substantive yang dapat dihandalan dan relevan dalam penilaian risiko.
E. TAHAP 5: EVALUASI BUKTI
Evaluasi bukti ini meliputi 3 langkah besar, yaitu: Reevaluasi prosedur penilaian risiko. Auditor harus menentukan apakah sebuah penelian dari risiko kesalahan penyajian dar sebuah tingkat asertasi, berada di level yang seharusnya. Penilaian kembali inidilakukan berdasarkan konsiderasi revisi dari sebuah risiko yang dniilai atau semua asertasi. Menentukan signifikansi bukti. Sebuah auditor harus menentukan signifikansi sebuah penyimpangan dari prosedur pengendalian internal dan signifikansi sebuah kesalahan atau penipuan yang ditemukan dalam audit. Dalam proses ini kemudian dilakukan evaluasi terhadap sebuah bukti dan menerapkan hasil evaluasi tersebut pada sebuah porsi pupulasi yang belu disampel. Membuat dan mendokumentasi kesimpulan. Kompetensi dan kecukupan sebuah bukti sendiri ditentukan oleh penilaian professional sebuah auditor, yang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Kelompok audit kemudian akan mendokumentasi pekerjaan mereka dalam berbagai dokumen. Contohnya hasil prosedur audit.
F. TAHAP 6: MENGKOMUNIKASI PENEMUAN AUDIT
Kunci terakhir dalam audit ini mengkomunikasikan penemuannya. Bentuk komunikasi ini terbagi menjadi tiga kategori, yaitu (1) Mengkomunikasikan penemuan laporan keuangan melalui laporan auditor dengan opini-opini; (2) Mengkomunikasikan masalah tertentu dengan manajemen dan dewan direktur; dan (3) Mengkomunikasian penemuan lainnya seperni pengukuran kinerja dan penilaian risiko bisnis.