Anda di halaman 1dari 5

BAB V

TINJAUAN TENTANG AUDIT LAPORAN KEUANGAN

OLEH:
Wandy Sito Andilolo (A031191080)
Audy Alifia Rudy (A031191084)
Yansen Pratama Kohar (A031191170)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
A. TAHAP 1: MELAKUKAN PROSEDUR PENILAIAN RISIKO
Pada tahap 1 terdiri dari 7 bagian, yakni:
1. Identify relevant financial statement assertions
Secara keseluruhan tujuan dari audit laporan keuangan adalah pernyataan opini
apakah laporan keuangan klien disajikan secara wajar dan sesuai dengan GAAP.
Assertion penting karena dapat membantu auditor dalam memahami bagaimana
laporan keuangan mungkin salah saji dan membantu auditor mengumpulkan bukti.
2. Memahami entitas dan lingkungannya
Untuk memberikan pendapat tentang apakah laporan keuangan suatu entitas
disajikan secara wajar sesuai dengan SAK, auditor harus memahami substansi
ekonomi yang mendasari bisnis entitas dan lingkungannya. oleh karena itu, penting
untuk tim audit mengerti lingkungan kompetitif entitas di mana entitas menjual produk
atau jasa, struktur biaya entitas, investasinya dalam kapasitas produktif, dan
keputusannya mengenai investasi melalui penggunaan hutang, leases, atau ekuitas.
3. Make decisions about materiality
Bagaimana konsep materialitas mempengaruhi proses audit? Pertama, auditor
membuat pertimbangan tentang materialitas saat merencanakan untuk membuat
keputusan penting tentang ruang lingkup audit. Auditor tidak perlu merencanakan
audit untuk menemukan ommission atau kesalahan penyajian yang baik secara
individual, atau secara agregat, tidak material. Dibutuhkan lebih banyak bukti untuk
memperoleh keyakinan memadai bahwa setiap kesalahan penyajian dalam
persediaan tercatat
4. Melakukan prosedur analitis
Prosedur analitis adalah evaluasi informasi keuangan yang dilakukan dengan studi
tentang hubungan yang masuk akal antara data keuangan dan non keuangan.
Standar auditing yang diterima secara umum mensyaratkan prosedur analitik yang
akan dibentuk sebagai bagian dari perencanaan audit karena efektif dalam
mengidentifikasi akun yang mungkin mengandung kesalahan penyajian laporan
keuangan.
5. Mengidentifikasi risiko salah saji material termasuk risiko fraud
Laporan audit standar menjelaskan bahwa audit dirancang untuk memperoleh
keyakinan wajar bukan mutlak bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji
material. karena audit tidak menjamin bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji
material, ada beberapa tingkat risiko bahwa laporan keuangan mungkin berisi salah
saji yang tidak terdeteksi oleh auditor.
6. Mengembangkan strategi preliminary audit
Auditor sering membuat keputusan awal tentang komponen model risiko audit dan
mengembangkan strategi awal untuk pengumpulan bukti. Dalam audit berulang,
auditor memulai audit dengan pengalaman sebelumnya dengan entitas. Setelah
memperbarui pengetahuan tersebut untuk perubahan dalam entitas dan
lingkungannya, dan melakukan beberapa prosedur perencanaan audit awal, auditor
dapat mulai mengembangkan ekspektasi apakah pengendalian internal terus
berfungsi seperti yang diharapkan, dan apakah ada faktor lain yang mungkin
mengindikasikan potensi kesalahpahaman
7. Memahami internal control
Auditor harus memperoleh pemahaman tentang sistem pengendalian internal entitas
di setiap audit. auditor menggunakan pemahaman ini untuk:
 Mengidentifikasi jenis potensi salah saji.
 Pertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi risiko salah saji material
 Merancang nature,timing , dan extent prosedur audit lebih lanjut.

B. TAHAP 2: MENILAI RISIKO KESALAHAN MATERIAL


Tahap kedua ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu:
 Melihat hubungan risiko dengan potensi kesalahan penyajian laporan
keuangan. Auditor harus menghubungkan faktor risiko yang diidentifikasi untuk
melihat potensi terjadinya kesalahan penyajian dalam laporan keuangan, dan
memahami efek-nya dalam laporan keuangan. Terdapat dua risiko yang harus
dipahami, yaitu assertation level risks, yaitu tingkat risiko yang mempengaruhi hanya
satu atau beberapa asertasi; dan financial statement risks, yaitu faktor risiko yang
mempengaruhi laporan keuangan secara menyeluruh.
 Menentukan besarnya potensi kesalahan penyajian. Penentuan ini dilihat dari
risiko-risiko yang berhubungan sebelumnya. Kesalahan kemudian dibedakan
menjadi kesalahan immaterial dan potensi kesalahan yang terkumpul menjadi
material. Oleh karena itu, auditor disarankan menggunakan penilaian professional.
 Menentukan kemungkinan kesalahan penyajian material. Dalam penentuan risiko
dalam menghasilkan kesalahan material, auditor harus menentukan apakah risiko ini
adalah inherent atau risiko pengendalian. Auditor kemudian harus waspada terhadap
kesalahan material yang memiliki kemungkinan kecil terjadi.
 Menentukan risiko inherent yang signifikan. Risiko inheren yang signifikan ini
biasanya ditentukan berdasarkan penilaian professional dari auditor sendiri dan tidak
termasuk dengan konsiderasi auditor terhadap pengendalian internal.

C. TAHAP 3: RESPOND TERHADAP RISIKO YANG DINILAI


Berikut adalah respon umum berupa keputusan terhadap risiko yang dinilai, yaitu:
 Penyusunan pegawai dan supervise. Hal ini bisa dilakukan dengan penggunaan
staff yang berpengalaman, spesialis, dan professional dalam keterikatan dan
meningkatkan supervisi staff professional.
 Sifat pengujian audit. Sifat ini menentukan pilihan auditor dalam jenis bukti yang
ingin mereka kumpulkan dalam audit. Prosedur ini terdiri atas risk assessment
procedures, test of control, dan substantive tests.
 Waktu pengujian audit. Auditor dapat menetapkan tanggal pengujian
pengendalian/substantive pada tanggal sementara, terkadang juga, auditor dapat
melakukan sebuah pengujian tiba-tiba.
 Jangkauan pengujian audit. Ukuran sampel yang kecil yang digunakan, maka
deteksi risiko semakin tinngi. Begitu pula sebaliknya.
 Respond terhadap risiko inherent. Tahap-tahap yang dilakukan sebagai respon
efektif dalam risiko inheren yang siginifikan adalah (1) mengevaluasi efektivitas
pengendalian internal terhadap risiko inheren; (2) auditor menguji efektivitas
operasional dari pengendalian relevan terhadap risiko inheren; (3) auditor melakukan
tes substantive yang responsive terhadap risiko ineheren signifikan; dan kecil
kemungkinan prosedur analitis (sifat pengujian audit) dapat memberikan bukti
asertasi terhadap risiko inheren siginifikan.

D. TAHAP 4: MELAKUKAN PROSEDUR AUDIT LEBIH LANJUT


Untuk melaksanakan renacana audit lebih lanjut, maka akan dilakukan orisedyr audit
dengan pelayanan profesiional, yaitu:
 Prosedur penilaian risiko lebih lanjut. Penilaian risiko ini ditindaklanjuti bila bukti
yang dikumpulkan berlawanan antar satu sama lain, atau bila terdapat memperoleh
bukti kesalahan ppenyajian yang tidak konsisten dengan penilaian risiko
sebelumnya. Tindak lanjut ini kemudian dilakukan untuk memahami risiko terlebih
lanjut.
 Ujian pengendalian. Dalam pengujian ini, auditor tidak bisa hanya memperhatikan
sebuah aktivitas pengendalian spesifik. Tetapi auditor harus mengumpulkan bukti
kompeten yang cukup mengenai seluruh sistem pengendalian internal dan interaksi
antar elemen pengndalian.
 Substantive tests. Pengujian ini dilakukan auditor untuk menurunkan rsiko audit
dalam tingkat yang rendah dan memperoleh bukti substantive yang dapat dihandalan
dan relevan dalam penilaian risiko.

E. TAHAP 5: EVALUASI BUKTI


Evaluasi bukti ini meliputi 3 langkah besar, yaitu:
 Reevaluasi prosedur penilaian risiko. Auditor harus menentukan apakah sebuah
penelian dari risiko kesalahan penyajian dar sebuah tingkat asertasi, berada di level
yang seharusnya. Penilaian kembali inidilakukan berdasarkan konsiderasi revisi dari
sebuah risiko yang dniilai atau semua asertasi.
 Menentukan signifikansi bukti. Sebuah auditor harus menentukan signifikansi
sebuah penyimpangan dari prosedur pengendalian internal dan signifikansi sebuah
kesalahan atau penipuan yang ditemukan dalam audit. Dalam proses ini kemudian
dilakukan evaluasi terhadap sebuah bukti dan menerapkan hasil evaluasi tersebut
pada sebuah porsi pupulasi yang belu disampel.
 Membuat dan mendokumentasi kesimpulan. Kompetensi dan kecukupan sebuah
bukti sendiri ditentukan oleh penilaian professional sebuah auditor, yang dipengaruhi
oleh berbagai faktor. Kelompok audit kemudian akan mendokumentasi pekerjaan
mereka dalam berbagai dokumen. Contohnya hasil prosedur audit.

F. TAHAP 6: MENGKOMUNIKASI PENEMUAN AUDIT


Kunci terakhir dalam audit ini mengkomunikasikan penemuannya. Bentuk
komunikasi ini terbagi menjadi tiga kategori, yaitu (1) Mengkomunikasikan penemuan
laporan keuangan melalui laporan auditor dengan opini-opini; (2) Mengkomunikasikan
masalah tertentu dengan manajemen dan dewan direktur; dan (3) Mengkomunikasian
penemuan lainnya seperni pengukuran kinerja dan penilaian risiko bisnis.

Anda mungkin juga menyukai