Anda di halaman 1dari 10

BAB.

I
PENDAHULUAN

Pedoman Pengerjaan Tugas Konstruksi Beton


1. Tujuan :

Pedoman ini ditulis dengan tujuan untuk :


 Memberikan review desain beton bertulang sesuai prosedur desain
berdasarkan SNI 03-2847-2002 dan SNI 03-1726-2002.
 Memberikan gambaran tahapan dalam mengerjakan tugas konstruksi beton
agar prosedur dan rumus-rumus yang digunakan sama untuk semua
mahasiswa.
 Membuat persepsi mengenai prosedur desain yang sama dan benar pada
semua asisten.
 Membuat sisitem penilaian yang sama untuk semua sisitem.

1.1. Masa berlaku :

Tugas struktur beton berlaku dalam satu semester,dapat di perpanjang selama satu
semester. Apabial sampai batas waktu belum selesai, maka harus mengambil soal
tugas baru

1.2. Sangsi :
Sangsi diadakan untuk mendorong motivasi mahasiswa untuk menyelesaikan tugas
pada tepat waktunya.
1.3. Pengerjaan
Pada dasarnya mahasisiwa diharapkan mengerjakan tugas konstruksi beton di rumah ,
dimana perkembangan dipantau setiap minggu an dengan pertemuan terjadwal seperti
halnya kuliah. Pertemuan mingguan tersebut bukan tempat bagi mahasiswa untuk
mengerjakan tugas tetapi sebagai tempat untuk mengikuti tutorial ,komunikasi dan
bertanya mengenai kesulitan yang dihadapi pada saat pengerjaan.
1.4. Asistensi (bimbingan) :
Kegiatan asistensi kepada asisten mahasiswa yang bersangkutan pada saat pertemuan
terjadwal mingguan atau tergantung kebijakan masing-masing asisten diluar jadwal
tersebut.
1.5. Kriteria Penilaian :
1. Sampai dengan pengerjaan pelat, balok anak , analisa struktur ( 40% ).
2. Balok portal dan kolom portal ( 70% ).
3. Hubungan balok kolom dan pondasi ( 85% ).
4. Gambar lengkap ( 100 % ).

2. Filosofi Perencanaan
Filosofi perencanaan bangunnan sipil pada umumnya adalah meyalurkan beban
struktur kepondasi dengan selamat.
Mekanisme penyaluran tadi bisa langsung berupa gaya aksial maupun tidak langsung
berupa momen, torsi dan geser. Semua mekanisme tadi menyalurkan gaya-gaya ke
pondasi dan pondasi sanggup memikulnya. Pada dasarnya pondasi akan sanggup
memikul atau menerima beban sebesar apapun yang di berikan kepadanya, akan tetapi
ia akan tenggelam kedalam tanah,segingga dicari suatu kompromi antara daya pikul
dan setlement yang dianggap layak.
2.1. Konsep Perencanaan Struktur Beton.
Pada dasarnya suatu struktur atau elemen struktur harus memenuhi dua kriteria yaitu :
 Kuat ( Strength )
 Layak ( seviceability )

Kuat berarti kemampuan struktur /elemen struktur lebih besar dari pada beban yang
yang bekerja.
yL < ϕ R ϕ R> U
ϕR : Kuat rencana
U : Kuat perlu
Layak berarti sruktur/elemen struktur lebutan, simpangan dan retakannya masih
dalam toleransi yang ada.
Kriteria tadi harus di penuhi kedua-duanya tidak boleh ada yang tidak memenuhi
syarat.
2.2. Struktur open frame dirancang menggunakan konsep Strong Column Weak Beam,
yang merancang kolom sedemikian rupa agar sendi plastis terjadi pada balok – balok
kecuali pada kolom paling bawah boleh terjadi sendi plastis dasar kolom.

3. Pra Rancang : (Preliminary Design )


3.1 Pengaturan Denah
Dalam pengaturan denah hal-hal berikut yang perlu mendapat perhatian :
 Fungsi Bangunan
 Peruntukan Ruang

3.2 Penentuan Dimensi Elemen Struktur


1. Pelat :
Tebal plat di perkirakan h = keliling plat /360 mm.
Bila ledutan plat tidak di hitung, maka tebal plat minimum harus memenuhi
SNI. Ps 8, ledutan harus dihitung bila tebal plat kurang dari syarat tersebut.
2. Balok :
Tinggi balok di perkirakan h = L/14, L20 atau menurut SNI Tabel 8
Lebar balok di perkirakan b = 2/3 h.
3. Kolom :
Ukuran kolom di perkiakan b x h = 3 x P / f’c
Dengan kata lain 30 % kapasitas penampang disiapkan untuk aksial dan 70 %
untuk momen. Kecuali yang disebut SNI ps.23.4

4. Pembebanan
Besarnya beban dapat dilihat pada PPIUG 1983.
Beban hidup yang bekerja pada sebuah elemen (pelat atu balok) akan sebesar nilai
pada PPIUG 1983, tetapi untuk sebuah struktur (elemen lebih dari satu yang kerja
sama ) besarnya boleh direduksi seperti beban seperti pada PPIUG 1983 tabel 3.3.
Disamping itu untuk perhitungan beban gempa, beban hidup dapat direduksi seperti
pada PPIUG 1983 tabel 3.3. Kombinasi beban dapat dilihat pada SNI ps.10.
5. Perhitungan Pelat
5.1 Pembebanan.
Beban yang bekerja pada plat di sesuaikan dengan fungsi ruangan dimana pelat
tersebut berada, lihat PPUG 1983, perhatikan kemungkinan pelat menompang tembok
atau beban khusus lainya.
5.2 Perhitungan Momen Lentur
Momen-momen yang bekerja pada pelat dapat dihitung dapat dihitung dengan
menggunakan analaisa-analisa pelat seperti :
 finite element
 inite differens

atau cara pendekatan berupa tabel-tabel seperti :


 Tabel Moody
 Tabel CI
 Tabel PBI 71
 Tabel Bares

Unuk penyelesaian ini disarankan menggunakan tabel-tabel yang ada, kecuali untuk
pelat-pelat berbentuk khusus. Pelat dengan beban khusus perlu juga di perhatikan
misalnya beban garis, beban titik, beban segitiga dan sebagainya.
5.3 Perhitungan Tulangan Pelat
Setelah momen-momen pelat didapat dari hitungan diatas, perhitungan kebutuhan
tulangan-nya dapat menggunakan tabel seperti pada tabel yang di buat oleh lab. Beton
atau tabel lain yang berlaku, seperti tabel gedeon.
5.4 Persyaratan Tulangan Pelat
Persyratan tulangan maksimum pelat seperti yang ditunjukan dalam SNI 12.3.3,
persyaratan tulangan minimum pelat seperti dalam SNI 12.5 atau 9.12
5.5 Kontrol Ledutan Plat
Ledutan balok dapat dihitung dengan mengunakan tabel lendutan pelat, persyratan
lendutan pelat dapat dilihat pada SNI tabel 9
5.6 Kontrol Retak Pelat
Kontrol retak pada pelat dapat dihitung dengan menggunakan rumus sederhana SNI
ps.12.6.4 atau rumus empiris lainya.
6. Perhitungan Tangga
6.1. Pembebanan
Beban yang bekerja pada balok sesuai denga PPIUG 1983, perhatikan kemungkinan
tangga mendukung tembok reiling.
6.2 Perhitungan Momen Lentur
Momen-momen yang bekerja tangga di hitung sesuai dengan sifat struktur tangga,
bila tangga di buat melayang lebih baik di hitung dengan software komputer untuk
analisis tiga dimensi atau dengan pendekatan lain agar perhitungan menjadi dua
dimensi saja, dan bila tangga terletak pada dua tumpuan dapat menggunakan
mekanika teknik biasa.
6.3 Perhitungan Tulangan Tangga
Setelah momen-momen tangga didapat dari hitungan di atas, perhitungan
kebutuhannya dapat menggunakan tabel seperti pada tabel yang dibuat oleh Lab.
Beton atau tabel lainya yang berlaku.
6.4 Persaratan Tulangan Tangga
Persyaratan tulangan maksimum tangga seperti yang ditunjukan dalam SKSNI ps
3.3.3.3,persyaratan tulangan minimum tangga seperti dalam SKSNI ps 3.3.5.2.
6.5 Kontrol Ledutan Tangga
Ledutan tangga dapat dihitung seperti SNI ps. 3.2.5, dan persyaratan seperti SNI tabel
3.2.5.(b).
6.6 Kontrol Retak Tangga
Kontrol retak tangga pada balok dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sederhana SNI ps. 3.3.6.4 atau rumus empiris lainya. SNI;02 : 12.6

7. Perhitungan Balok Anak :


7.1 Pembebanan.
Beban yang bekerja pada balok disesuaikan dengan fungsi ruangan dimana pelat
tersebut berada, lihat PPIUG 1983, perhatiakan kemungkinan balok mendukung
tembok, atau bahan lain (tegak lurus arah balok yang di tinjau).
7.2 Perhitungan Momen Lentur
Momen-momen yang bekerja pada balok anak dapat dihitung dengan menggunakan
koefisien momen seperti koefisien momen SNI ps.3.1.3.3 atau dengan cara analitis
lainya.
7.3 Perhitungan Tulangan Balok
Setelah momen balok didapat dari hitungan di atas, kebutuhan tulangannya dapat
menggunakan tabel seperti pada tabel yang dibuat oleh lab. Beton atau tabel lainya
yang berlaku.
7.4 Persyaratan Tulang Balok
Persyaratan tulangan maksimum balok seperti yang ditunjukan dalam SKSNI ps
3.3.3.3,persyaratan tulangan minimum balok seperti dalam SKSNI ps 3.3.5.2
7.5 Kontrol Lendutan Balok
Kontrol ledutan balok dapat dihitung seperti pada SKSNI ps 3.2.5, dengan
menggunakan tabel lendutan balok, persyaratan lendutan balok dapat dilihat pada
SKSNI tabel 3.2.5. (b)
7.6 Kontol Retak Balok
Kontrol letak pada balok dapat dihitung dengan menggunakan rumus sederhana SNI
ps. 3.3.6.4 atau rumus empiris lainya.
Jumlah balok anak yang dihitung : minimum 2 macam Balok .

8. Analisa Struktur
Analisa struktur dapat dilakukan dengan menggunakan software komputer (seperti
SAP 2000) atau analisa struktur lainya (cross, takabeya, dsb).
Bila menggunakan software komputer bisa pula dilakukan analisa 3 dimensi sehingga
kerja keras yang dilakukan dibalas dengan kemudahan mengetahui gaya dalam
elemen struktur dan efek torsi sudah diperhitungkan juga.
8.1. Permodelan Struktur
Struktur beton dimodelkan sebagai struktur rangka terbuka (open frame) yang
mungkin di sertai dengan satu atau beberapa dinding geser (shear wall), dan lantai
dimodelkan sebagai diafragma kaku (rigit diapragm).
Kolom-kolom bawah dianggap terjepit penuh pada level poer bila menggunakan
pondasi tiang pancang yang lebih dari 3 buah, bila menggunakan tiang pancang
berjumlah 2 buah atau kurang kolom harus dianggap terjepit elastis, bila pondasi yang
dipakai adalah pondasi setempat maka kolom karus dianggap terletak pada sendi dan
sloof harus disertakan di dalam model strukturnya. Bila struktutr di modelkan sebagai
portal dua dimensi, maka harus ditinjau portal arah tegak lurusnya, agar suatu kolom
di perhitungkan akan diwakili oleh dua arah yang portal yang saling tegak lurus (efek
biaksial kolom terwakili).
8.2. Pembebanan Struktur
Beban yang di terima struktur akibat dari :
 Berat sendiri struktur dan elemen-elemen yang di topangnya seperti pelat,
balok anak, tangga, maupun dinding didalam gedug.
 Beban hidup, sesuai fungsinya seperti pada PPIUG 1983.
 Beban gempa sesuai dengan PPTGIUG 1983.
 Kombinasi pembebanan seperti SNI ps. 3.2.2, atau pada SNI 02 : ps 11.2.

8.3 Pengecekan kebesaran Analisa Struktur


 Hasil analisa struktur harus diyakini kebenaranya dengan cara :
Jumlah reaksi vertikal di dapt dari analisa harus mendekati dengan berat
seluruh gedung (termasuk dinding –dinding).

 Jumlah reaksi horisontal akibat gempa, paling tidalk 90 % dari gaya geser
dasar seperti pada PPTGIUG 1983 ps. 3.5.2.2.

9. Penulangan Struktur Utama


9.1. Balok
 Tulangan Memanjang
Momen-momen hasil analisa struktur di gunakan untuk menghitung kebutuhan
tulangan memanjang balok, baik tumpuan maupun lapangan. Perhitungan
keperluan tulangan ini dapat menggunakan tabel yang ada.
Yang perlu di perhatikan dalam menghitung tulangan balok adalah kebutuhan
tulangan tekan tumpuan dan lapangan balok harus sedemikian sehingga
daktilitas penampang tercukupi untuk itu syarat SNI ps. 23.3 harus dipenuhi.
Rasio tulangan : ρ minimum 1,4 / fy
ρ maksimum = pada SNI ps 23.3.2.
9.1.2. Sengkang
Karena konsep desain kapasitas struktur beton tahan gempa adalah strong colom
weak beam concept. Untuk menjami bahwa pada pembentukan sendi plastis pada
balok tidak terjadi keruntuhan akibat gesernya., maka desain geser penampang balok
tidak berdasarkan gaya geser hasil analisa struktur, tetapi gaya geser yang
ditimbulakan bila balok tersebut terjadi sendi plastis pada kedua ujungnya. Besarnya
gaya geser akibat terjadinya sendi plastis pada kedua ujung balok dapat dilihat pada
SNI ps. 23.3. selanjutnya penulangan dapat dihitung menggunakan tabel atau cara
analisis sepserti pda SNI ps 23.4, tetapi untuk daerah potensi terjadi sendi plastis,
konstribusi geser oleh beton Vc sama dengan nol (tidak boleh dimaanfaatkan), daerah
yang dimaksud adalah 2 kali tinggi balok. Diluar daerah sendi plastis, Konstribusi
beton boleh dimanfaatkan.
9.1.3. Pemutusan tulangan
Pemutusan tulangan harus direncankan dari momen envelope yang terjadi pada semua
kombinasi beban (kecuali kombimnasi 4 x beban gempa). Dengan panjang penyaluran
seperti pada SNI ps. 3.14.6.2
Detaling
 Pemasangan tulangan memanjang harus memenuhi SNI ps. 3.16.6
 Kiat-kiat yang dipakai harus memenuhi SNI ps. 3.16.1 dan 3.16.2. atau
SNI’02 : 14
 Sengkang harus memenuhi SNI ps. 3.16.11 dan 3.14.3.3

9.2 Kolom
9.2.1. Penulangan memanjang
Karena strong colom weak bema concept yang dipakai pada desain struktur beton
tahan gemapa maka besarnya momen yang dipakai dalam menghitung tulangan kolom
tidak diambil dari analisa struktur, hal ini untuk menjamin bahwa pada saat balok
leleh (terjadi sendi plastis pada setiap ujungnya) kekuatan kolom tidak sama dengan
kapasitas balok tersebut. Sehingga besarnya momen yang di pakai pada desain kolom
adalah seperti SNI ps. 3.14.4.2, sedangkan gaya aksialnya adalah seperti SNI ps.
3.14.4.3.
Dengan demikian desain kolom tidak menggunakn gaya-gaya yang dihasilkan oleh
analisa struktur sama sekali.
9.2.2. Sengkang
Dengan alasan yang sama, sengkang kolom juga tidak di desain menggunakan gaya-
gaya yang ada dari analisa struktur, tetapi menggunakan SNI ps. 3.14.7.2 selanjutnya
penulangan dapat dihitung manggunakan tabel atau cara analisis seperti pada SNI
ps.3.4.3 tetapi untuk daerah potensi terjadi sendi plastis maka kontribusi geser oleh
beton Vc sama dengan nol (tdak boleh dimanfaatkan), daerah yang dimaksud adalah 2
kali tinggi kolom (arah yang ditinjau). Diluar daerah itu konstribusi boleh
dimanfaatkan.
9.2.3. Detaling
 Pemasangan tulangan memanjang harus memenuhi Sni ps. 3.14.4.3
 Sengkang harus memenuhi SNI ps 3.14.4.4 dan ps 3.14.3.3

9.2.4. Hubungan Balok Kolom


Agar kolom utuh pada selama terjadi gempa, maka terbentuknya sendi plastis pada
balok harus terjadi di muka kolom (tidak boleh merusak kolom), untuk menyakinkan
hal ini maka hubungan kolom-kolom harus didesain sedemikian agar paling tidak
sama dengan kapasitas balok.
Adapun proseduryang diikuti adalah seperti SNI ps 4.14.6 dan SNI’02.5

10. Perhitungan Pondasi


Pada dasarnya persyaratan desain pondasi sama dengan elem struktur atas yaitu :
 Kuat
 Layak

Kuat berarti kemampuan pondasi lebih besar dari pada beben yang bekerja. Layak
berarti setlement pondasi dan perbedaaan setlemeny (deferensial setlement) masih
dalam toleransi dan tidak mengakibatkan kerusakan pada struktur syarat. Yang perlu
diketahui dalam perhitungan pondasi adalah kapasitas dukung pondasi, dengan begitu
akan dapat dibandingkan dengan gaya yang bekerja. Perlu dicatat bahwa beban yang
bekerja untuk pengecekan pondasi adalah beban kerja/service load (tanpa faktor
beban).
10.1. Pemilihan Tipe pondasi
Pemilihan tipe pondasi ini akan sangat di tentukan oleh beberapa faktor :
 Jenis tanah
 Beban yang bekerja
 Fungsi bangunan
 Perfirmance yang diminta
10.2. Pondasi Tiang
Pondasi tinag dapat saja di desain dengan menggunakan konsep ductile seperti
bangunan atas, akan tetapi bila di landa gempa maka perbaikan pondasi akan sangat
tidak dimungkinkan atau akan memerlukan biaya cukup mahal, untuk itu dipilih
konsep desain dimana pondasi berprilaku elastis selama gempa terjadi. Dengan
mengganggap bahwa momen 23 yang terjadi dipikul oleh sloof,maka pondasi tiang
tidak di hitung menerima momen, beban aksial pondasi tiang hanya di tentukan oleh
beban mati dan hidup yang tereduksi saja.
Untuk beban geser yang mengakibatkan bejerjanya momen pada tiang.pndasi (Lihat
Bowles) maka gaya geser tadi harus dikalikan dengan faktor yang struktural over
strength yang besarnya 2.8 (untuk open frame ), memen pada tiang pondasi dihitung
setelah mengalikan gaya geser kolom terbawah dengan faktor 2.8 selanjutnya
perhitungan penulangan momen dan geser mengikuti yang sudah ada.
10.3. Perhitungan kapasitas pondasi
Pondasi tiang pancang lihat mata kuliah pondasi.

11. Data Bangunan


Data bangunan ini terlampir pada soal desain struktur beton dan telah ditetapkan.

Anda mungkin juga menyukai