Anda di halaman 1dari 4

BAHAN UAS SEJARAH INDONESIA KELAS 12

KISI-KISI Sejarah Indonesia;


1. Perjuangan thp Disintegrasi bangsa;
2. Demokrasi Liberal;
3. Demokrasi Terpimpin;
4. Orde Baru;

USAHA PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA


A. Perjuangan Bersenjata
Tanggal, Nama, dan
No. Tokoh Sebab Jalannya Peristiwa
Tempat Peristiwa
1. 19 September 1945, Arek-arek Belanda mengibarkan bendera Masyarakat Surabaya menurunkan bendera tsb, merobek warna
Peristiwa Bendera Surabaya Belanda di atap Hotel Yamato birunya dan mengibarkan kembali benderanya
Surabaya, Hotel
Tunjungan
2. 20 Oktober 1945,  Brigadir Secara diam-diam sekutu Pasukan Angkatan Muda di bawah Pimpinan Sastrodihardjo
Pertempuran Ambarawa Jenderal diboncengi NICA dan melawan sekutu. Sekutu merasa terjepit dan melarikan diri ke
Bethel mempersenjatai para bekas Semarang
 Kolonel tawanan perang di Ambarawa dan
Soedirman Magelang
3. 9 Oktober 1945,  Brigadir Tawanan Medan yang dibebaskan Sekutu memasang papan-papan yang bertuliskan Fixed Boundaries
Pertempuran Medan Area Jenderal sekutu bersikap congkak sehingga Medan Area di berbagai sudut pinggiran kota Medan. Rakyat
T.E.D. Kelly menyebabkan terjadinya insiden dengan gigih membalas setiap aksi yang dilakukan pihak Inggris
 Achmad di beberapa tempat dan NICA. Pada bulan April 1946 pasukan Inggris berhasil
Tahir mendesak pemerintah RI ke luar Medan
4. 17 Oktober 1945,  Moh. Toha
Bandung Lautan Api,
Indisch Restaurant
5. 2-3 Maret 1946, Puputan  I Gusti I Gusti Ngurah Rai I Gusti Ngurah Rai dan pasukan Belanda bertarung dengan sengit
Margarana di Bali Ngurah Rai mempertahankan Bali yang bukan dan berujung kematian bagi I Gusti Ngurah Rai
termasuk Indonesia dalam
pengakuan de facto Belanda,
sehingga Belanda melawan untuk
mengusir Gusti Ngurah Rai dari
Bali
6. 12 Oktober 1945,  Carmichael Sekutu bukan melaksanakan Rakyat membalas dengan sengit, kemenangan pun berpihak pada
Pertempuran di tugasnya yang mengharuskannya rakyat kali ini dan memakan korban banyak dari Belanda
Palembang untuk mengamankan Palembang,
namun cenderung membantu
Belanda dalam menguasai
Palembang
7. 15-20 Oktober 1945,  Dr. Kariadi Sumber air minum diracuni Dr. Kariadi mendapat telepon bahwa ia harus mengecek Reservoir
Pertempuran Lima Hari di  Mayor Siranda karena berita Jepang menebarkan racun. Saat perjalanan,
Semarang Kido Dr. Kariadi ditembak tentara Jepang, dibawa ke rumah sakit dan
gugur
B. Perjuangan Diplomasi
Tanggal, Nama, & Tempat
No Tokoh Hasil
Peristiwa
1. 10-15 November 1946,  Schermerhorn (BLD) a) Belanda mengakui de facto kekuasaaan RI atas Sumatera, Jawa, dan Madura
Perundingan Linggarjati  Sutan Syahrir (INA) b) Belanda dan RI bersama-sama menyelanggarakan berdirinya Negara Indonesia
Serikat
 Lord Killearn (ING)
c) Negara Indonesia Serikat tetap bekerja sama dengan pemerintah Belanda dengan
membentuk Uni-Indonesia Belanda dengan Ratu Belanda sebagai kepala Uni

2. 17 Januari 1948, Perjanjian  Amir Syafirudin (INA) a) Belanda tetap berdaulat pada RI sampai terbentuk RIS
Renville  Abdul Kadir b) RIS mempunyai kedudukan sejajar dengan Belanda dalam Uni Indonesia Belanda
c) RI merupakan bagian dari RIS
Wijoyoatmodjo (BLD)
3. 7 Mei 1949, Perundingan Roem-  Muh. Roem (INA) a) Perhentiantembak menembak
Royen  J. H. Van Royen (BLD) b) Pengembalian RI ke Yogya
c) Segera diadakan KMB di Den Haag
4. 23 Agustus – 2 September 1949,  Moh. Hatta a) Indonesia menjadi negara RIS
Konferensi Meja Bundar  BFO b) TNI menjadi tentara RIS
c) Semua hutang bekas Hindia Belanda dipikul RIS
 Mr. Van Maarsevenq
5. Tahap 1 19-22 Juli 1949 di •BFO a) Negara yang dibentuk diberi nama RIS
Yogya •RI b) RIS tetap memakai bendera merah putih
Tahap II 31 Juli – 2 Agustus di c) Tanggal 17 Agustus adalah hari kemerdekaannya
Jakarta, Konferensi Inter
Indonesia
6. 26 Oktober 1947, Komisi Tiga •Paul van Zeeland Tiga negara yang terpilih adalah Beliga, Amerika, Australia
Negara •Richard Kirby
•Dr. Frank Graham

DEMOKRASI TERPIMPIN (1959-1966)


Demokrasi terpimpin di Indonesia dimulai sejak dikeluarkannya Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959. Demokrasi terpimpin di Indonesia dimaksudkan oleh Sukarno
sebagai demokrasi yang sesuai dengan kepribadian bangsa, yang berbeda dengan system demokrasi liberal yang merupakan produk dari barat, tetapi pada pelaksanaannya,
Demokrasi Terpimpin mengalami bentuk macam penyimpangan.
Penyimpangan-penyimpangan tersebut diakibatkan oleh terpusatnya kekuatan politik pada Presiden Soekarmo. Era tahun 1959 sampai dengan 1966 merupakan era
Soekarno, yaitu ketika keijakan-kebijakan Presiden Soekarno sangat mempengaruhi kondisi politik Indonesia
Kebijakan Pemerintah Setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959
A. Pembentukan MPRS
Sesuai dengan diktum dekrit, maka Presiden Soekarno membentuk Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara berdasarkan Penpres no.2 tahun 1959. Seluruh anggota MPRS
tidak diangkat melalui pemilihan umum, tetapi diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan 3 syarat, yaitu :
1. Setuju kembali kepada UUD 1945
2. Setia kepada perjuangan RI
3. Setuju kepada manifesto politik
Dalam siding-sidangnya, MPRS telah mengeluarkan beberapa kebijakan penting seperti :
1. Penetapan manifesto politik RI sebagai bagian dari GBHN
2. Penetapan Garis-garis Besar Pembangunan Nasional Berencana tahap 1 (1961-1969)
3. Menetapkan Presidan Soekarno sebagai Presiden seumur hidup

B. Pembentukan DPAS
DPAS dibentuk oleh Presiden Soekarno, dan diketuai langsung oleh Presiden sendiri, dan yang menjadi wakil ketua adalah Ruslan Abdul Gani
C. Pembentukan Kabinet Kerja
Kabinet kerja dipimpin oleh Presiden Soekarno sebagai Perdana Menteri dan Ir. Juanda sebagai menteri pertama
D. Pembentukan Front Nasional
Front Nasional merupakan lembaga ekstra parlementer yang dibentuk dengan tujuan :
1. Menyelesaikan revolusi nasional Indonesia
2. Melaksanakan pembangunan semesta nasional
3. Mengembalikan Irian Jaya ke wilayah RI
E. Penataan Organisasi Pertahanan dan Keamanan
Penataan ini meliputi digabungkannya TNI dan Polri kedalam satu wadah yaitu ABRI, sehingga dengan demikian ABRI terdiri dari Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara,
dan Angkatan Kepolisian
F. Penyederhanaan Partai-partai Politik
Penyederhanaan yang dimaksud adalah pembubaran partai-partai politik yang tidak sesuai dengan Penpres no.7 tahun 1959
G. Penyederhanaan Ekonomi
1. Pembentukan Depernas
2. Melakukan Devaluasi mata uang rupiah
3. Mengeluarkan peraturan dibidang ekspor-impor (peraturan 26 mei)
4. Mengeluarkan Deklarasi Ekonomi (Dekon)
5. Membentuk BadanMusyawarah Pengusaha Swasta Nasional (Bamunas)
Penyimpangan-Penyimpangan Pemerintah Pada Masa Demokrasi terpimpin
Dikeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 oleh Presiden Soekarno dimaksudkan untuk melaksanakan kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia agar sesuai dengan UUD
1945. Tetapi pada pelaksanaannya, pemerintah khususnya Presiden Soekarno banyak melakukan penyimpangan-penyimpangan terhadap UUD 1945 itu sendiri, di antaranya
sebagai berikut :
A. Penyimpangan di Bidang Kebijakan Dalam Negeri
1. Kedudukan Presiden
Berdasarkan UUD 1945, kedudukan Presiden berada di bawah MPR. Akan tetapi, kenyataannya bertentangan dengan UUD 1945, sebab MPRS tunduk kepada
Presiden.
2. Pembentukan MPRS oleh Presiden
3. Penetapan jabatan Presiden Soekarno sebagai Presiden RI seumur hidup oleh MPRS
4. Pembubaran DPR hasil pemilu 1955 dan Pembentukan DPR-GR
5. Pembentukan DPASLembaga ini diketuai oleh Presiden sendiri
6. Mengumumkan ajaran Nasakom (Nasionalis/PNI, Agama/NU, komunis/PKI)
7. Adanya ajaran RESOPIM(Revolusi, Sosialisme Indonesia, dan Pimpinan Nasional) adalah untuk memperkuat kedudukan Presiden Sukarno
B. Penyimpangan di Bidang Kebijakan Luar Negeri
1. Politik konfrontasi dengan pembagian dunia menjadi 2 bagian, yaitu Oldefo (Old Establishes Forces/Negara-negara kapitalis imperialis) dan Nefo (New Emerging
Forces/Negara-negara progresif revolusioner)
2. Melaksanakan politik Mercu Suar (pembangunan proyek-proyek raksasa, komplek olahraga senayan, Jakarta by pass, Monumen Nasional(Monas), Jembatan Ampera)
3. Menyelenggarakan Ganefo (Games of the New Emerging Forces) yang sebagian besar pesertanya adalah Negara-negara komunis
4. Membentuk Poros Jakarta-Peking

GERAKAN 30 SEPTEMBER 1965

A. Latar Belakang
Pada masa Demikrasi Terpimpin muncul 2 kekuatan yang saling bersaing yaitu Angkatan Darat dan PKI
B. Tokoh
PKI = D.N Aidit (Ketua PKI), dan Lelkol Untung (pemimpin G.30 S)

C. Jalannya Peristiwa :
Malam hari tanggal 30 September 1965 sekelompok militer melakukan penculikan dan pembunuhan terhadap sejumlah perwira tinggi Angkatan Darat. Kelompok ini
menamakan dirinya Gerakan 30 September (G.30 S) dibawah pimpinan Lelkol Untung. Selain melakukan penculikan mereka juga menguasai 2 sarana penting
komunikasi yaitu RRI Pusat dan gedung pusat Telekomunikasi
D. Akhir Peristiwa :
Penumpasan G.30 S/ PKI dipimpin oleh Pangkostrad Mayjen Soeharto. Mayjen Soeharto memerintahkan Kolonel Sarwo Edi Wibowo dengan hasil :
1. Tgl 1 Oktober 1965 berhasil menguasai kembali RRI Pusat dan gedung pusat Telekomunikasi.
2. Tgl 2 Oktober 1965 menguasai lapangan udara Halim Perdana Kusuma yang dijadikan basis PKI
3. Tgl 3 Oktober 1965 pencarian jenasah para perwira AD yang diculik atas petunjuk dari seorang polisi (Sukiman) berhasil mengetahui tempat jenasahnya di
sumur tua lubang buaya.
4. Tgl 5 Oktober 1965 bertepatan dengan HUT ABRI dilaksanakan pemakaman jenasah ditaman makam Pahlawan Kalibata Jakarta.

E. Korban Gerakan 30 September 1965 :

 Letjen TNI Ahmad Yani


 Mayjen TNI Raden Suprapto
 Mayjen TNI Mas Tirtodarmo Haryono
 Mayjen TNI Siswondo Parman
 Brigjen TNI Donald Isaac Panjaitan
 Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo
Jenderal TNI Abdul Harris Nasution yang menjadi sasaran utama, selamat dari upaya pembunuhan tersebut. Sebaliknya, putrinya Ade Irma Suryani Nasution dan ajudan beliau,
Lettu CZI Pierre Andreas Tendean tewas dalam usaha pembunuhan tersebut.
Selain itu beberapa orang lainnya juga turut menjadi korban:
 Bripka Karel Satsuit Tubun (Pengawal kediaman resmi Wakil Perdana Menteri II dr.J. Leimena)
 Kolonel Katamso Darmokusumo (Komandan Korem 072/Pamungkas, Yogyakarta)
 Letkol Sugiyono Mangunwiyoto (Kepala Staf Korem 072/Pamungkas, Yogyakarta)
Lahirnya Orde Baru

Sejak gerakan 30 September 1965 berhasil ditumpas, Presiden Soekarno belum bertindak tegas terhadap G 30 S/PKI. Hal ini menimbulkan ketidaksabaran di kalangan
mahasiswa dan masyarakat. Pada tanggal 26 Oktober 1965 berbagai kesatuan aksi seperti KAMI, KAPI, KAGI, KASI, dan lainnya mengadakan demonsrasi. Mereka membulatkan
barisan dalam Front Pancasila. Dalam kondisi ekonomi yang parah, para demonstran menyuarakan Tri Tuntutan Rakyat (Tritura).
Pada tanggal 10 Januari 1966 dipelopori oleh KAMI para demonstran mendatangi DPR-GR dan mengajukan TRITURA yang isinya:
1. Pembubaran PKIdan ormas-ormasnya,
2. Bersihkan kabinet Dwikora dari unsur-unsur G 30 S/PKI, dan
3. Penurunan harga/Perbaikan Ekonomi
Menghadapi aksi mahasiswa, Presiden Soekarno menyerukan pembentukan Barisan Soekarno kepada para pendukungnya. Pada tanggal 23 Februari 1966 kembali
terjadi demonstrasi. Dalam demonsrasi tersebut, gugur seorang mahasiswa yang bernama Arif Rahman Hakim. Oleh para demonstran Arif dijadikan Pahlawan Ampera. Ketika
terjadi demonsrasi, presiden merombak kabinet Dwikora menjadi kabinet Dwikora yang Disempurnakan. Oleh mahasiswa susunan kabinet yang baru ditentang karena banyak
pendukung G 30 S/PKI yang duduk dalam kabinet, sehingga mahasiswa memberi nama Kabinet Gestapu.
Saat berpidato di depan sidang kabinet tanggal 11 Maret 1966, presiden diberitahu oleh Brigjen Subur. Isinya bahwa di luar istana terdapat pasukan tak dikenal. Presiden
Soekarno merasa khawatir dan segera meninggalkan sidang. Presiden bersama Dr. Soebandrio dan Dr. Chaerul Saleh menuju Istana Bogor. Tiga perwira tinggi TNI AD yaitu Mayjen
Basuki Rahmat, Brigjen M. Yusuf, dan Brigjen Amir Mahmud menyusul presiden ke Istana Bogor. Tujuannya agar Presiden Soekarno tidak merasa terpencil. Selain itu supaya yakin
bahwa TNI AD bersedia mengatasi keadaan asal diberi kepercayaan penuh. Oleh karena itu Presiden memberi mandat kepada Letjen Soeharto untuk memulihkan keadaan dan
kewibawaan pemerintah. Mandat itu dikenal sebagai Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar). Keluarnya Supersemar dianggap sebagai tonggak lahirnya Orde Baru.
Supersemar pada intinya berisi perintah kepada Letjen Soeharto untuk mengambil tindakan yang dianggap perlu untuk terjaminnya keamanan dan kestabilan jalannya pemerintahan.
Selain itu untuk menjamin keselamatan presiden.
Arti penting SUPERSEMAR bagi bangsa Indonesia :.

1. Menjadi tonggak lahirnya Orde Baru.


2. Dengan Supersemar, Letjen Soeharto mengambil beberapa tindakan untuk menjamin kestabilan jalannya pemerintahan dan revolusi Indonesia.
3. Lahirnya Supersemar menjadi awal penataan kehidupan sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

Kedudukan Supersemar secara hukum semakin kuat setelah dilegalkan melalui Ketetapan MPRS No. IX/ MPRS/1966 tanggal 21 Juni 1966. Sebagai pengemban dan pemegang
Supersemar, Letnan Jenderal Soeharto mengambil beberapa langkah strategis berikut.

1. Pada tanggal 12 Maret 1966 menyatakan PKI sebagai organisasi terlarang dan membubarkan PKI termasuk ormas-ormasnya.
2. Pada tanggal 18 Maret 1966 menahan 15 orang menteri yang diduga terlibat dalam G 30 S/PKI.
3. Membersihkan MPRS dan DPR serta lembaga-lembaga negara lainnya dari pengaruh PKI dan unsur-unsur komunis.

PEMERINTAHAN ORDE BARU(1966-1998)

PENGERTIAN ORDE BARU


Orde Baru adalah suatu masa pemerintahan yang mempunyai sikap dan tekad untuk mengabdi pada kepentingan rakyat dan nasional dengan dilandasi oleh
semangat dan jiwa Pancasila serta UUD 1945.
Lahirnya Orde Baru diawali dengan dikeluarkannya Surat Perintah 11 Maret 1966(SUPERSEMAR) dan berakhir setelah Presiden Soeharto lengser dari
jabatannya 21 Mei 1998).
Pada tanggal 12 Maret 1967, Jenderal Soeharto secara resmi dilantik sebagai Presiden Republik Indonesia yang kedua, maka secara resmi Presiden
Soeharto menjalankan pemerintahan Orde Baru.
Kebijakan Pemerintah Orde Baru (ORBA)
a. Kebijakan Politik Dalam Negeri
1. Penataran P-4
Mensosialisasikan Pancasila sebagai satusatunya asas partai dan organisasi massa. Pemerintah Orde Baru juga menggalakkan program
penataran P4 (Pedoman Penghayatan, dan Pengamalan Pancasila). Tujuan dari penataran P4 dikenal dengan Ekaprasetia Pancakarsa
adalah Manusia Pancasila. Manusia Pancasila adalah manusia daam keadaan apapun selalu konsisten dan konsekuen mengamalkan Pancasila.
2. Dwi Fungsi ABRI
Upaya untuk menciptakan stabilitas politik yang ditempuh oleh Orde Baru yaitu dengan menerapkan peran ganda ABRI / Dwi Fungsi ABRI.
Peran ganda itu adalah peran hankam (pertahanan dan keamanan) dan sosial.
3. Menyederhanaan Partai Politik
Melakukan penyederhanaan partai politik. Pada masa Orde Lama, terjadi ketidakstabilan politik karena ada banyak partai politik. Pemerintah
Orde Baru mengambil kebijakan untuk mengurangi jumlah partai-partai di Indonesia. Partai-partai yang ada tidak dibubarkan, tetapi diminta untuk
digabung (fusi) berdasarkan persamaan program. Penggabungan itu menghasilkan tiga kekuatan sosial politik, yaitu: Partai Persatuan
Pembangunan (PPP), Golongan Karya, dan Partai Demokrasi Indonesia.
4. Pemilu
Melaksanakan pemilihan umum secara berkala. Sejak berkuasa hingga runtuh, pemerintah Orde Baru telah melaksanakan enam kali pemilu.
Pemilu pertama dilaksanakan pada tahun 1971 (diikuti 10 Parpol). Selanjutnya pemilu dilaksanakan setiap lima tahun sekali (1977, 1982, 1987,
1992, dan 1997) yang diikuti oleh 3 Parpol.

b. Kebijakan Politik Luar Negeri


1. Kembalinya Indonesia menjadi anggota PBB.
Indonesia yang pada waktu Demokrasi Terpimpin keluar dari keanggotaan PBB (7 Januari 1965), karena Malaysia diterima menjadi anggota
PBB. Namun pada tanggal 28 September 1966 Indonesia masuk kembali menjadi anggota PBB.
2. Menghentikan Konfrontasi dengan Malaysia.
Pada tanggal 11 Agustus 1966 Konfrontasi dengan Malaysia dihentikan ditandai dengan penandatanganan Perjanjian Bangkok menyebabkan
Normalisasi hubungan Indonesia dan Malaysia.
3. Memprakarsai berdirinya ASEAN
Pada tanggal 8 Agustus 1967 ditandatanganinya Deklarasi Bangkok oleh 5 orang Menteri Luar Negeri Asia Tenggara,
4. Aktif dalam menyelesaikan sengketa Internasional
5. Ikut aktif dalam organisasi Internasional: PBB, Non Blok, ASEAN, OKI, APEC, OPEC, KAA.

c. Kebijakan Ekonomi
1. Pembangunan Nasional
Tujuan pembangunan nasional adalah menciptakan masyarakat adil dan makmur yang merata materiil dan spiritual berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.Pelaksanaan pembangunan tersebut bertumpu kepada Trilogi Pembangunan dan Delapan Jalur
Pemerataan.
Pola pembangunan nasional, tertuang dalam GBHN, yaitu Pola Pembangunan Nasional Jangka Pendek 5 tahun (Pelita) dan Pola
Pembangunan Jangka Panjang 25 Tahun.
Pembangunan Lima Tahun (Pelita) selama masa Orde Baru dilaksanakan sebanyak 6 periode dan dinilai sangat berhasil mengadakan
pembangunan disegala bidang. Oleh sebab itu Presiden Soeharto mendapat gelar sebagai Bapak Pembangunan.
2. Revolusi Hijau
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam sektor pertanian masa Orde Baru diIndonesia mendorong munculnya Revolusi Hijau.
Revolusi Hijau pada dasarnya adalah suatu perubahan cara bercocok tanam dari cara tradisional ke cara modern. Revolusi Hijau ditandai
dengan makin berkurangnya ketergantungan petani pada cuaca dan alam, digantikan dengan peran ilmu pengetahuan dan teknologi dalam upaya
meningkatkan produksi pangan. Revolusi Hijau sering disebut juga Revolusi Agraria. Pengertian agraria meliputi bidang pertanian, perkebunan,
peternakan, perikanan, dan kehutanan.
Revolusi Hijau di Indonesia diformulasikan dalam konsep “Panca Usaha Tani” yaitu:
1. Pemilihan dan penggunaan bibit unggul atau varitas unggul;
2. Pemupukan yang teratur;
3. Pengairan yang cukup;
4. Pemberantasan hama secara intensif;
5. Teknik penanaman yang lebih teratur.
Selain berdampak positif, Revolusi Hijau juga berdampak negatif seperti Ketergantungan pada pupuk kimia dan zat kimia pembasmi hama
yang berlebihan menyebabkan kerusakan lahan pertanian sehingga produktifitas pertanian menurun.

Anda mungkin juga menyukai