Anda di halaman 1dari 13

KOMPONEN AKTIF DAN PASIF ELEKTRONIKA

Elektronika adalah sebuah dasar teknik yang mengontrol aliran yang bermuatan listrik
pada komponen aktif seperti Dioda, Transistor, dan IC serta komponen pasif seperti
Kapasitor, Resistor, dan Induktor. Elektronika mempunyai beberapa fungsi dasar yaitu ialah
sebagai Penyearah, Penguatan, Pengendalian, Pembangkitan dan Konversi.
Dari penjelasan mengenai pengertian Elektronika diatas, ternyata di dalam Elektronika
tersebut memiliki dua komponen yaitu komponen aktif dan komponen pasif. Kedua
komponen ini sangatlah penting pada perangkat elektronika tersebut. Komponen aktif dan
komponen pasif ini merupakan suatu komponen yang menjadi gabungan yang tidak mungkin
untuk dipisah, karena dengan penggabungan ini kedua komponen tersebut akan menciptakan
sesuatu alat yang luar biasa.

A. Komponen Aktif
Komponen aktif merupakan komponen yang terdapat pada elektronika yang
memerlukan sambungan arus listrik untuk bisa bekerja, arus listrik yang digunakan bisa AC
bolak-balik maupun DC searah. Komponen ini disebut juga dengan komponen aktif karena
komponen ini tidak dapat bekerja jika tidak dialiri oleh listrik. Komponen aktif ini berfungsi
sebagai rangkaian pada sebuah perangkat yang ada, yang bertugas dalam peningkatan daya
aktif atau bisa dibilang dengan tegangan listrik ataupun arus listrik. Komponen ini memiliki
beberapa jenis yaitu Dioda, Transistor dan juga IC (Integrated Circuit).
1. Dioda
Dioda ialah sebuah komponen aktif yang dipakai untuk penyearah dari arus bolak-
balik menjadi arus yang searah. Dioda berasal dari kata Anoda dan kata Katoda. Dioda
mempunyai tugas yang dibedakan yang di antaranya, yaitu:
a. Dioda Penyearah pada dasarnya dibuat dari Silikon yang bertugas menjadi penyearah
arus AC ke arus DC
b. Dioda Zener berfungsi sebagai pengaman pada susunan arus yang bersangkutan
c. Diode Emisi Cahaya ialah Dioda yang bisa memancarkan suatu cahaya monokromatik
d. Dioda Foto ialah Dioda yang gerak dengan pergerakan cahaya sampai dijadikan
sebagai Sensor
e. Dioda Shockley yaitu Dioda yang bertugas menjadi suatu pengendali
f. Dioda Laser adalah Dioda yang bisa memancar cahaya Laser
g. Dioda Schottky merupakan Dioda yang memiliki tegangan rendah.
h. Dioda Varaktor merupakan dioda yang memiliki karakter dari kapasitas yang bisa
berganti sesuai dengan tegangannya.
Struktur utama dioda adalah dua buah kutub elektroda berbahan konduktor yang
masing-masing terhubung dengan semikonduktor silikon jenis p dan silikon jenis n. Anoda
adalah elektroda yang terhubung dengan silikon jenis p dimana elektron yang terkandung
lebih sedikit, dan katoda adalah elektroda yang terhubung dengan silikon jenis n dimana
elektron yang terkandung lebih banyak. Pertemuan antara silikon n dan silikon p akan
membentuk suatu perbatasan yang disebut P-N Junction.
Secara sederhana, cara kerja dioda dapat dijelaskan dalam tiga kondisi, yaitu kondisi
tanpa tegangan (unbiased), diberikan tegangan positif (forward biased), dan tegangan negatif
(reverse biased).
 Kondisi tanpa tegangan
Pada kondisi tidak diberikan tegangan akan terbentuk suatu perbatasan medan listrik
pada daerah P-N junction. Hal ini terjadi diawali dengan proses difusi, yaitu bergeraknya
muatan elektro dari sisi n ke sisi p. Elektron-elektron tersebut akan menempati suatu tempat di
sisi p yang disebut dengan holes. Pergerakan elektron-elektron tersebut akan meninggalkan
ion positif di sisi n, dan holes yang terisi dengan elektron akan menimbulkan ion negatif di
sisi p. Ion-ion tidak bergerak ini akan membentuk medan listrik statis yang menjadi
penghalang pergerakan elektron pada dioda.
 Kondisi tegangan positif (Forward-bias)
Pada kondisi ini, bagian anoda disambungkan dengan terminal positif sumber listrik
dan bagian katoda disambungkan dengan terminal negatif. Adanya tegangan eksternal akan
mengakibatkan ion-ion yang menjadi penghalang aliran listrik menjadi tertarik ke masing-
masing kutub. Ion-ion negatif akan tertarik ke sisi anoda yang positif, dan ion-ion positif akan
tertarik ke sisi katoda yang negatif. Hilangnya penghalang-penghalang tersebut akan
memungkinkan pergerakan elektron di dalam dioda, sehingga arus listrik dapat mengalir
seperti pada rangkaian tertutup.

 Kondisi tegangan negatif (Reverse-bias)


Pada kondisi ini, bagian anoda disambungkan dengan terminal negatif sumber listrik
dan bagian katoda disambungkan dengan terminal positif. Adanya tegangan eksternal akan
mengakibatkan ion-ion yang menjadi penghalang aliran listrik menjadi tertarik ke masing-
masing kutub. Pemberian tegangan negatif akan membuat ion-ion negatif tertarik ke sisi
katoda (n-type) yang diberi tegangan positif, dan ion-ion positif tertarik ke sisi anoda (p-type)
yang diberi tegangan negatif. Pergerakan ion-ion tersebut searah dengan medan listrik statis
yang menghalangi pergerakan elektron, sehingga penghalang tersebut akan semakin tebal oleh
ion-ion. Akibatnya, listrik tidak dapat mengalir melalui dioda dan rangkaian diibaratkan
menjadi rangkaian terbuka.
Jenis-jenis Dioda dan Fungsi Dioda
Dioda dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan karakteristik dan fungsinya. Jenis-jenis
dioda dan aplikasinya adalah sebagai berikut.
a. PN Junction Diode: Dioda standar yang terdiri dari susunan PN dan memiliki cara
kerja seperti yang dijelaskan sebelumnya. Dioda jenis ini adalah diode yang umum
digunakan di pasaran (disebut juga diode generik), digunakan terutama sebagai
penyearah arus.
b. Light Emitting Diode (LED): Saat dialiri arus forward-bias, LED akan mengeluarkan
cahaya. LED saat ini umum digunakan sebagai alat penerangan dan beberapa jenis
digunakan untuk menggantikan lampu fluorescent.
c. Laser Diode: Dioda jenis laser juga menghasilkan cahaya, namun cahaya yang
dihasilkan adalah cahaya koheren. Aplikasi diode laser adalah perangkat pembaca CD
dan DVD dan laser pointer.
d. Photodiode: Photodiode dapat menghasilkan energi listrik apabila daerah PN junction
disinari. Umumnya photodiode dioperasikan dalam reverse-bias, sehingga arus yang
kecil akibat cahaya dapat langsung terdeteksi. Photodiode digunakan untuk
mendeteksi cahaya (photodetector).
e. Gunn Diode: Gunn Diode adalah jenis diode yang tidak memiliki PN Junction,
melainkan hanya terdiri dari dua elektroda. Dioda jenis ini dapat digunakan untuk
menghasilkan sinyal gelombang mikro.
f. BARITT Diode: BARITT (Barrier Injection Transit Time) Diode adalah jenis diode
yang bekerja dengan prinsip emisi termionik. Dioda ini digunakan untuk
memproduksi sinyal gelombang mikro dengan level derau yang rendah.
g. Tunnel Diode: Tunnel Diode adalah dioda yang bekerja memanfaatkan salah satu
fenomena mekanika kuantum yaitu tunneling. Tunnel junction digunakan sebagai
salah satu komponen pada osilator, penguat, atau pencampur sinyal, terutama karena
kecepatannya bereaksi terhadap perubahan tegangan.
h. Backward Diode: Backward diode memiliki karakteristik serupa dengan tunnel,
perbedannya terletak pada adanya sisi yang diberi doping lebih rendah dibanding sisi
yang berlawanan. Perbedaan profil doping ini membuat backward diode memiliki
karakteristik tegangan-arus yang serupa pada kondisi reverse dan forward.
i. PIN Diode: Pada dioda PIN, terdapat area semikonduktor intrinsic (tanpa doping)
yang diletakkan antara P dan N junction. Efek dari penambahan area intrinsic tersebut
adalah melebarnya area deplesi yang membatasi pergerakan elektron, dan hal ini tepat
digunakan untuk aplikasi pensinyalan (switching).
j. Schottky Diode: Pada Schottky diode diberikan tambahan metal pada cuplikan
permukaan bagian tengah semikonduktor. Karakteristik yang menjadi keunggulan
dioda ini adalah tegangan aktivasi yang rendah dan waktu pemulihan yang singkat.
Dioda ini sangat umum digunakan untuk rangkaian elektronik berfrekuensi tinggi,
seperti perangkat-perangkat radio dan gerbang logika.
k. Step Recovery Diode: Bagian semikonduktor pada dioda ini memiliki level doping
yang secara gradual menurun dengan titik terendah di junction. Modifikasi ini dapat
mengurangi waktu switching karena muatan yang ada pada daerah junction lebih
sedikit. Aplaikasi dari semikonduktor ini adalah pada alat-alat elektronik frekuensi
radio.
l. Varactor Diode: Diaplikasikan pada mode reverse biasa dengan lapisan penghalang
yang dapat berubah-ubah sesuai tegangan diberikan. Hal ini membuat dioda ini
seolah-olah merupakan suatu kapasitor.
m. Zener diode: Memiliki karakteristik khusus yang mengingkan efek breakdown saat
reverse bias Dioda ini dapat menghasilkan tegangan yang tetap dan umum digunakan
sebagai penghasil tegangan referensi di rangkaian elektronik.

2. Transistor
Transistor adalah peralatan semikonduktor juga yang digunakan sebagai
penguat dan sebagai alat pemutus dan penyambung, penstabilan suatu arus yang ada.
Transistor memiliki 3 terminal, yaitu Basis, Emitor dan Kolektor. Transistor memiliki
fungsi sebagai berikut:
a. Untuk penguat amplifier
b. Untuk pemutus dan penyambung
c. Untuk penstabil tegangan
d. Untuk penaik arus
e. Bisa menahan sebagian arus yang mengalir
f. Menguatkan arus pada susunan
g. Untuk membangkitkan suatu frekuensi yang rendah maupun yang tinggi.
Cara Kerja Transistor
Dari banyak tipe-tipe transistor modern, pada awalnya ada dua tipe dasar transistor,
bipolar junction transistor (BJT atau transistor bipolar) dan field-effect transistor (FET), yang
masing-masing bekerja secara berbeda.
Disebut Transistor bipolar karena kanal konduksi utamanya menggunakan dua
polaritas pembawa muatan: elektron dan lubang, untuk membawa arus listrik. Dalam BJT,
arus listrik utama harus melewati satu daerah/lapisan pembatas dinamakan depletion zone,
dan ketebalan lapisan ini dapat diatur dengan kecepatan tinggi dengan tujuan untuk mengatur
aliran arus utama tersebut.
FET (juga dinamakan transistor unipolar) hanya menggunakan satu jenis pembawa
muatan (elektron atau hole, tergantung dari tipe FET). Dalam FET, arus listrik utama
mengalir dalam satu kanal konduksi sempit dengan depletion zone di kedua sisinya
(dibandingkan dengan transistor bipolar di mana daerah Basis memotong arah arus listrik
utama). Dan ketebalan dari daerah perbatasan ini dapat diubah dengan perubahan tegangan
yang diberikan, untuk mengubah ketebalan kanal konduksi tersebut. Lihat artikel untuk
masing-masing tipe untuk penjelasan yang lebih lanjut.

Jenis – Jenis Transistor


Secara umum, Transistor dapat digolongkan menjadi dua keluarga besar yaitu
Transistor Bipolar dan Transistor Efek Medan (Field Effect Transistor). Perbedaan yang
paling utama diantara dua pengelompokkan tersebut adalah terletak pada bias Input (atau
Output) yang digunakannya. Transistor Bipolar memerlukan arus (current) untuk
mengendalikan terminal lainnya sedangkan Field Effect Transistor (FET) hanya
menggunakan tegangan saja (tidak memerlukan arus). Pada pengoperasiannya, Transistor
Bipolar memerlukan muatan pembawa (carrier) hole dan electron sedangkan FET hanya
memerlukan salah satunya.

a. Transistor Bipolar (BJT)


Transistor Bipolar adalah Transistor yang struktur dan prinsip kerjanya memerlukan
perpindahan muatan pembawanya yaitu electron di kutup negatif untuk mengisi kekurangan
electon atau hole di kutub positif.   Bipolar berasal dari kata “bi” yang artinya adalah “dua”
dan kata “polar” yang artinya adalah “kutub”. Transistor Bipolar juga sering disebut juga
dengan singkatan BJT yang kepanjangannya adalah Bipolar Junction Transistor.
Jenis-jenis Transistor Bipolar
Transistor Bipolar terdiri dari dua jenis yaitu Transistor NPN dan Transistor PNP. Tiga
Terminal Transistor ini diantaranya adalah terminal Basis, Kolektor dan Emitor.
 Transistor NPN adalah transistor bipolar yang menggunakan arus listrik kecil dan
tegangan positif pada terminal Basis untuk mengendalikan aliran arus dan tegangan
yang lebih besar dari Kolektor ke Emitor.
 Transistor PNP adalah transistor bipolar yang menggunakan arus listrik kecil dan
tegangan negatif pada terminal Basis untuk mengendalikan aliran arus dan tegangan
yang lebih besar dari Emitor ke Kolektor.
b. Transistor Efek Medan (Field Effect Transistor)
Transistor Efek Medan atau Field Effect Transistor yang disingkat menjadi FET ini
adalah jenis Transistor yang menggunakan listrik untuk mengendalikan konduktifitasnya.
Yang dimaksud dengan Medan listrik disini adalah Tegangan listrik yang diberikan pada
terminal Gate (G) untuk mengendalikan aliran arus dan tegangan pada terminal Drain (D) ke
terminal Source (S). Transistor Efek Medan (FET) ini sering juga disebut sebagai Transistor
Unipolar karena pengoperasiannya hanya tergantung pada salah satu muatan pembawa saja,
apakah muatan pembawa tersebut merupakan Electron maupun Hole.
Jenis-jenis Transistor Efek Medan (Field Effect Transistor)
Transistor jenis FET ini terdiri dari tiga jenis yaitu Junction Field Effect Transistor
(JFET), Metal Oxide Semikonductor Field Effect Transistor (MOSFET) dan Uni Junction
Transistor (UJT).
 JFET (Junction Field Effect Transistor) adalah Transistor Efek Medanyang
menggunakan persimpangan (junction) p-n bias terbalik sebagai isolator antara
Gerbang (Gate) dan Kanalnya. JFET terdiri dari dua jenis yaitu JFET Kanal P (p-
channel) dan JFET Kanal N (n-channel). JFET terdiri dari tiga kaki terminal yang
masing-masing terminal tersebut diberi nama Gate (G), Drain (D) dan Source (S).
 MOSFET (Metal Oxide Semiconductor Field Effect Transistor) adalah Transistor
Efek Medan yang menggunakan Isolator (biasanya menggunakan Silicon Dioksida
atau SiO2) diantara Gerbang (Gate) dan Kanalnya. MOSFET ini juga terdiri dua jenis
konfigurasi yaitu MOSFET Depletion dan MOSFET Enhancement yang masing-
masing jenis MOSFET ini juga terbagi menjadi MOSFET Kanal-P (P-channel) dan
MOSFET Kanal-N (N-channel). MOSFET terdiri dari tiga kaki terminal yaitu Gate
(G), Drain (D) dan Source (S).
 UJT (Uni Junction Transistor) adalah jenis Transistor yang digolongkan sebagai Field
Effect Transistor (FET) karena pengoperasiannya juga menggunakan medan listrik
atau tegangan sebagai pengendalinya. Berbeda dengan jenis FET lainnya, UJT
mememiliki dua terminal Basis (B1 dan B2) dan 1 terminal Emitor. UJT digunakan
khusus sebagai pengendali (switch) dan tidak dapat dipergunakan sebagai penguat
seperti jenis transistor lainnya.

3. IC (Integrated Circuit)
Integrated Circuit atau disingkat dengan IC adalah Komponen Elektronika Aktif yang
terdiri dari gabungan ratusan, ribuan bahkan jutaan Transistor, Dioda, Resistor dan Kapasitor
yang diintegrasikan menjadi suatu Rangkaian Elektronika dalam sebuah kemasan kecil.
Bahan utama yang membentuk sebuah Integrated Circuit (IC) adalah Bahan Semikonduktor.
Bentuk dari IC ini juga beraneka, dari yang hanya berkaki tiga hingga ratusan. Fungsi IC juga
beraneka, dari penguat, pengontrol hingga sebagai media penyimpanan.

Fungsi IC (Integrated Circuit)


Seperti yang telah dikatakan tadi bahwa fungsi dari komponen IC sangatlah bermacam-
macam tergantung komponen penyusunnya. Namun jika dilihat dari fungsinya, IC dapat
diklasifikasikan menjadi 2 jenis, yakni IC linier dan IC digital. Berikut adalah beberapa fungsi
dari IC linier dan IC digital.
1. Fungsi IC Linier
 Penguat Daya (Amplifier)
 Penguat Operasional (Op Amp)
 Penguat Sinyal (Signal Amplifier)
 Penguat Sinyal Mikro (Microwave Amplifier)
 Penguat RF dan IF
 Multiplier
 Voltage Comparator
 Regulator Tegangan (Voltage Regulator)
 Penerima Frekuensi Radio
2. Fungsi IC Digital
 Gerbang Logika
 Flip Flop
 Timer
 Counter
 Clock
 Multiplexer
 Memory
 Calculator
 Mikrokontrol
 Mikroprosesor

B. Komponen Pasif
Komponen pasif adalah komponen elektronika yang tidak sama dengan Komponen
Aktif yang justru malah kebalikannya yang memerlukan tegangan listrik maupun arus listrik
agar bisa berfungsi. Komponen pasif adalah komponen-komponen elektronika yang tidak
memerlukan tegangan ataupun arus listrik agar dapat bekerja. Beberapa komponen pasif ialah
Resistor, Kapasitor, dan Induktor.
1. Resistor
Resistor adalah suatu hambatan dan pengatur arus listrik pada susunan elektronika
tersebut. Nilai dari resistor ini di lambangkan dengan kode angka atau gelang warna pada
bagian badan dari resistor tersebut. Resistor ini memiliki beberapa jenis yaitu:
a. Resistor yang memiliki Nilai Tetap
b. Resistor yang memiliki Nilai yang dapat diatur
c. Resistor yang Nilainya dapat berubah sesuai dengan intensitas cahaya
d. Resistor yang Nilainya bisa berganti tergantung dengan perubahan suhu.

Kapasitas Daya Resistor


Kapasitas daya pada resistor merupakan nilai daya maksimum yang mampu dilewatkan oleh
resistor tersebut. Nilai kapasitas daya resistor ini dapat dikenali dari ukuran fisik resistor dan
tulisan kapasitas daya dalamsatuan Watt untuk resistor dengan kemasan fisik besar.
Menentukan kapasitas daya resistor ini penting dilakukan untuk menghindari resistor rusak
karena terjadi kelebihan daya yang mengalir sehingga resistor terbakar dan sebagai bentuk
efisiensi biaya dan tempat dalam pembuatan rangkaian elektronika.
Jenis-Jenis Resistor
Berdasarkan jenis dan bahan yang digunakan untuk membuat resistor dibedakan menjadi
resistor kawat, resistor arang dan resistor oksida logam atau resistor metal film.
a. Resistor Kawat (Wirewound Resistor)
Resistor kawat atau wirewound resistor merupakan resistor yang dibuat dengan bahat
kawat yang dililitkan. Sehingga nilai resistansiresistor ditentukan dari panjangnya kawat yang
dililitkan. Resistor jenis ini pada umumnya dibuat dengan kapasitas daya yang besar.

b. Resistor Arang (Carbon Resistor)


Resistor arang atau resistor karbon merupakan resistor yang dibuat dengan bahan
utama batang arang atau karbon. Resistor karbon ini merupakan resistor yang banyak
digunakan dan banyak diperjual belikan. Dipasaran resistor jenis ini dapat kita jumpai dengan
kapasitas daya 1/16 Watt, 1/8 Watt, 1/4 Watt, 1/2 Watt, 1 Watt, 2 Watt dan 3 Watt.

c. Resistor Oksida Logam (Metal Film Resistor)

Resistor oksida logam atau lebih dikenal dengan nama resistor metal film merupakan
resistor yang dibuah dengan bahan utama oksida logam yang memiliki karakteristik lebih
baik. Resistor metal film ini dapat ditemui dengan nilai tolerasni 1% dan 2%. Bentuk fisik
resistor metal film ini mirip denganresistor kabon hanya beda warna dan jumlah cicin warna
yang digunakan dalam penilaian resistor tersebut. Sama seperti resistorkarbon, resistor metal
film ini juga diproduksi dalam beberapa kapasitas daya yaitu 1/8 Watt, 1/4 Watt, 1/2 Watt.
Resistor metal film ini banyak digunakan untuk keperluan pengukuran, perangkat industri dan
perangkat militer.
Kemudian berdasarkan nilai resistansinya resistor dibedakan menjadi 2 jenis yaitu resistor
tetap (Fixed Resistor) dan resistor tidak tetap (Variable Resistor)
1. Resistor Tetap(Fixed Resistor)
Resistor tetap merupakan resistor yang nilai resistansinya tidap dapat diubah atau tetap.
Resistor jenis ini biasa digunakan dalam rangkaian elektronika sebagai pembatas arus dalam
suatu rangkaian elektronika. Resistor tetap dapat kita temui dalam beberpa jenis, seperti :
 Metal Film Resistor
 Metal Oxide Resistor
 Carbon Film Resistor
 Ceramic Encased Wirewound
 Economy Wirewound
 Zero Ohm Jumper Wire
 S I P Resistor Network
2. Resistor Tidak Tetap (Variable Resistor)
Resistor tidak tetap atau variable resistor terdiri dari 4 tipe yaitu :
 Pontensiometer, tipe variable resistor yang dapat diatur nilai resistansinya secara
langsung karena telah dilengkapi dengan tuas kontrol. Potensiometer terdiri dari 2
jenis yaitu Potensiometer Linier dan Potensiometer Logaritmis
 Trimer Potensiometer, yaitu tipe variable resistor yang membutuhkan alat bantu
(obeng) dalam mengatur nilai resistansinya. Pada umumnya resistor jenis ini disebut
dengan istilah “Trimer Potensiometer atau VR”
 Thermistor, yaitu tipe resistor variable yangnilairesistansinya akan berubah
mengikuti suhu disekitar resistor. Thermistor terdiri dari 2 jenis yaitu NTC dan PTC.
Untuk lebih detilnya thermistor akan dibahas dalam artikel yang lain.
 LDR (Light Depending Resistor), yaitu tipe resistor variabel yang nilai resistansinya
akan berubah mengikuti cahaya yang diterima oleh LDR tersebut.

Menghitung Nilai Resistor


Nilai resistor dapat diketahui dengan kode warna dan kode huruf pada resistor.
Resistor dengan nilai resistansi ditentukan dengan kode warna dapat ditemukan pada resistor
tetap dengan kapasitas daya rendah, sedangkan nilai resistor yang ditentukan dengan kode
huruf dapat ditemui pada resistor tetap daaya besar dan resistor variable.
Kode Warna Resistor
Cicin warna yang terdapat pada resistor terdiri dari 4 ring 5 dan 6 ring warna. Dari cicin
warna yang terdapat dari suatu resistor tersebut memiliki arti dan nilai dimana nilai resistansi
resistor dengan kode warna yaitu :

1. Resistor Dengan 4 Cincin Kode Warna


Maka cincin ke 1 dan ke 2 merupakan digit angka, dan cincin kode warna ke 3 merupakan
faktor pengali kemudian cincin kode warnake 4 menunjukan nilai toleransi resistor.
2. Resistor Dengan 5 Cincin Kode Warna
Maka cincin ke 1, ke 2 dan ke 3 merupakan digit angka, dan cincin kode warna ke 4
merupakan faktor pengali kemudian cincin kode warna ke 5 menunjukan nilai toleransi
resistor.
3. Resistor Dengan 6 Cincin Warna
Resistor dengan 6 cicin warna pada prinsipnya sama dengan resistor dengan 5 cincin warna
dalam menentukan nilai resistansinya. Cincin ke 6 menentukan coefisien temperatur yaitu
temperatur maksimum yang diijinkan untuk resistor tersebut.
Kode Huruf Resistor
Resistor dengan kode huruf dapat kita baca nilai resistansinya dengan mudah
karenanilia resistansi dituliskan secara langsung. Pad umumnya resistor yang dituliskan
dengan kode huruf memiliki urutan penulisan kapasitas daya, nilai resistansi dan toleransi
resistor. Kode huruf digunakan untuk penulisan nilai resistansi dan toleransi resistor.

Kode Huruf Untuk Nilai Resistansi :


 R, berarti x1 (Ohm)
 K, berarti x1000 (KOhm)
 M, berarti x 1000000 (MOhm)
Kode Huruf Untuk Nilai Toleransi :
 F, untuk toleransi 1%
 G, untuk toleransi 2%
 J, untuk toleransi 5%
 K, untuk toleransi 10%
 M, untuk toleransi 20%
Dalam menentukan suatu resistor dalam suatu rangkaian elektronika yang harus diingat
selain menentukan nilai resistansinya adalah menentukankan kapasitas daya dan toleransinya.
Hal ini berkaitan dengan harga jual resistor dipasaran dan luas area yang dibutuhkan dalam
meletakan resistor pada rangkaian elektronika.

2. Kapasitor
Kapasitor ialah komponen pasif yang bisa menyimpan daya atau arus listrik dalam
sementara waktu. Kapasitor berfungsi memilih gelombang radio pada susunan, sebagai
pemerata arus listrik dan sebagai penyaring pada susunan daya. Jenis kapasitor ada beberapa,
yaitu:
a. Kapasitor yang nilainya Tetap dan tidak berpola
b. Kapasitor yang memiliki nilai Tetap tetapi ada Pola yang Positif ataupun yang Negatif
c. Kapasitor yang nilainya bisa diatur

Fungsi Kapasitor
Pada Peralatan Elektronika, Kapasitor merupakan salah satu jenis Komponen Elektronika
yang paling sering digunakan. Hal ini dikarenakan Kapasitor memiliki banyak fungsi
sehingga hampir setiap Rangkaian Elektronika memerlukannya.
Dibawah ini adalah beberapa fungsi daripada Kapasitor dalam Rangkaian Elektronika :
 Sebagai Penyimpan arus atau tegangan listrik
 Sebagai Konduktor yang dapat melewatkan arus AC (Alternating Current)
 Sebagai Isolator yang menghambat arus DC (Direct Current)
 Sebagai Filter dalam Rangkaian Power Supply (Catu Daya)
 Sebagai Kopling
 Sebagai Pembangkit Frekuensi dalam Rangkaian Osilator
 Sebagai Penggeser Fasa
 Sebagai Pemilih Gelombang Frekuensi (Kapasitor Variabel yang digabungkan dengan
Spul Antena dan Osilator)

3. Induktor
Induktor atau dikenal juga dengan Coil adalah Komponen Elektronika Pasif yang
terdiri dari susunan lilitan Kawat yang membentuk sebuah Kumparan. Pada dasarnya,
Induktor dapat menimbulkan Medan Magnet jika dialiri oleh Arus Listrik. Medan Magnet
yang ditimbulkan tersebut dapat menyimpan energi dalam waktu yang relatif singkat.
Induktor memiliki dua jenis yang diantaranya sebagai berikut:
a. Induktor tetap yang memiliki nilai yang tetap tidak bisa berubah
b. Induktor variabel yang memiliki nilai yang dapat diatur

Fungsi Induktor
Fungsi-fungsi Induktor atau Coil diantaranya adalah dapat menyimpan arus listrik dalam
medan magnet, menapis (Filter) Frekuensi tertentu, menahan arus bolak-balik (AC),
meneruskan arus searah (DC) dan pembangkit getaran serta melipatgandakan tegangan.

Anda mungkin juga menyukai