Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya membangun manusia
seutuhnya antara lain diselenggarakan melalui upaya kesehatan anak yang
dilakukan sedini mungkin sejak anak masih di dalam kandungan.
Upaya kesehatan ibu yang dilakukan sebelum dan semasa hamil hingga
melahirkan, ditujukan untuk menghasilkan keturunan yang sehat dan lahir dengan
selamat (intact survival). Upaya kesehatan yang dilakukan sejak anak masih di
dalam kandungan sampai lima tahun pertama kehidupannya, ditujukan untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya sekaligus  meningkatkan kualitas hidup
anak agar mencapai tumbuh kembang optimal baik fisik, mental, emosional
maupun sosial serta memiliki inteligensi majemuk sesuai dengan potensi
genetiknya.
Pembinaan tumbuh kembang anak memerlukan perangkat instrumen untuk
stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang termasuk
format rujukan kasus dan pencatatan-pelaporan kegiatan. Pelbagai metoda 
stimulasi dan deteksi dini telah banyak dikembangkan oleh para ahli dan lintas
sektor terkait. Departemen Kesehatan bekerjasama dengan Ikatan Dokter Anak
Indonesia  (IDAI) telah menyusun pelbagai instrumen stimulasi, deteksi dan
intervensi dini tumbuh kembang untuk anak umur 0 sampai dengan 6 tahun, yang
diuraikan dalam Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini
Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar.

1.2. Rumusan Masalah

Beberapa rumusan masalah yang dibahas dalam maklah ini antara lain
sebagai berikut :
1. Bagaimana proses adaptasi psikologi anak?
2. Bagaimana karakteristik anak?
3. Apa saja aspek perkembangan anak?

1
4. Bagaimana proses adaptasi psikologi pada masa prasekolah?
5. Bagaimana proses adaptasi psikologi pada masa sekolah?

1.3. Tujuan Penulisan


Beberapa tujuan dari penulisan makalah ini antara lain :
1. Untuk mengetahui bagaimana proses adaptasi psikologi anak?
2. Untuk mengetahui bagaimana karakteristik anak?
3. Untuk mengetahui apa saja aspek perkembangan anak?
4. Untuk mengetahui bagaimana proses adaptasi psikologi pada masa prasekolah?
5. Untuk mengetahui bagaimana proses adaptasi psikologi pada masa sekolah?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.  Proses Adaptasi psikologi Pada Anak


Anak merupakan agen subyek aktif yang memfungsikan segenap
kemampuan dalam proses perkembangannya. Dalam perkembangan anak terdapat
impuls-impuls bawaan yang mendorong segenap mekanisme dari potensialitasnya
untuk berfungsi aktif, berkembang dan terus maju. Jika fungsi-fungsi psiko-fisik
itu mengalami proses pematangan, maka terjadilah proses pemekaran dan
pembukaan dari “lipatan” pada setiap potensi organisme.
Beberapa tugas perkembangan yang muncul dan harus dikuasai oleh anak
pada masa ini adalah:
a) Belajar berjalan. Pada usia sekitar satu tahun, tulang dan otot-otot bayi telah
cukup kuat untuk melakukan gerakan berjalan. Berjalan merupakan puncak
dari perkembangan gerak pada masa bayi.
b) Belajar mengambil makanan. Makanan merupakan kebutuhan biologis utama
pada manusia. Dengan diawali oleh kemampuan mengambil dan memakan
sendiri makanan yang dibutuhkannya, bayi telah memulai usaha memenuhi
sendiri kebutuhan hidupnya.
c) Belajar berbicara. Bicara merupakan alat berpikir dan berkomunikasi dengan
orang lain. Melalui tugas ini anak mempelajari bunyi-bunyi yang mengandung
arti dan berusaha mengkomunikasikannya dengan orangorang di sekitarnya.
Melalui penguasaan akan tugas ini anak akan berkembang pula kecakapan
sosial dan kognitifnya.
d) Belajar mengontrol cara-cara buang air. Pengontrolan cara buang air bukan
hanya berfungsi menjaga kebersihan, tetapi juga menjadi indicator utama
kemampuan berdiri sendiri, pengendalian diri dan sopan santun. Anak yang
sudah menguasai cara-cara buang air dengan baik, termasuk tempat dan
pemeliharaan kebersihannya, pada tahap selanjutnya akan mampu
mengendalikan diri dan bersopan santun.

3
e) Belajar mengetahui jenis kelamin. Dalam masyarakat akan selalu ditemui
individu dengan jenis kelamin pria atau wanita, walaupun ada juga yang
berkelainan. Anak harus mengenal jenis-jenis kelamin ini baik ciri-ciri
biologisnya maupun sosial kulturalnya serta peranan-peranannya. Pengenalan
tentang jenis kelamin sangat penting bagi pembentukan peranan dirinya serta
penentuan bentuk perlakuan dan interaksi baik dengan jenis kelamin yang
sama maupun berbeda dengan dirinya.
f) Menguasai stabilitas jasmaniah. Pada masa bayi, kondisi fisiknya sangat labil
dan peka, mudah sekali berubah dan kena pengaruh dari luar. Pada akhir masa
kanak-kanak, ia harus memiliki jasmani yang stabil, kuat, sehat, seimbang
agar mampu melakukan tuntutan-tuntutan perkembangan selanjutnya.
g) Memiliki konsep sosial dan fisik walaupun masih sederhana. Anak hidup
dalam lingungan fisik dan sosial tertentu. Agar dapat hidup secara wajar dan
menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya, anak
dituntut memiliki konsep-konsep sosial dan fisik yang sesuai dengan
kemampuannya. Anak harus sudah mengetahui apa itu binatang, manusia,
rumah, baik, jahat dan lain-lain.
h) Belajar hubungan sosial yang baik dengan orang tua, serta orang-orang dekat
lainnya, karena akan selalu berhubungan dengan orang lain, baik dalam
keluarganya maupun di lingkungannya, maka ia dituntut untuk dapat membina
hubungan baik dengan orang-orang tersebut. Anak dituntut dapat
menggunakan bahasa yang tepat dan baik, bersopan santun.
i) Belajar membedakan mana yang baik dan tidak baik serta pengembangan hati
nurani. Pergaulan hidup selalu berisi dan berlandaskan moral. Sesuai dengan
kemampuannya anak dituntut telah mengetahui mana perbuatan yang baik dan
mana yang tidak baik. Lebih jauh ia dituntut untuk melakukan perbuatan yang
baik dan menghindarkan perbuatan yang tidak baik.Diharapkan kebaikan-
kebaikan ini menjadi bagian dari hati nuraninya.

4
Aktivitas yang sedang ditunjukkan anak dalam gambar di samping ini
menunjukkan anak sedang berupaya mengembangkam seluruh aspek
perkembangannya.

2.2. Prinsip-Prinsip Perkembangan Anak


Perkembangan individu berlangsung sepanjang hayat, dimulai sejak masa
pertemuan sel ayah dengan ibu (masa konsepsi) dan berakhir pada saat
kematiannya. Perkembangan individu ini bersifat dinamis, perubahannya kadang-
kadang lambat, tetapi bisa juga cepat, hanya berkenaan dengan salah satu aspek
ataupun beberapa aspek perkembangan. Perkembangan tiap individu juga tidak
selalu seragam, seorang berbeda dengan yang lainnya baik dalam temponya,
iramanya maupun kualitasnya.
Dalam perkembangan individu dikenal prinsip-prinsip perkembangan
sebagai berikut :
a. Perkembangan berlangsung seumur hidup dan meliputi semua aspek.
Perkembangan bukan hanya berkenaan dengan aspek-aspek tertentu tetapi
menyangkut semua aspek. Perkembangan aspek tertentu mungkin lebih
terlihat dengan jelas, sedangkan aspek yang lainnya lebih tersembunyi.
Perkembangan tersebut juga berlangsung terus sampai akhir hayatnya, hanya
pada saat tertentu perkembangannya lambat bahkan sangat lambat, sedangkan
pada saat lain sangat cepat. Jalannya perkembangan individu itu berirama dan
irama perkembangan setiap anak tidak selalu sama.
b. Setiap anak memiliki kecepatan (tempo) dan kualitas perkembangan yang
berbeda. Seseorang mungkin mempunyai kemampuan berpikir dan membina
hubungan sosial yang sangat tinggi dan tempo perkembangannya dalam segi
itu sangat cepat, sedang dalam aspek lainnya seperti keterampilan atau estetika
kemampuannya kurang dan perkembangannya lambat. Sebaliknya, ada anak
yang ketrampilan dan estetikanya berkembang pesat sedangkan kemampuan
berpikir dan hubungan sosialnya agak lambat.

5
c. Perkembangan secara relatif beraturan, mengikuti pola-pola tertentu.
Perkembangan sesuatu segi didahului atau mendahului segi yang lainnya.
Anak bisa merangkak sebelum anak bisa berjalan, anak bisa meraban sebelum
anak bisa berbicara, dan sebagainya.
d. Perkembangan berlangsung secara berangsur-angsur sedikit demi sedikit.
Secara normal perkembangan itu berlangsung sedikit demi sedikit tetapi
dalam situasisituasi tertentu dapat juga terjadi loncatan-loncatan. Sebaliknya
dapat juga terjadi kemacetan perkembangan aspek tertentu.
e. Perkembangan berlangsung dari kemampuan yang bersifat umum menuju ke
yang lebih khusus, mengikuti proses diferensiasi dan integrasi. Perkembangan
dimulai dengan dikuasainya kemampuan-kemampuan yang bersifat umum,
seperti kemampuan memegang dimulai dengan memegang benda besar
dengan kedua tangannya, baru kemudian memegang dengan satu tangan tetapi
dengan kelima jarinya. Perkembangan berikutnya ditunjukkan dengan anak
dapat memegang dengan beberapa jari, dan akhirnnya menggunakan ujung-
ujung jarinya. Dalam perkembangan terjadi proses diferensiasi atau
penguraian ke hal yang lebih kecil dan terjadi pula proses integrasi. Dalam
integrasi ini beberapa kemampuan khusus/kecil itu bergabung membentuk
satu kecakapan atau keterampilan.
f. Secara normal perkembangan individu mengikuti seluruh fase, tetapi karena
faktor-faktor khusus, fase tertentu dilewati secara cepat, sehingga nampak ke
luar seperti tidak melewati fase tersebut, sedangkan fase lainnya diikuti
dengan sangat lambat, sehingga nampak seperti tidak berkembang.
g. Sampai batas-batas tertentu, perkembangan sesuatu aspek dapat dipercepat
atau diperlambat. Perkembangan dipengaruhi oleh faktor pembawaan dan juga
faktor lingkungan. Kondisi yang wajar dari pembawaan dan lingkungan dapat
menyebabkan laju perkembangan yang wajar pula. Kekurangwajaran baik
yang berlebih atau berkekurangan dari faktor pembawaan dan lingkungan
dapat menyebabkan laju perkembangan yang lebih cepat atau lebih lambat.

6
h. Perkembangan aspek-aspek tertentu berjalan sejajar atau berkorelasi dengan
aspek lainnya. Perkembangan kemampuan sosial berkembang sejajar dengan
kemampuan berbahasa, kemampuan motorik sejajar dengan kemampuan
pengamatan dan lain sebagainya.
i. Pada saat-saat tertentu dan dalam bidang-bidang tertentu perkembangan pria
berbeda dengan wanita. Pada usia 12-13 tahun, anak wanita lebih cepat
matang secara sosial dibandingkan dengan laki-laki. Fisik laki-laki umumnya
tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan wanita. Laki-laki lebih kuat dalam
kemampuan inteleknya sedangkan wanita lebih kuat dalam kemampuan
berbahasa dan estetikanya.

2.3. Karakteristik Anak


Beberapa ahli dalam bidang pendidikan dan psikologi memandang periode
usia TK merupakan periode yang penting yang perlu mendapat penanganan sedini
mungkin. Maria Montessori (Elizabeth B. Hurlock, 1978 : 13) berpendapat bahwa
usia 3 – 6 tahun sebagai periode sensitive atau masa peka yaitu suatu periode
dimana suatu fungsi tertentu perlu dirangsang, diarahkan sehingga tidak terhambat
perkembangannya. Misalnya masa peka untuk berbicara pada periode ini tidak
terlewati maka anak akan mengalami kesukaran dalam kemampuan berbahasa
untuk periode selanjutnya. Demikian pula pembinaan karakter anak. Pada periode
tersebut karakter anak harus dapat dibangun melalui kegiatan dan pekerjaan. Jika
pada periode ini anak tidak didorong aktivitasnya, perkembangan kepribadiannya
akan menjadi terhambat. Masa-masa sensitif mencakup sensitivitas terhadap
keteraturanlingkungan, sensitivitas untuk mengeksplorasi lingkungan dengan
lidah dan tangan, sensitivitas untuk berjalan, sensitivitas terhadap obyek-obyek
kecil dan detail, serta sensitivitas terhadap aspek-aspek sosial kehidupan. 
Erikson (Helms & Turner, 1994 : 64) memandang periode ini sebagai fase
sense of initiative. Pada periode ini anak harus didorong untuk mengembangkan
inisiatifnya, seperti kesenangan untuk mengajukan pertanyaan dari apa yang
dilihat, didengar dan dirasakan. Jika anak tidak mendapat hambatan dari
lingkungannya, maka anak akan mampu mengembangkan inisiatif, dan daya

7
kreatifnya, dan hal-hal yang produktif dalam bidang yang disenanginya. Guru
yang selalu menolong, memberi nasehat, mengerjakan sesuatu di mana anak dapat
melakukan sendiri maka anak tidak mendapat kesempatan untuk berbuat
kesalahan atau belajar dari kesalahan itu. Pada fase ini terjamin tidaknya
kesempatan untuk berprakarsa (dengan adanya kepercayaan dan kemandirian
yang memungkinkannya untuk berprakarsa), akan menumbuhkan inisiatif.
Sebaliknya kalau terlalu banyak dilarang dan ditegur, anak akan diliputi perasaan
serba salah dan berdosa (guilty). Kartini Kartono (1986:113) mengemukakan
bahwa ciri khas anak masa kanak-kanak adalah sebagai berikut : (1) bersifat
egosentris naif, (2) mempunyai relasi sosial dengan benda-benda dan manusia
yang sifatnya sederhana dan primitif, (3) kesatuan jasmani dan rohani yang
hampir-hampir tidak terpisahkan sebagai satu totalitas, dan (4) sikap hidup yang
fisiognomis.
Kartini Kartono menjelaskan bahwa seorang anak yang egosentris
memandang dunia luar dari pandangannya sendiri, sesuai dengan pengetahuan dan
pemahamannya sendiri. Sikap egosentris yang naif ini bersifat temporer, dan
senantiasa dialami oleh setiap anak dalam proses perkembangannya. Relasi sosial
yang primitif merupakan akibat dari sifat egosentris yang naif tersebut. Ciri ini
ditandai oleh kehidupan individual dan sosialnya masih belum terpisahkan. Anak
hanya memiliki minat terhadap benda-benda dan peristiwa yang sesuai dengan
daya fantasinya. Dengan kata lain anak membangun dunianya dengan khayalan
dan keinginannya. 

2.4. Aspek-aspek Perkembangan Anak


Perkembangan berkenaan dengan keseluruhan kepribadian individu anak,
karena kepribadian individu membentuk satu kesatuan yang terintegrasi. Secara
umum dapat dibedakan beberapa aspek utama kepribadian individu anak, yaitu
aspek intelektual, fisik-motorik, sosio-emosional, bahasa, moral dan keagamaan.
Perkembangan dari tiap aspek kepribadian tidak selalu bersama-sama atau sejajar,
perkembangan sesuatu aspek mungkin mendahului atau mungkin juga mengikuti
aspek lainnya. Pada awal kehidupan anak, yaitu pada saat dalam kandungan dan

8
tahun-tahun pertama, perkembangan aspek fisik dan motorik sanga menonjol.
Selama sembilan bulan dalam kandungan, ukuran fisik bayi berkembang dari
seperduaratus milimeter menjadi 50 sentimeter panjangnya. Selama dua tahun
pertama, bayi yang tidak berdaya pada awal kelahirannya, telah menjadi anak
kecil yang dapat duduk, merangkak, berdiri, bahkan pandai berjalan dan berlari,
bisa memegang dan mempermainkan berbagai benda atau alat.
Aspek intelektual perkembangannya diawali dengan perkembangan
kemampuan mengamati, melihat hubungan dan memecahkan masalah sederhana.
Kemudian berkembang ke arah pemahaman dan pemecahan masalah yang lebih
rumit. Aspek ini berkembang pesat pada masa anak mulai masuk sekolah dasar
(usia 6-7 tahun). Berkembang konstan selama masa belajar dan mencapai
puncaknya pda masa sekolah menengah atas (usia 16-17 tahun).
Beberapa tugas perkembangan yang muncul dan harus dikuasai oleh anak
pada masa ini adalah :
a. Belajar berjalan. Pada usia sekitar satu tahun, tulang dan otot-otot bayi telah
cukup kuat untuk melakukan gerakan berjalan. Berjalan merupakan puncak
dari perkembangan gerak pada masa bayi.
b. Belajar mengambil makanan. Makanan merupakan kebutuhan biologis utama
pada manusia. Dengan diawali oleh kemampuan mengambil dan memakan
sendiri makanan yang dibutuhkannya, bayi telah memulai usaha memenuhi
sendiri kebutuhan hidupnya.
c. Belajar berbicara. Bicara merupakan alat berpikir dan berkomunikasi dengan
orang lain. Melalui tugas ini anak mempelajari bunyi-bunyi yang emngandung
arti dan berusaha mengkomunikasikannya dengan orang-orang di sekitarnya.
Melalui penguasaan akan tugas ini anak akan berkembang pula kecakapan
sosial dan intelektualnya.
d. Belajar mengontrol cara-cara buang air. Pengontrolan cara buang air bukan
hanya berfungsi menjaga kebersihan, tetapi juga menjadi indikator utama
kemampuan berdiri sendiri, pengendalian diri dan sopan santun. Anak yang
sudah menguasai cara-cara buang air dengan baik, termasuk tempat dan

9
pemeliharaan kebersihannya, pada tahap selanjutnya akan mampu
mengendalikan diri dan bersopan santun.
e. Belajar mengetahui jenis kelamin. Dalam masyarakat akan selalu ditemui
individu dengan jenis kelamin pria atau wanita, walaupun ada juga yang
berkelainan. Anak harus mengenal jenis-jenis kelamin ini baik ciri-ciri
biologisnya maupun sosial kulturalnya serta peranan-peranannya.
Pengenalan tentang jenis kelamin sangat penting bagi pembentukan peranan
dirinya serta penentuan bentuk perlakuan dan interaksi baik dengan jenis
kelamin yang sama maupun berbeda dengan dirinya
f. Menguasai stabilitas jasmaniah. Pada masa bayi, kondisi fisiknya sangat labil
dan peka, mudah sekali berubah dan kena pengaruh dari luar. Pada akhir masa
kanak-kanak, ia harus memiliki jasmani yang stabil, kuat, sehat, seimbang
agar mampu melakukan tuntutan-tuntutan perkembangan selanjutnya.
g. Memiliki konsep sosial dan fisik walaupun masih sederhana. Anak hidup
dalam lingungan fisik dan sosial tertentu. Agar dapat hidup secara wajar dan
menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya, anak
dituntut memiliki konsep-konsep sosial dan fisi yang sesuai dengan
kemampuannya. Anak harus sudah mengetahui apa itu binatang, manusia,
rumah, baik, jahat dan lain-lain.
h. Belajar hubungan sosial yang baik dengan orang tua, serta orang-orang dekat
lainnya, karena akan selalu berhubungan dengan orng lain, baik dalam
keluarganya maupun di lingkungannya, maka ia dituntut untuk dapat membin
hubungan baik dengan orang-orang tersebut. Anak dituntut dapat
menggunakan bahasa yang tepat dan baik, bersopan santun.
i. Belajar membedakan mana yang baik dan tidak baik serta pengembangan hati
nurani. Pergaulan hidup selalu beriisi dan berlandaskan moral. Sesuai dengan
kemampuannya anak dituntut telah mengetahui mana perbuatan yang baik dan
mana yang tidak baik. Lebih jauh ia dituntut untuk melakukan perbuatan yang
baik dan menghindarkan perbuatan yang tidak baik. Diharapkan
kebaikankebaikan ini menjadi bagian dari hati nuraninya.

10
2.5. Proses Adaptasi psikologi Pada Masa Prasekolah (anak umur 60-72
bulan)
Pada masa ini, pertumbuhan berlangsung dengan stabil. Terjadi
perkembangan dengan aktivitas jasmani yang bertambah dan meningkatnya
ketrampilan dan proses berfikir.Memasuki masa prasekolah, anak mulai
menunjukkan keinginannya, seiring dengan pertumbuhan dan perkembangannya.
Pada masa ini, selain lingkungan di dalam rumah maka lingkungan di luar rumah
mulai diperkenalkan. Anak mulai senang bermain di luar rumah. Anak mulai
berteman, bahkan banyak keluarga yang menghabiskan sebagian besar waktu
anak bermain di luar rumah dengan cara membawa anak ke taman-taman bermain,
taman-taman kota, atau ke tempat-tempat yang menyediakan fasilitas permainan
untuk anak.
Sepatutnya lingkungan-lingkungan tersebut menciptakan suasana bermain
yang bersahabat untuk anak (child friendly environment). Semakin banyak taman
kota atau taman bermain dibangun untuk anak, semakin baik untuk menunjang
kebutuhan anak.
Pada masa ini anak dipersiapkan untuk sekolah, untuk itu panca indra dan
sistim reseptor  penerima rangsangan  serta proses memori harus  sudah siap
sehingga anak mampu belajar dengan baik. Perlu diperhatikan bahwa proses
belajar  pada masa ini  adalah dengan cara bermain. Orang tua dan keluarga
diharapkan dapat memantau pertumbuhan dan perkembangan anaknya, agar dapat
dilakukan intervensi dini bila anak mengalami kelainan atau gangguan.

2.6. Proses Adaptasi psikologi Pada Masa Sekolah


Usia 5-11 tahun disebut pula sebagai masa latensi (latensi latens, latere =
tersembunyi, belum muncul, masih terikat). Pada periode ini macam-macam
potensi dan kemampuan anak masih bersifat “tersimpan”, belum mekar, belum
terpakai.

11
Masa usia sekolah dasar berkisar pada 6–12 tahun yaitu masa kematangan
bersekolah,masa keserasian berekolah yang pada akhirnya mulai mudah dididik.
Masa sekolah di bagi menjadi 2, yaitu :
1.    Masa kelas rendah sekolah dasar, ciri-ciri:
a) Adanya korelasi antara keadaan jasmani dengan prestasi sekolah.
b) Ada kecenderungan memuji diri sendiri.
c) Suka membandingkan dengan anak lain.
d) Pada umur 6-8 th biasanya menginginkan nilai raport yang baik tanpa
melihat kemampuannyan.

2.    Masa kelas tinggi sekolah dasar, ciri-ciri :


a) Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret
cenderung membandingkan pekerjaan yang praktis.
b) Realistis, ingin tahu, inin belajar.
c) Minat pada mata pelajaran khusus.
d) Sampai kira-kira umur 11 th membutuhkan orang yang bisa membantu
menyelesaikan tugasnya.
e) Memandang nilai raport sebaai ukuran yang tepat mengenai prestasi
sekolah.
f) Gemar membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama.

Tugas-tugas perkembangan pada masa sekolah (6-12 tahun) :


a. Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan melalui
pertumbuhan fisik & otak, anak belajar & berlari semakin stabil, makin
mantap & cepat. Pada masa sekolah, anak sudah sampai pada taraf penguasaan
otot, sehingga sudah dapat berbaris, melakukan senam pagi dan permainan-
permainan ringan seperti sepak bola, loncat tali, berenang dll.

12
b. Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai makhluk
biologis. Hakikat tugas ini :
1) Mengembangkan kebiasaan untuk memelihara badan, meliputi kebersihan,
keselamatan diri & kesehatan.
2) Mengembangkan sikap positif terhadap diri sendiri dan juga menerima
dirinya (baik rupa wajahnya maupun postur tubuhnya) secara positif.
c. Belajar bergaul dengan teman-teman sebaya yakni belajar menyesuaikan diri
dengan lingkungan & situasi yang baru serta teman-teman sebayanya.
d. Belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung.
e. Belajar mengembangkan konsep sehari-hari, ingatan mengenai pengamatan
yang telah lalu itu disebut konsep (tanggapan).
f. Mengembangkan kata hati, hakikat tugas ini adalah mengembangkan sikap
dan perasaan yang berhubungan dengan norma-norma agama.

2.7. Masalah-Masalah Psikologi Pada Anak


Gangguan psikologisdi dunia saat ini sangat luas, dan begitu juga jumlah
anak-anak yang terkena gangguan tersebut setiap hari. Ada juga berbagai gejala
untuk setiap gangguan. Sangat penting bagi orangtua untuk mengetahui tentang
gangguan psikologis yang dapat mempengaruhi anak-anak dan gejala untuk
mengidentifikasi mereka, sehingga mereka dapat membantu anak-anak mereka
dengan cara yang cepat dan efisien. Berikut ini adalah masalah psikologi anak
berupa perubahan emosi:
1.  Gangguan Kecemasan
Kecemasan adalah jenis yang paling umum dari gangguan psikologis yang
mempengaruhi anak-anak. Gejala utama dari gangguan kecemasan adalah
kekhawatiran yang berlebihan, ketakutan atau kegelisahan. Ada berbagai jenis
gangguan kecemasan, seperti ketakutan yang tidak beralasan situasi, paling
sering disebut sebagai fobia, gangguan kecemasan umum, yang cenderung
membuat anak-anak khawatir berlebihan tentang hal-hal yang tidak realistis,

13
serangan panik, gangguan obsesif kompulsif, yang menyebabkan anak-anak
mengulangi pola pikiran dan perilaku, seperti mencuci tangan, dan gangguan
stres pasca-trauma, yang biasanya terjadi pada anak-anak yang mengalami
peristiwa traumatis dalam hidup. Gangguan stres pasca-trauma menyebabkan
kilas balik yang menyakitkan dan menakutkan dari peristiwa traumatik.
2. Depresi parah
Depresi adalah gangguan psikologis lain yang sangat umum pada anak-anak.
Depresi mempengaruhi emosi anak, membuat mereka merasa sedih atau tidak
berharga. Mereka mungkin kehilangan motivasi untuk kegiatan yang mereka
gunakan untuk sangat menikmati, dan mungkin memiliki perubahan nafsu
makan dan pola tidur. Mereka mungkin mulai melihat dunia sebagai tempat
yang putus asa, dan mereka tampaknya tidak peduli tentang apa pun. Semua
gejala ini penting untuk menyadari karena ketika mereka menggabungkan,
seorang anak dapat mempertimbangkan bunuh diri dan hidupnya mungkin
dalam bahaya.
3. Bipolar Disorder
Gangguan bipolar sering terlihat pada gejala perubahan suasana hati
berlebihan yang tampaknya berubah dengan cepat dan pergi dari rendah ke
tinggi dengan cepat. Saat-saat perubahan suasana hati berlebihan kadang-
kadang dimoderatori oleh suasana hati biasa di antara, tapi selama periode
suasana hati yang intens, anak-anak mungkin menunjukkan tanda-tanda
seperti berbicara non-stop, menunjukkan penilaian buruk dan tidak tampak
membutuhkan sangat banyak tidur. Jika tidak diobati tanpa obat, gangguan
bipolar dapat menyebabkan depresi berat.
4. Hiperaktif
Sebuah gangguan psikologi anak yang cukup sering terjadi. Seorang anak
akan mendapatkan sebuah gangguan perilaku dimana mereka cenderung
bergerak aktif bahkan super aktif di dalam rumah atau di lingkungan
permainan bersama dengan teman-temannya.

14
Anak-anak yang hiperaktif bisa membahayakan teman-temannya akibat
perilaku yang terjadi secara spontan dan tanpa pikir panjang. 
5. Pemurung dan penyendiri
Ketika kita telah membahas mengenai anak-anak yang ceria bahkan hiperaktif,
ada pula anak yang berperilaku sebaliknya. Mereka sangat sulit bergaul dan
cenderung merasa malu dengan keadaan mereka sendiri. Anak-anak seperti ini
juga tidak boleh dibiarkan berlarut karena jiwa sosial mereka tidak bisa
berkembang jika selalu dibiarkan.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Anak merupakan agen subyek aktif yang memfungsikan segenap
kemampuan dalam proses perkembangannya. Dalam perkembangan anak terdapat
impuls-impuls bawaan yang mendorong segenap mekanisme dari potensialitasnya
untuk berfungsi aktif, berkembang dan terus maju. Jika fungsi-fungsi psiko-fisik
itu mengalami proses pematangan, maka terjadilah proses pemekaran dan
pembukaan dari “lipatan” pada setiap potensi organisme.

3.2 Saran
Dalam upaya mendidik dan mengembangkan anak untuk mencapai
perkembangannya seoptimal mungkin, maka para pendidik anak usia dini perlu
memahami siapa anak didiknya dan bagaimana perkembangan anak itu sendiri.
Anak berbeda dengan orang dewasa atau orang tua, anak memiliki karakteristik
dan dunianya sendiri, dan anak memiliki potensi untuk dapat berkembang selama
lingkungannya memberikan pengaruh-pengaruh yang positif bagi upaya
pengembangannya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Kartono, Kartini. Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan) Bandung: CV


Mandar, 1990

Sujiono Yuliani Nurani dan Syamsiatin eriva (2003). Perkembangan Perilaku


Anak Usia Dini. Jakarta: Pusdiani Press UNJ

Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas.(2015).Kreativitas

Yusuf, Syamsu. (2000). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung :


Rosda Karya

17

Anda mungkin juga menyukai