Anda di halaman 1dari 42

 

LAPORAN PBL SISTEM REPRODUKSI

MODUL III “GANGGUAN HAID” 

SKENARIO II

Disusun oleh Kelompok 8 :

1.  Dewi Zahara Hasmuddin (110 211 0020)


2.  Muh. Asri Wahid (110 211 0021)
3.  Yunika (110 211 0051)
4.  Muhammad Unggul Rhobbigfirly (110 211 0052)
5.  Fadlhil Mochamad (110 211 0081)
6.   Nur Anna Mustari (110 211 0082)
0082)
7.  Muhammad Husrang (110 211 0111)

8.  Lutfhi Afiat (110 211 0112)


9.  Andi Tenri Andromeda (110 211 0142)
10. Andi Najmiah Hafsah (110 211 0143)

Pembimbing : dr. Sri Wahyu 


FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2014
 

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat
Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Diskusi
PBL Sistem Reproduksi Modul III Skenario 2 sesuai jadwal yang telah
ditentukan.

Salam dan Shalawat tak lupa pula kami kirimkan kepada junjungan Nabi
Besar Muhammad SAW yang telah mengantarkan kita semua dari alam gelap
gulita menuju ke alam yang terang benderang.

Terima kasih tak lupa pula kami sampaikan kepada semua pihak yang
telah turut membantu dalam penyelesaian laporan ini. Dan terima kasih kepada
tutor pembimbing dr.Sri Wahyu yang telah memberikan bimbingan dan
 pengarahan selama proses tutorial berlangsung.

Adapun tujuan
tujuan pembuatan laporan ini sebagai hasil diskusi
diskusi kelompok 5b
mengenai patomekanisme terjadinya berbagai jenis gangguan haid berdasarkan
etiologi, gambaran klinis, cara mendiagnosisi, serta penatalaksanaan gangguan
haid tersebut.

Kami selaku penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan dan


 penulisan laporan ini masih
masi h jauh dari kesempurnaan. Olehnya itu kritik dan saran
yang membangun senantiasa penulis butuhkan demi kesempurnaan laporan yang
telah penulis buat ini.

Semoga laporan PBL ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Wassalamu alaikum wr,wb

Makassar, Mei
2014
 

Penulis,

TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah selesai mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat
menjelaskan tenteng penyebab dan patofiologi gangguan haid, serta
 penanganannya.

Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


Setelah selesai mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan dapat :
1.  Menjelaskan apa yang dimaksud dengan haid
2.  Menjelaskan tentang
2.1 Menyebutkan organ-organ yang berperan dalam proses terjadinya haid
2.2 Menjelaskan hormon yang berperan pada proses haid
3.  Menjelaskan kelainan/keadaan yang menyebabkan seorang wanita
mengalami gangguan haid
4.  Menjelaskan tentang patofiologi dari tidak haid akibat kehamilan
3.1 Menjelaskan proses terjadinya kehamilan
3.2 Menjelaskan perubahan anatomi dan fisiologi akibat kehamilan
3.3 Menjelaskan keluhan yang sering ditemukan selama kehamilan akibat
 perubahan tersebut
5.  Menyebutkan penanganan gangguan haid
5.1 Menyebutkan penanganan yang diperlukan untuk mengatasi keluhan
akibat perubahan fisiologis pada kehamilan
5.2 Menyebutkan penanganan
6.  Menjelaskan masalah haid dan prinsip-prinsip penanganan dalam
 perspektif islam.
 

1. Skenario
Seorang wanita, usia 48 tahun, PVA0, datang ke poliklinik dengan
keluhan haid tidak teratur, kadang-kadang 2  –   3 bulan baru mendapat haid

selama satu tahun terakhir ini.


2.  Kata Sulit
   PVA0 : paritas 5 abortus 0 
   Haid : pengeluaran darah secara periodic dan siklik dari uterus disertai
 pelepasan (deskuamasi) endometrium.

3. Kata / Kalimat Kunci


  Wanita 48 tahun, PVA0 
  Keluhan haid tidak teratur  
  Kadang-kadang 2-3 bulan baru mendapat haid  
  Terjadi selama 1 tahun terakhir  

4.  Identifikasi Masalah


1.  Jelaskan Anatomi, Histologi, dan Fisiologi dari organ terkait !
2.  Jelaskan etiologi gangguan haid !
3.  Jelaskan klasifikasi gangguan haid !
4.  Jelaskan faktor predisposisi haid tidak teratur !
5.  Jelaskan pemeriksaan gangguan
gangguan haid !
6.  Jelaskan tentang amenore baik secara fisiologis maupun patologis disertai
dengan tanda perubahan (anatomi dan fisiologi) dan keluhan yang
menyertainya !nure android
7.  Apakah dampak dari P5A0 terhadap siklus haid wanita tersebut ?yunika
? yunika
8.  Jelaskan klasifikasi menopause !fadil
9.  Jelaskan penanganan gangguan haid (fisiologis dan patologisnya) !deza
milna
10. Jelaskan masalah haid dan prinsip penanganannya dalam perspektif islam !
Jawaban Pertanyaan :
 

5.  Jawaban pertanyaan.


pertanyaan.
1.  Anatomi, Histologi dan Fisiologi Organ Terkait

ANATOMI
A.  Kompartmentt I (Uterus)
Kompartmen
Uterus berbentuk seperti buah advokat atau buah peer yang sedikit gepeng kea
rah muka belakang, ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai rongga.
Dindingnya terdiri atas otot-otot polos. Ukuran panjang uterus adalah 7 – 7,5
7,5
cm, lebar di atas 5, 25 cm, tebal 2,5 cm dan tebel dinding uterus adalah 1,25
cm. Bentuk dan ukuran uterus sangat berbeda-beda, tergantung pada usia dan
 pernah melahirkan anak atau belumnya. Terletak di rongga pelvis antara
kandung kemih dan rectum. Letak uterus dalam keadaan fisiologis adalah
anteversiofleksio (serviks ke depan dan membentuk sudut dengan serviks

uteri).
Bagian-bagian uterus terdiri atas :
1.  Fundus uteri, adalah bagain uterus proksimal di ats muara tuba
uterina yang mirip dengan kubah , di bagian ini tuba Falloppii masuk ke
uterus. Fundus uteri ini biasanya diperlukan untuk mengetahui usia/
lamanya kehamilan
2.  Korpus uteri, adalah bagian uterus yang utama dan terbesar.
Korpus uteri menyempit di bgaian inferior dekat ostium internum dan
 berlanjut sebagai serviks. Pada kehamilan, bagian ini mempunyai fungsi

utama sebagai tempat janain berkembang. Rongga yang terdapat di korpus


uteri disebut kavum uteri ( rongga rahim ).
3.  Serviks uteri, serviks menonjol ke dalam vagina melalui dinding
anteriornya,dan bermuara ke dalamnya berupa ostium eksternum. Serviks
uteri terdiri dari :
a.  Pars vaginalis servicis uteri yang dinamakan porsio
 b.  Pars supravaginalis servisis uteri yaitu bagian serviks yang
 berada di atas vagina
Saluran yang terdapat pada serviks disebut kanalis servikal berbentuk sebagai

saluran lonjong dengan panjang 2,5 cm. saluran ini dilapisi oleh kelenjar-
 

kelenjar serviks, berbentuk sel-sel torak bersilia dan berfungsi sebagai


reseptakulum reminis. Pintu saluran serviks sebelah dalam disebut ostium uteri
internum dan pintu di vagina disebut ostium uteri eksternum. Secara histologis,

dinding uterus terdiri atas :


1.  Endometrium ( selaput lendir ) di korpus uteri
Endometrium terdiri atas epitel pubik, kelenjar-kelenjar dan jaringan dengan
 banyak pembuluh darah. Endometrium terdiri atas epitel selapis silindris,
 banyak kelenjar tubuler bersekresi lendir. Dua pertiga bagian atas kanal
servikal dilapisi selaput lendir dan sepertiga bawah dilapisi epitel berlapis
gepeng, menyatu dengan epitel vagina.Endometrium melapisi seluruh kavum
uteri dan mempunyai arti penting dalam siklus haid. Endometrium merupakan
 bagian dalam dari korpus uteri yang membatasi cavum uteri. Pada

endometrium terdapat lubang-lubang kecil yang merupakan muara-muara dari


saluran-saluran kelenjar uterus yang dapat menghasilkan secret alkalis yang
membasahi cavum uteri. Epitel endometrium berbentuk seperti silindris.
2.  Myometrium / Otot-otot polos
Lapisan otot polos di sebelah dalam berbentuk sirkuler dan di sebelah luar
 berbentuk longitudinal. Di antara kedua lapisan
l apisan itu terdapat lapisan otot oblik,
 berbentuk anyaman,
an yaman, lapisan
lapis an ini paling kuat dan menjepit pembuluh-pembuluh
darah yang berada di sana. Myometrium merupakan bagian yang paling tebal.
Terdiri dari otot polos yang disusun sedemikian rupa hingga dapat mnedorong

isinya keleuar saat persalinan. Di antara serabut-serabut otot terdapat


 pembuluh-pembuluh darah, pembuluh lympa
l ympa dan urat saraf. Otot uterus terdiri
te rdiri
dari 3 bagain:
a.  Lapisan luar, yaitu lapisan seperti kap melengkung melalui fundus
menuju ke arah ligamenta
 b.  Lapisan dalam, merupakan serabut-serabut otot yang berfungsi
sebagai sfingter dan terletak pada ostium internum tubae dan orificium
uteri internum
 

c.  Lapisan tengah, terletak antara ke dua lapisan di atas, merupakan


anyaman serabut otot yang tebal ditembus oleh pembuluh-pembuluh
darah. Jadi, dinding uterus terutama dibentuk oleh lapisan tengah ini.

2.  Perimetrium , yakni lapisan serosa / terdiri atas peritoneum viserale


yang meliputi dinding
dinding uterus bagian
bagian luar. Ke anterior peritoneum menutupi
fundus dan korpus, kemudian membalik ke atas permukaan kandung kemih.
Lipatan peritoneum ini membentuk kantung vesikouterina. Ke posterior,
 peritoneum menutupi menutupi fundus, korpus dan serviks, kemudian
melipat pada rektum dan membentuk kantung rekto-uterina. Ke lateral,
hanya fundus yang ditutupi karena peritoneum membentuk lipatan ganda
dengan tuba uterina pada batas atas yang bebas. Lipatan ganda ini adalah
ligamentum latum yang melekatkan uterus pada sisi pelvis.

Uterus sebenarnya terapung dialam rongga pelvis dengan jaringan ikat dan
ligamenta yang menyokongnya, sehingga terfiksasi dengan baik. Ligamenta
yang memfiksasi uterus adalah ( Ilmu Kebidanan ):
1.  Ligamentum kardinale sinistrum et dekstrum ( Mackenrodt ) yakni
ligamentum yang trepenting, mencegah supaya uterus tidak turun,
terdiri atas jaringan ikat tebal dan berjalan dari serviks dan puncak
vagina kea rah lateral dinding pelvis.
 

2.  Ligamentum sakro- uterinum sinistrum et dekstrum, yakni


ligamentum yang menahan uterus supaya tidak banyak bergerak,
 berjalan dari serviks bagian belakang, kiri dan kanan, kea rah os sacrum
s acrum

kiri dan kanan.


3.  Ligamentum rotundum sinistrum et dekstrum, yakni ligamentum
yang menhaan uterus dalam antefleksi dan berjalan dari sudut fundus
uteri kiri dan kanan, ke daerah inguinal kiri dan kanan. Pada kehamilan
kadang-kadang terasa sakit di daerah inguinal pada waktu berdiri cepat
karena uterus berkontraksi kuat dan ligamentum rotundum menjadi
kencang serta mengadakan tarikan pada daerah inguinal. Pada
 persalinan ia pun terba kencang dan terasa sakit bila dipegang.
4.  Ligamentum latum sinistrum et dekstrum, yakni ligamentum yang

meliputi tuba, berjalan dari uterus kea rah sisi, tidak banyak
mengandung jaringan ikat. Sebenarnya ligamentum ini adalah bagian
dari peritoneum viserale yang meliputi uterus dan kedua tuba dan
 berbentuk sebagai lipatan. Di bagian dorsal, ligamentum ini ditemukan
indung telur ( ovarium sinistrum et dekstrum ). Untuk memfiksasi
uterus, ligamentum latum ini tidak banyak artinya.
5.  Ligamentum infundibulo-pelvikum, yakni ligamentum yang
menahan tuba Falloppii berjalan dari arah infundibulum ke dinding
 pelvis. Di dalamnya ditemukan urat-urat saraf, saluran-saluran limfe,

arteria dan vena ovarica.


 

Pembuluh darah yang mengaliri uterus


mengaliri uterus adalah 
adalah arteri uterina dan
dan  arteri ovarika.

B.  Kompartment II (Ovarium)


Ovarium homolog dengan testis  pada  pria. 
 pria.  Ovarium  berbentuk oval dan
terletak pada dinding  panggul  bagian lateral yang disebut  fossa ovarium. 
ovarium. 
Ovarium ada dua yaitu terletak di kiri dan kanan uterus.
kanan uterus. Ovarium
 Ovarium dihubungkan
oleh ligamentum ovarii propium dan dihubungkan dengan dinding  panggul
dengan perantara ligamentum infundibulo pelvikum.
Fungsi ovarium
Fungsi ovarium adalah sebagai berikut:
1.  Mengeluarkan hormon
Mengeluarkan hormon progesteron
 progesteron dan esterogen
dan esterogen
2.  Mengeluarkan telur setiap bulan
Ukuran ovarium sekitar 2,5-5 cm x 1,5-3 cm x 0,9-1,5 cm. Berat ovarium
kurang lebih 4-8 gram. Pada seorang wanita, terdapat
wanita, terdapat 100.000 
100.000  folikel  primer.
Folikel tersebut setiap bulan akan matang dan keluar, terkadang dua folikel
matang dan keluar bersamaan. Folikel  primer ini akan berkembang menjadi
folikel sekunder dan bila matang menjadi folikel tertier atau 
atau   folikel de graaf.
Folikel de graaf yang matang terdiri atas: ovum, 
ovum,  stratum granulosum, teka
internus, dan teka eksternus. 
eksternus. 
 

 
C.  Kompartmentt III
Kompartmen : Hypophysis

Kelenjar hipofisis berada di dasar otak di bawah hipotalamus dalam  sella


tursica   dan dipisahkan dari cavum cranii oleh kondensasi duramater yang
tursica
menutup sella tursica ( diafragma sellae 
sellae  ). Kelenjar hipofisis terdiri dari 2
 bagian utama yaitu :
1. Neurohipofisis terdiri dari :
a. Lobus posterior ( pars
( pars nervosa )
nervosa )
 b. Tangkai hipofisis ( infundibulum
infundibulum )
 )
c. Eminensia medialis
 Neurohipofisis berasal dari jaringan neural dan mempunyai hubungan
langsung dengan hipotalamus dan susunan saraf pusat.
2. Adenohipofisis terdiri dari :
a. Pars distalis ( lobus anterior )
 b. Pars intermedia ( lobus intermedialis )
c. Pars tuberalis
Adenohipofisis berasal dari jaringan ektoderm. Jalinan arteri pada eminensia
medialis dan infundibulum (sistem portal hipofisis) merupakan sarana utama
transportasi sekresi hipotalamus menuju hipofisis anterior.
 

Hipofisis anterior memproduksi hormon tropik dibawah kendali regulasi


hipotalamus melalui perantaraan sinyal neuroendokrin yang berjalan melalui
sirkulasi disekitar infundibulum. Terdapat 5 buah jenis sel dalam hipofisis

anterior yang terkait dengan produksi hormon tropik yaitu :


a.  Gonadotrof
 b.  Laktotrof
c.  Somatotrof
d.  Tirotrof
e.  Kortikotrof
Sel  –   sel tersebut secara spesifik bertanggung jawab terhadap produksi dan
sekresi dari :
a.  FSH – 
FSH –  follicle
 follicle stimulating hormone 
hormone 

 b.  LH –  Luteinizing
LH –  Luteinizing hormone 
hormone 
c.  Prolaktin
d.  GH – 
GH –  Growth Hormone 
Hormone 
e.  ACTH – 
ACTH –  Adrenocorticotropic
 Adrenocorticotropic hormone 
hormone 
Sel – 
Sel  –   sel
sel tirotrof dan gonadotrof secara histologis sangat mirip sehingga produk
sekresinya berupa LH,FSH dan TSH-thyroid
TSH-thyroid stimulating hormone 
hormone  merupakan
glikoprotein yang terdiri dari dua rantai subunit α  dan β. Subunit α FSH,LH
dan TSH adalah identik dan juga terdapat dalam hCG-human
hCG- human chorionic
 gonadotropin. Pada berbagai hormon tersebut yang berbeda adalah rantai

subunit β. Pengendalian aktivitas kelenjar hipofisis sebagian besar dilakukan


oleh hipotalamus melalui suatu proses mekanisme umpan-balik (feedback
mechanisme). Sel-sel pada nukleus hipotalamus yang mengendalikan hipofisis
memiliki beberapa fungsi. Sel – 
Sel  –  sel
  sel tersebut dapat menerima sinyal dari pusat
yang lebih tinggi didalam otak, atau membangkitkan sinyal saraf tersendiri dan
memiliki kemampuan neuroendokrin.
Beberapa sinyal saraf intrinsik yang berhubungan dengan sistem
reproduksi dibentuk di dalam hipotalamus. Sinyal ini berasal dari suatu
generator denyut ( pulse generator ) untuk GnRH  –   Gonadotropin Releasing

 Hormone   dan dari neuron dopaminergik yang projeksinya menuju ke


 Hormone
 

eminensia mediana hipotalamus. Pada keadaan basal, GnRH disekresi oleh


hipotalamus dalam bentuk pulsasi dengan frekuensi 1 denyut per jam dan
frekuensi ini berubah selama siklus menstruasi.

GnRH merupakan hormon tropik utama dalam regulasi fungsi sel gonadotropin
sehingga memegang peranan penting dalam sistem reproduksi disamping TRH
 –  thyrotropin releasing factor  dan
 dan PIF – 
PIF –  prolactine
 prolactine inhibiting factor. 
factor. 

D.  Kompartmentt IV (Hypothalamus)


Kompartmen
Hipotalamus terletak pada lantai otak, mengelilingi bagian bawah ventrikel
ketiga. Batas anterior adalah kiasma optika; batas posterior adalah korpus
mamilaris; batas lateral adalah sulcus lateral; dan batas ventrodorsal adalah
tuber cinereum (dasar hipotalamus yang membulat dan memanjang kearah
kaudal hingga tangkai hipofisis). Bentuk hipotalamus memang tidak beraturan,
namun dapat dibedakan menjadi beberapa bagian, yaitu: (1) area hipotalamus
dorsal; (2) area hipotalamik anterior; dan (3) area preoptikus. Menurut
Sherwood (2011), Hipotalamus adalah kumpulan nukleus-nukleus spesifik dan
serat serat terkait yang terletak dibawah thalamus.
Hipotalamus adalah wilayah otak yang mengendalikan sejumlah besar fungsi
tubuh. Hal ini terletak di bagian tengah dasar otak, dan mengenkapsulasi
 bagian ventral ventrikel. Hipotalamus sangat penting bagi kehidupan (proses
hormonal dan metabolisme).
 

HISTOLOGI

A.  Ovarium
Ovarium atau indung telur berfungsi menghasilkan gamet betina (sel
telur). Selain itu juga menghasilkah hormon-hormon kelamin seperti
 progesterone dan estrogen. Ovarium terletak di rongga pelvis dan diikatkan
 pada dinding tubuh bagian dorsal oleh selaput jaringan ikat yang disebut
mesovarium. Ovarium pada mamalia terutama pada manusia memiliki ukuran
yang relative kecil dan diselaputi oleh selapis sel berasal dari peritoneum
disebut epitel germinal. Di sebelah dalam terdapat tunika albugenia (jaringan
ikat penyebab ovarium berwarna putih). Jaringan dasar ovarium disebut
stroma. 
 

 
Struktur histologi ovarium :
Daerah korteks mengandung banyak folikel telur yang masing -
masing terdiri dari sebuah oosit yang diselaputi oleh sel-sel folikel. Sel-sel
folikel adalah oosit beserta sel granulose yang mengelilinginya. Terdapat 3
macam folikel yaitu: 
a.  Folikel primordial : terdiri atas oosit primer yang berinti agak ke tepi yang
dialapisi sel folikel berbentuk pipih.
 b.  Folikel primer : terdiri atas oosit primer yang dilapisi sel folikel (sel
granulose) berbentuk kubus dan terjadi pembentukan zona pelusida. Zona
 pelusida Adalah suatu lapisan glikoprotein yang terdapat diantara oosit
dan sel-sel granulose.
c.  Folikel sekunder : terdiri atas oosit primer yang dilapisi sel
granulose berbentuk kubus berlapis banyak atau disebut staratum
granulose
d.  Folikel tersier : terdiri dari oosit primer, volume stratum
granulosanya bertambah besar. Tedapat beberapa celah antrum diantara
sel-sel granulose dan jaringan ikat stroma di luar stratum
stra tum granulose
 

membentuk theca intern (mengandung banyak pembuluh darah) dan theca


extern (banyak mengandung serat kolagen).
e.  Folikel degaff : disebut juga folikel matang. Pada folikel ini, oosit sudah

siap diovulasikan dari ovarium. Oosit sekunder dilapisi oleh beberapa


lapis sel granulose berada dalam suatu jorokan ke dalam stratum disebut
cumulus ooferus. Sel-sel granulose yang mengelilingi oosit disebut
corona radiate. Antrum berisi liquor follicul yang mengandung
mengandung hormone
hormone
esterogen.
 

B.  Tuba Fallopi


Epitel
kolumnar
bersilia

Mukosa Lamina propria

Lapisan otot

Vascular
Lapisan adventisia

Tuba uterine (oviduct) menghubungkan uterus dengan ovarium,


merupakan tempat dimana fertilisasi dari ovarium terjadi. Tuba akan

mengalami perubahan struktur sesuai siklus haid, seperti halnya dengan


uterus. Diameter tuba berbeda-beda pada beberapa tempat, demikian halnya
dengan banyaknya lipatan-lipatan mukosanya. Umumnya lipatan lebih banyak
di daerah infundibulum dan berkurang atau sangat sedikit dekat uterus
(isthmus).3

Berdasar struktur histology terdiri dari lapisan mukosa, lapisan otot, dan
lapisan adventisia.3
-  Lapisan mukosa : tersusun atas epitel kolumnar tinggi bersilia dan sel-sel

kelenjar
-  Lapisan otot : tersusun atas lapisan otot instrinsik yang tebal membentuk
lipatan mukosa, penuh pembuluh darah, dan tidak mengandung
muskularis mukosa.
-  Lapisan adventisia : merupakan suatu anyaman penyambung jarang
 

C.  Uterus

Uterus merupakan suatu organ yang akan menampung janin. Uterus


merupakan saluran berdinding tebal yang berfungsi untuk menyalurkan
sperma ke tempat fertilisasi, sebagai tempat terjadinya implantasi dan
Dindingnya terdiri atas 3 lapis :3
 perkembangan embrio. Dindingnya
1.  Endometrium (Mukosa) : bagian dalam dilapisi epitel selapis
s il i nd ri s bersilia
bersilia dan terdapat
terdapat pula kelenjar uterus yang bermukosa
bermukosa
dari permukaan.3 
2.  Miometrium (dinding otot) : suatu lapisan otot polos dalam uterus.
terdapat 3 lapisan otot yang batas-batasnya kurang jelas. Tiga lapisan otot
tersebut adalah lapisan subvascular 
lapisan subvascular  (serat-serat
 (serat-serat otot tersusun memanjang),
lapisan vaskular   (lapisan otot tengah tebal, serat tersusun melingkar dan
 banyak pembuluh darah), dan lapisan  supravaskular   (lapisan otot luar
memanjang tipis)3 
3.  Perimetrium : suatu anyaman penyambung jarang yang mengandung
 pembuluh darah yang mempunyai dinding tidak seperti dinding biasa3 
 

FISIOLOGI

Haid (menstruasi) ialah perdarahan yang siklik dari uterus sebagai tanda
 bahwa alat kandungan dalam tubuh seorang wanita menjalankan fungsinya.
Panjang siklus haid ialah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan
mulainya haid yang baru. Hari mulainya perdarahan dinamakan hari pertama
siklus. Panjang siklus haid yang dianggap normal biasanya adalah 28 hari, tetapi
variasinya cukup luas, bukan saja antara beberapa wanita tetapi juga pada wanita
yang sama. Juga pada kakak beradik bahkan saudara kembar, siklusnya selalu
tidak sama. Lebih dari 90% wanita mempunyai siklus menstruasi antara 24
sampai 35 hari. Diagram di bawah inimenunjukkan variasi dalam lamanya siklus
haid seorang wanita. 

Siklus menstruasi normal pada manusia dapat dibagi menjadi dua segmen :
siklus ovarium dan siklus uterus. Siklus ovarium lebih lanjut dibagi menjadi fase
follikular dan fase luteal, mengingat siklus uterus juga dibagi sesuai fase
digolongkan seperti : 
 proliferasi dan sekresi. Siklus ovarium digolongkan

a.  Fase follikuler: pada fase ini terjadi umpan balik hormonal yang
menyebabkan maturisasi follikel pada pertengahan siklus yang dipersiapkan
untuk ovulasi. Beberapa saat sesudah haid mulai, pada fase follikuler dini,
 

 beberapa follikel berkembang oleh pengaruh FSH yang meningkat.


Meningkatnya FSH ini disebabkan oleh regresi korpus luteum, sehingga
hormon steroid berkurang. Dengan berkembangnya follikel, produksi

estrogen meningkat, dan ini menekan produksi FSH. Pada saat ini LH juga
meningkat, namun peranannya pada tingkat ini hanya membantu pembuatan
estrogen dalam follikel. Perkembangan follikel berakir setelah kadar estrogen
dalam plasma meninggi. Pada awalnya estrogen meninggi secara
 berangsur angsur, kemudian dengan cepat mencapi puncaknya. Ini
memberikan umpan balik positif terhadap pusat siklik dan deng
dengan
an mendadak
terjadi puncak pelepasan LH (LH-surge) pada pertengahan siklus yang
mengakibatkan terjadinya ovulasi. LH yang meninggi itu menetap kira kira
24 jam dan menurun pada fase luteal. Dalam beberapa jam setelah LH

meningkat, estrogen menurun dan mungkin inilah yang menyebabkan LH


menurun. Menurunnya estrogen mungkin disebabkan perubahan morfologik
 pada follikel atau mungkin juga akibat umpan balik negatif yang pendek dari
LH terhadap hipotalamus. LH-surge yang cukup saja tidak menjamin
terjadinya ovulasi; follikel hendaknya pada tingkat yang matang agar dapat
dirangsang untuk berovulasi
 b.  Fase ovulasi: kelurnya ovum dari folikel de graaf
c.  Fase luteal: Waktu kurang lebih 14 hari. Pada fase luteal, setelah ovulasi sel
sel granulasa membesar membentuk vakuola dan bertumpuk pigmen kuning

(lutein), follikel menjadi korpus luteum. Vaskularisasi dalam lapisan


granulose juga bertambah dan mencapi puncaknya pada hari 8 ± 9 setelah
ovulasi . Luteinized granulose cells dalam korpus luteum
membuat progesterone banyak, dan luteinized theca cells
cel ls membuat pula
estrogen yang banyak sehingga kedua hormon itu meningkat pada fase luteal.
Mulai 10 ± 12 hari setelah ovulasi korpus luteum mengalami regresi
 berangsur-angsur disertai dengan berkurangnya kapiler kapiler dan diikuti
oleh menurunnya sekresi progesterone dan estrogen.
 

Siklus endometrium terdiri dari 4 fase, yaitu: 

1.  Fase menstruasi atau deskuamasi


Pada masa ini endometrium dilepaskan dari dinding uterus disertai
dengan perdarahan. Hanya lapisan tipis yang tinggal yang disebut dengan
stratum basale, stadium ini berlangsung 4 hari. Dengan haid itu keluar darah,
 potongan-potongan
 potongan-potongan endometrium dan lendir dari cervik. Darah tidak
membeku karena adanya fermen yang mencegah pembekuan darah dan
mencairkan potongan potongan mukosa. Hanya kalau banyak darah keluar
maka fermen tersebut tidak mencukupi hingga timbul bekuan bekuan darah
dalam darah haid. 

2.  Fase post menstruasi atau stadium regenerasi


Luka endometrium yang terjadi akibat pelepasan endometrium secara
 berangsur angsur sembuh dan ditutup kembali oleh selaput lendir baru yang
tumbuh dari selsel epitel kelenjar endometrium. Pada waktu ini tebal
endometrium ± 0,5 mm, stadium sudah mulai waktu stadium menstruasi dan
 berlangsung ± 4 hari. 
3.  Fase intermenstruum atau stadium proliferasi

Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal ± 3,5 mm. Fase
ini berlangsung dari hari ke 5 sampai hari ke 14 dari
da ri siklus haid. Fase
 
 proliferasi dapat dibagi dalam 3 sub fase yaitu :
a.  Fase proliferasi dini , fase proliferasi dini berlangsung antara hari ke 4
sampai hari ke 9. Fase ini dikenal dari epitel permukaan yang tipis dan
adanya regenerasi epitel, terutama dari mulut kelenjar. Kelenjar
kebanyakan lurus, pendek dan sempit. Bentuk kelenjar ini merupakan
ciri khas fase proliferasi; sel sel kelenjar mengalami mitosis. Sebagian
sediaan masih menunjukkan suasana fase menstruasi dimana terlihat
 perubahan perubahan involusi dari epitel kelenjar yang berbentuk
kuboid. Stroma padat dan sebagian menunjukkan aktivitas mitosis, sel

selnya berbentuk bintang dan lonjong dengan tonjolan tonjolanan


 

astomosis. Nukleus sel stroma relatif besar karena sitoplasma relatif


sedikit.
 b.  Fase proliferasi akhir, fase ini berlangsung pada hari ke 11 sampai hari

14. Fase ini dapat dikenal dari permukaan kelenjar yang tidak rata dan
dengan banyak mitosis. Inti epitel kelenjar membentuk
 pseudostratifikasi. Stroma bertumbuh aktif dan padat
4.  Fase pramenstrum atau stadium sekresi

Fase ini mulai sesudah ovulasi dan berlangsung dari hari ke 14 sampai
ke 28.Pada fase ini endometrium kira kira tetap tebalnya, tetapi bentuk
kelenjar berubah menjadi panjang, berkeluk keluk dan mengeluarkan getah
yang makin lama makin nyata. Dalam endometrium telah tertimbun glikogen
dan kapur yang kelak diperlukan sebagai makanan untuk telur yang dibuahi.

Memang tujuan perubahan ini adalah untuk mempersiapkan endometrium


menerima telur yang dibuahi. Fase ini dibagi atas:  
a.  Fase sekresi dini dalam fase ini endometrium lebih tipis dari pada fase
sebelumnya karena kehilangan cairan, tebalnya 4-5 mm.
 b.  Fase sekresi lanjut endometrium dalam fase ini tebalnya 5-6 mm.
Dalam fase ini terdapat peningkatan dari fase sekresi dini , dengan
endometrium sangat banyak mengandung pembuluh darah yang
 berkeluk keluk dan kaya dengan glikogen. Fase ini sangat ideal untuk
nutrisi dan perkembangan ovum. Sitoplasma sel-sel stroma bertambah.

Sel stroma menjadi sel desidua jika terjadi kehamilan. Perubahan-


 perubahan akibat pengaruh hormonal
hormonal di uterus
 

Gambar: Siklus Menstruasi

2.  Etiologi Gangguan Haid

Penyebab gangguan haid sangat banyak dan secara sistematis dibagi


menjadi tiga kategori penyebab utama,yaitu :

1.  Keadaan patologi panggul


Lesi permukaan pada traktus genital
a.  Mioma uteri, adenomiosis
 b.  Polip endometrium
c.  Hiperplasia endometrium
d.  Adenokarsinoma endometrium, sarkoma
e.  Infeksi pada serviks, endometrium, dan uterus
f.  Kanker serviks, polip
g.  Trauma
 

Lesi dalam
a.  Adenomiosis difus, mioma uteri, hipertrofi miometrium
 b.  Endometriosis
c.  Malformasi arteri vena pada uterus
2.  Penyakit medis sistemik
a.  Gangguan hemostasi: penyakit von Willebrand, gangguan faktor II,
V, VII, VIII, IX, XII, trombositopenia, gangguan platelets.
 b.  Penyakit tiroid, hepar, gagal ginjal, disfungsi kelenjar adrenal, SLE.
c.  Gangguan hipotalamus hipofisis: adenoma, prolaktinoma, stress,
olahraga berlebih.
3.  Perdarahan uterus disfungsi
Merupakan gangguan haid tanpa ditemukan keadaan patologi pada
 panggul dan penyakit sistemik.
sis temik. Selain ketiga faktor penyebab tersebut bila
 perdarahan uterus abnormal terjadi pada perempuan usia reproduksiharus
dipikirkan gangguan kehamilan sebagai penyebab. Abortus, kehamilan
ektopik, solusio plasenta perlu dipikirkan karena juga memberikan keluhan
 perdarahan. Penyebab iatrogenik seperti penggunaan pil kontrasepsi, alat
kontrasepsi dalam rahim, obat antikoagulansia, antipsikotik, dan preparat
hormon juga bisa juga menyebabkan perdarahan sehingga harus dipikirkan
 pula saat evaluasi perdarahan uterus abnormal.

3.  Klasifikasi Gangguan Haid 


Digolongkan dalam :
A. Kelainan panjang siklus (N=21-35hr):
a.  Polimenore (sering) jika haid terjadi kurang 21 hari
 b.  Oligomenore (jarang) jika haid terjadi lebih dari 35 hari

c.  Amenore (tidak haid) → jika haid tidak terjadi selama 3 bln
3  bln berturut – 
berturut –  
turut
B.  Kelainan banyaknya haid (Normalnya darah haid = ±80ml):
a.  Hipermenore (banyak) jika darah haid lebih 80ml
 b.  Hipomenore (sedikit) jika darah haid kurang dari 80ml
C.  Kelainan lama haid (Normalnya lama haid 3 –  7
 7 hari):
a.  Menoragi (memanjang) jika lama haid lebih 7 hari
 b.  Brakimenore (memendek) jika lama haid kurang dari 3 hari
D.  Metroragi (jika haid terjadi diluar siklus normal)

E.  Perdarahan bercak


 

a.  Premenstrual spotting


 b.  Postmenstrual spotting
F.  Perdarahan uterus disfungsional

G.  Gangguan lain berhubungan dengan haid :


a.  Metroragi (haid diluar siklus)
 b.  Dismenore (nyeri bila haid)
c.  Premenstrual tension (ketegangan haid)

4.  Faktor Predisposisi Haid Tidak Teratur


a.  Penyakit pada indung telur (ovarium) atau uterus (rahim), misalnya tumor
ovarium, fibrosis kistik, dan tumor adrenal. 
 b.  Gangguan produksi hormon akibat kelainan di otak, kelenjar hipofisis.

kelenjar tifoid, kelenjar adrenal. ovarium (indung telur) maupun bagian


dari sistem reproduksi lainnya. Misalnya. hipogonadisme,
hipogonadotropik, hipotiroidisme, sindrom adrenogenital, sindrom
 penderas-willi, penyakit ovarium polikistik, hiperplasia adrenal
mengentas, dan sindrom cushing yang menghasilkan sejumlah asar
hormon kortisol oleh kelenjar adrenal. 
c.  Penyakit yang berat misalnya penyakit ginjal kronik. hipoglikemia,
obesitas. dan malnutrisi. 
d.  Obat-obatan untuk penyakit kronik atau setelah berhenti minum

konstrasepsi oral. 
e.  Pengangkatan kandung rahim (hysterectomy) atau indung telur (ovarium). 
f.  Kelainan bawaan pada sistem kehamilan, misalnya tidak memiliki rahim
atau vagina , adanya sekat pada vagina, serviks yang sempit, dan lubang
 pada selaput yang menutupi vagina
vagina terlalu sempit/himen imperforata.  
g.  Penurunan berat badan yang drastis akibat kemiskinan, diet berlebihan,
anoreksia nervosa, dan bulimia. 
h.  Kelainan kromosom, misalnya sindrom turner atau sindrom swyer (sel
hanya mengandung satu kromosom X) dan hermafrodit sejati. 

i.  Olahraga yang berlebihan. 


 

 
5.  Pemeriksaan Gangguan Haid

ANAMNESIS

Secara rutin ditanyakan sudah menikah atau belum, paritas, siklus haid,
 penyakit yang pernah diderita, terutama kelainan genikologik serta
 pengobatannya, dan operasi
operasi yang dialami.

Riwayat Penyakit Umum

Perlu ditanyakan apakah penderita pernah menderita penyakit berat,


seperti penyakit tuberkolosis, penyakit jantung, riwayat penyakit ginjal, dan
diabetes melitus. Riwayat operasi non-genikologik perlu juga diperhatikan,

misalnya mammektomi dan apendektomi.

Riwayat Obstetrik

Riwayat kehamilan sebelumnya apakah berakhir dengan keguguran


ataukah berakhir dengan persalinan normal dan bagaimana nasib anaknya. Infeksi
nifas dan kuretase ddapat menjadi sumber infeksi panggul menahun dan
kemandulan. Jika perempuan itu pernah mengalami keguguran, perlu diketahui
apakah sengaja ataukah spontan. Perlu juga ditanyakan
ditan yakan banyaknya perdarahan dan
apakah telah dilakukan kuretase.

Riwayat Ginekologi

Riwayat penyakit ginekologi beserta pengobatannya dapat memberikan


keterangan penting. Terutama operasi yang pernah dialami.

1.  Perdarahan
Perdarahan yang sifatnya abnormal sering dijumpai. Perlu
ditanyakan apakah perdarahan itu berhubungan dengan siklus haid tau
tidak.banyak dan lamanya perdarahan. Dan perlu diketahui jenis
 perdarahannya spotting, menoragia, hipermenorea,polimenorea,
oligomenorea ataukah metroragia. Perdarahan yang didahului oleh haid
 

yang terlambat biasanya disebabkan oleh abortus, kehamilan mola, atau


kehamilan ektopik.perdarahan sewaktu atau sesudah koitus dapat
merupakan gejala dini dari carsinoma serviks uteri. Selain itu penyakit-

 penyakit yang ditandai dengan perdarahan adalah polip serviks uteri, erosi
 portio, carsinoma copus uteri.
2.  Flour Albus (leukorea)
Perlu ditanyakan sejak berapa lama hal itu terjadi. Terjadi terus
menerus atau hanya waktu  –   waktu tertentu saja, seberapa banyak, apa
warnanya, baunya, disertai rasa gatal atau nyeri.
Flour albus karena trikomoniasis dan kandidiasis hampir selalu
disertai rasa gatal. Demikian pula halnya dengan flour albus karena
diabetes melitus, sedangkan vaginitis senilis disertai rasa nyeri.

3.  Rasa nyeri


Dismenorea yang dapat dirasakan di perut bawah atau pinggang
dapat bersifat seperti mules-mules seperti ngilu, atau seperti ditusuk-
tusuk. Mengenai hebatnya nyeri yang diderita, perlu ditanyakan apakah
 perempuan itu apakah dapat melakukan pekerjaan sehari-harinya ataukah
dia sampai berbaring meminum obat anti nyeri.
Dispareuni, rasa nyeri waktu bersenggama dapat disebabkan oleh
kelainan organik atau oleh faktor psikologis. Nyeri perut sering disertai
kelainan ginekologik yang dapat disebabkan oleh kelainan letak uterus,

neoplasma, dan terutama peradangan. Baik yang mendadak maupun yang


menahun.
4.  Miksi
Keluhan dari saluran kemih sering menyertai kelainan ginekologik.
Oleh karena itu perlu ditanyakan rasa nyeri pada saat berkemih, seringnya
 berkemih, retensio urin, berkemih tidak lancar, atau tidak tertahankan.
5.  Defekasi
Beberapa penyakit yang berasal dari rektum dan kolon sigmoid sering
menimbulkan kesulitan dalam mendiagnosis penyakit ginekologik. Misalnya

diverticulitis dan karsinoma sigmoid. Pada inkonentia alvi, feses dapat keluar dari
 

vagina dan dari anus. Keluarnya feses dari kemaluan menunjukkan adanya fistula
rektovaginalis.

PEMERIKSAAN UMUM, PAYUDARA DAN PERUT

Pemeriksaan umum

Pertumbuhan rambut didaerah pubis, betis dan kumis menunjukkan kearah


gangguan endokrin. Perlu diperhatikan apakah penderita terlampau gemuk,
ataukah terlampau kurus, pemeriksaan nadi, suhu badan, tekanan darah,
 pernapasan, mata, payudara, kelenjar ketiak,jantung paru-paru dan perut. Jika
 perlu pemeriksaan dilengkapi dengan pemeriksaan laboratorium,misalnya Hb,
leukosit, laju endap darah, dan pemeriksaan urin.

Pemeriksaan Payudara

Pemeriksaan payudara
payudara (mamma) terutama mempunyai
mempunyai arti penting bagi
 penderita perempuan, terutama dalam hubungan dengan diagnostik,kelainan
endokrin, kehamilan, dan karsinoma mamma.

Hiperpigmentasi areola, dan papilla mamma, pembesaran kelenjar-kelenjar


metgomery, dan dapat dikeluarkannya kolostrum merupakan tanda
tandakehamilan.

Pemeriksaan Perut

1.  Inspeksi :
Perlu diperhatikan bentuk, pembesaran/cekukan, pergerakan
dengan pernapasan, kondisi kulit, parut operasi dan sebagainya.
Pembesaran perut kedepan dengan batas yang jelas, menunjukkan
kehamilan atas tumor sedangkan pembesaran kesamping merupakan gejala
dari cairan bebas dalam rongga perut (asites)
2.  Palpasi :
 

Pada pemeriksaan tumor dapat ditemukan lebih jelas bentuknya,


 besarnyam konsistensinya, batas-batas dan gerakannya. Rasa nyeri pada
 perabaan tumor merujuk kearah peradangan/infeksi.

3.  Perkusi :
Dengan perkusi dapat dibedakan apakah pembesaran disebabkan
oleh tumor ataukah cairan bebas dalam perut.
4.  Auskultasi :
Auskultasi perut sangat efektif untuk menyingkirkan kemungkinan
kehamilan. Bising uterus dapat terdengar pada mioma uteri yang besar.

PEMERIKSAAN ORGAN GENITALIA EKSTERNA

Inspeksi:

Dalam letak litotomi alat kelamin tampak jelas. Dengan inspeksi perlu
diperhatikan bentuk, warna, pembengkakan, dan sebagainya dari genitalia
eksterna, perineum, anus, dan sekitarnya. Apakah ada darah atau flour albus.
Apakah himen masih utuh dan klitoris normal? Pertumbuhan rambut pubis juga
 perlu diperhatikan.

Terutama dicari apakah ada peradangan, iritasi kulit, eksema dan tumor.
Apakah ada karunkula atau polip. Apakah ada benda menonjol dibagian vagina.
Jaringan parut di perineum, kondiloma akuiminata atau kondiloma lata

Perabaan Vulva dan Perineum

Pemeriksaan dimulai dengan perabaan glandula Bartholini dengan jari jari


dari luar, yang kemudian diteruskan dengan perabaan antara dua jari di dalam
vagina dan ibu jari luar. Dicari apakah ada Bartholinitis, abses atau kista. Dalam
keadaan normal, kelenjar bartholini tidak dapat diraba.selanjutnya periksa bagian
 perineum bagaimanatebalnya, tegangnya
tegangnya dan elastisitanya.

PEMERIKSAAN ORGAN GENITALIA INTERNA

Pemeriksaan dengan spekulum


 

Untuk perempuan yang belum pernah melahirkan, dan apabila memang


mutlak perlu untuk virgo, dipilih spekulum yang kecil. Dengan menggunakan
spekulum, dinding vagina diperiksa (rugae vaginalis, sinoma, flour albus) dan

 portio vaginalis servisis uteri(bulat, terbelah melintang, mudah berdarah, erosio,


 peradangan, polip, tumor atau ulkus,
ulkus, terutama pada karsinoma.

Eksisi percobaan dilakukan juga dalam spekulum. Apabila ada polip kecil
 bertangkai, ini sekaligus dapat diangkat dengan memutar tangkainya. Dapat pula
mengeluarkan AKDR (IUD) yng sudah tidak dikehendaki lagi oleh penderita
dapat dikeluarkan.

Pemeriksaan Bimanual

Pemeriksaan genitalia interna dilakukan dengan kedua tangan (bimanual),


dua jari atau satu jari dimasukkan ke dalam vagina atayu satu jari ke dalam
rektum, sedang jari yang lain diletakkan di dinding perut. Dan dilanjut dengan
 perabaan vagina dan dasar panggul, perabaan serviks, perabaan korpus uteri,
 perabaan parametrium dan adneksum.

Pemeriksaan rektoabdominal,
rektoabdominal, rektovaginal, dan rekto vagino abdominal

Penebalan dinding vagina dan septum rektovaginal, kista dinding bagina,


dan infiltrasi karsinoma rekti lebih mudah ditentukan dengan pemeriksaan
rektovaginal. Tumor pelvis, yang sulit dikenal dengan pemeriksaan bimanual
 biasa, lebih mudah diraba dengan cara rekto-vaginoabdominal. Terutama untuk
membedakan apakah tumor berasal dari ovarium atau dari rektosigmoid.
rektosi gmoid.

PEMERIKSAAN KHUSUS

Pemeriksaan Laboratorium Biasa

Tidak selalu, akan tetapi jika dianggap perlu, dilakukan pemeriksaan


darah, dan kaddar seni. Kadar Hb diperiksa pada perempuan yang tampak pucat
mengalami perdarahan, pada perempuan tidak hamil, dan pada perempuan hamil

 pada persangkaan kehamilan ekstrauterin terganggu. Jumlah leukosit dan laju


 

endap darah juga diperiksa pada proses peradangan. Pemeriksaan gula darah,
fungsi ginjal, fungsi hati, dan sebagainya hanya dilakukan apabila ada indikasi.

Pemeriksaan Getah Vulva dan Vagina

Pemeriksaaan tambahan yang sering diperlukan di poliklinik atau tempat


 praktik ialah pemeriksaan getah urethra/serviks dan getah vagina, terutama pada
kelainan leukorea. Getah urethra diambil dari orificium urethra eksternum dan
getah serviks diambil dari ostium uteri eksternum
e ksternum untuk pemeriksaan gonokokkus.
Getah vagina diambil dari forniks posterior untuk mencari trikomonas vaginalis
dan benag-benang (miselia) kandida albicans.

Apabila basil pemeriksaan gonokokkus, trikomonas, dan kandida albicans


 beberapa kali tetap negatif, sedang
s edang kecurigaan akan penyakit
pen yakit bersangkutan masih
ada, maka dapat dilakukan pemeriksaan biakan. Pemeriksaan bakteriologis
lainnya, termasuk pemeriksaan pembiakan, dapat dilakukan pula jika dianggap
 perlu.

Pemeriksaan Sitologi Vagina

Untuk pemeriksaan sitologik, bahan diambil dari dinding vagina atau dari serviks
(endoserviks dan ektoserviks) degan spatel ayre. Diagnosis dini dari karsinoma
servisis uteri dan karsinoma korporis uteri. Selain untuk diagnosis dini tumor
ganas, pemeriksaan ini dapat dipakai juga secara tidak lansung untuk mengetahui
fungsi hormonal karena pengaruh esterogen dan progesteron menyebabkan
 perubahan khas pada sel-sel selaput vagina.maturitas kehamilan dapat pula
ditentukan dengan cara ini walaupun hasilnya tidak selalu memuaskan. Sementara
itu ditemukannya banyak leukosit dan limfosit menuju kearah peradangan.

Percobaan
Percobaan Schiller

Percobaan Schiller merupakan cara pemeriksaan yang sederhana


 berdasarkan kenyataan bahwa sel  –   sel epitel berlapis gepeng dari portio yang
normal mengandung glikogen, sedang sel – 
sel  –  sel
 sel abnormal tidak.
 

Apabila permukaan portiodicat/dipulas dengan larutan logol, maka epitel


 portio normal akan berwarna coklat tua sedangkandaerah-daerah yang tidak
normal bewarna kuning dan tampak pucat. Cara ini sangat sederhana untuk

mendiagnostik tumor-tumor jinak dan kelainan portio lainnya.


la innya.

Kolposkopi

Penderita letak litotomi, lalu dipasang spekulum. Portio dibersihkan dari


lendir dengan larutan cuka 2% atau dengan larutan nitras argenti 5%. Dalam gal
ini tampak jelas batas antara epitel berlapis gepeng dari ektoserviks dan mukosa
dari endoserviks. Apabila ada lesi, maka akan tampak jelas batas antara daerah
yang normal dan daerah yang tidak normal. Dengan ini, dapat jelas dibedakan
antara erosio dan karsinoma.

Pemeriksaan Khusus Lainnya

Selain pemeriksaan khusus tersebut diatas, masih ada beberapa cara


khusus lainnya yang jarang dilakukan dalam pekerjaan sehari-hari dan
mempunyai indikasi yang sangat terbatas. Diantaranya,  pemeriksaan infertilitas
dan Endokrinologi, pemeriksaan dengan sinar rontgen, pemeriksaan sitoskopi
dan rektoskopi, pemeriksaan ultrasonografi, pemeriksaan kuldosintesis.

6. Pengertian amenore baik secara fisiologis


fisiolo gis maupun patologis disertai
dengan tanda perubahan (anatomi dan fisiologi) dan keluhan yang
menyertainya.

Amenore primer adalah tidak terjadinya menarke sampai usia 17 tahun,


dengan atau tanpa perkembangan seksual sekunder; sedangkan amenore sekunder
 berarti tidak terjadi menstruasi selama 3 bulan atau lebih pada orang yang telah
mengalami siklus menstruasi.7

Amenore bersifat fisiologik pada perempuan usia pubertas, hamil, dan


 pascamenopause; dan di luar itu amenore menunjukkan adanya disfungsi atau
abnormalitas dari sistem reproduksi. Amenore merupakan gejala dan bukan
 

merupakan suatu penyakit. Penyebab amenore dapat fisiologik, endokrinologik,


organik, atau akibat gangguan perkembangan.7

Tabel penyebab amenore.7

Stadium perkembangan Patologi

AMENORE PRIMER

Tidak ada atau terhentinya -  Disfungsi hipotalamus


 perkembangan seksual sekunder -  Disfungsi hipofisis
-  Kegagalan ovarium atau
disgenesis
Perkembangan seksual sekunder yang -  Disfungsi hipotalamus

normal -  Disfungsi hipofisis


-  Perkembangan sistem Mulleri
yang tidak lengkap
Perkembangan seksual sekunder yang -  Disfungsi hipotalamus
abnormal -  Disfungsi hipofisis
-  Kegagalan ovarium atau
disgenesis
-  Produksi hormone seks yang
tidak fisiologik

-  Ketidak pekaan androgen


AMENORE SEKUNDER

Pascamenarke -  Disfungsi endometrium


-  Disfungsi ovarium
-  Disfungsi hipotalamus
-  Disfungsi hipofisis

Remaja putri yang belum memperlihatkan awita pubertas sampai usia 13

tahun, atau yang tidak mengalami menstruasi sampai 5 tahun setelah awitan
 

 pubertas harus diselidiki dengan seksama. Perempuan dewasa yang mengalami


amenore selama 3 bulan juga harus diselidiki penyebabnya.7 

Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang lengkap, dengan perhatian khusus


 pada pengaruh dari berubahnya keadaan hormonal, merupakan langkah awal yang
 penting untuk penilaian klinis. Diet dan kebiasaan latihan, adanya gangguan
fisiologik, gaya hidup, stres lingkungan, riwayat kelainan genetik dalam keluarga,
kelainan pertumbuhan dan perkembangan, dan tanda  –  tanda
  tanda kelebihan androgen
merupakan keterangan yang penting. 7

Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi genitalia dan palpasi organ – 


organ  –  organ
  organ pelvis
dan penilaian ukuran  –  ukuran
  ukuran tubuh, sikap tubuh, ada atau tidak adanya rambut
tubuh serta distribusinya, perkembangan dan sekresi payudara. Lebar jangkauan

lengan (jika kedua lengan direntangkan) kira  –   kira sama dengan tinggi badan;
namun pada hipogonadisme, jangkauan lengan lebih panjang 2 inci daripada
tinggi badan. Perkembangan payudara dan pubis dinilai berdasarkan skala
 perkembangan Tanner.7

Penilaian laboratorium pada amenore

Langkah pertama adalah menentukan apakah gangguan hormonal disebabkan


oleh kelainan pada hipotalamus-hipofisis atau kelainan gonad. Penetuan ini dibuat
dengan mengukur kadar FSH serum. Jika FSH serum tetap meningkat pada

 pemeriksaan ulang, kemungkinan besar perempuan itu mengalami kelainan


ovarium primer. Jika FSH serum tetap normal atau rendah, kemungkinan besar
masalahnya terletak pada hipotalamus atau kelenjar hipofisis. Pada kasus ini,
 penilaian fungsi tiroid atau adrenal dapat menentukan apakah pasien mengalami
defisiensi gonadotropin saja atau panhipopituitarisme. Jika terdapat galaktore,
maka kadar prolactin serum harus diperiksa. 7

Pemeriksaan radiogram fosa hipofisis dan CT scan aksial dari kelenjar


hipofisis dapat menentukan apakah pasien mempunyai tumor hipofisis dengan
atau tanpa penekanan suprasellar.7
 

Penanganan pasien amenore

Penanganan amenore sering didasarkan pada kelainan patologik penyebab.


Perempuan dengan adenoma hipofisiss, yang menyekresi prolactin harus
ditangani dengan reseksi transfenoidal tumor hipofisis atau supresi prolactin
dengan bromokriptin. Perempuan dengan sekresi androgen berlebihan harus
mendapatkan terapi supresif dengan kortikosteroid atau kontrasepsi oral. Kedua
 preparat ini menekan seksresi androgen yang berlebihan, mungkin dengan
menghambat pelepasan gonadotropin.7

Perempuan dengan defisiensi hipotalamus-hipofisis atau ovarium harus


mendapat terapi penggantian dengan esterogen dan progestern yang diberikan
secara siklik. Pengobatan kombinasi estrogen dan progesterone membantu

memelihara karakteristik seksual sekunder dan mencegah atrofi vagina dan


 payudara serta osteopenia. Terapi dapat diteruskan sampai saat perkiraan
ta hun.7
terjadinyya menopause pada usia 45-52 tahun.

Perempuan dengan gangguan gonad primer akan tetap infertil. Tetapi, ovulasi
dapat diinduksi dan fertilitas dapat dipulihkan pada beberapa perempuan yang
hanya mengalami defisiensi gonadotropin, penakit ovarium polikistik (PCOD),
atau penurunan berat badan berlebihan, jika berat badan semula dapat dicapai.
Ovulasi dan fertilitas dapat dicapai dengan pemberian klomifen sitrat, suatu
senyawa nonsteroid yang mempunyai khasiat estrogenik maupun antiestrogenik
 bergantung pada tempat kerjanya. Pada perempuan  –  perempuan
  perempuan yang responsif,
ovulasi dapat terjadi dalam 4-8 hari dan menstruasi dalam 14-21 hari setelah
klomifen sitrat dihentikan. Beberapa rangkaian pengobatan mungkin diperlukan
sebelum terjadi ovulasi dan fertilitas atau siklus menstruasi normal. Kelenjar
hipofisis harus dalam keadaan baik untuk tercapainya respons terapi yang positif.7

Pada perempuan dengan hipopituitarisme atau tumor hipofisis, fertilitas dapat


dipulihkan dengan pemberian FSH manusia dan hCG, yang bekerja seperti pada
LH. Terapi ini mahal dan membutuhkan pengawasan yang ketat untuk dosis dan
 

respon estradiol untuk menghindari kehamilan ganda atau terjadinya kista


ovarium.7

7.  Dampak dari P5A0 terhadap siklus haid wanita tersebut. Terkhusus
terhadap menopause.

Sejak kelahiran, folikel-folikel primordial yang semula dorman akan terus


diaktivasi menjadi persediaan folikel yang akan berkembang ( growing follicle
 pool ).
). Proses ini dikenanl dengan initial recruitment . Dimana, pada masa
 puberitas, folikel akan diaktivasi kemudian akan mengalami ovulasi dan sebagian
atresia.

 Initial recruitmen 
recruitmen  ini dipengaruhi beberapa faktor, salah satunya yaitu  Anti
 Mullerian Hormon (AMH). Jika AMH tidak ada maka persediaan  follicle pool  
akan habis secara prematur dan mencetuskan menopause dini. Selain itu, AMH
 juga mengendalikan pengaruh paritas terhadap usia menopause. Dimana,
menjelang paritas, hormone progesterone akan meningkat dan akan memicu
ekspresi AMH. Ekspresi yang meningkat ini kemudian menginhibisi proses initial
recruitmen sehingga kejadian menopause dapat terhambat.

8.  Klasifikasi menopause.

Menopause merupakan salah satu dari beberapa tahap kehidupan reproduksi


wanita, maka keseluruhan masa peralihan menopause dapat dibagi
menjadi beberapa tahap:8
a.  Premature menopause atau menopause dini
Menopause yang terjadi sebelum usia 40 tahun, baik secara alamiah ataupun
induksi oleh karena tindakan medis. Wanita dengan premature menopause

mempunyai gejala yang mirip dengan menopause alami, seperti hot flashes,
flashes,
 

gangguan emosi, kekeringan pada vagina serta penurunan gairah seksual.Untuk


 beberapa wanita dengan premature menopause, keluhan ini dialami sangat berat.
Disamping itu, wanita juga cenderung mengalami kejadian keropos tulang lebih

 besar dibandingkan dengan wanita yang mengalami menopause lebih lambat. Hal
inilah yang meningkatkan terjadinya osteoporosis, yang merupakan faktor resiko
 patah tulang.
 b.  Perimenopause
Perimenopause ditandai dengan terjadinya perubahan kearah menopause, yang
 berkisar antara 2-8 tahun, ditambah dengan 1 tahun setelah menstruasi terakhir.
Tidak diketahui secara pasti untuk mengukur berapa lama fase perimenopause
 berlangsung. Hal ini merupakan keadaan alamiah yang dialami seorang wanita
dalam kehidupannya yang menandai akhir dari masa reproduksi. Penurunan

fungsi indung telur selama masa perimenopause berkaitan dengan penurunan


estrogen dan progesterone serta hormon androgen.
c.  Menopause
Menopause adalah perubahan alami yang dialami seorang wanita saat siklus
menstruasi terhenti. Keadaan ini sering disebut “change
“ change of life”.
life”. Selama
Selama
menopause, biasa terjadi antara usia 45-55 tahun, tubuh wanita secara perlahan
 berkurang menghasilkan hormon estrogen dan progesteron. Dikatakan
menopause, jika dalam 12 bulan terakhir tidak mengalami menstruasi dan tidak
disebabkan oleh hal patologis. Kadar estradiol 10-20 pg/ml yang berasal dari

konversi androstenedion.
d.  Postmenopause
Masa setelah mencapai menopause sampai senium yang dimulai setelah 12
 bulan amenore serta rentan terhadap osteoporosis dan penyakit jantung.
jantung.

9.  Penanganan gangguan haid (fisiologis dan patologisnya).

9
PENANGANAN PERTAMA

Penanganan pertama ditentukan pada kondisi hemodinamik. Bila keadaaan

hemodinamik tidak stabil segera masuk rumah sakit untuk perawatan perbaikan
 

keadaaan umum. Bila keadaaan hemodinamik stabil, segera dilakukan penangan


untuk menghentikan perdarahan.  

Perdarahan
Perdarahan Akut dan Banyak

Perdarahan akut dan banyak sering terjadi pada 3 kondisi yaitu pada remaja
dengan gangguan koagulopati, dewasa dengan mioma uteri, dan pada pemakaian
obat antikoagulansia. Ditangani dengan 2 cara yaitu : 9

1.  Dilatasi dan Kuretase


2.  Terapi Medikamentosa
a.  Kombinasi estrogen progestin
 b.  Estrogen
c.  Progestin

Perdarahan Ireguler

Perdarahan ireguler dapat dalam bentuk metroragia, menometroragia,


oligomenorea, perdarahan memanjang yang sudah terjadi dalam hitungan minggu
atau bulan dan berbagai pola perdarahan lainnya. Bentuk pola perdarahn diatas
digabungkan karena mempunyai penanganan yang relatif sama. Perdarahan
ireguler melibatkan banyak macam ppola perdarahan dan tentunya mempunyai
 berbagai macam penyebab. Metroragia, menometroragia, oligomenorea,
 perdarahan memanjang, dan lain sebagain Bentuk pola perdarahn diatas
digabungkan karena mempunyai penanganan yang relatif sama. Perdarahan
ireguler melibatkan banyak macam pola perdarahan dan tentunya mempunyai
 berbagai macam penyebab. Metroragia, menometroragia, oligomenorea,
 perdarahan memanjang, dan lain sebagainya merupakan bentuk pola perdarahan
yang bisa terjadi. Sebelum memulai denan terapi hormon sebaiknya penyebab
sisstemik dievaluasi lebih dulu, seperti dilakukan : 9

1.  Periksa TSH : evaluasi penyakit hipotiroid dan hipertiroid sebaiknya


dilakukan sejak awal.

2.  Periksa prolaktin : bila ada oligomenorea atau hipomenorea


 

3.  Lakukan PAP smear : bila didapatkan perdarahan pascasenggama4 


4.  Bila curiga atau terdapat faktor resiko keganasan endometrium : lakukan
 biopsi endometrium dan pertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan

dengan USG transvagina. Bila terdapat keterbatasan untuk melakukan


evaluasi seperti tersebut di atas dapat segera melakukan pengobatan
seperti :
a.  Kombinasi estrogen progestin
 b.  Progestin

Bila pengobatan medikamentosa gagal sebaiknya dipertimbangkan untuk


dirujuk ke tempat pengobatan denagn
denagn fasilitas yang lebih lengkap. Pemeriksaan
USG transvagina atau infus salin sonohisterografi dilakukan untuk mendeteksi
mioma uteri dan polip endometrium. Kegagalan terapi medikamentosa bisa
menjadi pertimbangan untuk melakukan tindakan bedah, misalnya ablasi
endometrium, reseksi histeroskopi, dan histerektomi.9

PENANGANAN MEDIKAMENTOSA
MEDIKAMENTOSA NON HORMONAL

Penanganan medikamentosa diberikan bila tidak ditemukan keadaan patologi


 pada panggul. Medikamentosa nonhormon yang dapat digunakan untuk
 perdarahan uterus abnormal adalah :9

1.  Obat Antiinflamasi Nonsteroid (NSAID)

2.  Antifibrinolisis

PENANGANAN PEMBEDAHAN

Penanganan dengan terapi bedah. Histerektomi merupakan prosedur bedah


utama yang dilakukan pada kegagalan terapi medikamentosa. Namun
komplikasinya tetap bisa terjadi berupa perdarahan, infeksi, dan masalah
 penyembuhan luka operasi. Saat ini telah dikekmbangkan prosedur bedah invasif
minimal dengan cara ablasi utnuk mengurangi ketebalan endoetrium. Cara ini
diduga lebih mudah dilakukan, dan sedikit kompllikasi. Namun, tentunya
tentunya masih

 perlu bukti dengan dilakukan dilakukan evaluasi lebih lanjut. beberapa prosedur
 

 bedah yang saat ini digunakan pada penangangan perdarahan uterus abnormal
adalah ablasi endomterium, reseksi transerviks, histeroskopi operatif,
miomektomi, dan oklusi atau emboli arteri uterina. 9

Penanganan Perdarahan Uterus Disfungsi  

Penanganan PUD dilakukan untuk mencapai dua tujuan yang saling berkaitan,
yaitu yang pertama mengembalikan pertumbuhan dan perkembangan
endometrium abnormal yang menghasilkan keadaan anoulasi dan kedua membuat
haid yang teratur, siklik dengan volume dan jumlah yang normal. Kedua tujuan
tersebut dapat dicapai dengan cara : 9

1.  Mengatur Haid Supaya Normal Kembali

Seperti pada perdarahan uterus abnormal penanganan pertama ditentukan


 berdasarkan kondisi hemodinamik. Bila hemodinamik tidak stabil segera masuk
rumah sakit utnuk perawatan perbaikan keadaan umum. Bila hemodinamik stabil
 penanganan utnuk menghentikan perdarahan dilakukan seperti tata cara
 penanganan perdarahan uterus banormal dengan bentuk perdarahan akut dan
 banyak. Medika mentosa yang dipakai adalah kombinasi progestin dan estrogen. 

2.  Mengatur Haid Setelah penghentian Perdarahan Tergantung pada Dua Hal,
 
yaitu Usia dan Paritas.

Usia Remaja, dapat diberikan obat :  

a.  Kombinasi estrogen dan progestin


 b.  Progestin siklik, misalnya MPA dosis 10mg per hari selama 14 hari, 14 hari
 berikutnya tanpa diberikan obat. Kedua pengobatan diatas diulang selama 3
 bulan.

Usia Reproduksi 

 
a.  Bila paritas multipara : berikan kontrasepsi hormon
 

 b.  Bila infertilitas dan ingin hamil : berikan obatinduksi ovulasi  

Usia Perimenopause : Berikan pil kontrasepsi kombinasi dosis rendah atau injeksi

DMPA.

10.  Menurut perspektif


perspektif Islam tentang haid
a.  Dari Aisyah r.a. bahwa Fatimah binti Abu Hubaisy sedang keluar darah
 penyakit (istihadhah). Rasulullah Saw. Pun berkata kepadanya,
“Sesungguhnyadarah haid adalah darah hitam yang telah diketahui. Jika memang
darah itu yang keluar maka janganlah shalat. Namun, jika darah itu (berwarna)
lain, maka berwudhulah dan shalatlah”. Riwayat Abu Dawud dan Al-
Al - Nasa’i.
 Nasa’i.
Hadis ini dinilai sahih oleh Ibnu Hibban dan Al-Hakim.

 b.  Dalam hadis Asma binti Umais menurut riwayat Abu Dawud, “Hendaklah
dia duduk dalam suatu wadah berisi air. Jika dia melihat warna kuning di atas
 permukaan air, ia mandi sekali untuk zuhur dan ashar, mandi sekali untuk magrib
ma grib
dan isya, dan mandi sekali lagi untuk shalat subuh, serta berwudhu antara waktu-
waktu tersebut.
c.  Hamnah binti Jahsy berkata, “Aku pernah mengeluar kan
kan darah penyait
(istihadhah) yang banyak sekali. Maka aku menghadap Nabi Saw. Untuk meminta
fatwanya. Beliau bersabda, “Itu hanyalah gangguan dari setan. Anggaplah enam
atau tujuh hari sebagai masa haidmu, kemudian madilah. Jika engkau telah bersih,

shalatlah selama dua puluh empat hari atau dua puluh tiga hari. Berpuasa dan
shalatlah, karena hal itu cukup bagimu. Kerjakanlah semua itu setiap bulan seperti
layaknya wanita-wanita haid yang lainnya. Jika engkau mampu mengakhiri shalat
zuhur dan mengawalkan shalat ashar (maka
( maka lakukanlah). Kemudian engkau mandi
ketika suci dan engkau shalat zuhur dan asar secara jama’. Kemudian engkau
mengakhiri shalat magrib dan mengawalkan isya, engkau mandi dan menjama’
shalat magrib dan isya maka kerjakanlah. Kemudian engkau mandi untuk shalat
subuh dan shalat subuhlah”. Beliau bersabda, “Perkara kedua inilah yang lebih
aku senangi”. Diriwayatkan oleh lima imam, dinilai sahih oleh Al-Termidzi
Al -Termidzi dan

dianggap hasan oleh Bukhari.


 

 
 

DAFTAR PUSTAKA

1.  Laurale, sheerwood. Fisiologi Manusia.Ed.6. Jakarta : EGC. 2011.

2.  Guyton and Hall. Fisiologi Kedokteran. Ed.11. Jakarta : EGC


3.  Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi. Ilmu Kandungan. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2007.
4.  Prawiroharjo, sarwono. Wiknjosastro, hanifa. Ilmu Kandungan edisi 3.
Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo. 2011.
5.  Suwito Tjondro Hudono. Pemeriksaan Ginekologi dalam Sarwono
Prawirohardjo. Ed.Ilmu Kandungan.
Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka, 2011
6.  Imam Al-HAfidz Ibnu Hajar Al-Asqalany. Bulughul Maram. Jakarta Selatan:
 Noura Books. 2008
2008

7.  Price Sylvia, Wilson Lorraine.2005. Patofisiologi


 Patofisiologi Volume 2 Edisi 6 . Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hlm 1284-1287.
8.  Baziad, A. 2003.  Menopause dan Andropause. Cetakan Pertama. 
Pertama.  Jakarta
:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. hal 5-40. 
9.  Anwar, mochammad. 2011. Ilmu Kandungan edisi ketiga Gangguan Haid/
Perdarahan Uterus Abnormal. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo :
Jakarta
10. 

Anda mungkin juga menyukai