Anda di halaman 1dari 7

TUGAS “RIVIEW”

BUKU ILMU LINGKUNGAN

PENGANTAR PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP

Mata kuliah :

ILMU LINGKUNGAN

NAMA : RISDA WULAN MUSLIMAH

NIM : L1A118055

KELAS : R003.C

DOSEN PENGAMPU :

Ir.Yanuar Fitri M,Si

FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS JAMBI
BAB 1 KONSEP PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP

1. PENGERTIAN

Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) merupakan pendidikan tentang lingkungan hidup dalam
konteks internalisasi secara langsung maupun tidak langsung dalam membentuk kepribadian
mandiri serta pola tindak dan pola pikir peserta didik/mahasiswa/peserta diklat sehingga dapat
merefleksikan dalam kehidupan sehari hari. PLH merupakan upaya melestarikan dan menjaga
lingkungan serta ekosistem kehidupan makhluk hidup yang dapat memberikan konstribusi pada
keberlangsungan kehidupan yang seimbang dan harmonis Materi PLH merupakan alternatif pilihan
untuk diterapkan kepada peserta didik agar dapat mengembangkan pola berpikir dan bertindak
berperilaku sehat secara fisik dan mental dalam kehidupan sehari hariPLH memasukkan aspek
afektif yaitu tingkah laku, nilai dan komitmen yang diperlukan untuk membangun masyarakat yang
berkelanjutan (sustainable). Pencapaian tujuan afektif ini biasanya sukar dilakukan. Oleh karena itu,
dalam pembelajaran guru perlu memasukkan metode-metode yang memungkinkan berlangsungnya
klarifikasi dan internalisasi nilai-nilai Dalam PLH perlu dimunculkan atau dijelaskan bahwa dalam
kehidupan nyata memang selalu terdapat perbedaan nilai-nilai yang dianut oleh individu. Perbedaan
nilai tersebut dapat mempersulit untuk derive the fact, serta dapat menimbulkan
kontroversi/pertentangan pendapat. Oleh karena itu, PLH perlu memberikan kesempatan kepada
siswa untuk membangun keterampilan yang dapat meningkatkan, kemampuan memecahkan
masalah. moral Merup sepan tahap Memp mena ilmu persp Men regic men Men lingk pers Mer inte
ling Sec ling Beberapa keterampilan yang diperlukan untuk memecahkan masalah adalah sebagai
berikut ini.

Masalah lingkungan merupakan masalah seluruh bangsa di dunia terutama di negara-negara


berkembang termasuk Indonesia. Pemecahan masalah lingkungan yang dihadapi sekarang bukan
hanya tanggung jawab pendidik tetapi juga ahli hukum, dokter, politikus dan profesi lainnya yang
terlibat dalam masalah lingkungan termasuk peneliti. Pemecahan masalah lingkungan merupakan
tanggung jawab mengkaji masa ketrampilan tin Berfiki Berfik Berfik Meme bersama, setiap
orang/individu harus ikut berperan. Oleh karenanya di dunia pendidikan, PLH harus diarahkan pada:
Persoala sistemik:

1. Memampukan peserta didik untuk mempunyai peran dalam materi atau is merencanakan
pengalaman belajar mereka, dan memberi kesempatan lingkunganKONSEP PENDIDIKAN
LINGKUNGAN HIDUP lukan ulkan arena pada mereka untuk membuat keputusan dan menerima
konsekuensi dari keputusan tersebut
2. Menghubungkan (relation) kepekaan kepada pengetahuan, ketrampilan untuk memecahkan
masalah dan klarifikasi nilai pada setiap tahap umur, tetapi bagi umur muda (tahun-tahun
pertama) diberikan tekanan yang khusus terhadap kepekaan lingkungan terhadap lingkungan
tempat mereka hidup; Membantu peserta didik untuk menemukan (discover), gejala-gejala
lingkungan upun atau ngan tkan.
3. dan penyebab dari masalah lingkungan; Memberi tekanan mengenai kompleksitas masalah
lingkungan, sehingga diperlukan kemampuan untuk berfikir secara kritis dengan keterampilan
untuk memecahkan masalah.
4. Memanfaatkan beraneka ragam situasi pembelajaran (learning environment) dan berbagai
pendekatan dalam pembelajaran mengenai dan dari lingkungan dengan tekanan yang kuat
pada kegiatan-kegiatan yang sifatnya praktis dan memberikan pengalaman secara langsung
(first hand experience). oleh nuhi nilah han rang usia Dengan arah seperti di atas, berarti
pendidikan lingkungan hidup haruslah langsung mengkaji permasalahan nyata. Karena langsung
mengkaji masalah yang nyata, PLH dapat mempermudah pencapaian ketrampilan tingkat tinggi
(higher order skill) seperti: arah kan ruh asuk ukan kus, asuk wab a di Berfikir kritis Berfikir
kreatif Berfikir secara integratif Memecahkan masalah. Persoalan lingkungan hidup merupakan
persoalan yang bersifat sistemik, kompleks, serta memiliki cakupan yang luas. Oleh sebab itu,
materi atau isu yang diangkat dalam penyelenggaraan kegiatan pendidikan lingkungan hidup
juga sangat beragam. Sesuai dengan kesepakatan lam atan nasional tentang Pembangunan
Berkelanjutan yang ditetapkan dalam Indonesian Summit on Sustoinable Development (15SD)
di Yogyakarta padta tanggal 21 Januari 2004, telah ditetapkan 3 (tiga) pilar pembangunan
berkelanjutan yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan.

Ketiga pilar tersebut merupakan satu kesatuan yang bersifat saling ketergantungan dan saling
memperkuat. Adapun inti dari masing-masing pilar adalah:

1. Pilar Ekonomi: menekankan pada perubahan sistem ekonomi agar semakin ramah terhadap
lingkungan hidup sesuai dengan prinsip prinsip pembangunan berkelanjutan. Isu atau materi
yang berkaitan adalah: Pola konsumsi dan produksi, Teknologi bersih, Pendanaan/ pembiayaan,
Kemitraan usaha, Pertanian, Kehutanan, Perikanan, Pertambangan, Industri, dan Perdagangan.
2. Pilar Sosial: menekankan pada upaya-upaya pemberdayaan masyarakat dalam upaya
pelestarian lingkungan hidup, Isu atau materi yang berkaitan adalah: Kemiskinan, Kesehatan,
Pendidikan, Kearifan/budaya lokal, Masyarakat pedesaan, Masyarakat perkotaan, Masyarakat
terasing/terpencil, Kepemerintahan/kelembagaan yang baik, dan Hukum dan pengawasan.
3. Pilar Lingkungan: menekankan pada pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan yang
berkelanjutan. Isu atau materi yang berkaitan adalah: Pengelolaan sumberdaya air, Pengelolaan
sumberdaya lahan, Pengelolaan sumber daya udara, Pengelolaan sumber daya laut dan pesisir,
Energi dan sumber daya mineral, Konservasi satwa/tumbuhan langka, Keanekaragaman hayati,
dan penataan ruang. Kesadaran subyektif dan kemampuan obyektif adalah suatu fungsi
dialektis yang konstan dalam diri manusia dalam hubungannya dengan kenyataan yang saling
bertentangan yang harus dipahaminya.

Maka, proses penyadaran merupakan proses inti atau hakikat dari proses pendidikan itu sendiri,
Dunia kesadaran seseorang memang tidak boleh berhenti, kesadaran senantiasa harus terus
berproses, berkembang dan meluas, dari satu tahap ke tahap berikutnya, dari tingkat terendah,
sampai akhirnya mencapai tingkat kesadaran tertinggi dan terdalam. Pemecahan masalah
lingkungan dengan belajar dari alam Apa yang seharusnya kita lakukan untuk memecahkan masalah
lingkungan tersebut dan agar kita tetap dapat hidup selaras dengan alam? Untuk dapat
memecahkan masalah lingkungan, pada prinsipnya ada tiga langkah utama yang dapat ditempuh,
yaitu:

 Pertama menyadari adanya masalah. Sebenarnya setiap orang sudah tahu adanya masalah
lingkungan yang ada di sekelilingnya, lokal, regional, nasional bahkan internasional tetapi
semua kebingungan harus berbuat apa.
 Kedua, adalah analisis masalah untuk mengidentifikasi akar penyebab (root causes)
munculnya masalah. Akar penyebab dari semua permasalahan lingkungan adalah: ledakan
penduduk (overpopulation), konsumsi yang berlebihan (overconsumption), ketidakefisienan,
prinsip linieritas, ketergantungan akan bahan bakar minyak, dan mentalitas untuk tetap
mempertahankan kebiasaan.
 Ketiga, mengembangkan strategi untuk mengoreksi masalah yang ada dan mencegah
terjadinya lagi di masa yang akan datang Secara lebih detail di dalam pembelajaran PLH yang
dikembangkan dikenal adanya metode TAPAK yang merupakan singkatan dari Topik Analisis
masalah-analisis Perilaku-Analisis kondisi masyarakat-Kegiatan alternatif.

Dalam konteks ekologis, prinsip keberlanjutan berarti hidup sejalan dengan daya dukung biosfir
Daya dukung biosfir adalah kemampuan alam untuk menyediakan makanan dan sumber daya
lainnya serta mengasimilasikan sisa buangan seluruh organisme yang hidup. Krisis lingkungan yang
sekarang kita rasakan akibatnya adalah karena kehidupan manusia sudah melebihi daya dukung
lingkungan termpat kita hidup. Menurut Chiras (1993) prinsip keberlanjutan ini meliputi: konservasi
(conservation), pendaurulangan (recycling), penggunaan sumber daya yang dapat dibarukan
(renewable resource use), pengendalian populasi (population control) dan restorasi (restoration).
Prinsip keberlanjutan ini sebenarnya dapat kita pelajari dari alam secara langsung yaitu pada
ekosistem alam. Prinsip konservasi, ekosistem alarm tetap ada karena organisme menggunakan
surmber daya secara efisien dan urnumnya hanya menggunakan sumber daya yang dibutuhkan saja.
Prinsip daur ulang, ekosistem tetap ada karena mendaur ulang nutriens, air, dan materi lain yang
vital untuk kelangsungan hidup.

Prinsip penggunaan sumber daya yang terbarukan, organisme hidup dengan hanya
menggunakan sumber yang dapat dibarukan dan hal ini penting untuk keberlanjutan ekosistem.
Prinsip pengendalian populasi, ekosistem mampu menahan organisme yang hidup di dalamnya
karena ada beberapa bentuk pengendalian populasi. Pengendalian populasi di alam diantaranya
diakibatkan oleh cuaca buruk, predasi, kompetisi, dan kekuatan alam lainnya. Ekosistem alam
mampu bertahan karena adanya proses regenerasi melalui proses suksesi. Alam memiliki
kemampuan merestorasi sendiri sehingga mampu mendukung kelangsungan hidup. Sebaliknya,
manusia menggunakan sumber daya secara tidak efisien, membuang bahan buangan dan sampah,
menggunakan sumber daya secara tidak terkendali dan menggunakan sumber daya yang tidak dapat
dibarukan, pertambahan penduduk yang tidak terkendali, dan manuasia melakukan perusakan alam
tanpa memperbaikinya. Untuk menangani masalah ini bukan hanya memberlakukan kebijakan
pemerintah (misalnys hukum) tetapi yang lebih penting adalah pengubahan gaya hidup setiap
manusia.

Prinsip etika lingkungan (Chiras, 1993) adalah:

1. Pertama, bumi memiliki persediaan sumber daya alam yang terbatas dan harus digunakan
oleh semua organisme.
2. Kedua, manusia merupakan bagian dari alam oleh karena itu harus tunduk kepada hukum-
hukum alam dan tidak kebal terhadap hukum alam tersebut
3. Ketiga, keberhasilan manusia terletak dalam bentuk kerjasama dengan kekuatan-kekuatan
alam bukan mendominasi alam.
4. Keempat, ekosistem yang berfungsi baik dan sehat adalah sangat penting bagi semua
kehidupan.

Menurut Chiras (1992) masyarakat yang mampu mempertahankan dan memelihara


lingkungan (sustainable society) memiliki karakter: sangat alami (very nature), berpikir dan
bertindak menyeluruh (holistic), selalu mengantisipasi kemungkinan yang ditimbulkan
(anticipatory), dan semua keputusannya selalu menekankan kepada biosfer keseluruhan dan
selalu mengantisipasi semua akibat yang ditimbulkan menembus ruang dan waktu. Bila
masyarakat dalam hidup dilingkungannya berpedoman kepada prinsip keberlanjutan dan etika
lingkungan serta menerapkan prinsip 3R) maka masalah lingkungan akan dapat dihindarkan atau
paling tidak diminimasi. Tujuan dan Pembelajaran PLH Masalah lingkungan disebabkan karena
ketidakmampuan mengembangkan sistem nilai sosial, gaya hidup yang tidak mampu membuat
hidup kita selaras dengan lingkungan. Pendidikan Lingkungan Hidup memiliki tujuan seperti yang
Lingkungan pada tahun 1975 di Tbilisi, yaitu: meningkatkan kesadaran yang berhubungan
dengan saling ketergantungan ekonomi, sosial, politik, dan ekologi antara daerah perkotaan dan
pedesaan; memberikan kesempatan kepada setiap individu untuk memperoleh pengetahuan,
nilai-nilai, sikap tanggung jawab, dan keterampilan yang dibutuhkan untuk melindungi dan
meningkatkan lingkungan; menciptakan pola baru perilaku individu, kelompok dan masyarakat
secara menyeluruh menuju lingkungan yang sehat, serasi dan seimbang. Tujuan pendidikan
lingkungan tersebut dapat dijabarkan menjadi enam kelompok, yaitu: dirumuskan pada waktu
Konferensi Antar Negara tentang PendidikanKesadaran, yaitu memberi dorongan kepada setiap
individu untuk memperoleh kesadaran dan kepekaan terhadap lingkungan dan masalahnya.
Pengetahuan, yaitu membantu setiap individu untuk memperoleh berbagai pengalaman dan
pemahaman dasar tentang lingkungan dan masalahnya. Sikap, yaitu membantu setiap individu
untuk memperoleh seperangkat nilai dan kemampuan mendapatkan pilihan yang tepat. serta
mengembangkan perasaan yang peka terhadap lingkungan dan memberikan motivasi untuk
berperan serta secara aktif didalam peningkatan dan perlindungan lingkungan. Keterampilan,
yaitu membantu setiap individu untuk memperoleh keterampilan dalam mengidentifikasi dan
memecahkan masalah lingkungan. Partisipasi, yaitu memberikan motivasi kepada setiap individu
untuk berperan serta secara aktif dalam pemecahan masalah lingkungan. Evaluasi, yaitu
mendorong setiap individu agar memiliki kemampuan mengevaluasi pengetahuan lingkungan
ditinjau dari segi ekologi, sosial, ekonomi, politik, dan faktor-faktor pendidikan. Berdasarkan
tujuan di atas, tersirat bahwa masalah lingkungan hidup terutama berkaitan dengan manusia,
bukan hanya lingkungan.

2. PERKEMBANGAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP DI TINGKAT ASSOCIATION OF SOUTHEAST


ASIAN NATIONS (ASEAN)

Program pengembangan pendidikan lingkungan bukan merupakan hal yang baru di lingkup
ASEAN. Negara negara anggota ASEAN telah mengembangkan program dan kegiatan sejak
konferensi Internasional Pendidikan Lingkungan Hidup pertama di Beograd tahun 1975. Secara
khusus sejak dikeluarkannya ASEAN Environmental Education Action Plan (AEEAP) 2000-2005,
masing-masing negara anggota ASEAN telah memiliki kerangka kerja untuk pengembangaän dan
pelaksanaan pendidikan lingkungan. Indonesia sebagai negara anggota ASEAN turut aktif dalam
merancang dan melaksanakan AEEAP 2000-2005 yang pada intinya merupakan tonggak sejarah
yang penting dalarm upaya kerjasarma regional antar sesama negara anggota ASEAN dalam turut
meningkatkan pelaksanaan pendidikan lingkungan di masing-masing negara anggota ASEAN.
AEEAPmemiliki empat target area yakni bidang pendidikan formal, pendidikan non formal,
pengembangan kapasitas tenaga kerja, dan jaringan kerja, kolaborasi dan komunikasi.

3. PERKEMBANGAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA Di Indonesia

perkembangan penyelenggaraan pendidikan lingkungan dimulai pada tahun 1975 di mana


Institut Keguruan llmu Pendidikan (IKIP) Jakarta untuk pertama kalinya merintis pengembangan
pendidikan lingkungan dengan menyusun Garis-garis Besar Program Pengajaran Pendidikan
Lingkungan Hidup yang diujicobakan di 15 Sekolah Dasar Jakarta pada periode tahun 1977/1978.
Pada tahun 1979 dibentuk dan berkembang Pusat Studi Lingkungan (PSL) di berbagai perguruan
tinggi negeri dan swasta. perhatian terhadap pendidikar lingkungan. Hingga tahun 2001 tercatat 76
anggota JPL yang bergerak dalam pengembangan dan pelaksanaan pendidikan lingkungan.
4. PERMASALAHAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP DI Indonesia

Dalam pelaksanaan Pendidikan Lingkungan Hidup selama ini, dijumpai berbagai situasi
permasalahan antara lain: rendahnya partisipasi masyarakat untuk berperan dalam Pendidikan
Lingkungan Hidup yang disebabkan oleh kurangnya pemahaman terhadap permasalahan pendidikan
lingkungan yang ada, rendahnya tingkat kemampuan atau keterampilan dan rendahnya komitmen
masyarakat dalam menyelesaikan permasalahan tersebut Visi dan Misi Pendidikan Lingkungan
Hidup: Terwujudnya manusia Indonesia yang memiliki pengetahuan kesadaran dan keterampilan
untuk berperan aktif dalam melestarikan danmeningkatkan kualitas lingkungan hidup. Pada
hakikatnya visi ini bertitik tolak dari latar belakang permasalahan Pendidikan Lingkungan Hidup yang
ada selama ini dan sejalan dengan filosofi pembangunan berkelanjutan yang menekankan bahwa
pembangunan harus dapat memenuhi aspirasi dan kebutuhan masyarakat generasi saat ini tanpa
mengurangi potensi pemenuhan aspirasi dan kebutuhan generasi mendatang serta melestarikan
dan mempertahankan fungsi lingkungan dan daya dukung ekosistem. Untuk dapat mewujudkan visi
tersebut di atas, maka ditetapkan misi yang harus dilaksanakan, yaitu: Mengembangkan kebijakan
pendidikan nasional yang berparadigma lingkungan hidup Mengembangkan kapasitas kelembagaan
Pendidikan Lingkungan Hidup di pusat dan daerah; Meningkatkan akses informasi Pendidikan
Lingkungan Hidup secara merata; Meningkatkan sinergi antar pelaku Pendidikan Lingkungan Hidup.

5. TUJUAN, SASARAN DAN RUANG LINGKUP KEBUAKAN

Tujuan Pendidikan Lingkungan Hidup: Mendorong dan memberikan kesempatan kepada


masyarakat memperoleh pengetahuan, keterampilandan sikapyangpada akhirnya dapat
menumbuhkan kepedulian, komitmen untukmelindungi, memperbaiki serta memanfaatkan
lingkungan hidup secara bijaksana, turut menciptakan pola perilaku baru yang bersahabat dengan
lingkungan hidup, mengembangkan etika lingkungan hidup dan memperbaiki kualitas hidup. Sesual
dengan tujuan Pendidikan Lingkungan Hidup, maka kebijakan Pendidikan Lingkungan Hidup di
Indonesia disusun untuk menciptakan iklim yang mendorong semua pihak agar berperan dalam
pengembangan Pendidikan Lingkungan Hidup untuk pelestarian lingkungan hidup.

Pengembangan berbagai aspek yang meliputi: a) kelembagaan b) SDM selaku pelaku/pelaksana


maupun selaku objek Pendidikan Lingkungan Hidup, c) sarana dan prasarana, d) pendanaan, e)
materi f) komunikasi dan informasi, g) peran serta masyarakat, dan h) metode pelaksanaan.

Piagam Kerjasama Menteri Negara Lingkungan Hidup/Kepala Badan Pengendalian Dampak


Lingkungan dengan Menteri Dalam Negeri Nomor 05/MENLH/8/1998 dan Nomor 119/1922/SJ
tentang Kegiatan Akademik dan Non Akademik di Bidang Lingkungan Hidup; Komitmen-komitmen
Internasional yang berkaitan dengan Pendidikan Lingkungan Hidup.

2. prasarana yang memadai. Sarana dan prasarana tersebut meliputi antara lain:laboratorium,
perpustakaan, ruang kelas, peralatan belajarmengajar.Disamping itu,dalam melaksanakan
Pendidikan Lingkungan Hidup,alam dapat digunakan sebagai sarana pengetahuan. 4
Pengalokasian dan pemanfaatan anggaran Pendidikan Lingkungan Hidup yang efisien dan
efektif. Penyelenggaraan Pendidikan Lingkungan Hidup perlu didukung pendanaan yang
memadai. Pendanaan dan pengalokasian anggaran bagi pelaksanaan Pendidikan Lingkungan
Hidup tersebut sangat bergantung kepada komitmen pelaku Pendidikan Lingkungan Hidup di
semua tingkatan, baik pusat dan daerah. Agar Pendidikan Lingkungan Hidup dapat dilaksanakan
dengan baik perlu adanya komitmen semua pihak dalam pengalokasian anggaran yang memadai
dan penggunaan anggaran Pendidikan Lingkungan Hidup yang efisien dan efektif. 5. Materi
Pendidikan Lingkungan Hidup yang berwawasan pembangunan berkelanjutan, komprehensif
dan aplikatif. Penyusunan materi Pendidikan Lingkungan Hidup harus mengacu pada tujuan
Pendidikan Lingkungan Hidup dengan memperhatikan tahap perkembangan dan kebutuhan
yang ada saat ini. Untuk itu, materi Pendidikan Lingkungan Hidup perlu dipersiapkan secara
matang dengan mengintegrasikan pengetahuan lingkungan yang berwawasan pembangunan
berkelanjutan, dan disusun secara komprehensif, serta mudah diaplikasikan kepada seluruh

6. STRATEGI PELAKSANAAN

Strategi pelaksanaan kebijakan Pendidikan Lingkungan Hidup merupakan penjabaran


kebijakan umum yang tertuang diatas. Strategi ini memberikan kerangka Pendidikan Lingkungan
Hidup di Indonesia, sehingga dapat diciptakan manusia Indonesia yang berpengetahuan,
berketerampilan, bersikap dan mempunyai komitmen yang tinggi terhadap nasib lingkungan
hidup kita serta dapat turut bertanggung jawab aktif dalam upaya pelestarian lingkungan hidup
di sekitar kita. Strategi ini saling berkait satu dengan lainnya, namun demikian hal ini tidak
berarti strategi strategi harus menjadi satu kesatuan yang berurutan, sehingga dalam
pelaksanaan strategi tersebut tidak perlu dilaksanakan secara seri berdasarkan urutan strategi
yang ada.
umum untuk mewujudkan cita-cita pengembangan Strategi Pelaksanaan ini meliputi
1). Meningkatkan kapasitas kelembagaan Pendidikan Lingkungan Hidup sebagai pusat
pembudayaan nilai, sikap dan kemampuan dalam pelaksanaan Pendidikan Lingkungan Hidup
yang ditujukan untuk: mendorong pembentukan, penguatan dan pengembangan (revitalisasi)
kapasitas kelembagaan PLH, mendorong tersusunnya kebijakan Pendidikan Lingkungan Hidup di
tingkat Pusat Daerah, memperkuat koordinasi dan jaringan kerja sama pelaku Pendidikan
Lingkungan Hidup, membangun komitmen bersama untuk PLH (termasuk komitmen
pendanaan), mendorong terbentuknya sistem monitoring dan evaluasi pelaksanaan Pendidikan
Lingkungan Hidup.
2). Meningkatkan kualitas dan kemampuan (kompetensi) SDM PLH, baik pelaku maupun
kelompok sasaran Pendidikan Lingkungan Hidup sedini mungkin melalui berbagai upaya proaktif
dan reaktif Mengembangkan kualitas SDM Masyarakat, yang meliputi guru, murid sekolah,
aparatur pemerintah, para ulama serta seluruh lapisan masyarakat sedini mungkin secara
terarah, terpadu dan menyeluruh harus dilakukan melalui berbagai upaya proaktif dan reaktif.
Upaya ini harus dilakukan oleh seluruh komponen bangsa sehingga generasi muda, subjek dan
objek pendidikan lingkungan dapat berkembang secara optimal.
3). Mengoptimalkan sarana dan prasarana Pendidikan Lingkungan Hidup yang dapat
mendukung terciptanya proses pembelajaran yang efisien
Denganmengoptimalkansaranadanprasarana Pendidikan Lingkungan Hidup dapat mendukung
terciptanya tempat yang menyenangkan untuk belajar, berprestasi, berkreasi dan
berkomunikasi. Optimalisasi sarana dan prasarana ini dapat dilakukan dengan menggunakan
dan efektif. mendorong pembentukan, penguatan dan pengembangan (revitalisasi) kapasitas
kelembagaan PLH, mendorong tersusunnya kebijakan Pendidikan Lingkungan Hidup di tingkat
Pusat Daerah, memperkuat koordinasi dan jaringan kerja sama pelaku Pendidikan Lingkungan
Hidup, membangun komitmen bersama untuk PLH (termasuk komitmen pendanaan),
mendorong terbentuknya sistem monitoring dan evaluasi pelaksanaan Pendidikan Lingkungan
Hidup.

Anda mungkin juga menyukai