Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Dosen Pengampu:
Asisten Laboratorium:
Alviana Rochmania
Disusun Oleh:
NIM : 19620056
Kelas : Biologi B
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Berlakang
Jaringan merupakan kumpulan sel yang mempunyai bentuk, asal, fungsi, dan struktur
yang sama. Untuk melakukan proses-proes hidupnya, tumbuhan memiliki berbagai macam sel
yang mana memiliki fungsi-fungsi tertentu (Parjatmo, 1987). Menurut jenisnya, jaringan
pengisi pada tumbuhan dibedakan menjadi jaringan parenkim dan jaringan penguat, yang terdiri
dari jaringan kolenkim dan sklerenkim. Sel-sel parenkim memiliki dinding sel yang tipis
sehingga membentuk suatu jaringan yaitu jaringan parenkom yang merupakan jaringan dasar
pembentukan koteks dan empulur pada batang serta korteks pada akar.
Jaingan kolenkim merupakan jaringan penguat yang berasal dari jaringan parenkim
yang mengalami penebalan selulosa pada bagian sudut-sudutnya. Hal ini menunjukkan bahwa
sel-sel pada jaringan kolenkim merupakan sel hidup. Sel-sel kolenkim bersifat lentur sehingga
dapat menyokong jaringan yang lain tanpa menghambat pertumbuhan karena memiliki
kemampuan untuk memanjang bersamaan dengan pertumbuhan batang dan daun (Parjatmo,
1987). Sedangkan jaringan sklerenkim merupakan jaringan penyokong yang terdapat pada
organ tubuh tumbuhan yang telah dewasa dan tersusun atas sel-sel mati yang seluruh bagian
dinding selnya mengalami penebalan, sehingga selnya cenderung kuat. Sel-sel sklerenkim lebih
kaku daripada sel kolenkim sehingga sel sklerenkim tidak dapat memanjang. Jaringan
sklerenkim merupakan jaringan penguat dengan dinding sekunder yang tebal. Umumnya,
jaringan sklerenkim terdiri atas zat lignin dan tidak mengandung protoplas (Hidayat, 1995).
Allah SWT. berfirman dalam Q.S. An-Nahl ayat 10, yang berbunyi:
ُُ}ُيُنُبُتُ ُلُكُم10{ُ ُهُوُالُذُيُأُنُزُلُ ُمُنُ ُالسُمُآءُ ُمُآءُلُكُمُ ُمُنُهُ ُشُرُابُ ُوُمُنُهُشُجُرُفُيُهُ ُتُسُيُمُوُن
ُ}11{ُُبُهُُالزُرُعُُوُالزُيُتُوُنُُوُالنُخُيُلُُوُالُُعُنُابُُوُمُنُُكلُالثمراتُإنُفيُذُالُكُُلُيُةُُلُقُوُمُُيُتُفُكُرُوُن
Artinya: “Dialah yang telah menurunkan air (hujan) dari langit untuk kamu,
sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuhan, padanya kamu
menggembalakan ternakmu. Dengan (air hujan) itu Dia menumbuhkan untuk kamu tanam-
tanaman, zaitun, kurma, anggur, dan segala macam buah-buahan. Sungguh, pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berpikir.
Dari ayat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Allah SWT. menciptakan berbagai
macam tumbuhan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan manusia dan membawa maslahat
di dalamnya. Oleh karena itu, kita sebagai manusia makhluk paling tinggi kedudukannya di
hadapan Allah sudah sepantasnya mensyukuri akan hal tersebut. Bentuk rasa syukur manusia
terhadap ciptaan-Nya beragam, salah satunya ialah dengan menuntut ilmu. Melalui praktikum
ini, secara tidak langsung juga merupakan bentuk rasa syukur kita atas keberadaan tumbuh-
tumbuhan di sekitar. Dengan kata lain, mempelajari berbagai macam jaringan tumbuhan dan
sel-sel penyusunnya merupakan suatu bentuk tawakal kepada Allah.
Dalam praktikum jaringan pengisi kali ini, paktikan akan mempelajari mengenai
berbagai macam jaringan pengisi yang terdiri dari jaringan parenkim dan jaringan penguat,
yaitu kolenkim dan sklerenkim. Selain sebagai bentuk ketaatan kepada Allah, praktikum ini
sangat penting untuk dilakukan guna mencetak generasi biologi yang mumpuni di masa depan.
1.2.Tujuan Praktikum
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Jaringan Parenkim
Parenkim merupakan jaringan dasar yang terdapat pada seluruh tubuh tumbuhan. Istilah
parenkim umumnya menunjuk pada jaringan yang kekhsusannya relative kecil dan mempunyai
fungsi fisiologis yang sangat beragam dalam tumbuhan. Sel parenkim merupakan sel yang
masih mampu membelah, bahkan pada sel yang telah dewasa. Sel parenkim memiliki peranan
penting dalam proses penutupan luka dan regenerasi. Sel parenkim biasanya memiliki 14 sisi
dengan ukuran sedang. Jumlah sisi sel yang lebih kecil semakin berkurang, sedangkan pada sel
yang lebih besar jumlah sisinya lebih banyak. Jumlah dan ukuran ruang antarsel terjadi sebagai
akibat dari jumlah sisi polyhedral (Mulyani, 2006).
Sebagian besar tubuh tumbuhan, seperti empulur, hampir semua korteks akar dan
batang, perisikel, mesofil daun, dan daging buah terdiri atas parenkim (Erni, 2012).
Kebanyakan parenkim berdinding tipis, namun ada pula yang berdinding sangat tebal seperti
sel cadangan makanan (Hidayat, 1995). Dinding sel parenkim dasar, termasuk mesofil daun,
relative tipis dan dikelompokkan sebagai dinding primer. Lamella tengah ada yang dapat
dikenali dan ada pula yang tidak. Dinding sel biasanya terdapat plasmodesmata yang seringkali
terpusat pada noktah primer yang tersebar pada dinding (Mulyani, 2006).
Sel parenkim isodiametric berdinding tipis menempati sebagian besar korteks, area
antara epidermis dan jaringan vascular, empulur, area di dalam jaringan vascular, batang dan
akar. Sel parenkim dapat berfungsi sebagai tempat penyimpanan pati, protein, minyak, dan
sebagainya, dan juga memberikan dukungan bagi tanaman jika membengkak. Tekanan yang
diberikan oleh parenkim di batang berkontribusi pada pertumbuhannya (Lopez dan Barclay,
2017). Parenkim adalah jaringan penting dalam xylem sekunder tumbuhan berbiji, dengan
fungsi mulai dari penyimpanan hingga pertahanan dan memberikan efek pada sifat fisik dan
mekanik tumbuhan berbiji. Jaringan parenkim pada xylem sekunder tersusun atas sel-sel hidup
yang biasanya memiliki dinding tipis dan berbentuk persegi panjang atau persegi (Morris et al,
2015).
Jaringan penguat terdiri atas jaringan kolenkim dan jaringan sklerenkim yang berfungsi
sebagai penguat jaringan tumbuhan lainnya dan melindungi secara mekanik jaringan-jaringan
di sekitarnya.
Pada bagian tumbuhan yang tua, kolenkim menjadi keras atau dapat berubah menjadi
sklerenkim dengan pembentukan dinding sekunder yang berlignin. Terpusatnya lignin
terjadi terutama lapisan dinding terluar. Umumnya, kolenkim diartikan sebagai jaringan
penunjang yang muda dan apabila kolenkim terdapat pada organ yang berkanjang (peristem)
untuk periode yang lama, kolenkim akan mengalami sklerifikasi (Mulyani, 2006). Tiga ciri
morfologi kolenkim yang paling khas yaitu berupa selnya yang memanjang secara aksial,
penebalan dinding selnya, dan protoplasma yang masih hidup. Selama elongasi, sel
kolenkim tidak membelah banyak sebagai sel parenkim sekitarnya, yang menjelaskan sifat
prosenkimnya. Namun, ukuran dan bentuk sel masih dapat bervariasi dari sel isodiametric
dan prismatic pendek hingga sel pnjang seperti serat dengan ujung meruncing (Leroux,
2012).
Kolenkim terdapat pada batang, daun, bunga, buah, dan akar. Kolenkim berkembang
terutama jika mendapat sinar. Kolenkim biasanya terdapat tepat di bawah jaringan
epidermis, akan tetapi dalam hal khusus terdapat satu atau dua lapisan parenkim si antara
epidermis dan kolenkim. Ukuran dan bentuk sel kolenkim beragam. Ada yang berbentuk
prisma pendek, mirip sel parenkim, atau panjang seperti serabut dengan ujung meruncing.
Sel kolenkim yang terpanjang dijumpai di daerah pusat untaian kolenkim, dan terpendek di
daerah tepi (Mulyani, 2006). Pada batang dan tangkai daun, kolenkim biasanya terbentuk
pada posisi porifera dan dapat ditemukan tepat di bawah epidermis atau dipisahkan darinya
oleh satu atau beberapa lapisan parenkim epidermis (Leroux, 2012).
a. Kolenkim sudut (Angular kolenkim), penebalan dinding sel kolenkim ini terjadi pada
sudut-sudut sel. Pada penampang melintangnya, penebalan ini tampak terjadi pada
tempat bertemunya tiga sel atau lebih.
b. Kolenkim lamellar, penebalan dinding sel kolenkim ini terjadi pada dinding tangensial
sel. Kolenkim lamellar terdapat pada korteks batang Sumbucur nigra.
c. Kolenkim lacunar, penebalan dinding sel kolenkim ini terjadi pada dinding-dinding yang
berbatasan dengan ruang antarsel.
d. Kolenkim cincin, pada kolenkim cincin dewasa tampak adanya penebalan dinding sel
secara terus menerus sehingga lumen sel akan kehilangan bentuk sudutnya.
2.2.2. Jaringan Sklerenkim
Jaringan sklerenkim merupakan jaringan penyokong yang terdapat pada organ tubuh
tumbuhan yang telah dewasa. Jaringan sklerenkim tersusun oleh sel mati yang seluruh
bagian dindingnya mengalami penebalan sehingga strukturnya kuat, sel-selnya lebih kaku
daripada sel kolenkim dan selnya tidak dapat memanjang. Jaringan sklerenkim merupakan
jaringan penguat dengan dinding sel sekunder yang tebal. Umumnya, jaringan sklerenkim
terdiri atas zat lignin dan tidak mengandung protoplas. Sel-sel sklerenkim hanya dijumpai
pada organ tumbuhan yang tidak lagi mengalami pertumbuhan dan perkembangan (Hidayat,
1995).
Jaringan sklerenkim yang telah dewasa terdiri dari sel-sel mati yang memiliki dinding
sel tebal yang mengandung lignin dan kandungan selulosa tinggi (60% - 80%), dan berfungsi
sebagai penopang structural pada tumbuhan. sel sklerenkim memiliki dua jenis dinding sel,
yaitu dinding sel primer dan sekunder. Dinding sekunder sangat tebal dan sangat lignifikasi
(15% - 35%) dan memberikan kekakuan dan kekerasan yang besar pada sel dan jaringan.
Jaringan sklerenkim terdiri dari dua jenis, yaitu serat (fiber) dan sel batu (sklereid) (Lopez
dan Yahia, 2019).
Menurut Agustina et al (2010), ciri-ciri jaringan sklerenkim yaitu berupa sel mati,
dinding selnnya berlignin (zat kayu) dan mengandung selulosa sehingga sel-selnya menjadi
kuat dan keras. Penebalan lignin terletak pada dinding sel primer dan sekunder. Jaringan ini
umumnya terdapat pada batang dan tulang daun.
Ada dua jenis sklerenkim, yaitu serat dan sklereid. Serat yaitu sel yang panjang dan
sangat sempit dengan ujung dinding yang meruncing tajam. Serat berfungsi dalam
mendukung mekanis berbagai organ dan jaringan. Serat sering terdapat dalam jumlah
berkelompok atau bundle. Sklereid berbentuk isodiametris hingga tak beraturan atau
bercabang. Sklereid juga dapat berfungsi sebagai penyangga structural, tetapi perannya
dalam beberapa organ tumbuhan tidak jelas. Evolusi sklerenkim terutama serabut dengan
dinding sel sekunder lignifikasi, merupakan adaptasi tanaman utama yang memungkinkan
dukungan structural yang diperlukan untuk mencapai tinggi batang yang lebih tinggi
(Simpson, 2019).
Sklerenkim terdiri atas fiber atau serat-serat dan sklereid atau sel-sel batu (Sutrian,
2011).
1) Fiber (serat). Fiber atau serat-serat sklerenkim pada umumnya terdapat dalam bentuk
untaian (strand) yang terpisah-pisah atau dalam bentuk lingkaran. Selain yang berbentuk
silinder, ada pula serat sklerenkim yang berupa berkas-berkas pembuluh terutama pada
bagian tepi dari batang, seperti yang terdapat pada genus Zea, Saccharum, Andropogen,
dan Sorghum (Sutrian, 2011).
2) Sklereid (sel batu). Sklereid juga memiliki bentuk, penebalan dinding sel, ukuran, dan
jumlah noktah yang bermacam-macam pula. Beberapa sel sklereid berbentuk agak
memanjang dan beberapa lainnya berbentuk seperti sel-sel parenkim, misalnya sel-sel
sklereid pada dinding buah dan biji (Sutrian, 2011). Sklereid terdapat di berbagai tempat
dalam tubuh tumbuhan. Menurut Hidayat (1995), sklereid dibedakan menjadi empat
macam, yaitu:
1. Brakisklereida, yaitu sel batu berbentuk isodiametris. Biasanya terdapat dalam floem,
korteks, kulit kayu bagian batang dan daging buah pir (Pyrus communis).
2. Makrosklereida, yaitu sklereid yang berbentuk tangkai dan sering membentuk lapisan
dalam testa dari biji Leguminosae.
3. Osteosklereida, yaitu sklereid yang berbentuk tulang, ujungnya membesar, berongga,
dan bahkan seringkali bercabang. Ditemukan dalam kulit biji dan dalam daun dikotil
tertentu misalnya pada kulit biji kacang merah.
4. Asterosklereida, yaitu sklereid yang bercabang dan seringkali berbentuk bintang.
Sklereid jenis ini sering terdapat pada daun teh.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1.2. Bahan
1. Air Secukupnya
2. Daun kaktus (Opuntia sp.) 1 buah
3. Daun talas (Colocasia sp.) 1 buah
4. Daun kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) 1 buah
5. Tangkai daun bunga kana (Canna indica) 1 buah
6. Tangkai daun eceng gondok (Eichornia crassipes) 1 buah
7. Tangkai daun kangkong air (Ipomea aquatica) 1 buah
8. Tangkai daun bunga terompet (Allamanda sp.) 1 buah
9. Tangkai daun seledri (Apium graveolens) 1 buah
10. Buah pir (Pyrus sp.) 1 buah
11. Daun ki apu (Pistia sp.) 1 buah
3.2.Langkah Kerja
Langkah kerja yang dilakukan dalam praktikum ini ialah sebagai berikut:
3.2.1. Pengamatan pada daun kaktus (Opuntia sp.)
1. Disiapkan kaca benda bersih yang ditetesi air diatasnya.
2. Dibuat preparat irisan melintang daun Kaktus (Opuntia sp.)
3. Diletakkan pada tetesan air di atas gelas obyek dan ditutup dengan gelas
penutup.
4. Dimati sel-sel penyusun jaringan yang letaknya paling dalam dan diamati bentuk
parenkimnya.
5. Ditentukan jenis parenkim dan digambar bentuk parenkimnya.
3.2.2. Pengamatan pada daun talas (Colocasia sp.)
1. Disiapkan kaca benda bersih yang ditetesi air diatasnya.
2. Dibuat preparat irisan melintang daun talas (Colocasia sp.).
3. Diletakkan pada tetesan air di atas gelas obyek dan ditutup dengan gelas
penutup.
4. Dimati sel-sel penyusun jaringan yang letaknya paling dalam dan diamati bentuk
parenkimnya.
5. Ditentukan jenis parenkim dan digambar bentuk parenkimnya.
3.2.3. Pengamatan pada daun bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)
1. Disiapkan kaca benda bersih yang ditetesi air diatasnya.
2. Dibuat preparat irisan melintang daun bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis).
3. Diletakkan pada tetesan air di atas gelas obyek dan ditutup dengan gelas
penutup.
4. Dimati sel-sel penyusun jaringan yang letaknya paling dalam dan diamati bentuk
parenkimnya.
5. Ditentukan jenis parenkim dan digambar bentuk parenkimnya.
3.2.4. Pengamatan pada tangkai daun bunga kana (Canna indica)
1. Disiapkan kaca benda bersih yang ditetesi air diatasnya.
2. Dibuat preparat irisan melintang tangkai daun bunga Kana (Canna indica).
3. Diletakkan pada tetesan air di atas gelas obyek dan ditutup dengan gelas
penutup.
4. Dimati sel-sel penyusun jaringan yang letaknya paling dalam dan diamati bentuk
parenkimnya.
5. Ditentukan jenis parenkim dan digambar bentuk parenkimnya.
3.2.5. Pengamatan pada tangkai daun eceng gondok (Eichornia crassipes)
1. Disiapkan kaca benda bersih yang ditetesi air diatasnya.
2. Dibuat preparat irisan melintang tangkai daun eceng gondok (Eichornia
crassipes).
3. Diletakkan pada tetesan air di atas gelas obyek dan ditutup dengan gelas
penutup.
4. Dimati sel-sel penyusun jaringan yang letaknya paling dalam dan diamati bentuk
parenkimnya.
5. Ditentukan jenis parenkim dan digambar bentuk parenkimnya.
3.2.6. Pengamatan pada tangkai daun kangkung (Ipomea aquatica)
1. Dibuat preparat irisan melintang tangkai daun kangkung (Ipomea aquatica) dan
diamati di bawah mikroskop.
2. Diperhatikan lapisan sel dibawah epidermis pada bagian rigi-riginya (yang
menojol).
3. Dilihat bagian dinding sel yang menebal.
4. Digambar dan ditentukan bentuk kolenkimnya menurut penebalan dinding sel
penyusunnya!
3.2.7. Pengamatan pada tangkai daun bunga terompet (Allamanda sp.)
1. Dibuat preparat segar irisan melintang tangkai daun bunga terompet (Allamanda
sp.) setipis mungkin dalam air.
2. Diamati di bawah mikroskop.
3. Dicari dan digambar macam kolenkim yang tampak.
3.2.8. Pengamatan pada tangkai daun seledri (Apium graveolens)
1. Dibuat preparat irisan melintang tangkai daun seledri (Apium graviolens) dan
diamati di bawah mikroskop.
2. Diperhatikan lapisan sel dibawah epidermis pada bagian rigi-riginya (yang
menojol).
3. Dilihat bagian dinding sel yang menebal.
4. Digambar dan ditentukan bentuk kolenkimnya menurut penebalan dinding sel
penyusunnya!
3.2.9. Pengamatan pada buah pir (Pyrus sp.)
1. Dibuat preparat irisan melintang daging buah pir (Pyrus sp.) setipis mungkin.
2. Diamati di bawah mikroskop.
3. Dicari dan Digambar macam sklereid yang tampak.
3.2.10. Pengamatan pada daun Ki Apu (Pistia sp.)
1. Dibuat preparat segar irisan melintang daun Ki Apu (Pistia sp.) setipis mungkin
dalam air.
2. Diamati di bawah mikroskop.
3. Dicari dan digambar macam sklereid yang tampak.
BAB IV
4.1.Opuntia sp.
4.1.1. Tabel hasil pengamatan
Hasil pengamatan parenkim air pada daun Opuntia sp. dengan perbesaran 100x.
4.1.2. Klasifikasi
Menurut Cronquist (1981), klasifikasi dari tanaman Opuntia sp. ialah sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Phylum : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Order : Caryophyllales
Family : Cactaceae
Genus : Opuntia
4.1.3. Pembahasan
4.2.Colocasia sp.
4.2.1. Tabel hasil pengamatan
3
2 1 2 3
(Hughes dkk, 2014)
Keterangan:
1. Kutikula
2. Palisade
3. Bunga karang
4.2.2. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Phylum : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Order : Arales
Family : Araceae
Genus : Colocasia
Species : Colocasia esculenta
4.2.3. Pembahasan
Jaringan palisade terlihat berwarna hijau karena mengandung zat klorofil yang
berguna untuk proses fotosintesis. Dengan demikian, jaringan palisade yang terdapat pada
daun Colocasia sp. merupakan parenkim asimilasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Sutrian (2011), bahwa parenkim asimilasi mengandung banyak klorofil yang bermanfaat
bagi proses fotosintesis yang terletak pada bagian tepi dari sel tumbuhan karena proses
fotosintesis membutuhkan cahaya matahari. Daun Colocasia sp. hanya memiliki jaringan
palisade pada permukaan atas (adaksial) saja dengan ketebalan yang bervariasi. Hal ini
diperkuat dengan pernyataan Dorly dan Yohana (2007), yang menyatakan bahwa daun
Colocasia sp. merupakan daun dengan tipe bifasial dengan jaringan palisade terdapat pada
permukaan atas saja, dengan jumlah lapisan dan ketebalan yang bervariasi pada masing-
masing spesiesnya.
4.3.Hibiscus rosa-sinensis
4.3.1. Tabel hasil pengamatan
4.3.2. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Order : Malvales
Family : Malvaceae
Genus : Hibiscus
Species : Hibiscus rosa-sinensis
4.3.3. Pembahasan
4.4.Canna indica
4.4.1. Tabel hasil pembahasan
Hasil pengamatan parenkim udara (aerenkim) pada tangkai daun Canna indica
dengan perbesaran 100x.
(Rohmana, 2015)
Keterangan:
1. Aerenkim pada tangkai daun Canna indica
4.4.2. Klasifikasi
Menurut Steenis (1988), klasifikasi dari tanaman Canna indica ialah sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Phylum : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Order : Zingiberales
Family : Cannaceae
Genus : Canna
4.4.3. Pembahasan
4.5.Eichornia crassipes
4.5.1. Tabel hasil pengamatan
1 2
4.5.2. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Phylum : Spermatophyta
Class : Monocotyledoneae
Order : Commelinales
Family : Pontederiaceae
Genus : Eichornia
Species : Eichornia crassipes
4.5.3. Pembahasan
Parenkim udara umumnya terdapat pada tumbuhan hidrofit atau tumbuhan air
yang menjadikan tumbuhan tersebut dapat mengapung di permukaan air. Hal ini diperkuat
oleh Mulyani (2006), yang menyatakan bahwa aerenkim banyak terdapat pada batang dan
daun tumbuhan yang tumbuh di tempat yang banyak mengandung air dan tumbuhan yang
habitatnya di air (hidrofit), dan parenkim jenis ini berperan penting untuk pertukaran udara,
misalnya pada eceng gondok (Eichornia crassipes). Jika diperhatikan, jumlah lumen yang
berisi udara lebih mendominasi daripada sel-sel lainnya. Hal ini sejalan dengan pernyataan
Tanzerina et al (2013), yang mengungkapkan bahwa tumbuhan air memiliki sedikit
jaringan penyokong dan pelindung, xylem mengecil, dan memiliki ruang udara yang
banyak.
4.6.Ipomea aquatica
4.6.1. Tabel hasil pengamatan
2
1
1 2
4.6.2. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Phylum : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Order : Solanales
Family : Convolvulaceae
Genus : Ipomea
Species : Ipomea acuatica
4.6.3. Pembahasan
4.7.Allamanda sp.
4.7.1. Tabel hasil pengamatan
(Ririanti, 2015)
Keterangan:
1. Kolenkim anular pada tangkai daun Allamanda sp.
4.7.2. Klasifikasi
Menurut Heyne (1987), klasifikasi dari tanaman Allamanda sp. ialah sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Phylum : Spermatophyta
Class : Dicotyledoneae
Order : Apocynales
Family : Apocynaceae
Genus : Allamanda
Species : Allamanda sp.
4.7.3. Pembahasan
4.8.Apium graveolens
4.8.1. Tabel hasil pengamatan
4.8.2. Klasifikasi
Menurut Arisandi dan Sukohar (2016), klasifikasi dari tanaman Apium
graveolens ialah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Phylum : Spermatophytes
Class : Magnoliopsida
Order : Apicedes
Family : Apiceae
Genus : Apium
Species : Apium graveolens
4.8.3. Pembahasan
4.9.Pyrus sp.
4.9.1. Tabel hasil pengamatan
Hasil pengamatan sklerenkim pada daging buah pir (Pyrus sp.) dengan
perbesaran 100x.
1
1
(Tao et al, 2009)
Keterangan:
1. Sel sklereid pada daging buah Pyrus sp.
4.9.2. Klasifikasi
Menurut Adiyanto (2009), klasifikasi dari tanaman Pyrus sp. ialah sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Phylum : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Order : Rosales
Family : Rocaceae
Genus : Pyrus
Species : Pyrus sp.
4.9.3. Pembahasan
Hasil pengamatan sklerenkim pada daun Pistia sp. dengan perbesaran 400x.
Foto Pengamatan Foto Literatur
1 1
4.10.2. Klasifikasi
Menurut Dasuki (1991), klasifikasi dari tanaman Pistia sp. ialah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Phylum : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Order : Arales
Family : Araceae
Genus : Pistia
Species : Pistia sp.
4.10.3. Pembahasan
PENUTUP
5.1.Kesilmpulan
Kesimpulan dari praktikum berjudul “Jaringan Pengisi” ini ialah sebagai berikut:
1. Parenkim merupakan jaringan dasar yang terdapat pada seluruh tubuh tumbuhan.
Sebagian besar tubuh tumbuhan, seperti empulur, hampir semua korteks akar dan
batang, perisikel, mesofil daun, dan daging buah terdiri atas parenkim. Berdasarkan
fungsinya, jaringan parenkim dibedakan menjadi lima jenis, yaitu parenkim klorenkim
atau parenkim asimilasi yang berfungsi sebagai tempat terjadinya fotosintesis karena
mengandung kloroplas. Parenkim penimbun, yang berfungsi menyimpan cadangan
makanan. Parenkim air, yang berfungsi menyimpan cadangan berupa air pada tumbuhan
dengan habitat kering. Parenkim udara (aerenkim), merupakan parenkim yang berupa
lumen berisi udara yang terdapat pada tumbuhan hidrofit. Parenkim pengangkut, yaitu
parenkim yang berfungsi sebagai alat pengangkut seperti xylem dan floem.
2. Sel parenkim merupakan sel yang masih mampu membelah, bahkan pada sel yang telah
dewasa. Hal ini menandakan bahwa sel parenkim berupa sel hidup. Sel parenkim
memiliki peranan penting dalam proses penutupan luka dan regenerasi. Kebanyakan
parenkim berdinding tipis, namun ada pula yang berdinding sangat tebal seperti sel
cadangan makanan.
3. Sel parenkim isodiametric berdinding tipis menempati sebagian besar korteks, area
antara epidermis dan jaringan vascular, empulur, area di dalam jaringan vascular, batang
dan akar. Pada Opuntia sp. terdapat parenkim air pada daunnya. Spesies Hibiscus rosa-
sinensis dan Colocasia sp. terdapat parenkim berupa klorenkim atau parenkim asimilasi
pada daunnya. Pada tangkai daun Eichornia crassipes terdapat parenkim udara atau
aerenkim. Sedangkan, tangkai daun Canna indica memiliki parenkim udara (aerenkim)
dengan bentuk menyerupai bintang atau disebut aktinenkim.
4. Kolenkim merupakan jaringan penyokong pada tumbuhan. kolenkim berfungsi sebagai
jaringan penyokong pada organ muda yang sedang tumbuh, pada tumbuhan herbal
(herbaceous) dan bahkan pada organ dewasa. Jaringan kolenkim tersusun atas bahan
berupa hemiselulosa, selulosa, dan pektik. Hal ini memberikan dukungan, struktur,
kekuatan mekanik, dan fleksibilitas pada tangkai daun, urat daun, dan batang tanaman
muda. Tipe-tipe kolenkim di antaranya kolenkim sudut (angular), kolenkim lamellar,
kolenkim lacunar, serta kolenkim cincin (anular). Kolenkim sudut (angular) terdapat
pada tangkai daun seledri (Apium graveolens). Pada tangkai daun Ipomea aquatica
terdapat kolenkim tipe lacunar. Sedangkan pada tangkai daun Allamanda sp. terdapat
kolenkim dengan tipe anular (cincin).
5. Jaringan sklerenkim merupakan jaringan penyokong yang terdapat pada organ tubuh
tumbuhan yang telah dewasa. Jaringan sklerenkim tersusun oleh sel mati yang seluruh
bagian dindingnya mengalami penebalan sehingga strukturnya kuat, sel-selnya lebih
kaku daripada sel kolenkim dan selnya tidak dapat memanjang. Jaringan sklerenkim
terdiri dari dua jenis, yaitu fiber (serata) dan sklereid (sel batu). Pada daging buah Pyrus
sp., terdapat sklereid dengan tipe brakisklereida. Sedangkan pada daun Pistia sp.
terdapat sklereid dengan tipe asterosklereida yang ditandai dengan bentuk sel bercabang
dan menyerupai bintang.
5.2.Saran
Praktikum dengan judul “Jaringan Pengisi” telah terlaksana dengan baik dan teratur.
Saran terhadap praktikum selanjutnya ialah agar praktikan tetap focus dan bersungguh-
sungguh dalam menjalankan praktikum, mengingat praktikum kali ini hanya diadakan
secara online dikarenakan kondisi yang tidak memungkinkan untuk melakukan praktikum
secara langsung di laboratorium. Dengan pemahaman yang baik meskipun hanya secara
online, diharapkan di waktu yang akan datang para praktikan tetap bisa menjalankan
praktikum secara langsung di laboratorium dengan tanpa kesulitan.
DAFTAR PUSTAKA
Adiyanto, I. O. 2009. Pengaruh Lama Perendaman Gigi dengan Jus Buah Pir (Pyrus communis)
terhadap Perubahan Warna Gigi pada Proses Pemutihan Gigi secara In Vitro. Laporan
Akhir Penelitian Karya Tulis Ilmiah. Semarang: Universitas Diponegoro.
Agustina, K., Sopandie, D., Trikoesoemaningtyas, dan Wirnas, D. 2010. Tanggap Fisiologi
Akar Sorgum (Sorghum bicolor L. Moench) terhadap Cekaman Alumunium dan
Defisiensi Fosfor di dalam Rhizotron. Jurnal Agronomi Indonesia. 38(2): 88-94.
Angeles, G., Lascurain, M., dan Sotelo, R. D. 2013. Anatomical and Physical Changes in
Leaves during the Production of Tamales. American Journal of Botany. 100(8): 1509-
1521.
Arisandi, R. dan Sukohar, A. 2016. Seledri (Apium graveolens L.) sebagai Agen Kemopreventif
bagi Kanker. Majority. 5(2): 95-100.
Dorly dan Yohana, C. S. 2007. Anatomi beberapa Talas Liar (Colocasia esculenta L. Schott)
dari Kabupaten Bogor. Caraka Tani. 22(1): 6-11.
Erni, Mulyanie, Romdani, dan Andhy. 2012. Pohon Aren sebagai Tanaman Fungsi Konservasi.
Jurnal Geografi. 14(2): 11-17.
Evans, D. E. 2003. Tansley Review: Aerenchyma Formation. New Phytologist. 161(-): 35-49.
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia (Volume II). Jakarta: Badan Litbang
Kehutanan.
Hughes, N. M. et al. 2014. Photosynthetic Costs and Benefits of Abaxial Versus Adaxial
Anthocyanins in Colocasia esculenta ‘Mojito’. Planta. DOI 10.1007/s00425-014-2090-
6.
Lawrence, G. H. M. 1951. Taxonomy of Vascular Plants. New York: The Macmillan Company.
Leroux, O. 2012. Collenchyma: a versatile mechanical tissue with dynamic cell walls. Annals
of Botany. 110: 1083-1098.
Lopez, A. C. dan Yahia, E. M. 2019. Postharvest Physiology and Biochemistry of Fruits and
Vegetables. Amsterdam: Elsevier.
Moenandir, J. 1990. Fisiologi Herbisida (Ilmu Gulma: Buku II). Jakarta: Rajawali Press.
Morris, H. et al. 2015. A Global Analysis of Parenchyma Tissue Fractions in Secondary Xylem
of Seed Plants. New Phytologist. Doi: 10.1111/nph.13737.
Mulyani, Sri. 2006. Anatomi tumbuhan. Penerbit Kansius Anggota IKAPI : Yogyakarta.
Pereira, F. J. et al. 2017. Anatomical and Physiological Modifications in Water Hyacinth under
Cadmium Contamination. Journal of Applied Botany and Food Quality. 90: 10-17.
Rimbun, W., Maideliza, T., dan Meriko, L. 2014. Perbandingan Struktur Anatomi Organ
Vegetatif Kangkung Air (Ipomea aquatica. Forsk) pada Perairan Bersih dengan Peraira
Tercemar di Kota Padang. STKIP PGRI Sumbar.
Steenis, C. G. Van. 1988. Flora: Untuk Sekolah Indonesia. Jakarta: Pradnya Paramita.
Ster, K. R. 2000. Introductory Plant Biology (8th Edition). New York: Megraw-Hill.
Sutrian, Y. 2004. Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan tentang Sel dan Jaringan. Jakarta:
PT. Rineka Cipta.
Tanzerina, N., Juswardi, dan Elyza, F. 2013. Studi Adaptasi Anatomi Organ Vegetatif Neptunia
oleraceae Lour Hasil Seleksi Lini pada Fitoremediasi Limbah Cair Amoniak. Prosiding
Semirata FMIPA Universitas Lampung. 165-174.
Tao, S. et al. 2009. Anatomy, Ultrastructure and Lignin Distribution of Stone Cells in Two
Pyrus Species. Plant Science. 176: 413-419.
Ventura, R. I. et al. 2017. Cactus Stem (Opuntia ficus indica Mill): Anatomy, Physiology and
Chemical Composition with Emphasis on its Biofunctional Properties. Journal of the
Science of Food and Agriculture. 97(15).
Zahid, H. et al. 2016. Comparative Profile of Hibiscus schizopetalus (Mast) hook and Hibiscus
rosa-sinensis L. (Malvaceae). Journal of Pharmacognocy and Phytochemistry. 5(1): 131-
136.