Anda di halaman 1dari 8

International Journal of Instruction 20---1 1

STRATEGI INDIVIDUAL STUDENT PLANNING UNTUK


MENINGKATKAN CAREER READINESS SISWA MENENGAH ATAS

Budi Astuti, Edi Purwanta, Caraka Putra Bakti, Liya Husna Risqiyain, Nia
Veronika
Departement Guidance and Counseling Universitas Negeri Yogyakarta
astuti_karmal@yahoo.com,edi_purwanta@uny.ac.id,caraka.pb@bk.uad.ac.id,
liyha.mocada@gmail.com, niaveronica66@gmail.com

Abstrak
Masa remaja merupakan fase kehidupan yang sangat penting khususnya bagi pelajar
siswa menengah atas, siswa perlu untuk menyiapkan dan memantapkan pilihan karier
untuk masa depan. Remaja memiliki tugas perkembangan yang mengarah kepada
kesiapan karier untuk menghadapi masa depan. Mempersiapkan masa depan harus
dilakukan sedini mungkin, salah satu caranya adalah dengan memberikan layanan
individual student planning. Layanan tersebut merupakan aspek penting dalam
menyiapkan karier remaja. Focus dari penelitian ini adalah untuk membantu siswa
dalam mengumpulkan informasi karier untuk membantu dalam mengembangkan,
memantau, memberikan pemahaman serta mengelola proses dalam menyiapkan karier
masa depan. Strategi layanan individual student planning untuk mencapai career
readiness melalui bimbingan klasikal dan pengembangan media.
Kata kunci: remaja, individual student planning, career readiness
INTRODUCTION
Siswa SMA secara psikologis sedang memasuki perkembangan masa remaja,
yakni masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Masa remaja adalah
suatu periode transisi dalam rentang kehidupan manusia, yang menjebatani masa
kanak-kanak dengan masa dewasa. Setiap individu akan melalu periode tertentu
sepanjang hidupnya. Pada setiap periode yang akan dilalui individu diikuti oleh
sejumlah tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan oleh setiap individu agar
individu tersebut dapat berkembang secara maksimal.
Siswa SMA berada pada rentang umur 15-18 tahun, pada fase remaja sendiri
terbagi menjadi tiga yaitu rentang umur 12-15 tahun merupakan fase remaja awal, 15-
18 tahun fase remaja pertengahan, dan rentang umur 18-21 tahun merupakan fase
remaja akhir (Monk, et al., 2002: 72). Dalam perkembangan hidup individu terdapat
tugas tugas perkembangan yang idealnya untuk terpenuhi agartercapai cita-cita masa
depannya, salah satu tugas perkembangan adalah perkembangan karier.
Pada dasarnya, setiap manusia dapat menjalani karir sesuai dengan identitas diri. Hal
ini dikarenakan karir merupakan hal atau kegaitan yang spesifik (seperti teknisi mesin
dll) dan karir dapat digunakan diberbagai tempat (Brown & Lent,2013). Dengan
demikian, karir seseorang diperoleh dari diri dan menjadi aktivitas yang sesuai dengan
dirinya. Meskipun demikian, perkembangan zaman saat ini mengembangkan berbagai
2 Title goes here

macam karir yang ada. tentunya, karir itu sendiri berubah seiring berjalannya waktu.
Selain itu juga semakin banyak kompetensi yang dibutuhkan agar dapat bertahan di
era saat ini.
Permasalahan karir juga sering terjadi pada remaja dan ini berkaitan dengan
pemilihan jenis pendidikan, yang mengarah pada pemilihan pekerjaan (Lestari,2017).
kesiapan yang diperoleh dari layanan individual student planning tersebut akan
membantu siswa untuk mampu menghadapi berbagai masalah dalam menjalani karir
nya kedepan. Selain itu, kesiapan juga berkiatan dengan kematangan dari segi kultur
dan lingkungan (Fajriah & Sudarma,2017). Tentunya, ini berkaitan dengan lingkungan
pekerjaan yang serba digital dan dijalankan dengan teknologi. Kekuatan manusia
adalah dengan keterampilan, konselor harus memiliki keterampilan dalam
mengembangkan bimbingan karier, jika tidak kemungkinan peran konselor akan
tergantikan dengan teknologi seutuhnya. Keterampilan seperti komunikasi, kolaborasi,
dan kreativitas.
Karier merupakan aspek yang penting dalam kehidupan manusia. Karier
memiliki makna yang lebih mendalam dibandingkan dengan pekerjaan. Karier sebagai
serangkaian sikap, aktivitas atau perilaku yang diasosiasikan dengan peran pekerjaan
sepanjang kehidupan individu (Super, 2001). Ada berbagai macam faktor yang dapat
menentukan karir seseorang, antara lain dengan adanya geberagaman, perbedaan
individu, dan faktor sosial (Brown & Lent, 2013). Oleh karena itu, konselor perlu
untuk memperbaiki dan mengembangkan layanan bimbingan karir yang sudah ada.
Individual student planning bisa diartikan sebagai proses membantu siswa dalam
membuat keputusan berdasarkan eksplorasi siswa dengan menggunakan banyak
sumber dan mengidentifikasi kemungkinan hasil. Tujuan untuk membuat siswa fokus
pada tujuan saat ini dan masa depan dengan mengembangkan rencana karier
Individu dituntut agar dapat mengembangkan dirinya dengan cara menambah
pengetahuannya dalam rangka menambah wawasan berpikirnya sesuai dengan yang
diharapkan maupun yang diinginkan. Menurut Suntrock (2011) menjadi dewasa tidak
pernah mudah, remaja dipandang sebagai masa evaluasi, pengambilan keputusan,
komitmen dan mengukir tempat di dunia.
Siswa SMA diharapkan mampu dalam menentukkan arah karier ke depan.
Lulusan SMA harus mempersiapkan diri untuk menghadapi masa transisi dari tingkat
Pendidikan ke tingkat Pendidikan selanjutnya ataupun dari dunia Pendidikan ke dunia
kerja.

CONTEXT AND REVIEW OF LITERATURE


1. Pentingnya Individual student planning
Individual student planning bukanlah suatu ide yang baru dalam membantu
siswa untuk merencanakan masa depan, akan tetapi individual student planning
selama bertahun-tahun telah membantu siswa untuk berpikir dalam membuat
rencana masa depan. Namun karena tidak adanya struktur atau ketetapan yang
disediakan maka individual student planning masih belum bisa diterapkan dengan
baik. Kekurangan tersebut disempurnakan oleh Gysbers dan Moore (1981) yang
memperkenalkan gagasan bahwa individual student planning menjadi komponen
utama pada program komprehensif. Sehingga Gysbers (1985) mengembangkan
Author surnames go here 3

modul pelatihan “create and use an individual career developed a training module”
modul ini dibuat untuk membantu konselor tentang bagaimana cara membantu
siswa dalam merencanakan karier masa depan.
Istilah individual student planning siswa, secara logis bisa diasumsikan menjadi
layanan bantuan yang diberikan kepada siswa secara individual. Sebenarnya kata
individual memiliki makna yang berarti bahwa konselor memberikan layanan
dengan menggunakan metode yang paling tepat untuk membantu individu
membuat rencana tentang masa depan (Van Zandt & Hayslip, 2001). Konselor
membantu siswa dalam membuat keputusan berdasarkan eksplorasi siswa dengan
menggunakan banyak sumber dan mengidentifikasi kemungkinan hasil.
Jika diartikan individual student planning merupakan bantuan yang diberikan
kepada siswa agar mampu merumuskan dan melakukan aktivitas yang berkaitan
dengan perencanaan masa depan berdasarkan pemahaman akan kelebihan dan
kekurangan individu, serta pemahaman akan peluang dan kesempatan yang
tersedia di lingkungan (Permendikbud No 111). Pemahaman siswa secara
mendalam dengan segala karakteristiknya. Penafsiran hasil assesmen dan
penyediaan informasi yang akurat sesuai dengan peluang dan potensi yang dimiliki
siswa amat diperlukan sehingga siswa mampu memilih dan mengambil keputusan
yang tepat di dalam mengembangkan potensinya secara optimal, termasuk
keberbakatan dan kebutuhan khusus siswa.
2. Strategi individual student planning
Terdapat tiga strategi yang dapat konselor lakukan untuk meningkatkan career
readiness (Gysbers, 2008) yaitu:
1.1 Individual appraisal, konselor membantu siswa menilai dan menafsirkan
kemampuan minat, keterampilan dan pencapaian siswa.
1.2 Individual advisement, konselor membantu siswa dalam mencarikan
informasi karier untuk merencanakan dan merealisasikan keinginan siswa.
1.3 Transition planning, konselor membantu siswa melakukan transisi dari
sekolah ke keperguruan tinggi.
3. Pentingnya career readiness untuk siswa sekolah menengah atas
career readiness adalah kemampuan siswa menelaah berbagai faktor dalam
mempersiapkan diri dengan perencanaan dan eksplorasi karier yang sistematis
(Morgan, 2014). Adapun tujuan career readiness yaitu a) untuk memastikan bahwa
siswa mendapatkan informasi keputusan tentang masa depan mereka dan menjadi
dasar untuk pencapaian tujuan siswa, dan b) untuk memastikan bahwa siswa
menetapkan tujuan yang realistis, dapat dicapai dan dapat memenuhi kebutuhan
masa depan .
Terdapat 8 aspek yang perlu diperhatikan dalam meningkatkan career readiness
(Morgan, 2014) siswa menengah atas sebagai berikut;
1.1 Kesadaran diri, pemahaman tentang diri individu yang unik yang sesuai
dengan bakat dan minat yang berperan dalam pengambilan keputusan dan
hubungan interpersonal.
1.2 Kesadaran karier, mengetahui perbedaan antara kerja, pekerjaan dan karier.
Mengartikulasikan berbagai jalur dan peluang karier regional, nasional dan
global
4 Title goes here

1.3 Eksporasi karier, berpartisipasi dalam kegiatan eksplorasi karier yang berpusat
pada kesukaan, kepentingan, cita-cita, visi tentang masa depan dan pilihan
yang dirasakan
1.4 Pilihan karier, kesadaran berbagai peluang pasca sekolah menengah dan
peluang karier.
1.5 Lingkungan karier, mempertimbangkan kelanjutan sekolah dilihat dari segi
keluarga, masyarakat, budaya.
1.6 Perencanaan akademik, menerapkan keterampilan dan pengetahuan yang
diperlukan untuk memetakan dan mengetahui persyaratan lulus jenjang
sekolah menengah yang diperlukan untuk mencapai tujuan pasca sekolah
menengah.
1.7 Keterampilan karier, menentukkan, mengembangkan, dan mengasah
keterampilan
1.8 Mencari sumber dana untuk melanjutkan ke pendidikan lanjutan, mengenali
literasi keuangan pribadi dan bantuan keuangan seperti beasiswa
4. Peran konselor di sekolah
Konselor berperan sebagai fasilitator, sehingga konselor perlu untuk melakukan
kolaborasi agar dapat memberikan layanan individual student planning secara
maksimal dan terbaik untuk siswa. Kolaborasi yang dapat dilakukan antara lain;
berkolaborasi dengan dengan tokoh-tokoh yang memiliki profesi pekerjaan yang
sesuai dengan keinginan siswa (Afdal & Uman, 2014). Hal tersebut dapat
membantu siswa dalam memperoleh gambaran akan karier masa depannya, selain
itu siswa juga dapat lebih memahami apa saja yang diperlukan dalam menyiapkan
career readiness.

Method
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif.
Menurut sugiono (2010) metode penelitian kualitatif merupakan metode yang
berlandaskan pada filsafat postpositivisme yang digunakan untuk meneliti pada
kondisi obyek yang alamiyah. Analisis data bersifat induktif, hasil penelitian kualitatif
lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Metode kualitatif lebih menekankan
pada aspek pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah daripada melihat
permasalahan untuk penelitian generalisasi.
Penelitian kualitatif ini dilakukan dengan melakukan penggalian data secara
mendalam. Peneliti mengeksplorasi secara mendalam strategi layanan individual
student planning melalui focus group discussion dengan 15 konselor dari 15 sekolah
yang berada di Yogyakarta. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dan
kuesioner atau daftar pertanyaan yang secara logis berhubungan dengan masalah
penelitian.

Findings
Author surnames go here 5

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya 5% yang sudah optimal dalam


memberikan layanan individual student planning, sisanya layanan individual student
palnning belum dilaksanakan secara optimal, hal ini terjadi karena kurangnya
informasi yang akan diberikan kepada siswa, masih jarangnya media yang dapat
digunakan serta terbatasnya jam masuk kelas konselor, sebagian ada yang tidak
memiliki jam masuk kelas. Oleh sebab itulah, konselor merasa kewalahan dalam
memberikan bimbingan klasikal kepada siswa. Hal tersebut menjadi kendala maupun
hambatan yang sangat menghambat dalam memberikan layanan klasikal kepada
siswa.
Sebagian besar konselor masih menggunakan cara-cara lama dalam memberikan
bimbingan klasikal untuk meningkatkan career readiness, seperti; penggunaan papan
bimbingan, map maping, pohon karier, internet (untuk mencari informasi tentang
perguruan tinggi). Cara tersebut dirasa kurang begitu efektif untuk diterima oleh
siswa.
Salah satu strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi kurang optimalnya
layanan individual student planning adalah dengan memberikan bimbingan klasikal
dengan metode yang bervariatif. Dari delapan materi bimbingan klasikal menurut
Morgan (2014) untuk meningkatkan career readiness siswa. Dapat dilihat pada table
berikut ini:
Table 1
Materi bimbingan klasikal
Materi Prosentase
Kesadaran diri 25%
Kesadaran karier 5%
Eksplorasi karier 15%
Pilihan karier 25%
Lingkungan karier 1%
Perencanaan akademik 25%
Keterampilan karier 2%
Mencari sumber dana 2%

Dari table di atas dapat dilihat bahwa dari delapan materi bimbingan klasikal ada
beberapa materi yang belum sepenuhnya optimal dilakukan oleh konselor. Materi
tersebut yakni; kesadaran karier, lingkungan karier, keterampilan karier dan sumber
dana. Konselor masih kesulitan dalam memberikan materi tersebut, hal ini terjadi
karena saangat terbatasnya sumber informasi karier yang bisa diberikan. Dari hasil
wawancara yang dilakukan oleh peneliti, konselor berharap adanya inovasi dalam
pengembangan media, cara tersebut dirasa konselor akan efektif untuk meningkatkan
kualitas dalam memberikan layanan individual student planning untuk meningkatkan
career readiness siswa sekolah menengah atas.
6 Title goes here

Strategi yang dapat dilakukan oleh konselor untuk mengatasi persoalan tersebut
salah satunya adalah dengan memanfaatkan penggunaan media. Materi disajikan
dengan berbegai media yang dapat dikembangkan seperti penggunaan multimedia
interaktif, social media, aplikasi android, serta modul. Selain penggunaan media,
kolaborasi dengan orangtua juga bisa membantu untuk meningkatkan career
readiness.

Discussion
Penggunaan teknologi dalam pendidikan merupakan bagian dari dunia modern (saba,
2009). Salah satu strategi yang dapat mempengaruhi keberhasilan proses individual
planning adalah dengan penggunaan media (Amta, 2015). Terdapat beberapa cara
yang telah dilakukan untuk meningkatkan career readiness siswa dengan penggunaan
media, salah satunya adalah penggunaan multimedia interaktif (Risqiyain & Purwanta,
2019; Leksana, 2015). Bukan hanya itu saja, beberapa sosial media dapat digunakan
untuk membantu siswa dalam menemukan karier yang baik dan sesuai, hal tersebut
bertujuan untuk menghubungkan antara seseorang dengan seorang yang profesional
baik dalam urusan sosial ataupun bisnis (Niles & Harris, 2013). Dengan demikian
sosial media tidak menutup kemungkinan untuk membantu siswa dalam mempelajari
karier yang hendak ditekuni untuk masa depan. Media lain seperti aplikasi android
yang digunakan pada smartphone juga dapat dikembangkan dan dimanfaatkan oleh
konselor dalam meningkatkan career readiness. Penggunaan modul dalam
memberikan layanan terbukti efektif untuk meningkatkan pemahaman siswa
(Nurbaity.,et.,al., 2017; Rizki.,Y.,et.,al, 2018).
Selain penggunaan media keterlibatan orangtua juga perlu dipertimbangankan. Orang
tua terlibat dalam proses komunikasi timbal balik dalam membantu dan pengumpulan
data dan informasi siswa (Purwanta,2012; Nugraha.,et.al, 2017; Putra., A.,K.,2018;).
Peran orang tua dalam meningkatkan career readiness siswa sangat penting, oleh
sebab itulah antara konselor dan orangtua diharapkan untuk lebih sering
berkomunikasi dalam membantu siswa untuk menyipkan karier masa depannya.
CONCLUSION
Mempersiapkan karier merupakan hal penting yang harus dilakukan oleh siswa. Tugas
konselor adalah membantu memberikan layanan secara optimal agar siswa memiliki
kesiapan karier yang matang setelah lulus dari sekolah. Strategi layanan individual
student planning yang dapat dilakukan yaitu melalui penggunaan media bimbingan
dan konseling. Pemanfaatan media dinilai efektif untuk membantu siswa dalam
menyiapkan karier masa depannya. Mulai dari pemanfaatan multimedia interaktif,
penggunaan social media, penggunaan aplikasi android dan modul serta kolaborasi
antara konselor dengan orangtua siswa.
Author surnames go here 7

REFERENCY
Afdal, M.Suya, Syamsu& Uman, 2014. Bimbingan Karir Kolaboratif dalam
Pemantapan Perencanaan Karir Siswa SMA. Jurnal Konseling dan Pendidikan,
2(3): 1-7
Ampa, A.,T. (2015). The implementation of Interactive Multimedia Learning
Materials in Teaching Listening Skills. English Language Teaching, 8(12), 56-
62.
Brown & Lent. 2013. Social cognitive model of career self-management: toward a
unifying view of adaptive career behavior across the life span. Journal of
counseling psychology. 60(4). 557-568
Fajriah U. N. & K. Sudarma. 2017. Pengaruh Praktik Kerja Inustri, Motivasi
Memasuki Dunia Kerja, dan Bimbingan Karir pada Kesiapan Kerja Siswa.
Economic Education Analysis Journal, 6(2): 421-432
Gysbers., N.C. 1985. Competency-Based Career Guidance Moduls: Category
Implementing: Create And Use An Individual Career Development Plan.
Wooster, OH: Bell & Howell, Publications system Division.
Gysbers., N.C. 2008. Individual student Planning in the United state: Rationale,
Practices, and Result. Asian Journal Counselling. 12(2). 117-139
Gysbers., N.C., & Moore., E.,J. 1981. Improving Guidance Programs. Englewood
Cliffs. NJ: Prentice Hall.
Leksana.,D.,M. 2015. Pengembangan Modul Bimbingan Karier berbasis Multimedia
Interaktif untuk Meningkatkan Kematangan Karier Siswa. Akademika. 9(2). 290-
298.
Lestari I., 2017. Meningkatkan Kematangan Karir Remaja Melalui Bimbingan Karir
Berbasis Life Skills. Jurnal Konseling GUSJIGANG , 3(1): 17-2
Monk. 2002. Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam berbagai bagiannya.
Yogyakarta: Gajah Mada universiti.
Morgan., M. 2014. College and Career Readiness Structures. Department of
Education.
Niles & Harris. 2013. Career Development Interventions in the 21 st Century. Pearson.
Nugraha., A., & fuad., A.,R. 2017. Strategi Kolaborasi Orangtua dengan Konselor
dalam Mengembangkan Sukses Studi Siswa. Jurnal Konseling GUSJIGANG.
3(1). 128-136.
Nurbaity., Yuliana.,R., Nadia., Ilham.,T & Rizky.,M. 2017. Pengembangan Dumatari
sebagai Media Bimbingan Karier. Proceeding Seminar dan Lokakarya Nasional
Bimbingan dan Konseling. 179-189.
8 Title goes here

Purwanta.,E. 2012. Dukungan Orangtua dalam Karier terhadadp perilaku Eksplorasi


Siswa SLTP. Jurnal Teknodika. 10(2). 127-140
Putra., A.,K., 2018. Keterlibatan orangtua dalam perencanaan Karier Anak Usia SMP.
Jurnal Riset Mahasiswa Bimbingan dan Konseling. 4(9). 501-511.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 111 Tahun
2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah.
Risqiyain.,L., H & Purwanta., E (2019). Pengembangan Multimedia Interaktif
Informasi Karier untuk Meningkatkan Kematangan Karier Siswa Menengah
Kejuruan. Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling. 4(3), 89-93.
Saba, A. (2009), Benefits of Technology Integration in Education.
Santrock, J., W. (2011). Masa Perkembangan Anak 2 edisi 11. Salemba
Humanika.
Sugiyno. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Super., D. 2001. The psychology of career. New York: Happer.
Zark.,V.Z & Hayslip. 2001. Developing your School Counseling Program: A
Handbook fr Systematic Planning. Belmont,Ca:Books/Cole.

Anda mungkin juga menyukai