Ekonomi islam merupakan ilmu yang mempelajari perilaku ekonomi manusia yang perilakunya diatur berdasarkan aturan agama islam dan didasari dengan tauhid sebagaimana dirangkum dalam rukun iman dan rukun islam. Beberapa ahli mendefinisikan Ekonomi Islam sebagai suatu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan dengan alat pemenuhan kebutuhan yang terbatas dalam lingkup syariah. Beberapa cendekiawan muslim juga mendefinisikan Ekonomi Islam sebagai berikut: Hasanuzzaman (1984) bahwa ekonomi islam adalah ilmu dan aplikasi petunjuk dan aturan syariah yang mencegah ketidakadilan dalam dalam memperoleh dan menggunakan sumberdaya material agar memenuhi kebutuhan manusia dan agar dapat menjalankan kewajiban kepada Allah dan masyarakat. Muhammad Abdul Mannan (1986) mendefinisikan bahwa Ekonomi Islam adalah ilmu sosial yang mempelajari masalah maslah ekonomi masyarakat dalam perspektif nilai-nilai islam. Khurshid Ahmad (1992) bahwa Ekonomi Islam adalah upaya sistematik untuk memahami masalah ekonomi dan perilaku manusia yang berkaitan dengan masalah itu dari perspektif islam. Nejatuallah siddiq (1992) bahwa Ekonomi Islam adalah tanggapan pemikir-pemikir Muslim terhadap tantangan ekonomi pada jamannya. Dimana dalam upaya ini mereka dibantu oleh Al- Qur’an dan As-Sunnah disertai dengan argumentasi dan pengalaman empirik. Khan (1994) bahwa Ekonomi Islam adalah suatu upaya yang memusatkan perhatian pada studi tentang kesejahteraan manusia yang dicapai dengan mengorganisir sumber daya di bumi atas dasar kerjasam dan partisipasi. Chapra (1996) bahwa Ekonomi Islam adalah cabang ilmu yang membantu merealisasikan kesejahteraan manusia melalui alokasi dan distribusi sumberdaya yang langka yang sejalan dengan Syariyah islam tanpa membatasi kreativitas individu ataupun menciptakan suatu ketidakseimbangan ekonomi makro atau ekologis. Pada hakikatnya Ekonomi Islama adalah metamorfora nilai-nilai Islam dalam ekonomi dan dimaksudkan untuk menepis anggapan bahwa Islam adalah agama yang hanya mengatur persoalan ubudiyah atau komunikasi vertikalantara manusia (makhluk) dengan Allah (khalid) nya. Dengan kata lain, kemunculan Ekonomi Islam merupakan satu bentuk artikulasi sosiologi dan praktis dari nilai-nilai Islam yang selama ini dipandang doktriner dan normatif. Dengan demikian, Islam adalah suatu dien (way of life) yang praktis yang ajarannya tidak hanya merupakan aturan hidup yang menyangkut aspek ibadah dan muamalah sekaligus, mengatur hubungan manusia dengan raab-Nya (hablum minannas) sebagai aspek. Sebagai ekonomi kemanusiaan Ekonomi Islam melihat aspek kemanusiaan (humanity) tang bertentangan dengan aspek ilahiyah. Manusia dalam ekonomi islam merupakan pemeran utama dalam mengelola dan memakmurkan alam semesta disebabkan karena kemampuan kemanajerial yang telah dianugerahkan Allah kepadanya. Manusia sebagai manajer yang diberi mandat untuk memakmurkan dunia beserta isisnya di dalam perspektif ekonomi islam telah diberi jalan terbaik untuk merealisasikan potensi dan fitrahnya sebagai makhluk teomorfis dalam aspek ekonomi dengan selalu bersandar pada nilai moral dan spiritual. 2. Sistem Ekonomi Seabgai Bagian Sistem Islam Ada yang menganggap Ekonomi Islam sebagai “sistem”, dan ada pu;a yang menganggapnya sebagai suatu kekhususan dapat diperlakukan terhadapnya sebagai suatu “ilmu”. Perkataan “sistem” diartikan sebagai suatu “keseluruhan yang komplek: suatu susunan hal atau bagian yang saling berhubungan, “ilmu” adalah pengetahuan yang dirumuskan secara sistematis. Demikian pula, perkataan “ilmu” didefinisikan sebagai suatu wadah pengetahuaan yang teroganisasi mengenai dunia fisisk, baik yang bernyawa maupun tidak bernyawa. Kajian tingkah laku ekonomi manusia merupakan ibadah kepada Allah. Kekayaan ekonomi adalah satu alat untuk memenuhi hajat dan kepuasan hidup dalam rangka meningkatkan kemampuannya agar dapat mengapdi lebih baik kepada Allah. Konsep ekonomi islam mampu mengentas kehidupan manusia dari ancaman pertarungan, perpecahan akibat persaingan, kegelisahan dan kesirnaan akibat kerasukan, dan ancaman- ancama keselamatan, keamanan serta ketentraman hidup manusia, kepada kehidupan yang damai dan sejahtera. 3. Ekonomi Islam; Normatif atau Posotif Menurut pengertian umum, ilmu ekonomi positif mempelajari problema-problema ekonomik seperti apa adanya. Ilmu ekonomi normatif mempersoalkan bagaimana seharusnya sesuatu itu. Dalam ilmu Ekonomi Islam, aspek-aspek yang normatif dan positif itu saling berkaitan erat, sehingga setiap usaha untuk memisahkannya akan berakibat menyesatkan dan tidak produktif.ini berarti bahwa ilmuEkonomi Islam tidak berisi komponen-komponen normatif dan positif yang tidak dapat dibedakan sama sekali. Perbedaan antara ilmu positif dan normatif merupakan hal yang tidak penting, baik pada tingkatan teori maupun kebijaksanaan. Karena nilai-nilai dapat dicerminkan baik dalam teori maupun dalam kebijakan. Karena teori memberikan kerangka bagi pilihan kebijakan, nilai-nilai tidak hanya dicerminkan dalam kebijakan dengan mengabaikan teori itu. Setiap usaha untuk membedakan antara yang positif dan normatif akan berakibat buruk, dalam arti hal itu akhirnya akan menyebabkan lahir dan tumbuhmya “sekularisme” dalam ekonomi islam. Setiap usaha untuk menggolongkan Ekonomi Islam sebagai ilmu yang positif dan normatif justru akan merusak tujuan untuk apa ilmu itu sebenarnya diciptakan. Ini sama halnya bila kita mencoba memisahkan badan manusia yang untuk delapan puluh persennya terdiri dari air; tak pelak lagi badan itu akan binasa. Jadi, masalah Ekonomi islam harus dipahami dan dinilai dalam rangka ilmu pengetahuan sosial yang terintegrasi, tanpa memisahkannya dalam komponen normatif dan positif. Periode cepat dari inovasi yang terjadi setelah berkembangnya islam adalah suatu contoh spektakuler tentang bagaimanakah inovasi dalam agama dan nilai ekonomi membebaskan suatu masyarakat dari keseimbangan semula dan menghadapkannya pada segala konsekuensi dari dinamika kehidupan ekonomik. Jadi, larangan Islam mengenai bungan disertai perintah mengeluarkan zakat berpengaruh besar terhadap perkembangan teori Islam mengenai uang dan keuangan negara. Di masyarakat kentemporer, banyak teori seperti konsep perbankan islam, Zakat, dan sebagainya sedang dilaksanakan. Ada tiga alasan untuk mengembangkan teori ekonomi islam: a. Untuk belajar dari pengalaman terdahulu dengan mengindentifikasikan alasan tentang kewajaran atau ketidakwajaran penjelasan perilaku dan praktek ekonomi yang lampau, dengan teori Ekonomi Islam. b. Untuk menjelaskan keadaan ekonomi yang aktual betapapun kepingan-kepingannya (fragmanted) keadaan itu. c. Untuk mengidentifikasi “kesenjangan” antara teori Ekonomi Islam yang idela dan Praktek-praktek masyarakat Muslim kontenporer, sehingga usaha untuk mencapai suatu keadaan yang ideal dapat diadakan. 4. Ilmu Ekonomi dan Sistem Ekonomi Dunia telah mengalami polarisasi dari dua kekuatan sistem ekonomi, ditandai dengan adanya dua negara adidaya sebagai representasi dari dua sistem ekonomi tersebut, Amerika dan sekutu Eropa Baratnya merupakan bagian kekuatan dari Sistem Ekonomi Kapitalis, sedangkan Sistem Ekonomi Sosialis diwakili oleh Rusia danEropa Timur serta negara China dan Indochins seperti Vietnam dan Kamboja. Dua sistem Ekonomi ini lahir dari dua muara ideologi yang berbeda sehingga persaingan dua sistem ekonomi tersebut, hakikatnya merupakan pertentangan dua ideologi poliyik dan pembanguna Ekonomi. Posisi negara Muslim setelah berakhirnya Perang Dunia ke-2 menjadi objek tarik menarik dua kekuatan ideologi tersebut, hal ini disebabkan tidak adanya visi rekonstruksi pembanguan ekonomi yang dimiliki para pemimpin Negara Muslimdari sumber Islami orisinil pasca kemerdekaan sebagai akibat dari pengaruh penjajahan dan kolonialisme barat. Dalam perjalanannya dua Sistem Ekonomi tersebut jatuh bangun, sistem kapitalisnya yang berorientasi pada pasar-sempat hilang pamornya setelah terjadi Hyper Inflation di Eropa tahun 1923 dan masa resesi 1929-1933 di Amerika Serikat dan negara Eropa lainnya. Sistem Kapitalis dianggap gagal dalam menciptakan kesejahteraan masyarakat dunia akibat dampak sistem yang dikembangkannya. Kelemahan dan Kekurangan dari masing-masing sistem ekonomi tersebut lebih menonjol ketimbang kelebihannya. Itulah yang menyebabkan timbulnya pemikiran baru tentang Sistem Ekonomi Islam/Syariah terutama kalangan Negara-Negara Muslim yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Negara-Negara yang berpendudukan masyarakat Muslim mencoba untuk mewujudkan suatu sistem ekonomi yang didasarkan pada Al-Qur’an dan Hadits yaitu Sistem Ekonomi Syariah.