Anda di halaman 1dari 10

NILAI MOTIVASIONAL PADA WIRAUSAHAWAN

Muhammad Rudi Arifayusa1


MM. Nilam Widyarini2
1,2
Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma
Jl. Margonda Raya No 100, Depok, 16424, Jawa Barat
1
nilam_wid@yahoo.com

Abstrak

Di Indonesia, pilihan menjadi wirausahawan masih sangat diperlukan, namun


tidaklah mudah menjadi wirausahawan. Untuk sukses diperlukan karakteristik mental
yang tangguh. Di samping itu, nilai-nilai kehidupan juga penting. Berdasarkan
pengenalan akan nilai-nilai yang dikukuhi individu ataupun kelompoknya dapat
diketahui faktor-faktor positif apa yang ada dalam diri individu atau kelompok untuk
dapat mendukung pengembangan perilaku kewirausahaan. Nilai-nilai tersebut dapat
dipengaruhi oleh berbagai latar belakang individu, seperti etnis, jenis kelamin, usia
dan pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran nilai motivasional
pada wirausahawan dengan latar belakang etnis, jenis kelamin, usia dan pendidikan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan desktiptif-kuantitatif, yaitu menggambarkan
sifat-sifat, keadaan dan gejala suatu individu atau kelompok tertentu berdasarkan
data statistik diskriptif. Subjek penelitian ini adalah wirausahawan yang berdagang
di wilayah Pusat Grosir Pasar Tanah Abang Jakarta. Alat ukur nilai-nilai
motivasional yang digunakan merupakan adaptasi dan pengembangan dari Skala
nilai-nilai motivasional dari Schwartz, berbentuk skala Likert. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa secara umum gambaran hierarki nilai motivasional pada subjek
berturut-turut, dari yang tertinggi hingga yang paling rendah adalah conformity,
achievement, security, benevolence dan universalism, dan hedonism. Penelitian ini
juga mendiskripsikan nilai-nilai motivasional berdasarkan etnis, jenis kelamin,
pendidikan, dan usia.

Kata Kunci : Wirausahawan, Nilai Motivasional, Etnis

MOTIVATIONAL VALUE OF INTREPRENEUR

Abstract

In Indonesia, the choice to become entrepreneurs is still very necessary, but it is not
easy to become an entrepreneur. Mental characteristics necessary for success are
formidable. In addition, the values of life is also important. Based on the knowledge
of the values of an individual or group that dikukuhi can know what positive factors
that exist within the individual or group to be able to support the development of
entrepreneurial behavior. Those values can be influenced by a variety of individual
backgrounds, such as ethnicity, gender, age and education. This study aims to look at
the picture of the motivational value of entrepreneurs with diverse ethnic
backgrounds, gender, age and education. This study uses descriptive-quantitative
approach, which describes the properties, conditions and symptoms of an individual
or group based on descriptive statistics. The subjects were entrepreneurs who trade

Jurnal Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2015 59


in the Central Wholesale Market Tanah Abang Jakarta. Measuring instruments
motivational values used is an adaptation and expansion of the scale of the
motivational values Schwartz, form of Likert scale. The results showed that the
overall picture of the motivational hierarchy of values in a row on the subject, from
the highest to the lowest is the Conformity, Achievement, Security, Benevolence and
Universalism, Hedonism. This study also describe motivational values based on
ethnicity, gender, education, and age.

Keywords: entrepreneur, motivational value, ethnicity

PENDAHULUAN wirausaha terhadap pembangunan bangsa,


yaitu pertama sebagai pengusaha, mem-
Krisis ekonomi yang terjadi di Indo- berikan sumbangsih dalam melancarkan
nesia telah banyak menyentuh semua sisi proses produksi, distribusi, dan konsumsi.
kehidupan masyarakat dari lapisan atas Ikut mengatasi kesulitan lapangan kerja,
hingga lapisan bawah. Banyak sekali masya- meningkatkan pendapatan masyarakat. Ke-
rakat yang kesulitan mendapatkan pengha- dua sebagai pejuang bangsa dalam bidang
silan untuk digunakan sebagai biaya hidup ekonomi, meningkatkan ketahanan nasional,
sehari-hari. Keadaan itu semakin diperparah mengurangi ketergantungan kepada bangsa
karena kurangnya kemampuan individu asing.
untuk membuka lahan usaha baru yang lebih Kewirausahaan menjanjikan masa
prospektif dan mampu digunakan untuk depan yang lebih cerah, namun tidaklah
mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. mudah untuk menjadi wirausahawan. King
Pilihan yang tepat untuk mengatasi (dalam Widyarini 2005), seorang wirausaha
persoalan pemenuhan kebutuhan sehari-hari muda dari Australia menegaskan bahwa
tersebut adalah dengan membuka lapangan wirausahawan di bidang apapun selalu
wirausaha dan memasyarakatkan pengeta- menghadapi tiga hal, yaitu pertama obstacle
huan kewirausahaan melalui berbagai cara. (hambatan), kedua hardship (kesulitan), dan
Kata wirausaha sendiri merupakan yang ketiga very rewarding life (imbalan
padanan dari bahasa Perancis yaitu atau hasil yang memukau bagi kehidupan).
entrepreneur yang sudah dikenal sejak abad Meskipun tidak mudah, seperti yang telah
ke-17. Cantillon (dalam Riyanti, 2003) disebutkan di atas, namun kewirausahaan
berpendapat bahwa wirausaha (entrepre- dapat dicapai dan ditekuni oleh siapa saja
neur) adalah seorang inkubator gagasan (Harefa dalam Widyarini, 2005).
baru, yang selalu berusaha menggunakan Selain itu, beberapa karakteristik mental
sumber daya secara optimal untuk mencapai kewirausahaan yang penting yang harus
tingkat komersial yang paling tinggi. dimiliki oleh wirausahawan, diantara-nya
Menurut Drucker (dalam Alma, 2009) yaitu percaya diri yang tinggi, kebu-tuhan
wirausaha (entrepreneur) adalah seseorang untuk sukses, kreatif dan inovatif, ulet, se-
yang mampu memanfaatkan peluang. Selain lalu bangkit dari kegagalan, berani meng-
itu, menurut Sukardi (dalam Riyanti, 2003) ambil resiko, sikap terhadap uang, mampu
wirausaha adalah seseorang yang bersedia menahan nafsu untuk cepat menjadi kaya
mengambil resiko pribadi untuk menemukan dan berorientasi ke masa depan (Widyarini,
peluang usaha, mendirikan, mengelola, 2005).
mengembangkan, dan melembagakan peru- Namun, disamping karakteristik men-
sahaan miliknya sendiri, dimana kelang- tal, nilai-nilai kehidupan merupakan hal ya-
sungan hidupnya tergantung pada tindakan- ng penting, karena berdasarkan nilai-nilai
nya sendiri. yang dikukuhi individu ataupun kelompok-
Menurut Alma (dalam Siswoyo, 2009) nya dapat diketahui faktor-faktor positif
setidaknya terdapat dua besaran sumbangsih apakah dari dalam diri individu atau kelom-

60 Arifayusa, Widyarini, Nilai Motivasional …


pok yang dapat mendukung pengembangan psikologis, praktis, dan sosial yang dapat
perilaku kewirausahaan. Nilai-nilai kehidu- berkonflik atau sebaliknya berjalan seiring
pan yang dikenali tersebut akan dapat (compatible) dengan pencapaian tipe nilai
menjadi pijakan dalam menentukan pende- yang lain (Schwartz, 2006). Jika dikaitkan
katan dalam membantu pengembangan dengan karakteristik mental wirausahawan
perilaku kewirausahaan (Widyarini, 2005). yang telah disebutkan di atas maka ada be-
Menurut Schwartz nilai adalah tujuan berapa karakteristik yang berkaitan dengan
antar situasi (trans-situational), yang ber- tipe-tipe nilai dari Schwartz, yaitu percaya
beda-beda dalam kepentingannya, yang diri yang tinggi, kreatif dan inovatif, ulet,
menjalankan sebagai prinsip-prinsip pan- berani mengambil resiko dapat dikaitkan
duan dalam kehidupan seseorang atau dengan tipe nilai Self direction yang
kesatuan sosial lainnya (Schwartz, 2006). tujuannya adalah pikiran dan tindakan yang
Lebih lanjut Schwartz (dalam Aryani, tidak terikat (independent), seperti memilih,
2010) juga menjelaskan bahwa nilai adalah menciptakan, dan menyelidiki.
suatu keyakinan, berkaitan dengan cara Karakteristik lainnya seperti kebutuhan
bertingkah laku atau tujuan akhir tertentu, untuk sukses, selalu bangkit dari kegagalan
melampaui situasi spesifik, mengarahkan juga berkaitan dengan tipe nilai Achievement
seleksi atau evaluasi terhadap tingkah laku, yang tujuannya adalah keberhasilan pribadi
individu, dan kejadian-kejadian, serta tersu- dengan menunjukkan kom-petensi sesuai
sun berdasarkan derajat kepentingannya. standar sosial. Kemudian karakteristik lain
Selanjutnya, Grube (dalam Sarwono, seperti mampu menahan nafsu untuk cepat
2007) mengatakan nilai merupakan salah menjadi kaya dan berorientasi ke masa
satu komponen yang berperan dalam tingkah depan berkaitan dengan tipe nilai Security
laku, perubahan nilai dapat mengarahkan yang tujuannya adalah mengutamakan
terjadinya perubahan tingkah laku. Hal ini keamanan, harmoni, dan stabilitas masya-
telah dibuktikan dalam sejumlah penelitian rakat, hubungan antar manusia dan diri
yang berhasil memodifikasi tingkah laku sendiri.
dengan cara mengubah sistem nilai. Peru- Schwartz (2006) juga mengatakan
bahan nilai telah terbukti secara signifikan bahwa nilai motivasional memuat kepen-
menyebabkan perubahan pula pada sikap tingan-kepentingan dan kelompok-kelompok
dan tingkah laku seperti dalam memilih sosial, nilai motivasional diperoleh melalui
pekerjaan, dan tujuan-tujuan hidup lainnya. sosialisasi terhadap kelompok dominan dan
Schwartz (2006) telah mengembangkan melalui pengalaman belajar yang unik. Oleh
studi tentang nilai berdasarkan teori sebe- sebab itu dapat disimpulkan bahwa kelom-
lumnya dengan melakukan riset mengenai pok sangat mempengaruhi nilai-nilai moti-
tipe-tipe nilai motivasional ini diberbagai vasional seseorang.
budaya nasional di 67 negara termasuk Di Indonesia sendiri yang memiliki
Indonesia dan membentuk sepuluh tipe nilai masyarakat yang beraneka ragam, tentulah
motivasional dan alat ukur SVS (Schwartz memiliki nilai-nilai motivasional yang ber-
values survey). Ada 10 tipe nilai beda-beda juga, perbedaan nilai ini bisa saja
motivasional yang dikemukakan oleh disebabkan oleh individu ataupun kelompok
Schwartz (2006) yaitu, Benevolence, Tradi- tertentu, baik itu kelompok etnis, jenis
tion, Conformity, Power, Achievement, He- kelamin, usia ataupun pendidikan. Namun
donism, Stimulation, Self-direction, Uni- yang paling dominan adalah etnis, karena
versalism dan Security. masyarakat Indonesia terdiri dari beberapa
Secara struktur kesepuluh nilai tersebut etnis yang mayoritas dan etnis minoritas
menggambarkan hubungan di antara nilai lainnya yang tersebar diseluruh Indonesia.
yang satu dengan nilai yang lain. Asumsi Kinasih (2007) menyebutkan kelom-
yang dipegang adalah bahwa pencapaian pok etnis sebagai kelompok manusia yang
suatu tipe nilai mempunyai konsekuensi membangun komunitas dan perasaan kolek-

Jurnal Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2015 61


tifnya berdasarkan kesamaan kepercayaan Tujuan penelitian ini adalah melihat
dan kesamaan asal. Lebih lanjut, Sumarjan gambaran nilai motivasional pada individu
(Koentjaraningrat, 2004) menyatakan bahwa pelaku wirausaha atau yang menjadi wira-
yang dimaksud etnis adalah suatu kesatuan usahawan (entrepreneur) berdasarkan latar
masyarakat yang terikat oleh suatu kesatuan belakang demografis yang beragam yaitu,
kebudayaan yang khusus, misalnya adat- etnis, jenis kelamin, usia dan pendidikan.
istiadat, tata cara, norma-norma, aturan-
aturan dan sebagainya. METODE PENELITIAN
Dengan keberagaman etnis atau suku
bangsa tersebut, harus diakui bahwa kadang Subjek dalam penelitian ini adalah
kala ada suatu etnis tertentu dengan budaya wirausahawan yang membuka usahanya di
tertentu yang lebih unggul dalam hal wilayah Pusat Grosir Pasar Tanah Abang.
membangun bisnis (dalam hal ini berwi- Yang berjumlah 80 orang, terdiri dari 42
rausaha) daripada anggota kelompak etnis laki-laki (52, 5 %) dan 38 perempuan (47,5
yang lain. Mereka berbeda secara budaya %). Rentang usia subjek dalam penelitian ini
dan latar belakang namun sama-sama berkisar dari 20 – 65 tahun, dibagi menjadi
berhasil dalam hal berwirausaha. Begitu kelompok dewasa awal (20-40 tahun)
juga dengan perbedaan-perbedaan lainnya dengan jumlah subjek 67 orang (83,75 %)
seperti usia, jenis kelamin dan pendidikan. dan kelompok dewasa pertengahan atau
Seperti yang telah di sebutkan oleh paruh baya (41-65 tahun) berjumlah 13
Alma (2009) bahwa beberapa latar belakang orang (16,25 %). Dan dengan latar belakang
yang membentuk seseorang menjadi wirau- etnis yang berbeda-beda, diantaranya etnis
sahawan yaitu, lingkungan keluarga semasa Betawi sebanyak 7 orang (8,75 %), etnis
kecil, pendidikan, nilai-nilai personal, usia Bugis 8 orang (10%), etnis Jawa 19 orang
dan riwayat pekerjaan. Hal ini relevan (23,75%), etnis Minangkabau 16 orang
dengan apa yang telah diungkapkan oleh (20%), etnis Sunda 6 orang (7,5%) dan etnis
Schwartz (2006) bahwa perbedaan situasi Tionghoa sebanyak 24 orang (30%). Serta
kehidupan akan mempengaruhi prioritas dengan berbagai macam latar belakang
nilai yang dimiliki, seperti latar belakang pendidikan terakhir, diantaranya berpen-
etnis (berbagai perilaku budaya), kelompok didikan terakhir SMP (Sekolah Menengah
usia, jenis kelamin dan pendidikan dapat Pertama) sebanyak 10 orang (12,5 %), SMA
mempengaruhi prioritas nilai seseorang. (Sekolah Menengah Atas) 34 orang (42,5
Perbedaan-perbedaan tersebut tidak %), SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) 10
menghalangi mereka untuk menjadi wira- orang (12,5 %), D3 (Diploma tiga) 3 orang
usahawan, bahkan ada beberapa diantara (3,75 %), dan berpendidikan terakhir S1
mereka yang menjadi wirausahawan sukses. (Strata satu) berjumlah 23 orang (28,75 %).
Bahkan dewasa ini muncul beberapa istilah Pengumpulan data dilakukan dengan
bagi wirausahawan, seperti pengusaha muda metode kuesioner. Dalam penelitian ini
(young entrepreneur) dan pengusaha wanita variabel yang dikaji adalah nilai moti-
(women entrepreneur). vasional sebagai variabel tergantung. Dan
Dengan pemahaman seperti itu maka dideskripsikan berdasarkan beberapa varia-
tipe-tipe nilai dari Schwartz dapat dipakai bel demografis, yaitu: etnis, jenis kelamin,
untuk menjelaskan mengapa seseorang me- usia dan pendidikan sebagai variabel inde-
milih menjadi wirausahawan. sehingga pe- penden.
neliti tertarik untuk melihat bagaimana gam- Variabel nilai motivasional ini diukur
baran nilai motivasional pada wirausahawan, dengan alat ukur yaitu Skala Nilai Moti-
nilai motivasional apa saja yang mereka vasional yang diadaptasi dari Schwartz
pegang dan menjadi tujuan yang ingin Values Survey (SVS) berdasarkan tipe-tipe
dicapai sehingga memotivasi individu untuk nilai motivasional dari Schwartz (2006)
menjadi wirausahawan. yaitu Benevolence, Tradition, Conformity,

62 Arifayusa, Widyarini, Nilai Motivasional …


Power, Achievement, Hedonism, Stimula- terdapat pengurangan jumlah item menjadi
tion, Self direction, Universalism, dan jumlah item di setiap tipe nilai bukan secara
Security. keseluruhan.
Skala Nilai Motivasional ini berjumlah Dari hasil analisis setiap tipe nilai, pada
total 58 item yang keseluruhannya bersifat tipe nilai Benevolence yang terdiri dari 9
favourable. skor skala bergerak dari 1 item tidak terdapat item yang gugur dengan
sampai 5. Dimana Skor 1 untuk jawaban kisaran nilai koefisien korelasi antara 0,234
Sangat Tidak Penting (STP), Skor 2 untuk – 0,464, untuk reliabilitas didapatkan nilai
jawaban Tidak Penting (TP), skor 3 untuk koefisien alpha sebesar 0,672.
jawaban Cukup Penting (CP), skor 4 untuk Pada tipe nilai Tradition yang terdiri
jawaban Penting (P), dan skor 5 untuk dari 5 item, terdapat 2 item yang gugur
jawaban Sangat Penting (SP). sehingga tersisa 3 item yang sahih dengan
Pada Skala Nilai Motivasional, uji kisaran nilai koefisien korelasi antara 0,258
validitas dilakukan menggunakan teknik – 0,357, untuk reliabilitas didapat nilai
item total corelation. Dalam penelitian ini koefisien alpha sebesar 0,459.
koefisien korelasi validitas dilihat ber- Untuk tipe nilai Conformity yang terdiri
dasarkan Tabel r Koefisien Korelasi Seder- dari 4 item tidak terdapat item yang gugur
hana dari Sugiyono (2008) dimana apabila dengan kisaran nilai koefisien korelasi
subjek yang didapatkan berjumlah 80 antara 0,227 – 0,519 dan untuk nilai
dengan tingkat signifikansi 0.05 maka koefisien reliabilitas didapat nilai alpha
koefisien korelasi validitasnya adalah 0.220. sebesar 0,590.
Tujuan peneliti menggunakan dasar nilai Selanjutnya untuk tipe nilai power yang
koefisien korelasi validitas dari Tabel r terdiri dari 6 item terdapat 3 item yang
tersebut adalah agar semua tipe nilai dalam gugur dan tersisa 3 item yang sahih dengan
Skala Nilai Motivasional dapat terwakili, hal kisaran nilai koefisien korelasi antara 0,235
ini dikarenakan uji validitas dilakukan – 0,317 dan untuk nilai koefisien reliabilitas
berdasarkan tiap-tiap tipe nilai bukan secara didapat nilai koefisien alpha sebesar 0,426.
keseluruhan. Pada tipe nilai Achievement yang terdiri
Untuk uji reliabilitas pada Skala Nilai dari 6 item tidak terdapat item yang gugur
Motivasional juga dilihat berdasarkan tiap- dengan kisaran nilai koefisien korelasi
tiap tipe nilai dengan menggunakan teknik antara 0,278 – 0,471 dan reliabilitas didapat
Alpha Cronbach. Umumnya reliabilitas yang nilai koefisien alpha sebesar 0,649.
tinggi ditunjukkan dengan nilai koefisien Untuk tipe nilai hedonism yang terdiri
yang mendekati angka 1. Azwar (1998) dari 3 item juga tidak terdapat item yang
menyatakan bahwa reliabilitas dianggap gugur dengan kisaran nilai koefisien korelasi
sudah cukup memuaskan jika nilai antara 0,303 – 0,422 dan reliabilitas didapat
koefisiennya ≥ 0,700. Dalam penelitian ini nilai koefisien alpha sebesar 0,528.
untuk nilai koefisien Alpha ditetapkan Kemudian pada tipe nilai Stimulation
sebesar ≥ 0,500, hal ini dikarenakan jumlah yang terdiri dari 3 item terdapat 1 item yang
item pada tiap-tiap tipe nilai berjumlah gugur dan tersisa 2 item sahih dengan
sedikit (berkisar antara 3 – 9 item). Hal ini kisaran nilai koefisien korelasi antara 0,242
didasari oleh pernyataan Netemeyer (2003) – 0,244 dan untuk reliabilitas didapat nilai
yang mengatakan bahwa banyak level atau koefisien alpha sebesar 0,336.
standar penerimaan nilai koefisien Alpha, Berikutnya pada tipe nilai Self direction
tetapi harus tetap mempertimbangkan jum- yang terdiri dari 5 item terdapat 4 item yang
lah banyaknya item, karena pengurangan gugur dan hanya 1 item yang sahih dengan
item pada skala akan mempengaruhi per- nilai koefisien korelasi 0,307 dan reliabilitas
hitungan nilai koefisien Alpha. Dalam pene- didapat nilai koefisien alpha sebesar 0,288.
litian ini pengukuran nilai Alpha dilakukan Pada tipe nilai Universalism, terdiri dari
berdasarkan tiap-tiap tipe nilai sehingga 9 item terdapat 2 item yang gugur dan

Jurnal Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2015 63


tersisa 7 item sahih dengan kisaran nilai saingan pasar yang sangat ketat, maka dari
koefisien korelasi antara 0,227 – 0,626 dan itu, mereka harus bisa memilih dan
untuk reliabilitasnya didapat nilai koefisien membatasi tingkah laku yang tidak sesuai
alpha sebesar 0,679. dengan kepentingan mereka dalam dunia
Selanjutnya pada tipe nilai yang usaha.
terakhir yaitu tipe nilai Security yang terdiri Hal ini seperti yang telah diungkapkan
dari 8 item terdapat 1 item yang gugur dan oleh Hisrich (dalam Alma, 2009) bahwa
tersisa 7 item yang sahih dengan kisaran salah satu kunci untuk menjadi wira-
nilai koefisien korelasi antara 0,242 – 0,416 usahawan sukses adalah Fleksibel serta
dan untuk reliabilitas didapat nilai koefisien mampu menyesuaikan diri dengan peruba-
alpha sebesar 0,575. han pasar. Dengan melihat adanya keku-
Berdasarkan hasil tersebut, diketahui rangan pada dirinya, ia harus berusaha
bahwa dari 10 tipe nilai motivasional, hanya belajar dari sesama manusia atau ling-
6 tipe nilai motivasional yang memiliki nilai kungannya. Selain itu dengan adanya
koefisien Alpha atau nilai reliabilitas ≥ disiplin diri yang kuat maka mereka akan
0,500. Oleh sebab itu, selanjutnya untuk mampu menjalankan usahanya dengan baik,
pendeskripsian data penelitian mengenai karena beberapa pengusaha sukses disebab-
nilai motivasional hanya untuk 6 tipe nilai kan oleh pembawaan diri yang disiplin.
tersebut, yaitu Benevolence, Conformity, Tipe nilai urutan yang kedua,
Achievement, Hedonism, Universalism dan Achievement sebesar 4,14. Hal ini dapat
Security. terjadi karena pada wirausahawan memiliki
sifat pekerja keras, pencapaian target pen-
PEMBAHASAN jualan demi memajukan dan mengem-
bangkan usahanya serta persaingan yang
Gambaran Umum Nilai Motivasional ketat yang terjadi antar wirausahawan, se-
pada Wirausahawan hingga mereka lebih termotivasi untuk
mencapai suatu prestasi yang lebih dari
Berdasarkan hasil analisa dengan meng- wirausahawan lainnya, dengan mencapai
ukur nilai rerata atau mean dari setiap tipe prestasi akan membuat usahanya menjadi
nilai motivasional diketahui gambaran lebih terkenal.
umum hierarki nilai rerata atau mean yang Hal ini berkaitan dengan pernyataan
tertinggi hingga yang terendah berturut-turut Alma (2009) tentang sifat-sifat yang perlu
adalah Conformity dengan nilai rerata atau dimiliki wirausahawan yaitu berorientasi
mean (4,34) kemudian di ikuti dengan tipe pada tugas dan hasil yang memiliki makna
nilai Achievement (4,14), Security (4,12), bahwa pada wirausahawan tidak meng-
Benevolence dan Universalism memiliki utamakan prestise terlebih dahulu, kemudian
nilai rerata atau mean yang sama yaitu prestasi, namun kebalikannya bahwa mereka
(4,04), kemudian tipe nilai Hedonism (3,91). lebih menekankan pada pencapaian prestasi
Dari hasil penelitian, diketahui bahwa terlebih dahulu baru kemudian setelah
nilai rerata atau mean yang paling tinggi berhasil prestisenya akan meningkat.
terdapat pada tipe nilai Conformity dengan Pada tipe nilai Security yang merupakan
nilai rerata atau mean 4,34. Tipe nilai ini tipe nilai urutan ketiga dengan nilai rerata
mungkin penting bagi wirausahawan dika- atau mean 4,12. Hal ini dapat terjadi karena
renakan untuk menjadi wirausahawan yang para wirausahawan sangat membutuhkan
sukses dibutuhkan tingkah laku tertentu dan keadaan yang aman untuk menjalankan
pengambilan keputusan yang tepat serta usaha dan demi kelangsungan usahanya,
mampu melihat kekurangan yang ada dalam sehingga dapat memenuhi kebutuhan dirinya
dirinya dan belajar dari orang lain serta sendiri dan keluarganya.
lingkungannya agar usahanya dapat berjalan Hal ini sesuai dengan tujuan motiva-
dengan lancar dan mampu bertahan diper- sional dari tipe nilai ini yang diungkapkan

64 Arifayusa, Widyarini, Nilai Motivasional …


oleh Schwartz (dalam Aryani, 2010) adalah keras, disiplin yang kuat, mampu mengelola
mengutamakan keamanan, harmoni, dan uang dengan baik dan hidup secara efisien
stabilitas masyarakat, hubungan antar ma- (tidak boros). Sehingga cara hidup seperti itu
nusia, dan diri sendiri. Ini berasal dari menjadi pola hidup yang mereka anut,
kebutuhan dasar individu dan kelompok. hingga suksespun mereka tetap mampu
Pada tipe nilai Benevolence dan Uni- mengontrol untuk hidup secara efisien dan
versalism memiliki nilai rerata atau mean jauh dari sikap foya-foya. Ini dapat dilihat
yang sama yaitu 4,04. Kedua nilai ini dari karakteristik yang ada pada para-
memiliki konsep yang hampir bersamaan, wirausahawan (Alma, 2009) yaitu ber-
seperti yang diungkapkan oleh Schwartz orientasi ke masa depan, sikap terhadap
(dalam Aryani, 2010) yaitu memiliki konsep uang (mampu menahan nafsu untuk cepat
prososial dan kesejahteraan bagi orang lain, menjadi kaya), lebih menghargai prestasi
hanya saja konsep prososial pada nilai dari pada uang, dan dan hidup secara efisien.
Bonevolence lebih kepada individu yang ada
disekitar atau yang mempunyai kontak Gambaran Tipe Nilai Motivasional Pada
personal yang lebih intim sementara konsep Wirausahawan Berdasarkan Etnis
prososial pada nilai Universalism lebih
kepada kesejahteraan kepada seluruh umat Dilihat dari rerata skor deskripsi subjek
manusia. penelitian berdasarkan latar belakang etnis,
Ini berarti parawirausahawan cukup diketahui bahwa etnis Betawi meng-
mementingkan kedua tipe nilai ini, sesuai utamakan nilai conformity dan Universalism,
dengan manfaat dari wirausaha itu sendiri pada etnis Bugis mementingkan nilai
yang mungkin sudah sangat dipahami oleh Conformity dan Achievement, etnis Jawa
para wirausahawan yaitu dengan berwira- mementingkan nilai Conformity dan
usaha kita dapat menambah daya tampung Benevolence, kemudian etnis Minang meng-
tenaga kerja dan mengurangi pengangguran, utamakan nilai conformity dan Achievement,
sebagai generator pembangunan lingkungan, etnis Sunda mementingkan nilai Conformity
kesejahteraan bagi para tenaga kerjanya, dan Achievement dan yang terakhir etnis
tentu saja disamping itu, yang paling utama Tionghoa mementingkan nilai Conformity
adalah untuk mensejahterakan diri sendiri, dan Security.
keluarga dan orang-orang terdekat terlebih
dahulu. Gambaran Tipe Nilai Motivasional Pada
Pada tipe nilai Hedonism, merupakan Wirausahawan Berdasarkan Jenis
tipe nilai dengan nilai rerata atau mean yang Kelamin
paling rendah yaitu 3,91. Schwartz (dalam
Aryani, 2010) mengatakan tujuan dari tipe Dilihat berdasarkan jenis kelamin, pada
nilai ini adalah mengutamakan kesenangan kelompok wirausahawan laki-laki dan
dan kepuasan untuk diri sendiri. Ini berarti perempuan sama-sama mementingkan tipe
para wirausahawan dalam penelitian ini nilai Conformity dan Achievement.
tidak terlalu mementingkan tipe nilai ini.
Hal ini dapat saja terjadi karena pola Gambaran Tipe Nilai Motivasional Pada
hidup yang di anut oleh para wirausahawan Wirausahawan Berdasarkan Kelompok
yang memang jauh dari kesenangan atau Usia
foya-foya semata, namun bukan berarti
mereka tidak membutuhkan kesenangan Dilihat berdasarkan kelompok usia,
dalam hidupnya, hanya saja mereka lebih pada kelompok usia dewasa awal memen-
mementingkan kesejahteraan secara terus tingkan nilai Conformity dan Achievement,
menerus baik untuk diri sendiri maupun sementara pada kelompok usia dewasa
untuk orang disekitarnya, tentu saja mereka pertengahan mementingkan nilai Conformity
dapat mencapainya dengan usaha yang dan Security.

Jurnal Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2015 65


mengutamakan nilai Conformity dan
Achievement, dan kelompok dewasa per-
Gambaran Tipe Nilai Motivasional Pada tengahan mementingkan nilai Conformity
Wirausahawan Berdasarkan Pendidikan dan Security.
Terakhir Ditinjau dari latar belakan pendidikan,
disimpulkan sebagai berikut: subjek yang
Dilihat berdasarkan Pendidikan berpendidikan terakhir SMP mengutamakan
terakhir, pada subjek yang berpendidikan nilai Conformity dan Universalism, yang
terakhir SMP mementingkan nilai Confor- berpendidikan terakhir SMA mementingkan
mity dan Universalism, pada subjek berpen- nilai Conformity dan Achievement, yang
didikan terakhir SMA mementingkan nilai berpendidikan terakhir SMK mengutamakan
Conformity dan Achievement, kemudian nilai Conformity dan Universalism, yang
pada subjek berpendidikan terakhir SMK berpendidikan terakhir D3 mementingkan
mementingkan nilai Conformity dan nilai Security dan Conformity,dan yang
Universalism, pada subjek berpendidikan berpendidikan terakhir S1 mementingkan
terakhir D3 mementingkan nilai Security dan nilai Achievement dan Conformity.
Conformity, kemudian pada subjek berpen-
didikan terakhir S1 mementingkan nilai Saran
Achievement dan Conformity.
Bagi wirausahawan dan pihak-pihak
SIMPULAN DAN SARAN yang ingin mengembangkan kewirausahaan,
hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai
Simpulan motivasional paling utama pada subjek
secara umum adalah conformity. Padahal,
Berdasarkan hasil penelitian dapat untuk kesuksesan berwirausaha nilai
disimpulkan bahwa secara umum gambaran achievement yang lebih dibutuhkan. Nilai
hierarki nilai motivasional pada subjek, utama achievement hanya ditemukan pada
berturut-turut dari yang tertinggi hingga kelompok yang berpendidikan tinggi (S1).
yang paling rendah adalah Conformity, Oleh sebab itu, disarankan agar para
Achievement, Security, Benevolence dan wirausahawan yang berpendidikan dibawah
Universalism, Hedonis. Benevolence dan jenjang S1 lebih berorientasi pada achieve-
Universalism berada pada tingkat yang ment. Selain itu, diperlukan peran pihak-
sama, karena memiliki skor rerata yang pihak yang berwenang dan berkompeten
sama. untuk mengembangkan nilai achievement
Ditinjau dari latar belakang etnis, dapat pada wirausahawan yang berpendidikan di
disimpulkan bahwa subjek etnis Betawi bawah S1.
mengutamakan nilai Conformity dan Uni- Bagi mahasiswa dan masyarakat yang
versalism, etnis Bugis mengutamakan nilai ingin menjadi wirausahan, hasil penelitian
Conformity dan Achievement, etnis Jawa menunjukkan bahwa secara umum gam-
mengurtamakan nilai Conformity dan Bene- baran nilai motivasional yang paling tinggi
volence, etnis Minang mengutamakan nilai pada subjek adalah tipe nilai conformity,
Conformity dan Achievement, etnis Sunda yang berarti bahwa subjek penelitian ini
mengutamakan nilai Conformity dan sangat mementingkan nilai conformity.
Achievement, dan etnis Tionghoa meng- Namun, pada prinsipnya untuk menjadi
utamakan nilai Conformity dan Security. wirausahawan yang sukses tidaklah cukup
Ditinjau dari jenis kelamin, disimpulkan hanya dengan mengutamakan nilai comfort-
bahwa laki-laki dan perempuan sama-sama mity, tetapi juga harus mementingkan nilai
mementingkan tipe nilai Conformity dan motivasional lain seperti achievement,
Achievement. Ditinjau dari usia, dapat benevolence dan security.
disimpulkan bahwa kelompok dewasa awal

66 Arifayusa, Widyarini, Nilai Motivasional …


DAFTAR PUSTAKA Munandar, A. S. (2001). Psikologi industri
dan organisasi. Jakarta : UI-Press.
Alma, B. (2009). Kewirausahaan untuk Narbuko., & Achmadi. (2001). Metode
mahasiswa dan umum. Bandung: penelitian. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Alfabeta. Netemeyer, R. G. (2003). Scaling
Anastasi, A., & Urbina, S. (1997). Tes procedures, issues and applications.
psikologi. Jakarta: PT Indeks, New Delhi : Sage Publications.
Gramedia. Papalia, D. E., & Olds, S. E. (2008). Human
Aryani, A.T.D. (2010). Pengaruh nilai development (9Thed). New York: Mc
personal terhadap sikap akuntabilitas Graw-Hill.
social dan lingkungan. Tesis (tidak Pranadhini, S. A. (2006). Hubungan antara
diterbitkan). Semarang: Program Studi dimensi uncertainty avoidance dengan
Magister Sains Akuntansi Pasca gaya pengambilan keputusan pada
Sarjana Universitas Diponegoro. suku bangsa Jawa dan Minangkabau
Azwar, S. (1998). Penyusunan skala (studi pada karyawan Bank X). Skripsi,
psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. tidak diterbitkan. Depok : Fakultas
Baron., & Byrne. (2000). Social psycology. Psikologi Universitas Indonesia.
Boston: Allyn and Bacon. Riyanti, B. P. D. (2003). Kewirausahaan
Danandjaja, A. (1986). Sistem nilai manajer dari sudut pandang psikologi
Indonesia. Jakarta: Pustaka Binaman kepribadian. Jakarta : PT. Grasindo.
Pressindo. Riyanti, B. P. D. (2005). Metode
Edovita. (1990). Trait pengusaha pada experimental learning berbasis pada
pedagang Minangkabau dan pedagang peningkatan rasa diri mampu, kreatif
Batak di Jakarta. Skripsi (tidak dan berani beresiko dalam mata
diterbitkan). Depok: Fakultas Psikologi pelajaran kewirausahaan untuk SMK.
Universitas Indonesia. Jakarta : Fakultas Psikologi Unika
Hill, M. D. (2002). Kluckhohn and Atma Jaya.
Strodtbeck’s values orientation theory. Rogers, W. S. (2003). Social psychology
New Zealand : Department of experimental and critical approaches.
Psychology University of Waikato. Philadelphia : Open University Press.
Ifham, A. (2002). Hubungan kecerdasan Romaoli, A. (2010). Prioritas tipe nilai
emosi dengan kewirausahaan pada motivasional pada biarawati (berda-
mahasiswa. Jurnal psikologi No.2. sarkan teori Schwartz). Skripsi, tidak
Universitas Gajah Mada. diterbitkan. Depok : Fakultas Psikologi
Kashima, Y., & John, A. (1999). Social Universitas Gunadarma.
psychology and cultural context. New Sarwono, S. W. (2007). Dari stereotip etnis
Delhi: SAGE Publications. ke konflik etnis. Diakses pada tanggal
Koentjaraningrat. (2004). Manusia dan 15 Mei 2011, dari http://sarlito
kebudayaan di Indonesia. Jakarta : .hyperphp.com.
Djambatan. Schwartz, S. H., & Sagie, G. (2000). Values
Kontjaraningrat. (2005). Pengantar consensus and importance : A cross-
antropologi I. Jakarta : Rineka Cipta. national study. Journal of cross
Lupiyoadi, R. (2007). Entrepreneurship cultural psychology 1 vol 24, No. 6.
from mindset to strategy. Depok : Schwartz, S. H. (2006). Basic human values:
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Theory, Methods, and Applications.
Universitas Indonesia. The Hebrew University of Jerusalem.
Manurung, A. H. (2007). Wirausaha : Bisnis Setyawati, A. (2002). Berpikir kritis ditinjau
UKM. Jakarta : Kompas. dari sudut pandang praktisi pendidikan
Manurung, A. H. (2008). Modal untuk bisnis yang bersuku Minangkabau. Skripsi
UKM. Jakarta : Kompas.

Jurnal Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2015 67


(tidak diterbitkan). Depok: Fakultas Suharyadi, dkk. (2007). Kewirausahaan :
Psikologi Universitas Indonesia. Membangun usaha sukses sejak usia
Siswoyo, H., & Bambang, B. (2009). muda. Jakarta : Salemba Empat.
Pengembangan Jiwa Kewirausahaan di Suryabrata, S. (2000). Metode penelitian.
Kalangan Dosen dan Mahasiswa. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Malang: Fakultas Ekonomi Universitas Susatyo, R. (2008). Seni dan budaya politik
Negeri Malang. Jawa. Bandung : Koperasi Ilmu
Sjabadhyni, dkk. (2001). Pengembangan Pengetahuan Sosial.
kualitas SDM dari perspektif PIO. Umar, A. (2010). Falsafah hidup orang
Depok : Bagian Psikologi Industri dan Bugis. Diakses pada tanggal 12
Organisasi Fakultas Psikologi September 2011, dari http://www.
Universitas Indonesia. kompasiana. com
Spini, D. (2003). Measurement equivalence Widyarini, M.M. N., Hendro, P., & Elida, T.
of 10 values types from the Schwartz (2005). Menggali potensi
value survey across 21 countries. kewirausahaan masyarakat Betawi di
Journal of cross cultural psychology, Sawangan. Proceeding, Seminar
vol 34 no.1. Nasional PESAT , 208-219.
Sugiyono. (2008). Metode penelitian bisnis. Winardi, J. (2003). Entrepreneur &
Bandung : Alfabeta entrepreneurship. Jakarta : Prenada
Media.

68 Arifayusa, Widyarini, Nilai Motivasional …

Anda mungkin juga menyukai