Anda di halaman 1dari 10

NAMA : 1.

DESAK PUTU DEA CANTIKA PUTRI

2. DESAK PUTU RISKI EKA PRATIWI

5. I DEWA AYU MIRA JULIA SWARI

19. SANG PUTU AGUS MAHESA D.

KELAS : X P1

SISTEM REPRODUKSI

Sistem reproduksi atau sistem genital adalah sistem organ seks dalam


organisme yang bekerja sama untuk tujuan reproduksi seksual. Banyak zat
non-hidup seperti cairan, hormon, dan feromon juga merupakan aksesoris
penting untuk sistem reproduksi. Tidak seperti kebanyakan sistem
organ, jenis kelamin dari spesies yang telah terdiferensiasi sering memiliki
perbedaan yang signifikan. Perbedaan ini memungkinkan untuk kombinasi
materi genetik antara dua individu, yang memungkinkan untuk
kemungkinan kebugaran genetik yang lebih besar dari keturunannya.

A. Sistem Reproduksi Pria

Organ reproduksi pria memiliki struktur eksternal yang meliputi:

1. Penis
Adalah organ vital yang digunakan untuk berhubungan
seks. Sperma keluar melalui saluran di dalam penis ketika sudah
terjadi klimaks atau orgasme pada pria.
2. Skrotum
Adalah kantong kulit yang menggantung pada pangkal penis.
Skrotum berfungsi untuk melindungi testis, saraf dan juga pembuluh
darah.
3. Testis
Testis merupakan kelenjar dimana sperma dan testosteron di
produksi. Testis adalah organ terpenting dari sistem reproduksi pria
dan terletak di dalam skrotum.

Organ reproduksi pria memiliki struktur internal yang meliputi:

1. Epididimis, merupakan tempat pendewasaan (pematangan) dan


penyimpanan sperma. Epididimis berupa saluran yang berkelok-kelok
yang terdapat di dalam skrotum.
2. Vas deferens (saluran sperma), merupakan kelanjutan dari saluran
epididimis, berfungsi menyalurkan sperma ke uretra.
3. Uretra, kelanjutan dari vas deferens, berfungsi untuk menyalurkan
sperma keluar dan merupakan saluran urine dari kandung kemih
menuju ke luar.

4. Vesika seminalis
Kelenjar ini menghasilkan cairan yang pekat berwarna kuning,
mengandung makanan yang merupakan sumber energi untuk
pergeraka sperma.

5. Kelenjar prostat

Merupakan kelenjar penghasil semen terbesar, bersifat encer dan


berwarna putih, berisi makanan untuk sperma.
6. Kelenjar bulbourethralis

Kelenjar ini terdapat di sepanjang uretra, berfungsi mensekresi cairan


lendir bening yang menetralkan cairan urine yang bersifat asam yang
tertinggal pada uretra.

B. Sistem Reproduksi Wanita

Organ reproduksi wanita memiliki struktur eksternal yang meliputi:

1. Mons pubis

Mons pubis adalah jaringan lemak yang mengelilingi tulang


pubis. Jaringan ini mengandung kelenjar untuk mengeluarkan
minyak dengan feromon, yang meningkatkan daya tarik seksual.

2. Labia mayor

Labia mayor merupakan pintu gerbang yang melindungi organ


reproduksi wanita bagian luar lainnya. Sesuai namanya, organ ini
berukuran besar. Pada labia mayor, terdapat kelenjar keringat
dan sebaceous, yang memproduksi cairan lubrikasi. Saat seorang
perempuan memasuki masa pubertas, labia mayor akan mulai
ditumbuhi oleh rambut kemaluan.

3. Labia minor

Labia minor terletak di sebelah dalam labia mayor, dan


mengelilingi pembukaan vagina serta uretra (saluran yang
membawa urine dari kandung kemih, ke luar tubuh).
Bentuk dan ukuran organ ini dapat berbeda pada tiap individu.
Permukaannya pun sangat rapuh dan sensitif, sehingga
membuatnya mudah mengalami iritasi  dan pembengkakan.
4. Klitoris

Labia minor sisi kiri dan kanan, bertemu di tengah atas, yaitu
pada klitoris. Klitoris adalah benjolan kecil yang sangat sensitif
terhadap rangsangan. Bisa dibilang, organ ini memiliki fungsi
serupa penis pada pria.

Klitoris ditutupi oleh lipatan kulit yang dinamakan prepuce.


Seperti halnya penis, klitoris juga dapat mengalami ereksi.

5. Vestibular bulbs

Vestibular bulbs adalah dua bagian panjang pada pembukaan


vagina, yang berisi jaringan erektil. Saat seorang wanita merasa
terangsang, bagian ini akan terisi banyak darah, dan membesar.

Setelah wanita mengalami orgasme, darah di dalam jaringan


tersebut akan kembali mengalir ke tubuh.

6. Kelenjar bartolin

Kelenjar bartolin memiliki ukuran kecil, berbentuk seperti kacang


yang berada di pembukaan vagina. Fungsi organ ini adalah untuk
mengeluarkan lendir dan melumasi vagina, saat melakukan
hubungan seksual.

Organ reproduksi wanita memiliki struktur internal yang meliputi:

1. Vagina
Vagina adalah suatu area dengan bentuk seperti saluran, yang
lentur dan berotot. Vagina terletak di antara uretra dan rektum
(anus), dengan panjang sekitar 7,5-10 cm. Bagian atas vagina
terhubung dengan serviks. Sementara itu, bagian bawahnya
terbuka ke arah luar. Saat seorang perempuan melakukan
hubungan seksual, vagina akan merenggang, melebar, dan
dipenuhi oleh aliran darah, sebagai persiapan dari penetrasi.
Vagina juga merupakan saluran tempat keluarnya lendir seviks
dan darah menstruasi . Saat proses persalinan, bayi akan keluar
dari uterus menuju ke saluran vagina.
2. Serviks

Serviks atau leher rahim adalah bagian bawah dari rahim yang
menghubungkan rahim dengan vagina. Serviks berbentuk seperti
tabung, yang berfungsi untuk melindungi rahim dari infeksi, dan
sebagai jalan masuk sperma saat berhubungan seksual.

3. Uterus

Uterus atau rahim adalah suatu ruang kosong yang berbentuk


seperti buah pir dan berfungsi sebagai tempat berkembangnya
janin . Uterus terletak di antara kandung kemih dan rektum.

4. Tuba falopi
Tuba falopi atau saluran tuba berbentuk seperti pembuluh kecil
yang menempel pada bagian atas rahim. Organ ini berfungsi
sebagai jalan yang dilalui oleh sel telur, untuk berpindah dari
ovarium ke rahim. Tuba falopi juga merupakan tempat terjadinya
pembuahan. Setelah pembuahan terjadi, sel telur yang telah
dibuahi, kemudian bergerak menuju rahim, untuk ditanamkan di
dinding rahim.
5. Ovarium
Ovarium atau indung telur adalah jaringan kecil berbentuk oval
yang berada di rahim. Ovarium berfungsi untuk memproduksi sel
telur dan hormon seks perempuan, yang kemudian akan
dilepaskan ke aliran darah.

C. Macam-Macam Penyakit Menular Seksual

Penyakit menular seksual dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus,


jamur, dan parasit. Berikut ini adalah macam-macam penyakit menular
seksual:

1. Sifilis
Sifilis disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Penyakit yang
juga dikenal dengan sebutan “raja singa” ini menimbulkan luka pada
alat kelamin atau mulut. Melalui luka inilah penularan akan terjadi.
2. Gonore
Gonore, yang dikenal juga dengan kencing nanah, disebabkan oleh
bakteri Neisseria gonorrhoeae.  Penyakit ini menyebabkan keluarnya
cairan dari penis atau vagina dan rasa nyeri ketika buang air kecil.
Bakteri penyebab gonore juga dapat menimbulkan infeksi di bagian
tubuh lain, jika terjadi kontak dengan sperma atau cairan vagina.

3. Human papillomavirus (HPV)
Infeksi menular seksual ini disebabkan oleh virus dengan nama yang
sama, yaitu HPV. Virus HPV dapat menyebabkan kutil kelamin hingga
kanker serviks pada perempuan. Gejala kanker serviks stadium
awal sering kali tidak khas bahkan tak bergejala. Penularan HPV
terjadi melalui kontak langsung atau melakukan hubungan seksual
dengan penderita.
4. Infeksi HIV
Infeksi HIV disebabkan oleh human immunodeficiency virus yang
menyerang sistem kekebalan tubuh. Penyebaran virus ini dapat
terjadi melalui hubungan seks tanpa kondom, berbagi penggunaan
alat suntik, transfusi darah, atau saat persalinan.
5. Chlamydia
Penyakit infeksi menular seksual ini disebabkan oleh
bakteri Chlamydia trachomatis. Pada wanita, chlamydia menyerang
leher rahim. Sedangkan pada pria, menyerang saluran keluar urine di
penis. Penularan dapat terjadi dari luka pada area kelamin.
6. Trikomoniasis
Penyakit menular seksual ini disebabkan oleh parasit Trichomonas
vaginalis. Penyakit trikomoniasis bisa menimbulkan keputihan pada
wanita atau malah tidak menimbulkan gejala, sehingga sering kali
seseorang secara tidak sadar menularkan penyakit ini ke pasangan
seksualnya.
7. Hepatitis B dan hepatitis C
Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis, dan dapat
mengakibatkan gangguan hati kronis hingga kanker hati. Virus ini
ditemukan dalam darah atau cairan tubuh penderita. Selain melalui
hubungan seksual, virus ini bisa menular melalui jarum suntik yang
dipakai bersama dan transplantasi organ.

8. Tinea cruris
Infeksi menular seksual yang disebabkan oleh jamur ini menyerang
kulit di sekitar alat kelamin, paha bagian dalam, dan bokong. Tinea
cruris ditandai dengan ruam merah yang terasa gatal pada kulit yang
terinfeksi. Penularannya adalah melalui kontak langsung dengan
penderita atau menyentuh benda yang telah terinfeksi.
9. Herpes genital
Herpes genital disebabkan oleh infeksi virus. Virus ini bersifat tidak
aktif atau bersembunyi di dalam tubuh tanpa menyebabkan gejala.
Penyebarannya terjadi melalui kontak langsung dengan pasangan
yang telah terinfeksi.
10. Candidiasis
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Candida. Candidiasis ditandai
dengan ruam atau lepuhan yang muncul pada kulit, terutama area
lipatan kulit. Sama seperti infeksi menular seksual lainnya, penularan
penyakit ini dapat terjadi melalui hubungan seksual dengan
penderita.

D. Tes Penyakit Menular Seksual

Jika mengalami gejala penyakit menular seksual, dokter akan


menanyakan perihal hubungan intim dan penyakit yang pernah diderita.
Kemudian, penderita akan menjalani beberapa tes untuk mendeteksi
keberadaan virus atau bakteri penyebab penyakit menular seksual.

Tes yang akan dijalani adalah tes darah dan tes urine. Tes ini
dilakukan untuk mendeteksi virus atau bakteri penyebab penyakit menular
seksual. Dokter juga akan melakukan tes usap untuk mengambil sampel
cairan tubuh di sekitar area kelamin. Sampel ini kemudian akan diperiksa di
laboratorium.

E. Pengobatan Penyakit Menular Seksual

Pengobatan terhadap penyakit menular seksual disesuaikan dengan


penyebab infeksi, melalui pemberian obat-obatan berikut ini:

1. Antibiotik
Antibiotik digunakan untuk mengobati berbagai penyakit menular
seksual yang disebabkan oleh infeksi bakteri, seperti
gonore, chlamydia, dan sifilis. Antibiotik harus tetap dikonsumsi,
walaupun gejala yang dirasakan telah membaik. Hal ini dilakukan
untuk mencegah infeksi kembali terjadi.Dokter juga akan
menganjurkan pasien untuk tidak berhubungan intim hingga masa
pengobatan berakhir dan gejala menghilang. Jenis antibiotik yang
diberikan antara lain penisilin, doxycycline, amoxicillin,
dan erythromycin. Selain membunuh bakteri, antibiotik
seperti metronidazole dapat membunuh parasit pada penyakit
trikomoniasis. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet yang diminum
maupun sediaan yang dimasukkan ke dalam vagina.
2. Antivirus
Pengobatan dengan obat antivirus hanya bertujuan untuk meredakan
gejala dan mengurangi risiko penyebaran. Jenis obat antivirus yang
digunakan untuk menangani herpes genital
adalah acyclovir, famciclovir, dan valacyclovir. Sementara untuk
hepatitis, obat yang diberikan meliputi entecavir, interferon,
dan lamivudine.
3. Antijamur
Untuk penyakit menular seksual yang disebabkan oleh jamur,
seperti candidiasis, dokter akan memberikan krim antijamur yang
dioleskan ke vagina, seperti nystatin dan clotrimazole. Obat antijamur
dalam bentuk tablet juga dapat diresepkan oleh dokter,
seperti fluconazole dan miconazole.

F. Komplikasi Penyakit Menular Seksual

Deteksi dan penanganan terhadap penyakit menular seksual perlu


dilakukan sejak dini. Jika dibiarkan, penyakit menular seksual dapat
menyebabkan beberapa komplikasi berikut:

1. Peradangan pada mata


2. Radang sendi
3. Nyeri panggul
4. Radang panggul
5. Infertilitas
6. Penyakit jantung
7. Kanker serviks
8. Kanker anus
9. Abses anus

Penyakit menular seksual juga dapat menyebabkan komplikasi pada


kehamilan. Beberapa penyakit menular seksual, seperti gonore, chlamydia,
HIV, dan sifilis dapat menular dari ibu hamil ke janinnya selama kehamilan
atau saat persalinan. Kondisi ini dapat memicu keguguran dan gangguan
kesehatan atau cacat lahir pada bayi.

G. Mencegah Penyakit Menular Seksual

Langkah utama pencegahan penyakit menular seksual adalah


menerapkan perilaku seks yang aman, yaitu menggunakan kondom dan
tidak bergonta-ganti pasangan seksual.

Selain itu, ada beberapa tindakan pencegahan lain yang dapat dilakukan,
yaitu:

1. Kenali pasangan seksual masing-masing.


2. Lakukan vaksinasi, terutama vaksin HPV dan hepatitis B.
3. Tidak menggunakan NAPZA, terutama dengan berbagi penggunaan
jarum suntik.
4. Lakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin, khususnya yang
berkaitan dengan organ reproduksi.
5. Penderita penyakit menular seksual sebaiknya tidak melakukan
hubungan seks hingga penyakit dinyatakan sembuh oleh dokter. Hal
ini dilakukan untuk mencegah penularan penyakit kepada pasangan.

Anda mungkin juga menyukai