Anda di halaman 1dari 7

ANTIHIPERTENSI

Disusun oleh :
1. Asnita Heriyanti
2. Efi Gusniarti
3. Okti Echrama
4. Rara Ayu Ulandari
5. Revo Ciana
6. Septy Dwi Rahayu
7. Tri Wahyuni
8. Zelly Ulpa Despi

Dosen Pembimbing : Resva Meinisasti, S. Farm, Apt

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI DIV KEBIDANAN ALIH JENJANG
Tahun Ajaran 2018/2019
BAB II
PEMBAHASAN

A. Antihipertensi

1. Definisi

Anti hipertensi adalah obat untuk menurunkan tekanan darah

tinggi. Hipertensi adalah suatu keadaan medis di mana terjadi peningkatan

tekanan darah melebihi normal.Hipertensi adalah peningkatan tekanan

darah sehingga tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan

diastolik lebih besar dari 90 mmHg.

Penyakit darah tinggi atau Hipertensi adalah suatu keadaan di

mana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal

yang ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas) dan angka bawah

(diastolic) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur

tekanan darah baik yang berupa cuff air raksa (sphygmomanometer)

ataupun alat. Referensi lain megatakan bahwa hipertensi adalah tekanan

darah sistolik dan diastolic ≥ 140/90 mmHg. Pengukuran tekanan darah

sekurang-kurangnya dilakukan dua kali selang empat jam. Kenaikan

tekanan darah sistolik ≤30 mmHg sebagai parameter hipertensi sudah tidak

dipakai lagi.

Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa seseorang

bisa dikatakan penderita hipertensi apabila tekanan darah sistolik sama

atau lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik sama atau lebih
tinggi dari 90 mmHg. Resiko hipertensi semakin meningkat pada usia

50-an keatas, hampir 90% kasus hipertensi tidak diketahui penyebabnya

sebenarnya, sebagian besar hipertensi tidak memberikan gejala

(asistomatis). Hipertensi biasanya tidak menunjukkan gejala dan tanda.

Hal inilah mengapa sangat penting untuk melakukan pemeriksaan tekanan

darah secara rutin. 

2. Jenis Hipertensi

a. hipertentensi kronis

Jika tekanan darah selama kehamilan tetapi sebelum 20 minggu atau

berlangsung lebih dari 12 minggu setelah melahirkan,hal ini dikenal

sebagai hipertensi kronis.

b. Hipertnsi Gestasional

Jika TD tinggi berkembang setelah 20 minggu kehamilan,ini

dinamakan hipertensi gestasional.hiprtensi gastasional biasanya

hilang setelah kehamilan.

c. Preeklamsi.

Kadang hipertensi kronis atau hipertensi kehamilan menunjukkan

preeklamsi,suatu kondisi serius yg d tandai dengan TD tinggi dan

protein dalam urine setelah 20 minggu kehamilan.Jika tidak di

obati,preeklamsi dpt menyebabkan masalah serius bahkan fatal-

komplikasi bagi ibu dan bayi.


3. Obat anti hipertensi yang aman bagi ibu hamil

a. α-Metildopa

Metildopa merupakan obat pilihan utama untuk hipertensi

kronik  pada kehamilan (tekanan diastolik lebih dari 110 mmHg) yang

dapat menstabilkan aliran darah uteroplasenta dan hemodinamik janin.

Obat ini termasuk golongan α2-agonis sentral yang mempunyai

mekanisme kerja dengan menstimulasi reseptor α2-adrenergik di otak.

1) Indikasi

Hipertensi, bersama dengan diuretika, krisis hipertensi jika tidak

diperlukan efek segera.

2) Kontraindikasi

Depresi, penyakit hati aktif, feokromositoma, porfiria, dan

hipersensitifitas.

3) Efek samping

Mulut kering, sedasi, depresi, mengantuk, diare, retensi cairan,

kerusakan hati, anemia hemolitika, sindrom mirip lupus

eritematosus, parkinsonismus, ruam kulit, dan hidung tersumbat. 

4) Dosis dan aturan pakai

Oral 250mg 2 kali sehari setelah makan, dosis maksimal 4g/hari,

infus intravena 250-500 mg diulangi setelah enam jam jika

diperlukan.
b. Labetalol

Labetalol dapat dikatakan sebagai obat alternative yang lebih aman

dan efektif diberikan pada kehamilan.

1) Dosis

Pemberian labetalol dapat secara oral maupun injeksi bolus

intravena. Dosis oral harian labetalol berkisar dari 200-2400

mg/hari dengan dosis awal 2 x 100 mg. Dosis pemeliharaan

biasanya 2 x 200-400 mg/hari. Akan tetapi pada pasien dengan

hipertensi gawat, dosis dapat mencapai 1,2 hingga 2,4 gram/hari.

Labetalol sebagai suntikan bolus intravena secara berulang-ulang

20-80 mg untuk mengobati hipertensi gawat. Pemberikan labetalol

10 mg IV sebagai dosis awal. Apabila tekanan darah tidak

berkurang dalam waktu 10 menit, pasien diberi 20 mg. Dalam 10

menit berikutnya adalah 40 mg yang diikuti 40 mg dan kemudian

80 mg apabila belum tercapai respon yang bermanfaat.

Sedangkan The Working Group (2000) merekomendasikan bolus

20 mg IV sebagai dosis awal. Apabila tidak efektif dalam 10 menit,

dosis dilanjutkan dengan 40 mg, kemudian 80 mg setiap 10 menit,

hingga dosis total sebanyak 220 mg. 

2) Efek samping

Efek samping yang sering timbul adalah kelelahan, lemah, sakit

kepala, diare, edema, mata kering, gatal pada kulit kepala dan
seluruh tubuh serta susah tidur. Hipotensi postural juga dapat

terjadi akan tetapi sangat jarang.

Anda mungkin juga menyukai