Anda di halaman 1dari 15

JURNAL

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SENYAWA FLAVONOID DARI DAUN

KATUK (SAUROPUS ANDROGUNUS (L) MERR )

Indri Thania Arsai

indrithania51@gmail.com

Departemen Farmasi FMIPA – Uncen

Abstract

Isolation of flavonoid compound on leaf of katuk (Sauropus androgunus (L) Merr) was done by

maseration using methanol, then concentrated extract was fractionation with n-hexane. Separation
carry out with

column chromatography using silica gel adsorbent 60 neutral G of E type and mobile phase n-hexane:
acetate

ethyl (3 : 7) v/v. The result spectrum UV estimated obtained flavonoid that type of flavanon.

Flavonoid obtained was examinated antioxidant test with method of DPPH using visible

spectrophotometer at wavelength 515 nm during 0-30 minutes produce decrease of absorbance from
each test

solution compared with solution control with value of IC50 equal to 80,69 μg/ml. That is showing the
flavonoid

have strong antioxidant activity, because IC50 less than 200 μg/ml.

Keywords: antioxidant activity, flavonoids, (Sauropus androgunus (L) Merr), katuk leaf

BAB I

PENDAHULUAN

Secara alamiah, setiap makhluk yang hidup atau

organisme akan sampai pada proses menjadi tua.

Proses tua ini tersebut memang normal terjadi dan tidak


dapat dihindari. Proses tua ini dianggap sebagai siklus yang

hidup dan normal bila datangnya tepat waktu. Tetapi

Sayangnya, terkadang terjadi proses pada penuaan dini

yang terlalu cepat.

Kemajuan Ilmu Pengetahuan kemudian, mereka

menemukan bahwa banyak sekali faktor yang menyebabkan

terjadinya proses tua secara dini antara lain yaitu

karena pada faktor genetik, gaya hidup, lingkungan, mutasi

gen, rusaknya sistem kekebalan dan radikal bebas. Sehingga

Dari semua faktor penyebab tersebut ,teori radikal

bebas ini merupakan teori yang paling sering terjadi dan

diungkapkan (Kosasih, dkk., 2006). Karena Radikal bebas

dapat berasal dari polusi, debu maupun diproduksi

secara kontinyu sebagai konsekuensi dari

metabolisme normal (Septiana, dkk., 2002).

Sebab itu tubuh kita sangat memerlukan suatu

substansi penting yakni antioksidan yang dapat

membantu Untuk melindungi tubuh dari serangan radikal

bebas dengan meredam dampak negatif dari senyawa ini.

Antioksidan sendiri berfungsi mengatasi atau menetralisir

radikal bebas dari tubuh sehingga diharapkan dengan pemberian

antioksidan tersebut proses tua ini dapat dihambat atau paling

“tidak dapat dipercepat” serta dapat mencegah

terjadinya kerusakan pada tubuh dari timbulnya penyakit

degeneratif (Kosasih, dkk., 2006).


Sumber-sumber antioksidan yang dapat berupa

antioksidan sintetik maupun antioksidan yang alami. Tetapi pada

saat ini penggunaan untuk antioksidan sintetik sediri mulai dibatasi

karena ternyata dari hasil penelitian yang telah

dilakukan bahwa antioksidan sintetik seperti BHT

(Butylated Hydroxy Toluena) ternyata ini dapat meracuni

binatang percobaan dan bersifat karsinogenik. Oleh

karena itu industri makanan dan obat-obatan beralih untuk

mengembangkan antioksidan secara alami dan mencari

sumber-sumber dari antioksidan alami dan baru (Takashi dan

Takayuni, 1997).

Ada beberapa banyak bahan pangan yang dapat digunakan

menjadi sumber antioksidan secara alami, misalnya seperti rempahrempah, teh, coklat, dedaunan, biji-
biji serelia, sayursayuran, enzim dan protein. Kebanyakan sumber

antioksidan alami ini adalah tumbuhan dan umumnya

merupakan senyawa fenolik yang banyak tersebar di seluruh

bagian tumbuhan baik di kayu, biji, daun, buah, akar,

bunga maupun serbuk sari (Sarastani, dkk., 2002).

Senyawa fenolik atau polifenolik antara lain dapat ini dapat

berupa golongan flavonoid. Kemampuan flavonoid ini sendiri

sebagai antioksidan yang telah banyak diteliti belakangan

tahun ini, sehingga dimana flavonoid ini memiliki kemampuan

untuk merubah atau mereduksi suatu radikal bebas dan juga

sebagai anti radikal bebas (Giorgio, 2000).

Tanaman katuk (Sauropus androgunus (L)

Merr) mempunyai banyak manfaat dalam kehidupan


sehari-hari. Hasil penelitian Kelompok Kerja Nasional

MetodeTumbuhan Obat di Indonesia menunjukkan bahwa

tanaman katuk ini sendiri banyak mengandung beberapa senyawa kimia,

antara lain alkaloid papaverin, protein, lemak,

vitamin, mineral, saponin, flavonid dan tanin. Dari

beberapa senyawa kimia yang terdapat dalam

tanaman katuk dapat diketahui bahwa berkhasiat obat (Rukmana,

2003).Dari uraian di atas peneliti tertarik untuk

mengisolasi flavonoid dari daun katuk (Sauropus

androgunus (L) Merr) dan menguji aktivitasnya

sebagai antioksidan

2 . BAHAN DAN METODE

2.1 Bahan-Bahan

Bahan-bahan yang digunakan yaitu metanol,

etil asetat, n-heksana, amilum dan khloroform, FeCl3,

NaOH, silika gel 60 F254, silika gel G type E, asam

asetat glasial, KI, Na2S2O3. 5H2O, H2SO4, K2Cr2O7,

Na2SO4 adalah buatan E’Merck.

2.2 Metode

Penyedian Sampel

Sampel yang akan diteliti adalah daun katuk


(Sauropus androgunus (L) Merr). Sampel dibersihkan terlebih dahulu

dari pengotor, dan dihaluskan dengan menggunakan


blender sampai dapat diperoleh serbuk dari daun katuk lalu dapat di

keringkan di udara yang terbuka. lalu ditimbang sampel.

2.3 Uji Skrining Fitokimia

Untuk dapat mengetahui adanya senyawa flavonoid

yang terdapat dalam daun katuk tersebut (Sauropus

androgunus (L) Merr) maka yang dapat dilakukan adalah uji

pendahuluan (skrining fitokimia). Uji pendahuluan


Secara kualitatif dengan reaksi yang berwarna , yaitu dengan cara

mengekstraksi sampel dari kulit jeruk purut dengan

metanol dan dididihkan selama kurang lebih 25 menit, kemudian dapat

disaring dalam keadaan panas, kemudian untuk pelarut dapat

diuapkan sampai kering. Ekstrak dikocok dengan kuat dan

kloroform lalu ditambahkan air suling sampai p

Membentuk dua lapisan. Lapisan air dapat dibagi menjadi 3 (tiga)

bagian yaitu:

1) Filtrat pertama ditambahkan 2 tetes FeCl3 1%, yang dapat

menghasilkan warna hitam, yang menunjukkan

adanya senyawa flavonoid.

2) Filtrat pertama ditambahkan 2 tetes NaOH 10%, yang dapat

menghasilkan warna hijau kebiruan, yang

menunjukkan adanya senyawa flavonoid.

3) Filtrat pertama ditambahkan 2 tetes MgCl2, yang dapat

menghasilkan warna merah jambu, yang

menunjukkan adanya senyawa flavonoid.


2.4 Isolasi Flavonoid dari Daun Katuk (Sauropus

androgunus (L) Merr)

Serbuk daun katuk dapat ditimbang sebanyak 1000

g, lalu dimasukkan ke dalam bejana , kemudian ditambahkan

pelarut metanol sampai semua sampel dapat terendam oleh

pelarut tersebut dan dibiarkan selama 48 jam. Maserat disaring, sehingga dapat

diperoleh ekstrak dari daun katuk. Maserasi dapat dilakukan

kembali secara berulang-ulang dengan menggunakan pelarut

metanol sampai ekstrak metanol yang diperoleh dapat memberikan hasil uji yang negatif pada pereaksi
tersebut untuk mengidentifikasi senyawa flavonoid. Ekstrak metanol

yang diperoleh dapat dikumpulkan dan dipekatkan dengan menggunakan alat rotari evaporator tersebut
dengan suhu 600 C sehingga dapat diperoleh ekstrak pekat dari metanol. Ekstrak

pekat yang diperoleh diekstraksi partisi dengan nheksan hingga dapat terbentuk dua lapisan. Lapisan
atas yang

dipisahkan (tidak dilanjutkan), lapisan bawah dapat

ditambah dengan etil asetat dan dikocok sampai terbentuk dua

lapisan. Lapisan bawah dipisahkan (tidak dilanjutkan)

dan lapisan atas dapat dicuci dengan aquadest hingga

diperoleh fraksi etil asetat.

Analisis Kromatografi Lapis tipis dapat dilakukan

terhadap ekstrak pekat dari etil asetat dengan

menggunakan fasa diam silika gel 60 F254. Fasa gerak

yang dapat digunakan adalah campuran n-heksana: yaitu:metanol

dengan perbandingan (9 : 1) v/v; (8 : 2) v/v; (7 : 3)

v/v; (6 : 4) v/v; (5 : 5) v/v; (4 : 6) v/v; (3 : 7) v/v; (2 :


8) v/v; (1 : 9) v/v. Dari hasil analisis KLT dapat

menunjukkan bahwa dari pemisahan tersebut yang baik diberikan

pada fasa gerak n-heksana adalah: etil asetat (3 : 7) v/v. Dan dari

harga Rf dapat dilihat pada khromatogram.

Isolasi senyawa flavonoid pada kromatografi

kolom dapat dilakukan terhadap ekstrak pekat etil asetat pada

daun katuk yang telah diperoleh. Fasa diam yang dapat

digunakan yaitu Silika gel 60 G netral type E (E

Merck Art. 7734) dan fasa gerak dari campuran pelarut nheksana: etil asetat (3 : 7) v/v.

2.4.1 Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH

Sebanyak 25 mg dari ekstrak kasar dapat ditimbang ,

kemudian dilarutkan dalam labu ukur berukuran 25 ml dengan

metanol ,lalu volumenya dicukupkan dengan metanol

sampai pada garis tanda labu ukur tersebut (larutan induk 1000 ppm). Larutan induk pada pipet
sebanyak 0,1 ml; 0,2 ml; 0,3 ml; dan 0,4 ml ke dalam labu berukuran 25 ml untuk mendapatkan

konsentras pada i larutan uji 4 ppm, 8 ppm, 12 ppm dan 16

ppm. Kedalam masing-masing labu ukur dapat ditambahkan

5 ml larutan DPPH sebanyak 0,5 mM lalu volumenya dapat

dicukupkan dengan metanol sampai pada garis tanda.

Larutan blanko dibuat dengan cara di larutan DPPH sebanyak 0,5

mM dipipet sebanyak 5 ml kemudian dimasukkan ke


dalam labu berukuran 25 ml lalu volumenya dicukupkan

dengan metanol sampa pada garis tanda.

Absorbansi DPPH dapat diukur dengan spektrometer sinar tampak dari panjang gelombang

515 nm, pada waktu selang 5 menit mulai dari 0 menit sampai 30 menit.Dari Kemampuan antioksidan
dapat diukur sebagai penurunan dari larutan DPPH akibat adanya penambahan suatu sampel.sehingga
Nilai serapan dari larutan DPPH sebelum dan

sesudah penambahankan ekstrak tersebut dapat dihitung sebagai

persen inhibisi (% inhibisi) dengan rumus sebagai berikut:

% Inhibisi =(Akontrol - Asampel)×100%


Akontrol
Keterangan:

Akontrol = Absorbansi ini tidak mengandung sample

Asampel = Absorbansi sampel

Selanjutnya dari hasil perhitungan dapat dimasukkan ke

dalam persamaan regresi dengan konsentrasi dari ekstrak

(ppm) sebagai absis (sumbu X) dari nilai % inhibisi (antioksidan), sebagai ordinatnya (sumbu Y). Nilai
IC50 dari perhitungan pada saat % inhibisi tersebut sebesar 50%. Y = aX + b (Cahyana, 2002).

3.HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1Hasil Penelitian

Isolasi Flavonoid dari Daun Katuk

Dari hasil skrining pendahuluan ini terhadap

ekstrak metanol dari daun katuk bahwa di dalam daun katuk tersebut mengandung senyawa
flavonoida.

Dari hasil analisis pada Spektrum ultra violet

visible ini (UV-Visibel) terdapat flavonoid dari daun katuk

(Sauropus androgunus (L) Merr) dan dalam pelarut


methanol dapat memberikan serapan maksimum pada

panjang gelombang 292 nm yang menunjukkan bahwa

flavonoid ini adalah flavonoid jenis flavanon.

Aktivitas Anti-Radikal Bebas Dari DPPH Secara

Spektrofotometri

Pemeriksaan aktivitas anti radikal bebas dari

DPPH secara spektrofotometri dapat dilakukan dengan cara

mereaksikan sampel tersebut dengan larutan DPPH.

Pengukuran absorbansi dari sampel dapat dilakukan pada

konsentrasi 4 ppm, 8 ppm, 12 ppm dan 16 ppm yang dapat

dibandingkan dengan kontrol (tanpa penambahan suatu

sampel) pada waktu 0-30 menit.Dari hasil data

pengukuran absorbansi pada panjang gelombang

515 nm dapat dinyatakan pada gambar berikut.

Gambar 1. Hasil analisis aktivitas dari antioksidan dengan mengunakan metode

DPPH
Aktivitas antioksidan ini dapat diukur sebagai

penurunan serapan dari larutan DPPH akibat adanya

penambahan dari sampel. Nilai serapan dari larutan DPPH

terhadap sampel dapat dihitung sebagai persen dari inhibisi

setelah 30 menit (% inhibisi). Dari data pengukuran dapat di peroleh

nilai absorbansi pada panjangnya gelombang setelah

30 menit lalu dapat dianalisis pengaruh konsentrasi sampel dari sampel

dengan persentase inhibisi seperti yang dinyatakan pada

gambar sebagai berikut.

Gambar 2.Hubungan konsentrasi(ppm)dari sampel dengan menggunakan persentase inhibisi(%)

Dengan memasukkan nilai dari hasil perhitungan tersebut

ke dalam persamaan linear maka dengan konsentrasi dari (ppm)

sebagai absis (X) dan nilai dari persentase inhibisi sebagai

ordinat (Y), nilai IC50 dari perhitungan terdapat pada saat %

inhibisi sebesar 50% dengan persamaan Y = aX + b

adalah 80,81 ppm (Lampiran 5).

4.Pembahasan
4.1 Pemeriksaan aktivitas antiradikal bebas dari

DPPH secara spektrofotometri dapat dilakukan dengan cara

mereaksikan sebuah sampel tersebut dengan larutan dari DPPH pada

panjang gelombang 515 nm. Metode DPPH ini dapat dipilih

karena sangat sederhana, mudah, cepat dan peka serta hanya

memerlukan sedikit sampel.

Aktivitas dapat diukur dengan menghitung jumlah pada

pengurangan intensitas warna ungu dari DPPH yang

sebanding dengan pengurangan konsentrasi larutan tersebut

DPPH. Dari Peredaman tersebut dapat dihasilkan oleh

bereaksinya molekul Difenil Pikril Hidrazil tersebut dengan

atom hidrogen yang dilepaskan oleh suatu molekul dari

komponen sampel sehingga terbentuklah senyawa

Difenil Pikril Hidrazin dan menyebabkan terjadinya

Perubahan warna DPPH dari ungu menjadi kuning.

Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa adanya

penurunan nilai absorbansi dari DPPH ini yang diberi sampel

terhadap setiap kenaikan konsentrasi harus di kontrol hingga dari

Penurunan nilai absorbansi DPPH ini mempunyai arti

bahwa telah terjadinya penangkapan suatu radikal dari DPPH

oleh sampel tersebut. Dengan penangkapan radikal tersebut dapat mengakibatkan sebuah ikatan
rangkap dari diazo pada DPPH yang berkurang sehingga terjadinya penurunan pada absorbansi.

Dari data pengukuran nilai absorbansi pada

menit ke-30 ini dapat dianalisis bahwa pengaruh pada konsentrasi tersebut ,pada
sampel dengan persentase inhibisi bahwa dimana

peningkatan aktivitasnya dapat sebanding dengan bertambahnya

konsentrasi. Ditentukan dari persamaan regresi dan

selanjutnya dari persamaan diplotkan aktivitas 50%

sehingga dapat diperoleh harga konsentrasi efektif (IC50)

yaitu sebesar 80,81 ppm. IC50 ini merupakan bilangan

yang menunjukkan pada konsentrasi ekstrak (ppm) yang

mampu menghambat proses sebuah oksidasi dengan nilai sebesar 50%. Dan

Semakin kecilnya nilai dari IC50 berarti semakin tinggi

aktvitas antioksidan. Secara spesifik suatu senyawa dapat

dikatakan sebagai antioksidan di karenakan sangat kuat jika nilai

IC50 kurang dari 50 ppm maka,kuat untuk IC50 yang bernilai 50-

100 ppm, sedangkan jika bernilai 100-150 ppm, dan di katakan

lemah jika nilai IC50 bernilai 151-200 ppm (Anonim,

2005)

5 .KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang dapat diperoleh maka

diambil kesimpulan bahwa:

1. Semakin tingginya konsentrasi sampel yang akan

digunakan maka nilai absorbansi dari DPPH semakin

menurun, ini menunjukkan adanya aktivitas

antioksidan dari sampel.

2. Nilai dari IC50 yang diperoleh sebesar 80,81, hal ini

berarti bahwa flavonoid dari daun katuk sendiri


(Sauropus androgunus (L) Merr) memiliki

kemampuan sebagai antioksidan yang kuat.

DAFTAR PUSTAKA

Awika, Joseph M.: LLyod W. Rooney; Xianli Wu;

Ronald L. Prior; and Luis Cisneros-Zevallos.,

(2003), Screening Methods to Measure

Antioxidant Activity of Sorghum (Sorghum

bicolor) and Sorghum Products. J. Agric.

Food Chem. 51. 6657-6662.

Cahyana, M. Taufik Ekaprasada. A. Herry, (2002),

Isolasi Senyawa Antioksidan Kulit Batang

Kayu Manis (Cinnamomum burmannii Nees


ex Blume), ISSN No. 0216-0781.

Gil, Maria I; Francisco A. Tomas-Barberari; Betty

hess-Pierce; Deirdre M. Holcroft; and Adel A.

Kader, (2000), Antioxidant Activity of

Pomegranate Juice and It’s Relationship with

Phenolic Composition and Processing. J

Agric Food Chem, 48.

Giorgi. P., (2000), Flavonoid an Antioxidant. Journal

National Product. 63. 1035-1045.

Hafid, Achmad Fuad., (2003), Aktivitas Anti-Radikal

Bebas DPPH Fraksi Metanol Fagrae


auriculata dan Fagrae cellanica. Majalah

Farmasi Airlangga. Vol. III, No. 1.

Hanani, Endang; Abdul Mun’im dan Ryany Sekanni,

(2005), Identifikasi Senyawa Antioksidan

dalam Spons Callyspongia Sp dari Kepulauan

Seribu. Majalah Ilmu Kefarmasian. Vol. III,

No. 3. 127-133.

Hernani, Mono Rahadjo., (2005), Tanaman


Berkhasiat Antioksidan. Penebar Swadaya.
Jakarta.

Kosasih, E.N., Tony S. dan Hendro H. (2006). Peran

Antioksidan pada Lanjut Usia. Pusat Kajian

Nasional Masalah Lanjut Usia. Jakarta

Robinson. T. (1991), Kandungan Kimia Organik

Tumbuhan Tinggi. Terjemahan Kosasih

Padmawinata. Penerbit ITB, Bandung.

Rukmana, R. dan Indra M.H., (2003), Katuk. Potensi

dan Manfaatnya. Kanisius. Yogyakarta.

Sarastani, Dewi; Suwarna T. Soekarto; Tien R.

Muchtadi; Dedi Fardiaz dan Anton

Apriyanto., (2002), Aktivitas Antioksidan

Ekstrak dan Fraksi Ekstrak Biji Atung., Jurnal

Teknologi dan Industri Pangan. Vol. XIII.


No. 2. 149-156.

Takashi. Miyake and Takayumi Shibamoto, (1997),

Antioxidant Activities of Natural Compound

Found in Plants. J. Agric. Food. Chem. 45.

1819-1822.

Anda mungkin juga menyukai