PERTEMUAN 10
HAK-HAK ATAS TANAH
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai Hak-Hak Atas Tanah, Dasar
hukum ketentuan Hak-hak atas tanah diatur dala Pasal 5 ayat (1) UUPA yaitu
Atas dasar hak menguasai negara atas tanah sebagai yang dimaksud dalam Pasal
2 ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi yang disebut
tanah yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang baik sendiri
maupun bersama-sama dengan orang-orang ain serta badan-badan hukum,
mahasiswa harus mampu:
1. Menjelaskan mengenai ketentuan pokok hak-hak atas tanah sebagai
lembaga hukum
2. Menggambarkan kembali sistematika dan macam-macam hak-hak atas
tanah.
B. URAIAN MATERI
Hak atas tanah adalah hak yang diterima oleh perseorangan atau badan
hukum selaku pemegang kuasa atas tanah yang memberi wewenang kepada
pemegangnya untuk mempergunakan tanah yang bersangkutan dalam batas-
batas yang diatur oleh perundang-undangan. Hak atas tanah memberikan
Menurut ketentuan Pasal 4 ayat (1) di atas, tanah dapat diberikan kepada
orang-orang atau badan hukum. Pasal tersebut menjelaskan bahwa hak atas
tanah yang pada dasarnya memberikan kewenangan kepada pemegang hak
untuk mempergunakan tanah yang dihaki. Hak atas tanah yang dipunyai
11
Mudjiono, Hukum Agraria, Liberty, Yogyakarta, 1992, hlm.160.
2
Hasan Wargakusumah, Hukum Agraria I, P.T Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1995, hlm. 90
3
Karakter Hukum Sertifikat Tanah, (http://sertipkattanah.blogspot.com/28-12-2013)
4
Sukayadi, HMN Kusworo, Pengelolaan Tanah Negara, STPN Press, Yogyakarta, 2007, hlm. 33
5
HM Arba, Hukum Agraria Nasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2015, hlm. 96
UUPA mengatur bahwa hak-hak atas tanah yang didaftar hanyalah Hak
Milik pada Pasal 23, Hak Guna Usaha pada Pasal 32, Hak Guna Bangunan pada
Pasal 38, dan Hak Pakai pada Pasal 41, sedangkan Hak Sewa untuk bangunan
tidak wajib didaftar. UUPA mengatur bahwa hak-hak atas tanah yang didaftar
hanyalah Hak Milik pada Pasal 23, Hak Guna Usaha pada Pasal 32, Hak Guna
Bangunan pada Pasal 38, dan Hak Pakai pada Pasal 41, sedangkan Hak Sewa
untuk bangunan tidak wajib didaftar. Menurut Pasal 9 PP No. 24 Tahun 1997,
objek pendaftaran tanah adalah sebagai berikut:
1) Hak Milik.
Hak Milik adalah hak turun-temurun terkuat dan terpenuh yang dapat
dipunyai orang atas tanah, dengan mengingat ketentuan dalam Pasal 6 Pasal
20 Ayat (1) UUPA. Yang dapat mempunyai Hak Milik, adalah:
(a) Hanya warga negara Indonesia.
(b) Bank Pemerintah atau badan keagamaan dan badan sosial (Permen
Agraria/ Kepala BPN Nomor 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara
Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak
Pengelolaan).
2) Hak Guna Usaha.
Hak Guna Usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai
langsung oleh negara, dalam jangka waktu paling lama 35 tahun dan dapat
diperpanjang paling lama 25 tahun guna perusahaan pertanian, perikanan
atau peternakan Pasal 28 Ayat (1) UUPA. Yang dapat mempunyai Hak Guna
Usaha, adalah:
(a) Warga Negara Indonesia.
(b) Badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan
berkedudukan di Indonesia.
6
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria Isi
dan Pelaksanaannya, Penerbit Djembatan, cetakan keduabelas 2008, Jakrta, 2002, hlm.289
tanah. Daftar tanah adalah dokumen dalam bentuk daftar yang memuat
identitas bidang tanah dengan suatu sistem penomoran. Untuk tanah negara
tidak disediakan buku tanah dan oleh karenanya di atas tanah negara tidak
diterbitkan sertifikat.
Objek pendaftaran tanah sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 1997 tersebar dalam berbagai peraturan perundang-
undangan, kemudian disatukan dalam Pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor
24 Tahun 1997. Dapat dibuktikan tersebarnya objek pendaftaran tanah
dalam beberapa peraturan sebagai berikut:
(a) Hak Milik, Hak Guna Usaha, dan Hak Guna Bangunan pendaftarannya
diatur dalam UUPA dan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996.
(b) Hak Pakai pendaftarannya semula diatur dalam Peraturan Menteri
Agraria Nomor 1 Tahun 1966, kemudian diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996.
(c) Hak Pengelolaan pendaftarannya diatur dalam Peraturan Menteri
Agraria Nomor 1 Tahun 1966 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 1 Tahun 1977.
(d) Tanah wakaf pendaftarannya diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor
28 Tahun 1977.
(e) Hak Tanggungan diatur dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996.
(f) Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun pendaftarannya diatur dalam
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985.
C. SOAL LATIHAN/TUGAS
D. DAFTAR PUSTAKA
Buku
7
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia Sejarah pembentukan Undang-Undang Pokok
Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Cetakan Kesepuluh (edisi revisi), Jakarta,Djambatan, 2003, hlm. 289