Anda di halaman 1dari 10

RESUME SEMINAR AUDIT BAB 3 & 4

“BUKTI AUDIT” & “KERTAS KERJA”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Seminar Audit

Dosen Pengampu: Yulianti, SE, MBA, MSi, CPA. / Novianto Nugroho, SE, MM.

KELOMPOK 2

Nama Anggota:

1. Fajar Oktafiyani (B.211.18.0009)


2. Shofiatul Maula (B.211.18.0010)
3. Puji Astuti Widhiasih (B.211.18.0012)
4. Novia Putri Megasari (B.211.18.0016)
5. Yunio Petra Chrismawan (B.211.18.0020)

Jurusan Akuntansi - Fakultas Ekonomi

Universitas Semarang

2021
BAB 3 – BUKTI AUDIT

TUJUAN AUDIT
Tujuan umum audit atas laporan keuangan adalah untuk menyatakan pendapat atas
kewajaran laporan keuangan, dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi
berterima umum di Indonesia. Kewajaran laporan keuangan dinilai berdasarkan asersi yang
terkandung dalam setiap unsur yang disajikan dalam laporan keuangan.
Asersi Manajemen dalam Laporan Keuangan
SA Seksi 326 paragraf 03 menyebutkan berbagai asersi yang terkandung dalam
laporan keuangan. Arsesi (assertions) adalah pernyataan manajemen yang terkandung di
dalam komponen laporan keuangan. Pernyataan tersebut dapat bersifat implisit atau
eksplisit serta dapat diklasifikasikan berdasarkan penggolongan besar sebagai berikut:
1) Asersi Keberadaan atau Keterjadian berhubungan dengan apakah aktiva atau utang
entitas ada pada tanggal tertentu dan apakah transaksi yang dicatat telah terjadi selama
periode tertentu.
2) Asersi Kelengkapan berhubungan dengan apakah semua transaksi dan akun yang
seharusnya disajikan dalam laporan keuangan telah dicantumkan di dalamnya.
3) Asersi Hak dan Kewajiban berhubungan dengan apakah aktiva merupakan hak
entitas dan utang merupakan kewajiban perusahaan pada tanggal tertentu.
4) Asersi Penilaian atau Alokasi berhubungan dengan apakah komponen-komponen
aktiva, kewajiban, pendapatan dan biaya sudah dicantumkan dalam laporan keuangan
pada jumlah yang semestinya.
5) Asersi Penyajian dan Pengungkapan berhubungan dengan apakah komponen-
komponen tertentu laporan keuangan diklasifikasikan, dijelaskan, dan diungkapkan
semestinya.

STANDAR PEKERJAAN LAPANGAN KETIGA


Pembahasan tentang bukti audit ini didasarkan atas standar pekerjaan lapangan ketiga
yang berbunyi: “Bukti kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar yang layak untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.”
Empat standar penting tersebut adalah sebagai berikut:
1. Bukti Audit. Bukti audit merupakan segala informasi yang mendukung angka-angka
atas informasi lain yang disajikan dalam bentuk laporan keuangan, yang digunakan
oleh auditor sebagai dasar yang layak untuk menyatakan pendapatnya. Bukti audit
yang mendukung laporan keuangan terdiri dari: (1) Data Akuntasi dapat berupa
jurnal, buku besar, buku pembantu, buku pedoman akuntansi, memorandum, dan
catatan tidak resmi, serta (2) Informasi Penguat yaitu tipe bukti audit lain yang
dikumpulkan auditor sebagai dasar pernyataan pendapatnya atas laporan keuangan.
2. Cukup atau Tidaknya Bukti Audit. Berkaitan dengan kuantitas bukti yang harus
dikumpulkan oleh auditor. Faktor yang mempengaruhinya adalah (1) Materialitas dan
risiko, (2) Faktor Ekonomi, (3) Ukuran dan karakteristik populasi.
3. Kompetensi Bukti Audit. Kompetensi bukti audit berhubungan dengan kualitas atau
keandalan data dan informasi penguat.
4. Bukti Audit sebagai Dasar yang Layak Menyatakan Pendapat Auditor. Pertimbangan
auditor tentang kelayakan bukti audit dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut ini: (1)
Pertimbangan profesional, (2) Integritas manajemen, (3) Kepemilikan publik versus
terbatas, (4) Kondisi keuangan.

TIPE BUKTI AUDIT


Tipe bukti audit dapat dikelompokkan menjadi dua golongan berikut ini:
1. Tipe Data Akutansi
a) Pengendalian intern sebagai bukti
Pengendalian intern yang dibentuk dalam setiap kegiatan perusahaan dapat
digunakan untuk mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi. Auditor
harus mengetahui bahwa klien telah merancang pengendalian intern dan telah
melaksanakannya dalam kegiatan usahanya setiap hari, hal ini merupakan
bukti yang kuat bagi auditor mengenai keandalan informasi yang dicantumkan
dalam laporan keuangan.
b) Catatan akuntansi sebagai bukti
Auditor melakukan verifikasi terhadap suatu jumlah yang tercantum dalam
laporan keuangan, dengan melakukan penelusuran kembali jumlah tersebut
melalui catatan akuntansi. Dengan demikian, catatan akuntansi merupakan
bukti audit bagi auditor mengenai pengolahan transakasi keuangan yang telah
dilakukan oleh klien.
2. Tipe Informasi Penguat
a) Bukti Fisik
Bukti fisik adalah bukti audit yang diperoleh dengan cara inspeksi atau
perhitungan aktiva berwujud. Pengamatan fisik terhadap suatu aktiva
merupakan cara untuk mengidentifikasi sesuatu yang diperiksa, untuk
menentukan kuantitas, dan merupakan suatu usaha untuk menentukan mutu
atau keaslian kekayaan tersebut.
b) Bukti Dokumenter
Bukti dokumenter adalah bukti yang terbuat dari kertas bertuliskan huruf dan
atau angka atau simbol-simbol yang lain.
c) Perhitungan sebagai Bukti
Perhitungan yang dilakukan sendiri oleh auditor, dapat berupa:
1. Footing, yaitu pembuktian ketelitian penjumlahan vertikal.
2. Cross-footing, yaitu pembuktian ketelitian penjumlahan horizontal.
3. Pembuktian ketelitian perhitungan biaya depresiasi dengan cara
menggunakan tarif depresiasi yang digunakan oleh klien.
4. Pembuktian ketelitian penentuan taksiran kerugian piutang usaha, laba
per saham yang beredar, taksiran pajak perseroan, dan lain-lain.
d) Bukti Lisan
Dalam rangka mengumpulkan bukti, auditor banyak meminta keterangan
secara lisan dari klien terutama para manajer. Jawaban lisan yang diperoleh
dari permintaan keterangan tersebut merupakan tipe bukti lisan.
e) Perbandingan
Untuk menentukan akun atau transaksi yang akan dipisahkan guna
penyelidikan yang lebih intensif, auditor melakukan analis terhadap
perbandingan setiap aktiva, utang, penghasilan, dan biaya dengan saldo yang
berkaitan dalam tahun sebelumnya.
f) Bukti dari Spesialis
Spesialis adalah seorang atau perusahaan yang memiliki keahlian atau
pengetahuan khusus dalam bidang selain akuntansi dan auditing. Pada
umumnya spesialis yang digunakan oleh auditor bukan orang atau perusahaan
yang mempunyai hubungan dengan klien.

PROSEDUR AUDIT
Prosedur audit yang biasa dilakukan oleh auditor meliputi:
1. Inspeksi. Inspeksi merupakan pemeriksaan secara rinci terhadap dokumen atau
kondisi fisik sesuatu.
2. Pengamatan. Pengamatan atau observasi merupakan prosedur audit yang digunakan
oleh auditor untuk melihat atau menyaksikan pelaksanaan suatu kegiatan.
3. Konfirmasi. Konfirmasi merupakan bentuk penyelidikan yang memungkinkan auditor
memperoleh informasi secara langsung dari pihak ketiga yang bebas.
4. Permintaan keterangan. Permintaan keterangan merupakan prosedur audit yang
dilakukan dengan meminta keterangan secara lisan.
5. Penelusuran. Dalam melaksanakan prosedur audit ini, auditor melakukan penelusuran
informasi sejak mula-mula data tersebut direkam pertama kali dalam dokumen,
dilanjutkan dengan pelacakan pengolahan data tersebut dalam proses akuntansi.
6. Pemeriksaan dokumen pendukung. Pemeriksaan dokumen pendukung (vouching)
merupakan prosedur audit yang meliputi: (1) Inspeksi terhadap dokumen-dokumen
yang mendukung suatu transaksi atau data keuangan untuk menentukan kewajaran
dan kebenarannya, dan (2) Pembandingan dokumen tersebut dengan catatan akuntansi
yang berkaitan.
7. Perhitungan (counting). Prosedur audit ini meliputi: (1) perhitungan fisik terhadap
sumber daya berwujud seperti kas atau sediaan di tangan, dan (2)
pertanggungjawaban semua formulir bernomor urut cetak.
8. Scanning. Scanning merupakan review secara cepat tehadap dokumen, catatan, dan
daftar untuk mendeteksi unsur-unsur yang tampak tidak biasa yang memerlukan
penyelidikan lebih mendalam.
9. Pelaksanaan ulang (reperforming). Pelaksanaan ulang merupakan pengulangan
aktivitas yang dilaksanakan oleh klien.
10. Teknik audit berbantuan komputer (computer-assisted audit techniques). Bilamana
catatan akuntansi klien diselenggarakan dengan media elektronik, auditor perlu
menggunakan computer-assisted audit techniques dalam menggunakan berbagai
prosedur audit.

SITUASI AUDIT YANG MENGANDUNG RISIKO BESAR


Dalam situasi tertentu, risiko terjadinya kesalahan dan penyajian yang salah dalam
akun dan di dalam laporan keuangan jauh lebih besar dibandingkan dengan situasi yang
biasa. Oleh karena itu, auditor harus waspada jika menghadapi situasi audit yang
mengandung risiko besar seperti:
1) Pengendalian Intern yang Lemah.
2) Kondisi Keuangan yang tidak Sehat
3) Manajemen yang tidak dapat Dipercaya
4) Penggantian Auditor
5) Perubahan Tarif atau Peraturan Pajak atas Laba
6) Usaha yang Bersifat Spekulatif
7) Transaksi perusahaan yang Kompleks

KEPUTUSAN YANG HARUS DIAMBIL OLEH AUDITOR BERKAITAN DENGAN


BUKTI AUDIT
Dalam proses pengumpulan bukti audit, auditor melakukan empat pengambilan
keputusan yang saling berkaitan, yaitu:
1) Penentuan prosedur audit yang akan digunakan
Untuk mengumpulkan bukti audit, auditor menggunakan prosedur audit.
2) Penentuan Besarnya Sampel
Jika prosedur audit telah ditetapkan, auditor dapat menentukan besarnya sampel yang
berbeda dari satu unsur yang lain dalam populasi yang sedang diperiksa.
3) Penentuan Unsur Tertentu yang Dipilih Sebagai Anggota Sampel
Setelah besarnya sampel ditentukan untuk prosedur auditor tertentu, auditor masih
harus memutuskan unsur mana yang akan dipilih sebagai anggota sampel untuk
diperiksa.
4) Penentuan Waktu yang Cocok untuk Melaksanakan Prosedur Audit
Karena audit terhadap laporan keuangan meliputi suatu jangka waktu tertentu,
biasanya satu tahun, maka auditor dapat mulai mengumpulkan bukti audit segera
setelah awal tahun. Audit juga biasanya baru dapat diselesaikan beberapa minggu atau
bulan setelah tanggal neraca, maka prosedur audit dapat digunakan pada awal tahun
yang diaudit, akhir tahun yang diaudit, atau beberapa minggu atau bulan setelah
tanggal neraca.
BAB 4 – KERTAS KERJA

KONSEP KERTAS KERJA


 Definisi Kertas Kerja
SA Seksi 339 Kertas Kerja  paragraf 03 mendefinisikan kertas kerja sebagai berikut:
“kertas kerja adalah catatan-catatan yang diselenggarakan auditor mengenai prosedur
audit yang ditempuhnya, pengujian yang dilakukannya, informasi yang diperolehnya,
dan simpulan yang dibuatnya sehubungan dengan auditnya.”
 Isi Kertas Kerja
Kertas kerja biasanya harus berisi dokumentasi yang memperlihatkan:
a) Telah dilaksanakan standar pekerjaan lapangan pertama yaitu pemeriksaan
telah direncanakan dan disupervisi dengan baik.
b) Telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan kedua yaitu pemahaman
memadai atas pengendalian intern telah diperoleh untuk merencanakan audit
dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang telah dilakukan.
c) Telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan ketiga yaitu bukti audit
telah diperoleh, prosedur audit telah ditetapkan, dan pengujian telah
dilaksanakan, yang memberikan bukti kompeten yang cukup sebagai dasar
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan.
 Tujuan Kertas Kerja
a) Mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan auditan.
b) Menguatkan simpulan-simpulan auditor dan kompetensi auditnya.
c) Mengkoordinasi dan mengorganisasi semua tahap audit.
d) Memberikan pedoman dalam audit berikutnya.

KEPEMILIKAN KERTAS KERJA DAN KERAHASIAAN INFORMASI DALAM


KERTAS KERJA
SA Seksi 339 Kertas Kerja paragraf 06 mengatur bahwa kertas kerja adalah milik
kantor akutan publik, bukan milik klien atau milik pribadi auditor. Namun hak kepemilikan
kertas kerja oleh kantor akuntan publik masih tunduk pembatasan-pembatasan yang diatur
dalam Kode Etik Akutansi Indonesia yang berlaku untuk menghindari hal-hal yang bersifat
rahasia oleh auditor untuk tujuan yang tidak semestinya.
SA Seksi 339 paragraf 08 mengatur bahwa auditor harus menerapkan prosedur
memadai untuk menjaga keamanan kertas kerja dan harus menyimpannya sekurang-
kurangnya 10 tahun, sehingga dapat memenuhi kebutuhan praktiknya dan ketentuan-
ketentuan yang berlaku mengenai penyimpanan dokumen. Karena sifat kerahasiaan yang
melekat pada kertas kerja, auditor harus selalu menjaga kertas kerja dengan cara mencegah
terungkapnya informasi yang tercantum dalam kertas kerja kepada pihak-pihak yang tidak
diinginkan.

FAKTOR-FAKTOR YANG HARUS DIPERHATIKAN AUDITOR DALAM


PEMBUATAN KERTAS KERJA
Terdapat lima faktor yang harus diperhatikan auditor dalam pembuatan kertas kerja
yang baik, yaitu:
1) Lengkap: kertas kerja harus lengkap berisi informasi yang pokok, dan tidak
memerlukan tambahan penjelasan lisan.
2) Teliti: Auditor harus memperhatikan ketelitian dalam penulisan dan perhitungan
sehingga kertas kerja bebas dari kesalahan tulis dan hitung.
3) Ringkas: Kertas kerja harus dibatasi dalam penyajian informasi yang pokok saja
sehingga tidak berkesan bertele-tele.
4) Jelas: Isi kertas kerja harus jelas dalam penyajianya, perlu dihindarinya penggunaan
istilah yang bermakna ganda.
5) Rapi: Kerapian dalam pembuatan kertas kerja mempermudah auditor senior untuk
me-review pekerjaan audit tersebut.

TIPE KERTAS KERJA


Kertas kerja terdiri dari berbagai macam yang secara garis besar dapat dikelompokkan
ke dalam tujuh tipe kertas kerja berikut:
1) Program audit, yaitu daftar prosedur audit untuk pemeriksaan elemen-elemen tertentu.
2) Working trial balance, adalah suatu daftar yang berisikan saldo berbagai akun buku
besar pada akhir tahun yang diaudit dan pada akhir tahun sebelumnya.
3) Ringkasan jurnal penyesuaian dan jurnal pengklasifikasian kembali, yaitu jurnal untuk
mengoreksi kembali atas kesalahan yang dilakukan auditor.
4) Daftar pendukung, yaitu daftar untuk melakukan verifikasi elemen-elemen yang
terdapat dalam laporan keuangan.
5) Daftar utama, yaitu ringkasan akun-akun yang saling berkaitan.
6) Memorandum audit dan dokumentasi informasi penguat. Memorandum
audit merupakan data tertulis yang disiapkan auditor dalam bentuk naratif.
Dokumentasi informasi penguat meliputi pendokumentasian pengajuan pertanyaan
mengenai hasil rapat dewan komisaris, respon konfirmasi, representasi tertulis, dan
salinan berbagai kontrak penting.
7) Skedul dan analisis, yaitu akun yang ditunjukkan dalam masing-masing buku besar
dan mengidentifikasinya.

PEMBERIAN INDEKS PADA KERTAS KERJA


Pemberian indeks terhadap kertas kerja akan memudahkan pencarian informasi dalam
bebagai daftar yang terdapat di berbagai tipe kertas kerja. Faktor-faktor yang harus
diperhatikan dalam pemberian indeks kertas kerja adalah sebagai berikut:
1) Setiap kertas kerja harus diberi indeks, dapat disudut atas atu di sudut bawah.
2) Pencantuman indeks silang (cross index) harus dilakukan sebagai berikut:
a) Indeks silang dari skedul pendukung ke skedul utama.
b) Indeks silang dari skedul akun pendapatan dan biaya.
c) Indeks silang antarskedul pendukung.
d) Indeks silang dari skedul pendukung ke ringkasan jurnal adjusment.
e) Indeks silang dari skedul utama ke working trial balance.
f) Indeks silang dapat digunakan pula untuk menghubungkan program audit
dengan kertas kerja.
3) Jawaban konfirmasi, pita mesin hitung, print-out komputer, dan sebagainya tidak
diberi indeks kecuali jika dilampirkan di belakang kertas kerja yang berindeks.

METODE PEMBERIAN INDEKS KERTAS KERJA


Terdapat tiga metode pemberian indeks terhadap kertas kerja, yaitu:
1. Indeks angka. Kertas kerja utama dan skedul utama diberi indeks dengan angka,
sedangkan skedul pendukung diberi subindeks dengan mencantumkan nomor kode
skedul utama yang berkaitan.
2. Indeks kombinasi angka dan huruf. Kertas kerja utama dan skedul utama diberi kode
huruf, sedangkan skedul pendukungnya diberi kode kombinasi huruf dan angka.
3. Indeks angka berurutan. Kertas kerja diberi angka yang berurutan.

SUSUNAN KERTAS KERJA


Untuk memudahkan review atas kertas kerja yang dihasilkan oleh berbagai asisten
dan staf auditor, berbagai tipe kertas kerja tersebut harus disusun secara sistematik dan dalam
urutan yang logis. Akuntan senior yang akan me-review kertas kerja biasanya menghendaki
susunan kertas kerja dalam urutan berikut:
1. Draft laporan audit (audit report)
2. Laporan keuangan auditan
3. Ringkasan informasi bagi reviewer
4. Program audit
5. Laporan keuangan atau lembar kerja (work sheet) yang dibuat oleh klien
6. Ringkasan jurnal adjustment
7. Working trial balance
8. Skedul utama
9. Skedul pendukung

PENGARSIPAN KERTAS KERJA


Auditor biasanya menyelenggarakan dua macam arsip kertas kerja untuk setiap
kliennya: (1) Arsip audit tahunan untuk setiap audit yang telah selesai dilakukan, yang
disebut arsip kini (current file), dan (2) Arsip permanen (permanent file) untuk data yang
secara relatif tidak mengalami perubahan. Arsip kini berisi kertas kerja yang informasinya
hanya mempunyai manfaat untuk tahun yang diaudit saja. Arsip permanen berisi informasi
sebagai berikut:
1) Copy anggaran dasar dan anggaran rumah tangga klien
2) Bagan organisasi dan luas wewenang serta tanggung jawab para manajer
3) Pedoman akun, pedoman prosedur, dan data lain yang behubungan dengan
pengendalian intern
4) Copy surat perjanjian penting yang mempunyai  masa laku jangka panjang.
5) Tata letak pabrik, proses produksi, dan produk pokok perusahaan
6) Copy notulen rapat direksi, pemegang saham, dan komite-komite yang dibentuk klien.
Pembentukan arsip permanen ini mempunyai tiga tujuan yaitu:
1. Untuk menyegarkan ingatan auditor mengenai informasi yang akan digunakan dalam
audit tahun-tahun mendatang.
2. Untuk memberikan ringkasan mengenai kebijakan dan organisasi klien bagi staf yang
baru pertama kali menangani audit laporan keuangan klien tersebut.
3. Untuk menghindari pembuatan kertas kerja yang sama dari tahun ke tahun.

Anda mungkin juga menyukai