Arab Nasrah4
Arab Nasrah4
Nasrah
1 Abi Muhammad Abu Malik bin Hasyim, Siratunnaby, Jld.I, (Kairo: Maktabah
Darruttutos, t.t.), h.171.
2 Abdul Wahid Assyaibani, Muhammad bin Abdul Karim, Al-Kamil Fittarikh, Jld.I,
1
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
Sebuah hadis yang dilaporkan datang dari Ibnu Ishaq namun tidak terdapat dalam
penuturan. Ibnu Hisyam menyebutkan bahwasanya Muhammad menerima saran dan dukungan
dari seorang Hanif – pengikut Monotheisme Arabian yang percaya pada Tuhan Yang Esa namun
bukan sebagai pengikut Yahudi dan bukan juga Kristen yang mengajarkan kepada Muhammad
mengenai kesia-siaan penyembahan berhala. Jadi sebelum turun wahyu Alquran, Muhammad
telah berusaha mencari keyakinan agama yang lurus (Hanif).5
2. Fokus Ajaran, Dakwah Sir dan Jahr
Adapun fokus ajaran yang disebarkan oleh Nabi Muhammad tidak berbeda sama sekali
dengan ajaran-ajaran nabi-nabi Ibrani dan Injil Perjanjian Lama, yang isinya antara lain hanya
ada satu Tuhan Yang Maha Kuasa, pencipta seluruh alam, ada satu hari pengadilan di akhirat,
berbahagia orang-orang yang di dalam surga jika tawakkal kepada perintah-perintah Tuhan dan
memperoleh siksa di neraka jika ingkar kepada suruhan Tuhan.6
Setelah wahyu yang pertama turun, Jibril tidak muncul lagi untuk beberapa lama,
sementara itu Nabi Muhammad menantikannya dan dia selalu datang ke Gua Hira. Dalam
keadaan menanti itulah turun wahyu yang membawa perintah kepadanya untuk berdakwah
secara sembunyi-sembunyi sebagai berikut :
[Hai orang yang berselimut (1) bagunlah dan berilah peringatan (2) hendaklah
engkau besarkan Tuhanmu (3) dan bersihkanlah pakaianmu (4) tinggalkanlah
perbuatan dosa (5) dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh
(balasan) yang lebih banyak (6) dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu
bersabarlah (7).] (Q.S.Al-Muddatsir/74: 1-7).7
Dengan turunya perintah itu, mulailah Rasulullah berdakwah dan pertama kali beliau
melakukannya secara diam-diam di lingkungannya sendiri dan dikalangan rekan-rekannya.
Karena itulah, orang yang pertama kali menerima dakwah dari beliau dari kalangan keluarga
adalah istrinya Khadijah dan kemudian saudara sepupunya Ali bin Abi Thalib yang baru
berumur 10 tahun.8
Sedangkan dari kelompok sahabatnya yang pertama kali menerima dakwahnya adalah
Abu Bakar yang merupakan sahabat karibnya sejak kanak-kanak, lalu menyusul Zaid bekas
budak yang menjadi anak angkatnya, kemudian Ummu Aiman pengasuh Nabi Muhammad
ketika ibunya Aminah masih hidup, juga termasuk orang-orang yang pertama masuk Islam.
Melalui dakwah secara diam-diam dilaksanakan selama 3 (Tiga) tahun maka turunlah perintah
Allah agar Nabi Muhammad berdakwah secara terbuka.
{94} ﻦ
َ ﺸ ِﺮآِﻴ
ْ ﻦ ا ْﻟ ُﻤ
ِﻋ
َ ض
ْ ﻋ ِﺮ
ْ ع ِﺑﻤَﺎ ُﺗ ْﺆ َﻣ ُﺮ َوَأ
ْ ﺻ َﺪ
ْ ﻓَﺎ
5 IRA.M.Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada), h.32.
2
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
[Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang
diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.]9
(Q.S.Al-Hijr/15: 94).
Mula-mula ia mengundang dan menyeru kerabat karibnya dari Bani Abd al-Muthalib,
kemudian menyeru masyarakat umum dari segenap lapisan masyarakat secara terang-terangan.
Demikianlah sampai akhir hayatnya beliau berusaha dengan gigih menjalankan tugasnya
sebagai Rasulullah.
c. Takut Dibangkit
Agama Islam mengajarkan bahwa pada hari kiamat manusia akan dibangkitkan dari
kuburnya, dan bahwa perbuatan manusia akan dihisab. Orang yang berbuat baik,
kebaikannya itu akan dibalas, sebagaimana orang-orang berdosa akan disiksa karena
kejahatan-kejahatan dan dosa-dosanya. Kaum Quraisy tak dapat menerima agama Islam
yang mengajarkan bahwa manusia akan hidup kembali setelah mati.
e. Memperniagakan Patung
Ini adalah satu sebab materi. Salah satu dari usaha orang Arab zaman dahulu adalah
memahat patung yang menggambarkan al-Latta, al-Uzza, Manah dan Hubbal. Patung itu
mereka jual kepada jemaah-jemaah haji. Mereka membelinya untuk mengharapkan
3
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
sempurna dan berkat, atau kenang-kenangan. Tetapi agama Islam melarang menyembah,
memahat dan menjual patung. Karena itu saudagar-saudagar patung memandang agama
Islam sebagai penghalang rezeki dan akan menyebabkan perniagaan mereka mati dan
lenyap. Karena itu mereka menentang agama Islam.10
Berdasarkan 5 (Lima) faktor inilah orang-orang Quraisy kurang merespon ajaran yang
dibawa oleh Nabi Muhammad dan bahkan terkesan melalui manuver-manuver mereka ingin
membumi-hanguskan ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad.
Melihat manuver-manuver yang dilancarkan oleh orang-orang Quraisy dan misi dakwah
yang dibawa oleh Nabi Muhammad kurang mendapat respon, akhirnya Nabi Muhammad
memerintahkan para sahabat untuk hijrah ke negeri Habsyah untuk menghindari siksaan-siksaan
yang mereka lakukan. Hijrah pada periode ini tidak diikuti oleh semua orang Islam. Adapun
orang-orang Islam yang kuat tetap saja berdomisili di Makkah untuk melindungi Rasul, seperti
Ali bin Abi Thalib, Thalhah bin Ubaidillah dan lain-lain. Nampaknya dalam ulasan Syalaby ini
bahwa Nabi Muhammad tidak ikut hijrah, akan tetapi beliau hanya mengutus orang-orang
muslim yang lemah agar terhindar dari gangguan orang-orang Quraisy.
Peristiwa ini terjadi pada tahun ke-5 hijrah, rombongan pertama berangkat terdiri dari 10
orang laki-laki dan 4 orang perempuan, akan tetapi jumlah tersebut semakin bertambah hingga
hampir seratus orang termasuk diantaranya Usman bin Affan beserta istri beliau Rukayah putri
Nabi.11
4
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
Bila Abu Thalib menjaga Nabi Muhammad dari serangan orang-orang Quraisy maka
Khadijah memberi pembelaan yang lain pula, yaitu : Khadijah seolah-olah ikut merasakan
penderitaan yang dirasakan oleh Nabi Muhammad. Khadijah sebagai “setawar sedingin” bagi
Nabi Muhammad dan berfungsi sebagai ibu rumah tangga yang baik yang senantiasa
memberikan wejangan-wejangan segar untuk membangkitkan “stamina” dakwah Nabi
Muhammad. Khadijah akan menghentikan segala aktivitasnya di rumah guna memberikan
kenyamanan dalam misi dakwah Nabi Muhammad.14
Pada tahun kesepuluh dari dakwah Nabi Muhammad, kedua penopang yang agung ini
(Abu Thalib dan Khadijah) kembali dipanggil Yang Maha Kuasa. Setelah meninggalnya kedua
“tulang punggung” Nabi Muhammad ini semakin gencarlah serangan orang-orang Quraisy
terhadap Nabi Muhammad dan pengikutnya. Dari sini Nabi Muhammad menyadari bahwa
pembelaan dan dukungan yang diberikan Abu Thalib sangatlah berarti.
5
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
B. Nabi Muhammad Sebagai Pemimpin Negara di Madinah
Kajian sejarah adalah kajian yang sangat penting untuk dipelajari agar mengetahui
peristiwa-peristiwa pada masa lampau yang pernah terjadi untuk dapat dijadikan I’tibar.
Peristiwa-peristiwa yang dimaksud adalah peristiwa yang pernah terjadi pada masa
sejarah Islam khususnya pada masa Nabi Muhammad ketika beliau di Madinah dalam
menjalankan dakwah Islam di tengah-tengah masyarakat yang belum memeluk agama dan
setelah memeluk agama Islam.
Beberapa abad yang silam Nur Islam menerangi hidup dan kehidupan manusia dengan
penuh aman sentausa dan damai lahiriyah serta bathiniyah. Namun setahap demi setahap situasi
yang demikian itu kian lama kian menurun ditimpa bencana kehancuran.
Salah satu sebabnya adakah karena umat Islam itu sendiri telah melalaikan dan
melupakan sumber ajarannya yang positif serta meninggalkan ajaran pokok yang telah disuri
tauladani oleh Nabi Muhammad Saw.
Tulisan ini mengetengahkan tentang Nabi Muhammad di Madinah sebagai Pemimpin
Negara dengan harapan semoga dapat di tauladani kepemimpinannya dalam memimpin negara
dan bangsa.
Mudah-mudahan dengan ditelaahnya tulisan ini disertai taufik dan hidayah dari Tuham
Yang Maha Pengasih akan lebih baik dan sempurna pada penulisan selanjutnya.
2. Penyampaian Dakwah
Pertama sekali Nabi Muhammad Saw. menyiarkan agama Islam dengan metode
sembunyi-sembunyi terutama ditujukan kepada kerabat-kerabat yang terdekat, terutama adalah
keluarganya sendiri. Dakwah tersebut diterima istri beliau Siti Khadijah, Ali bin Abi Thalib dan
Zaid bin Haritsah. Semakin hari semakin bertambah banyak jumlah pengikutnya hingga
mencapai 40 orang. Selanjutnya turunlah perintah kepada Nabi Muhammad agar
menyampaikan dakwah dengan cara berterus terang tidak lagi melalui metode sembunyi-
sembunyi sebagaimana dijelaskan di dalam kitab suci Alquran surat Al-Muddatsir ayat 1
sampai dengan 7 yang artinya :
6
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
“Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan, dan
Tuhamnmu agungkanlah dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah, dan
janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan
untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.
Dengan turunnya ayat tersebut, adalah merupakan perintah maka Nabi Muhammad
mulai mendatangi tempat-tempat dimana orang berkumpul untuk menyampaikan ayat-ayat
Allah Swt. yang telah diterima beliau dan mengajak mereka untuk memeluk agama Islam.
Dengan demikian maka tersiarlah agama Islam dari kota Makkah sampai ke kota
Madinah. Dengan petunjuk Allah Swt. maka berdatanganlah orang-orang Madinah ke kota
Makkah untuk menerima ajaran Islam dari Nabi Muhammad Saw.
Kemudian dakwah Nabi Muhammad Saw. ke negara-negara dari bangsa lain, karena
beliau hanya berdakwah dikalangan bangsa Arab saja. Hal inilah yang menjadi perbedaan
antara Nabi Muhammad Saw. dengan Rasul terdahulu. Rasul-rasul terdahulu hanya untuk
bangsanya sendiri, sedangkan Nabi Muhammad diutus untuk semua bangsa di dunia ini dengan
cara universal. Hal ini sebagaimana dijelaskan firman Allah dalam surat Saba’ ayat 28 yang
artinya :
“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai
pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui”.
Nabi Muhammad Saw di dalam menjalankan dakwahnya dengan menggunakan prinsip
sebagaimana yang telah ditetapkan di dalam Alquran surat An-Nahl ayat 125 yang artinya :
“Serulah mereka (manusia) pada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan mauizah khasanah
(pelajaran yang baik) dan bantahlah mereka dengan jalan yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Adapun yang dimaksud dengan cara yang hikmah adalah dengan metode yang jelas dan
tegas. Sehingga dapat membedakan antara yang hak dan yang bathil. Sedangkan
menyampaikan dakwah dengan cara hikmah harus didasari dengan ilmu yang tepat dan benar
yang juga sebagai ilmu amaliyah.
Orang yang melaksanakan dakwah tetapi ia sendiri tidak mengamalkannya maka
dakwah yang demikian tidak akan diikuti oleh orang lain, bahkan orang lain akan berbalik
mengkritik bahwa ia hanya memberikan nasihat tetapi tidak mampu mengamalkannya.
Nabi Muhammad Saw. sebagai pemimpin negara dan sebagai juru dakwah telah
membuktikan bahwa apa yang beliau sampaikan kepada umatnya terlebih dahulu beliau
mengamalkannya. Disinilah terletaknya uswah beliau sebagai seorang pemimpin.
Sedangkan yang dimaksud dengan mauizah khasanah atau nasihat yang baik adalah
menyenangkan tidak menyakitkan hati dan tidak memaksakan tetapi dengan cara persuasif
artinya memberikan kesempatan kepada orang lain yang diajak berfikir dan menentukan
sendiri. Di sini juga menunjukkan bahwa Nabi Muhammad sebagai seorang pemimpin tidak
memaksakan kehendak tetapi menyuruh orang untuk berfikir.
Adapun yang dimaksud dengan mujadalah atau diskusi adalah antara yang
menyampaikan dakwah dengan orang yang menerima dakwah saling tukar fikiran dan tukar
informasi. Dakwah dengan metode seperti ini dapat dilaksanakan kepada orang-orang yang
telah mempunyai potensi berfikir logis dan kritis. Dengan strategi dakwah yang dilakukan Nabi
Muhammad, maka keberhasilan dapat segera tercapai.
7
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
Menurut Nuldeke, seorang ahli ketimuran Jerman yang terkenal mengatakan : Bahwa
tanah itu dinamakan Arab adalah karena sebagian yang terbesar dari padanya terdiri dari gurun
pasir.17
Selanjutnya Syekh Muhammad Al-Khudry Bek mengatakan di dalam bukunya Tarikh
Al-Islamiyah mengatakan bahwa sesungguhnya negeri Arab itu disebut jazirah.18
Harun Nasution mengatakan bahwa : Tahun Islam dimulai dengan hijrah Nabi
Muhammad dari Makkah ke Madinah di tahun 622 M. di Makkah terdapat kekuasaan kaum
Quraisy yang kuat dan yang pada waktu itu belum dapat dipatahkan Islam. Di Madinah
sebaliknya tidak terdapat kekuasaan yang demikian, bahkan di sana akhirnya Nabi
Muhammadlah yang memegang tampuk kekuasaan. Dengan beradanya kekuasaan di tangan
beliau Islampun lebih mudahlah dapat disebarkan sehingga akhirnya Islam pernah menguasai
daerah-daerah yang dimulai dari Spanyol di sebelah Barat sampai ke Filipina di sebelah Timur,
dan dari Afrika Tengah di sebelah Selatan sampai ke Danau Aral di sebelah Utara.19
Kedatangan Nabi Muhammad ke Madinah disambut dengan suka cita oleh orang-orang
Anshar yang memang telah lama menanti-nanti kedatangannya. Para sahabat yang masih
tinggal di Makkah, dengan berangsur-angsur pindah ke Madinah.
Nabi Muhammad memulai fase ke-2, fase yang memerlukan pertempuran-pertempuran
dan pengorbanan-pengorbanan jiwa. Dengan berkat jihad para sahabat Anshar dan Muhajirin di
bawah kepemimpinan Nabi Muhammad, kokohlah fondasi-fondasi Islam dan membangun
Daulah Islamiyah.
Dalam fase dakwah yang ke-2 ini, Nabi Muhammad telah melakukan beberapa
peperangan. Dalam peperangan itu Nabi Muhammad bertindak sebagai pemimpin senantiasa
mendapat pertolongan Allah Swt. Dengan demikian semakin hari semakin bertambah kokoh
prinsip-prinsip dakwah dan kian berkembang. Pada tahun ke-8 Hijrah, Nabi Muhammad telah
dapat membebaskan Makkah dari pengaruh syirik dan kaum musyrikin, serta menuntun
penduduknya kepada iman dan hidayah.
Di Madinah Nabi Muhammad telah berperang sebanyak 27 kali dan telah mengirim
pasukan-pasukan kecil tanpa beliau turut serta sebanyak 38 kali. Semua ini beliau lakukan
adalah untuk membela diri dan kebenaran. Tiga belas tahun lamanya semenjak dakwah dimulai,
menyeru umat kepada jalan Allah dan dalam selama itu beliau terus-menerus, tidak henti-
hentinya menderita gangguan dan ancaman dari kaum musyrik. Demikian juga para sahabat.
Nabi Muhammad selama itu senantiasa menyuruh para sahabat bersabar, tidak
mengambil tindakan balasan, karena dalam selama itu Nabi Muhammad belum menerima
perintah untuk memerangi kaum Quraisy dan musyrikin itu. Maksud beliau dengan sikapnya
yang demikian, adalah melatih para sahabat untuk dapat tahan menderita dan berlaku lemah-
lembut, karena mereka adalah orang-orang yang memikul beban berat, yaitu mengembangkan
Islam hingga ke pelosok dunia. Tetapi, sesudah cukup lama beliau dan para sahabat bersabar
menghindarkan permusuhan dari tekanan-tekanan musuh yang angkara murka itu, Allah Swt.
membenarkan Nabi-Nya untuk membela diri dan para muslimin. Bila kita perhatikan
peperangan yang Nabi lakukan dan perangkatan-perangkatan yang dikerahkan Nabi untuk
menggempur musuh, nyatalah bahwa semua itu dilakukan adakalanya untuk mengintimidasi
musuh agar mereka tidak berani memerangi Nabi Muhammad.
Hamzah adalah pahlawan yang mula-mula disuruh memimpin suatu pasukan untuk
menanti kedatangan kafilah Quraisy yang dikepalai Abu Jahal dari Syam. Hal ini terjadi setelah
8
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
tujuh bulan Nabi menetap di Madinah. Tindakan ini dilakukan ini dilakukan adalah untuk
memberikan peringatan kepada golongan Quraisy agar mereka tidak terus-menerus bertindak
kasar lagi.
9
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
Kedudukan Nabi Muhammad bukan saja hanya seorang Nabi dan Rasul, tetapi juga
dalam masyarakat Islam beliau sebagai ahli politik, diplomat yang ulung, di tengah-
tengah medan perang beliau sebagai pahlawan yang gagah berani, dan di dalam
memperlakukan musuh yang sudah kalah, beliau sebagai seorang ksatria yang tidak ada
taranya.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Malik bin Hasyim, Abi Muhammad, Siratunnaby, Jld.I, (Kairo: Maktabah
Darruttutos, t.t.).
Alter, J.B., English Dictionary of Words & Usage (Hongkong: t.p., 1997).
Ibnu Qayyim Zadul Ma’ad Al-Jauzi, Jld.I, Cet.XXV, (Beirut Libanon, t.t.p, t.t.).
Lapidus, IRA.M, Sejarah Sosial Umat Islam, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada).
10
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
Nasution, Harun, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press, 1979).
11
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara