Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH STUDY KELAYAKAN BISNIS

‘’ASPEK AMDAL’’

OLEH

Nama : Nur Rachmah Hamzah. S


Nim : 18 01 098
Kelas : 5.B

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) AMSIR


PARE-PARE
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan
karunianya kepada penulis, sehingga penulis makalah ini dapat menyelesaikanya  dan tepat
pada waktunya.
Penulis juga berterima kasih kepada :
1. Orang tua kami yang menyekolahkan dan yang memenuhi segala kebutuhan sehingga
penulis dapat melanjutkan sekolah sampai sekarang.
2. Bapak Dosen yang mengasuh mata kuliah Studi Kelayakan  Bisnis (SKB)” yang selama
ini memberikan masukan dan bimbingan sehingga penulis dapat memahami  dan
mengerti tentang mata kuliah Studi Kelayakan  Bisnis (SKB).
3. Semua teman-teman yang ikut serta berpatisipasi dalam penulisan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa masi banyak kesalahan dan
kesilafan dalam penulisan makalah ini, untuk itu, penulis dengan senang hati menerima kritik
dan saran yang bersifat membangun  untuk pembaikan dimasa yang akan datang.

Penulis

Nur Rachmah hamzah. S


DAFTAR ISI

Halaman Judul................................................................................................i
Kata Pengantar...............................................................................................ii
Daftar Isi..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................1
C. Tujuan..........................................................................................................1
D. Manfaat........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Amdal........................................................................................3
B. Fungsi, Peran dan Manfaat Amdal...............................................................4
C. Tahapan Penyusunan Amdal........................................................................7
D. Alasan Suatau Rencana Kegiatan Wajib Amdal..........................................9
E. Pentingnya Amdal Bagi Pembangunan Berwawasan Lingkungan..............11

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan..................................................................................................13
B. Saran ............................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
 Garis Besar Haluan Negara (GBHN) dengan jelas menyebutkan bahwa sumber daya alam
dan budaya merupakan modal dasar pembangunan. Sebagai arahan pembangunan jangka
panjang, GBHN menyebutkan bahwa : “Bangsa Indonesia menghendaki hubungan selaras
antara manusia dengan Tuhan, dan antara manusia dengan lingkungan alam sekitarnya”.
Dengan demikian perlu adanya usaha agar hubungan manusia Indonesia dengan lingkungan
semakin serasi. Sebagai modal dasar, sumberdaya alam harus dimanfaatkan sebaik-baiknya,
oleh karena itu harus selalu diupayakan agar kerusakan lingkungan sekecil mungkin. Hal ini
dapat terjadi apabila analisis mengenai dampak lingkungan diterapkan pada setiap kegiatan
yang diperkirakan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan.

Perhatian terhadap masalah lingkungan hidup di Indonesia diawali oleh seminar


tentang “Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pembangunan Nasional” yang diselenggarakan
oleh Universitas Padjajaran di Bandung pada tahun 1972. Para Sarjana dan ahli Indonesia
sudah lama mengikuti perkembangan masalah lingkungan, namun Pemerintah Indonesia baru
mengenal masalah lingkungan secara resmi sejak mengikuti sidang khusus PBB tentang
lingkungan hidup di Stockholm 5 Juni 1972.

B.       Masalah
Adapun masalah yang dibahas pada makalah ini adalah :
1.      Pengertian AMDAL
2.      sistem regulasi AMDAL
3.      fungsi, peran dan manfaat AMDAL
4.      tahap-tahap penyusunan AMDAL
5.      alasan suatu rencana kegiatan wajib AMDAL

C.      Tujuan
Tujuan yang ingin diperoleh dari makalah ini adalah :
1.      Untuk mengetahui Pengertian AMDAL
2.      Untuk mengetahui sistem Regulasi AMDAL
3.      Untuk mengetahui fungsi, peran dan manfaat AMDAL
4.      Untuk mengetahui tahap – tahap penyusunan AMDAL
5.      Untuk mengetahui alasan suatu rencana kegiatan wajib AMDAL
D.      Manfaat
Tujuan yang ingin diperoleh dari makalah ini adalah :
1.     Kita Dapat mengetahui pengertian AMDAL
2.     Kita dapat mengetahui sistem Regulasi AMDAL
3.     Kita dapat mengetahui fungsi, peran dan manfaat AMDAL
4.     Kita dapat mengetahui tahap – tahap penyusunan AMDAL
5.     Kita dapat mengetahui alasan suatu rencana kegiatan wajib AMDAL
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian AMDAL
Pada umumnya setiap negara yang sedang membangun memiliki sistem perencanaan
pembangunan sendiri-sendiri. Sistem perencanaan pembangunan ini disusun secara sistematis
untuk mencapai tujuan pembangunan yang telah ditetapkan. Di indonesia pembangunan
nasional disusun atas dasar pembangunan jangka pendek dan jangka panjang. Keduanya
dilaksanakan secara sambung menyambung untuk dapat menciptakan kondisi sosial ekonomi
yang lebih baik. Kegiatan pembangunan ini dilaksanakan dengan menggunkan apa yang
disebut proyek.
            Seringkali proyek dibuat dalam porsi ruang lingkup yang sangat luas tetapi disusun
kurang cermat. Seluruh program mungkin saja dapat diananlisis sebagai suatu proyek, tetapi
pada umumnya akan lebih baik bila proyek dibuat dalam ruang lingkup yang lebih kecil yang
layak ditinjau dari segi sosial, administrasi, teknis, ekonomis, dan lingkungan.
            Pembangunan dengan proyek yang dikaji dari aspek kelayakan lingkungan bisa
disebut pembangunan berwawasan lingkungan. Pembangunan berwawasan lingkungan pada
hakekatnya dilaksanakan untuk mewujudkan pembangunan berlanjut (sustainable
development). Instrumen untuk mencapai pembangunan berlanjut adalah Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan).
            Menurut PP 29/1986, yang kemudian disempurnakan dengan PP 27/1999, yang
semula hanya memiliki satu model AMDAL, berkembang dan mempunyai beberapa bentuk
AMDAL dan mempunya pengertian:
1)   Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak besar
dan penting suatu usaha/kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup, yang diperlukan
bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha/kegiatan. Kajian ini
menghasilkan dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan, Analisis Dampak
Lingkungan, Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan.
Sementara itu pengertian ANDAL adalah sebagai berikut.
2) Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) adalah telaahan secara cermat dan mendalam
tentang dampak besar dan penting suatu kegiatan yang direncanakan.
Dalam PP 51/1993, dikenal ada beberapa model AMDAL yaitu AMDAL Proyek
Individual (seperti PP 29/1986), AMDAL Kegiatan Terpadu, AMDAL Kawasan, dan
AMDAL Regional. Pengertian ketiga AMDAL menurut PP 51/1993 tersebut adalah:
1) Analisis mengenai dampak lingkungan kegiatan terpadu/multisektor adalah hasil studi
mengenai dampak penting usaha atau kegiatan yang terpadu yang direncanakan terhadap
lingkungan hidup dalam satu kesatuan hamparan ekosistem dan melibatkan kewenangan
lebih dari satu instansi yang bertanggung jawab. Di dalam PP 27/1999 definisi di atas kata
hasil studi diganti kajian dan dampak penting menjadi dampak besar dan penting.
2)  Analisis mengenai dampak lingkungan kawasan adalah hasil studi mengenai dampak penting
usaha atau kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup dalam satu kesatuan
ha,paran ekosistem dan menyangkut kwenangan satu instansi yang bertanggung jawab. Di
dalam PP 27/1999 definisi di atas kata hasil studi diganti kajian dan dampak penting diganti
dampak besar dan penting.
3)  Analisis mengenai dampak lingkungan regional adalah hasil studi mengenai dampak penting
usaha atau kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup dalam satu kesatuan
hamparan ekosistem zona rencana pengembangan wilayah sesuai dengan rencana umum tata
ruang  daerah dan melibatkan kewenangan lebih dari satu instansi yang bertanggung jawab.
Pada PP 27/1999 pengertian AMDAL adalah merupakan hasil studi mengenai
dampak besar dan penting suatu kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup,
yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan. Hasil studi ini terdiri dari beberapa
dokumen. Atas dasar beberapa dokumen ini kebijakan dipertimbangkan dan diambil.
Pihak-pihak yang terlibat dalam proses AMDAL adalah:
 Komisi Penilai AMDAL, komisi yang bertugas menilai dokumen AMDAL
 Pemrakarsa, orang atau badan hukum yang bertanggungjawab atas suatu rencana
usaha dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan, dan
 masyarakat yang berkepentingan, masyarakat yang terpengaruh atas segala bentuk
keputusan dalam proses AMDAL.
Dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
 Penentuan kriteria wajib AMDAL, saat ini, Indonesia menggunakan/menerapkan
penapisan 1 langkah dengan menggunakan daftar kegiatan wajib AMDAL (one step
scoping by pre request list). Daftar kegiatan wajib AMDAL dapat dilihat di Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006
 Apabila kegiatan tidak tercantum dalam peraturan tersebut, maka wajib menyusun UKL-
UPL, sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 Tahun
2002
 Penyusunan AMDAL menggunakan Pedoman Penyusunan AMDAL sesuai dengan
Permen LH NO. 08/2006
 Kewenangan Penilaian didasarkan oleh Permen LH no. 05/2008

B.       Fungsi, peran dan manfaat AMDAL


 Fungsi dan peran Amdal
Pada waktu yang lampau, kebutuhan manusia akan sumber alam belum begitu besar
karena jumlah manusianya sendiri masih relatif sedikit, di samping itu intensitas kegiatannya
juga tidak besar. Pada saat-saat itu perubahan-perubahan pada lingkungan oleh aktifitas
manusia masih dalam kemampuan alam untuk memulihkan diri secara alami. Tetapi aktifitas
manusia makin lama makin besar sehingga menimbulkan perubahan lingkungan yang besar
pula. Pada saat inilah manusia perlu berfikir apakah perubahan yang terjadi pada lingkungan
itu tidak akan merugikan manusia. Manusia perlu memperkirakan apa yang akan terjadi
akibat adanya kegiatan oleh manusia itu sendiri.
AMDAL (Analisis Mengenai Danpak Lingkungan) merupakan alat untuk
merencanakan tindakan preventif terhadap kerusakan lingkungan yang mungkin akan
ditimbulkan oleh suatu aktifitas pembangunan yang direncanakan.
Undang-undang No. 4 Tahun 1982 Pasal 1 menyatakan : “Analisis mengenai dampak
lingkungan adalah hasil studi mengenai dampak suatu kegiatan yang direncanakan terhadap
lingkungan hidup, yang diperlukan bagi proses pngambilan keputusan”.
AMDAL harus dilakukan untuk proyek yang diperkirakan akan menimbulkan
dampak penting, karena ini memang yang dikehendaki baik oleh Peraturan Pemerintah
maupun oleh Undang-undang, dengan tujuan agar kualitas lingkungan tidak rusak karena
adanya proyek-proyek pembangunan. Oleh karena itu pemilik proyek atau pemrakarsa akan
melanggar perundangan bila tidak menyusun AMDAL, semua perizinan akan sulit didapat
dan di samping itu pemilik proyek dapat dituntut dimuka pengadilan. Keharusan membuat
AMDAL merupakan cara yang efektif untuk memaksa para pemilik proyek memperhatikan
kualitas lingkungan, tidak hanya memikirkan keuntungan proyek sebesar mungkin tanpa
memperhatikan dampak lingkungan yang timbul. Dampak dari suatu kegiatan, baik dampak
negatif maupun dampak positif harus sudah diperkirakan sebelum kegiatan itu dimulai.
Dengan adanya AMDAL, pengambil keputusan akan lebih luas wawasannya di dalam
melaksanakan tugasnya. Karena di dalam suatu rencana kegiatan, banyak sekali hal-hal yang
akan dikerjakan, maka AMDAL harus dapat membatasi diri, hanya mempelajari hal-hal yang
penting bagi proses pengambilan keputusan.
AMDAL ini sangat penting bagi negara berkembang khususnya Indonesia, karena
Indonesia sedang giat melakasanakan pembangunan, dan untuk melaksanakan pembangunan
maka lingkungan hidup banyak berubah, dengan adanya AMDAL maka perubahan tersebut
dapat diperkirakan. Dampak kegiatan terhadap lingkungan hidup dapat berupa dampak positif
maupun dampak negatif, hampir tidak mungkin bahwa dalam suatu kegiatan / pembangunan
tidak ada dampak negatifnya. Dampak negatif yang kemungkinan  timbul harus sudah
diketahui sebelumnya (dengan MDAL), di samping itu AMDAL juga membahas cara-cara
untuk menanggulangi / mengurangi dampak negatif. Agar supaya jumlah masyarakat yang
dapat ikut merasakan hasil pembangunan meningkat, maka dampak positif perlu
dikembangkan di dalam AMDAL.
Nurkin, (2002) mengemukakan bahwa penerapan AMDAL di negara-negara
berkembang ditujukan untuk :
 Untuk mengidentifikasi kerusakan lingkungan yang mungkin dapat terjadi akibat
kegiatan pembangunan
 Mengidentifikasi kerugian dan keuntungan terhadap lingkungan alam dan ekonomi
yang dapat dialami oleh masyarakat akibat kegiatan pembangunan
 Mengidentifikasi masalah lingkungan yang kritis yang memerlukan kajian lebih
dalam dan pemantauannya.
 Mengkaji dan mencari pilihan alternatif yang baik dari berbagai pilihan
pembangunan.
 Mewujudkan keterlibatan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan berkaitan
dengan pengelolaan lingkungan.
 Memabantu pihak-pihak terkait yang terlibat dalam pembangunan dan pihak
pengelola lingkungan untuk memahami tanggung jawab, dan keterkaitannya satu sama
lain.

 Manfaat AMDAL
Bagi masyarakat
 Masyarakat dapat mengetahui rencana pembangunan di daerahnya, sehingga dapat
mempersiapkan diri di dalam penyesuaian kehidupannya apabila diperlukan;
 Masyarakat dapat mengetahui perubahan lingkungan di masa sesudah proyek
dibangun sehingga dapat memanfaatkan kesempatan yang dapat menguntungkan
dirinya dan menghindarkan diri dari kerugian-kerugian yang dapat diderita akibat
adanya proyek tersebut;
 Masyarakat dapat ikut berpartisipasi di dalam pembangunan di daerahnya sejak
dari awal, khususnya di dalam memberikan informasi-informasi ataupun ikut
langsung di dalam membangun dan menjalankan proyek;
 Masyarakat dapat memahami hal-ihwal mengenai proyek secara jelas sehingga
kesalahfahaman dapat dihindarkai dan kerja sama yang menguntungkan dapat
digalang;
 Masyarakat dapat mengetahui hak den kewajibannya di dalam hubungannya
dengan proyek tersebut khususnya hak dan kewajiban di dalam ikut dan mengelola
lingkungan.
Bagi pemilik proyek
 Proyek terhindar dari perlanggaran terhadap undang-undang atau peraturan yang
berlaku;
 Proyek terhindar dari tuduhan pelanggaran pencemaran atau perusakan
lingkungan;
 Pemilik proyek dapat melihat masalah-masalah lingkungan yang akan dihadapi di
masa yang akan datang;
 Pemilik proyek dapat mempersiapkan cara-cara pemecahan masalah di masa yang
akan datang;
 Nalisis dampak lingkungan merupakan sumber informasi lingkungan di sekitar
lokasi proyeknya secara kuantitatif, termasuk informasi sosial ekonomi dan sosial
budaya;
 Analisis dampak lingkungan merupakan bahan penguji secara komprehensif dari
perencanaan proyeknya, sehingga dapat diketahui kelemahan-kelemahannya
untuk segera dapat dilakukan penyempurnaannya;
 Dengan adanya analisis dampak lingkungan, pemilik proyek dapat mengetahui
keadaan lingkungan yang membahayakan (misalnya banjir, tanah longsor, gempa
bumi dan lain-lain) sehingga dapat dicari keadaan lingkungan yang aman bagi
proyek.

Bagi pemerintah
 Untuk mencegah agar potensi sumberdaya alam yang dikelola tersebur tidak rusak
(khusus untuk sumberdaya alam yang dapat diperbaharui);
 Untuk mencegah rusaknya sumberdaya alam lainnya yang berada di luar lokasi
proyek baik yang dioleh olrh proyek lain, diolah masyarakat atau yang belum
diolah;
 Untuk menghindari perusakan lingkungan hidup seperti timbulnya pencemaran air,
pencemaran udara, kebisingan dan lain sebagainya, sehingga tidak mengganggu
kesehatan, kenyamanan dan keselamatan masyarakat;
 Untuk menghindari terjadinya pertentangan-pertentangan yang mungkin timbul
khususnya dengan masyarakat dan proyek-proyek lainnya;
 Untuk menjamin agar proyek yang dibangun sesuai dengan rencana pembangunan
daerah, nasional ataupun internasional serta tidak mengganggu proyek lain;
 Untuk menjamin agar proyek tersebut mempunyai manfaat yang jelas bagi negara
dan masyarakat;
 Analisis dampak lingkungan diperlukan bagi pemerintah sebagai alat pengambil
keputusan.

C. Tahapan Penyusunan AMDAL


Prosedur pelaksanaan Analisis Mengenai  Dampak Lingkungan
1.  Tata laksana menurut PP 29 Tahun 1986
Menurut Hardjasoemantri (1988), garis besar prosedur AMDAL sebagaimana
tercantum pada PP No. 29/1986 Mengenai Analisis  Mengenai Dampak Lingkungan
adalah sebagai berikut ini.
a. Pemrakarsa rencana kegiatan mengajukan Penyajian Informasi Lingkungan (PIL)
kepada  instansi yang bertanggung jawab. PIL tersebut dibuatkan berdasarkan
pedoman  yang ditetapkan oleh Menteri yang ditugaskan mengelola lingkungan
hidup. Dalam uraian dibawah ini, yang dimaksud degan menteri KLH adalah
“Menteri  yang di tugasi mengelola lingkungan hidup”  instansi yang bertanggung
jawab adalah yang berwenang memberi keputusan tentnag pelaksanaan rencana
kegiatan, dengan pengertian bahwa kewenangan berada pad menteri atau Pimpinan
Lembaga Pemerintah Nondepartemen yang membidangi kegiatan yang
bersangkutan dan pada Gubernur Daerah Tingkat I untuk kegiatan yang berada di
bawah wewenangnya
b. Apabila lokasi sebagaimana tercantum dalam PIL  dinilai tidak  tepat, maka
instansi yang bertanggung  jawab menolak lokasi tersebut dan memberikan
petunjuk tentang kemungkinan lokasi lain dengan kewajiban bagi pemrakarsa
untuk membuat PIL yang baru. Apabila suatu lokasi dapat menimbulkan
perbenturan kepentingan antar sektor maka instansi yang bertanggung jawab
mengadakan konsultasi dengan menteri KLH dan Menteri atau Pimpinan Lembaga
Pemerintah Nondepartemen yang bersangkutan.
c. Apabila hasil penelitian PIL menentukan bahwa perlu dibuatkan  ANDAL,
berhubung dengan adanya dampak penting rencana kegiatan terhadap lingkungan,
baik lingkungan geobiofisik maupun sosial budaya, maka pemrakarsa bersama
instansi yang bertanggung jawab membuat Kerangka Acuan (KA) bagi penyusunan
ANDAL.
d. Apibila ANDAL tidak perlu dibuat untuk suatu rencana kegiatan, berhubung tidak
ada dampak penting, maka pemrakarsa diwajibkan untuk membuat Rencana
Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) bagi
kegiatan tersebut. Huruf K dalam RKL adalah “Kelola” dan huruf P dalam RPL
dari “Pantau”.
e. Apabila dari semula sudah diketahui bahwa akan ada dampak penting, maka tidak
perlu dibuat PIL lebih dahulu akan tetapi dapat langsung menyusun KA bagi
pembuat ANDAL.
f. ANDAL merupakan komponen studi kelayakan rencana kegiatan sehingga dengan
demikian terdapat tiga studi kelayakan dalam perencanaan pembangunan, yaitu:
teknis, ekonomis dan lingkungan (TEL). biaya rencana kegiatan sebagaimana
tercantum dalam studi kelayakan rencana kegiatan tersebut meliputi pula biaya
penanggulangan dampak negatif dan pengembangan dampak positifnya.
g. Pedoman umum penyusunan ANDAL ditetapkan oleh Menteri KLH. Pedoman
teknis penyusunan ANDAL ditetapkan oleh Menteri atau Pimpinan Lembaga
Pemerintah Nondepartemen yang membidangi kegiatan yang bersangkutan
berdasarkan pedoman umum penyusunan ANDAL yang dibuat oleh Menteri KLH.
h. Apabila ANDAL menyimpulkan bahwa dampak negatif yang tidak dapat
ditanggulangi berdasarkan ilmu dan teknologi lebih besar dibanding dengan
dampak positifnya, maka instansi yang bertanggung jawab memutuskan menolak
rencana kegiatan yang bersangkutan. Terhadap penolakan ini, pemrakarsa dapat
mengajukan keberatan kepada pejabat yang lebih tinggi dari instansi yang
bertanggung jawab selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari. Sejak diterimanya
keputusan penolakan. Pejabat yang lebih tinggi tersebut memberi keputusan atas
keberatan tersebut selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya
pernyataan keberatan, setelah mendapat pertimbangan dari menteri
KLH. Keputusan tersebut merupakan keputusan terakhir.
i. pabila ANDAL disetujui, maka pemrakarsa menyusun RKL dan RPL dengan
menggunakan pedoman penyusunan RKL dan RPL yang dibuat oleh Menteri KLH
atau Departemen yang bertanggung jawab.
j. Keputusan persetujuan ANDAL dinyatakan kadaluwarsa apabila rencana kegiatan
tidak dilaksanakan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak ditetapkannya
keputusan tersebut. Pemrakarsa wajib mengajukan kembali permohonan
persetujuan atas ANDAL. Terhadap permohonan ini instansi yang bertanggung
jawab memutuskan dapat digunakan kembali ANDAL, RKL dan RPL yang telah
dibuat atau wajib diperbaharuinya dokumen-dokumen tersebut.

k. Keputusan persetujuan ANDAL dinyatakan gugur, apabila terjadi perubahan


lingkungan yang sangat mendasar akibat peristiwa alam atau karena kegiatan lain,
sebelum rencana kegiatan dilaksanakan. Pemrakarsa perlu membuat ANDAL baru
berdasarkan rona lingkungan baru.

D.  Alasan suatu rencana kegiatan wajib AMDAL


Setiap rencana kegiatan yang mempunyai dampak besar dan penting, wajib dibuat
AMDAL Hal ini mengacu pada pasal 3 ayat 1 PP 27 tahun 1999 yaitu ;
1. Pengubahan bentuk lahan dan bentang alam
2. Eksploitasi SDA baik yang dapat diperbaharui/tidak dapat diperbaharui
3. Proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pemborosan, kerusakan,
pemerosotan dalam pemanfaatan SDA, cagar budaya
4. Introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, hewan, jasad renik.
5. Pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan non hayati
6. Penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar untuk mempengaruhi 
lingkungan
7. Kegiatan yang mempunyai tinggi dan mempengaruhi pertahanan negara

Jadi, apabila rencana kegiatan mempunyai peran seperti yang telah disebutkan di atas wajib
AMDAL.
Meskipun AMDAL secara resmi diperkenalkan ke Indonesia pada tahun 1982,
sebagian besar praktisi mengetahui asal muasal sebenarnya untuk beranjak dari Peraturan No.
29/19869 yang menciptakan berbagai elemen penting dari proses AMDAL10. Sepanjang
awal era 1990 didirikan suatu badan perlindungan lingkungan pusat (BAPEDAL) terlepas
dari Kementerian Negara Lingkungan, dengan mandat meningkatkan pelaksanaan
AMDAL dan kendali atas polusi, didukung oleh tiga kantor daerah. Kajian dan
persetujuan atas berbagai dokumen AMDAL pada saat ini ditangani oleh Komisi Pusat atau
Komisi Daerah, sesuai dengan skala proyek dan sumber pendanaan. Lebih dari 4000
AMDAL dikaji sampai dengan 1992 dimana menjadi lebih jelas bahwa berbagai elemen dari
proses tersebut terlalu kompleks dan terlalu banyak didasarkan pada AMDAL ‘gaya barat’.
Legislasi AMDAL yang baru yang diberlakukan pada tahun 199311 yang memiliki efek
pembenahan atas prosedur penapisan, mempersingkat jangka waktu pengkajian, dan
memperkenalkan status format EMP yang distandardisasi (UKL/UPL) untuk proyekdengan
dampak yang lebih terbatas. Lebih dari 6000 AMDAL nasional dan propinsi diproses
berdasarkan peraturan ini termasuk sejumlah kecil AMDAL daerah di bawah suatu komisi
pusat yang didirikan di dalam BAPEDAL.    
Dengan diundangkannya Undang-undang Pengelolaan Lingkungan yang baru (No.
23/1997) berbagai reformasi lanjutan atas regulasi AMDAL menjadi perlu. Peraturan
27/199912 diperkenalkan dengan simplifikasi lebih lanjut. Komisi sektoral dibubarkan dan
dikonsolidasikan ke dalam suatu komisi pusat tunggal, sementara komisi propinsi diperkuat.
Ketentuan yang lebih spesifik dan lengkap atas keterlibatan publik juga diperkenalkan,
sebagaimana halnya juga dengan suatu rangkaian arahan teknis pendukung. Namun demikian
PP 27/1999 ternyata tidak tepat waktu, gagal untuk secara memadai merefleksikan berbagai
perubahan politis yang pada saat itu lebih luas yang akhirnya mengarah kepada desentralisasi
politik dan administratif. AnalisisMengenai Dampak Lingkungan, yang sering di singkat
dengan AMDAL, lahir dengan di undangkannya undang-undang tentang lingkungan hidup di
Amerika Serikat, National Environmental Policy Act (NEPA), pada tahun 1969. NEPA 1969
mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 1970. Pasal 102 (2) (C) dalam undang-undang ini
menyatakan, semua usulan legislasi dan aktifitas pemerintah federal yang besar di perkirakan
akan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan diharuskan disertai
laporan Environmental Impact Assessment (Analisis Dampak Lingkungan) tentang usulan
tersebut.
NEPA 1969 merupakan suatu reaksi terhadap kerusakan lingkungan oleh aktifitas
manusia yang makin meningkat, antara lain tercemarnya lingkungan oleh pestisida serta
limbah industri dan transpor, rusaknya habitat tumbuhan dan hewan langka, serta
menurunnya nilai estetika alam. Misalnya, sejak permulaan tahun 1950-an Los Angeles di
negara bagian Kalifornia, Amerika Serikat, telah terganggu oleh asap-kabut atau asbut (smog
= smoke +  fog), yang menyelubungi kota, mengganggu kesehatan dan merusak tanaman.
Asbut berasal dari gas limbah kendaraan dan pabrik yang mengalami fotooksidasi dan terdiri
atas ozon, peroksiasetil nitrat  (PAN), nitrogenoksida, dan zat lain lagi.
AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan) adalah instrumen yang sifatnya
formal dan wajib (control and command) yang merupakan kajian bagi pembangunan proyek-
proyek kegiatan-kegiatan pasal 17a yang kemungkinan akan menimbulkan dampak besar dari
penting terhadap lingkungan hidup.
Dalam PP No.27 Tahun 1999 dinyatakan bahwa dampak besar dan penting adalah
perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar yang di akibatkan oleh suatu usaha dan
atau kegiatan. Selanjutnya pada pasal 5 PP tersebut dinyatakan bahwa kriteria dari dampak
besar dan periting dari suatu usaha atau kegiatan terhadap lingkungan antara lain:
 Jumlah manusia yang akan terkena dampak
 Luas wilayah persebaran dampak
 Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
 Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang akan terkena dampak
 Sifat kumulatif dampak
 Berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya (ireversible)

Dasar hukum dan prosedur pelaksanaan AMDAL diatur dalam PP No.27 tahun 1999
beserta beberapa KEPMEN yang terkait dan dikeluarkan oleh Kementrian Negara
Lingkungan Hidup. AMDAL dibuat sebelum kegiatan berjalan atau operasi proyek
dilakukan. Karena itu AMDAL merupakan salah satu persyaratan keluarnya perizinan.

E. Pentingnya AMDAL bagi Pembangunan Berwawasan Lingkungan


Dalam rangka pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup maka nampak gambaran
bagi proyek-proyek yang akan dibangun atau yang telah berjalan, perlu diteliti sampai
seberapa besar dapat meningkatkan kulitas lingkungan hidup setempat. Selain itu terkandung
pula pengertian seberapa besar dapat memaksimumkan manfaat (dampak positif) terhadap
lingkungan yang mengandung makna harus dapat menciptakan kegiatan ekonomi baru dan
penyedian fasilitas sosial ekonomi bagi masyarakat setempat. atau sebaliknya malah
menurunkan kualitas ligkungan hidup dalam arti lebih banyak memberikan kerugian (dampak
negatif) bagi masyarakat sekitar.
Untuk mengatasi semua itu, analisa dampak lingkungan adalah salah satu cara pengendalian
yang efektif untuk dikembangkan. AMDAL bertujuan untuk mengurangi atau meniadakan
pengaruh-pengaruh buruk (negatif) terhadap lingkungan dan bukan menghambat ektifitas
ekonomi. AMDAL pada hakekatnya merupakan penyempurnaan suatu proses perencanaan
proyek pembangunan dimana tidak saja diperhatikan aspek sosial proyek itu, melainkan juga
aspek pengaruh proyek itu terhadap sosial budaya, fisika, kimia dan lain-lain, Hadi dalam
Daniah (2007: 49).
Tujuan dan sasaran utama AMDAL adalah untuk menjamin agar suatu usaha atau kegiatan
pembangunan dapat beroperasi secara berkelanjutan tanpa merusak dan mengorbankan
lingkungan atau dengan kata lain usaha tau kegiatan tersebut layak dari segi aspek
liongkungan. Sedangkan kegunaan AMDAL adalah sebagai bahan untuk mengambil
kebijaksanaan (misalnya perizinan) maupun sebagai pedoman dalam membuat berbagai
perlakuan penanggulangan dampak negatif. Dalam usaha menjaga kualitas lingkungan,
secara khusus AMDAL berguna dalam hal:
1. Mencegah agar potensi sumber daya alam yang dikelola tidak rusak, terutama sumber
daya alam yang tidak dapat diperbaharui.
2.  Menghindari efek samping dari pengolahan sumber daya terhadap sumber daya alam
lainnya, proyek-proyek lain dan masyarakat agar tidak timbul pertentangan-pertentangan.
3. Mencegah terjadinya perusakan lingkungan akibat pencemaran sehingga tidak
mengganggu kesehatan, kenyamanan, dan keselamatan masyarakat.
4. Agar diketahui manfaatnya yang berdaya guna dan berhasil guna bagi bangsa, negara dan
masyarakat.
Melalui pengkajian AMDAL, kelayakan lingkungan sebuah rencana usaha atau kegiatan
pembangunan diharapkan mampu optimal meminimalkan kemungkinan dampak lingkungan
yang negatif serta dapat memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam secara efesien.

Munn (1979) sebagaimana dikutip oleh Helneliza, mengemukakan bahwa AMDAL


merupakan salah satu dari bagian perencanaan dalam rangka menghasilkan tindakan
pembangunan yang selaras dengan lingkungan. memanfaatkan sumber daya lingkungan
dengan sebaik-baiknya dan menghindari degradasi. Di banyak negara AMDAL dinyatakan
berhasil menghambat laju kerusakan lingkungan. Hasil KTT Bumi di Rio de Jeneiro telah
membuktikan hal ini, dimana + dari 158 negara menyatakan berhasil menghambat laju
kerusakan lingkungan. AMDAL sebagai bagian yang integral dari pembangunan
berkelanjutan, memberi arti bahwa sekurang-kurangnya dengan adanya AMDAL
mengingatkan pemrakarsa supaya memperhatikan kelestarian lingkungan, Herneliza dalam
Daniah (2007: 51).

Membangun sebuah proyek, sebelumnya tentu harus dilakukan identifikasi masalah


mengapa suatu proyek pembangunan ingin dilaksanakan dan tentu saja harus jelas tujuan dan
keguaannya. Selanjutnya diadakan studi kelayakan secara teknik, ekonomis, dan lingkungan
sebelum melangkah ke perencanaan dari pembangunan proyek.

Pelaksanaan pembangunan proyek sebaiknya dimulai setelah hasil AMDAL diketahui


sehingga dapat dilakukan optimasi untuk mendapatkan keadaan yang optimum bagi proyek
tersebut. Dalam hal ini dampak lingkungan dapat dikendalikan melalui pendekatan teknik dan
pengendalian limbah sehingga dapat menghasilkan biaya pengeluaran dampak yang murah
dan kelestarian lingkungan dapat dipertahankan.

Hasil AMDAL dapat diketahui apakah proyek pembangunan berpotensi menimbulkan


dampak atau tidak. Bila berdampak besar terutama yang negatif, tentu saja proyek tersebut
tidak boleh dibangun atau boleh dibangun dengan persyaratan tertentu agar dampak negatif
tersebut dapat dikurangi sampai tidak membahayakan lingkungan.

Bila berdasarkan AMDAL tidak akan menimbulkan dampak yang berarti, maka proyek
pembangunan dapat dilaksanakan sesuai usulan dengan tetap berpedoman agar tetap
memperhatikan dampak-dampak negatif yang mungkin timbul diluar perkiraan semula.
Dalam hal ini, sebelum proyek dilaksanakan harus ditentukan dulu pedoman pengelolaan dan
pemantauan lingkungan sebagai usaha menjaga kelestariannya. Perlu kiranya ditekankan
AMDAL sebagai alat dalam perencanaan harus mempunyai peranan dalam pengambilan
keputusan tentang proyek yang sedang direncanakan. Artinya AMDAL tidak banyak artinya
apabila dilakukan setelah diambil keputusan untuk melaksanakan proyek tersebut.
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat kami tarik dari pembahasan mengai AMDAL di atas
ialah :
1. Pada PP 27/1999 pengertian AMDAL adalah merupakan hasil studi mengenai dampak
besar dan penting suatu kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup, yang
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan.
2. Pihak-pihak yang terlibat dalam proses AMDAL adalah:
 Komisi Penilai AMDAL, komisi yang bertugas menilai dokumen AMDAL
 Pemrakarsa, orang atau badan hukum yang bertanggungjawab atas suatu rencana
usaha dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan, dan
 masyarakat yang berkepentingan, masyarakat yang terpengaruh atas segala bentuk
keputusan dalam proses AMDAL.
3. Dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
 Penentuan kriteria wajib AMDAL, saat ini, Indonesia menggunakan/menerapkan
penapisan 1 langkah dengan menggunakan daftar kegiatan wajib AMDAL (one step
scoping by pre request list). Daftar kegiatan wajib AMDAL dapat dilihat di Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006
 Apabila kegiatan tidak tercantum dalam peraturan tersebut, maka wajib menyusun
UKL-UPL, sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86
Tahun 2002
B.     Saran
saran yang dapat kami berikan ialah, karena dalam penyusunan makalah ini kami hanya
belandaskan dari buku-buku atau referensi lain yang berhubungan dalam penyusunan
makalah mengenai AMDAL ini, oleh karena itu kami menyarankan di adakannya kunjungan
lapangan. Dengan kunjungan lapangan tersebut bermaksud untuk mengetahui secara
langsung tentang AMDAL tersebut serta penyusunannya.
DAFTAR PUSTAKA

Fandeli, Chapid, 2007. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Liberty Offset. Yogyakarta


Tosepu, Ramadhan, 2007. Kesehatan Lingkungan. Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
MIPA UNHALU. Kendari
Wardhana, AW, 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Andi Offset. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai